You are on page 1of 13

REFERAT

TERAPI OKUPASI DAN ORTOTIK-PROSTETIK

Disusun oleh: Pascallinda Thenia 071801170

Pembimbing: dr. Sanjoto S., Sp.FKR

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK DESEMBER 2012

TERAPI OKUPASI DAN REHABILITASI

A. Sejarah okupasi terapi

Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk mempertahankan hidup atau survival. Namun juga diketahui sebagai sumber kesenangan. Dengan bekerja seseorang akan menggunakan otot-otot dan pikirannya, misalnya dengan melakukan permainan (game), latihan gerak badan , kerajinan tangan dan lain-lain, dan hal ini akan mempengaruhi kesehatannya juga.

Pada tahun 2600 SM orang-orang di cina berpendapat bahwa penyakit timbul karena ketidak aktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai adanya hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu menganjurkan pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobatan pasiennya. Di mesir dan yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan adalah salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain music, bermain boneka untuk anakanak, bermain bola.

Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa maupun fisik manusia. Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan selalu bekerja secara sadar dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan sebagi pengalihan perhatian atau pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk memikirkan hal-hal yang lain. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka okupasiterapi mulai berkembang dan diterapkan pada abad 19. Philipina pinel memperkenalkan terapi kerja pada tahun 1786 disuatu rumah sakit jiwa diparis. Dia mengatakan bahwa dengan okupasi/pekerjaan pasien jiwa akan dikembalikan kearah hidup yang normal dan dapat meningkatkan minatnya. Juga sekaligus memelihara dan mempraktikan keahlian yang dimilikinya sebelum sakit sehingga dia akan tetap sebagai seseorang yang produltif.

Pada tahun 1982 Adolf Meyer dari amerika melaporkan bahwa penggunaan waktu dengan

baik yaitu dengan mengerjakan aktivitas yang berguna ternyata merupakan suatu dasar terapi pasien neuripsikiatrik. Meyer adalah seorang psikiater. Isterinya adalah seorang pekerja sosial mulai menyusun suatu dasar yang sistematis tentang pengguanaan aktivitas sebagai program terapi pasien jiwa.

Masih banyak lagi ahli-ahli terkenal yang berjasa dalam pengembangan okupasiterapi sebagai salah satu terapi khususnya untuk pasien mental terutama dari amerika, eropa dan lain-lain. Risetpun masih tetap dilakukan guna lebih mengefektifkan penggunaan okupasiterapi untuk terapi pasien mental.

B. Pengertian Okupasiterapi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan kemampuan, dan mempermudah belajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Juga untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi dan atau memperbaiki ketidak normalan (kecacatan), dan memelihara atau meningkatkan derajat kesehatan.

Okupasiterapi lebih dititik beratkan pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang kemudian memelihara atau meningkatkannya sehingga dia mampu mengatasi masalah-masalah yang diharapkannya.

Okupasiterapi menggunakan okupasi (pekerjaan atau kegiatan) sebagai media. Tugas pekerjaan atau kegiatan yang dipilihkan adalah berdasarkan pemilihan terapis disesuaikan dengan tujjuan terapis itu sendiri. Jadi bukan hanya sekedar kegiatan untuk membuat seseorang sibuk.

Sebagai tujuan utama okupasiterapi adalah membentuk seseorang agar mampu berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri pada pertolongan orang lain.

Rehabilitasi adalah suatu usaha yang terkoordinasi yang terdiri dari usaha medik, sosial, edukasional dan vokasional, untuk melatih kembali seseorang untuk mencapai kemampuan fungsional pada taraf setinggi mungkin. Rehabilitasi medik adalah usaha-usaha yang

dilakukan secara medic khususnya untuk mengurangi invaliditas atau mencegah memburuknya invaliditas yang ada.

Terapi Okupasi adalah profesi kesehatan yang merupakan bagian dari rehabilitasi medik, bertujuan membantu individu dengan kelainan dan atau gangguan fisik, mental maupun sosial, dengan penekanan pada aspek sensomotorik dan proses neurologis. Hal itu dicapai dengan cara memanipulasi, memfasilitasi, dan menginhibisi lingkungan, sehingga individu mampu mencapai peningkatan, perbaikan, dan pemeliharaan kualitas hidupnya.

