You are on page 1of 10

Program Studi Farmasi FMIPA Unlam 2012

ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP CEMPAKA KOTA BANJARBARU TAHUN 2011

Artikel Ilmiah Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana strata-1 Farmasi

Oleh Sri Yuliany NIM J1E108036

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU JULI 2012

Program Studi Farmasi FMIPA Unlam 2012

ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP CEMPAKA KOTA BANJARBARU TAHUN 2011 (Oleh: Sri Yuliany; Pembimbing: Nani Kartinah & Hari Setyanto, 2012) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani Km. 36 Kampus Unlam, Banjarbaru Kalimantan Selatan ABSTRAK Puskesmas Rawat Inap Cempaka memiliki angka kunjungan tertinggi di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru tahun 2011. Untuk itu, diperlukan perencanaan yang tepat agar kebutuhan obat dapat tercukupi sesuai kebutuhan. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui perencanaan Puskesmas Rawat Inap Cempaka tahun 2011 untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan, mengetahui efisiensi penggunaan obat, serta mengetahui perencanaan tersebut dapat mendukung penggunaan obat yang rasional atau tidak. Perhitungan perencanaan dilakukan dengan metode konsumsi dan morbiditas. Efisiensi perencanaan obat dihitung dengan kriteria berikut: ketersediaan obat per bulan, ketepatan permintaan obat, kesesuaian ketersediaan obat dengan pola penyakit, persentase obat yang tidak diresepkan dan persentase obat rusak/ kadaluarsa. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah dan jenis obat masih kurang sesuai dengan kebutuhan. Tingkat ketersediaan obat per bulan menunjukkan hasil yang bervariasi, yaitu aman (5,29%), kurang (62,43%), berlebih (6,88%), dan kosong (16,40%). Hasil ketepatan permintaan obat bervariasi yaitu <100% sebanyak 32,80%, >100% sebanyak 26,98%, tepat 100% sebanyak 1,58%. Rata-rata persentase obat yang tidak diresepkan yaitu 16,42%. Persentase rata-rata obat rusak/kadaluarsa 3,95%. Kesesuaian ketersediaan obat dengan sepuluh penyakit terbanyak yaitu 95,23%. Perhitungan dengan metode morbiditas menunjukkan hasil bahwa perencanaan yang telah dibuat sebagian besar dapat dikatakan mendukung penggunaan obat yang rasional. Kata kunci: Puskesmas Rawat Inap Cempaka, Perencanaan obat, Metode konsumsi, metode morbiditas

ABSTRACT Cempaka inpatient health center has the highest rate of visits in Banjarbaru in 2011. For that, we need the proper planning so drug needs can be met as medication needs. The aim of this study to determine of drug plan in Cempaka inpatient health center in 2011 to obtained the type and amount of medication as needed, knowing the efficiency of drug use, and to know the plan is support the rational use of medicines or not. Calculation of the planning done by consumption and morbidity methods. Efficiency of the drug plan is calculated by several criteria: availability of drugs per month, the accuracy of drug demand, the suitability of drugs availability in disease pattern, the percentage of nonprescribed drugs and the percentage of damaged/expired drugs. The results of calculation by consumption method show that the types and number of drugs are inappropriate to the patient needs. Level of availability of drugs per month showed varying results, those are safe (5,28%), less (62,43%), excess (6,88%), and non available

Program Studi Farmasi FMIPA Unlam 2012

(16,40%). The results of the accuracy of drug demand: <100% (32,80%), > 100% (26,98%) , and exactly 100% (1,58%). The average percentage of non prescribed drugs is 16.42%. The average percentage of damaged/expired drugs is 3.95%. The suitability of drug availability in disease pattern is 95,23%. The result of calculations by morbidity method showed that some items of drugs in the planning that has been made could be said already support the rational use of medicines. Keywords: Cempaka inpatient health center, drug plan, consumption method, morbidity method PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu program dalam Rencana Strategis (Renstra) Kemenkes 20102014 yaitu peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan dasar, salah satunya puskesmas. Puskesmas Rawat Inap Cempaka adalah salah satu dari delapan puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru yang memiliki angka rata-rata kunjungan tertinggi pada tahun 2011. Untuk itu diperlukan perencanaan yang tepat agar ketersediaan obat dapat terpenuhi sesuai kebutuhan. Menurut Hartono (2007) puskesmas dalam merencanakan kebutuhan obat publik menggunakan metode konsumsi. Metode konsumsi memiliki kekurangan tersendiri, yang menyebabkan perencanaan kebutuhan obat publik di tingkat Puskesmas belum sesuai dengan kebutuhan sebenarnya. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan dalam pengelolaan obat yaitu dengan melakukan perencanaan kebutuhan obat yang benar. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: 1. Apakah dari perencanaan yang dilakukan Puskesmas Rawat Inap Cempaka Tahun 2011 didapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan? 2. Bagaimana efisiensi penggunaan obat di Puskesmas Rawat Inap Cempaka Tahun 2011? 3. Apakah dengan perencanaan yang dilakukan Puskesmas Rawat Inap Cempaka dapat mendukung penggunaan obat yang rasional?

