You are on page 1of 33

Tugas Teknologi Bahan Konstruksi

KONSTRUKSI BETON
Dosen Pengampu: Widarto Sutrisno, S.T., M.T

Disusun Oleh: Deni Maulana 5115111020

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA


Jl. Lingkar Utara, Jombor, Sleman, Yogyakarta TAHUN AJARAN 2012/2013

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilaalamiin puji syukur kehadirat Allah s.w.t , yang

senantiasa melimpahkan rahmat serta inayah-Nya sehingga penyusun masih diberikan kesempatan untuk dapat mengerjakan tugas Teknologi Bahan Konstruksi ini. Dan tak luput pula penyusun ucapkan rasa terima kasih kepada beliau bapak Widarto Sutrisno, S.T., M.T yang telah memberi bimbingan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan materi yang diberikan. Penyusunan tugas Teknologi bahan konstruksi KONSTRUKSI BETON ini ditujukan agar kita semua tahu bagaimana dan seperti apa sifat beton, jenis-jenis beton, dan cara pembuatannya. Oleh karena itu, penyusun berharap semoga penyusunan tugas mengenai KONSTRUKSI BETON ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Namun penyusun juga sadar bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini, sehingga diharapkan bagi semua pihak untuk berpartisipasi memberikan kritik dan sarannya demi kesempurnaan makalah ini. Sekian yang dapat penyusun sampaikan, dan atas partisipasinya penyusun ucapkan banyak terima kasih. Jombor, Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................... BAB II DASAR TEORI 2.1 Beton Secara Umum............................................................................ 2.2 Karakteristik Beton.............................................................................. 2.3 Jenis-Jenis Beton................................................................................. 2.3.1 Beton Bertulang.......................................................................... 2.3.2 Beton Prategang.......................................................................... 2.3.3 Beton Pracetak............................................................................ BAB III PEMBAHASAN 3.1 Bahan Pembuatan Beton...................................................................... 3.1.1 Semen................................................................................... 3.1.2 Agregat Halus....................................................................... 3.1.2.1 Sifat Fisik Agregat.................................................... 3.1.2.2 Gradasi Agregat........................................................ 3.1.2.3 Kebersihan Agregat.................................................. 3.1.2.4 Berat Jenis Agregat................................................... 3.1.2.5 Kandungan Kimia Agregat....................................... 3.1.2.6 Porositas Agregat...................................................... 3.1.3 Agregat Kasar..................................................................... 3.1.3.1 Karakteristik Agregat Kasar................................... 3.1.3.2 Syarat-Syarat Agregat Kasar................................... 3.1.4 Air....................................................................................... 3.1.4.1 Persyaratan Air Untuk Beton.................................. 3.1.5 Bahan Campuran.................................................................

3.2 Cara Pembuatan Beton.................................................................... 3.3 Proporsi Campuran Bahan................................................................. 3.3.1 Proporsi Bahan Berdasarkan FAS............................................ 3.3.2 Proporsi Bahan Berdasarkan K................................................. 3.4 Perawatan Beton................................................................................ BAB IV PENUTUP 4.1 kesimpulan.........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton meupakan jenis bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam konstruksi bangunan. Penggunaan beton yang semakin banyak ini tentunya didasari karena kemudahan beton untuk dikerjakan, mudah diperoleh, dan harganya murah. Nemun di samping itu, beton merupakan material yang tergolong membutuhkan ketelitian dalam pembuatannya dan memerlukan perhitungan yang sesuai kegunaannya agar berfungsi optimal. Pembuatan beton yang telah lama dilakukan orang pada umumnya hanya menggunakan perbandingan bahan 1:2:3 untuk semen, pasir, dan kerikil. Perbandingan seperti itu sebenarnya tidak berlaku lagi jika beton yang didesain digunakan untuk kelas bangunan yang tergolong berat karena saat ini beton yang digunakan dalam konstruksi bangunan telah menggunakan perbandingan bahan yang sesuai kegunaannya agar dapat memberikan dukungan yang baik untuk struktur. Untuk itu, diperlukan pendekatan matematis untuk melakukan perhitungan dalam mendesain beton yang bermutu baik, mengingat saat ini penggunaan beton sangatlah bermacam-macam, dan jenis beton juga sangat beragam.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Beton Secara Umum Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi. Ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan bahan tambahan untuk mendapat sifat beton yang khusus. Agregat yang digunakan dalam pembuatan beton bisa berupa pasir dan kerikil. Penggunaan beton sebagai material konstruksi baik untuk gedung, jalan, dan bangunan air, harus menggunakan perhitungan yang baik dan pengerjaan harus teliti, karena kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan, pencampuran bahan dan pengadukan. Dalam pembuatan beton, pada saat setelah material semen, air dan agregat diaduk harus langsung dikerjakan, karena adukan beton hanya akan bertahan 1-2 jam, Setelah 1-2 jam maka adukan beton akan mulai mengeras dan setelah itu semen tidak bisa dipakai lagi untuk bahan konstruksi karena akan melemahkan kekuatan struktur, sehingga harus dibuang. Namun proses pengerasan beton juga dapat diatur dengan menggunakan zat additive untuk mempercepat pengerasan atau memperlambat pengerasan beton. Untuk mempercepat pengerasan beton dapat digunakan zat additiv berupa accelerator (CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3), . Namun demikian, lebih dianjurkan menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat mempercepat terjadinya karat pada penulangan. Dan untuk memperlambat pengerasan beton dapat menggunakan zat retarder.