Dalam memberikan pelayanan kepada individu, terapi okupasi memperhatikan aset (kemampuan) dan limitasi (keterbatasan) yang dimiliki anak, dengan memberikan manajemen aktifitas yang purposeful (bertujuan) dan meaningful (bermakna). Dengan demikian diharapkan anak dapat mencapai kemandirian dalam aktifitas produktifitas (sekolah/akademik), kemampuan perawatan diri (self care), dan kemampuan penggunaan waktu luang (leisure) serta bermain sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

C. Fungsi dan tujuan

Okupasiterapi adalah terapan medic yang terarah bagi pasien fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi dalam rangka memulihkan kembali fungsi seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin. Aktivitas tersebut adalah berbagai macam kegiatan yang direncanakan dan disesuaikan dengan tujuan terapi. Pasien yang dikirimkan oleh dokter, untuk mendapatkan okupasiterapi adalah dengan maksud sebagai berikut: 1. Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa Menciptakan suatu kondisitertentu sehingga pasien dapat mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan produktif.

Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya.

Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnose dan penetapan terapi lainnya.

2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan. 3. aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telpon, televise, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain. 4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya, dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari. 5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang masih ada. 6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai langkah dalam pre-cocational training. Dari aktivitas ini akan dapat diketahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat, potensi dan lain-lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya kepekerjaan yang tepat dalam latihan kerja. 7. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan waktu selama masa rawat dengan berguna. 8. Mengarahkan minat dan hoby agar dapat digunakan setelah kembali ke keluarga.

Program okupasiterapi adalah bagian dari pelayanan medik untuk tujuan rehabilitasi total seseorang pasien melalui kerja sama dengan petugas lain dirumah sakit. Dalam pelaksanaan okupasiterapi keliahatannya akan banyak overlapping dengan terapi lainnya, sehingga dibutuhkan adanya kerjasama yang terkoordinir dan terpadu

D. Peranan okupasiterapi/pekerjaan untuk terapi

Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui aktivitas manusia dihubungkan deengan lingkungan, kemudian mempelajarinya, mencoba

keterampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan okupasiterapi, baik bagi penderita fisik maupun mental.

Aktivitas dalam okupasiterapi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi, diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien waktu mengerjakan suatu aktivitas dan dengan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut.

Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam okupasiterapi tidak untuk menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang terarah setelah penyelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena dalam kesempatan tersebutlah terapis dapat mengarahkan pasien. Melalui diskusi tersebutlah pasien belajar mengenal dan mengatasi persoalannya.

Melalui

aktivitas

pasien

diharapkan

akan

berkomunikasi

lebih

baik

untuk

mengekpresikan dirinya. Melalui aktivitas kemampuan pasien akan dapat diketahui baik oleh terapi maupun oleh pasien itu sendiri. Dengan menggunakan alat-alat atau bahanbahan dalam melakukan suatu aktivitas pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama dalam hal kemampuan dan kelemahannya.

Mengerjakan suatu aktivitas dalam kelompok akan dapat merangsang terjadinya intraksi diantara anggota yang berguna dalam meningkatkan sosialisasi, dan menilai kemampuan diri masing-masing dalam hal keefisiensiannya berhubungan dengan orang lain.

E. AKTIVITAS

Aktivitas yang digunakan dalam okupasiterapi sangat dipengaruhi sangat dipengaruhi oleh konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh kemampuan si terapis sendiri (pengetahuan, keterampilan, minat dan kreativitasnya). 1. Jenis

Jenis aktivitas dalam okupasiterapi adalah :

Latihan gerak badan Olahraga Permainan Kerajinan tangan Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari) Praktik pre-vokasional Seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain) Rekreasi (tamasya, nonton bioskop/drama, pesta ulang tahun dan lain-lain) Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah, televise, radio atau keadaan lingkungan).

2. Karakteristik aktivitas Aktivitas dalam okupasiterapi adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan berkembang, sekaligus sebagai sumber kepuasaan emosional maupun fisik.

Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan daladm okupasiterapi harus mempunyai karakteristik sebagai berikut : Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi bukan hanya sekedar menyibukan pasien Mempunyai arti tertentu bagi pasien, artinya dikenal oleh atau ada hubungannya dengan pasien. Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa kegunaannya terhadap upaya penyembuhan penyakitnya. Harus dapat melibatkan pasien secara aktif walaupun minimal.

Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi pasien, bahkan harus dapat meningkatkan atau setidak-tidaknya memelihara koondisinya.

Harus dapat member dorongan agar si pasien mau berlatih lebih giat sehingga dapat mandiri.

Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya. Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian dengan dengan kemampauan pasien.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih aktivitas: Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah dikontrol, ulet, kasar, kotor, halus dan sebagainya. Apakah aktivitas rumit atau tidak Apakah perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan Cara pemberian instruksi bagaimana Bagaimana kira-kira setelah hasil selesai Apakah perlu pasien membuat keputusan Apakah perlu konsentrasi Interaksi yang mungkin terjadi apakah menguntungkan Apakah diperlukan kemampuan berkomunikasi Berapa lama dapat diselesaikan Apakah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterampilan pasien.

3. Analisa aktivitas Untuk dapat mengenal karakteristik maupun potensi atau aktivitas dalam rangka perencanaan terapi, maka aktivitas tersebut harus dianalisa terlebih dahulu. Hal-hal yang perlu dianalisa adalah sebagai berikut:

F. INDIKASI UNTUK OKUPASITERAPI Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pengintegrasian perkembangan psikososialnya

Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam kesulitannya berkomunikasi dengan orang lain

Tingkah laku tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau kebutuhan yang primitive Ketidak mampuan menginterprestasikan rangsangan sehingga reaksinya terhadap rangsangan tersebut tidak wajar pula Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang yang mengalami kemunduran Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu aktivitas dari pada dengan percakapan

Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara mempraktikannya dari pada dengan membayangkan Pasien cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadian

G. Ortotik-Prostetik

Ortotik-Prostetik adalah sebuah profesi yang membidangi tentang pelayanan rancang bangun serta pembuatan,pemasangan alat bantu bagi pasien yang mengalami kelemahan dan kelayuhan ,deformitas serta hilangnya anggota gerak tubuh pada manusia.

Ortotik-Prostetik terdiri dari dua buah bentuk penanganan. Ortotik : yaitu bentuk pelayanan pemasangan dan pembuatan alat bantu bagi pasien yang mengalami kelainan serta kelayuhan serta deformitas yang lain.

Prostetik : suatu bentuk pelayanan pemasangan serta pembuatan alat bantu bagi pasien yang mengalami kehilangan anggota gerak tubuh

Perkembangan Ortotik-Prostetik di Indonesia Prof.Dr. Soeharso adalah pendiri rehabilitasi cacat pertama di Indonesia.yang didirikan untuk menangani penderita cacat akibat korban perang kemerdekaan.

Tahun 1982 Akademi fisioterapi membuka --pendidikan Ortotik-Prostetik setingkat D III dan berhasil meluluskan sebanyak 17 orang tenaga .

Dalam perjalanannya pada tahun 2002-2003 baru dibuka kembali pendidikan Ortotik-Prostetik setingkat DIII sampai sekarang

Ortosis adalah Alat bantu anggota tubuh yang mengalami kelayuhan

Long Leg Brace Indikasinya : digunakan pada pasien yang mengalami droop foot yang flexibel dll.

