You are on page 1of 49

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

KELOMPOK I MULYONO AGUS SAPUTRA SISKA RAYUSMI NELVIA ROZA NURMAINI OPI AJI

SISTEM INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU 2011

1. APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJADWALAN KULIAH BERDASARKAN KESEDIAAN WAKTU DOSEN MENGAJAR (Studi Kasus Pada STIE SBI Yogyakarta)

proses pengambilan keputusan melalui tahapan : 1) Tahap Penelusuran ( Intelligence) Dari penelitian yang dilakukan melahirkan rumusan masalah penelitian berupa Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penjadwalan Kuliah Berdasarkan Preferensi Kesediaan Waktu Dosen Untuk Mengajar, hasil tahapan penelitian ini tertuang pada (Yuhilda, 2007). 2) Tahap Perancangan ( Design) Setelah perumusan masalah, dilanjutkan dengan pencarian data-data dan informasi berupa sistem dan prosedur penjadwalan kuliah yang telah dipakai, datadata dosen, data-data matakuliah, data-data kelas, data-data ruang dan dampak dari hasil penjadwalan. Pencarian dan pengumpulan data didominasi melalui wawancara dengan staf pada Bagian Akademik yang mengurusi penjadwalan kuliah. Dari kesemua informasi yang diperoleh, kemudian dapat dibuat penetapan kriteria-kriteria evaluasi untuk calon dosen yang diutamakan penjadwalannya melalui pertimbangan jabatan dosen, status dosen, pertimbangan diampu, jumlah SKS matakuliah yang diampuh dan kebutuhan fasilitas dan ruang kelas yang disesuaikan dengan kebutuhan matakuliah (Yuhilda, 2007). 3) Tahap Pemilihan (Choice) Dengan mengacu pada kriteria-kriteria penilaian yang telah ditetapkan, dibuat model-model penilaian secara matematis, sejumlah model penilaian seperti ditunjukan pada gambar 1 yang masing-masing akan diuraikan pada pembahasan. 4) Tahap Implementasi (Implementation) Struktur Sistem Pendukung Keputusan yang ditunjukan pada gambar 1 diimplementasikan dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dengan Microsoft SQL Server 2000 sebagai databasenya, yang secara detail dibahas pada (Yuhilda,

2007). Sedangkan komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan yang digunakan adalah : a. Subsistem manajemen data, menyediakan data bagi sistem yang berasal dari data internal dan data eksternal.

b. Subsistem manajemen model, berfungsi sebagai pengelola berbagai model. c. Subsistem antar muka pengguna, merupakan fasilitas yang mampu

mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Perancangan basis data sistem pendukung keputusan yang akan memberikan pemahaman secara keseluruhan berupa hubungan antar objek data, aliran informasi dan transformasi dari data input menjadi output yang digambarkan secara grafik berupa Entitas Relationship Diagram dan Data Flow Diagram yang secara lengkap dibahas pada (Yuhilda, 2007). Secara keseluruhan Sistem Pendukung Keputusan yang akan dibangun, memperhatikan kriteria-kriteria dengan bobot tertentu, yang dapat digambarkan seperti tabel-tabel dibawah ini: 2.1 Model dan Bobot Penilaian Sistem Pendukung Keputusan Model Sistem Pendukung Keputusan Penjadwalan Kuliah berdasarkan preferensi kesediaan waktu dosen untuk mengajar, dibuat dalam 7 jenis penilaian, yaitu model penilaian status dosen, model penilaian jabatan (untuk dosen tetap), model penilaian tingkat pendidikan dosen, model penilaian masa kerja, model penilaian jenis matakuliah, model penilaian SKS matakuliah, dan model penilaian kebutuhan ruang. Dimana masing-masing unsur tersebut memiliki beberapa elemen penilaian yang akan menentukan hasil akhir sistem pendukung keputusan yang akan digunakan oleh para pengguna dalam menentukan suatu keputusan. Setiap elemen berbobot penilaian yang berbeda-beda tergantung dari hasil penilaian kriteria yang ada. Batasan penilaian dimulai dari angka 40 sebagai yang terendah sampai dengan nilai 100 sebagai yang tertinggi. Sedangkan bobot penilaiannya sudah ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh si peneliti dengan bersumber pada hasil penelitian, namun hal ini untuk seterusnya bisa diadakan perubahan-perubahan searah dengan tuntutan kebutuhan. Bahwa sistem ini proses penilaiannya mengacu kepada pemenuhan kriteriakriteria yang telah ditetapkan serta mengacu pada beberapa kasus yang telah terjadi, sehingga benar-benar mempunyai tolak ukur yang baik.

2.1.1 Model Penilaian Status Dosen Penilaian elemen ini dilakukan dengan memanfaatkan hasil pengambilan data status dosen. Penilaian kebutuhan ini berbobot 20%, dengan nilai 100 untuk klasifikasi dosen tetap, 80 untuk tidak tetap dan 60 untuk dosen tamu seperti ditunjukkan pada tabel 1

2.1.2 Model Penilaian Jabatan Internal Model penilaian jabatan internal yang ditujukan untuk dosen tetap dengan bobot penilaian 15 %, dengan pembagian kriteria penilaian untuk ketua 100, Pembantu Ketua (Puket) 90, Ketua Jurusan (Kajur) 80, Kepala Bagian (Kabag) 70, dan Staff biasa 60 seperti ditunjukkan pada tabel 2.

2.1.3 Model Penilaian Tingkat Pendidikan Model penilaian tingkat pendidikan dosen dengan bobot 15%, dengan pembagian kriteria penilaian untuk tingkat pendidikan S3 100, S2 80, dan S1 70 seperti ditunjukkan pada tabel 3.

2.1.4 Model Penilaian Masa Kerja Model penilaian masa kerja dosen dengan bobot 10 %, dengan pembagian kriteria penilaian untuk masa kerja >10 tahun 100, 8-10 tahun 80, 5-7 tahun 60 dan 14 tahun 40 seperti ditunjukkan pada tabel 4.

2.1.5 Model Penilaian Jenis Matakuliah Model penilaian jenis matakuliah dengan bobot 20 %, dengan pembagian kriteria penilaian untuk matakuliah wajib 100 dan matakuliah pilihan 50 seperti ditunjukkan pada tabel 5.

2.1.6 Model Penilaian SKS Matakuliah Model penilaian SKS matakuliah dengan bobot 10 %, dengan pembagian kriteria penilaian untuk 4 SKS 100, 3 SKS 80 dan 2 SKS 70 seperti ditunjukkan pada tabel 6.