Gambar 1. Beton

2.2 Karakteristik Beton Untuk merencanakan dan memperoleh beton yang karakteristik dan fungsinya sesuai dengan tujuan tertentu, kita perlu mengetahui karakteristik beton yang baik. Yang perlu disadari benar disini adalah perancangan komposisi bahan pembentuk beton merupakan penentu kualitas beton yang berarti pula kualitas total. Bukan hanya bahannya yang harus baik, melainkan juga keseragamannya harus dipertahankan pada keseluruhan produk beton. Karakteristik beton yang baik disimpulkan sebagai berikut: 1. Kepadatan Ruang yang ada pada beton sedapat mungkin terisi oleh agregat dan pasta semen. Kepadatan mungkin saja merupakan kriteria primer untuk beton yang dipakai pada radiasi nuklir. 2. Kekuatan. Beton harus mempunyai kekuatan dan daya tahan internal berbagai jenis kegagalan. 3. Faktor air - semen. Faktor air semen harus terkontrol sehingga memenuhi persyaratan kekuatan beton yang direncanakan. 4. Tekstur Permukaan beton ekspos harus mempunyai kerapatan dan kekerasan tekan yang tahan segala cuaca. 2.3 Jenis-Jenis Beton 2.3.1 Beton Bertulang Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan gaya tekan, batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk membantu beton. Beton yang dimasuki batang baja pada bagian tariknya ini disebut beton bertulang. Dalam perancangan beton bertulang harus memperhitungkan faktorfaktor berikut: a) Letak tulangan b) Tinggi minimum balok
c) Selimut beton (concreet cover) dan jarak tulangan.

Gambar 2. Beton bertulang

2.3.2 Beton Prategang Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah batangnya baja yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu . batang baja ini tetap mempunyai tegangan sampai beton yang dituang mengeras.bagian balok beton ini walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.

Gambar 3, Beton prategang

2.3.3 Beton Pracetak Beton biasa dicetak /dituang di tempat.namun dapat pula dicetak di tempat lain,fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu yang lebih baik.selain itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat terbatas.sehingga sulit menyediakan tempat percetakanperawatan betonnya.

Gambar 4.Beton pracetak

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Bahan Pembuatan Beton Dari pengertian yang telah dijabarkan di atas mengenai beton, maka dapat dijelaskan secara lebih jelas campuran bahan yang digunakan dalam pembuatan beton. Bahan yang digunakan dalam pmbuatan beton terdiri dari semen, air, agregat halus, dan agregat kasar.

Gambar 5. Pembuatan beton

3.1.1 Semen (Cement)

Semen merupakan bubuk kering yang berupa partikel-pertikel halus. Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta. Semen memiliki beberapa tipe yaitu tipe I, II, III, IV dan V. Tipe-tipe semen tersebut diurutkan berdasarkan kekuatan awalnya dalam merekatkan suatu bangunan yang dibentuk. Semen yang digunakan dalam pembutan beton adalah semen hidrolik. Semen hidrolik adalah jenis semen yang bereaksi dengan air dan membentuk suatu batuan massa. Semen hidrolik juga terdiri dari beberapa jenis, seperti semen semen portland, semen portland abu terbang, semen portland putih, dll. Semen portland terbuat dari campuran kalsium, silika, alumunium dan oksida besi. Pada penggunaannya di lapangan, bahan-bahan semen portland dibuat atau ditambahkan dari zat kimia lain. Contohnya, semen portland abu terbang yang merupakan hasil poemanfaatan kembali dari produksi pembakaran gas.

Gambar 6. Semen portland

Secara umum semen di Indonesia telah memmenuhi standar SNI. Berarti merek semen apapun yang anda gunakan untuk beton sudah memenuhi syarat untuk digunakan, selama syarat mutu dari pabrik pembuatnya masih terpenuhi. Yang menjadi masalah adalah kualitas semen yang telah keluar dari pabrik dimana dapat terjadi perubahan kualitas. Hal yang sangat mempengaruhi semen setelah dikeluarkan dari pabrik adalah: a) Umur Semen Setelah Dikeluarkan Dari Pabrik Setelah semen dikeluarrkan dari pabrik memang tidak mesti ada tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa. Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah bisa kita menyimpan semen dalam waktu yang lama taanpa merusak semen itu sendiri, karena semen yang disimpan dalamwaktu yang lama biasanya bereaksi dengan air yang dapat menyebabkan semen menjadi jenuh dan mengumpal, sehingga dapat menurunkan reaksi hidrasinya. b) Penyimpanan Semen Kemudian hal yang sangat penting dalam pengunaan semen adalah penyimpanan semen dimana hal yang wajib dihindari adalah semen harus tidak boleh kontak dengan air. Maka pengatapan gudang semen, dan

