You are on page 1of 51

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT PEMBACA SKALA NERACA SECARA DIGITAL DENGAN SENSOR ACCELEROMETER MMA 7361 YANG

DITAMPILKAN PADA DISPLAY 216


PROJEK AKHIR

Oleh : Samsudin / 03309316 Arief Wahyu Hidayat / 03309331

PROGRAM STUDI D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT PEMBACA SKALA NERACA SECARA DIGITAL DENGAN SENSOR ACCELEROMETER MMA 7361 YANG DITAMPILKAN PADA DISPLAY 216

PROJEK AKHIR
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan tahap pendidikan D-3 pada Program Studi Metrologi dan Instrumentasi Fakultas Teknologi Industri-Institut Teknologi Bandung

Oleh : Samsudin / 03309316 Arief Wahyu Hidayat / 03309331

Pembimbing : Dr.Ir. Nugraha ,M.Eng. Ayu Gareta R.,S.T

PROGRAM STUDI D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012

LEMBAR PENGESAHAN Laporan Projek Akhir MI-32011 Program Studi D3 Metrologi dan Instrumentasi Institut Teknologi Bandung

Judul Projek Akhir

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT PEMBACA SKALA NERACA SECARA DIGITAL DENGAN SENSOR ACCELEROMETER MMA 7361 YANG DITAMPILKAN PADA DISPLAY 216
Mahasiswa : 1. Samsudin / 03309316 2. Arief Wahyu H / 03309331 Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal .Juli 2012

Pembimbing I

Pembimbing II

ABSTRAK
Sampai saat ini, kalibrasi anak timbangan menggunakan neraca di Indonesia masih dilakukan secara manual dimana pembacaan skala simpangan neraca masih menggunakan metode konvensional yaitu menggunkan mata. Hal ini dapat menyebabkan adanya kesalahan paralaks. Oleh karena itu, ingin dibuat suatu alat yang dapat melakukan pembacaan skala neraca secara otomatis dengan menggunakan sensor accelerometer MMA 7361. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses peneraan maupun pengalibrasian yang menggunakan neraca. Terdapat dua metode untuk proses kalibrasi anak timbangan menggunakan neraca, yaitu Metode Borda dan Metode Gauss yang sama-sama menggunakan skala simpangan untuk mencari nilai kesalahannya. Telah dibuat suatu alat pembaca skala simpangan pada neraca dengan menggunakan sensor accelerometer MMA 7361 yang diintegrasikan dengan mikrokontroler Arduino dan LCD 2x16. Hasil pengujian alat pembaca skala simpangan neraca dengan dua metode yang ada menghasilkan kesalahan 0.000804 g (Borda) dan -0.000053 g (Gauss) sedangkan pengujian manual menghasilkan kesalahan sebesar 0.020663 g (Borda) dan -0.005437 g (Gauss) dengan BKD (Batas Kesalahan yang Diijinkan) 0.05 g. Kata kunci Neraca, Accelerometer, Titik Kesetimbangan, Kesalahan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan bagi kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat-Nya penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan projek akhir yang berjudul Perancangan Dan Implementasi Alat Pembaca Skala Neraca Secara Digital Dengan Sensor Accelerometer MMA 7361 Yang Ditampilkan Pada Display 216. Dalam menyelesaikan projek akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan masukan dari orang yang mengetahui tentang masalah neraca diBalai Diklat Metrologi, serta petunjuk dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr.Ir.Nugraha, M.Engselaku pembimbing I; 2. Ayu Garetha,ST.selaku pembimbing II; 3. Bpk. Rifyan Nasution Widyaswara Balai Diklat Metrologi yang membantu dalam pengujian alat ukur projek akhir ini; 4. Dr. Suprijanto, S.T., M.T selaku dosen Projek Akhir I; 5. Bpk. Dedy Kurniadi, Dr.Eng.selaku dosen Projek Akhir II yang selalu memantau dalam pengerjaaan projek akhir; 6. Teman-teman D3 Metrologi dan Instrumentasi yang membantu dalam berdiskusi mengenai projek akhir dan saran yang dapat diterima sebagi masukan dari projek akhir yang dirancang. 7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan bagi penulis 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semua bantuan yang diberikan kepada penulis selama projek akhir dan proses penyusunan laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa terutama dari D3 Metrologi dan Instrumentasi serta pihak-pihak yang berperan dalam

ii

Projek Akhir. Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan oleh karena itu saran dan kritik untuk kemajuan sangat penulis harapkan.

Bandung, 16 April 2012

Penulis

iii

DAFTAR ISI
Hal. ABSTRAK................................................................................................................i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vi DAFTAR TABEL .................................................................................................vii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Permasalahan Projek Akhir ................................................................ 2 1.3. Tujuan Projek Akhir ........................................................................... 2 1.4. Ruang Lingkup................................................................................... 3 1.5. Metodologi ......................................................................................... 3 1.6. Sistematika Penulisan ......................................................................... 4 BAB II KONSEP PROJEK AKHIR ................................................................... 5 2.1. Teori Dasar......................................................................................... 5 2.2. Massa Konvensional ........................................................................... 7 2.3. Metode Borda..................................................................................... 7 2.4. Metode Gauss ..................................................................................... 9 2.5. Penentuan BKD ( Batas Kesalahan yang Diijinkan ) ......................... 11 2.6. Daftar Peralatan ................................................................................ 12 BAB III PERACANGAN DAN PENGUJIAN PROJEK AKHIR ..................... 14 3.1. Pendahuluan ..................................................................................... 14 3.2. Desain Perangkat Keras .................................................................... 14 3.3. Desain Perangkat Lunak ................................................................... 15 3.4. Tampilan Luar Projek Akhir ............................................................. 17 3.5. Penentuan Posisi Sensor dan Setting Nol Neraca .............................. 18 3.6. Hubungan Antara Sudut dan Simpangan .......................................... 19 iv