2.1.7 Model Penilaian Kebutuhan Ruang Kelas Matakuliah Model penilaian Kebutuhan ruang kelas matakuliah dengan bobot 10 %, dengan pembagian kriteria penilaian untuk kebutuhan ruang tipe A 100, tipe B 90 dan Tipe C 80 seperti ditunjukkan pada tabel 7.

2.2 Hasil Pemrosesan Sistem Pendukung Keputusan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan dibangun untuk menentukan prioritas urutan dosen dalam menentukan penjadwalan kuliah berdasarkan preferensi kesediaan masing-masing dosen untuk mengajar pada perguruan tinggi STIE SBI Yogyakarta, dalam menghasilkan keluaran tersebut sistem secara keseluruhan melakukan pemrosesan sebagai berikut : - Pemrosesan Input, terdiri dari pemasukan data dosen, pemasukan data matakuliah, pemasukan data kelas, pemasukan data ruang dan pemasukan data kesediaan berisikan sebagian data yang menjadi syarat-syarat untuk penjadwalan kuliah berdasarkan preferensi kesediaan waktu masing-masing dosen. - Pemrosesan Penilaian yang terdiri dari Penilaian berbagai macam bobot nilai kriteria atau parameter. - Hasil Penilaian berdasarkan hasil perhitungan bobot kriteria penilaian yang ada untuk setiap matakuliah seperti nampak pada gambar 2.

Dari hasil yang telah ditunjukkan diatas dapat diketahui bahwa total keseluruhan hasil penilaian untuk untuk masing-masing dosen Izzah dan dosen Wawan adalah 91,50 dan 88,00. Sehingga untuk mengukur prioritas penjadwalan, dosen yang diutamakan penjadwalannya terlebih dahulu adalah dosen dengan point tertinggi. Baru kemudian diikuti dengan dosen-dosen berikutnya. Disini dosen dengan point tertinggi yang dimaksudkan adalah Izzah. Gambar 3

Pada gambar diatas menerangkan bahwa dosen Izzah di prioritaskan penjadwalannya karena mempunyai urutan point tertinggi. Disusul oleh dosen Wawan dan seterusnya sesuai dengan urutan point masing-masing dosen. Jika ada dua dosen yang secara kebetulan mempunyai kesediaan waktu mengajar yang sama, maka dosen dengan point yang lebih tinggi di prioritaskan untuk dijadwalkan sesuai dengan kesediaannya. Sedangkan dosen berikutnya dijadwalkan berikutnya sesuai dengan urutan point tersebut. Seperti terlihat pada gambar 4.

Mengacu pada gambar 2 yang menunjukkan point dosen Izzah 91,50 lebih tinggi dari point dosen Marwadi 73,00, maka kesediaan dosen Izzah lebih diprioritaskan untuk dijadwalkan terlebih dahulu dibandingkan dengan dosen Marwadi. Mengacu pada gambar 3 dapat kita lihat bahwa penjadwalan untuk dosen Izzah sesuai dengan waktu kesediaannya. Yakni mengajar pada hari selasa dan kamis. Sedangkan hasil penjadwalan final untuk dosen Marwadi dapat dilihat pada gambar 5.

3. Penutup Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah : 1. Sistem Pendukung keputusan ini dibuat dengan pemodelan yang memperhatikan berbagai faktor yang dipakai sebagai kriteria penilaian dan pemberian bobot diantaranya penilaian status dosen, jabatan, tingkat pendidikan, masa kerja, matakuliah, SKS matakuliah, dan penilaian kebutuhan ruang yang dianggap relevan dengan kondisi dan realita pada STIE SBI Yogyakarta. 2. Sistem Pendukung Keputusan ini memiliki kriteria-kriteria yang dapat dirubah bobot nilainya sesuai dengan kesepakatan dan kebutuhan 3. Hasil yang diperoleh dari sistem yang terbentuk, akan memberikan alternatif penilaian bagi para pengambil keputusan untuk menentukan penjadwalan kuliah yang sesuai dengan pereferensi kesediaan waktu dosen yang bersangkutan untuk mengajar.

2. ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN (SIPUS) TERPADU VERSI 3 DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM)

Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem informasi Perpustakaan saat ini sudah tidak asing lagi. Banyak perpustakaan mulai menggunakan sistem informasi perpustakaan sebagai bagian penting untuk meningkatkan kinerja staf perpustakaan dan organisasi perpustakaan. Sistem informasi perpustakaan pun berkembang sedemikian pesat baik yang disediakan secara gratis atau tidak sampai dengan sistem yang dikembangkan sendiri oleh perpustakaan. Perpustakaan diberi kebebasan untuk memilih sistem informasi perpustakaan yang paling baik dan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Pemilihan sistem informasi menjadi pertaruhan bagi perpustakaan dalam menghadapi globalisasi informasi dan perkembangan teknologi informasi. Perpustakaan harus dapat menentukan sistem informasi yang mampu terimplementasi dengan baik dan mampu diterima penggunanya. Unit Penunjang Umum (UPU) Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui PT. Gamatechno telah mengembangkan sebuah sistem informasi perpustakaan yaitu Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS) Terpadu versi 3 (tiga) untuk menjawab kebutuhan internal akan adanya sistem informasi perpustakaan yang baik dan sesuai kebutuhan. SIPUS dikembangkan sejak tahun 2000 hingga saat ini yakni mulai dari SIPUS versi 1 (satu) tahun 2000/2001, versi 2 (dua) tahun 2002/2003, versi 3 (tiga) tahun 2004/2006 dan versi web yang merupakan versi 4 (empat) tahun 2006/2007, sehingga sudah 6 tahun sistem ini dikembangkan. Dari keempat sistem informasi perpustakaan, SIPUS Terpadu versi 3 (tiga) atau SIPUS versi 3 ternyata merupakan program yang saat ini paling realibel diterapkan pada perpustakaan di lingkungan UGM. Hal ini juga disebabkan SIPUS versi 4 (empat) yang dikembangkan baru dalam tahap ujicoba pada dua perpustakaan di lingkungan UGM. Namun dari studi awal yang dilakukan oleh peneliti, ternyata pemakaian SIPUS versi 3 belum begitu menggembirakan atau mendapat sambutan dari perpustakaan-perpustakaan di lingkungan UGM. Dari total perpustakaan yang mencapai 60 perpustakaan yang terdiri dari perpustakaan fakultas, perpustakaan pasca sarjana, perpustakaan pusat studi dan perpustakaan jurusan, ternyata hanya ada 4 (empat) perpustakaan yang menggunakan SIPUS versi 3 ini.

