You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA

KELOMPOK 26: Rury Fuadhilah Sutan Hamda Syifarahma Ayu Winny Laura C H Yuliana S PJ Kelompok Asisten Modul Tanggal Praktikum Tanggal Disetujui Nilai Laporan Paraf Asisten (0806338903) (0806338935) (0806338941) (0806338954) (0806338960) : Syifarahma Ayu : Feri Frastiansyah : 12 Maret 2010 : : :

LABORATORIUM HIDROLIKA, HIDROLOGI, DAN SUNGAI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2010

H08 GESEKAN DALAM PIPA

8.1 TUJUAN PRAKTIKUM Menyelidiki perubahan tekanan akibat adanya gesekan dalam pipa bundar dengan kecepatan aliran rata-rata. Menunjukkan adanya aliran laminar dan turbulen.

8.2 TEORI DASAR Kehilangan tekanan aliran di dalam pipa timbul akibat adanya gesekan di dalam pipa. Semakin tinggi kecepatan aliran, maka kehilangan energi akan semakin besar.

Gambar 8.1 Gesekan dalam pipa

Pada gambar di atas tampak kehilangan energi (hf) = kehilangan tekanan (h2-h1), karena kecepatan sepanjang pipa adalah konstan. Menurut Poiseuille untuk aliran laminar, rumusannya :

hf
dimana: hf k : h1-h2 : Dynamic viscosity V v

: kinematic viscosity : kecepatan aliran rata-rata

: massa jenis zat cair : diameter pipa

L g

: panjang pipa : percepatan gravitasi bumi

Darcy and Weisback memberikan hubungan antara kehilangan tekanan dan kecepatan aliran turbulen, sebagai berikut:

hf =
f : faktor gesekan

Bila persamaan Poiseuille dan Darcy-weisback disatukan, maka:

f =
Re : Bilangan Reynold

8.3 ALAT DAN BAHAN 1. 2. 3. 4. 5. Meja Hidrolika Stopwatch Gelas ukur Alat peraga gesekan dalam pipa Pompa

Gambar 8.2 Alat peraga gesekan dalam pipa

Keterangan Gambar : 1. Pipa aliran masuk 2. Pipa masuk tangki 3. Pipa pengalir keluar tangki 4. Pengatur tekanan 5. Pipa uji ( 2 mm) 6. Manometer air raksa 7. Manometer air 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Pengatur tekanan Katup pengatur aliran Kaki penyangga Tangki Katup keluar/masuk udara Pompa tangan Pipa pelimpas

8.4 CARA KERJA a. Pembacaan Manometer Air 1. Mengukur panjang pipa uji (5) dan temperatur air 2. Menghubungkan saluran alat uji dengan meja hidrolika 3. Menyambungkan ujung pipa (3) dengan suplai air dari meja hidrolika 4. Membuka katup pengatur aliran pada ujung pipa (9) ke meja hidrolika sehingga air dapat mengalir sampai seluruh udara dapat terdesak keluar 5. Menutup kembali kedua katup, ketika manometer air raksa (6) sudah dalam keadaan setimbang

6. Membuka katup pengatur aliran pada meja hidrolika 7. Membuka katup pada ujung pipa (9) sedikit demi sedikit 8. Mencatat beda tinggi manometer air raksa 9. Mengukur debit aliran dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch 10. Melakukan langkah 7 s.d. 10 untuk berbagai beda tekanan b. Pembacaan Manometer Air Raksa 1. Menutup kedua katup kembali, melepaskan pipa masuk dari meja hidrolika (3) kemudian menyambungkannya dengan aliran masuk dari tangki 2. Menghubungkan suplai air dari meja hidrolika ke tangki 3. Membuka katup pengatur aliran pada meja hidrolika, sehingga air melimpas melalui pipa pelimpas (14) 4. Mengatur tinggi thermometer air (7) sehingga berada di tengah-tengah skala dengan menggunakan pompa (13) 5. Membuka katup pengatur aliran pada ujung pipa (9) sedikit demi sedikit 6. Mencatat beda tinggi manometer air 7. Mengukur debit aliran dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch 8. Melakukan langkah 1 s.d. 8 untuk berbagai beda tekanan