penutupan semen dengan bahan yang dapat melindungi dari air (plastik atau terpal) adalah hal yang pertama kita lakukan. Selanjutnya air juga dapat berasal dari air tanah yang meresap kepermukaan dan dapat juga menguap diudara, maka hal yang kedua yang harus dilakukan adalah buatlah rak untuk menyimpan semen atau dapat digunakan landasan untuk semen dari kayu agar semen tidak berkontak langsung dengan permukaan lantai baik keramik maupun tanah. Hal ini akan mencegah bubuk semen mengalami penggumpalan.

Gambar 7. Penumpukan semen

Untuk keperluan pembuatan beton, semen harus memenuhi syarat sesuai Standard Normalisasi Indonesia (NI-8) sebagai berikut: 1) Waktu pengikatan awal tidak boleh kurang dari 1 jam (60 menit) 2) Pengikatan awal semen normal 60-120 menit
3) Mempunyai suhu ruangan (23oC).

3.1.2

Agregat Halus Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya

bervariasi antara ukuran no. 4 dan no. 100 saringan standar Amerika. Agregat halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung, paitikel yang lebih kecil

dan saringan no. 100 atau bahan - bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis saringan dari ASTM (American Society of Testing and Materials). Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.

Gambar 8. Pasir

3.1.2.1 Sifat Fisik Agregat Pada umumnya agregat yang dihasilkan dari Aggregate Crushing Plant (ACP) memiliki bentuk bersudut. Bentuk pipih atau lonjong dapat terjadi karena komposisi dan struktur batuan. Pada penghancuran batuan yang sangat keras akan terjadi proporsi bentuk pipih yang cukup besar. Tetapi pada proses crushing selanjutnya akan didapat proporsi bentuk bersudut yang lebih baik. Bentuk agregat pipih atau lonjong tidak disukai dalam struktur pekerjaan jalan karena sifatnya yang mudah patah sehingga dapat mempengaruhi gradasi agregat, interlocking dan menyebabkan peningkatan Porositas perkerasan tidak beraspal. Bentuk agregat bulatpun tidak disukai tetapi untuk kondisi perkerasan tertentu, misalnya kelas jalan rendah, bentuk bulat masih diperbolehkan tetapi hanya sebatas penggunaan untuk lapisan pondasi bawah dan lapisan pondasi saja. Maksimal penggunaan untuk lapisan pondasi tidak boleh

lebih dari 40%. Sedangkan untuk lapisan pondasi bawah dapat lebih besar lagi. Pada penggunaan praktis di jalan, agregat berbentuk bulat dapat digunakan untuk lapisan permukaan dengan sebelumnya dipecahkan terlebih dahulu. 3.1.2.2 Gradasi Agregat Pasir Komposisi butiran pasir sungai cenderung menghasilkan beton yang berkualitas baik. Pasir yang dipakai sebagai campuran beton harus mempunyai atau terdiri dari partikel-partikel yang ukuran atau besarnya berbeda-beda dari 0,14 - 5,0 mm untuk mengurangi ronggarongga sesedikit mungkin. Pasir yang baikuntuk digunakan sebagai bahan pembuatan beton mempunyai modulus halus antara 1,5 3,8 yang terdiri dari gradasi butiran beragam.
Tabel 1. Batas gradasi

Lubang ayakan (mm) 10 4.8 2.4 1.2 0.6 0.3 0.015

Berat tembus komulatif (%) zone 1 zone 2 zone 3 zone 4 bawah atas bawah atas bawah atas bawah atas 100 100 100 100 100 100 100 100 90 100 90 100 90 100 95 100 60 95 75 100 80 100 95 100 30 70 55 100 75 100 90 100 15 34 35 59 60 79 80 100 5 20 8 30 12 40 15 50 0 10 0 10 0 10 0 15

