You are on page 1of 69

PERANAN MAJELIS TA'LIM AL-MUJAHIDIN

DALAM PEMBENTUKAN SIKAP KEAGAMAAN REMAJA


DI KELURAHAN BELENDUNG BATU CEPER TANGERANG

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)







Oleh:
Siti Muthiah
102011023474


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2006
id11463421 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam
Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja di Kelurahan Belendung Batu Ceper
Tangerang telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 12 Juli 2006. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program
strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 12 Juli 2006

Sidang Munaqasah
Dekan / Pembantu Dekan /
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota


Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA
Nip : 150 231 356 Nip : 150 202 343

Anggota

Penguji I Penguji II




Drs. E. Kusnadi Ahmad SyafiI, M. Ag
Nip : 150 006 2572 Nip : 150 258 584


id11483562 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
ii
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puja
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kita
limpahkan keharibaan junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, yang diutus
kedunia untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan rahmat bagi semesta
alam.
Skripsi yang berjudul Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam
Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja di Desa Belendung Batu Ceper
Tangerang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna mencapai
gelar sarjana (Strata 1) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tidak sedikit kesulitan dan
kendala yang penulis hadapi. Namun, berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik moril maupun materil, sehingga penulisan skripsi ini bisa selesai. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya apabila dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A., Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan
Keguruan beserta stafnya yang telah memberikan bantuannya;
2. Bapak Drs. Fatah Wibisono., ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang
telah memberikan bantuannya;
id11501984 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
iii
3. Bapak Prof. Dr. H. Aminuddin Rasyad., dosen pembimbing skripsi ini
yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuknya dengan
penuh kesabaran dan kebijaksanaan;
4. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta stafnya, yang
telah membantu pelayanan pimjaman buku-buku yang penulis butuhkan;
5. Bapak KH. Abdussalam HM., Pimpinan Dewan Kesejahteraan Masjid Al-
Mujahidin;
6. Ustadz Ahmad Sahal, Ketua Majelis Ta'lim Remaja Al-Mujahidin;
7. Kedua orang tua tercinta, kakak, adik dan ponakan serta Bapak
Muhammad Shobri S. Hum, yang telah memberikan semangat baik moril
maupun materil dalam penyusunan skripsi ini;
8. Sahabat-sahabat yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini;
9. Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis hanya dapat berdoa, semoga segala bantuan dan amal baik mereka
mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, dengan hati yang lapang dan sikap
yang terbuka penulis mohon kritik dan saran yang membangun dalam rangka
saling mengingatkan antar sesama manusia guna menuju kearah kehidupan yang
lebih baik. Akhir kata semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembacanya
semua, Amin.
Jakarta, 6 Juni 2006
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada umunya pendidikan adalah tugas dan tanggung jawab bersama yang
dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak terdidik. Kesadaran
dalam melaksanakan pendidikan adalah dimaksudkan untuk mencapai kedewasaan
dan kematangan berfikir yang dapat diusahakan melalui beberapa proses pendidikan,
yaitu proses pendidikan formal, informan, dan nonformal.
Peran pendidikan yang telah dilakukan di luar pendidikan formal yang sering
diusahakan orang dewasa dalam membina generasi muda secara otomatis telah
mendukung segenap teori yang didapat dari pendidikan formal. Hal tersebut
diwujudkan dengan diselenggarakannyapengajian-pengajian remaja, yang bertujuan
untuk melahirkan generasi-generasi muda yang dinamis serta bermental agamis.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa,
mereka sangat membutuhkan tuntunan dan bimbingan untuk memahami diri sendiri
yang penuh dengan sikap egoistis dan rasa keingintahuan yang amat tinggi.
Keingintahuan yang tinggi menyebabkan para remaja tidak hanya diberikan siraman
rohani saja yang berisi ajaran-ajaran agama yang wajib dijalankan, akan tetapi
melalui kegiatan pengajian ini mereka mampu mentelaah serta mempelajari Islam
sebagai pedoman hidupnya.
id11523281 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
2
Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia mencakup
seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai pedoman hidup, Islam menurut para
pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus didawahkan dan memberikan
pemahaman berbagai ajaran yang terkandung di dalamnya. Sarana yang dapat
dilakukan dalam mentranspormasikan nilai-nilai agama tersebut antara lain melalui
Majelis Talim yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai ajaran
tersebut.
Berbagai kegiatan Majelis Talim yang telah dilakukan merupakan proses
pendidikan yang mengarah kepada internalisasi nilai-nilai agama sehingga para
remaja mampu mereflesikan tatanan normatif yang mereka pelajari dalam realitas
kehidupan sehari-hari.
Majelis Talim adalah wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis
yang berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktivitas kehidupan umat
Islam Indonesia, maka sudah selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami
mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan
yang memiliki keseimbangan antara potensi intelektual dan mental spiritual dalam
upaya menghadapi perubahan zaman yang semakin global dan maju.
Tampaknya antusias remaja Islam di lingkungan Desa Belendung Batu Ceper
Tangerang, merupakan salah satu ekspresi dari usaha masyarakat dalam mewadahi
generasi Islam di Majelis Talim Al-Mujahiddin, sehingga perkembangannya terarah
dengan baik. Hal ini menjadikan para orang tua, ulama, umara setempat untuk turut
berpartisipasi dalam kegiatan Majelis Talim tersebut.
3
Bertitik tolak dari masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti aktivitas
Majelis Talim ini melalui skripsi dengan judul: Peranan Majelis Talim Al-
Mujahiddin dalam Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja di Desa Belendung Batu
Ceper Tangerang.
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang diteliti adalah
Peranan Majelis Talim Al-Mujahiddin dalam Pembentukan Sikap Keagamaan
Remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang.
C. Perumusan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini terarah dan tidak ada kesalahan interpretasi,
maka penulis membatasi masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Majelis Talim Al-Mujahiddin di Desa
Belendung Batu Ceper Tangerang?
2. Bagaimanakah kondisi tenaga pengajar dan jamaah Majelis Talim Al-
Mujahiddin di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang?
D. Sistematiak Penulisan
Hasil penelitian ini ditulis dalam lima bab dirinci dalam sub-sub dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, adalah mengenai Peranan, yang terdiri dari pengertian
peranan dan ciri peranan. Mengenai sikap meliputi pengertian sikap, ciri-ciri sikap,
4
pembentukan sikap, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, dan remaja, meliputi
pengertian remaja, pertumbuhan mental remaja dan problem remaja, dan Majelis
Talim, terdiri dari pengertian Majelis Talim, tujuan Majelis Talim serta kerangka
berpikir. Keenam, hipotesa penelitian.
Bab III Metodologi Penelitian, bab ini memuat tentang tujuan penelitian,
variabel penelitian, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data dan tehnik
pengolahan dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian, meliputi: Pertama, deskripsi data yang terdiri dari
sejarah berdiri dan tujuan Majelis Talim Al-Mujahiddin, Kondisi tentang pengajar
dan jamaah, sarana dan prasarana, materi dan metode, struktur organisasi dan
pengelolaan Majelis Talim Al-Mujahiddin, dan peranan Majelis Talim Al-
Mujahiddin. Kedua, pengujian hipotesis terhadap analisa dan interpretasi data
terhadap hasil penelitian hipotesis.
Bab V Penutup, dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Peranan
1. Pengertian Peranan
Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau
memegang pimpinan yang terutama
1
. Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip
oleh Soejono Soekamto, sebagai berikut:
Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang
dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat,
peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2


Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang
membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.
Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi
anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain. Kalau peran ibu

1
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), h.
735
2
Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1982), h. 238
id11540828 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
6
digabungkan dengan peran ayah maka menjadi peran orang tua dan menjadi lebih
luas sehingga perilaku-perilaku yang diharapkan juga menjadi lebih beraneka ragam.
3


2. Konflik Peran
Konflik peran terjadi karena adanya disensus yang terpolarisasi yang
menyangkut peran. Dua macam konflik peran antara lain:
1. Konflik antar-peran (Inter-role confict), contoh seorang mahasiswi yang telah
menikah dimana dia harus membagi waktu antara melakukan tuntutan peran
sebagai mahasiswi selain itu juga harus memenuhi tugas-tugas sebagai isteri.
2. Konflik dalam peran (intra-role confict), contoh pendeta dalam ketentaraan
yang berdoa demi perdamaian dan harus mempertahankan semangat prajurit
agar siap untuk membunuh.
4


B. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude, menurut Drs. Ngalim Purwanto
sikap adalah perbuatan atau tingkah laku sebagai respon atau reaksi terhadap suatu

3
Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, PT. Raja Grafindo Persada
Jakarta:2000, cet. V, hal. 224-225
4
Ibid, hal. 229
7
rangsangan atau stimulus.
5
Sumber lain mengatakan sikap adalah pandangan atau
perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu.
6

Menurut Chave, Bogardus, La Pierre, Mead dan Gordon Allport (1935) sikap
merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara
tertentu, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
respon.
7

Dari pengertian di atas bahwa sikap senantiasa diarahkan kepada suatu objek.
Artinya tidak ada sikap tanpa objek, sesuai dengan pendapat Sarlito wirawan
Sarwono yang memberikan pengertian sikap bahwa sikap adalah kesiapan pada
seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal tertentu.
8
Adapun objek-
objek sikap dapat terarah terhadap benda-benda, manusia, peristiwa-peristiwa,
pemandangan-pemandangan, lembaga-lemabaga, norma-norma, nilai-nilai dan
sebagainya.