Program Studi Farmasi FMIPA Unlam 2012

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui perencanaan yang dilakukan Puskesmas Rawat Inap Cempaka Tahun 2011 untuk mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan. 2. Mengetahui efisiensi penggunaan obat dari perencanaan yang dilakukan Puskesmas Rawat Inap Cempaka Tahun 2011. 3. Mengetahui dengan perencanaan yang dilakukan Puskesmas Rawat Inap Cempaka dapat mendukung penggunaan obat yang rasional atau tidak. METODELOGI PENELITIAN Instrumen Penelitian Dokumen perencanaan, LPLPO tahun 2011, kartu stok, pedoman pengobatan (Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007 (Depkes RI), Estimating Drug Requirement (WHO), Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan (Depkes RI), Guidelines for the Management of Dyspepsia (American Journal of Gastroenterology)). Prosedur Penelitian Perhitungan Perencanaan Obat Tahun 2011 Menggunakan Metode Konsumsi Perencanaan dengan metode konsumsi dihitung dengan rumus berikut: ............................................... (1) Stok Optimum diperoleh dari perhitungan: ............................................................... (2) Dimana: SK : Stok Kerja (stok pada periode berjalan)

SWK : Stok yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat SWT : Stok yang dibutuhkan pada waktu tunggu (lead time) SP : Stok penyangga

Rekapitulasi 10 Obat Terbanyak Puskesmas Rawat Inap Cempaka Tahun 2011

a) Menghitung jumlah obat yang diterima oleh Puskesmas Rawat Inap Cempaka setiap bulan pada Tahun 2011. b) Menghitung jumlah pemakaian obat oleh Puskesmas Rawat Inap Cempaka setiap bulan pada Tahun 2011.

Program Studi Farmasi FMIPA Unlam 2012

c) Menghitung jumlah obat yang diminta oleh Puskesmas Rawat Inap Cempaka setiap bulan pada Tahun 2011. d) Memasukkan data (a), (b), dan (c) ke dalam tabel. Menghitung Efisiensi dari Penggunaan Obat Puskesmas Rawat Inap Cempaka Tahun 2011 a) Ketersediaan obat per bulan Persentase = b) Ketepatan permintaan obat Persentase = c) Kesesuaian ketersediaan obat dengan pola penyakit Persentase = d) Obat yang tidak di resepkan Persentase = e) Persentase obat rusak / kadaluarsa Persentase = 100% 100% 100% 100%

Perhitungan Perencanaan Obat Tahun 2011 Menggunakan Metode Morbiditas a) Menetapkan pola epidemiologi penyakit berdasarkan kelompok umur. b) Menyediakan data masing-masing penyakit per tahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada. c) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing per tahun untuk seuruh populasi pada kelompok umur yang ada. d) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat menggunakan pedoman terapi. e) Menghitung jumlah yang harus diadakan

Program Studi Farmasi FMIPA Unlam 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Perencanaan dengan Metode Konsumsi


Tidak direncanakan (28 item) Hasil perhitungan dengan metode konsumsi

Tidak dipenuhi (32 item) Penerimaan > Perencanaan (53 item) Dipenuhi Penerimaan < Perencanaan (86 item)

Gambar 1. Gambaran Hasil Perhitungan Metode Konsumsi Perencanaan dengan menggunakan metode konsumsi masih belum dapat menggambarkan jumlah dan jenis obat sesuai kebutuhan yang sebenarnya. Dalam perhitungannya, metode konsumsi menggunakan data penggunaan dan persediaan obat periode sebelumnya. Sedangkan catatan penggunaan obat tidak selalu menggambarkan kebutuhan yang sebenarnya. Rekapitulasi 10 Obat Terbanyak Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Sepuluh Obat Terbanyak
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Obat Parasetamol tablet 500 mg Antasida DOEN tablet kombinasi Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Vitamin B kompleks tablet Gliseril guayakolat tablet 100 mg Asam askorbat (Vit C) tablet 50 mg Deksametason tablet 0,5 mg Asam mefenamat kaplet 500 mg Amoksisilin kaplet 500 mg Tiamin HCl mononitrat (Vit B1) tablet 50 mg Stok awal 2011 8000 9000 12000 2068 11938 5000 11624 1700 5000 3318 Permintaan 170000 101000 96000 61000 67000 56000 58000 54000 37000 39000 Penerimaan 173800 115000 105000 63000 77000 45000 45000 56000 48000 42000 Penggunaan 168267 110199 104150 65068 64718 57325 55583 55023 46257 32040