Keterangan: Zone 1 = pasir kasar Zone 2 = agak kasar

Zone 3 = halus Zone 4 = agak halus 3.1.2.3 Kebersihan Agregat Dalam agregat khususnya pasir zat-zat yang tercampur yang paling berbahaya adalah lempung yang rnenutupi partikel-partikel dengan semen, menyebabkan menurunnya kekuatan beton, Adanya lempung didalam pasir ditandai dengan bcrtambahnya volume waktu direndam air. Pasir yang dimaksudkan akan dipakai sebagai agregat untuk beton, kadar lempung, pasir halus dan debu tidak boleh lebih dari 5%. Pasir dapat dibersihkan dari lempung dan zat-zat lainnya dengan jalan mencucinya dengan air dalam suatu mesin pencuci. Sedangkan jumlah zat-zat yang tercampur dalam kerikil seperti lempung, pasir halus dan debu tidak boleh rnelebihi 1%. Gumpalangumpalan tanah liat atau gumpalan-gumpalan lainnya yang dapat merugikan haruslah dibuang dari kerikil yang akan dipakai sebagai campuran beton. 3.1.2.4 Berat Jenis Agregat Pengukuran berat jenis agregat diperlukan untuk perencanaan campuran agregat, misalnya dengan aspal. Campuran ini berdasarkan perbandingan berat, karena lebih teliti dibandingkan dengan perbandingan volume dan juga urluk menentukan banyaknya pori agregat. Berat jenis yang kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama akan membutuhkan aspal yang banya. 3.1.2.5 Kandungan Kimia Agregat Kandungan unsur kimia belerang dan senyawa yang terdapat dalam pasir akan membantu terjadinya korosi (karat) didalam beton.

Pada senyawa ini tidak boleh melebihi 1 % berat agregat dihitung sebagai SO3. Pasir alami sering mengandung zat-zat organis yang tercampur (sisa-sisa tanaman, humus, dan lain-lain). Ini juga berpengaruh negatif terhadap semen, sebab organis yang tercampur dapat membentuk asam organis dan zat-zat lainnya yang dapat bereaksi dengan semen yang sedang mengeras yang menyebabkan berkurangnya kekuatan beton. 3.1.2.6 Porositas Agregat Berdasarkan ukurannya pori agregat memiliki ukuran lebih besar dari 2 mm ataupun ruangan kosong diantara partikel-partikel batuan ynag gembur. Porositas dari agregat perlu diketahui sebab erat hubungannya dengan sifat-sifat agregat seperti kekuatan, sifat absorpsi dan lain-lain. Agregat dengan kadar pori yang besar akan membutuhkan jumlah semen yang lebih banyak, karena banyak semen yang terserap dan akan mengakibatkan semen mcnjadi lebih tipis. Penentuan banyaknya pori ditentukan berdasarkan air yang dapat terabsorsi oleh agregat.
3.1.3 Agregat Kasar (Kerikil)

Agregat kasar beton dapat berupa kerikil hasil disintegrasi alami dari batubatuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Pada umunya yang diamksud dengan agregat kasar adalah agrgat dengan besar butiran 5 mm. Jenis agregat ini permukaannya kasar dan banyak memerlukan air untuk penggunaan dalam beton serta kegunaannya cukup bagus. Syaratsyarat agregat kasar antara lain: 1) Agregat kasar harus terdiri dari butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang tidak mengandung butir-butir pipih

hanya dapat digunkan bila jumlah butir pipih tersebut tidak lebih dari 20% dari jumlah keseluruhan agregat. Butir-butir agregat harus tahan terhadap cuaca. 2) Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadap berat kering. Yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui saringan no. 200 (saringan ASTM) atau saringan 0,063 mm. Bila kadar lumpur melebihi 1% maka agregat kasar harus dicuci dulu sebelum digunakan. 3) Agregat kasar tidak boleh mangandung zat-zat reaktif alkali yang dapat memecahkan beton jika zat tersebut bereaksi dengan alkali Na2O dan K2O dalam semen Portland. 4) Kekerasan butiran agregat kasar dapat diperiksa dengan menggunakan mesin Los Angeles dimana tidak lolos 50% saringan no. 12 (ASTM). 5) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan harus bergradasi baik. Butiran-butiran agregat runcing dan sangat kasar. Butiran yang pipih dan memanjang membutuhkan lebih banyak semen untuk menghasilkan beton yang mudah dikerjakan. Hal-hal tersebut diatas penting, bukan saja untuk agregat kasar tetapi juga untuk agregat halus. Biasanya agregat alam bentuknya bundar akan tetapi agregat yang diperoleh dari pemecahan batu yang sangat bersudut, pipih, sangat tipis dan sangat panjang sebaiknya tidak usah digunakan.

3.1.3.1 Karakteristik

Gambar 9. Kerikil

Agregat Kasar

Karaksteristik agregat kasar berkaitan dengan bentuk butir dan keadaan permukaan, kekuatan agregat, pori-pori agregat, dan berat isi agregat. a) Bentuk butir dan keadaan permukaan 1. Bulat dan permukaannya licin, kasar berkristal, berpori 2. Tidak beraturan 3. Bersudut tajam dan permukaannya kasar 4. Pipih 5. Memanjang, panjangnya lebih besar 3 kali dari lebarnya Butiran agregat mempunyai hubungan erat dengan luas permukaan dan banyaknya rongga. Perbedaan luas permukaan akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan dalam pembuatan beton. Dalam beton, rongga-rongga akan diisi oleh pasta dimana makin banyak pasta yang digunakan makin banyak pula pemakaian semen. b) Kekuatan agregat Pada umumnya kekuatan agregat tergantung dari jenis agregat, susunan mineral, struktur butir. Kekuatan agregat akan sangat berpengaruh pada kekuatan beton. c) Pori-pori agrrgat Besar kecilnya pori-pori sangat tergantung dari jenis batuan dan proses pembentukannya yang mempengaruhi daya serap agregat. d) Berat isi agregat Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat dan isi, berat nilainya tergantung dari bagaimana padatnya kita mengisinya, bentuk butir dan susunan butirnya. Jadi meskipun berat jenis suatu benda sama namun tidaklah mutlak berat benda itu sama.