2. Ciri-ciri sikap
sikap menentukan tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang
yang datang, orang atau kejadian. Dapat dikatakan bahwa sikap adalah faktor internal
dalam diri seseorang, tetapi tidak semua faktor internal itu sikap.
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:

5
M. ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya 1995), cet.10,
hal. 141
6
R. Sutarno, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet-II, hal. 41
7
Saepudin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya), cet.2, Pustaka Pelajar, 1998,
hal-5
8
Sarlito W. S, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), cet VI, hal. 91
8
1. Sikap dapat dipelajari (Learnability)
2. Memiliki kestabilan (Stability)
3. Personal sociental significance
4. Berisi kognisi dan affeksi
5. Approach avoldance directionality
9

Sarlito Wirawan memberikan ciri-ciri sikap sebagai berikut:
1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek, tidak ada sikap tanpa
objek. Objek dapat berupa benda, orang, kelompok orang, nilai-nilai sosial,
pandangan hidup, hukum, lembaga masyarakat dan sebagainya.
2. Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari dan dibentuk dari
pengalaman.
3. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan
keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada saat yang
berbeda-beda.
4. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan
5. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi
6. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan bermacam-macam sesuai
dengan banyaknya objek yang dapat menjadi perhatian orang yang
bersangkutan.
10



9
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I, hal. 163
10
Sarlito Wirawan, op.cit, hal. 95
9
3. Pembentukan Sikap
secara psikologis sikap dapat dibawa dari lahir dan dipengaruhi oleh faktor
genetik. Walaupun demikian sebagian besar para pakar psikologi sosial berpendapat
bahwa sikap terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Pandangan ini
mempunyai dampak terapan yaitu bahwa berdasarkan pandangan ini dapat disusun
berbagai upaya (penerangan, pendidikan, pelatihan dan sebagainya) untuk mengubah
sikap seseorang.
Berikut ini dikemukakan pendapat beberapa ahli tentang pembentukan
sikap:
11

a. Pengalaman Pribadi
Apa yang sudah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus social, tanggapan akan menjadi
salah satu dasar terbentuknya sikap untuk dapat mempunyai tanggapan seseorang
harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
Untuk dapat menjadi dasar terbentuknya sikap pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan factor emosional
tapi dinamika ini tidaklah sederhana dikarenakan suatu pengalaman tunggal jarang
sekali dapat menjadi dasar pembentukan sikap
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

11
Saefudin Azwar, op.cit, hal. 30
10
Orang-orang yang disekitar kehidupan sehari-hari adalah salah satu diantara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap, seseorang yang dianggap penting
mempengaruhi pembentukan sikap orang misalnya adalah kedua orang tua, dan orang
yang status sosialnya lebih tinggi. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki
sikap yang searah dengan orang yang dianggapnya penting, kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
kebudayaan dimana seseorang dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengaruh pembentukan sikap, seorang ahli yang terkenal BF Skinner sangat
menekankan pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dalam membentuk pribadi
seseorang menurutnya kepribadian tidak lain daripada pola prilaku yang konsisten
yang menggambarkan sejarah reinforcment yang kita alami. Tanpa kita sadari
kebudayaan telah menanamkan sikap kita terhadap berbagai masalah dan telah
mewarnai sikap anggota masyarakat di dunia ini.
d. Media Masa
Sebagai sarana komunikasi media masa mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang, pada tugas pokoknya media masa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang, pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup
kuat akan memberinya dasar afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah
arah sikap tertentu.
11
Dalam proses pembentukan dan perubahan sikap peranan media masa tidaklah
kecil, salah satu informasi sugesti dalam media masa adalah dalam hal ini iklan selalu
berisi segi positif mengenai produk sehingga dapat menimbulkan pengaruh afektip
yang positif pula.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga Agama
Karena konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistimkepercayaan
maka pada gilirannya konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap
individu.
f. Pengaruh faktor emosional
Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi dengan berfungsi sebagai semacam penyuluhan prustrasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego, contonya adalah prasangka. Prasangka
didefinisikan sebagai sikap yang tidak toleran atau yang tidak favourabel terhadap
sekelompok orang, prasangka seringkali merupakan bentuk sikap negatif yang di
dasari oleh kelainan kepribadian pada orang-orang yang sangat prustrasi.

Sedangkan menurut Sarlito W. S., sikap dapat terbentuk melalui empat macam cara:
12

a. Adopsi; kejadian-kejadian yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus
lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan
mempengaruhi terbentuknya sikap.

12
Sarlito W. S. , Psikologi Sosial, Bulan Bintang, 2000, hal. 96
12
b. Diferensiasi; dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya
pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia maka ada hal-hal yang
tadinya dianggap sejenis sekarang dipandang tersendiri. Terhadap objek
tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
c. Integrasi; pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap dimulai
dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan hal tertentu,
sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
d. Trauma; adalah pengalaman-pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan
yang meninggalkan kesan-kesan mendalam pada jiwa orang yang
bersangkutan, pengalaman traumatis yang dapat juga menyebabkan
terbentunya sikap.
Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja melainkan melalui suatu proses
tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dan individu lain
disekitarnya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Isbandi SA. adalah:
13

a. Faktor Intern; yaitu faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan
seperti selektifitas, tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui

13
Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu kesejahteraan Sosial (dasar-
dasar Pemikiran), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 1994, hal. 182
13
persepsi kita oleh karena itu kita harus memilih stimulus-stimulus mana yang
akan kita dapati dan mana yang harus kita jauhi.
b. Faktor Ekstern:
1. Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap
2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap
3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap
5. Situasi pada saat sikap itu dibentuk
Tentunya tidak semua factor harus dipenuhi untuk membentuk suatu sikap
kadang-kadang satu atau dua faktor sudah cukup. Tetapi makin banyak faktor yang
ikut mempengaruhi semakin cepat terbentuknya sikap.

C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam Islam. Di dalam
al-Quran ada kata (al-Fityatun, Fityatun) yang artinya orang muda. Firman Allah
SWT dalam surat al-Kahfi ayat 13:
14

, .
) : 13 (

14
Zakiyah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: CV. Ruhama, 1995), Cet. II,
hal. 10-11
14
Artinya : Kami ceritakan padamu (Muhammad) dengan sebenarnya.
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk.
Terhadap pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanak-kanak
lagi, misalnya dalam surat an-Nur ayat 59:
...
Artinya : Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh maka
hendaklah mereka meminta izin seperti orang sebelum mereka meminta izin.

Pada kedua ayat tersebut terdapat istilah kata fityatun yang artinya muda dan
kata baligh yang dikaitkan dengan mimpi (al-Hulama). Kata baligh dalam istilah
hukum islam digunakan untuk penetuan umur awal kewajiban melaksanakan hukum
Islam dalam kehidupan sehari-hari. Atau dengan kata lain terhadap mereka yang telah
aqil baligh, berlakulah seluruh ketentuan hukum Islam.
Tampaknya masa remaja yang mengantarai masa kanak-kanak dengan dewasa
tidak terdapat dalam Islam. Dalam Islam seorang manusia bila telah aqil baligh, telah
bertangung jawab atas setiap perbuatanya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala
dan bila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa.
Remaja dalam pandangan hukum dan perundang-undangan adalah mereka
yang berumur 13-17 atau 18 tahun.
15


15
Ibid,. hal.9
15
Remaja dalam pengertian psikologi dan pendidikan: remaja dalah tahap umur
yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik
cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam itu
membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, prilaku, kesehatan serta
kepribadian remaja.
16

Batasan remaja menurut WHO, remaja adalah suatu masa dimana:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Pertumbuhan Mental Remaja
Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama, pada
dasarnya diterima oleh seseorang pada masa kecilnya. Ide-ide pokok ajaran-ajaran
agama yang diterimanya waktu kecil itu akan berkembang dan bertambah subur,
apabila anak atau remaja dalam menganut kepercayaan itu tidak mendapat kritikan-
kritikan dalam hal agama itu. Dan apa yang bertumbuh dari kecil itulah yang menjadi
keyakinan yang dipeganginya melaui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya.
Pertumbuhan pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan
kecerdasan. Pengertian-pengertian tentang hal-hal yang abstrak, yang tidak dapat
dirasakan atau dilihat langsung seperti pengertian tentang akhirat, surga, neraka dan
lain sebagainya, baru dapat diterima oleh anak-anak apabila pertumbuhan
kecerdasannya telah memungkinkannya untuk itu. Itulah sebabnya maka seharusnya

