You are on page 1of 8

PENERAPAN MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGRI SE KABUPATEN WONOGIRI

TESIS

Oleh : Maryanto NIM: Q100010112

MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA 2005

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pendidikan yang dianut dan dijalankan di Indonesia selama ini (sampai dengan periode awal tahun 2000-an) bersifat sentralistik, dimana pemerintah pusat sangat dominan dalam pengambilan kebijakan. Sebaliknya, pemerintah daerah dan sekolah bersifat pasif, hanya sebagai penerima dan pelaksana kebijakan pemerintah pusat. Pola kerja sentralistik ini sering mengakibatkan adanya kesenjangan antara kebutuhan riil sekolah dengan kebijakan pemerintah pusat. Menurut F. Korten yang dikutip Supriono dan Achmad Sapari (2001 : 5) sistem sentralistik kurang bisa memberikan pelayanan yang efektif, tidak mampu menjamin kesinambungan kegiatan di tingkat lokal atau daerah, memiliki keterbatasan dalam beradaptasi dengan permasalahan lokal, dan menciptakan rasa ketergantungan pada pihak lain dari pada rasa mandiri. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan pendidikan di sekolah yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan jaman. Pengelolaan pendidikan dengan paradigma baru dari sentralistik menuju desentralistik, merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, efisiensi dan pemerataan. Pola desentralistik tersebut memungkinkan sekolah memiliki otonomi yang luas dalam pengelolaan pendidikan. Dengan otonomi yang lebih besar maka sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar pula dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang tentu saja lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki sekolah. Demikian pula dengan pengambilan keputusan partisipatif, yaitu melibatkan warga sekolah secara langsung sehingga rasa memiliki warga sekolah semakin meningkat.

Menurut Slamet HP (2000 : 28 ) manajemen berbasis sekolah adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara otonomis atau mandiri oleh sekolah dalam kerangka nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Tujuan tersebut menurut Depdiknas (2001 : 4) dijabarkan sebagai berikut : 1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. 2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. 3. Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolah. 4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

Secara formal, keberadaan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah semakin mantap. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah, organisasi profesi (ABKIN --Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia, dulu IPBI Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia) maupun pihak-pihak lain yang terkait sudah terlihat hasilnya baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dalam hal jumlah, dapat dikata semua SMP, SMU, SMK telah menjalankan bimbingan dan konseling. Tetapi jika ditilik secara seksama dari tinjauan profesional, manajemen BK belum berjalan sesuai yang diharapkan. Kenyataan dilapangan menunjukkan masih ada titik-titik lemah dalam pelaksanaan BK.

Menurut Wibowo ( 2001 : 2 ) kelemahan itu diantaranya : (1) masih banyak tenaga pelaksana BK tidak berpendidikan khusus bimbingan konseling; (2) ada tenaga berkualifikasi penuh tetapi jumlahnya kurang dibandingkan dengan jumlah siswa yang harus dilayani, atau (3) mereka harus merangkap mengajar atau tugas lain yang tidak ada relevansinya, (4) tidak ada ruangan khusus untuk kegiatan BK, atau (5) ada ruangan khusus tetapi dengan ukuran tidak memadai untuk menampung segala macam kegiatan BK dan keperluan kerja guru pembimbing, (6) tidak memadainya biaya yang disediakan, (7) kurang diperoleh kerjasama dan koordinasi atau dukungan dari personel lain di sekolah, dan (8) manajeman BK belum dikelola secara profesional. Kelemahan dalam kegiatan BK tersebut merupakan permasalahan yang secara umum juga dijumpai pada SMP Negeri di Kabupaten Wonogiri Memasuki era pasar bebas di abad 21 dan otonomi pendidikan, BK harus dapat menyesuaikan dengan tuntutan global dan berbasis sekolah yang lebih menekankan pada manajemen partisipasif. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) merupakan model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. MPMBS bertujuan agar otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat atau local stakeholders mempunyai keterlibatan tinggi. Hal ini memberikan arti bahwa setiap unsur akan dapat berperan dalam meningkatkan mutu sekolah.

