You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pengukuran pertambahan panjang (elongation) pada uji tarik sampel kecil seperti mini plat khususnya di dalam hot cellmenghadapi tantangan antara lain: ruangan/tempat yang tersedia untuk memasang alat ukur elongationsangat sempit/kecil. Jadi alat-alat bantu yang biasa digunakan pada spesimen standard tidak bisa dipakai untuk sampel mini karena terlalu besar. Tantangan lain adalah waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan alat ukur elongationdan pemegang sampel mini cukup lama. Dan pemasangan alat-alat bantu tersebut berpotensi menimbulkan kesalahan dalam pengukuran. Selain itu keterbatasan dalam kuantitas material komponen struktur reaktor yang tersedia dan fasilitas irradiasi yang terbatas juga merupakan tantangan yang perlu diperhitungkan. Untuk itu perlu dikembangkan metode uji tarik spesimen kecil yang baku/valid/standar dan juga teknik uji tarik spesimen mini yang mudah, praktis, murah dan andal tetapi hasilnya masih valid, memenuhi standar, baik untuk material teriradiasi maupun yang non irradiasi. Baja merupakan salah satu bahan utama dalam suatu konstruksi. Baja merupakan campuran bijih besi yang dicampur dengan Cu, C, Mn, Si dan S. Jenis baja yang digunakan dalam konstruksi adalah baja bangunan (Steel Construction). Baja konstruksi ini memiliki beberapa sifat istimewa yaitu mampu menahan tarikan dan tekanan, mempunyai elastisitas yang baik dan mempunyai kerapatan (density), dapat ditempa, dilas, dan dibentuk. Baja beton (baja tulangan) adalah baja berbentuk batang yang digunakan untuk penulangan beton. Baja beton yang lazim digunakan adalah baja karbon biasa. Untuk keperluan tertentu terkadang dipakai baja paduan karbon rendah. Keunggulan baja dari beton adalah sangat kuat dalam menerima beban tarik. Selain itu, penggunaan baja lebih ekonomis bila dibandingkan dengan penggunaan beton. Namun berbeda dengan beton, baja tidak bisa dibuat. Oleh

sebab itu mutu suatu baja tidak dapat direncanakan. Dibalik keunggulan tersebut, baja juga memiliki kekurangan, antara lain : Baja relatif lebih berat Baja sukar dibentuk sesuai keinginan Mutu baja tidak dapat direncanakan (sesuai produksi pabrik) Cepat mengalami proses korosi (karatan), namun pada bagian ini sudah bisa diatasi, yaitu dengan cara melapisi dengan aluminium ataupun menggunakan cat.

Tidak tahan panas.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 Jelaskan prinsip pengujian tarik Buat kurva tegangan Fs regangan teknik dan sebenarnya Buat analis sifat sifat mekanik di daeah elastis dan plastis dari kurva tegangan regangan teknik Berikan interpretasi mengenai sifat mekanik dari bentuk patahan atas pengujian tarik yang dilakukan

1.3 Tujuan Praktikum

Melalui pengujian tarik mahasiswa akan dapat mrngetahui sifat mekanik dari suatu bahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip pengujian Sampel atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu ditarik dengan beban kontinyu sambil diukur pertambahan panjangnya. Data yang di dapat berupa perubahan panjang dan perubahan beban yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk grafik tegangan-regangan, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.1. Data-data penting yang diharapkan didapat dari pengujian tarik ini adalah: perilaku mekanik material dan karakteristik perpatahan. 2.2 Perilaku mekanik material Pengujian tarik yang dilakukan pada suatu material padatan (logam dan nonlogam) dapat memberikan keterangan yang relatif lengkap mengenai perilaku material tersebut terhadap pembebanan mekanis. Informasi penting yang bias didapat adalah: a. Batas proporsionalitas (proporsionality limit) Merupakan daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai hubungan proporsionalitas satu dangan lainnya. Setiap penambahan tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan secara proporsional dalam hubungan linier = E(bandingkan dengan hubungan y=mx; dimana y mewakili tegangan; x mewakili regangan dan m mewakili slope kemiringan dari modulus kekakuan). Titik P pada Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan batas proporsionalitas dari kurva tegangan-regangan.