3.7. Penentuan Nilai Skala ...................................................................... 20 3.8. Pengujian Anak Timbangan dengan Metode Borda dan Gauss ......... 20 3.9. Analisis ............................................................................................ 21 BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 23 4.1. Kesimpulan ...................................................................................... 23 4.2. Saran ................................................................................................ 23 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24 LAMPIRAN A DATA PENGUJIAN ALAT UKUR PROJEK AKHIR............. 25 A.1.Data Pengujian Simpangan Pada Skala Neraca ................................. 25 A.1.1. Metode Borda ........................................................................ 25 A.1.2. Metode Gauss ........................................................................ 28 A.2. Data Pengujian dengan Meenggunakan Sensor ................................ 30 A.2.1. Metode Borda ........................................................................ 31 A.2.2. Metode Gauss ........................................................................ 33 LAMPIRAN B PROGRAM PROJEK AKHIR ................................................... 36

DAFTAR GAMBAR
Hal. Gambar 1.1. Neraca Gambar 1.2. Accelerometer MMA 7361 Gambar 2.1. Simpangan Pada Neraca Gambar 2.2. Simpangan Pengujian MetodeBorda Gambar 2.3. Simpangan Pengujian MetodeGauss Gambar 3.1. Diagram Blok Projek Akhir Gambar 3.2. Diagram Wire Projek Akhir Gambar 3.3. Diagram Alir Program Projek Akhir Gambar 3.4. Tampilan Luar Projek Akhir Gambar 3.5. Peletakan Sensor Pada Neraca Gambar 3.6. Pengatur Beban Pada Neraca 1 2 6 8 10 14 15 16 17 18 19

vi

DAFTAR TABEL
Hal. Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4. Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4.a. Cerapan Pengujian MetodeBorda Cerapan Pengujian MetodeGauss Kelas Timbangan BKD Hubungan Antara Simpangan Dengan Sudut Tabel Nilai Pengujian Nilai Skala Menggunakan Simpangan Tabel Nilai Pengujian Nilai Skala Menggunakan Sensor Massa Konvensional 9 11 11 12 19 20 20 21 21 25 26 26 27 27 28 28 29 29 30 30 31 32 32 33 33 34

Tabel 3.4.b. Massa Konvensional (Lanjutan) Tabel A.1. Tabel A.2. Tabel A.3. Tabel A.4. Tabel A.5. Tabel A.6. Tabel A.7. Tabel A.8. Tabel A.9. Tabel A.10. Tabel A.11. Tabel A.12. Tabel A.13. Tabel A.14. Tabel A.15. Tabel A.16. Tabel A.17. MetodeBorda Simpangan Dengan AT 5g MetodeBorda Simpangan Dengan AT 20g MetodeBorda Simpangan Dengan AT 50g MetodeBorda Simpangan Dengan AT 100g MetodeBorda Simpangan Dengan AT 200g MetodeGauss Simpangan Dengan AT 5g MetodeGauss Simpangan Dengan AT 20g MetodeGauss Simpangan Dengan AT 50g MetodeGauss Simpangan Dengan AT 100g MetodeGauss Simpangan Dengan AT 200g MetodeBorda Sensor Dengan AT 5g MetodeBorda Sensor Dengan AT 20g MetodeBorda Sensor Dengan AT 50g MetodeBorda Sensor Dengan AT 100g MetodeBorda Sensor Dengan AT 200g MetodeGauss Sensor Dengan AT 5g MetodeGauss Sensor Dengan AT 20g

vii

Tabel A.18. Tabel A.19. Tabel A.20.

MetodeGauss Sensor Dengan AT 50g MetodeGauss Sensor Dengan AT 100g MetodeGauss Sensor Dengan AT 200g

34 35 35

viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di zaman modern seperti sekarang ini pengukuran tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Pengukuran berperan penting untuk melindungi konsumen dan memastikan barang-barang yang beredar dalam dunia perdagangan sesuai dengan standarnya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan barang-barang yang sesuai dengan standarnya diperlukan alat ukur yang juga memenuhi standar. Alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) merupakan peralatan yang banyak digunakan dalam dunia perdagangan. Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan dari UTTP ini yaitu nilai kebenarannya yang bisa berubah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian secara berkala pada alat UTTP. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan alat UTTP dengan standar akurasi yang tepat[1]. Proses pengujian ini disebut kalibrasi atau juga proses tera maupun tera ulang. Contoh dari salah satu alat UTTP adalah neraca. Neraca merupakan timbangan yang terdiri dari sebatang tuas yang dapat berotasi pada sumbu yang dipasang ditengah-tengahnya. Pada umumnya neraca dipakai untuk penimbangan massa kecil namun cukup akurat [2].