8.5 PENGOLAHAN DATA Data Praktikum


Mercury Manometer Reading (mm) 1 2 205 190 210 185 215 182 220 176 225 172 230 166

No. 1 2 3 4 5 6

Water Manometer Reading (mm) 1 2 205 190 210 185 215 182 220 176 225 172 230 166

Volume (mL) Water Mercury 86 86 116 116 138 138 168 168 96 96 110 110

Time (s) Water Mercury 10 10 10 10 10 10 10 10 5 5 5 5

Tabel 8.1 Tabel hasil praktikum

8.6 ANALISA a. Analisa Praktikum Praktikum kali ini mempunyai kode H-08 dengan judul Gesekan dalam Pipa. Praktikum ini bertujuan untuk menyelidiki perubahan tekanan akibat adanya gesekan dalam pipa bundar dengan kecepatan aliran rata-rata dan menunjukan adanya aliran laminar dan turbulen. Selanjutnya, praktikum ini terdiri dari dua tahap yaitu untuk pembacaan pada manometer air dan dilanjutkan dengan manometer raksa. Untuk pembacaan pada manometer air, hal yang pertama dilakukan adalah mengukur panjang pipa dan temperatur air. Pengukuran panjang pipa dimaksudkan untuk memperoleh luas permukaan dari pipa yang akan digunakan untuk mendapatkan besarnya kecepatan aliran dalam pipa. Lalu, menghubungkan ujung pipa pada alat praktikum gesekan dalam pipa, dengan suplai dari meja hidrolika. Setelah dihubungkan dengan meja hidrolika, katup pengatur aliran pada ujung pipa dibuka agar udara dalam pipa terdesak keluar. Apabila semua udara dalam pipa belum juga berhasil terdesak keluar (di dalam pipa masih ada kandungan udara), maka dilakukan pemompaan. Hal ini dilakukan karena dengan adanya kandungan udara dalam pipa akan memperlambat laju/kecepatan aliran di dalam pipa. Sehingga bila terdapat udara di dalam pipa, kecepatan aliran akan berkurang dan tekanan yang terukur menjadi lebih kecil dari yang seharusnya. Setelah itu menutup kembali kedua katup. Penutupan kembali kedua katup ini dilakukan ketika kedua manometer berada dalam keadaan setimbang (tinggi permukaan air yang terbaca sama). Setelah manometer berada dalam keadaan setimbang, katup pengatur aliran pada meja hidrolika dibuka sedikit demi sedikit. Pembacaan manometer air dilakukan pada setiap kenaikan 10 mm pada manometer 1 atau manometer acuan (penentuan 10 mm ini ditetapkan sesuai keinginan praktikan). Pada praktikum kali ini kami memutuskan untuk memulainya dari 290 mm. Setiap kenaikan 10 mm permukaan air pada manometer 1, maka dilakukan pembacaan tinggi air pada manometer 2 atau manometer pembanding dan diukur perbedaan tinggi air antara manometer 1 dan manometer 2. Pada manometer air, yang mengukur tekanan pada pipa bagian atas adalah manometer 1 sedangkan yang mengukur tekanan pada pipa bagian bawah adalam manometer 2. Setelah itu, praktikan mengukur debit aliran dengan cara mengukur volume