16
Ibid,. hal. 8
16
pengertian-pengertian yang abstrak itu dikurangi, apabila umur remaja belum dicapai
oleh si anak.
Ide-ide dan pokok-pokok ajaran agama tidak jarang pula ditolak atau dikritik
oleh anak-anak yang telah meningkat usia remaja. Bahkan kadang-kadang mereka
menjadi bimbang beragama, terutama anak-anak yang mendapat didikan agama
dengan cara yang memungkinkan mereka berpikir bebas dan boleh mengritik.
Remaja-remaja yang mendapat didikan agama dengan cara yang tidak
memberi kesempatan atau berpikir logis dan mengkritik pendapat-pendapat yang
tidak masuk akal, disertai pula oleh kehidupan lingkungan dan orang tua, yang juga
menganut agama yang sama, maka kebimbangan pada masa remaja itu agak kurang.
Remaja-remaja akan merasa gelisah dan kurang aman apabila agama atau
keyakinannya berlainan dari agama atau keyakinan orang tuanya. Keyakinan orang
tua dan keteguhannya menjalankan ibadah, serta memelihara nilai-nilai agama dalam
hidupnya sehari-hari menolong remaja dari kebimbangan agama.
Setelah perkembangan mental remaja sampai kepada mampu menerima atau
menolak ide-ide atau pengertian-pengertian yang abstrak, maka pandangannya
terhadap alam dengan segala isi dan peristiwanya berubah, dari mau menerima tanpa
pengertian menjadi menerima dengan penganalisaan.
Perkembangan mental remaja kearah berpikir logis (falsafi) itu, juga
mempengaruhi pandangan dan kepercayaannya kepada Tuhan. Karena mereka tidak
dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi di alam ini. Jika mereka
yakin bahwa tuhan maha kuasa, maha mengatur dan mengendali alam ini, maka
17
segala apapun yang terjadi, baik peristiwa alamiah, maupun peristiwa-peristiwa dan
hubungan orang-orang dalam masyarakat, dilimpahkan tanggung jawabnya kepada
Tuhan. Seandainya mereka melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidak adilan,
percekcokkan dan lain sebagainya dalam masyarakat, atau banyak hal-hal yang
terjadi dalam alam ini seolah-olah tanpa kendali, maka mereka akan merasa kecewa
terhadap tuhan, bahkan mungkin menjadi acuh tak acuh atau benci. Apabila perasaan
seperti itu bertumpuk-tumpuk, mungkin akan berakhir dengan mengingkari wujud
Tuhan, supaya ia dapat mengambil kesimpulan baru, yaitu segala sesuatu dalam alam
ini terjadi dengan sendirinya dan berjalan tanpa kendali sehingga mungkin saja,
teratur atau kacau balau.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian remaja akan poko-pokok keyakinan
dalam agama dipengaruhi oleh perkembangan pikirannya pada umur remaja. Dan
gambaran remaja tentang tuhan merupakan bagian dari gambaran terhadap alam ini.
Hubungannya dengan tuhan, bukanlah hubungan yang sederhana, antara dia dengan
tuhan. Akan tetapi kompleks dan berjalin melalui alam ini, hubungan disini adalah
antara dia, alam dan tuhan. Perasaannya terhadap tuhan, adalah pantulan dari sikap
jiwanya terhadap alam luar. Maka agama remaja adalah hubungan antara dia, tuhan
dan alam semesta, yang terjadi dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman
masa lalu dan yang sedang di alami oleh remaja itu. Atau dengan kata lain dapat
diringkaskan bahwa agama remaja adalah hasil dari interaksi antara dia dan
18
lingkungannya sedang gambarannya tetang tuhan dan sifat-sifatnya, dipengaruhi oleh
kondisi perasaan dan sifat remaja itu sendiri.
17


3. Problem Remaja
Umur remaja adalah umur peralihan dari anak-anak menjelang dewasa, yang
merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan kepribadian atau masa
persiapan untuk memasuki umur dewasa, problemnya tidak sedikit. Telah banyak
penelitian yang dilakuakan orang dalam mencari problema yang umum dihadapi oleh
remaja, baik dinegara yang maju, maupun yang masih berkembang. Di antara
problem remaja yang sering rasakan antara lain adalah:
1. Masalah hari depan
setiap remaja memikirkan masa depannya. Ia ingin mendapat kepastian, akan
jadi apakah ia nanti setelah tamat. Pemikiran akan hari depan itu semakin memuncak
dirasakan oleh mereka yang duduk di bangku Universitas atau mereka yang berada di
dalam kampus. Tidak jarang kita mendengar kalimat-kalimat yang memantulkan
kecemasan akan hari depan itu, misalnya: hari depan suram, buat apa belajar, toh
sama saja yang berijazah dan tidak berijazah sama-sama tidak dapat bekerja dan
sebagainya.
Kecemasan akan hari depan yang kurang pasti, itu telah menimbulkan
berbagai problema lain, yang mungkin menambah suramnya masa depan remaja itu,
misalnya semangat belajar menurun, kemampuan berpikir berkurang, rasa tertekan

17
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet XVI, hal. 85-89
19
timbul bahkan terkadang sampai kepada mudahnya mereka terpengaruh oleh hal-hal
yang tidak baik, kenakalan dan penyalah-gunaan narkotika. Perhatian mereka
terhadap agama semakin berkurang, bahkan tidak jarang terjadi goncangan hebat
dalam kepercayaan kepada Tuhan.
2. Masalah hubungan dengan orang tua
inipun termasuk masalah yang dihadapi oleh remaja dari dahulu sampai
sekarang. Sering kali terjadi pertentangan pendapat antara orang tua dan anak-
anaknya yang telah remaja atau dewasa. Kadang-kadang hubungan yang kurang baik
itu timbul, karena remaja mengikuti arus dan mode, seperti: rambut gonderong,
pakaian kurang sopan, laga-lagu dan terhadap orang tua kurang hormat.
3. Masalah moral dan agama
tampaknya masalah ini semakin memuncak, terutama di kota-kota besar
barang kali pengaruh hubungan dengan budaya asing semakin meningkat melaui film,
bacaan, gambar-gambar dan hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang
dating dengan berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai
oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada
agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan dan
nilai-nilai yang berubah itu menimbulkan kegoncangan pula, karena menyebabkan
orang hidup tanpa pegangan yang pasti. Nilai yang tetap dan tidak berubah adalah
20
nilai-nilai agama, karena nilai agama itu absolut dan berlaku sepanjang zaman, tidak
dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan.
18


D. Majelis Talim
1. Pengertian Majelis Talim
Majelis talim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majelis dan kata talim.
Dalam bahasa Arab kata majelis ( ) adalah bentuk isim makan (kata tempat)
kata kerja dari yang artinya tempat duduk, tempat sidang, dewan.
19
Kata
talim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja ( )
yang mempunyai arti pengajaran.
20

Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengertian majelis adalah pertemuan atau
perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul.
21

Dari pengertian terminologi tentang majelis talim di atas dapatlah dikatakan
bahwa majelis adalah tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama
Islam.
22


18
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet XVI, hal. 145-147
19
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Progresif, 1997), cet. Ke-14, h. 202
20
Ibid., h. 1038
21
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pustaka, 1999), cet. Ke-10, h. 615
22
Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), cet. Ke-4, jilid 3, h. 120
21
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa majelis talim adalah tempat
perkumpulan orang banyak untuk mempelajari agama Islam melalui pengajian yang
diberikan oleh guru-guru dan ahli agama Islam.

2. Tujuan Majelis Talim
Mengenai tujuan majelis talim, mungkin rumusnya bermacam-macam.
Sesuai dengan pandangan ahli agama para pendiri majelis talim dengan organisasi,
lingkungan dan jamaahnya yang berbeda tidak pernah merumuskan tujuannya.
Berdasarkan renungan dan pengalaman Dr. Hj. Tuty Alawiyah, ia merumuskan
bahwa tujuan majelis talim dari segi fungsinya, yaitu: pertama, sebagai tempat
belajar, maka tujuan majelis talim adalah menambah ilmu dan keyakinan agama
yang akan mendorong pengalaman ajaran agama. Kedua, sebagai kontak sosial maka
tujuannya adalah silaturahmi. Ketiga, mewujudkan minat sosial, maka tujuannya
adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan
jamaahnya.
23

M. Habib Chirzin secara spesifik mengatakan bahwa majelis talim yang
diadakan oleh masyarakat pesantren-pesantren yang ada di pelosok pedesaan maupun
perkotaan adalah:
a. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang gaib.

23
Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Talim, (Bandung: Mizan, 1997),
cet. Ke-1, h. 78
22
b. Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan
alam semesta.
c. Inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat
dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan optimal dengan kegiatan
pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama.
d. Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat dan
selaras.
24

H. M. Arifin dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam, beliau mengemukakan
pendapatnya tentang tujuan majelis ta,lim sebagai berikut:
Tujuan majelis talim adalah mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia
pada khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka
meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan batiniyahnya,
duniawiyah dan ukhrawiyah secara bersamaan sesuai tuntutan ajaran agama Islam
yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang
kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita.
25

3. Peranan Majelis Talim
Majelis talim bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk organisasi
pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikanyang sifatnya non formal, karena
tidak di dukung oleh seperangkat aturan akademik kurikulum, lama waktu belajar,

24
M. Habib Chirzin, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES), cet. Ke-3, h.77
25
H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-3
23
tidak ada kenaikan kelas, buku raport, ijazah dan sebagainya sebagaimana lembaga
pendidikan formal yaitu sekolah.
26

Dilihat dari segi tujuan, majelis talim termasuk sarana dakwah Islamiyah
yang secara self standing dan self disciplined mengatur dan melaksanakan berbagai
kegiatan berdasarkan musyawarah untuk mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan
talim Islami sesuai dengan tuntutan pesertanya. Dilihat dari aspek sejarah sebelum
kemerdekaan Indonesia sampai sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan Islam
memegang peranan sangat penting dalam penyebaran ajaran Islam di Indonesia. Di
samping peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme
dan nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan Indonesia, lembaga ini ikut
serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk dan sifat
pendidikannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut ada yang berbentuk
langgar, suarau, rangkang.
27

Telah dikemukakan bahwa majelis talim adalah lembaga pendidikan non
formal Islam. Dengan demikian ia bukan lembaga pendidikan formal Islam seperti
madrasah, sekolah, pondok pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan organisasi
massa atau organisasi politik. Namun, majelis talim mempunyai kedudukan
tersendiri di tengah-tengah masyarakat yaitu antara lain:
a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama
dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.