Gambar 1.1. Neraca Teori neraca pada umumnya merupakan dasar untuk pengembangan timbangantimbangan yang lain, terutama yang prinsip kerjanya berdasarkan sifat-sifat tuas. Sampai sekarang pembacaan skala neraca masih dilakukan secara manual dengan resolusi yang besar, sehingga tingkat ketelitiannya kecil. Hal ini yang mendorong

kami untuk merancang alat yang dapat menampilkan pembacaan neraca secara digital sehingga dapat memperbaiki ketelitian pembacaan neraca. Tampilan akan menggunakan LCD 2x16 dengan pengukuran simpangan dilakukan oleh sensor. Peletakan sensor serta LCD 2x16 perlu diperhatikan agar tidak mengganggu proses pengukuran.

Gambar 1.2. Accelerometer MMA 7361 Penggunaan peralatan ini diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat proses peneraan semua alat UTTP yang menggunakan neraca, serta menaikan tingkat ketelitian pengukuran. 1.2 Permasalahan Projek Akhir Permasalahan pada projek akhir ini adalah bagaimana mengganti pembacaan manual dengan tampilan digital menggunakan LCD 216 dan sensor accelerometer MMA 7361. Permasalahan meliputi disain perangkat keras dan perangkat lunak serta peletakan sensor. 1.3. Tujuan Projek Akhir Tujuan projek akhir ini adalah 1. Membuat tampilan digital pada LCD 216 untuk membaca simpangan neraca menggunakan sensor accelerometer MMA 7361. 2. Membandingkan ketelitian pengukuran secara digital dengan manual menggunakan metode Borda dan Gauss.

1.4. Ruang Lingkup Untuk mencapai tujuan dari projek akhir ini ada beberapa batasan masalah dalam pengerjaan projek akhir yaitu: 1. Neraca yang digunakan merupakan timbangan kelas II yang mempunyai kapasitas maksimum menimbang 1 kg. 2. Anak timbangan yang digunakan adalah anak timbangan kelas F1, F2, dan M1 dengan massa nominal 5 g, 20 g, 50 g, 100 g, dan 200 g. 3. Metode yang digunakan untuk membandingkan pembacaan digital dan manual adalah metode Borda dan Gauss. 4. Accelerometer yang digunakan adalah tipe MMA 7361. 5. Hasil pengujian ditampilkan secara digital menggunakan LCD 216. 1.5.Metodologi Metodologi yang diterapkan dalam projek ini meliputi beberapa tahap: 1. Studi literatur mengenai cara kalibrasi anak timbangan menggunakan metode Borda dan Gauss. 2. Kalibrasi untuk mencari hubungan antara keluaran accelerometer dengan skala simpangan neraca. 3. Pembuatan program untuk mengkonversi keluaran accelerometer menjadi skala simpangan neraca. 4. Disain rangkaian elektronik untuk menampilkan keluaran accelerometer MMA 7361 secara digital pada LCD 216. 5. Percobaan pengukuran menggunakan alat hasil projek akhir. 6. Analisis hasil percobaan untuk menentukan karakteristik alat ukur projek akhir.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan projek akhir ini ditulis dengan susunan sebagai berikut: 1. Bab I Bab ini berisi tentang latar belakang projek akhir, tujuan projek akhir, pemasalahan projek akhir, ruang lingkup pengerjaan projek akhir, metedologi pengerjaan dan sistematika penulisan. 2. Bab II Bab ini menjelaskan tentang dasar teori, komponen dan spesifikasi komponen yang digunakan pada projek akhir, dll. 3. Bab III Bab ini menjelaskan mengenai hasil pengujian, analisis data, dan kalibrsai alat dengan metode Borda dan metode Gauss. 4. Bab IV Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran.

BAB II KONSEP PROJEK AKHIR


2.1 .Teori Dasar Neraca adalah timbangan yang terdiri dari sebatang tuas yang dapat berotasi pada sumbu yang dipasang ditengah-tengahnya. Pada umumnya neraca dipakai untuk penimbangan kapasitas kecil tetapi cukup akurat (lihat Gambar 1.1. Neraca)[3]. Teori neraca umumnya merupakan dasar untuk pengembangan timbangan-timbangan yang lain, terutama yang prinsip kerjanya berdasarkan sifatsifat tuas. Dalam penggunaannya, setiap neraca atau timbangan harus memenuhi persyaratan sifat-sifat metrologisnya, yaitu kebenaran, kepekaan, dan ketetapan. Kebenaran adalah kemampuan untuk mendapatkan penunjukan yang sama dengan nilai sesungguhnya dari yang akan diukur dengan maksud setiap timbangan harus benar menunjukan massa dari suatu benda yang ditimbang dengan timbangan atau neraca. Kepekaan adalah sifat yang menunjukan kemampuan beraksi dari suatu timbangan atau neraca ketika ditambahkan massa yang kecil secara terus menerus. Ketetapan adalah sifat yang menyatakan kemampuan timbangan atau neraca untuk menunjukan harga yang sama atau stabil apabila dimuati berulang-ulang dengan muatan yang sama atau dalam kondisi yang sama. Pengujian AT (Anak Timbangan) menggunakan neraca dan metode Borda serta Gauss dilakukan dengan cara membandingkan massa standar dan massa yang diuji dengan melihat simpangan pada neraca. Berikut ini merupakan persamaan yang biasa digunakan untuk mencari massa uji menggunakan metode Borda dan Gauss[3].
21+32+23+34+25 12 | 21 |

= =

(2.1)

(2.2) (2.3)

=Ms + T u

Gambar 2.1. Simpangan Pada Neraca Dengan, T = simpangan dari jarum penunjukan neraca (rata-rata)

a1-a5 = nilai simpangan yang dihasilkan dari Gambar 2.1 u T1 T2 Mm Ms = nilai skala = imbuh = simpangan rata-rata tanpa imbuh = simpangan rata-rata dengan imbuh = massa yang diuji = massa standar