air yang keluar dari pipa keluar aliran selama beberapa detik sesuai dengan keinginan praktikan dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Kami sepakat untuk mengukurnya selama 60 detik, namun karena gelas ukur kurang besar digunakan pula waktu 25 detik. Untuk pembacaan pada manometer raksa sama seperti pada pembacaan manometer air. Pembacaan manometer raksa dilakukan pada setiap penurunan 5 mm pada manometer 1 (penentuan 5 mm ini ditetapkan sesuai keinginan praktikan). Setiap penurunan 5 mm permukaan air pada manometer 1 atau disebut juga manometer acuan, maka dilakukan pembacaan tinggi air pada manometer 2 atau manometer pembanding dan diukur perbedaan tinggi air antara manometer 1 dan manometer 2. Pada manometer raksa, yang mengukur tekanan pada pipa bagian atas adalah manometer 1 sedangkan yang mengukur tekanan pada pipa bagian bawah adalah manometer 2. Setelah itu, praktikan mengukur debit aliran dengan cara mengukur volume air yang keluar dari pipa keluar aliran dengan menggunakan gelas ukur serta stopwatch Kami sepakat untuk mengukurnya selama 10 detik, namun karena gelas ukur kurang besar digunakan pula waktu 5 detik. Perbedaan tinggi antara kedua manometer tersebut menunjukan bahwa adanya perbedaan tekanan pada pipa bagian atas dengan pipa bagian bawah. Selain itu, pemakaian dua manometer pada praktikum ini yaitu manometer raksa dan manometer air dimaksudkan untuk membandingkan besarnya total head (hf) hasil pembacaan dari manometer air dengan hasil pembacaan dari manometer raksa yang seharusnya bernilai sama apabila debit aliran sama. Bila ternyata hasilnya tidak sama (terdapat perbedaan), hal ini diakibatkan karena adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan praktikan saat praktikum sehingga menyebabkan data hasil praktikum tidak tepat.

b. Analisa Hasil dan Grafik Pada praktikum gesekan dalam pipa ini, terdapat 6 buah grafik yang terdiri dari grafik hubungan logaritma dari kuadrat kecepatan aliran dengan logaritma total head (log 2 terhadap log hf) untuk manometer air dan raksa, grafik hubungan logaritma bilangan reynold dengan logaritma frekuensi gesekan (log Re terhadap log f) untuk manometer air

dan raksa, grafik hubungan logaritma kecepatan dengan logaritma total head (log terhadap log hf) untuk manometer air dan raksa. Keenam grafik tersebut dibuat dengan menggunakan metode persamaan regresi linear (metode least square) berdasarkan data-data praktikum yang diperoleh. Biasanya data-data yang diukur dinamakan variabel bebas. Metode persamaan regresi linear ini merupakan suatu metode pendekatan terhadap persebaran data-data yang diplot ke dalam grafik. Dan terdiri dari dua variabel yang masing mewakili suatu sumbu tersendiri. Misalkan saja sumbu x, searah bidang diagonal dan sumbu y, searah bidang vertikal. Agar memudahkan kita dalam mengamati hasil praktikum ini, maka kita tetapkan variabel yang searah denga sumbu x adalah merupakan variabel yang bebas. Sebagai contoh, untuk grafik hubungan log 2 terhadap log hf, variabel bebasnya adalah kecepatan aliran dan variabel terikat adalah total head. Dari grafik pertama dengan manometer air terlihat bahwa persamaan regresinya adalah y = 0.623x - 0.732 serta R = 0.976. Artinya, persebaran data-data antara kecepatan aliran dan total head bila diplot ke dalam grafik dapat ditarik suatu pendekatan/diwakili dengan persamaan regresi linear y = 0.623x - 0.732. Selain itu, pada grafik juga terlihat nilai R2 yaitu 0.976. Nilai R ini menunjukan nilai koefisien korelasi antara persamaan regresi linear terhadap sebaran data-datanya. Tujuan mencari nilai koefisien korelasi ini untuk mengetahui apakah persamaan regresi linear yang dipilih tepat untuk mewakili persebaran data yang diperoleh. Jika nilai R = 1 berarti persamaan yang dipilih tepat mewakili persebaran data yang ada. Jika nilai koefisien korelasinya lebih atau kurang dari 1 berarti persamaan yang dipilih belum tepat mewakili persebaran data yang ada (namun mendekati). Biasanya nilai R masih dapat diterima berkisar antara - 0,6 R 0,6. Nilai koefisien korelasi ini dianggap sama untuk semua kondisi.

Selanjutnya hal ini kita terapkan pula untuk grafik hubungan logaritma dari kuadrat kecepatan aliran dengan logaritma total head (log 2 terhadap log hf) untuk manometer air raksa, grafik hubungan logaritma bilangan reynold dengan logaritma frekuensi gesekan (log Re terhadap log f) untuk manometer air dan raksa, dan grafik hubungan logaritma kecepatan dengan logaritma total head (log terhadap log hf) untuk manometer air dan raksa. Pada grafik log 2 terhadap log hf) untuk manometer air raksa diperoleh persamaan y = 0.769x - 0.808 dan R = 0.997.