b. Batas elastic (elastic limit) Daerah elatis adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang semula bila tegangan luar dihilangakan. Daerah proporsianalitas merupakan bagian dari bata elastik ini. Selanjutnya bila bahan terus diberikan tegangan (deformasi dari luar) maka batas elastis akan terlampaui pada akhirnya sehingga bahan tidak akan kembali kepada ukuran semula. Dengan kata lain dapat didefinisikan bahwa batas elastis merupakan suatu titik dimana tegangan yang diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi permanen(plastis) pertama kalinya. Kebanyakan material batas elastis yang hampir berimpitan dengan batas proporsionalitasnya. c. Titik luluh (yield point) dan kekuatan luluh (yield strength) Titik ini merupakan suatu batas dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh (yield stress). Titik luluh ditunjukkan oleh titik Y pada Gambar 1.1 di atas. Gejala luluh umumnyahanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan stuktur Kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution dari atom-atom carbon, boron, hidrogen dan oksigen. Interaksi antara dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steel menunjukkan titik luluh bahwa (lower yield point) dan titik luluh atas (upper yield point). Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas umunya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk menentukan kekuatan luluh material seperti ini maka digunakan suatu metode yang dikenalkan sebagai Metode Offset. Dengan metode ini kekuatan luluh (yield strength )ditentukan sebagai tegangan dan regangan . Pada Gambar 1.2 di bawah ini garis offset OX ditarik paralel dengan OP, sehingga perpotongan XW dan kurva tegangan-regangan memberikan titik Y sebagai kekuatan luluh. Umumnya garis offset OX diambil 0.1 0.2% dari regangan total dimulai dari titik O. Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaaan structural yang melibatkan pembebanan mekanik seperti tarik, tekan bending

atau puntiran. Di sisi lain, batas luluh ini harus dicapai ataupun dilewati bila bahan (logam) dipakai dalam proses manufaktur produk-produk logam seperti proses rolling, drawing, stretching dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa titik luluh adalah suatu tingkat tegangan yang : Tidak boleh dilewati dalam penggunaan structural (in service). Harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process) d. Kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength) Merupakan tegangan maksium yang dapat ditanggung oleh material sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum ditentukan dari beban maksimum UTS = FMAKS Pada bahan ulet tegangan maksimum ini ditunjukan oleh titik M (Gambar 1.1) dan selanjutnya bahan akan terus berdeformasi hingga titik B. Bahan yang bersifat getas memberikan perilaku yang berbeda dimana tegangan maksimum sekaligus tegangan perpatahan (titik B pada Gambar 1.2). Dalam kaitanya dengan penggunaan structural maupun dalam proses forming bahan, kekuatam maksimum adalah batsa tegangan yang sama sekali tidak boleh dilewati. e. Kekutan Putus (breaking strength) Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putus (F breaking) dengan luas penampang awal Ao. Untuk bahan yang bersifat ulet pada saat beban maksimum M terlampaui dan bahan terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanisme penciutan (necking) sebagai akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet kekuatan putus adalah lebih kecil daripada kekuatan maksimum sementara pada bahan getas kekuatan putus adalah sama dengan maksimumnya. f. Keuletan (ductility) Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan. Sifat ini , dalam beberapa tingkatan, harus dimiliki oleh bahan bila ingin dibentuk (forming) melalui proses rolling, bending, steaching, drawing, hammering, cutting, dan

sebagainya. Pengujian tarik memberikan dua metode pengukuran keuletan bahan yaitu :

Presentase perpanjangan (elongation)

Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan terhadap panjang awalnya.

Presentase pengurangan/ reduksi penampang (Area Reduction) sebagai pengurangan luas penampang (cross-section) setelah

Diukur

perpatahan terhadap luas penampang awalnya.

g.