Gambar 2.1. menjelaskan mengenai cara untuk mengambil data simpangan dari neraca. Persamaan 2.1 digunakan untuk mencari simpangan rata-rata dan nilai skala dari neraca yang menunjukan massa dari tiap skala pada neraca. Nilai atau imbuh pada pencarian nilai skala neraca bernilai 0.01% dari kapasitas maksimum neraca. Jika kapasitas maksimum neraca adalah 1 kg maka nilai imbuh adalah 0.1 g. Nilai massa uji dapat diketahui menggunakan persamaan 2.3. Nilai massa standar pada persamaan 2.3 merupakan massa yang telah diketahui nilai massanya. Massa uji yang didapatkan merupakan massa konvensional.

2.2 Massa Konvensional Setiap beban anak timbangan baik AT standar dan AT uji mempunyai massa konvensional masing-masing nominal, massa konvensioanal adalah nilai atau harga dari anak timbangan sebenaranya sesuai dengan sertifikasi yang dikeluarkan oleh KAN (Komite Akreditasi Nasioanal). Definisi massa konvensional secara lengkap dapat ditemukan pada OIML D28 edisi 2004. Secara singkat, definisi massa konvensional yang diterjemahkan dari buku Morris dan K. Fen dapat diartikan

sebagai berikut: Massa konvensional sebuah benda adalah massa sebenarnya dari anak timbangan yang memiliki massa jenis 8000 kg/m3 dengan temperatur 20 0C yang membuat setimbang pada massa jenis udara 1.2 kg/m3[4]. Untuk mendapatkan massa konvensional digunakan dua metode yaitu metode Borda dan metode Gauss. 2.3 Metode Borda Metode Borda biasa juga disebut sebagai metode substitusi. Selain digunakan pada neraca metode Borda juga digunakan pada timbangan elektronik. Metode ini digunakan untuk memperkecil kesalahan dan pengaruh perbedaan lengan pada neraca. Pada pengujian metode Borda pada piring muatan sebelah kanan neraca ditempatkan sebuah tara. Tara adalah suatu anak timbanganyang tidak mudah berubah massanya. Massa tara sesuai dengan massa uji[4]. Posisi tara tetap berada pada piring muatan sebelah kanan sedangkan piring sebelah kiri diletakkan massa uji dan standar secara bergantian seperti diperlihatkan pada Tabel 2.1.Gambar 2.2. menampilkan pengujian anak timbangan menggunakan metode Borda.

Gambar 2.2.Simpangan Pengujian Metode Borda Langkah langkah pengujian metode Borda diantaranya: a. Catat massa konvensional anak timbangan (AT) standar pada cerapan pengujian. b. Cari nilai skala pada muatan uji. c. Beri muatan tara pada piring sebelah kanan neraca. d. Beri muatan standar pada piring kiri dan lakukan pembacaan timbangan. e. Turunkan muatan standar dari piring kiri neraca. f. Beri muatan AT uji pada piring kiri dan lakukan pembacaan timbangan. g. Ulangi langkah sesuai langkah f. h. Ulangi langkah sesuai langkah d. i. j. Tentukan selisih penimbangan antara AT standard dengan AT uji. Tentukan massa konvensial AT uji dan kesalahanya.

k. Bandingkan dengan BKD (Batas Kesalahan yang Diijinkan) sesuai dengan massa konvensionalnya.

Tabel 2.1.Cerapan Pengujian MetodeBorda

2.4 Metode Gauss Metode Gauss merupakan sebuah metode yang digunakan untuk memperkecil pengaruh dari adanya perbedaan panjang lengan neraca. Pengujian dengan menggunakan metode Gauss hanya menggunakan massa standar dan massa uji saja[4]. Pengujian dengan metode Gauss dilakukan dengan menukarkan posisi anak timbangan standar dan anak timbangan uji seperti yang tertera pada Tabel 2.2. Gambar 2.3. menampilkan ilustrasi proses penimbangan menggunakan metode Gauss.

Gambar 2.3.Simpangan Pengujian Metode Gauss Langkah-langkah pengujian metode Gauss : a. Catat massa konvensional anak timbangan (AT) standar pada cerapan pengujian. b. Cari nilai skala neraca pada muatan uji. c. Beri muatan AT standar pada piring sebelah kiri dan muatan uji pada sebelah kanan, dan lakukan pembacaan timbangan. d. Beri muatan uji standar pada piring sebelah kiri dan AT standar pada piring sebelah kanan, dan lakukan pembacaan dari timbangan. e. Ulangi langkah d. f. Ulangi langkah c. g. Tentukan selisih penimbangan antara AT standar dengan AT uji. h. Tentukan massa konvensional AT uji dan kesalahannya. i. Bandingkan dengan BKD (Batas Kesalahan yang Diijinkan) sesuai dengan massa nominalnya.