Dari sudut pandang BK sebagai profesi bantuan (helping profession) layanan BK harus didukung oleh personil yang memiliki kualitas profesional tinggi sehingga akan dapat memberikan pelayanan profesional yang berkualitas, akurat, dan dapat memberikan hasil yang optimal sesuai

dengan kebutuhan dan tuntutan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Optimalisasi sumber daya berkenaan dengan pemberdayaan sekolah dalam pelaksanaan BK merupakan alternatif yang paling tepat untuk mewujudkan sekolah yang mandiri dan memiliki keunggulan tinggi. Bimbingan dan Konseling sebagai suatu organisasi dan bagian yang tak terpisahkan dalam sistem pendidikan disekolah, didesain untuk dapat berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu bagi optimalisasi perkembangan siswa. Sebagai salah satu upaya peningkatan mutu, BK di sekolah perlu dilaksanakan oleh guru pembimbing profesional, dikelola, dan diberdayakan agar dapat memberikan layanan yang bermutu dan menghasilkan produk atau hasil yang optimal. Dukungan kepala sekolah dan guru bidang studi dalam pelaksanaan manajemen BK, diharapkan mampu menghasilkan layanan BK yang bermutu tinggi. Merujuk kepada latar belakang masalah penelitian ini, penelitian dengan judul : Penerapan Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri se Kabupaten Wonogiri penulis batasi pada aspek profesionalisme guru pembimbing, dukungan kepala sekolah kepada guru pembimbing, dan dukungan guru bidang studi kepada guru pembimbing, dalam hubungannya dengan penerapan manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah B. Rumusan Masalah Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang ada, yaitu : 1. Apakah ada hubungan yang signifikan profesionalisme guru pembimbing dengan penerapan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah ? 2. Apakah ada hubungan yang signifikan dukungan kepala sekolah dengan penerapan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah ? 3. Apakah ada hubungan yang signifikan dukungan guru bidang studi dengan penerapan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah ?

4. Apakah ada hubungan yang signifikan profesionalisme guru pembimbing, dukungan kepala sekolah, dan dukungan guru bidang studi secara bersama-sama dengan penerapan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah ? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah ditinjau dari profesionalisme guru pembimbing, dukungan kepala sekolah dan guru bidang studi. Oleh karena cakupan yang sangat luas, maka penelitian ini dibatasi untuk mengungkap : 1. Hubungan profesionalisme guru pembimbing dengan penerapan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah. 2. Hubungan dukungan kepala sekolah dengan penerapan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah. 3. Hubungan dukungan guru bidang studi dengan penerapan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah. 4. Hubungan profesionalisme guru pembimbing, dukungan kepala sekolah, dan dukungan guru bidang studi secara bersama-sama dengan penerapan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah. D. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara akademik maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, khususnya

bermanfaat dalam meningkatkan pelaksanaan program kerja guru pembimbing sesuai dengan yang dicanangkan dalam BK Pola 17. Manajemen BK yang dilaksanakan di sekolah oleh guru pembimbing menempati posisi yang strategis dalam upaya perbaikan kualitas hasil belajar siswa, maupun upaya optimalisasi perkembangan siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki. Profesionalisme guru pembimbing dapat diditinjau dari aspek : (1) latar belakang pendidikan, (2) kemampuan atau ketrampilan kerja profesional, (3) pemahaman dan pelaksanaan kode etik profesi. Dalam pelaksanannya di sekolah, manajemen BK tidak dapat berlangsung sendiri tanpa dukungan pihak lain. Dukungan kepala sekolah dalam hal kebijakan positif terhadap program BK, pembiayaan, sarana prasarana, kesejahteraan, upaya studi lanjut, seminar, sangat bermakna bagi pelaksanaan program BK di sekolah. Dukungan guru bidang studi dalam hal kelengkapan data siswa, data tentang nilai atau prestasi siswa, data mengenai perkembangan siswa, data hasil observasi atau pengamatan guru, peran serta dalam kegiatan home visit, sangat diperlukan.

Dengan mengetahui tiga aspek (profesionalisme guru pembimbing, dukungan kepala sekolah, dan dukungan guru bidang studi), diharapkan dapat disusun kerangka kerja yang bermanfaat bagi manajemen BK di sekolah, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru pembimbing (konselor), sebagai bahan masukan dalam usaha meningkatkan prestasi kerja dan layanan BK yang bermutu, demi perkembangan pribadi, sosial, dan belajar siswa secara optimal. b. Bagi Kepala sekolah, sebagai masukan dalam usaha meningkatkan perannya sebagai pimpinan

di sekolah, sehingga manajemen BK dapat dilaksanakan secara profesional dan bermutu demi tercapainya tujuan pendidikan. c. Bagi guru bidang studi, sebagai masukan dalam rangka semakin meningkatkan peransertanya bagi upaya perkembangan prestasi siswa secara optimal sesuai dengan bakat, minat, dan potensi siswa. d. Bagi orang tua atau masyarakat, sebagai masukan dalam rangka sosialisasi manajemen BK, sehingga orang tua siswa atau masyarakat dapat berperan secara aktif mendukung kebijakan sekolah dan memotivasi anak untuk memanfaatkan layanan BK secara maksimal.

You might also like