3.1.3.2

Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Agregat

Kasar
a) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil

dari disintegrasi dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5 mm sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu beton. b) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang tidak mengandung butir-butir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlah butirnya tidak melampaui 20% dari agregat seluruhnya. Agregat kasar tidak mudah hancur oleh perubahan cuaca. c) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan berdasarkan berat keringnya), yang dimaksud dengan lumpur dalam hal ini adalah bagian dari agregat yang lolos saringan no. 0,063 mm. Apabila kadar lumpurnya melebihi 1% maka agregat tersebut harus dicuci. d) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali. e) Kekerasan dari butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan beban uji seberat 20 ton dan harus dapat memenuhi syaratsyarat sebagai berikut : 1. 2. Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 9,5 1,9 mm Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 19 30 lebih dari 24% terhadap berat. mmlebih daripada 22% atau mesin Los Angeles beratnya tidak boleh melebihi 50% berat keseluruhan.

f) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang bervariasi besarnya dan bila digunakan ayakan dengan susunan ayakan yang telah ditentukan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. berat. 2. Selisih antara sisa kumulatif pada ayakan yang berukuran maksimum 60% dan minimum 10% dari berat. g) Berat butir agregat tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara bidangbidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak bersih minimum antara batang-batang/berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari batasan ini boleh dengan seizin ahli, cara-cara pengecoran apabila tidak terjadi sarang-sarang kerikil. 3.1.4 Air Tujuan utama dari penggunaan air adalah agar terjadi hidrasi yaitu reaksi kimia antara semen dan air yang menyebabkan campuran ini menjadi keras setelah lewat beberapa waktu tertentu. Air yang dibutuhkan agar terjadi proses hidrasi tidak banyak, kira - kira 30% dari berat semen. Dengan menambah lebih benyak air harus dibatasi sebab penggunaan air yang terlalu banyak dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan beton.
3.1.4.1

Sisa pada ayakan 4 mm harus berkisar 90 98% dari

Pesyaratan Air Untuk Beton

a) Air yang digunakan untuk pembuatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam. Zat organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan. Air tawar yang umumnya dapat diminum baik air yang telah diolah diperusahaan air minuin maupun tanpa diolah dapat dipakai untuk pembuatan beton. b) Air yang dipergunakan untuk pembuatan beton pratekan dan beton yang didalamnya akan tertanam logam aluminium serta

beton bertulang tidak boleh mengandung sejumlah ion khlorida. Sebagai pedoman, kadar ion khlorida (Cl) tidak melaMPaui 500 mg per liter air. Didalam beton ion khlorida dapat berasal dari air, agregat dan bahan tambahan (admixture) dan biasanya total khlorida maksimum (dalam % terhadap berat semen) yang diisyaratkan adalah: 1. 2. 3. 4. Beton pratekan 0,06% Beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan Beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung Konstruksi beton bertulang lainnya 0,30%

khlorida 0,15% dari basah 1,00% c) Air tawar yang tidak dapat diminum tidak boleh dipakai untuk pembuatan beton.
3.1.5 Bahan Campuran (Additive)

Bahan campuran merupakan bahan yang dapat merubah sifat-sifat dari beton keras dan lunak. Bahan tambahan tidak dapat mengkoreksi komposisi spesi - beton yang buruk, karenanya harus diusahakan komposisi beton seoptimal mungkm dengan bahan-bahan dasar yang cocok. Ide bahan tambahan sering berdasarkan efek ball-bearing, dcngan kata lain gelembung udara kecil dibentuk dengan massa spesi dan bekerja scbagai pelumas yang mana konsistensinya terpengaruh. Dalam praktek pcmbuatan konstruksi beton, bahan tambahan (admixture) merupakan bahan yang dianggap penting, terutama untuk pembuatan beton di daerah yang beriklim tropis seperti di Indonesia. Penggunaan bahan tambahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai dengan sifat beton yang diinginkan. Definisi bahan tambahan ini mempunyai arti yang luas, yaitu meliputi material-