Grafik yang ketiga adalah grafik antara log Re terhadap log f untuk manometer air diperoleh persamaan y = -0.753x - 3.492 dan R = 0.938 , grafik log Re terhadap log f untuk manometer raksa diperoleh persamaan y = -0.460x - 2.851 dan R = 0.976. Grafik yang selanjutnya adalah grafik antara log terhadap log h f, untuk manometer air diperoleh persamaan y = 1.246x - 0.732 dan R = 0.976 dan grafik log terhadap log hf untuk manometer raksa diperoleh persamaan y = 1.539x - 0.808 dan R = 0.997. Hasil ini diperoleh setelah diketahui, bahwa rata-rata kecepatan aliran pada manometer raksa lebih besar daripada besarnya nilai kecepatan kritis. Maka, dalam plotting, di grafik sumbu x yang diperoleh dari persamaan Log V, kecepatan yang digunakan adalah kecepatan yang lebih kecil, yaitu kecepatan kritis. Karena dalam perhitungan yang ingin kita ketahui adalah adanya perubahan bentuk aliran yaitu dari aliran laminar ke aliran turbulen, maka reynold yang digunakan haruslah berada dalam range aliran laminer. Dikarenakan Reynold yang didapat dari pembacaan pada manometer kecepatan aliran raksa adalah termasuk ke dalam kelompok aliran turbulen, maka untuk menunjukan adanya perubahan aliran, digunakan kecepatan kritis sebagai kecepatan dan diplot ke dalam grafik. Bila dilihat dari garis lurus y= bx + a pada tiap-tiap grafik, maka hubungan logaritma kecepatan dengan logaritma total head baik untuk manometer air dan manometer raksa adalah semakin besar kecepatan aliran maka nilai total head juga semakin besar. Sedangkan, untuk hubungan logaritma bilangan reynold dengan logaritma frekuensi gesekan baik untuk manometer air maupun raksa adalah semakin besar nilai bilangan reynold maka faktor gesekan semakin kecil. Dari hasil pengolahan data, terlihat bahwa besar kecepatan aliran rata-rata berbanding lurus dengan nilai Bilangan Reynold. Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi. Bilangan ini dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran laminier, transisi, dan turbulen. Berikut ini merupakan ketentuan untuk menentukan jenis aliran berdasarkan nilai Re : 0 < Re 2000, aliran disebut laminier 2000 < Re 20000, aliran disebut transisi antara laminer dan aliran turbulen Re > 20000, aliran turbulen

(sumber : http://smkmuhi.110mb.com/fluidadinamika)

Fungsi dari bilangan Reynold lainnya adalah sebagai acuan dalam menentukan jenis aliran dari suatu aliran air dalam saluran atau pipa. Hal ini didasarkan pada suatu keadaan bahwa dalam satu tabung/pipa atau dalam satu tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan bentuk aliran yang satu menjadi aliran yang lain. Perubahan bentuk aliran ini pada umumnya tidaklah terjadi secara tiba-tiba tetapi memerlukan waktu yakni suatu waktu yang relatif pendek dengan diketahuinya kecepatan kritis dari suatu aliran. Jadi kecepatan kritis adalah kecepatan yang menyebabkan suatu butiran dengan
diameter tertentu mulai bergerak. Kecepatan kritis ini pada umumnya akan dipengaruhi oleh

ukuran pipa dan jenis zat cair yang lewat dalam pipa tersebut. Pada praktikum ini, kecepatan kritis yang diperoleh adalah 3,2163097 m/s. Kecepatan kritis ini diperoleh dari persamaan garis linear (log Re terhadap log f), baik untuk manometer air maupun manometer raksa dengan membandingkan Yair = Yraksa. Selanjutnya, akan didapatkan nilai x dan Re (dengan menggunakan persamaan x = log Re). Sehingga, akan didapatkan besarnya kecepatan kritis dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Re =

Keterangan :

Re D

: Bilangan Reynolds : Diameter pipa (m) : Kinematika Viskositas = 0,000000818 m2/s (Suhu 25oC)

: Kecepatan kritis (m/s)

Berdasarkan ketentuan bilangan Reynold yang telah dijelaskan sebelumnya, aliran air yang terjadi pada manometer air mengalami perubahan dari laminar ke turbulen yaitu pada saat h1= 230 mm dan h2 = 162 mm. Sedangkan aliran air pada manometer raksa adalah turbulen karena memiliki nilai Re > 2000.

