Professional Documents
Culture Documents
by. yusran kapludin. 2010 Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis. Banyak rahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem spesifik, yang hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusunnya sebagai kesatuan yang utuh. Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi, siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain. Secara de facto tipe hutan ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh partikel lempung yang bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite. Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan hutan ini. Namun dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu siklus hara tertutup (closed nutrient cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini Kondisi tanah hutan ini juga menunjukkan keunikan tersendiri. Aktivitas biologis tanah lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hutan tropika basah merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap komponen tidak bisa berdiri sendiri. Disamping itu dijumpai pula fenomena lain yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik vegetasinya maupun tempat tumbuhnya (Marsono, 1991) Siklus Hara/Biogeokimia Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Dalam suatu ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa unsur-unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsurunsur tersebut masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Aliran energy dan zat-zat kimia yang merupakan suatu proses integrasi fungsional, yang keduanya merupakan suatu pasangan karena energy disimpan dlam ikatan kimia. Aliran ini terjadi diantara tingkat tropic serta komponen-komponen biotik dan abiotik mengabungkan ekosistem de dalam suatu unit fungsional. Ketika energy dilepaskan melalui proses pernapasan, maka senyawa-senyawa yang terlibat mengalami degradasi, dan unsur-unsur kimiawinya dilepaskan kehabitat, yang dapat digunakan kembali. Aliran kimiawi ini disebut juga siklus mineral atau siklus biogeokimia yang merupakan Daur ulang materi tersebut melibatkan makhluk hidup dan batuan (geofisik) yang ada dialam. . (Irawan Djamal. Z.,2007) Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsurunsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga . Siklus biogeokimia atau siklus organic anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi jugs melibatkan reaksireaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia. Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus sulfur.
Pengetahuan mengenai perjalanan semua senyawa organik yang terdapat dalam geosfer, mulai asal usulnya dari bakteri, terikatnya senyawa organik ke dalam batuan sedimenter dan tersimpan dalam periode geologi tertentu, sampai kembali ke permukaan bumi, yang kesemuanya itu melibatkan berbagai proses transformasi biokimia dan geokimia Di alam diketahui ada + 100 unsur kimia, tetapi hanya 30 40 unsur yang sangat diperlukan makhluk hidup. Unsur-unsur kimia, termasuk unsur utama dari protoplasma, cenderung untuk bersikulasi dalam biosfer dengan pola tertentu dari lingkungannya ke organisme & kembali lagi ke lingkungan dikenal dengan SIKLUS BIOGEOKIMIA dan Pergerakan unsur-unsur dan senyawa-senyawa anorganik yang penting untuk menunjang kehidupan dikenal dengan SIKLUS HARA (Irawan Djamal. Z.,2007) Masing-masing siklus tersebut terdiri atas 2 kompartemen atau 2 pool, yaitu : 1. Reservoir pool : besar, lambat bergerak, umumnya bukan komponen ekologi 2. Exchange/Cycling pool : kecil, tapi lebih aktif bertukar dengan cepat antara organisme dengan lingkungannya. Dari sudut biosfer secara keseluruhan, siklus biogeokimia terdiri atas : a) Tipe gas dimana reservoir adalah di atmosfer atau hidrosfer (lautan).
misal : siklus carbon (CO2) & siklus nitrogen (N) b) Tipe sedimen dimana reservoir adalah kerak bumi
