You are on page 1of 6

AFP( Acute Flaccid Paralysis)

Kita pasti ingat kejadian di Sukabumi sekitar April 2005 dimana ditemukan penderita yang menderita panas dan tiba tiba menjadi lumpuh. Pada saat itu ditemukan virus Polio liar dan Ini merupakan kasus AFP (Acute Flaccid Paralysis). Kejadian ini menjadikan kasus polio ditemukan kembali di Indonesia setelah sekian lama tidak ditemukan kasus polio di Indonesia ( terakhir ditemukan pada tahun 1985). Kita perlu selalu waspada terhadap kasus AFP ini karena AFP merupakan kegawatan medis,yang jika terlambat penanganannya dapat berdampak pada disabilitas bahkan dapat menyebabkan kematian. Banyak faktor yang menyebabkan AFP, namun yang akan dijelaskan disini, hanya yang disebakan oleh infeksi virus polio liar (VPL) AFP bukan merupakan diagnosis suatu penyakit tetapi suatu keadaan dimana setiap penyakit yang mempunyai gejala lumpuh layuh akut pada saat ditemukan tanpa memperhatikan penyebabnya (kecuali karena trauma). sehingga AFP dapat merupakan suatu gejala penyakit atau gejala penyakit penyerta ataupun gejala komplikasi dari sesuatu penyakit. Dikatakan Acute (AKUT) karena perkembangan kelumpuhan yang berlangsung cepat 1 - 14 hari ( <2 minggu) sejak terjadinya gejala awal seperti nyeri, rasa baal dan kesemutan sampai kelumpuhan yang total. Dikatakan Flaccid ( Flaksid) adalah kelumpuhan yang layuh/lemas/ tonus ( ketengangan) otot menurun/hilang sehingga kekuatan otot menurun/lumpuh total Penyebab lumpuh layuh akut 1.Infeksi virus polio liar 2.sindroma Guillan Barre 3. Peradangan sum sum tulang belakang ( myelitis transversa) 4. Polyneurophaty, myelopathy, stroke pada anak, ensefalitis/ensefalopati, miastenia gravis, Duchene Muscular Dystrophys (DMP), dll Fakta mengenai virus polio liar Yang dimaksud dengan virus polio liar (VPL) adalah virus polio yang terdapat di alam, bukan berasal dari vaksin, dan dapat menyebabkan penyakit polio pada sebagian orang yang terserang. Virus polio liar terdiri dari 3 jenis, yaitu tipe 1, 2, 3. Pada umumnya, yang bersifat ganas adalah tipe 1. VPL hanya dapat hidup di dalam tubuh manusia. Tidak ada hewan perantara yang menularkan polio. VPL berkembang biak di dalam usus manusia yang

terinfeksi. Virus polio liar yang sudah berkembang biak tersebut ke luar melalui tinja, yang akan menjadi sumber penularan bagi orang lain. Lamanya orang yang telah terinfeksi mengeluarkan VPL melalui tinja dapat sampai 3 bulan. Penularan terjadi melalui berbagai bahan yang tercemar tinja yang mengandung virus dapat \lalui sumber air yang tercemar virus polio liar. Apa yang terjadi apabila VPL masuk ke dalam tubuh anak yang belum pernah mendapat vaksinasi polio (tidak mempunyai kekebalan tubuh) VPL tersebut masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu berkembang biak di dalam usus. Virus yang berkembang biak tersebut akan di keluarkan dalam jumlah banyak di dalam tinja, dan menulari orang lain di sekitarnya. Orang tersebut menjadi sumber penularan selama kira-kira 3 bulan. Masa penularan, yaitu waktu sejak VPL masuk ke dalam tubuh seseorang sampai timbul gejala dapat mencapai 30 hari. Gejala VPL yang telah masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan beberapa kemungkinan: a. Tidak menunjukkan gejala apa-apa (asimptomatik) pada 72% kasus, Orangorang ini akan menyebarkan VPL kemana-mana melalui tinjanya. Itu sebabnya penyebaran VPL dapat cepat sekali, dan dapat berpindah ke tempat yang jauh. b. Sakit ringan seperti flu biasa pada 24% kasus c. Meningitis aseptik atau radang selaput otak aseptik pada 4% kasus d. Kelumpuhan pada 1% kasus. Meningitis aseptik atau radang selaput otak Bila virus polio liar menyerang selaput otak, muncul gejala kuduk kaku, muntah, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, leher, dan punggung. Penyembuhan terjadi dengan sendirinya, dapat disertai sedikit kelumpuhan. Kelumpuhan Pada 1% anak yang terserang VPL, terjadi kelumpuhan menetap. Pada anak yang mengalami kelumpuhan permanen, VPL menyerang sel saraf motor di sumsum tulang belakang yang disebut sebagai sel saraf kornu anterior. Karena sel saraf yang menggerakkannya rusak, tentu saja terjadi kelumpuhan otot. Hal ini disebut sebagai lumpuh layuh akut, atau lemas. Tungkai tidak dapat di