Landasan Teori Definisi Teoritis Lucas (1987) mengartikan sistem sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling bergantung satu sama lain dan terpadu2. Sedangkan Indrajit3 mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dan lainnya. Sedangkan Zwass4 menyatakan sistem adalah Set of components (subsystems or elementary parts) that operate together to achieve a common objective (or multiple objectives). Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem adalah merupakan suatu hal yang saling terkait satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan yang sama. Istilah informasi, menurut Davis5 adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang. Sedangkan menurut Zwass6 adalah an increment in knowledge. May be obtained by processing data into meaningful and useful content and form. Berdasar definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa sebuah informasi adalah data yang mempunyai makna, artinya ketika sesuatu hal (data) tidak mempunyai makna maka belum dapat dikatakan sebagai sebuah informasi. Definisi ini menggambarkan adanya interaksi diantara elemen yang sistematis dan teratur untuk menciptakan dan membentuk aliran informasi yang mendukung pembuatan keputusan dan melakukan control terhadap jalannya perusahaan (perpustakaan). Sedangkan Indrajit (2000) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu kumpulan dari komponenkomponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi

Tingkatan Sistem Informasi Setiap jenis sistem informasi berbasis teknologi informasi (komputer) dikembangkan berdasarkan lini manajerial. Masing-masing sistem informasi tersebut memiliki fungsi dan manfaat bagi tiap tingkatan manajerial14. Hal ini menentukan tingkatan dari setiap sistem informasi yang dikembangkan. Tingkatan system informasi terdiri dari: 1. Sistem pemrosesan transaksi atau Transaction Processing Systems (TPS) merupakan bentuk perkembangan dari kantor elektronik, dimana sebagian dari pekerjaan rutin diotomatisasi termasuk untuk pemrosesan transaksi. TPS ini merupakan pemrosesan data

transaksi yang menghasilkan informasi yang akurat yang akan digunakan sesuai kebutuhan. Pada kasus perpustakaan, maka tingkatan sistem ini adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi yang dilakukan di bagian pengadaan, pengolahan, sirkulasi dan keanggotaan. 2. Sistem informasi manajemen disini adalah sebuah kelengkapan pengelolaan dari prosesproses yang menyediakan informasi untuk manajer guna mendukung operasi-operasi pembuatan keputusan dalam organisasi. Pada tingkatan ini masukan yang diberikan berupa data transaksi yang telah diproses yang akan dijadikan sebuah laporan ringkas, keputusankeputusan rutin, dan jawaban dari permintaan yang diberikan. 3. Sistem pendukung keputusan (SPK) merupakan peningkatan dari SIM dengan penyediaan prosedur-prosedur khusus dan pemodelan yang unik yang akan membantu manajer dalam memperoleh alternative-alternatif keputusan. 4. Sistem Informasi E-Business dibangun karena ada kebutuhan untuk menjawab tantangan pengintegrasian data dan informasi dari proses bisnis berbasis internet atau jaringan global. Penerimaan terhadap Sistem Informasi Salah satu unsur penting dalam penerapan sebuah sistem informasi adalah penerimaan terhadap sistem informasi tersebut. Bagi sebuah organisasi, sistem informasi berfungsi sebagai alat bantu untuk pencapaian tujuan organisasi melalui penyediaan informasi. Metode Analisis Hasil penelitian yang diambil dengan menggunakan kuesioner mendapatkan data kualitatif yang diukur berdasarkan skala Likert.. Skala pengukuran variabel data kualitatif bisa nominal, ordinal atau persepsi yang dirubah dalam bentuk skala interval. Contoh dalam penelitian ini variabel kebermanfaatan, kemudahan, dan penerimaan terhadap TI akan diukur dalam skala interval: 1 = Sangat Tidak Setuju; 2 = Tidak Setuju; 3 = Netral; 4 = Setuju; 5 = Sangat Setuju Uji prasyarat (instrumen/kuesioner) dilakukan dengan menggunakan uji validitas data dan uji realibiltas data. Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah semua pertanyaan (instrumen) penelitian yang diajukan untuk mengukur variabel penelitian adalah valid. Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai signifikansi masing-masing instrumen. Sedangkan pengujian realibilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha (CA).

3. SISTEM

PENDUKUNG

KEPUTUSAN

PEMILIHAN

MAHASISWA

BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) 1.1. Latar Belakang Setiap individu mahasiswa memiliki hard skills dan soft skills yang berpotensi dalam menunjang masa depannya. Namun, tidak semua individu tersebut memiliki kemauan dan kemampuan dalam mengekplorasi potensi yang dimilikinya tersebut. Dalam era persaingan bebas, dibutuhkan lulusan yang memiliki kemampuan hard skills dan soft skills yang seimbang, sehingga mahasiswa dituntut dapat aktif dan memiliki prestasi di bidang akademik dan non akademik, ekstra dan intra kurikuler. Oleh karena itu, disetiap perguruan tinggi perlu diidentifikasi mahasiswa yang dapat melakukan keduanya dan diberikan penghargaan sebagai mahasiswa yang berprestasi, yakni dengan melakukan pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi. Proses pemilihan mahasiswa berprestasi yang dilakukan secara manual memiliki bebebrapa kelemahan sehingga menimbulkan beberapa persoalan, diantaranya sebagai berikut. Proses pengolahan data pemilihan yang memakan waktu lama. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap proses penetapan kebijakan pihak perguruan tinggi untuk menentukan mahasiswa yang benar-benar pantas mengikuti proses selanjutnya, yakni proses pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat nasional yang akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Memungkinkan terjadinya human error dalam proses pengolahan data-data yang digunakan dalam proses pemilihan. Memungkinkan terjadinya ekplorasi informasi yang minim. Informasi yang dimaksudkan adalah informasi dari hasil proses pemilihan mahasiswa berprestasi yang telah dilakukan. Informasi yang diperoleh dari hasil proses pemilihan mahasiswa seharusnya dapat dipergunakan dengan baik, sehingga memungkinkan untuk memudahkan pihak perguruan tinggi untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan dimasa mendatang. Dalam pelaksanaannya pemilihan mahasiswa berprestasi ini menggunakan beberapa komponen atau kriteria (multikriteria) yang nantinya akan dinilai. Perumusan kriteriakriteria tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional (DIKTI). Kriteria-kriteria tersebut memiliki intensitas kepentingan