26
H. Nurul Huda (e.d.), Pedoman Majelis Talim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam
(KODI), 1986/1987), h. 13
27
Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 192
24
b. Taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai.
c. Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar Islam.
d. Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan
umat dan bangsa.
28

Secara strategis majelis-majelis talim menjadi sarana dakwah dan tabligh
yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat agama
Islam sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini menyadarkan umat Islam untuk,
memahami dan mengamalkan agamanya yang kontekstual di lingkungan hidup sosial
budaya dan alam sekitar masing-masing, menjadikan umat Islam sebagai ummatan
wasathan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu, maka
pemimpinnya harus berperan sebagai penunjuk jalan ke arah kecerahan sikap hidup
Islami yang membawa kepada kesehatan mental rohaniah dan kesadaran fungsional
selaku khalifah dibuminya sendiri. Dalam kaitan ini H.M. Arifin mengatakan:
Jadi peranan secara fungsional majelis talim adalah mengokohkan landasan
hidup manusia muslim Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual
keagamaan Islam dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya secara integral,
lahiriah dan batiniahnya, duniawi dan ukhrawiah bersamaan (simultan), sesuai
tuntunan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan
duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan
pembangunan nasional kita.
29


28
Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, loc.cit.
29
H.M. Arifin, op.cit., h. 120
25
4. Materi yang dikaji di Majelis Talim
Materi yang pelajari dalam majelis talim mencakup pembacaan, Al-Quran
serta tajwidnya, tafsir bersama ulum Al-Quran, hadits dan Fiqih serta ushul fiqh,
tauhid, akhlak ditambah lagi dengan materi-materi yang dibutuhkan para jamaah
misalnya masalah penanggulangan kenakalan anak, masalah Undang-Undang
Perkawinan dan lain-lain.
Majelis talim di kalangan masyarakat Betawi biasanya memakai buku-buku
berbahasa Arab atau Arab Melayu seperti Tafsir Jalalain, Wail Nautar dan lain-lain.
Pada majelis talim lain dipakai juga kitab-kitab yang berbahasa Indonesia sebagai
pegangan misalnya fiqih Islam, karangan Sulaiman Rasyid dan beberapa buku
terjemahan.
30

Menurut pedoman Majelis Talim KODI materi yang disampaikan dalam
majelis talim adalah :
a. Kelompok Pengetahuan Agama
Bidang pengajaran kelompok ini meliputi tauhid, tafsir, Fiqih, hadits, akhlak,
tarikh, dan bahasa Arab.
b. Kelompok Pengetahuan Umum
Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema atau maudlu yang
disampaikan adalah yang langsung berkaitan dengan kehidupan masyarakat.
Kesemuanya itu dikaitkan dengan agama, artinya dalam menyampaikan
uraian-uraian tersebut berdasarkan dalil-dalil agama baik berupa ayat-ayat Al-

30
Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, op.cit., h. 121-122
26
Quran atau hadits-hadits atau contoh-contoh dari kehidupan Rasulullah
SAW.

Penambahan dan pengembangan materi dapat saja terjadi di majelis talim
melihat semakin majunya zaman dan semakin kompleks permasalahan yang perlu
penanganan yang tepat. Wujud program yang tepat dan aktual sesuai dengan
kebutuhan jamaah itu sendiri merupakan suatu langkah yang baik agar majelis talim
tidak terkesan kolot dan terbelakang. Majelis Talim adalah salah satu struktur
kegiatan dakwah yang berperan penting dalam mencerdaskan umat, maka selain
pelaksanaannya dilaksanakan secara teratur dan periodik juga harus mampu
membawa jamaah ke arah yang lebih baik lagi.

5. Metode yang digunakan di Majelis Talim
Metode adalah cara, dalam hal ini cara penyajian bahan pengajaran dalam
majelis talim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Makin baik metode yang
dipilih makin efektif pencapaian tujuan.
Metode mengajar banyak sekali macamnya. Namun bagi majelis talim tidak
semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar di kelas yang tidak dapat
dipakai alam majelis talim. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi dan situasi
antara sekolah dengan majelis talim.
Ada berbagai metode yang digunakan di majelis talim, yaitu :
27
a. Metode Ceramah, yang dimaksud adalah penerangan dengan penuturan lisan
oleh guru terhadap peserta.
b. Metode Tanya Jawab, metode ini membuat peserta lebih aktif. Keaktifan
dirangsang melalui pertanyaan yang disajikan.
c. Metode Latihan, metode ini sifatnya melatih untuk menimbulkan
keterampilan dan ketangkasan.
d. Metode Diskusi, metode ini akan dipakai harus ada terlebih dahulu masalah
atau pertanyaan yang jawabannya dapat didiskusikan.
31

Metode penyajian majelis talim dapat dikategorikan menjadi:
a. Metode Ceramah, terdiri dari ceramah umum, yakni pengajar/ustadz/kiai
tindak aktif memberikan pengajaran sementara jamaah pasif dan ceramah
khusus, yaitu pengajar dan jamaah sama-sama aktif dalam bentuk diskusi.
b. Metode Halaqah, yaitu pengajar membacakan kitab tertentu, sementara
jamaah mendengarkan.
c. Metode Campuran, yakni melaksanakan berbagai metode sesuai dengan
kebutuhan.
32

Dewasa ini metode ceramah sudah membudaya, seolah-olah hanya metode itu
saja yang dipakai dalam majelis talim. Dalam rangka pengembangan dan
peningkatan mutu Majelis Talim dapat digunakan metode yang lain,
walaupun dalam taraf pertama mengalami sedikit keanehan.

31
Ibid, h. 43-45
32
Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, op.cit., h. 121
28
E. Kerangka Berfikir
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara individu dan masyarakat,
dan dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak terdidik.
Kesadaran itu dibutuhkan untuk mencapai kedewasaan dan kematangan berfikir.
Jalan menuju kematangan itu dapat dilalui berbagai cara, antara lain melalui proses
pendidikan formal, informal dan non-formal.
Usaha orang dewasa dalam membina generasi muda sering dilakukan di luar
pendidikan formal yang secara otomatis telah mendukung berbagai teori yang didapat
dari pendidikan formal, salah satunya adalah penyelenggaraan pengajian remaja.
Adapun tujuan utamanya adalah lahirnya generasi yang dinamis serta bermental
agamis.
Keberadaan majelis talim sebagai salah satu lembaga pendidikan non-formal
yang merupakan salah satu alternatif untuk menangkal pengaruh negatif terhadap
keagamaan. Di samping itu majelis talim sebagai tempat pendidikan agama
berlangsung, yang merupakan sarana efektif untuk membina dan mengembangkan
ajara agama Islam dalam upaya membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah
SWT.
Dari uraian di atas, maka diduga terdapat hubungan positif serta signifikan
antara peranan majelis talim dan pembentukan sikap keagamaan remaja.



29
F. Hipotesa Penelitian
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu anggapan yang dianggap sah dan
memerlukan jawaban dan pengujian hipotesis sering digunakan untuk dasar
pembuatan keputusan dan penelitian mendalam.
Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan yaitu:
Terhadap hubungan positif antara peranan majelis talim dan pembentukan sikap
keagamaan remaja, yaitu terdapat korelasi positif yang signifikan antara peran majelis
talim dan pembentukan sikap keagamaan remaja.
Ho (Hipotesa nihil): Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara
peran majelis talim dan pembentukan sikap keagamaan remaja.


29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Tujuan akademis, meliputi:
a. Untuk mengetahui dan meneliti lebih jauh tentang Peranan Majelis Talim
terhadap sikap keagamaan remaja, khususnya di lingkungan Majelis
Talim Al-Mujahidin Batu Ceper Tangerang.
b. Untuk meneliti sejarah berdirinya Majlis Talim Al-Mujahiddin di Desa
Belendung Batu Ceper Tangerang.
c. Untuk mengetahui dan meneliti kondisi tenaga pengajar dan jamaah
Majelis Talim Al-Mujahiddin di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang.
d. Untuk meneliti metode yang dipakai dan materi yang diajarkan di Majelis
Talim Al-Mujahiddin di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang.
e. Untuk mengetahui dan meneliti struktur organisasi Majelis Talim Al-
Mujahiddin di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang.
2. Tujuan Praktis, meliputi:
a. Sebagai syarat utama untuk mendapat gelar Strata 1 (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Sebagai tambahan wawasan penulis terutama mengenai Majelis Talim.

id11570218 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
30
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang dijadikan objek pengamatan penelitian,
dalam kata lain variabel dapat didefinisikan sebagai suatu sifat yang dapat dimiliki
berbagai macam nilai, segala sesuatu yang menjadi objek penelitian.
1

Yang menjadi variabel dalam penelitian ada dua yaitu:
a. Peranan Majelis Talim (X)
b. Pembentukan sikap keagamaan remaja (Y)
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
(X) Peranan Majelis
Talim

- Kegiatan Pengajian





- Aktivitas keagamaan
- Meningkatkan Pengetahuan agama remaja.
- Praktek ibadah
- Pengembangan pengajaran agama Islam
- Menciptakan suasana yang khitmat
- Meningkatkan aktivitas dan kreativitas
remaja dan tanya jawab
- Mengikut sertakan remaja dalam berbagai
kegiatan yang diselenggarakan
- Menciptakan remaja yang bertanggung jawab
- Menumbuh kembangkan bakat para remaja.

(Y) Sikap keagamaan
remaja

- Ibadah



- Sikap, tingkah laku
dan persaan
- Praktik sholat, puasa, zakat, infaq dan
shodaqoh
- Berintraksi pada lingkungan, keluarga,
masyarakat dengan baik.
- Cara berfikir yang luas
- Berakhlak baik
- Berkepribadian yang dinamis dan agamis


1
Aminul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Bandung CV. Pustaka
Setia, 1998), hal. 205
31
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan diMajelis Talim Al-Mujahidin Rt.04/02 Kelurahan
Belendung Kecamatan BendaBatu Ceper Tangerang, karena letak Majelis Ta'lim
tersebut dekat dengan domisili penulis, selain itu penulis merupakan salah satu
jama'ah dari Majelis Ta'lim tersebut, hal ini mendorong penulis untuk mengetahui dan
meneleti lebih mendalam peranan Majelis Ta'lim tersebut dalam membentuk sikap
keagamaan remaja disekitarnya. Adapun waktu penelitian dilakukan sejak Bulan
April sampai Bulan Juni 2006.