10

Tabel 2.2.Cerapan Pengujian MetodeGauss

2.5 Penentuan BKD ( Batas Kesalahan yang Diijinkan ) Setiap alat UTTP pasti mempunyai nilai kesalahan. Oleh karena itu itu, perlu adanya aturan yang mengatur tentang nilai kesalahan tersebut. Dalam kemetrologian dikenal sebuah istilah BKD ( Batas Kesalahan yang Diijinkan ) yang mengatur tentang nilai kesalahan dari semua alat UTTP berdasarkan tiap kelas timbangan. Berikut merupakan tabel kelas timbangan. Tabel 2.3.Kelas Timbangan

11

Tabel 2.3. digunakan untuk mencari kelas timbangan dengan menggunakan persamaan:

( )

(2.4)

Dalam projek akhir ini neraca yang digunakan merupakan neraca dengan kapasitas maksimum 1 kg ( 1000 g) dengan nilai interval skala 0.01. Dengan menggunakan persamaan 3.2 didapatkan n = 100000. Mengacu pada Tabel 3.2. didapat bahwa neraca yang digunakan merupakan timbangan kelas II dengan nilai minimum menimbang 50e = 5g karena e = 0.1 g. Setelah diketahui kelas timbangan langkah selanjutnya adalah mencari nilai BKD. Tabel 2.4. BKD

Berdasarkan Tabel 2.4. didapatkan bahwa nilai BKD dari pengujian AT 0 g m 500 g adalah 0,5e = 50 mg sedangkan untuk pengujian AT 500 g < m 2000 g adalah 1,0e = 100 mg. 2.6. Daftar Peralatan Komponen-komponen yang digunakan dalam projek akhir ini antara lain, a. Sensor accelerometer MMA 7361 yang mengukur percepatan dan akan dikonversi dengan menggunakan program arduino menjadi sudut kemiringan. Untuk menghasilkan simpangan data sudut akan diubah menggunakan microsoft excel.

12

b. LCD (Liquid Cristal Display) 216 berfungsi untuk menampilkan data hasil pengukuran dari projek akhir. c. Mikrokontroler arduino UNO R2 10 bytes berfungsi untuk mengolah data sehingga dapat ditampilkan. d. Potensiometer 5k untuk mengatur kecerahan dari layar LCD 216. e. Micro pushbutton digunakan untuk mengatur led pada layar LCD 216.

13

BAB III PERACANGAN DAN PENGUJIAN PROJEK AKHIR

3.1 Pendahuluan Accelerometer adalah sebuah sensor sekaligus tranduser yang berfungsi untuk mengukur percepatan, mendeteksi dan mengukur getaran, ataupun untuk mengukur percepatan akibat gravitasi bumi. Prinsip kerja dari tranduser ini berdasarkan hukum fisika bahwa apabila suatu konduktor digerakkan melalui suatu medan magnet, atau jika suatu medan magnet digerakkan melalui suatu konduktor, maka akan timbul suatu tegangan induksi pada konduktor tersebut. Accelerometer yang diletakan di permukaan bumi dapat mendeteksi percepatan 1g (ukuran gravitasi bumi) pada titik vertikalnya[5]. Percepatan yang terbaca pada accelerometer memiliki hubungan dengan sudut kemiringan accelerometer. Jika accelerometer diletakkan di lengan timbangan maka accelerometer dapat mendeteksi kemiringan lengan timbangan yang dapat dikonversi kedalam skala simpangan yang biasa dibaca secara manual. 3.2. Desain Perangkat Keras

Sensor 3 axis Accelerometer MMA 7361 pada neraca

Arduino UNO (mikrokontroler) LCD 2x16

Gambar 3.1. Diagram Blok Projek Akhir Gambar 3.1. memperlihatkan diagram blok dari rancangan perangkat keras yang dibuat pada projek akhir ini. Sensor accelerometer MMA 7361 diletakkan pada posisi tengah-tengah lengan neraca untuk mengatur kemiringan lengan neraca. Keluaran analog accelerometer kemudian dihubungkan ke pin input analog mikrokontroler

14

Arduino UNO untuk diubah menjadi sinyal digital oleh ADC 8 bit yang ada pada Arduino UNO. Data digital diolah oleh Arduino untuk selanjutnya dikirimkan ke pin digital Arduino UNO yang tersambung dengan modul LCD 2x16 untuk ditampilkan. Diagram pengkabelan detilnya ditampilkan pada Gambar 3.2. berikut.

Gambar 3.2. Diagram Wire Projek Akhir[2] LCD 2x16 diberi catu daya 5 V lewat pin 5V pada Arduino. Kekontrasan LCD 2x16 dikontrol melalui harga tahanan potensiometer yang dihubungkan dengan LCD 2x16. LCD 2x16 dihubungkan ke pin keluaran digital Arduino. Keluaran analog sumbu x dari accelerometer MMA 7361 dihubungkan ke masukan analog Arduino yang kemudian akan dikonversi oleh ADC menjadi sinyal digital.

3.3 Desain Perangkat Lunak Perangkat lunak yang dijalankan pada program mikrokontroler Arduino dimaksudkan untuk melakukan komunikasi data antara Arduino dengan sensor accelerometer dan LCD 2x16, mengubah data analog accelerometer menjadi data

15

sudut kemiringan lengan neraca yang ditampilkan pada LCD 2x16. Diagram alir dari program adalah sebagai berikut.
Mulai

Inisialisasi Program

Read Accelerometer

Konversi Data

Tampilkan ke LCD

TIDAK Closing Program YA Selesai

TIDAK

Gambar 3.3. Diagram Alir Program Konversi data dimaksudkan untuk mengubah data analog accelerometer menjadi sudut kemiringan lengan neraca. Konversi keluaran tegangan analog accelerometer menjadi sudut kemiringan dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. 16

Acc_Xg = mVperUnit (Acc_X - offset) / mvPerG = (_) (180/) Dengan, Acc_Xg mVperUnit Acc_X Offset mvPerG Xdeg = Keluaran sensor accelerometer, = 3.3 V/1024 (V),