(bobot) yang berbeda. DIKTI telah menetapkan komponen-komponen atau kriteria-kriteria yang akan dinilai pada pemilihan mahasiswa berprestasi ini. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 1. 1 Parameter atau Kriteria yang Digunakan Dalam Pemilihan N o 1. 2. 3. 4. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Karya Tulis Kegiatan Intra-Ekstrakurikuler Kemampuan Bahasa Inggris 20% 30% 25% 25% Nama Kriteria Bobot

Keempat komponen atau kriteria di atas digunakan sejak tahun 2006, yakni awal diadakannya pemilihan mahasiswa berprestasi diseluruh perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu metode sistem pendukung keputusan yang multikriteria adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP ini cukup efektif dalam menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut ke dalam bagianbagiannya. Dengan metode AHP ini penulis membuat sebuah sistem pendukung keputusan pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi yang berbasis komputer yang diharapkan nantinya dapat membantu para pembuat keputusan di suatu perguruan tinggi dalam memutuskan alternatif-alternatif terbaik dalam pemilihan mahasiswa berprestasi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh dua rumusan masalah untuk melakukan penelitian tentang sistem pendukung keputusan untuk pemilihan mahasiswa berprestasi menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ini, yakni sebagai berikut. Bagaimana metode AHP dapat memberikan solusi dalam permasalahan pemilihan mahasiswa berprestasi ? Bagaimana model sistem pendukung keputusan pemilihan mahasiswa berprestasi yang berbasis komputer dengan menggunakan metode AHP ?

1.3. Batasan Masalah Untuk memfokuskan penelitian, maka dibuat batasan dari perumusan masalah di atas, diantaranya sebagai berikut.

1. Sistem pendukung keputusan yang dibuat adalah sistem pendukung keputusan yang hanya membantu memberikan alternatif mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi. 2. Parameter atau kriteria pemilihan pengambilan keputusan yang digunakan merupakan hasil dari kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiDepartemen Pendidikan Nasional (DIKTI), yakni IPK, Karya Tulis, Kegiatan IntraEkstrakurikuler, Kemampuan bahasa Inggris. 3. Untuk pemilihan mahasiswa berprestasi ini ditetapkan alternatif paling banyak adalah 12 orang (calon mahasiswa berprestasi), sedangkan paling sedikit 7 orang. 4. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan skala kepentingan 1-6.

1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini, diantaranya sebagai berikut. Menerapkan metode AHP dalam membangun sistem pendukung keputusan pemilihan mahasiswa berprestasi. Membangun suatu prototype sistem pendukung keputusan untuk pemilihan mahasiswa berprestasi menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, diantaranya. 1. Memodelkan sistem pendukung keputusan pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi dengan metode AHP. 2. Memudahkan para pengambil keputusan dalam mengambil keputusan untuk memilih mahasiswa berprestasi yang diharapkan. 3. Memotivasi untuk melakukan penelitian berikutnya, baik untuk permasalahan serupa maupun permasalahan lainnya dengan menggunakan metode yang sama. 1.6. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, metode pengumpulan data dan metode pengembangan perangkat lunak. 1. Metode pengumpulan data a. Metode studi literatur

Dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan teori sistem pendukung keputusan yang berbasis komputer, mekanisme pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat universitas, dan metode AHP. b. Metode wawancara Dengan melakukan wawancara dengan lembaga atau instansi yang dijadikan objek penelitian, yakni untuk mendapatkan data-data atau informasi-informasi yang diperlukan untuk penelitian dan pembangunan perangkat lunak. 2. Metode pengembangan perangkat lunak a. Metode pendekatan perangkat lunak Metode yang digunakan adalah metode pendekatan terstruktur, yakni analisis yang terfokus pada aliran data. Pendekatan terstruktur mengenalkan beberapa alat untuk mengembangkan sistem terstruktur. Alat-alat tersebut diantaranya, data dictionary, entity relationship diagram (ERD), data flow diagram (DFD), process specification (Pspec). b. Model Proses Model proses yang digunakan untuk pembangunan perangkat lunak adalah model sekuensial linier. Dasar-dasar Sistem Pendukung Keputusan Menurut Simon (Suryadi dan Ramdhani,2002,h.15-16) model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu sebagai berikut. a. Intelligence Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengindentifikasi masalah. b. Design Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi. c. Choice Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna menggambarkan hubungan antar fase secara lebih komprehensif.

Dari tahapan-tahapan diatas disimpulkan bahwa konsep sistem pendukung keputusan terdiri dari. a. Masalah terstruktur Merupakan masalah yang memiliki struktur masalah pada 3 tahapan Simon. Hasil akhir ditentukan oleh proses terkomputerisasi tanpa campur tangan manajer.

b. Masalah semi struktur Merupakan masalah yang memiliki struktur yang memiliki salah satu atau dua tahapan Simon. Penggabungan antara kebijakan manajer dengan rujukan dari proses terkomputerisasi. c. Masalah tidak terstruktur Merupakan masalah yang tidak memiliki struktur pada tahapan Simon. Masalah yang hanya mampu diselesaikan dengan kebijakan seorang manajer. Proses pemilihan mahasiswa berprestasi ini merupakan masalah semi-struktur, karena sistem yang akan dibangun merupakan tools pembantu pihak perguruan tinggi untuk menentukan 3 alternatif dengan nilai tertinggi mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi. Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002,h.30-31) peranan SPK dalam konteks keseluruhan sistem informasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja melalui aplikasi teknologi informasi. Terdapat sepuluh karakteristik dasar SPK yang efektif, yaitu sebagai berikut. a. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management of perception. b. Adanya interface manusia-mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol proses pengambilan keputusan. c. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur. d. Output ditujukan untuk personil organisasi dalam semua tingkatan.

e. memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem. f. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen. g. Pendekatan easy to use. Ciri suatu SPK yang efektif adalah kemudahannya untuk digunakan, dan memungkinkan keleluasaan pemakai untuk memilih atau

mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam membahas sistem yang dihadapi. h. Kemampuan sistem beradaptasi secara cepat, dimana pengambil keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat menanganinya dengan cara mengadapatasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi.

4. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIAN KARYAWAN BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA ( Studi kasus pada UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK ) Pendahuluan Perkembangan suatu Perguruan tinggi sangat dipengaruhi oleh jumlah mahasiswa yang masuk. Dari tahun ketahun UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK berkembang pesat dengan ditandainya jumlah mahasiswa baru. Dengan betambahnya jumlah mahasiswa maka bertambah pula jumlah karyawan yang bekerja, baik karyawan edukatif maupun karyawan non edukatif. Bertambahnya karyawan ini sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan untuk menentukan karyawan berprestasi. Selain jumlah yang banyak, keheterogenan karyawan juga semakin komplek sehingga sangat sulit memilih karyawan yang berprestasi menurut lembaga dan sulitnya menentukan prioritasnya. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut: 1. Alat dan bahan Nama Karyawan UNIVERSITAS GUNADARMA Depok

Faktor-faktor yang menentukan pemilihan karyawan berprestasi Ms. Access Ms. Visual Basic 6.0

2. Langkah-langkah dan cara penelitian: Studi pustaka Pengumpulan data karyawan dan faktor-faktor yang menentukan pemilihan karyawan berprestasi diambil dari departemen PSDM GUNADARMADepok Analisis dan perencangan menggunakan AHP Implementasi perancangan ke dalam software Ms. Access dan Visual basic 6.0 Pengujian untuk memilih karyawan berprestasi UNIVERSITAS

Konsep Sistem Pendukung Keputusan Konsep sistem pendukung keputusan diperlenalkan pertama kali oleh Michael S. Scoott Morton pada tahun 1970-an dengan istilah Management Decision System (Sprague,1982). SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternatif. AHP (Analytic Hierarchy Process) Untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh Departemen Sumber Daya Manusia di UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK digunakan pendekatan AHP. Salah satu teknik pengambilan keputusan/ optimasi multivariate yang digunakan dalam analisis kebijaksanaan. Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal- hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. AHP juga memungkinkan ke struktur suatu sistem dan lingkungan kedalam komponen saling berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur dampak dari komponen kesalahan sistem (Saaty,2001) Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model AHP dengan model

lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP 1. Reciprocal Comparison artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1/x 2. Homogenity artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen- elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru 3. Independence artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya 4. Expectation artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objectif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap Selanjutnya Saaty (2001) menyatakan bahwa proses hirarki analitik (AHP) menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan efektif atas isu kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam suatu komponen-komponennya. Artinya dengan menggunakan pendekatan AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan. Prinsip Kerja AHP Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang

memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004). Prosedur AHP Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : 1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti Gambar 1. di bawah ini

Goal

Objectives

SubObjectives

Alternatives

2. Penilaian kriteria dan alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan 1 3 Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada 7 9 2,4,6,8 elemen lainnya Keterangan

Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-

pertimbangan yang berdekatan

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, dan A3. Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini : Tabel 2. Contoh matriks perbandingan berpasangan A1 A1 A2 A3 1 1 1 A2 A3

Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 1., Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilainilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif. 3. Penentuan prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan berikut: a. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan. b. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks. 4. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi & Ramdhani, 1998): Hubungan kardinal Hubungan ordinal : aij . ajk = aik : Ai > Aj, Aj > Ak maka Ai > Ak

Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut : a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak delapan kali dari pisang. b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang. Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris. c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat maks. e. Indeks Konsistensi (CI) = (maks-n) / (n-1) f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan. Daftar RI dapat dilihat pada Tabel 3.. Tabel 3. Nilai Indeks Random Ukuran Matriks 1,2 3 Nilai RI 0,00 0,58

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59

Gambaran Umum Sistem Sistem yang dikembangkan adalah sebuah sistem yang berupa perangkat lunak yang membantu pengambil keputusan yakni Departemen Sumber Daya Manusia untuk pemilihan karyawan berprestasi berdasarkan kinerjanya. Dari analisis dokumen penilaian kinerja yang diisi oleh seluruh karyawan dan kepala bagian dari tiap-tiap departemen lalu diproses melalui pemodelan menggunakan AHP. Satu karyawan menilai teman se departemennya, dan seorang kepala bagian menilai seluruh karyawan yang ada di Depok. Setiap form isian dianalisis berdasarkan kriteria- kriteria penilaian. Analisis dokumendokumen penilaian ini menghasilkan keluaran berupa nilai prioritas karyawan. Kemudian setelah semua penilaian dianalisis, setiap penilaian diberi bobot, untuk selanjutnya dilakukan analisis pada setiap karyawan. UNIVERSITAS GUNADARMA

Pengambil keputusan dalam hal ini departemen SDM melakukan proses komunikasi dengan sistem lewat dialog (GUI) yang telah disediakan. Departemen SDM dapat melakukan pengolahan data dan memberi perintah pada sistem untuk mengolah data yang ada sesuai model yang digunakan dan meminta sistem memberikan alternatif solusi setelah dimasukkan beberapa kriteria dan bobot yang diperhitungkan. Keluaran informasi sistem bisa dijadikan pertimbangan untuk menentukan karyawan yang berprestasi berdasarkan prioritas. Diagram Alir (Flowchart) SPK Untuk menggambarkan diagram alir algoritma semua proses yang dijalankan Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi dapat dilihat pada diagram alir berikut: Diagram Alir Utama Dalam diagram alir utama ini digambarkan algoritma secara umum semua proses yang ada dalam Sistem Pendukung Keputusan. Proses diawali dengan pengisian form penilaian, kemudian proses selanjutnya adalah proses Sistem Pendukung pemilihan karyawan berprestasi. Algoritma utama ini dapat dilihat pada gambar 2.

mulai Form penilaian

Analisis dokumen lagi? T SPK pemilihan karyawan berprestasi

selesai

Gambar 2. Diagram Alir Sistem Pendukung Keputusan Utama

Diagram alir Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi Diagram alir yang digambarkan merupakan diagram alir Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi. Proses AHP ini digunakan untuk menghitung nilai intensitas kriteria dan karyawan. Proses yang terdapat dalam Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini adalah proses AHP kriteria penilaian, proses AHP karyawan dan proses hasil analisis.

mulai

AHP Kriteria Penilaian

AHP Karyawan

Hasil Analisis Penilaian

selesai

Gambar 3. Diagram Alir Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Berprestasi Diagram alir AHP kriteria Diagram alir ini berfungsi untuk menggambarkan algoritma untuk proses AHP kriteria Penilaian. Gambaran umum algoritma pada proses AHP kriteria ini dapat dilihat pada Gambar 4. Proses yang terdapat dalam AHP kriteria ini adalah input kriteria penilaian, set skala perbandingan berpasangan, dan analisis kriteria Penilaian. Dalam AHP kriteria Penilaian ini, pengguna harus memasukkan kriteria-kriteria penilaian yang akan dipakai pada form penilaian karyawan.