misal : siklus fosfor Menurut K Hairiah et all bahwa sistem hutan alami memiliki siklus hara tertutup, dalam arti unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetasi hutan diambil dari tanah, dan sebagian besar unsur hara tersebut dikembalikan lagi ke dalam tanah melalui daun, ranting atau cabang yang gugur. Dalam sistem tersebut, jumlah kehilangan hara melalui pencucian dan erosi sangatlah kecil, sebagian besar cadangan hara tersimpan dalam vegetasi di atas tanah. Ketika hutan alami dibuka menjadi lahan pertanian, baik melalui kegiatan tebang bakar ataupun penggunaan alat-alat berat, sebagian besar cadangan hara pada lahan tersebut menjadi hilang. Seiring dengan itu, sifat-sifat tanah yang lain juga berubah. Siklus hara yang semula tertutup menjadi terbuka, mencerminkan semakin meningkatnya ketidakseimbangan antara unsur hara yang diambil dengan yang dikembalikan ke dalam tanah. Sebagai contoh, tanah menjadi putih dan keras setelah 3-5 tahun hutan dibuka untuk lahan pertanian, dan akhirnya hanya untuk ubikayu. Hal ini terjadi karena sebagian besar biomasa hasil tanaman semusim diangkut ke luar petak, sebagai hasil panen dan sisa panen digunakan untuk pakan ternak. Dengan demikian kandungan bahan organik tanah yang berfungsi sebagai penyangga hara dan air semakin rendah. Hutan yang mempunyai berbagai macam fungsi dan tipe pada dasarnya tidak terlepas pada jumlah dan kondisi jenis pohon yang ada didalamnya. Tingkat kuantitas dan kualitas jenis pohon yang mendominasi ini tidak terlepas dari kemampuan suatu jenis untuk dapat tumbuh,
sehingga konsep pertumbuhan menjadi penting. Pertumbuhan pohon menurut Fakuara (1990), adalah bertambahnya masa sel (nutrien dan air) yang tidak dapat kembali lagi (tidak susut). Tingkat pertumbuhan suatu jenis (Delvian, 2006). Salah satu terobosan untuk mempertahankan kondisi hutan, faktor dasar keberadaan hutan harus diperhatikan, yang diantaranya adalah siklus hara hutan. Dalam mengkaji kondisi siklus hara ini pohon tetap dijadikan dasar sebagai kajian untuk mengembangkan pohon dan pertumbuhannya. Berbagai masalah yang jarang diungkapkan dari siklus hara ini akan dapat mengakibatkan kesalahan dalam mengembangkan konsep tanaman yang sesuai untuk ditanam di suatu daerah atau areal. Untuk itu sangat dirasakan perlunya mengkaji tentang pengaruh siklus hara terhadap pertumbuhan, kondisi dinamika hara pengusahaan hutan tanaman industri, akumulasi hara pada biomassa hutan, pengaruh siklus hara terhadap proses uptake dan pertumbuhan pohon, yang pada akhirnya dicoba untuk melakukan rekayasa terhadap perbaikan kondisi hara untuk menunjang kebutuhan hara bagi suatu tanaman untuk pengembangan hutan tanaman industri. Pohon akan dipengaruhi oleh faktor biotik (mikroorganisme, tumbuhan dan hewan) dan abiotik (iklim dan tanah) yang sering dikenal sebagai faktor luar pertumbuhan. Faktor lainnya adalah faktor dalam pertumbuhan yaitu struktur tumbuhan (sel), jaringan, organ dan organisme) dan fungsi tumbuhan. Dalam suatu konsep pertumbuhan, kebutuhan dan suplai hara menjadi penting, sebagai suatu faktor yang dapat membangun suatu pohon. Ekosistem hutan merupakan suatu sistem terbuka, sehingga elemen-elemen kimiawi dapat masuk dan keluar dari sistem untuk menjadi mata rantai siklus yang lebih luas dan bersifat global. Namun demikian ada kecenderungan sejumlah elemen beredar secara terus-menerus dalam ekosistem dan menciptakan suatu sistem siklus internal. Siklus ini dikenal sebagai siklus biogeokimia karena prosesnya menyangkut perpindahan komponen bukan jasad (geo) ke komponen jasad (bio) dan kebalikannya (Odum, 1971; Likens et al, 1877; Bruijnzell, 1983; Brinkman, 1985). Dalam (Delvian, 2006). Siklus biogeokimia hutan terdiri dari suatu rangkaian proses yang paling andal, yang merupakan sistem perpindahan unsur-unsur hara diantaranya kompartimennya. Secara sederhana kompartimen yang dapat memindahkan dan mengakumulasikan unsur-unsur hara adalah : (a) atmosfir, (b) biomassa, baik yang ada di dalam maupun dipermukaan tanah, (c) lantai hutan, (d) kompleks pertukaran hara liat dan unsur-unsur hara tersedia dalam tanah, (e) mineral- mineral dan batuan dalam tanah. Diperolehnya data kuantitatif mengenai elemenelemen hara yang dapat dipindahkan, diakumulasikan atau hilang dari tiap kompartimen suatu ekosistem hutan akan sangat bermanfaat dalam membuat peramalan-peramalan terhadap kondisi masa datang ekosistem hutan yang bersangkutan sebagai produk dari perubahan-perubahan yang terjadi sehubungan dengan penggunaannya (Ruhiyat, 1993). Untuk itu kemampuan suatu tanaman untuk dapat menyerap hara melalui proses pasif maupun aktif merupakan faktor yang penting bagi tumbuhan untuk meningkatkan pertumbuhannya. Pertumbuhan pohon yang baik akan meningkatkan pertumbuhan hutan secara keseluruhan, baik itu dalam bentuk hutan tanaman maupun hutan alam. Sehingga dalam upaya mengembangkan hutan tanaman industri, kondisi siklus hara, penyerapan hara oleh tanaman merupakan suatu faktor penting yang tidak boleh diabaikan. Panen batang kayu dan kulit menyebabkan hilangnya unsur hara (pengangkutan keluar). Besarnya kehilangan ini tergantung pada volume panen dan level unsur hara spesifik spesies