(3.1) (3.2)

= Nilai yang dihasilkan oleh sensor accelerometer MMA 7361 (bit), = Titik nol pada nilai bit (512 bit). = Sensitivitas sensor ( 800 mV/g), = Sudut yang dihasilkan (o),

Detil program dapat dilihat pada Lampiran B. 3.4 Tampilan Luar Projek Akhir Tampilan luar dari alat projek akhir yang telah ditunjukan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Tampilan Luar Alat Projek Akhir Bentuk kotak pada Gambar 3.4. merupakan merupakan bagian yang berfungsi untuk menampilkan dan mengolah data yang dihasilkan oleh accelerometer MMA 7361. Sensor accelerometer MMA 7361 ditempelkan pada lengan neraca lalu dihubungkan ke kotak tersebut dengan menggunakan kabel lentur. Data pengukuran dari accelerometer ditampilkan pada LCD yang ada pada kotak tersebut.

17

3.5. Penentuan Posisi Sensor dan Setting Nol Neraca Neraca merupakan timbangan yang mudah terpengaruh oleh keadaan sekitarnya. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi neraca antara lain getaran, aliran udara dari air conditioner, dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa neraca adalah timbangan yang membutuhkan perhatian ekstra saat digunakan untuk melakukan pengujian. Hal tersebut dilakukan agar menghasilkan hasil pengukuran yang benar. Karena itu, pada projek akhir ini pengaturan posisi dari sensor sangat menentukan. Pengaturan posisi ini bertujuan untuk memperkecil pengaruh keberadaan sensor terhadap hasil pengukuran. Setelah dilakukan beberapa percobaan untuk menempatkan sensor pada lengan neraca didapatkan bahwa ketika sensor ditempatkan pada lengan neraca yang ada jarum penunjuk simpangan neraca, pengaruh dari sensor dapat diminimalkan. Gambar 3.5. menampilkan foto dari penempatan sensor pada lengan neraca.

Gambar 3.5.Peletakan Sensor Pada Neraca Keberadaan sensor akan mempengaruhi keseimbangan lengan neraca sehingga harus dilakukan setting nol. Setting nol dilakukan agar penunjukan jarum penunjuk pada neraca menunjukan nol saat akan melakukan pengujian. Setting nol ini dilakukan dengan cara mengatur beban pada lengan neraca. Gambar 3.6. merupakan foto beban yang terletak pada lengan neraca.

18

Gambar 3.6. Pengatur Beban Pada Neraca Beban tersebut diatur sampai jarum penunjuk pada neraca menunjukan nol. 3.6. Hubungan Antara Sudut dan Simpangan Pada projek akhir ini sudut yang terdeteksi merupakan sudut yang dihasilkan oleh simpangan dari jarum penunujuk pada neraca. Diibaratkan bahwa nilai nol pada skala neraca adalah sama dengan 0o. Untuk membuktikan hal tersebut perlu dilakukan pengujian untuk untuk mengetahui hubungan antara skala simpangan pada neraca dengan sudut yang dihasilkan. Tabel 3.1. menampilkan hasil pengujian hubungan antara sudut dengan skala simpangan pada neraca. Tabel 3.1.Tabel Hubungan Antara Simpangan Dengan Sudut
nilai negatif nilai positif simpangan sudut (derajat) simpangan sudut (derajat) -10 4.205 0 0.000 -9 3.505 1 -0.355 -8 3.155 2 -0.705 -7 2.805 3 -1.055 -6 2.105 4 -1.405 -5 1.755 5 -1.755 -4 1.405 6 -2.105 -3 1.055 7 -2.805 -2 0.705 8 -3.155 -1 0.355 9 -3.505 0 0.000 10 -4.205

19

3.7. Penentuan Nilai Skala Nilai skala (u) menunjukan massa yang terkandung pada tiap skala neraca. Nilai skala dihitung dari hasil pengujian dengan menggunakan persamaan 2.2. Dua tabel berikut ini ( Tabel 3.2. dan Tabel 3.3.) menampilkan data pengujian untuk mencari nilai skala (u) melalui pembacaan sudut yang diukur sensor dan skala simpangan pada neraca. Tabel 3.2.Tabel Nilai Pengujian Nilai Skala Menggunakan Sensor
Muatan (g) Imbuh (G) dalam gram 200.0 Tanpa imbuh Dengan imbuh a1 4.0 -5.0

Simpangan a2 -4.0 5.0 a3 1.5 a4 -2.0 a5 0.5 0.0

Kesetimbangan (T) -0.5625 0.8750 1.4375

Nilai Skala (g) 0.0696

-2.0 3.0 T2-T1

Tabel 3.3.Tabel Nilai Pengujian Nilai Skala Menggunakan Sensor


Muatan Imbuh (G) (g) dalam gram Tanpa imbuh 200 Dengan imbuh

Simpangan a1 -4.524 -4.524 a2 -3.633 -3.260 a3 -0.905 -0.905 T2-T1 a4 -2.715 -2.715 a5 -0.090 0.000

Kesetimbangan (T) -2.389

Nilai Skala (g)