mulai Input Kriteria Penilaian Set Skala Perbandingan Analisis Kriteria Penilaian selesai

Gambar 4. Diagram Alir AHP Kriteria Penilaian Penghitungan nilai intensitas kriteria ini diawali dengan melakukan perbandingan berpasangan dari tiap-tiap kriteria. Gambar 5. menjelaskan algoritma umum dari proses set skala perbandingan.

mulai

i=1

i <= n

Y
j=1

j <= n

i=i+1

Y
i=j

skala_perbandingan [i,j]=1

T
skala_ perbandingan [j,i] = 0

skala_perbandingan [i,j]= 1/skala_perbandingan [j,i]

Y
Input skala_ perbandingan [i,j] Simpan skala_ perbandingan [i,j] j = j +1 Tampil skala_perbandingan [i,j]

selesai

Gambar 5. Diagram Alir Set Skala Perbandingan Setelah perbandingan berpasangan dilakukan, kemudian proses selanjutnya adalah proses perhitungan nilai intensitas kriteria. Proses perhitungan nilai intensitas kriteria penilaian ini dimulai dengan melakukan pengkuadratan matriks yang dihasilkan pada saat perbandingan berpasangan, kemudian dilanjutkan proses normalisasi matriks kuadrat

tersebut, dan penghitungan konsistensi rasio. Gambaran umum mengenai proses analisis kriteria penilaian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

mulai n = banyaknya kriteria Penilaian

Kuadrat matriks

Normalisasi Matriks

Menghitung Konsistensi Rasio

selesai

Gambar 6. Diagram Alir Analisis Kriteria Penilaian Hasil dari normalisasi matriks kuadrat ini adalah nilai intensitas kriteria penilaian. Sedangkan gambaran umum mengenai proses kuadrat matriks dan normalisasi matriks berturut-turut dapat dilihat pada Gambar 7. dan Gambar 8.

mulai i=1 i <= n Y j=1 T

i=i+1

j <= n Y kuadrat[i,j] = 0; k = 1

k <= n Y

j=j+1

kuadrat[i,j]=kuadrat[i,j] + (skala_perbandingan[i,k]*skala_perbandingan[k,j]) k = k+1

selesai

Gambar 7. Diagram Alir Kuadrat Matriks

mulai jumlah = 0; i=1 T i <= n Y temp[i] = 0; j=1 j <= n Y temp[i] = temp[i] + kuadrat[i,j] T jumlah = jumlah + temp[i] i=i+1

j = j +1

k=1 k <= n Y intensitas_kriteria_ penilaian [k] = temp[k] / jumlah T

Simpan intensitas_kriteria_ penilaian [k] Tampil intensitas_kriteria_ penilaian [k] k=k+1 selesai

Gambar 8. Diagram Alir Normalisasi Matriks

Pada proses analisis kriteria ini juga terdapat proses untuk menghitung nilai konsistesi rasio dari perbandingan berpasangan yang telah dilakukan. Nilai konsistensi rasio ini bergantung pada banyaknya kriteria penilaian yang ada. Gambaran umum algoritma untuk menghitung nilai konsistensi rasio ini dapat dilihat pada Gambar 9.

mulai i = 1, jumlah_rata=0 T i <= n Y jumlah [i] = 0; j=1 T j <= n Y jumlah[i]= jumlah[i]+( skala_perbandingan [i,j] * intensitas_kriteria_ penilaian [j]); temp[i]= jumlah[i] / intensitas_kriteria_ penilaian [i]; jumlah_rata=jumlah_rata+temp[i]; i = i+ 1 j = j+ 1

rata=jumlah_rata/n; ci=(rata-n)/(n-1); cr=ci/ri[n] selesai

Gambar 10. Diagram Alir Konsistensi Rasio Diagram Alir AHP Karyawan Setelah nilai intensitas kriteria penilaian diketahui, maka proses selanjutnya adalah proses AHP karyawan. Gambaran umum algoritma AHP karyawan ini dapat dilihat melalui

Gambar 10. Proses-proses yang terdapat dalam AHP karyawan ini adalah input bobot karyawan per kriteria dan hitung nilai intensitas karyawan per kriteria.

mulai

Kriteria Penilaian

Tampil kriteria Penilaian m = banyaknya kriteria Penilaian k=1 k <= m T Y karyawan

Tampil karyawan n = banyaknya karyawan

Input Bobot karyawan Bobot Terhitung karyawan

k= k + 1

selesai

Gambar 10. Diagram Alir AHP Karyawan

Proses AHP karyawan ini dimulai dengan proses memasukkan nilai bobot karyawan tiap kriteria. Gambaran algoritma untuk input bobot karyawan ini dapat dilihat pada Gambar 11.

mulai jumlah[k] = 0; i = 1

i <= n Y

Input bobot_karyawan [i,k] jumlah[k] = jumlah[k] + bobot_karyawan [i,k]

Simpan bobot_karyawan [i,k]

Tampil bobot_karyawan [i,k]

i=i+ 1

selesai

Gambar 11. Diagram Alir Input karyawan Per Kriteria

Setelah proses pemasukkan nilai bobot karyawan tiap kriteria disimpan, kemudian dilakukan proses penghitungan nilai intensitas akhir. Rumus penghitungan nilai intensitas karyawan per kriteria ini adalah dengan melakukan pembagian antara bobot karyawan per kriteria dengan jumlah bobot karyawan per kriteria yang telah dimasukkan tersebut. Gambaran algoritma hitung nilai intensitas program ini dapat dilihat pada Gambar 12.

mulai i=1 T Y Baca bobot_karyawan [i,k] bobot_terhitung_karyawan [i,k] = bobot_karyawan [i,k] / jumlah [k] Simpan bobot_karyawan [i,k]

i <= n

Tampil bobot_terhitung_karyawan [i,k] i=i+1

selesai

Gambar 12. Diagram Alir Bobot Terhitung karyawan Per Kriteria

Diagram Alir Hasil Analisis Setelah semua karyawan diberi bobot untuk tiap kriteria, proses selanjutnya yaitu menghitung nilai intensitas total karyawan. Gambaran umum mengenai algoritma proses hasil analisis penilaian dapat dilihat pada Gambar 13.

mulai karyawan

Tampil karyawan

n= banyaknya karyawan

i=1 T i <= n Y bobot_total_karyawan [i] = 0

Kriteria penilaian

m= banyaknya kriteria penilaian; j = 1

j <= m Y

i=i+1

bobot_total_karyawan [i] = bobot_total_karyawan [i]+ (intensitas_kriteria_ penilaian [j] * bobot_terhitung_karyawan[i,j]) Simpan bobot_total_karyawan [i]