yang terdapat pada batang kayu dan kulit. Hilangnya unsur hara saat pemanenan mempunyai dampak yang penting pada siklus unsur hara pada hutan tanam industri. Mempersiapkan budget unsur hara bermanfaat untuk membandingkan input dan output unsur hara dalam suatu ekosistem (dalam kasus ini hutan tanam cepat-tumbuh). Dari hasil neraca ini dapat diambil kesimpulan mengenai stabilitas ekosistem yang bersangkutan. Jika neracanya negatif, maka hutan tanam ini tidak dapat dikelola secara berkesinambungan. Input dan output unsur hara (atau aliran-aliran unsur hara) yang dipertimbangkan dalam memperhitungkan neraca unsur hara mencakup parameter-parameter, baik yang dipengaruhi manajemen maupun tidak. Parameter-parameter yang tidak dipengaruhi manajemen mencakup input unsur hara dari curahan hujan, pelapukan silikat dan pengikatan N secara biologis serta output unsur hara yang diakibatkan oleh pencucian tanah (disebut aliran dasar). Parameter- parameter yang dipengaruhi manajemen antara lain output unsur hara dari panen (dikeluarkan bersama hasil panen), pencucian tanah akibat manejemen, erosi dan juga pembakaran sisa penebangan (penguapan dan abu). Dalam analisa status unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg), output biasanya lebih tinggi daripada input, yang mengakibatkan neraca unsur hara yang negatif. unsur hara yang hilang pada saat pemanenan), tergantung intensitas jarak tanam dan juga jenis pohon. Dengan membandingkan jumlah unsur hara yang hilang pada saat pemanenan dan persediaan unsur hara spesifik tapak (disebut neraca panen), dapat dilihat bahwa sejumlah besar kation basa (K, Ca, Mg) hilang dari sistem hutan tanaman selama pemanenan. Neraca panen tergantung dari variabel-variabel input berupa volume panen serta persediaan unsur hara dalam tanah dan tegakan. Pada tanah yang miskin unsur hara seperti contohnya alisol/acrisol atau ferralsol, apabila diasumsikan volume panen sebesar 200 m3/ha, maka 18-30% dari pasokan Ca dan K yang tersedia hilang pada tegakan Acacia mangium setelah satu rotasi. Dengan asumsi produktivitas adalah linear, maka dengan kehilangan rata-rata sebesar 20% berarti pasokan elemen yang ada akan habis setelah 5 rotasi. Output unsur hara yang berkelanjutan akan menyebabkan degradasi tanah, yang mengakibatkan turunnya produktivitas. (Mackensen. J, 2000) Salah satu faktor penyebab pengurasan persedian hara tanah karena adanya aliran hara keluar ekosistem hutan tanaman yang berupa kehilangan unsure hara pada saat pemanenan, yaitu berupa kandungan unsur hara dalam batang dan kulit kayu yang dikeluarkan dari lahan (Ruhiyat, 1993a) dalam (Ruhiyat D. 2008) Jenis pohon merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya akumulasi hara pada biomassa tegakan hutan (Setto dan Madgwick, 1982) unsure-unsur hara yang dibobilisasikan pada vegetasi cendrung meningkat seiring dengan makin dewasanya tegakan (Ruhiyat, D. 1993b) dalam (Ruhiyat, D. 2008) Pengukuran biomassa tegakan hanya dilakukan pada komponen-komponen yang berada di atas permukaan tanah (above ground biomass) meliputi komponen batang, cabang, ranting, daun dan kulit. Penaksiran jumlah biomasa tegakan dilakukan dengan metode sub sampling seperti yang dikemukakan oleh Madgwick (1976) Selanjutnya jumlah unsure hara (N, P, K, Ca, dan Mg ) yang terakumulasi pada pohon dihitung dari hasil analisis kimia terhadap contoh komponen komponen daun, cabang, ranting, batang serta kulit. (Ruhiyat, D. 2008) PROSES SIKLUS HARA
Siklus hara adalah suatu proses suplai dan penyerapan dari senyawa kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme (Mengel et al., 1987). Hara essensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan tinggi adalah unsur bahan anorganik alam. Kebutuhan akan bahan anorganik bagi tumbuhan tinggi (pohon) membedakannya dengan organisme lainnya seperti manusia, hewan dan beberapa mikroorganisme yang membutuhkan bahan makanan organik (Mengel et al,. 1987). Menurut Binkley (1987) bahwa proses siklus hara mencakup proses mikroklimat, kualitas kimia dari bahan organik, status kimia dari tanah dan aktivitas binatang. Pada dasarnya proses siklus hara merupakan konsep aliran elektron. Kecenderungan dari kandungan kimia untuk menyumbangkan elektron adalah terminologi dari potensial elektroda, potensial reduksi, atau sebagai potensial redoks. (Delvian, 2006).