0.0314 0.7198 3.1817

Dari kedua tabel tersebut terlihat adanya perbedaan antara nilai skala saat pengujian menggunakan sensor dan saat pengujian menggunakan skala simpangan. Hasil nilai skala yang didapatkan adalah 0.0696 g pada pembacaan menggunakan simpangan dan 0.0314 g pada pembacaan menggunakan sensor. 3.5 Pengujian Anak Timbangan dengan Metode Borda dan Gauss Pengujian dilakukan untuk mengukur massa konvensional AT ( Anak Timbangan) dengan massa 5 g, 20 g, 50 g, 100g, dan 200 g pada neraca dilakukan

20

dengan menggunakan metode Borda dan Gauss. Data detail pengujian dapat dilihat pada Lampiran A. Dari kedua metode tersebut didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 3.4.a. Massa Konvensional
massa konvensional sertifikat (g) 5.000015 19.999972 50.000040 100.000080 200.000310 massa konvensioanal simpangan Borda (g) 4.990228 20.009760 49.979378 100.000080 200.001178 Gauss (g) 5.003278 20.003778 50.005478 99.997361 199.953004 massa konvensioanal sudut Borda (g) 4.994085 19.999613 49.999236 99.996000 199.996628 Gauss (g) 5.000015 19.999920 50.000093 99.995834 199.983277

Tabel 3.4.b. Massa Konvensional (Lanjutan)


massa konvensional sertifikat (g) 5.000015 19.999972 50.000040 100.000080 200.000310 selisih (simpangan) Borda (g) 0.009787 -0.009788 0.020663 0.000000 -0.000868 Gauss (g) -0.003262 -0.003806 -0.005437 0.002719 0.047306 selisih (sudut) Borda (g) 0.005930 0.000359 0.000804 0.004080 0.003682 Gauss (g) 0.000000 0.000052 -0.000053 0.004246 0.017033

3.6 Analisis Berdasarkan hasil dari pengujian yang telah ditampilkan pada Tabel 3.4 a dan b didapatkan bahwa massa konvensional yang diukur menggunakan sensor hasilnya lebih baik daripada menggunakan simpangan. Hal ini dikarenakan pada pengujian menggunakan simpangan dimungkinkan adanya kesalahan pada saat melihat skala (kesalahan paralaks) sedangkan pada pengujian menggunakan sensor angka yang pasti sudah dapat dilihat pada LCD 2x16. Meskipun hasil yang didapatkan oleh sensor lebih baik dari hasil simpangan namun nilai kesalahan (selisih) dari kedua pengujian tersebut masih masuk didalam BKD. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 2.5 bahwa nilai BKD saat pengujian AT 0 g m 500 g adalah 0,5e = 50 mg sedangkan untuk pengujian AT 21

500 g < m 2000 g adalah 1,0e = 100 mg. Pengujian dilakukan menggunakan massa 5 g, 20 g, 50 g, 100 g, dan 200 g sehingga BKD dari pengujian tersebut adalah 50 mg.

22

BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan Dari pengujian yang telah dilakukan diapatkan kesimpulan yaitu 1. Telah dibuat alat untuk menampilkan sudut simpangan neraca secra digital dengan menggunakan accelerometer MMA 7361 sebagai sensor untuk mendeteksi kemiringan. 2. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa massa konvensional yang dihasilkan pada pengujian dengan menggunakan sensor hasilnya lebih baik dari hasil pengujian menggunakan simpangan yang biasa digunakan dalam pengujian AT. Misal pada pengujian AT 50 g selisih pada saat pengujian menggunakan simpangan 0.020663 g (Borda) dan -0.005437 g (Gauss) sedangkan saat menggunakan sensor didapatkan hasil 0.000804g (Borda) dan -0.000053 (Gauss) dengan BKD 50 mg. 4.2 Saran Program dapat dikembangkan agar dapat langsung menghitung massa beban.

23

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Arifin, Djainul., Tepat Mengukur dan akurat Menimbang. Bamdumg : Idea Spektrum Lintas Media, 2007.

[2]

Diagram wire LCD 2x16 dan potensiometer kearduino, Maret 2012, http://google/gambar/diagramwire

[3]

Nasution, Rifyan S., Bahan Ajar Peneraan Massa Anak Timbangan.pdf, Bandung: Balai Diklat Metrologi, 2012.

[4]

Purnama, Adi Candra., Modul Praktikum Mengenai Neraca, Pengukuran Ukuran Massa, Bandung : Balai Diklat Metrologi, 2010.

[5]

Sutanto, and Budhy., Seiko Instrument M1632 LCD Module, Surabaya, 2000. ST Microelectronics, Data sheet of LIS3L06AL Accelerometer.

[6]

MMA7361L, Data sheet accelerometer MMA7361.pdf, April 2012

24

LAMPIRAN A DATA PENGUJIAN ALAT UKUR PROJEK AKHIR

A.1. Data Pengujian Simpangan Pada Skala Neraca Lampiran ini menampilkan data pengujian dengan melihat simpangan pada skala neraca. Data tersebut dipisahkan kedalam dua macam metode pengukuran yaitu metode Borda dan metode Gauss menggunakan anak timbangan 5g, 20g, 50g, 100g, dan 200g. A.1.1. Metode Borda Tabel A.1.Metode Borda Simpangan dengan AT 5g

25

Tabel A.2. Metode Borda Simpangan dengan AT 20g

Tabel A.3. Metode Borda Simpangan dengan AT 50g

26

Tabel A.4. Metode Borda Simpangan dengan AT 100g

Tabel A.5. Metode Borda Simpangan dengan AT 200g

27

A.1.2. Metode Gauss Tabel A.6. Metode Gauss Simpangan dengan AT 5g

Tabel A.7. Metode Gauss Simpangan dengan AT 20g

28

Tabel A.8. Metode Gauss Simpangan dengan AT 50g

Tabel A.9. Metode Gauss Simpangan dengan AT 100g

29

Tabel A.10. Metode Gauss Simpangan dengan AT 200g

A.2. Data Pengujian dengan Meenggunakan Sensor Bagian ini menampilkan data sudut yang diukur menggunakan sensor accelerometer MMA 7361. Data sudut yang terbaca diubah menjadi data simpangan menggunakan microsoft excel. Pengujian ini menggunakan massa anak timbangan dengan 5g, 20g, 50g, 100g, dan 200g.