material seperti polimer, fiber, mineral yang mana dcngan adanya bahan tambahan ini komposisi beton mempunyai sifat yang berbeda dcngan aslinya atau beton biasa. Bahan kimia tambahan (chemical admixture) yang digunakan dapat mengacu pada ASTM C494-81 "Standart Specification for Chemical Admixture for Concrete. Definisi tipe dan jenis bahan tambahan kimia tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: Type A : Water-reducing Admixtures, adalah bahan tambahan yang bersifat mengurangi jumlah air pencampuran beton untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu. Type B : Retarding Admixture, adalah bahan tambahan yang berfungsi menghambat pengikat beton. Type C : Accelerating Admixture, adalah bahan tambahan berfungsi mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Type D : Water Reducing dan Retarding Admixture, adalah bahan tambahan yang berfungsi ganda mengurangi jumlah air pencampuran yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan menghambat pengikatan beton. Type E : Water Reducing dan Accelerating Admixture, adalah bahan tambahan yang berfungsi ganda mengurangi jumlah air pencampuran yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan mernpercepat pengikatan beton. Type F :Water Reducing, High Range Admixture, adalah bahan tambahan yang berfungsi mengurangi jumlah air pencampuran yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu sebanyak 12%

Type G : Water Reducing High Range and Retarding Admixture, adalah bahan tambahan yang berfungsi mengurangi jumlah air pencampuran yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu, sebanyak 12 % atau lebih dan juga menghambat pengikatan beton. 3.2 Cara Pembuatan Beton Pada dasarnya, pembuatan eton mempunyaistandar tertentu menurut

kekuatannya sehingga proporsi campuran semen dan agregat harus sesuai spesifikasi. Namun secara umum langkah pembuatan beton adalah sebagai berikut: a) Bahan disiapkan kemudian ditimbang (pasir, kerikil, dan semen) sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan dan jumlah air disesuaikan dengan jumlah fas yang dihitung.
b)

Cetakan disiapkan kemudian dilumasi oli agar beton tidak melekat Kemudian seluruh bahan dicampur sampai menjadi adonan atau Setelah adonan cukup plastis lalu dikontrol nilai slumpnya. Setelah didapat nilai slump yang diinginkan maka adonan dimasukkan

pada cetakan nantinya. c) d) e) adukan yang plastis.

kedalam cetakan beton. Bahan dimasukkan sampai seluruh cetakan. 3.3 Proporsi Campuran Bahan Pada umumnya orang membuat takaran bahan pembuatan beton adalah 1:2:3, padahal sebenarnya pembuatan beton harus disesuaikan dengan rencana dan kegunaannya, khususnyauntuk konstruksi bangunan gedung besar harus melakukan perhitungan proporsi bahan dan harus melakukan pengujian terhadap bahan yang akan digunakan terlebih dahulu. 3.3.1 Proporsi Bahan Berdasarkan FAS

pembuatan beton sesuai dengan nilai faktor air semen (fas) yang diinginkan dapat menggunalkan proporsi campuran bahan sebagai berikut:
a) Perencanaan beton dengan fas 0,30

1. 2. 3.
4.

Faktor air semen : 0,30 Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah Berdasarkan Gambar 3.8 kuat tekan rencana pada umur perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan Agregat dikombinasikan dengan metode grafis

28 hari : 59,57 Mpa pengerjaan yang diinginkan : 2


5.

sedemikian rupa sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S. 4,75 mm. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Semen 1 Berat jenis semen 3,15 Berat jenis agregat kasar 2,56 Berat jenis agregat halus 2,84 Silicafume 10 % dari semen Superplasticizer 2 % dari air Perbandingan berat yang diperlukan dari material Pasir Kerikil Air

kering, sebagai berikut :

Jika C = berat semen per m3 beton maka : + + + = 1000 C = 726,73 kg Jumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah : Semen : 726,7281 kg Pasir : 0,60 726,7281 kg = 436,0368 kg Kerikil : 1,40 726,7281 kg = 1017,419 kg

Air : 0,30 726,7281 kg = 218,0184 ltr


b) Perencanaan beton dengan fas 0,31 1.

Faktor air semen : 0,31 Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah kuat tekan rencana pada umur 28 hari : 58,75 Mpa perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan Agregat dikombinasikan dengan metode grafis

2. 3.
4.

pengerjaan yang diinginkan : 2,25


5.

sedemikian rupa sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S. 4,75 mm. 6. 7. 8. 9. Semen 1 Berat jenis semen 3,15 Berat jenis agregat kasar 2,56 Berat jenis agregat halus 2,84 Perbandingan berat yang diperlukan dari material Pasir ,25 Kerikil ,25 Air

kering, sebagai berikut :

Jika C = berat semen per m3 beton maka : + + + = 1000 C = 675,287 kg Jumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah : Semen Pasir Kerikil Air : 675,287 kg : 0,675 675,287 kg = 455,8187 kg : 1,575 675,287 kg = 1063,577 kg : 0,310 675,287 kg = 209,339 ltr

c) Perencanaan beton dengan fas 0,32

1. 2. 3. 4. 5.