Tabel di atas menunjukkan ada permintaan yang tidak dapat terpenuhi seluruhnya, namun ada pula penerimaan yang lebih besar daripada permintaan. Hal ini terjadi karena ada banyak stok di Gudang Farmasi, sehingga obat diberikan lebih banyak. Sebaliknya, sejumlah permintaan yang tidak terpenuhinya dikarenakan terbatasnya stok obat di Gudang Farmasi Kota Banjarbaru, sehingga jumlah yang diberikan ke masing-masing puskesmas dibatasi.

Program Studi Farmasi FMIPA Unlam 2012

Efisiensi Perencanaan Obat Tingkat Ketersediaan Obat per Bulan


8.99%

Tingkat Ketersediaan Obat


16.40% 6.88% 62.43% Kurang (<18 bulan) Aman (18 - 21 bulan) Berlebih (>21 bulan) Kosong Tidak ada penggunaan

5.29%

Gambar 2. Diagram Tingkat Ketersediaan Obat Gambar di atas menunjukkan bahwa ketersediaan obat masih belum memenuhi kebutuhan obat selama tahun 2011. Beberapa item obat mengalami kekosongan. Kekosongan obat dapat terjadi karena faktor tertentu, misalnya faktor perencanaan atau pengadaan (Athijah et al, 2010). Persentase Ketepatan Permintaan Obat

Persentase Ketepatan Permintaan Obat


24.87% 13.76% 26.98% 1.59% 32.80% <100% 100% >100% Tidak Ada Permintaan

Gambar 3. Diagram Persentase Ketepatan Permintaan Obat Persentase paling besar yaitu nilai ketepatan kurang dari 100% yang dikarenakan sedikitnya penggunaan. Sebab, penerimaan tidak selalu sama dengan permintaan sehingga jika penerimaan sedikit, penggunaannya juga kecil. Sedikitnya jumlah penerimaan ini disebabkan oleh faktor ketepatan perencanaan pada Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru. Persentase Kesesuaian Obat dengan Pola Penyakit Tabel 2. Hasil Perhitungan Kesesuaian Ketersediaan Obat dengan Pola Penyakit
Keterangan Jenis Obat yang Tersedia untuk 10 Penyakit Terbanyak Jenis Obat untuk 10 Penyakit Terbanyak Kesesuaian Ketersediaan Obat dengan Pola Penyakit Jenis Obat 20 21 95,23 %

Program Studi Farmasi FMIPA Unlam 2012

Jenis obat yang diperlukan untuk menangani sepuluh penyakit terbanyak 21 item, sedangkan obat yang tersedia ada 20 item yang berarti kesesuaian obat dengan sepuluh penyakit terbanyak sudah sesuai. Persentase Obat yang Tidak Diresepkan Obat yang tidak diresepkan akan menyebabkan terjadinya kelebihan obat. Berikut ini adalah hasil perhitungan obat yang tidak diresepkan. Tabel 3. Hasil Perhitungan Persentase Obat yang Tidak Diresepkan
No 1 2 3 4 5 Nama Obat Antalgin injeksi 250 mg/mL-2mL Glukosa larutan infus 10% steril Klindamicin kapsul 300 mg Kloroquin fosfat tablet 250 mg Primakuin tablet 15 mg Satuan Ampul Botol Kapsul Tablet Tablet Jumlah 290 80 78 982 1878 5 159 3.14 %

Jumlah jenis obat yang tidak diresepkan Jumlah jenis obat yang tersedia Persentase obat yang tidak diresepkan

Persentase Obat Rusak/ Kadaluarsa Persentase Obat Rusak/ Kadaluarsa


3.95 Rata-rata obat rusak/ kadaluarsa

96.05

Gambar 4. Persentase Obat Rusak/ Kadaluarsa Hasil di atas menunjukkan bahwa jumlah obat yang rusak/kadaluarsa sedikit. Salah satu faktor penyebab obat rusak/ kadaluarsa adalah penerimaan obat dari Dinas Kesehatan yang sudah mendekati waktu kadaluarsa. Obat-obat kadaluarsa ini akan dikembalikan ke Dinas Kesehatan untuk dimusnahkan.