Tampil bobot_total_karyawan [i]

j=j+1

selesai

Gambar 13. Diagram Alir Hasil Analisis Penilaian karyawan

Subsistem Manajemen Model Subsistem manajemen model merupakan metode yang digunakan dalam proses analisis SPK ini. Subsistem Manajemen Model SPK Pemilihan Karyawan Berprestasi Berdasarkan Kinerja Analisis pemilihan karyawan berprestasi berdasarkan kinerja dimodelkan oleh metode AHP. Tiap-tiap kriteria diperbandingkan berdasarkan metode AHP, selanjutnya masingmasing alternatif juga dianalisis dengan metode AHP. Penentuan kriteria pada Sistem

Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini dapat dilakukan oleh Departemen SDM. Penilaian alternatif pada Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif.

Menetukan karyawan berprestasi

Kriteria ke-1

Kriteria ke-2

.....
karyawan ke-3

Kriteria ke-n

karyawan ke-1

karyawan ke-2

.....

karyawan ke-n

Gambar 14. Struktur Hirarki AHP pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Berprestasi

Keterangan Gambar 14 : a. Hirarki terbawah adalah nama-nama karyawan yang ada di GUNADARMA Depok. b. Hirarki kedua adalah kriteria-kriteria yang dipakai untuk menganalisis karyawan. c. Hirarki ketiga adalah hirarki yang berisi karyawan dengan prioritas tertinggi. Karyawan inilah yang layak mendapatkan reward atau penghargaan. Implementasi Pada gambar 15, merupakan cara menentukan perbandingan untuk tiap kriteria sesuai nilai perbandingannya. UNIVERSITAS

Gambar 15. Form menghitung perbandingan tiap kriteria penilaian

Pada gambar 16, merupakan form untuk menilai karyawan berdasarkan tiap-tiap kriterianya. Misalkan karyawan yang bernama armadyah, kriterianya adalah kualitas kerja, dan nilainya sangat bagus.

Gambar 16. Form pengisian kriteria tiap karyawan Kesimpulan Adapun kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan dalam penulisan ini: 1. Interval bobot yang dipakai dalam penilaian karyawan ini adalah 0-4, dimana 0 adalah buruk, 1 adalah kurang dari cukup, 2 adalah cukup, 3 adalah baik, dan 4 adalah sangat baik. Semakin tinggi nilai bobot penilaian dokumen maka semakin tinggi pula nilai intensitas total penilaian karyawan. 2. Hasil perhitungan AHP yang diterapkan ini akan menghasilkan keluaran nilai intensitas prioritas karyawan tertinggi sehingga karyawan yang memiliki nilai tertinggi layak untuk mendapatkan reward atau penghargaan.

5. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MEMILIH PERGURUAN SWASTA JURUSAN KOMPUTER MENGGUNAKAN METODE Hierarchy Process (AHP) 1.1 Latar Belakang

TINGGI Analytical

Jurusan komputer merupakan salah satu jurusan favorit saat ini dikarenakan teknologi informasi sangat cepat berkembang maka lapangan pekerjaan dan bisnis di bidang teknologi informasi menjadi salah satu pilihan yang diincar oleh banyak pihak. Dengan demikian banyak berdiri perguruan tinggi baik negeri maupun swasta membuka jurusan komputer. Banyaknya pilihan perguruan tinggi jurusan komputer khususnya di Yogyakarta, membuat calon mahasiswa menjadi bingung dalam memilih perguruan tinggi. Tidak sedikit calon mahasiswa di Yogyakarta berasal dari luar Yogyakarta membuat mereka menjadi merasa asing, bingung, kekurangan informasi mengenai perguruanperguruan tinggi di Yogyakarta. Melalui media internet, seseorang dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang

dibutuhkan. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perguruan Tinggi Swasta Jurusan Komputer di Yogyakarta Menggunakan Metode AHP ini dapat dijadikan sebuah sistem yang memberikan informasi dan mengatasi masalah kebingungan dalam pemilihan perguruan tinggi swasta jurusan komputer di Yogyakarta. Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode dalam proses pengambilan keputusan dengan peralatan utamanya adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan menggunakan hierarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dapat dipecahkan ke dalam kelompokkelompoknya. Kemudian kelompokkelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hierarki. Oleh karena itu, metode AHP digunakan dalam Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perguruan Tinggi Swasta Jurusan Komputer di Yogyakarta. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan bagaimana membangun suatu sistem pendukung keputusan pemilihan perguruan tinggi swasta jurusan komputer di Yogyakarta menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). 1.3 Batasan Masalah Dilihat dari luas ruang lingkup permasalahan yang dapat dipecahkan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), maka dilakukan pembatasan-pembatasan terhadap permasalahan yang ada, yaitu : 1. Skema hirarki yang dapat diproses oleh sistem ini dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan (level) saja, yakni tujuan, atribut, dan alternatif. 2. Sistem ini tidak memproses bagaimana suatu kasus direpresentasikan ke dalam bentuk hirarki, tetapi hanya mengolah bentukan hirarki dari kasus yang telah disusun dan direpresentasikan oleh user (pengguna) sendiri. 3. Data yang diterima sebagai input oleh sistem yang nantinya akan diproses merupakan data simulasi (data-data pengujian/percobaan), bukan berupa data riil. 4. Penyimpanan terhadap data kuisioner yang akan diproses maupun data yang telah diproses bersifat temporary (sementara). Hal ini berarti bahwa suatu data akan tetap berada di dalam basis data hanya pada saat data tersebut yang diproses. Data tersebut akan dihapus dari basis data atau dilakukan pengosongan pada basis data pada saat dilakukan pemrosesan terhadap data baru. 5. Sistem ini hanya memproses data kuisioner (pemberian pertimbangan indeks kepentingan) dari 1 orang saja, tidak didapat dari multi partisan

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan sebuah Sistem Pendukung Keputusan memilih perguruan tinggi swasta jurusan komputer dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), yang diharapkan dapat memberikan informasi perguruan tinggi swasta dan dapat menyelesaikan permasalahan dalam pemilihan perguruan tinggi swasta jurusan komputer di Yogyakarta.

1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat membantu dengan memberikan pertimbangan, mempermudah dan mempercepat proses penentuan suatu alternatif/keputusan terbaik dari berbagai alternatif keputusan yang ada.