30

A.2.1. Metode Borda Tabel A.11. Metode Borda Sensor dengan AT 5g

Tabel A.12. Metode Borda Sensor dengan AT 20g

31

Tabel A.13. Metode Borda Sensor dengan AT 50g

Tabel A.14. Metode Borda Sensor dengan AT 100g

32

Tabel A.15. Metode Borda Sensor dengan AT 200g

A.2.2. Metode Gauss Tabel A.16. Metode Gauss Sensor dengan AT 5g

33

Tabel A.17. Metode Gauss Sensor dengan AT 10g

Tabel A.18. Metode Gauss Sensor dengan AT 50g

34

Tabel A.19. Metode Gauss Sensor dengan AT 100g

Tabel A.20. Metode Gauss Sensor dengan AT 200g

35

LAMPIRAN B PROGRAM PROJEK AKHIR

#include "WProgram.h" #include <LiquidCrystal.h>

#define X_PIN #define Y_PIN #define Z_PIN

1 2 3

#define GSEL_PIN 14 #define ZERO_G_PIN 9 #define SLEEP_PIN 4

#define AREF_V 5000 //3280 #define LOW_RANGE 800 #define HIGH_RANGE 206 #define SAMPLES 13

int xSmoothArray [SAMPLES]; int ySmoothArray [SAMPLES]; int zSmoothArray [SAMPLES]; int xOffset, yOffset, zOffset;

int Acc_X, Acc_Y, Acc_Z; float Acc_Xg, Acc_Yg, Acc_Zg; float Xdeg, Zdeg, Ydeg; float mVperUnit; float mvPerG; float zeroTo60; boolean lowRange = true; LiquidCrystal lcd(12, 11, 5, 4, 3, 2);

void setup(){

36

Serial.begin(9600); pinMode(ZERO_G_PIN,INPUT); pinMode(GSEL_PIN,INPUT); mVperUnit = AREF_V / 1024.0; Serial.println("pengukuran dimulai!"); CalAccel(); lcd.begin(16,2); delay (500); }

void loop(){ lowRange = true; if (lowRange)mvPerG = LOW_RANGE; else mvPerG = HIGH_RANGE; Read_Accel(); Disp_Vals(); LCD_print(); delay(500); }

void Read_Accel(){ for (int i=0; i< SAMPLES +2; i++){ Acc_X = analogRead(X_PIN) - xOffset; Acc_X = digitalSmooth(Acc_X,xSmoothArray,false); delay(5); } if (Acc_X >= 512) Acc_Xg = mVperUnit * (Acc_X - 512) / mvPerG; else Acc_Xg = ((512 - Acc_X) * (mVperUnit) / mvPerG) * -1; if (Acc_Xg >= -1.0 && Acc_Xg <= 1.0) Xdeg = asin(Acc_Xg) * (180.0/PI); else Xdeg = 0; zeroTo60 = 26.8224 / (Acc_Xg * 9.81); }

void Disp_Vals(){ Serial.print("Degrees ");

37

Serial.print("\tX:"); Serial.print(Xdeg,DEC); Serial.println("");

if (zeroTo60 > 1 && zeroTo60 < 50){ // Serial.print("Sec 0-60: "); // Serial.println(zeroTo60,DEC); } } int digitalSmooth(int rawIn, int *sensSmoothArray, bool Reset){ int j, k, temp, top, bottom; long total; static int i; static int sorted[SAMPLES]; boolean done;

if (Reset) { for (j=0; j<SAMPLES; j++){ sensSmoothArray[j] = 0; sorted[j] = 0; } i = 0; return 0; }

i = (i + 1) % SAMPLES; sensSmoothArray[i] = rawIn;

for (j=0; j<SAMPLES; j++){ sorted[j] = sensSmoothArray[j]; }

done = 0; while(done != 1){ done = 1; for (j = 0; j < (SAMPLES - 1); j++){

38

if (sorted[j] > sorted[j + 1]){ temp = sorted[j + 1]; sorted [j+1] = sorted[j] ; sorted [j] = temp; done = 0; } } }

bottom = max(((SAMPLES * 15) / 100), 1); top = min((((SAMPLES * 85) / 100) + 1 ), (SAMPLES - 1)); k = 0; total = 0; for ( j = bottom; j< top; j++){ total += sorted[j]; k++; } return total / k; }

void CalAccel(){ xOffset=0; yOffset=0; zOffset=0; for (int i=1; i <= 30; i++){ xOffset += analogRead(X_PIN); yOffset += analogRead(Y_PIN); zOffset += analogRead(Z_PIN); delay(5); } xOffset /=30; xOffset -= 512; yOffset /=30; yOffset -= 512; zOffset /=30;

39

zOffset -= 512; }

void LCD_print(){ lcd.setCursor(0,0); lcd.print("X:"); lcd.print(Xdeg); }

40

You might also like