Faktor air semen : 0,32 Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah kuat tekan rencana pada umur 28 hari : 57,94 Mpa perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan Agregat dikombinasikan dengan metode grafis

pengerjaan yang diinginkan : 2,5 sedemikian rupa sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S. 4,75 mm. 6. 7. 8. 9. 10. Berat jenis semen 3,15 Berat jenis agregat kasar 2,56 Berat jenis agregat halus 2,84 Silicafume 10 % dari semen Superplasticizer 2 % dari air

11. Perbandingan berat yang diperlukan dari material kering, sebagai berikut : Semen 1 Pasir ,5 Kerikil ,5 Air

Jika C = berat semen per m3 beton maka : + + + = 1000 C = 630,647 kg Jumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah : Semen : 630,647 kg Pasir Kerikil Air : 0, 75 630,647 kg = 472.9853 kg : 1,75 630,647 kg = 1103.632 kg : 0,32 630,647 kg = 201.807 ltr

d) Perencanaan beton dengan fas 0,33

1. 2.

Faktor air semen : 0,33 Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah

3. 4. 5.

kuat tekan rencana pada umur 28 hari : 57,13 Mpa perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan Agregat dikombinasikan dengan metode grafis

pengerjaan yang diinginkan : 2,75 sedemikian rupa sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S. 4,75 mm. 6. 7. 8. 9. Berat jenis semen 3,15 Berat jenis agregat kasar 2,56 Berat jenis agregat halus 2,84 Perbandingan berat yang diperlukan dari material

kering, sebagai berikut : Semen 1 Pasir ,75 Kerikil ,75 Air

Jika C = berat semen per m3 beton maka : + + + = 1000 C = 591,543 kg Jumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah : Semen : 591,543 kg Pasir Kerikil Air : 0, 825 591,543 kg = 488,0229 kg : 1,925 591,543 kg = 1138,723 kg : 0,33 591,543 kg = 195,2092 ltr

e) Perencanaan beton dengan fas 0,34

1. 2. 3. 4.

Faktor air semen : 0,34 Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah kuat tekan rencana pada umur 28 hari : 56,31Mpa perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan

pengerjaan yang diinginkan : 3

5.

Agregat dikombinasikan dengan metode grafis

sedemikian rupa sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S. 4,75 mm. 6. 7. 8. 9. Semen 1 Berat jenis semen 3,15 Berat jenis agregat kasar 2,56 Berat jenis agregat halus 2,84 Perbandingan berat yang diperlukan dari material Pasir Kerikil Air

kering, sebagai berikut :

Jika C = berat semen per m3 beton maka : + + + = 1000 C = 557,0051 kg Jumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah : Semen : 557,0051 kg Pasir : 0, 90 557,0051 kg = 501.3046 kg Kerikil : 2,10 557,0051 kg = 1169.711 kg Air : 0,34 557,0051 kg = 189.3817 ltr f) Perencanaan beton dengan fas 0,35 1. Faktor air semen : 0,35 2.
3.

Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah kuat tekan rencana pada umur 28 hari : 55,50 Mpa perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan Agregat dikombinasikan dengan metode grafis

4. 5.

pengerjaan yang diinginkan : 3,25 sedemikian rupa sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S. 4,75 mm. 6. 7. 8. Berat jenis semen 3,15 Berat jenis agregat kasar 2,56 Berat jenis agregat halus 2,84

9. Semen 1

Perbandingan berat yang diperlukan dari material Pasir Kerikil Air

kering, sebagai berikut :

Jika C = berat semen per m3 beton maka : + + + = 1000 C = 526,2779kg Jumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah : Semen : 526,2779 kg Pasir : 0, 975 526,2779 kg = 513,1209 kg Kerikil : 2,275 526,2779 kg = 1197,282 kg Air : 0,350 526,2779 kg = 184.1973 ltr 3.3.2 Proporsi Bahan Berdasarkan K Berikut ini perbandingan bahan dan tenaga untuk membuat beton dengan mutu K sekian: a) 1 m3 beton mutu fc = 7,4 MPa (K 100), slump (12 2) cm, w/c = 0,87, bahan: Portland cement 247 kg PB 869 kg KR (maksimum 30 mm) 999 kg Air 215 Liter b) 1 m3 beton mutu fc = 9,8 MPa (K 125), slump (12 2) cm, w/c = 0,78, bahan: Portland Cement 276 kg PB 828 kg kerikil (maksimum 30 mm) kg 1012 KR Air 215 Liter c) 1 m3 beton mutu fc = 12,2 MPa (K 150), slump (12 2) cm, w/c = 0,72, bahan: Portland cement 299 kg