Modulus elastisitas (E) Modulus elastisitas atau modulus young merupakan ukuran kekauan suatu

material. Semakin besar harga modulus ini maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat pembebanan tertentu, atau dapat dikatakan material tersebut semakin kaku (stiff). Pada grafik tegangantegangan (gambar 1.1 dan 1.2), modulus kekakuan tersebut dapat dihitung dari slope kemiringan garis elastis yang linier, diberikan oleh: Dimana adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastis kurva teganganregangan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan oleh energi ikat anatar atom-atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan. Sebagai contoh diberikan oleh (gambar 1.3 di bawah ini yang menunjukkan grafik tegangan-regangan beberapa jenis baja: h. Modulus ketangguhan (modulus of toughness) Merupakan kemampuuan material dalam menyerap energy hingga terjadinya perpatahan. Secara kuantitatif dapat ditentukan dari luas area

keseluruhan dibawah kurva tegangan-regangan hasil pengujian tarik seperti Gambar 1.1. Pertimbangan disain yang mengikut sertakan modulus ketangguhan menjadi sangat penting untuk komponen-komponen yang mungkin mengalami pembebanan berlebih secara tidak disengaja. Material dengan modulus ketangguhan yang tinggi akan mengalami distorsi yang besar karena pembebanan berlebih, tetapi hal ini tetap disukai dibandingkan material dengan modulus yang rendah dimana perpatahan akan terjadi tanpa suatu peringatan terlebih dahulu. 2.3 Mode Perpatahan Material Sampel hasil pengujian tarik dapat menunjukkan beberapa tampilan perpatahan seperti ditunjukkan oleh Gambar di bawah ini :

Gambar 8 mekanisme perpatahan

Pengamatan kedua tampilan perpatahan ulet dan getas dapat dilakukan baik dengan mata telanjang maupun dengan bantuan stereoscan macroscope. Pengamatan lebih detil dimungkinkan dengan penggunaan SEM (Scanning Electron Microscope). a. Perpatahan Ulet Perpatahan ulet umumnya lebih disukai karena bahan ulet umumnya lebih tangguh dan memberikan peringatan lebih dahulu sebelum terjadinya kerusakan.

Gambar 9 Perpatahan Ulet Tampilan foto SEM dari perpatahan ulet diberikan oleh Gambar berikut :

Gambar 10 Perpatahan ductile b. Perpatahan Getas Perpatahan getas memiliki ciri-ciri mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan perpatahan ulet. Pada perpatahan getas tidak ada atau sedikit sekali terjadi deformasi plastis pada material. Perpatahan jenis ini merambat sepanjang bidangbidang kristalin membelah atom- atom material. Pada material yang lunak dengan butir kasar akan ditemukan pola chevrons atau fan like pattern yang berkembang keluar dari daerah kegagalan. Material keras dengan butir halus tidak dapat dibedakan sedangkan pada material amorphous memiliki permukaan patahan yang bercahaya dan mulus.

Gambar 11 Patahan brittle

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Alat: Mesin uji tarik, Ampelas, Jangka sorong. Bahan: Baja (Panjang: 6 Cm, Tinggi: 1,5 Cm) 3.2 Prosedur Praktikum -

Buat specimen menurut standard Ukur panjang uji dengan diameter specimen Siapkan mesin uji tarik Pasang specimen ke mesin uji tarik Jalankan mesin uji tarik dan catat jarak perubahan panjang, perubahan diameter dan besarnya beban Setelah percobaan ukur diameter pada bagian yang putus dan ukur panjang uji setelah putus

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Data Praktikum Jenis Mesin: Universal Testing Machine 30 KN Model TM 113 Tanggal Pengujian: 23 November 2012 Praktikan: Kelompok 16 Asisten Pengawas: Tabel Data Kondisi Treatment Non Treatment L Mm Pi Kg Di Mm Ai Mm2 = Pi/Ao Kg/mm2 e = L/Lo % s = Pi/Ai Kg/mm2 es = ln(Ao/Ai) %