D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Yang dimaksud populasi adalah Keseluruhan Subjek Penelitian. Apabila
orang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitian merupakan penelitian populasi.
2

Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota jamaah majelis talim al-
Mujahidin yang berjumlah 60 Orang.
2. Sampel
Yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
3

Menurut pendapat DR. Suwarno Surachmad, yang antara lain : " untuk pedoman
umum yang saya dapat katakan bahwa populasi cukup homogen terdapat populasi

2
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), cet. Ke-11, h. 115.
3
Ibid., h. 117
32
dibawah seratus (100) maka dapat digunakan sampel sebanyak 50 %, bila populasi
dibawah seribu (1000) maka dapat digunakan sampel sebanyak 25 % dan bila
terdapat diatas seribu (1000) maka dapat digunakan sampel sebanyak 15 %".
4
Oleh
karena itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 66 % dari 60 jama'ah
pengajian remaja Majelis Ta'lim Al-Mujahidin di Kelurahan Belendung Kecamatan
Benda Batu Ceper Tangerang. Maka dalam tekhnik pengambilan sampel digunakan
teknik random sampling.

C. Tehnik Pengumpulan Data
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan maka dalam penelitian ini penulis menggunakan riset kepustakaan dan riset
lapangan.
Riset kepustakaan (library research) adalah penelitian dengan membaca, dan
menelaah buku-buku, tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan variable yang diteliti,
dan riset lapangan (filed research) adalah penelitian dengan mencari dan
mengumpulkan informasi dan data tentang masalah yang diteliti ke objek penelitian,
yaitu ke pengurus majelis ta'lim remaja Al-Mujahidin, antara lain Ustadz Ahmad
Sahal selaku ketua Majelis Ta'lim remaja Al-Mujahidin.
Pengolahan data digunakan dalam penelitian adalah metode analitis uji
korelasi, yaitu prosedur pemecahan masalah dengan mengumpulkan data,
menganalisa dan menginterpretasikan hasil dari data yang didapat pada waktu di

4
Dr. Suwarno Surachman, Pengantar Dasar dan Teknik (Bandung: Transito, 1982), h. 93
33
lapangan, sehingga dapat diambil kesimpulan apakah masalah yang diteliti terdapat
korelasi yang signifikan.
Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan angket.
a. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan terhadap sistematika
fenomena-fenomena yang diselidiki
5
. Dalam mengadakan observasi ini
penulis mendatangi langsung serta mengamati dari dekat kegiatan-kegiatan
dan berbagai kegiatan yang dilakukan Majelis Talim Remaja Al-Mujahidin
yang tujuannya untuk menambah informasi secara nyata bagaimana peranan
dan peroses pelaksanaan pendidikan yang dilakukan majelis talim ini dalam
membentuk sikap keagaamaan remaja.
b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya
jawab dengan pengurus Majelis Ta'lim Remaja Al-Mujahidin. Metode ini
penulis gunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah berdirinya
Majelis Talim Al-Mujahidin, struktur organisasi, kegiatan jamaah dan
kegiatan-kegiatan Majelis Talim Al-Mujahidin, fasilitator dan pihak lain
yang terlibat dalam kegiatan majelis talim. Wawancara dilakukan dengan
ketua Majelis Talim al-Mujahidin yaitu Ustadz Ahmad Sahal dan ketua
DKM, yaitu Ustadz H. Abdussalam H. M.
c. Angket penelitian, yakni pertanyaan tertulis yang diajukan kepada
responden dengan berbagai alternatif jawaban. Penulis menyebarkan angket
kepada anggota remaja majelis talim untuk mendapat data yang dibutuhkan

5
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), cet. ke-10, h. 136
34
dalam penelitian ini. Jumlahnya sebanyak 22 buah yang dibagi dalam
beberapa bagian, yaitu:
a. Angket tentang kegiatan keagamaan di majelis talim sebanyak 11 item.
Angket tentang sikap keagamaan (ibadah dan akhlak) sebanyak 11 item.

D. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut:
1. Editing
pada tahap ini, penulis memeriksa satu persatu angket yang telah diisi dan
dikembalikan oleh responden. Sehingga, apabila ada kekeliruan dalam pengisian
angket tersebut, maka penulis dapat mengetahuinya dan bias meminta responden
untuk melengkapinya.
2. Tabulating dan Analisis
setelah melakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah
dan dianalisa secara deskriptif analisa dengan menggunakan rumusan distribusi
frekuensi:

f
P = x 100 %
N
Keterangan:
P = Angka persentase
f = Frekuensi yang diperoleh dari jawaban responden
35
N = Number of Cases (Jumlah banyaknya individu)
100 % = Bilangan tetap
Setelah penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
peresentase, maka kemudian penulis mengklasifikasikan hasil perhitungan tersebut
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 100 % = Seluruhnya
b. 90-99 % = Hampir seluruhnya
c. 60-89 % = Sebagian besar
d. 51-59 % = Lebih dari setengahnya
e. 50 % = Setengahnya
f. 40-49 % = Hampir setengahnya
g. 10-39 % = Sebagian kecil
h. 1-9 % = Sedikit sekali
i. 0 % = Tidak sama sekali
6


6
Ahmad Supardi dan Wahyudin Syah, Metodologi Riset, (Bandung; IAIN, Sunan Gunung
Djati Bandung, 1984), Cet. Ke-1, hal-52.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian tentang peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin terhadap
pembentukan sikap keagamaan remaja di Batu Ceper Tangerang yang dilakukan
pada tanggal 21-25 April telah berhasil mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
untuk menjawab persoalan dalam pembahasan skripsi ini.
Data-data tersebut akan dideskripsikan secara lengkap untuk selanjutnya
diolah dan dianalisa secara statistic serta diinprestasikan sehingga diperoleh suatu
kesimpulan sebagai jawaban dari persoalan skripsi ini.

A. Deskripsi Data
1. Sejarah Berdiri dan Tujuan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin
Majelis Ta'lim Al-Mujahidin berawal dari sebuah pengajian sederhana
yang dirintis pada tahun 1963 oleh para ulama disekitarnya, antara lain: KH.
Muhammad Yusuf, KH. Muslim, KH. Masyhud, KH. Zamakhsyari HM, KH.
Abdussalam HM.
Majelis Ta'lim ini awalnya hanya mengadakan pengajian kaum bapak dan
ibu saja, pada setiap malam Rabu dan Sabtu setelah shalat Isya bertempat di Masjid
Al-Mujahidin Rt.04/02 Kel. Belendung Kec.Benda Batu Ceper Tangerang Banten
15123. Setelah pengajian tersebut berlangsung selama 28 tahun, maka timbul
gagasan dari para jama'ah pengajian untuk mendirikan pengajian khusus untuk
remaja. Pada tanggal 2 sya'ban 1411 H bertepatan pada tanggal 17 Agustus 1991 M,
id11636000 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
37
didirikanlah pengajian remaja yang dilaksanakan setiap malam Jum'at ba'da shalat
Isya bertempat di Masjid Al-Mujahidin.
Latar belakang didirikannya pengajian remaja ini adalah karena remaja
disekitar Majelis Ta'lim Al-Mujahidin ada sebagian yang hanya mengenyam
pendidikan umum saja, dan juga ada sebagian remaja yang putus sekolah. Hal ini
mendorong para perintis merasa perlu untuk memberi perhatian kepada para remaja
tersebut agar memiliki pengetahuan agama yang luas.
Pengajian remaja ini mulai mengalami perkembangan, hal ini terlihat dari
jumlah jama'ahnya yang semakin bertambah. Besarnya minat remaja yang mengikuti
pengajian akhirnya timbul pemikiran untuk menambah waktu pengajian, maka
diadakanlah pengajian bulanan yang jama'ahnya adalah jama'ah pengajian remaja.
Pengajian bulanan dilaksanakan setiap hari Minggu pertama jam 08 00 sampai
dengan selesai, dengan bentuk pengajian yaitu mendengarkan ceramah dari para
ulama yang di undang untuk memberikan ceramah agama.
Tujuan awal didirikannya pengajian remaja adalah untuk memberikan
pemahaman-pemahaman tentang agama Islam di kalangan remaja agar nantinya
tercermin akhlaqul karimah dalam diri mereka, serta mampu mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari agar terhindar dari pengaruh negatif lingkungan baik dari segi
sosial maupun budaya.
1




1
Wawancara Penulis dengan KH. Abdussalam H. M., di Batu Ceper ; 21 April 2006
38
2. Tenaga Pengajar dan Jamaah
Tenaga pengajar pengajian remaja pada awalnya dipimpin oleh para perintis
Majelis Ta'lim, dan guru dari luar antara lain: KH. Sumarno Syafi'i dan KH.
Munahar. Mengingat usia para perintis sudah tua, KH. Muhammad Yusuf (Al-
Marhum), KH. Muslim (umur 67 tahun), KH. Masyhud (Al-Marhum), KH.
Zamakhsyari HM (Al-Marhum), KH. Abdussalam HM (umur 60 tahun). Maka pada
saat ini yang mengajar pengajian remaja antara lain: Ustadz Fathurrahman (fiqh),
Ustadz Muhammad Syahru (Tafsir), Alwi Husin (akhlaq), Ustadzah Wafa. S (hadits).
Tampaknya semangat para pengajar ini antusias dalam memberikan
pengajian. Jama'ah pengajian remaja yang mengikuti pengajian juga antusias jumlah
mereka 60 orang, yaitu 27 orang remaja putera dan 33 orang puteri mulai usia 12
sampai 27 tahun. Sebagian besar dari jama'ah adalah para pelajar dan mahasiswa, dan
sebagian lagi jama'ahnya sudah bekerja.
2

Dalam setiap pengajian jama'ah harus mengisi absent yaitu untuk
mengetahui kehadiran jama'ah disetiap minggunya. Pakaian yang dipakai dalam
mengikuti pengajian adalah busana muslim atau muslimah.