Selain itu, untuk dapat mengetahui apakah aliran air dalam pipa tersebut merupakan laminar atau turbulen dapat ditinjau dari dimensi linear pipa, viskositas cairan, dan kecepatan pada setiap titik tertentu di dalam pipa. Aliran laminar memiliki arus air yang sederhana (streamline/arus tenang), kelajuan gerak yang kecil dengan dimensi vektor kecepatannya berubah secara kontinyu dari nol pada dinding dan maksimum pada sumbu pipa (dimensi linearnya kecil) dan banyak terjadi pada air yang memiliki kekentalan rendah. Sedangkan, aliran turbulen mengalami perubahan kecepatan dari titik ke titik dan dari waktu ke waktu berlangsung secara tidak teratur (acak). Oleh sebab itu aliran turbulen biasanya terjadi pada kecepatan air yang tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi serta memiliki dimensi linear yang tinggi

c. Analisa Kesalahan Dalam melakukan suatu praktikum, pasti terdapat kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi hasil dari praktikum itu sendiri. Terdapat berbagai jenis kesalahan yang mepengaruhi hasil dari praktikum, yang pertama adalah kesalahan dari praktikan sendiri, yaitu sebagai berikut: Kesalahan pembacaan manometer baik pada manometer air maupun raksa yang dilakukan oleh praktikan. Penentuan penurunan atau kenaikan 10 mm pada manometer yang kurang tepat (misalnya kelebihan atau kekurangan). Pengukuran debit aliran yang kurang tepat misalnya saat mengukur waktu, yang seharusnya 10 detik tetapi kelebihan/kekurangan Selain kesalahan praktikan juga dapat terjadi kesalahan lain yang dapat mempengaruhi data praktikum yang diperoleh yaitu suhu dari air yang digunakan/suhu ruangan. Pada praktikum ini, suhu air di asumsikan sekitar 29C. Jika pada kenyataannya berbeda, maka hal ini akan mempengaruhi viskositas (kekentalan) dari air sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh juga pada kecepatan aliran dan besarnya perbedaan tekanan.

8.7 KESIMPULAN Setelah melakukan pengolahan data dan analisa, dapat disimpulkan bahwa : 1. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menyelidiki perubahan tekanan akibat adanya gesekan dalam pipa bundar dengan kecepatan aliran rata-rata dan menunjukkan adanya aliran laminar dan turbulen. 2. Adanya gesekan dalam pipa yang disebabkan oleh aliran yang mengalir di dalam pipa tersebut dengan kecepatan tertentu (kecepatan aliran rata-rata) akan menyebabkan perubahan tekanan/perbedaan tekanan antara pipa bagian atas dengan pipa bagian bawah. 3. Pada saat menggunakan manometer air, aliran dalam pipa adalah laminar sedangkan pada saat menggunakan manometer raksa, aliran dalam pipa adalah turbulen. 4. Kecepatan kritis yang diperoleh pada praktikum gesekan dalam pipa adalah 0,155 sampai 0,185 V6 6. Dari hasil rumus empiris tersebut didapat perbedaan yang disebabkan oleh kesalah praktikan dalam membaca debit. 7. Bilangan Reynold dapat digunakan untuk acuan dalam membedakan aliran laminar dan turbulen. 8. Besarnya kecepatan kritis dipengaruhi oleh ukuran pipa dan jenis zat cair yang mengalir dalam pipa tersebut m/s

5. Rumus empris yang diperoleh unuk manoneter air dan raksa relatif sama berkisar antara

8.8 DAFTAR PUSTAKA Pedoman Praktikum Mekanika Fluida dan Hidrolika. 2009. Depok: Teknik sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Fluida Dinamika. http://smkmuhi.110mb.com/.

You might also like