angkat, bila digerakkan keplekkeplek seperti tungkai boneka, serta mengecil. Kelumpuhan biasanya disertai demam tinggi dan nyeri pada daerah yang lumpuh. Lumpuh sering hanya mengenai tungkai saja serta tidak simetris antara kanan dan kiri. Pada sebagian kasus dapat terjadi sedikit penyembuhan, bukan karena sel saraf motor di sumsum tulang tumbuh lagi, tetapi karena fungsi otot yang lumpuh di ambil alih oleh otot yang tidak lumpuh. Lumpuh layuh akut belum tentu disebabkan VPL Kerusakan otak dapat menyebabkan kelumpuhan tetapi bersifat kaku, tidak layuh. Sebaliknya gangguan mulai dari sumsum tulang belakang sampai ke otot menyebabkan lumpuh layuh atau lemas. Lumpuh layuh akut dapat disebabkan berbagai penyebab, bukan hanya polio. Polio hanya merupakan salah satu di antara beberapa penyebab lumpuh layuh akut. Semua kasus lumpuh layuh akut pada anak berumur kurang dari 15 tahun harus dilaporkan, dan diperiksa tinjanya dalam waktu 2 minggu, untuk menentukan penyebabnya. Bila semua lumpuh layuh yang ditemukan BUKAN disebabkan VPL, negara tersebut aman dari polio. Bila ditemukan satu saja disebabkan VPL, dianggap sebagai wabah dan perlu tindakan segera berupa vaksinasi massal untuk mencegah penyebaran VPL dan peningkatan survailans untuk mendeteksi penyebaran VPL.

Vaksinasi terhadap polio, vaksin polio oral (OPV= oral polio vaccine) Vaksin polio oral dibuat dari virus polio tipe 1,2 dan 3 yang sudah dilemahkan. Bila diberikan kepada manusia, vaksin tidak menyebabkan penyakit tetapi menimbulkan kekebalan tubuh. Cara pemberian vaksin polio oral adalah diteteskan ke dalam mulut sebanyak 2 tetes setiap kali pemberian. Jadwal dari Departemen Kesehatan adalah vaksin polio oral pertama diberikan saat pulang dari rumah bersalin, dilanjutkan pada umur 3,4,dan 5 bulan, dengan total 4 dosis sebelum anak berumur 1 tahun. Ikatan Dokter Anak Indonesia memberikan tambahan dosis pada umur 18 bulan dan 5 tahun untuk meyakinkan bahwa anak-anak mendapat dosis yang cukup, sehingga diperlukan 6 dosis sebelum umur 5 tahun untuk mencapai kekebalan maksimal. Isu bahwa VPL yang saat ini beredar di Sukabumi tidak dapat dicegah dengan vaksin polio oral yang sudah ada SAMA SEKALI TIDAK BENAR. Semua

VPL dimanapun di dunia dapat dicegah dengan vaksin polio oral yang sudah ada. Keuntungan lain dari vaksin polio oral adalah bahwa setelah ditelan vaksin segera membentuk kekebalan lokal di usus selama 100 hari. Setelah mendapat 4 dosis vaksin atau lebih, baru terjadi kekebalan tubuh secara menyeluruh. Bila seseorang yang telah mempunyai kekebalan usus terserang VPL, virus tersebut tidak akan dapat berkembang biak di dalam usus. Vaksin polio oral tidak boleh diberikan pada: Anak yang mengalami sakit gangguan kekebalan tubuh (defisiensi imun), leukemia, HIV/ AIDS dan lain-lain. Anak yang mendapat obat golongan steroid lama Anak yang sedang dirawat di rumah sakit Efek kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin Jumlah Kekebalan Kekebalan dosis lokal usus menyeluruh 1 dosis Segera, sampai Belum ada 100 hari 2 dosis Segera, sampai Sudah mulai 100 hari lagi ada, belum cukup Lengkap Tidak ada lagi Kebal seumur 6 dosis setelah lewat hidup 100 hari Vaksin polio suntik (eIPV = enhanced inactivated polio vaccine) Vaksin polio suntik disebut sebagai eIPV ( enhanced inactivated polio vaccine) dibuat dari virus polio yang sudah mati. Pemberian IPV hanya sedikit menimbulkan kekebalan lokal di usus, tetapi menyebabkan kekebalan seluruh tubuh yang kuat pada orang yang telah menerima dosis lengkap. Total dosis yang dianjurkan adalah 4 dosis. Mengapa diperlukan eIPV? eIPV terutama diperlukan bagi: a. Anak yang mempunyai halangan/ kontraindikasi untuk mendapat OPV b. Pasien di luar daerah wabah c. Pasien yang ragu-ragu apakah anak telah mendapat imunisasi polio lengkap atau masih kurang. d. Atas permintaan orang tua dan telah didiskusikan dengan dokter.