3. Sarana dan Prasarana
Sarana merupakan komponen pendukung bagi kelangsungan Majelis Ta'lim
ini. Menurut data yang penulis peroleh dari hasil observasi dan survey, Majelis
Ta'lim Al-Mujahidin memiliki sarana dan prasara pendukung dalam melaksanakan

2
Ibid.
39
proses belajar mengajar, seperti: spidol, white board (papan tulis), alat pengeras suara
(sound system), komputer, serta kitab-kitab serta secretariat yang digunakan sebagai
tempat untuk menyimpan sarana tersebut dan juga digunakan sebagai ruang baca.
Proses belajar mengajar dilaksanakan di Masjid Al-Mujahidin lantai dasar atau
tempat biasa jama'ah masjid Al-Mujahidin melaksanakan sholat lima waktu.

4. Materi dan Metode Mengajar Yang Digunakan
a. Materi yang diajarkan di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin, antara lain:
1. Minggu pertama Hadits oleh Ustadzah Wafa. S
2. Minggu kedua Fiqh oleh Ustadz Fathurrahman
3. Minggu ketiga Tafsir oleh Ustadz Muhammad Syahru
4. Minggu keempat Akhlaq oleh Ustadz Alwi Husin
Proses pengajian dilaksanakan selama 2 Jam yaitu pukul 19.30 sampai
21.30, pengajian di awali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh salah satu
jama'ah, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Shalawat Nabi yang dibacakan
oleh tiga sampai empat orang jama'ah, setelah itu penyampaian materi oleh guru.
Metode yang digunakan adalah metode ceramah, yaitu seorang guru menyampaikan
pelajaran di depan para jama'ah dan jama'ah mendengarkan serta menyimak bacaan
yang sedang dijelaskan, dan tanya jawab.
3



3
Ibid.
40
5. Struktur Organisasi dan Pengolahan Majelis Ta'lim Al-
Mujahidin
Majelis Ta'lim Al-Mujahidin adalah pendidikan non-formal dengan
berbagai kegiatan keagamaan, yang dikelola oleh seluruh pengurus yang struktur
organisasinya sebagai berikut:
Penasehat : KH. Abdussalam, H. M.
Pembina : Drs. H. Adli Muslim
Ketua : Ahmad Sahal
Wakil Ketua : Muhasyim
Sekretaris I : M. Thoyyib
Sekretaris II : Syaifudin
Bendahara I : Alfi Syahrin
Bendahara II : Siti Munjiah
BADAN PELAKSANA KEGIATAN ORGANISASI
Departemen Pendidikan dan Da'wah :
1. Siti Muthiah
2. Fitri
3. Andi Rijal
4. khoirul
5. Malki
Departemen Sosial dan Humas :
1. Ashabul Kahfi
41
2. Sanuddin
3. M. Fahmi
4. Munaya Annisa
5. sholhanah
Departemen Kesenian dan Olahraga
1. M. Furqon
2. Abdillah
3. Firdaus
4. Zainuddin
5. Siti Handayani
Departemen Kaderisasi dan Organisasi
1. Misbahul Khoir
2. Ahmad Rifa'i
3. M. khoiri Yunus
4. Nining HZ
5. Siti Romlah

Berikut ini dikemukakan bagan organisasi Majelis Ta'lim Al-Mujahidin
42
Struktur Organisasi Majelis Ta'lim Al- Mujahidin
















Pengurus inilah yang mengelola kegiatan yang ada di Majelis Ta'lim
sehingga berbagai kegiatan keagamaan berjalan dengan baik.
Kegiatan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dilaksanakan satu kali seminggu,
yaitu malam Kamis setelah shalat Isya. Materi yang dikaji adalah Hadits, Tafsir,
Akhlaq, Fiqh, yang diajarkan secara bergiliran oleh para guru dalam satu minggu.
Penasehat
Pembina
Ketua
Seksi-Seksi
Wakil Ketua
Bendahara II Sekretaris II
Bendahara I Sekretaris I

43
Selain kegiatan pengajian Mingguan, pengajian remaja Majelis Ta'lim Al-Mujahidin
juga melaksanakan pengajian bulanan, dengan mengundang para ulama atau kyai
untuk memberikan siraman rohani atau pengetahuan agama Islam (ceramah).
Pengajian remaja Majelis Ta'lim Al-Mujahidin juga mempunyai berbagai
kegiatan yang dikelola para pengurus untuk memenuhi kebutuhan jama'ah. Kegiatan
tersebut antara lain:
1. Memperingati hari-hari besar Islam yang secara rutin dilaksanakan, yaitu:
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad
SAW, Peringatan Tahun Baru Islam.
2. Kunjungan ke Majelis Ta'lim-Majelis Ta'lim lain (Stady Comperative).
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan para jama'ah dan
mempererat tali silaturahim antar sesama muslim.
3. Memperingati Hari Ulang Tahun HIPMA (Himpunan Pemuda Majelis Ta'lim
Al-Mujahidin). Kegiatan ini diisi dengan berbagai perlombaan, antara lain: membaca
Al-Qur'an, membaca Kitab, membaca Rawi, Pidato, Khutbah, Shalawat, Adzan,
Hifzil Qur'an, Pawai Ta'aruf, dan lain-lain. Kegiatan ini diselenggarakan setiap
empat tahun sekali, dengan lama kegiatan 7 sampai 10 hari. Sedangkan para peserta
berasal dari mushola-mushola atau pengajian-pengajian yang ada disekitarnya.
Seluruh kegiatan di atas dikelola oleh para pengurus pengajian remaja dan
dihadiri oleh jama'ah pengajian remaja, para undangan, dan masyarakat sekitarnya.

6. Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin
44
Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin secara umum dapat terlihat dari
berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada
akhirnya akan membawa dampak positif bagi jama'ah yang selanjutnya menjadi
landasan kehidupan sehari-hari.
Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin, antara lain:
1. Memberikan wawasan keagamaan yang luas kepada para jama'ah
Peran Majelis Talim Al-Mujahidin dalam pengembangan wawasan
keagamaan para jamaahnya, terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung para jamaah majelis
talim tersebut dapat mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang
wawasan agama Islam dan akhirnya menambah pengetahuan mereka tentang
Islam sebagai agama yang mereka yakini serta mereka jadikan sebagai landasan
hidup sehari-hari.
2. Mempererat tali silaturrahim antar sesama muslim
Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan Majelis Talim Al-Mujahidin,
tidak hanya untuk menambah wawasan keagamaan Islam saja tetapi juga menjadi
ajang untuk mempererat tali silaturrahmi sesama jamaah.
3. Mengkaderisasi calon ulama yang ada disekitar
Kegiatan-kegiatan dan pemahaman-pemahaman tentang agama Islam
yang dilaksanakan di Majelis Talim Al-Mujahidin seluruhnya berorientasi pada
pengkaderan calon ulama seperti kegiatan latihan dasar kepemimpinan (LDK),
Pelatihan Bilal, Khotib dan Imam. Hal ini dilakukan agar remaja yang ada
45
disekitar (Majelis Talim Al-Mujahidin) memahami ajaran agama Islam dan
mewariskannya kepada generasi-generasi penerusnya.
4. Menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta memiliki akhlaqul karimah
Peran Majelis Talim Al-Mujahidin dalam menciptakan masyarakat yang
bertaqwa serta berakhlaqul karimah, dilakukan dengan cara memberikan
pemahaman tentang pentingnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini yang akan menjadikan benteng pertahanan untuk menghadapi kemajuan
tekhnologi dan perkembangan jaman.
5. Melahirkan pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, baik di lingkungan
keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara.
Dengan kegiatan-kegiatan dan pemahaman tentang agama yang diberikan
di Majelis Talim Al-Mujahidin diharapkan para jamaah mampu menerapkan
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara serta menjadi pribadi yang bertanggung jawab di
berbagai aspek kehidupan.
B. Analisa dan Interpretasi Data
Pada pengumpulan data ini dideskripsikan dengan mengambil pembuatan
table-tabel. Mengingat terbatasnya kemampuan penulis maka penelitian ini
menggunakan sampel sebesar 66 % dari 60 jama'ah pengajian remaja Majelis Ta'lim
Al-Mujahidin. Data-data yang terkumpul dari responden sebanyak 40 jama'ah.
46
Untuk mempermudah menganalisa data angket maka tiap yang ditanyakan
dalam angket diolah dalam bentuk tabel. Hal tersebut berguna untuk menghitung
besar prosentase pilihan responden sesuai dengan rumus pada bab III.