Program Studi Farmasi FMIPA Unlam 2012

Perhitungan Perencanaan dengan Metode Morbiditas Tabel 4. Hasil Perbandingan Perhitungan Metode Morbiditas dengan Perencanaan Puskesmas
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Obat Hidroklortiazid 25 mg Propanolol 40 mg Captopril 12,5 mg Captopril 25 mg Nifedipin 10 mg Paracetamol 500 mg Dextrometorfan 15 mg Gliseril guaiakolat 100 mg Chlorfeniramine maleat 4 mg Asetosal 500 mg Ibuprofen 400 mg Antasida Metoklopramid 10 mg Cimetidin 200 mg Ranitidin 150 mg Hidrokortison krim Betametason krim Salbutamol 4 mg Aminofilin 200 mg Efedrin 25 mg Oralit Sachet untuk 200 ml Total 81912.6 81912.6 491475.6 245737.8 163825.2 18181.8 38588.4 77176.8 34753.05 43071.75 21303 169074 9367.65 6245.1 6245.1 718.2 718.2 7723.35 7832.7 4700.7 4212 Perencanaan 7800 3120 78000 78000 15510 780000 78000 156000 23400 1560 78000 124000 0 62400 78000 7800 7800 78000 46800 78000 15600 Persediaan 8404 5501 26300 27300 23400 181800 19000 88938 117000 1500 2600 23400 0 1000 25910 1086 175 9601 16800 24509 6006 Indikasi Hipertesi Primer Hipertesi Primer Hipertesi Primer Hipertesi Primer Hipertesi Primer Infeksi akut lain pada saluran nafas atas, Common cold Infeksi akut lain pada saluran nafas atas Infeksi akut lain pada saluran nafas atas Infeksi akut lain pada saluran nafas atas, Dermatitis, Batuk Arthritis Arthritis Dyspepsia, Gastritis Gastritis Gastritis Gastritis Dermatitis Dermatitis Asma Asma Asma Diare non spesifik

Keterangan: Bold text menunjukkan bahwa perencanaan maupun persediaan memenuhi hasil perhitungan dengan metode morbiditas. Jika ditinjau dari jumlah jenisnya dalam memenuhi sepuluh penyakit terbanyak, sebagian besar perencanaan sudah mendukung pengobatan rasional, yaitu memenuhi untuk delapan dari sepuluh penyakit terbanyak. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Dari perencanaan kebutuhan obat yang dilakukan Puskesmas Rawat Inap Cempaka pada tahun 2011 diketahui bahwa jenis dan jumlah obat masih kurang sesuai dengan kebutuhan. 2. Efisiensi penggunaan obat di Puskesmas Rawat Inap Cempaka pada tahun 2011 belum dapat ditentukan, karena belum ditemukan literatur mengenai standar suatu penggunaan obat dikatakan efisien atau tidak. Nilai dari tingkat

Program Studi Farmasi FMIPA Unlam 2012

ketersediaan obat per bulan dalam kategori aman yaitu 5,29%, kurang sebanyak 62,43%, berlebih sebanyak 6,88%, dan kosong sebanyak 16,40%. Ketepatan permintaan obat yaitu <100% sebanyak 32,80%, >100% sebanyak 26,98%, tepat 100% sebanyak 1,58%, dan tidak ada permintaan sebanyak 13,75%. Persentase obat yang tidak diresepkan yaitu 3,14%. Rata-rata obat rusak/kadaluarsa sebesar 3,95%. Kesesuaian ketersediaan dengan sepuluh penyakit terbanyak yaitu 95,23%. 3. Perencanaan obat yang dilakukan Puskesmas Rawat Inap Cempaka pada tahun 2011 sebagian besar dapat dikatakan mendukung penggunaan obat rasional. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Allah SWT serta kedua orang tua atas dukungan moril dan materil, serta doanya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Kepada Ibu Nani Kartinah, M.Sc., Apt., Bapak Hari Setyanto, S.Si., Apt. terima kasih atas bimbingan, saran, kritik, dan nasehat yang diberikan. Terima kasih untuk teman-teman dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. DAFTAR PUSTAKA Athijah U., Elida Z., Anila I. S., Efrita M. S., & Anindita P. P. 2010. Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Surabaya Timur dan Selatan. Jurnal Farmasi Indonesia. 5(1): 15-23. Depkes RI. 2008.Kepmenkes Nomor 1121/MENKES/SK/IX/ 2008. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar. Depkes Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI. 2009. Pedoman Pengelolaan Obat di Puskesmas. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hartono, J. P., 2007. Analisis Proses Perencanaan Kebutuhan Obat Publik untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) di Puskesmas Se-Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Tesis (dipublikasikan). Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. WHO. 1991. Estimating Drug Requirements A Practical Manual. WHO, Switzerland.

You might also like