Bagaimana mencegah penjalaran letusan kasus polio dari Sukabumi? a. Outbreak Respons Immunization (ORI) dengan memberi vaksin polio oral terhadap semua anak berumur 5 tahun di daerah tersebut. Gunanya adalah mencegah penularan lebih lanjut. Pemberian vaksin polio oral dapat segera menimbulkan kekebalan di dalam usus sampai 100 hari sesudahnya. Pemberian vaksin polio oral tidak dapat mencegah bila VPL sudah masuk tubuh terlebih dahulu. b. Mopping-up. Akhir Mei dan akhir Juni akan dilakukan vaksinasi polio oral masal terhadap semua anak berumur kurang dari 5 tahun di 3 propinsi, yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten, tanpa memandang status vaksinasi sebelumnya. c. Survailans atau pencarian kasus lumpuh layuh akut tetap dilaksanakan, dengan harapan kasus tersebut BUKAN disebabkan polio. Laporkanlah kasus ini bila anda mengetahuinya. Apakah kebersihan dapat membantu? Memasak air tentu membunuh VPL, sehingga aman diminum. Tetapi jangan lupa bahwa VPL mungkin juga mencemari piring, sendok dan gelas bila dicuci dengan air yang tercemar. Mencuci tangan harus selalu dikerjakan, tetapi syaratnya adalah mencuci tangan dengan air yang bebas pencemaran VPL. Bila mencuci dengan air yang tercemar virus polio liar tetap dapat terinfeksi. Virus polio tidak mati dengan sabun, alkohol atau lisol, hanya biasa mati dengan Na-hipoklorit atau pemanasan. Tatalaksana kasus polio atau kasus lumpuh layuh yang secara klinis dicurigai sebagai polio a. Kasus aseptic meningitis Pemeriksaan cairan otak melalui pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis bakterialis atau meningitis tuberkulosis. Pengobatan simtomatik b. Kasus kelumpuhan Diagnosis banding dengan sindrom Guillain Barre. Apabila ada keraguraguan, lakukan pemeriksaan cairan otak melalui pungsi lumbal. Pengobatan simtomatik Fisioterapi c. Perawatan di bangsal Kasus dirawat di ruang isolasi

Buang air besar ke dalam pispot, lalu direndam klorin selama 1 jam dengan konsentrasi 10.000 ppm, usahakan supaya bagian dalam juga terkena cairan klorin. Kemudian di buang ke dalam tangki septik atau dibakar. Semua bahan seperti celana, sarung, kain dan lain-lain direndam klorin selama 15-30 menit dengan konsentrasi 1000-2500 ppm, kemudian disiram air panas, lalu dicuci. d. Pemulangan pasien Pasien dirawat minimal selama 2 minggu. Dalam 2 minggu keadaan klinis akan membaik sedikit atau tidak memburuk lagi Tinja pasien masih dapat mengandung VPL selama 3 bulan, sehingga harus diberi perhatian khusus tentang cara membuang tinja seperti perawatan di rumah sakit. Demikian juga dengan pakaian pasien. Saat pasien dipulangkan, diberi bekal klorin untuk pemakaian selama 3 bulan dan pispot dengan petunjuk untuk membuang tinja dan mencuci pakaian. PENCEGAHAN Khusus mengenai imunisasi polio: Bila belum pernah mendapat vaksinasi terhadap Polio segera berikan dosis pertama, dilanjutkan dengan dosis ke 2,3,4 dengan interval 4 minggu. Ulangan dilakukan satu tahun dan empat tahun kemudian. Sampai umur 1 tahun dibutuhkan minimal 4 kali vaksinasi polio. Sampai umur 5 tahun dibutuhkan minimal 6 kali vaksinasi polio. Bila vaksinasi terhadap polio belum lengkap, segera meminta tambahan untuk melengkapinya. Bila lupa atau ragu-ragu apakah vaksinasi sudah lengkap, boleh meminta tambahan vaksin polio oral. Kelebihan dosis vaksin polio oral tidak akan merugikan atau membahayakan anak. Anak di atas umur 5 tahun yang telah divaksinasi 6 kali atau lebih tidak perlu tambahan vaksinasi polio

You might also like