1. Kegiatan Keagamaan Majelis Ta'lim
Tabel 1
Keberadaan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Sangat penting 24 60 %
B Penting 16 40 %
C Kurang penting - -
D Tidak penting - -
Jumlah N = 40 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar jama'ah menganggap
keberadaan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin sangat penting yaitu sekitar 60 % dan yang
menjawab penting sebayak 40 %. Hal ini membuktikan bahwa Majelis Ta'lim Al-
Mujahidin mempunyai kontribusi dalam memberikan wawasan Islam. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa Majelis Ta'lim Al-Mujahidin mempunyai peranan
yang cukup penting.
Tabel 2
Frekuensi Mengaji
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Selalu 13 32,5 %
B Sering 16 40 %
C Kadang-kadang 11 27,5 %
D Tidak pernah - -
Jumlah N = 40 100 %
47
Bila dilihat dari prosentase di atas sekitar 32,5 % dari jama'ah selalu
mengikuti pengajian dan yang menjawab sering mengikuti pengajian secara rutin
sebanyak 40 %. Sedangkan 27,5 % menyatakan kadang-kadang mengikuti pengajian
secara rutin. Dari tabel di atas mununjukan bahwa Majelis Ta'lim Al-Mujahidin
mempunyai daya tarik bagi jama'ah sehingga sebagian besar sering menghadiri
kegiatan tersebut.
Tabel 3
Motivasi Mengaji di Majelis Ta'lim
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Atas kemauan sendiri 30 75 %
B Ajakan teman/pengurus 7 17,5 %
C Perintah orang tua 3 7,5 %
D Ikut-ikutan - -
Jumlah N = 40 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar jama'ah yang mengikuti
aktivitas di Majelis Ta'lim atas kemauan sendiri, yaitu sebanyak 75 %. Sedangkan
jama'ah yang mengikuti Majelis Ta'lim karena ajakan teman atau pengurus sebanyak
17,5 % dan 7,5 % atas perintah orang tua. Dengan demikian kesadaran agama dalam
diri remaja sudah melekat dan tidak harus dipaksa lagi.
Tabel 4
Alasan Bergabung di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Menambah pengetahuan agama 35 87,5 %
B Memperbanyak teman 3 7,5 %
C Mengisi waktu luang 2 5 %
D Iseng-iseng saja - -
Jumlah N = 40 100 %
48
Berdasarkan hitungan prosentase di atas yaitu 87,5 % sebagian besar
jama'ah mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin untuk menambah
pengetahuan agama, di samping itu ada juga yang beralasan untuk memperbanyak
teman yaitu sekitar 7,5 % dan mengisi waktu luang 5 %. Hal ini menunjukan bahwa
Majelis Ta'lim sebagai lembaga pendidikan non-formal dapat menambah
pengetahuan agama khususnya bagi para jama'ahnya.
Tabel 5
Keaktifan Mengikuti Kegiatan Keagamaaan
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Sangat aktif 11 27,5 %
B Aktif 20 50 %
C Kurang aktif 9 22,5 %
D Tidak aktif - -
Jumlah N = 40 100 %

Bila dilihat prosentase di atas 27,5 % dari jama'ah terbilang sangat aktif dan
50 % jama'ah menyatakan aktif, sedangkan 22,5 % jama'ah kurang aktif. Hal ini
menunjukan antusias para jama'ah untuk mempelajari pengetahuan agama yang
diajarkan di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin.
Tabel 6
Pengetahuan Bertambah Setelah Mengikuti Pengajian
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Sangat bertambah 20 50 %
B Cukup bertambah 20 50 %
C Kurang bertambah - -
D Tidak sama sekali - -
Jumlah N = 40 100 %

49
Tabel di atas menunjukan bahwa setelah mereka mengikuti pengajian di
Majelis Ta'lim Al-Mujahidin pengetahuan agama mereka sangat bertambah yaitu 50
% dan 50 % lagi menyatakan cukup bertambah. Ini menunjukan bahwa Majelis
Ta'lim Al-Mujahidin berperan dalam menambah wawasan keagamaan bagi para
jama'ahnya.
Tabel 7
Cara Penyampaian Materi
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Sangat sitematis sehingga mudah dipahami 18 45 %
B Cukup sederhana 20 50 %
C
Sering berbelit-belit sehingga sukar dipahami
2 5 %
D Tidak menarik/membosankan - -
Jumlah N = 40 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa 45 % jama'ah menyatakan
bahwa dalam penyampaian materi mereka dapat memahami dengan baik karena
sangat sistematis dan ada pula yang menyatakan cukup sederhana yaitu 50 %.
Sedangkan yang menyatakan sering berbelit-belit adalah sebanyak 5 %. Hal ini
menunjukan bahwa para pengajar di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam
menyampaikan materi cukup jelas sehingga mudah dipahami oleh jama'ah.
Tabel 8
Metode yang Diinginkan
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Ceramah, diskusi dan Tanya jawab 34 85 %
B Ceramah 3 7,5 %
C Diskusi 1 2,5 %
D Tanya jawab 2 5 %
Jumlah N = 40 100 %
50
Tabel di atas menunjukan bahwa 85 % dari responden menyatakan bahwa
mereka menginginkan metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab yang dipakai di
Majelis Ta'lim Al-Mujahidin. Sedangkan metode ceramah saja 7,5 %, metode diskusi
saja 2,5 % dan metode Tanya jawab saja 5 %. Dengan demikian tabel di atas
menunjukkan metode yang dipakai harus bervariasi.
Tabel 9
Pengamalan Ilmu dalam Kehidupan Sehari-hari
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Selalu 7 17,5 %
B Sering 29 72,5 %
C Kadang-kadang 4 10 %
D Tidak pernah - -
Jumlah N = 40 100 %

Pada tabel di atas 17,5 % responden menyatakan selalu dan 72,5 %
menyatakan sering mengamalkan ilmu yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 10 %. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar jama'ah Majelis Ta'lim Al-Mujahidin
mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 10
Peran Majelis Ta'lim Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Keagamaan
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Sangat berperan 24 60 %
B Cukup berperan 16 40 %
C Kurang berperan - -
D Tidak berperan - -
Jumlah N = 40 100 %
51
Prosentase di atas 60 % dari responden menyatakan bahwa Majelis Ta'lim Al-
Mujahidin mempunyai peranan dalam mempengaruhi sikap keagamaan. Sedangkan
40 % dari responden menyatakan cukup berperan. Dengan demikian Majelis Ta'lim
Al-Mujahidin sebagai pendidikan non-formal mempunyai peranan penting dalam
mempengaruhi sikap dan perilaku keagamaan remaja.
Tabel 11
Faktor lain yang Berperan Terhadap Sikap dan Perilaku Keagamaan
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Bimbingan orang tua 21 52,5 %
B Pendidikan agama di sekolah 6 15 %
C Bimbingan guru ngaji 5 12,5 %
D Baca buku agama 8 20 %
Jumlah N = 40 100 %

Berdasarkan tabel di atas meninjukan bahwa 52,5 % dari jama'ah menyatakan
bahwa bimbingan orang tua sangat berperan penting dalam membentuk sikap dan
perilaku keagamaan selain Maj;is Ta'lim Al-Mujahidin. 15 % menunjukan bimbingan
pendidikan agama di sekolah juga memp[unyai peran dalam membentuk sikap dan
perilaku keagamaan. Sedangkan 12,5 % dan 20 % adalah bimbingan guru ngaji dan
baca buku agama juga berperan penting dalam membentuk sikap dan perilaku
keagamaan seorang remaja.
2. Sikap Keagamaan (Ibadah dan Akhlak)
Tabel 12
Kelancaran Membaca Al-Qur'an
52
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Ya, lancar 23 57,5%
B Kurang lancar 9 22,5 %
C Tidak lancar 8 20 %
D Tidak bias sama sekali - -
Jumlah N = 40 100 %

Tabel hitungan presentase di atas 57,5 % dari responden lancer dalam
membaca Al-Qur'an. Sedangkan 22,5 % menyatakan kurang lancer. 20 %
menyatakan tidak lancer. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar dalam membaca
Al-Qur'an setelah mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim ini adalah lancar
Tabel 13
Kewajiban Melaksanakan Shalat 5 Waktu
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Selalu 27 67,5 %
B Sering 8 20 %
C Kadang-kadang 5 12,5 %
D Tidak pernah - -
Jumlah N = 40 100 %

Presentase di atas menyatakan bahwa 67,5 % dari responden menyatakan
selalu melaksanakan shalat lima waktu. 20 % menyatakan sering dan 12,5 %
menyatakan kadang-kadang melaksanakan shalat lima waktu. Hal ini menunjukan
bahwa sebagiab besar jama'ah menyadari bahwa kewajiban sholat lima waktu
merupakan perintah yang harus dilaksanakan.
Tabel 14
Mengulur-ulur Waktu Shalat
53
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Selalu - -
B Sering 9 22,5 %
C Kadang-kadang 23 57,5 %
D Tidak pernah 8 20 %
Jumlah N = 40 100 %

Tabel di atas menunjukan presentase 20 dari jama'ah Majelis Ta'lim Al-
Mujahidin tidak pernah mengulur-ulur waktu sholat. Sedangkan 57,5 5 dari
responden menyatakan kadang-kadang mereka mengulur-ulur waktu sholat lima
waktu dan 22,5 % menyatakan sering mengulur-ulur waktu.
Tabel 15
Pelaksanaan Shalat Jama'ah
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Selalu 9 22,5 %
B Sering 12 30 %
C Kadang-kadang 19 47,5 %
D Tidak pernah - -
Jumlah N = 40 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa 22,5 5 dari responden
menyatakan bahwa mereka selalu melaksanakan shalat secara berjama'ah dan 30 %
menyatakan sering melaksanakan shalat berjama'ah sedangkan 47,5 % dari
responden menyatakan kadang-kadang melaksanakan shalat berjama'ah.
Tabel 16
Kewajiban Berpuasa di Bulan Ramadhan
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Selalu 36 90 %
54
B Sering 4 10 %
C Kadang-kadang - -
D Tidak pernah - -
Jumlah N = 40 100 %

Berdasarkan hitungan presentase di atas 90 % dari responden menyatakan
bahwa mereka selalu melaksanakan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan dan 10
% menyatakan sering berpuasa di bulan Ramadhan. Hal ini menyatakan bahwa
kesadaran melaksanakan kewajiban berpuasa sudah melekat dalam diri mereka,
walaupun ada juga yang menyatakan sering.
Tabel 17
Sikap Ketika di Perintah Oleh Orang Tua
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Menjalankan perintahnya
dengan senang hati
34 85 %
B Menjalankan perintahnya
dengan kesal hati
- -
C Biasa saja 6 15 %
D Membantah perintahnya - -
Jumlah N = 40 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa 85 % dari responden menyatakan bahwa
mereka selalu menjalankan perintah orang tua dengan senang hati. Sedangkan sekitar
15 % dari responden menyatakan bahwa selalu menjalankan perintah orang tua biasa
saja.
Tabel 18
Adab Bertemu
55
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Mengucapkan salam 40 100 %
B Memanggil namanya - -
C Langsung masuk - -
D Diam saja - -
Jumlah N = 40 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa 100 % dari responden menyatakan bahwa
ketika mereka berkunjung ke rumah teman selalu mengucapkan salam.
Tabel 19
Sikap Ketika Bertemu Teman
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Mengucapkan Salam 21 52,5 %
B Memanggil namanya 18 45 %
C Memanggil julukannya 1 2,5 %
D Masa bodoh - -
Jumlah N = 40 100 %