1.6 Metodologi Pengembangan Sistem Metodologi yang dilakukan dalam pengembangan sistem atau pembangunan perangkat lunak yaitu metode Waterfall (siklus air terjun). Model ini juga dikenal dengan nama classic life code (Pressman, 2002). Tahapan dalam metode waterfall atau siklus air terjun adalah : 1. Rekayasa dan pemodelan sistem. 2. Analisis kebutuhan perangkat lunak. 3. Desain. 4. Implementasi. 5. Pengujian. 6. Pemeliharaan.

IMPLEMENTASI Dalam bab implementasi ini akan menampilkan antarmuka halaman halaman yang terdapat pada sistem pendukung keputusan memilih perguruan tinggi swasta jurusan komputer di Yogyakarta dan akan dijelaskan beberasa aturan dan penulisan program pada saat mengimplementasikan perancangan.

4.1 Perangkat Keras Yang Digunakan Perangkat keras yang digunakan dalam pembuatan sistem ini adalah perangkat komputer dengan spesifikasi sebagai berikut : Processor : Pentium IV 2.4 GHz Memory : 512 Mb DDR Vga Card : ATI Radeon 9550 Harddisk : 1 Tb Perangkat keras minimum yang dapat digunakan untuk menjalankan apilkasi ini adalah sebagai berikut : Processor : AMD Athlon XP atau Intel Pentium III Memory : 128 Mb Vga Card : 8Mb dengan resolusi 1024 x 768 Harddisk : 20Gb

4.2 Pembahasan Aplikasi Program Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi program komponen yang dibutuhkan program, proses proses pada masing masing scene program dan penulisan source code. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perguruan Tinggi Swasta Jurusan Komputer di Yogyakarta mempunya 14 antarmuka utama, yaitu :

4.2.1 Halaman Utama Sistem Ini Tampilan utama ini sebagai tampilan awal bagi pengguna sistem yang akan menggunakan sistem ini. Tampilan pada halaman utama sistem ini dapat di lihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Halaman Home

4.2.2 Halaman Pendaftaran Anggota Halaman pendaftara anggota ini digunakan untuk melakukan proses pendaftaran bagi pengguna sistem yang ingin melakukan proses pemilihan perguruan tinggi. Tampilan pada halaman pendaftaran anggota dapat di lihat pada gambar 4.2.

4.2.3 Halaman Login Anggota Halaman login anggota ini digunakan untuk melakukan proses loogin bagi pengguna sistem yang ingin melakukan proses pemilihan perguruan tinggi. Tampilan pada halaman login anggota dapat di lihat pada gambar 4.3.

4.2.4 Halaman Info Perguruan Tinggi Halaman infor perguruan tinggi ini hanya dapat di lihat oleh anggota yang telah berhasil login ke dalam sistem ini, dimana data data seputar perguruan tinggi yang akan di pilih ada pada halaman ini. Tampilan pada halaman info perguruan tinggi dapat di lihat pada gambar 4.4.

4.2.5 Halaman Info Anggota Halaman info anggota ini hanya dapat di lihat oleh anggota yang telah berhasil login ke dalam sistem ini dan data anggota tersebut yang akan di tampilkan pada system ini. Tampilan pada halaman info anggota dapat di lihat pada gambar 4.5.

4.2.6 Halaman Ubah Profil Anggota

Halaman ubah profil anggota ini hanya dapat di lihat oleh anggota yang telah berhasil login ke dalam sistem ini dan akan melakukan proses perubahan data anggota tersebut, seperti nama, jenis kelamin, pekerjaan, alamat dan email. Tampilan pada halaman ubah profil anggota dapat di lihat pada gambar 4.6.

4.2.7 Halaman Ganti Password Anggota Halaman ganti password anggota ini digunakan untuk merubah password login anggota dan hanya dapat diganti oleh anggota yang berhasil login ke dalam sistem dan hanya merubah password anggota tersebut. Tampilan pada halaman ganti password anggota dapat di lihat pada gambar 4.7.

4.2.8 Halaman Perbandingan Kriteria Halaman perbandingan kriteria ini digunakan untuk langkah awal dalam proses pemilihan perguruan tinggi dimana pada halaman ini akan dilakukan perbandingan dari masing masing kriteria yang disediakan yaitu biaya pendidikan, jumlah peminat, rasio komputer dan mahasiswa, fasilitas pendukung dan kesejahteraan alumni. Tampilan pada halaman perbandingan kriteria dapat di lihat pada gambar 4.8.

4.2.9 Halaman Hasil Perhitungan Halaman hasil perhitungan ini digunakan untuk langkah terakhir dalam proses pemilihan perguruan tinggi dimana pada halaman ini akan dilakukan perhitungan dari masing masing kriteria yang telah dibandingkan dan akan di tampilkan hasil perhitungan dan data perguruan tinggi yang seharusnya di pilih sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh anggota. Tampilan pada halaman hasil perhitungan dapat di lihat pada gambar 4.9.

4.2.10 Halaman Login Administrator Halaman login administrator digunakan untuk proses login admin yang akan melakukan pengolahan data pada sistem ini. Tampilan pada halaman login admin dapat di lihat pada gambar 4.10.

4.2.11 Halaman Home Administrator Halaman home administrator digunakan untuk halaman utama administrator yang berhasil login ke dalam sistem ini. Tampilan pada halaman home admin dapat di lihat pada gambar 4.11.

4.2.12 Halaman Data Perguruan Tinggi Halaman data perguruan tinggi digunakan untuk menampilkan seluruh data perguruan

tinggi yang ada pada sistem ini untuk dijadikan alternatif dalam pemilihan. Tampilan pada halaman data perguruan tinggi dapat di lihat pada gambar 4.12.

4.2.13 Halaman Data Kriteria Pilihan Halaman data kriteria pilihan digunakan untuk menampilkan seluruh data kriteria pilihan yang ada pada sistem ini dan akan dijadikan pertimbangan dalam kriteri pemilihan perguruan tinggi. Tampilan pada halaman data kriteria pilihan dapat di lihat pada gambar 4.13.

4.2.14 Halaman Data Nilai AHP Halaman data nilai AHP digunakan untuk menampilkan seluruh data intensitas dari masing masing kriteria pada setiap alternatif perguruan tinggi, data ini akan digunakan pada saat penyeleksian alternatif perguruan tinggi sesuai dengan masing masing nilai pada alternatif. Tampilan pada halaman data nilai AHP dapat di lihat pada gambar 4.14.

You might also like