PB 799 kg Kerikil (maksimum 30 mm) 1017 kg Air 215 Liter d) 1 m3 lantai kerja beton mutu fc = 7,4 MPa (K 100), slump (36) cm, w/c= 0,87, bahan: Portlland cement 230 kg PB 893 kg Bahan KR (maksimum 30 mm) 1027 kg Air 200 Liter e) 1 m3 beton mutu fc = 14,5 MPa (K 175), slump (12 2) cm, Portland cement 326 kg PB 760 kg KR (maksimum 30 mm) 1029 kg Air 215 Liter f) 1 m3 beton mutu fc = 16,9 MPa (K 200), slump (12 2) cm, w/c = 0,61, bahan: Portland cement 352 kg PB 731 kg KR (maksimum 30 mm) 1031 kg Air 215 Liter g) 1 m3 beton mutu fc = 19,3 MPa (K 225), slump (12 2) cm, w/c = 0,58, bahan: Portland cement 371 kg PB 698 kg KR (maksimum 30 mm) 1047 kg Air 215 Liter h) 1 m3 beton mutu fc = 21,7 MPa (K 250), slump (12 2) cm, w/c = 0,56, bahan: w/c = 0,66 , bahan:

Portland cement 384 kg PB 692 kg KR (maksimum 30 mm) 1039 kg Air 215 Liter i) 1 m3 beton mutu fc = 24,0 MPa (K 275), slump (12 2) cm, w/c = 0,53, bahan: Portland cement 406 kg PB 684 kg Bahan KR (maksimum 30 mm) 1026 kg Air 215 Liter j) 1 m3 beton mutu fc = 26,4 MPa (K 300), slump (12 2) cm, Portland cement 413 kg PB 681 kg Bahan KR (maksimum 30 mm) 1021 kg Air 215 Liter. 3. 4 Perawatan Beton Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat (PB,1989:29). Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur. w/c = 0,52, bahan:

Untuk menjaga agar proses hidrasi beton dapat berlansung dengan sempurna maka di perlukan curing untuk menjaga kelembabannya. Lamanya curing sekitar 7 hari berturut turut mulai hari kedua setelah pengecoran. Curing dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain : a) b) Menyemprotkan dengan lapisan khusus ( semacam Vaseline ) pada Membasahi secara terus menerus permukaan beton dengan air. Setelah permukaan beton. proses curing, di lakukan pengurugan tanah kembali lapis demi lapis.

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Beton merupakan material campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air, dan zat additiv jika diperlukan. Pencampuran antara semen, air dan agregat harus proporsional sesuai dengan tujuan penggunaan beton tersebut. Kekuatan beton khususnya kuat tekan sangat dipengaruhi oleh perbandingan campuran bahan yang dibuat. Jika pencampuran bahan kurang sesuai, maka beton yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, kekuatan tekan beton juga sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan mekanik dari agregatnya. Agregat yang diisyaratkan sebagai bahan pembuatan beton harus bersih dari zat organik atau meksimal kandungan organik kurang dari 5%. Untuk agregat kasar harus mempunyai bentuk yang bersudut dan tidak aus. Keausan kerikil diberi batasan sesuai dengan pengujian menggunakan mesin Los Angeles tidak lebih dari 10% pada akhir 100 putaran dan tidak lebih dari 40% pada putaran ke 500, sehingga beton mampu mengahasilkan kuat tekan yang baik. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam pembuatan beton adalah kandungan air semen. Pengaruh air terhadap beton sering disebut fas. Semakin tinggi nilai fas, maka kuat tekan beton akan menurun. Oleh karena itu, untuk mendapatkan mutu beton yang baik maka harus memperhatikan ketelitian dalam pengerjaan dan kualitas bahan yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA DR. Ir . Muin, Resmi Bestari, Ms, 2009, Struktur Beton Bertulang I ,Yogyakarta Ir. Mulyono, Tri, MT, 2004, Teknologi Beton, Yogyakarta: ANDI I.B. Rai Widiarsa, ST, MASc, 2001, Pengantar Praktikum Ilmu Teknologi Bahan, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana. SNI 03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton Budiadi, Andri, 2008, Desain Praktis Beton Prategang. Yogyakarta : A N D I Basuki, Achmad, dalam Chemical Admixture, dalam

http://sipil.ft.uns.ac.id/index.php? option=com_content&task=view&id=194&Itemid=1, diakses 27 November 2012, pada 14.43 WIB Lashanta, dalam Bagaimana Cara Membuat Beton II, dalam

http://rumahdangriya.blogspot.com/2011/07/bagaimana-cara-membuat-betonii.html, diakses 26 November 2012, pada 22.33 WIB Tatang, Kukuh Wibawa, dalam Bahan Superplasticizer Untuk Beton, dalam : http://tatangw.blogspot.com/2011/04/bahan-superplasticizer-untukbeton.html, diakses 27 November 2012, pada 23.00 WIB Mualim, dalam Teknik Pembuatan Beton I, dalam

http://mualim.wordpress.com/2007/07/23/teknik-pembuatan-beton-1/, diakses 27 November 2012, pada 19.40 WIB

You might also like