Tabel di atas menunjukan 52,5 % dari responden menyatakan bahwa mereka
selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan tema khususnya sesame muslim,
sedangkan 45 % memanggil namanya dan 2,5 % memanggil dengan nama
julukannya.
Tabel 20
Sikap Ketika Melihat Teman Berkelahi
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Menasehati 14 35 %
B Melarang 20 50 %
C Membiarkan 4 10 %
D Ikut serta 2 5 %
Jumlah N = 40 100 %
56
Berdasarkan hitungan presentase di atas 35 % dari responden selalu bersikap
menasehati jika melihat teman berkelahi, sedangkan 50 % selalu melarang, 10 %
membiarkan jika melihat teman berkelahi dan 5 % ikut serta apabila melihat
temannya berkelahi.
Tabel 21
Kehadiran Dalam Kegiatan Keagamaan di Sekitar Linkungan
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Sering hadir 8 20 %
B Sering 15 37, 5 %
C Kadang-kadang 17 42,5 %
D Tidak pernah - -
Jumlah N = 40 100 %

Berdasarkan tabel di atas 20 % dari responden menyatakan selalu hadir
dalam setiap keagamaan yang diadakan disekitar lingkungan mereka, sedangkan 37,5
% dari anggota jama'ah menyatakan sering, dan 42,5 % menyatakan kadang-kadang.

Tabel 22
Sikap Ketika Melihat Teman Terkena Musibah
No Alternatif Jawaban (F) ( P )
A Menolong dan menghiburnya 14 35 %
B Melihat dan menjenguk 24 60 %
C Mengucapkan rasa iba 2 5 %
D Masa bodoh - -
Jumlah N = 40 100 %

57
Berdasarkan tabel di atas 35 % dari jama'ah Majelis Ta'lim menyatakan jika
mereka melihat teman mereka tertimpa musibah mereka selalu menolong dan
menghiburnya, sedangkan 60 % mereka selalu melihat dan menjenguknya dan 5 %
mengucapkan rasa iba.
Dari semua tabel di atas menunjukan bahwa keberadaan Majelis Ta'lim Al-
Mujahidin mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk sikap
keberagamaan remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang. Pernyataan ini bisa
dibuktikan dari rata-rata jawaban responden yang menjawab selalu dan sering.
Meskipun sebagian kecil responden menyatakan Majelis Ta'lim hanya sedikit
berperan dalam membentuk sikap keagamaan remaja, ini dapat dilihat dari jawaban
responden yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah.
Apabila dilihat dari ilmu pengetahuan, responden menyatakan bahwa setelah
mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin pengetahuan agama sangat
bertambah sekitar 50 %, adapun yang mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim atas
kemauan sendiri yaitu sekitar 75 %. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan tentang
agama mereka sangat bertambah setelah mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim Al-
Mujahidin. Motivasi itu timbul dari diri remaja tersebut tanpa paksaan dari orang
lain. Ini terlihat kesadaran tentang agama terhadap remaja sudah melekat.
Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam keikutsertaannya (peranannya) dalam
membentuk sikap keagamaan remaja diaplikasikan dengan melakukan berbagai
macam kegiatan yang telah mendidik dan mengarahkan remaja agar jangan sampai
mereka melakukan perbuatan yang dilarang.
58
Melalui kegiata-kegiatan itulah para remaja akan mendapat pengetahuan dan
pendidikan agama maupuan umum dan dapat membawa remaja menjadi manusia-
manusia yang berkepribadian muslim yang diharapkan semua orang baik keluarga,
masyarakat dan agama.
Berdasarkan penelitian ternyata hipotesa alternatif (Ha) diterima karena teruji
kebenarannya, berarti: pengaruh yang signifikan antara peranan Majelis Ta'lim dan
pembentukan sikap keagamaan remaja di Batu Ceper Tangerang. Dan sebaliknya
hipotesa nihil (Ho) ditolak karena tidak teruji kebenarannya.

58
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan untuk menulis skripsi
dengan judul Peranan Majelis Talim Al-Mujahiddin dalam Pembentukan Sikap
Keagamaan Remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang, penulis mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Majelis Ta'lim Al-Mujahidin yang dirintis tahun 1963 awalnya hanya
melaksanakan pengajian kaum Bapak dan Ibu saja. Akan tetapi sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, maka didirikanlah Pengajian Remaja
Majelis Ta'lim Al-Mujahidin pada tanggal 17 Agustus 1991, dengan
waktu pengajian setiap malam Jum'at ba'da Isya bertempat di Masjid
Al-Mujahidin. Pengajian Remaja Majelis Ta'lim Al-Mujahidin inipun
mulai mengalami perkembangan dan akhirnya muncul pengajian
bulanan.
2. Kegiatan yang dilaksanakan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin tidak hanya
menyelenggarakan pengajian rutin saja. Akan tetapi masih banyak
kegiatan lain yang sering diselenggarakan, antara lain:
a. Memperingati hari-hari besar Islam yang secara rutin
dilaksanakan, yaitu: Peringatan Maulid Nabi Muhammad
id11688453 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
59
SAW, Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW,
Peringatan Tahun Baru Islam, dan lain sebagainya.
b. Kunjungan ke Majelis Ta'lim-majelis Ta'lim lain (Stady
Comperative). Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
menambah wawasan para jama'ah dan mempererat tali
silaturahim antar sesama muslim.
c. Memperingati Hari Ulang Tahun HIPMA (Himpunan
Pemuda Majelis Ta'lim Al-Mujahidin). Kegiatan ini diisi
dengan berbagai perlombaan, antara lain: membaca Al-
Qur'an, membaca Kitab, membaca Rawi, Pidato, Khutbah,
Shalawat, Adzan, Hifzil Qur'an, Pawai Ta'aruf, dan lain-lain.
Kegiatan ini diselenggarakan setiap empat tahun sekali,
dengan lama kegiatan 7 sampai 10 hari. Sedangkan para
peserta berasal dari mushola-mushola atau pengajian-
pengajian yang ada disekitarnya.
3. Majelis Ta'lim Al-Mujahidin sebagai sebuah lembaga pendidikan
non-formal banyak mempunyai peranan dalam masyarakatnya, antara
lain:
a. Memberikan wawasan keagamaan yang luas
b. Mempererat tali silaturrahim antar sesama muslim
c. Mengkaderisasi para ulama yang ada disekitar
60
d. Menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta memiliki
akhlaqul karimah
e. Melahirkan pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, baik di
lingkungan keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin
yang terletak di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang, telah dapat penulis
simpulkan sebagaimana tertulis sebelumnya di atas. Bertolak dari kesimpulan
tersebut, maka penulis menganjurkan saran sebagai berikut:
1. Untuk lebih meningkatkan intelektualitas para jama'ah, hendaklah
jama'ah tidak hanya mendengarkan dan menerima materi yang
diajarkan saja. Akan tetapi usahakan materi yang akan dibahas
terlebih dahulu dibaca oleh jama'ah secara bergiliran, sehingga
jama'ah lebih memperhatikan materi yang akan dibahas.
2. Dalam menjelaskan materi yang sedang dibahas janganlah bersifat
monoton yang selajutkan akan membuat bosan jama'ah, usahakan
penjelasan materi dikaitkan dengan perkembangan zaman yang
sedang berkembang, sehingga para jama'ah mudah memahami dan
merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
61
3. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin
hendaklah lebih bervariasi sehingga menarik minat para jama'ah untuk
ikut menghadiri.
4. Majelis Ta'lim Al-Mujahidin sebagai lembaga pendidikan non-formal
yang telah lama berdiri dan telah mengalami perkembangan,
hendaklah diimbangi dengan sistem pengelolaan yang baik.
Kemandirian dan ketangguhan dalam mengantisipasi setiap
perubahan, baik yang berskala lokal, nasional dan internasional
menjadi suatu hal yang penting yang harus diperhatikan para
pengurus.

62
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), cet. XI
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I
Azwar, Saefudin, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya) Cet-2, Pustaka Pelajar,
1998
Alawiyah, Tuti, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Talim, (Bandung: Mizan,
1997), cet. Ke-1
Arifin, M., H., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.
Ke-3
Chirzin, Habib, M., Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES), cet. Ke-3
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet XVI
., Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: CV. Ruhama, 1995),
Cet. II
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pustaka, 1999), cet. Ke-10
Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1994), cet. Ke-4, jilid 3
Huda, Nurul, H., (e.d.), Pedoman Majelis Talim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam
(KODI), 1986/1987)
id11705859 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
63
Hadi, Aminul dan Haryono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Bandung CV.
Pustaka Setia, 1998)
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), cet. ke-10
Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya 1995),
cet. Ke-10
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka,
1985)
Rukminto Adi, Isbandi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu kesejahteraan Sosial
(dasar-dasar Pemikiran), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 1994
Soekamto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1982)
Sutarno, R., Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet-II
Salam, Abdus, HM., K.H., Wawancara Pribadi, 21 april 2006
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet II
Wirawan Sarwono Sarlito, Dr., Teori-teori Psikologi Sosial, PT. Raja Grafindo
Persada Jakarta: 2000, cet. V
W. S, Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), cet VI
.., Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) cet VII
, Psikologi Sosial, Bulan Bintang, 2000
Warson Munawir, Ahmad, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Progresif, 1997), cet. Ke-14
Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)

You might also like