Professional Documents
Culture Documents
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012
LEMBAR PENILAIAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Simbiosis berasal dari bahasa Yunani sym yang berarti dengan dan biosis yang berarti kehidupan. Simbiosis merupakan interaksi antara dua organisme yang hidup berdampingan. Macam macam simbiosis, yang pertama adalah simbiosis Mutualisme, dalam simbiosis jenis ini, kedua organisme yang berinteraksi sama-sama mendapatkan keuntungan. Yang kedua adalah simbiosis Komensalisme dalam simbiosis komensalisme, salah satu organisme
diuntungkan, tetapi organisme lain tidak diuntungkan maupun dirugikan. Yang ketiga adalah Parasitisme, dalam simbiosis ini, salah satu organisme mendapatkan keuntungan tetapi organisme lainnya dirugikan ( Jaka, 2010 ). Bakteri simbion merupkan bakteri hidup yang bersimbiosis dengan organisme hidup lainnya. Sebagai contohnya, banyak karang yang ditemukan bersimbiosis dengan bakteri pemfiksasi nitrogen yang ada di peraira di dunia. Oleh karena itu karang sendiri harus membentuk suatu simbiosi yang terjadi dengan bakteri pemfiksasi nitrogen tersebut (beard et al, 2001) . Bakteri simbion merupakan komunitas bakteri yang hidup berasosiasi dengan biota lain (inang) dan melakukan berbagai macam pola hubungan sesuai dengan karakteristik dasar interaksinya. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya interaksi spesifik antara simbion dan inang, termasuk transfer prekusor nutrient yang memberi peluang adanya kesamaan potensi produk metabolit sekunder di antara keduanya. Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap
perubahan
faktor
lingkungan.
Mikroba
tersebut
dapat
dengan
cepat
menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik. Faktornya antara lain : a. Suhu pertumbuhan mikroba. b. Kandungan air (pengeringan) c. Tekanan osmose Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk
menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya dan disebut biakan murni. Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, jamur, kapang dll. Populasi mikroba di lingkungan sangan beranekaragam sehingga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resistem terhadap suatu antibiotik.atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Ferdiaz, 1992). Di dalam keadaaan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa tidak ada bakteri yang hidup secara tersendiri terlepas dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri patogen kedapatan bersama- sama dengan bakteri saprob. Untuk menyendirikan suatu spesies dikenal beberapa cara, yaitu (Dwidjoseputro. 1978) 1. Dengan pengenceran
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara Streptococcus lactis dalam piraan murni yang diisolasi dari sampel susu yang sudah masam. Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
2. Dengan penuangan
Robert Koch (1843- 1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikti sampel campuran bakteri yang mudah diencerkan, dan sampel ini kemudian di sebar di dalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian dia memperoleh suatu piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni- koloni yang masing- masing dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan di atas, maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin. 1.2 Tujuan 1. Praktikan dapat memahami bermacam macam teknik isolasi mikroba. 2. Praktikan mempunyai ketrampilan melakuka isolasi mikroba
2.1
1. Pengambilan Sampel: Kawasan Belakang Asrama Perairan Teluk Awur, Jepara. 2. Laboratorium : Laboratorium Ekologi Laut, Kampus Marine Station Teluk Awur, Jepara. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat NO Nama Alat Gambar Fungsi Ket.
Tabung reaksi
Bunsen
Cawan Petri
Mortar
Pipet tetes
Plastic wrap
Untuk meratakan hasil 8 Spreader pengenceran sampel yang telah masuk ke media agar Untuk menghitung berat sampel
Timbangan
Untuk mengambil 10. Sendok sampel yang telah dihaluskan. 11. 12. 13. Botol sampel Label Gunting Kamera digital Sebagai wadah sampel yang telah didapatkan Memberi nama Memotong alumunium foil dan plastic wrap Untuk dokumentasi
14.
2.2.2
Bahan Nama Bahan Alkohol 70% Fungsi Mensterlikan alat dan ruang kerja Sebagai media pengenceran 2 Air Laut Steril sampel dan menghilangkan bakteri yang berasosiasi dengan sampel Sampel 3 Halimeda micronesia 4. 5. Media Zobell 2216e Media Broth Sebagai media tanam bakteri Sebagai media pengenceran Sampel yang digunakan Keterangan
NO 1
2.3
2.3.2 Bactery Selection Process Sterilisasi ruangan dan praktikan dengan cara disemprot dengan alkohol
2.3.3
Pengenceran Beri label pada masing masing tabung reaksi dari 100 hingga 10 -5
Sampel Halimeda micronesia yang telah halus, dimasukkan Kedalam tabung reaksi 100 secara aseptis, kemudian digojog hingga homogen dan tutup dengan alumunium foil
Ambil sampel 100 dengan pipet kemudian masukkan ke tabung reaksi 10 -1sebanyak 0,5 ml ( 11 tetes ), lakukan secara aseptis
Ulangi langkah yang sama, dengan mengambil sampel 10 -1 dan m Meneteskanya sebanyak 11 tetes ke tabung reaksi 10-2, ulangi langkah yang sama hingga tabung reaksi 10-5, lakukan secara aseptis
2.3.4
Proses Penanaman Bakteri (Inokulasi) Siapkan cawan petri yang berisi media agar 10-3 , 10-4, dan 10-5
Masukkan masing masing 2 tetes larutan homogen dari Tabung reaksi 10 -3, 10-4 dan 10-5,ke masing masing cawan petri 10-3,10-4,10-5 lakukan dengan cara aseptis dan ratakan dengan spreader
Bungkus 3 cawan petri tersebut dengan plastic wrap dan diamkan selama kurang lebih 5 hari
3.1
3.1.2
Foto Pengenceran
3.1.3
3.2
Pembahasan Interaksi adalah hubungan yang saling mempengaruhi antara komponen yang satu dengan komponen yang lain dalam suatu ekosistem yang bersifat dinamis.Interaksi antar mikroorganisme yang menempati suatu habitat yang sama akan memberikan pengaruh positif, saling menguntungkan dan pengaruh negatif; saling merugikan dan netral; tidak ada pengaruh yang berarti. Bakteri dalam berinteraksi dengan hostnya apabila lingkungan mendukung maka bakteri akan
Sebagai makhluk hidup yang menempati enam puluh persen biomassa di planet ini, mikroba juga merupakan maestro yang menjadi sumber antibiotik dan obat-obatan potensial lainnya yang sangat berguna bagi eksistensi kehidupan manusia (Helianti, 2005). Di dalam mikroorganisme terkandung senyawa kimia hasil metabolisme yang digunakan untuk mempertahankan eksistensinya di alam. Senyawa tersebut dikenal sebagai metabolit sekunder (Concepcion et al., 1994). Metabolit sekunder tersebut dapat berpotensi sebagai antikanker, antivirus, antibakteri, antioksidan, antijamur, dan atau
antiplasmodium (Sudiro, 1998). Bradley (1999) menambahkan bahwa mikroorganisme yang hidup berasosiasi dengan invertebrata laut mampu menghasilkan suatu senyawa yang serupa dengan senyawa yang dihasilkan oleh invertebrata laut tersebut dan kemungkinan berpotensi sebagai antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta. Beard, C.B.; Dotson, E.M., Pennington, P.M., Eichler, S., Cordon-Rosales, C., Durvasula, R.V. (May 2001). "Bacterial symbiosis and paratransgenic control of vector-borne Chagas disease". International Journal of Parasitology 31 (5-6): 621627.