4.2 Pembahasan

4.2.1 Prinsip Pengujian Tarik Prinsip pengujian ini yaitu sampel atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah besar secara kontinyu pada kedua ujung specimen tarik hingga putus, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjangan yang dialami benda uji. Tegangan yang dipergunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari pengujian tarik. Pada spesimen panjang bagian tengahnya biasanya lebih kecil luas penampangnya dibandingkan kedua ujungnya, agar patahan terjadi pada bagian tengah. Panjang ukur (gauge length) adalah daerah dibagian tengah dimana elongasi diukur atau alat extensometer diletakkan untuk pengukuran. Data yang diukur secara manual, yakni diameter specimen luas penampang A, dan data yang terekam dari mesin tarik, berupa beban F yang diberikan (load cell) dan strain yang terbaca (extensometer), direduksi menjadi kurva tegangan-regangan 4.2.2 Kurva Tegangan Vs Regangan Teknik Dan Sebenarnya 4.2.3 Analisis Sifat Sifat Mekanik Di daerah Elastis dan Plastis Dari Kurva Tegangan-Regangan Teknik a. Daerah Elastis
-

Bahan akan kembali kepada panjang semula bila tegangan luar

dihilangkan - Bila beban terus diberikan tegangan maka batas elastis pada akhimya akan terlampaui sehingga bahan tidak kembali seperti ukuran semula
-

Apabila tegangan yang diberikan melampaui batas daerah elastis akan

menyebabkan terjadinya deformasi plastis untuk pertama kalinya b. Daerah Plastis - Apabila diberi tekanan pada batas elastis maka benda akan mengalami deformasi plastis - Ukuran benda tidak dapat kembali ke ukuran semula saat benda telah berada pada daerah Plastis - Apabila benda terus diberi tekanan pada daerah plastis sampai melampaui kekuatan tarik maksimum maka benda akan mengalami perpatahan.

4.2.4 Interpretasi Mengenai Sifat Mekanik Dari Bentuk Patahan Atas Pengujian Tarik yang Dilakukan Setelah dilakukan pengujian tarik didapatkan bentuk patahan yang permukaanya tidak berturan/kasar dan sebelum terjadi perpatahan benda uji mennunjukkan peringatan dengan melengkung terlebih dahulu, hal ini mengidikasikan sifat dari patahan bahan uji tersebut/baja memiliki sifat ulet. Sifat perpatahan ulet yaitu perpatahan yang memberikan peringatan terlebih dahulu sebelum terjadinya kerusakan/perpatahan. Perpatahan jenis ini terjadi pada bendabenda yang memiliki sifat ulet yang umumnya lebih tangguh.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 5.1.1 Prinsip pengujian tarik adalah pengujian yang dilakukan dengan memberi beban terhadap benda uji yang perlakuannya dengan ditarik sampai mengalami perpatahan. 5.1.2 Pada kurva tegangan-regangan teknik pembebanan yang dilakukan pada benda uji sampai dengan terjadi perpatahan kurvanya terus mengalami penurunan sedangkan pada kurva tegangan-regangan sebenarnya pembebanan yang dilakukan pada benda uji sampai dengan terjadi perpatahan kurvanya konstan. 5.1.3 Pada daerah elastis sifat mekaniknya apabila diberi beban ukuran benda uji akan dapat kembali ke bentuk semula 5.1.4 Pada daerah plastis sifat mekaniknya apabila diberi beban ukuran benda uji tidak dapat kembali ke bentuk semula. 5.1.5 Benda uji yang menunjukan peringatan terlebih dahulu sebelum mengalami perpatahan maka perpatahannya termasuk memiliki sifat perpatahan ulet. 5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA Buku Panduan Praktikum Karakterisasi Material 1 Pengujian Merusak (Destructive Testing) Dr. Ir. Akhmad Herman Yuwono, M.Phil.Eng. Departemen Metalurgi Dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2009

You might also like