Ortosis KAFO Indikasinya: Ortosis yang digunakan pada pasien yang menderita paralysis (kelumpuhan), kelemahan otot, tungkai tidak sama panjang, kontraktur knee joint, genu recurvatum (hyperextensi), poliomylitis

sepatu koreksi

Orthopedic Shoe, adalah sepatu koreksi untuk kelainan kaki pada anak anak sepertiCongenital Talipes Equino Varus (CTEV), ankle valgus/ varus, flatt foot (telapak kaki tanpa arkus/lengkung kaki), club foot. Sepatu koreksi ini dibuat dari bahan kulit berkualitas dengan modifikasi sesuai dengan kasusnya

AFO Indikasinya: digunakan sebagai penguat yang biasanya digunakan pada pasien yang mengalami drop foot,varus,valgus dll,

H. JENIS-JENIS ALAT BANTU BERJALAN 1. Walker Walker adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang dan terbuat dari pipa logam. Walker mempunyai empat penyangga dan kaki yang kokoh. Klien memegang pemegang tangan pada batang dibagian atas, melangkah, memindahkan walker lebih lanjut dan melangkah lagi. 2. Tongkat Tongkat juga merupakan alat ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari kayu atau logam. Dua tipe tongkat umum yaitu : tongkat berkaki panjang lurus (single straight-legged) dan tongkat berkaki empat (Quad cane). Tongkat berkaki lurus lebih lebih umum digunakan untuk sokongan dan keseimbangan klien yang kekuatan kakinya menurun. Tongkat ini harus dipakai disisi tubuh yang kuat. Untuk sokongan maksimum untuk berjalan, klien menempatkan tongkat berada depan 15 sampai 25 cm, menjaga berat badan pada kaki klien. Kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat sehingga berat badan dibagi antara tongkat kaki yang terkuat. Kaki yang terkuat

maju setelah tongkat sehingga kaki terlemah dan berat badan disokong oleh tongkat kaki terlemah. Untuk berjalan, klien mengulangi tahap ini terus-menerus. Klien diajarkan bahwa kedua titik penopang tersebut, seperti dua buah kaki atau satu kaki dan tongkat, akan muncul setiap waktu.

Tongkat empat kaki memberi sokongan yang terbesar dan digunakan pada kaki yang mengalami sebagian atau keseluruhan paralisis atau pun hemigplegia. Tiga tahap yang sama digunakan oleh tongkat berkaki lurus diajarkan pada klien. 3. Kruk Sering digunakan untuk meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat temporer, seperti pada setelah kerusakan ligamen dilutut. Kruk dapat digunakan permanen (misal: klien paralisis ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari kayu dan logam. Ada 2 tipe kruk, kruk lofstan dangan pengatur ganda atau kruk lengan bawah dan kruk aksila terbuat dari kayu. Kruk lengan bawah memiliki sebuah pegangan tangan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah. Kedua-duanya yaitu pembalut logam dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan tinggi klien. Kruk aksila mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian atas, dimana berada tepat dibawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang dipegang tinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Kruk harus diukur panjang yang sesuai, dank lien harus diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman, mencapai kestabilan gaya berjalan, naik turun tangga dan bangkit dari duduk. a. Mengukur kruk Kruk aksila lebih umum digunakan. Ketika mempersiapkan klien menggunakan kruk, perawat juga harus mengajarkan penggunaan kruk yang aman dan mengukur kruk klien dengan benar. Pengukuran kruk meliputi tiga area : tinggi klien, jarak antara bantalan kruk, aksila dan sudut fleksi siku. Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut, dengan klien berada pada posisi pusine/berdiri. Pada posisi telentang, ujung ujung kruk berada 15 cm disamping tumit klien. b. Mengajarkan gaya berjalan dengan kruk Gaya berjalan dengan kruk dimaksudkan menopang berat badab pada satu atau kedua kaki dan pada kruk secara bergantian. Gaya berjala yang digunakan klien telah

ditentukan oleh pengkajian perawat pada pemeriksaan fisik, kemampuan fungsional dan penyakit serta cidera. Cara berdiri dasar kruk adalah posisi tripod, dengan cara menempatkan kruk 15 cm didepan dan 15 cm disamping setiap kaki klien (gambar 37-32). Posisi ini memberikan keseimbangan dengan dasar sokongan lebih luas. Kesejahteraan tubuh pada posisi tripod meliputi kepala dan leher tegak, vertebra lurus, pinggul dan lutut fleksi. Berat badan tidak boleh ditahan aksila. Posisi tripod digunakan sebelum kruk berjalan. c. Mengajarkan berjalan dengan menggunakan kruk ditangga. Ketika naik tangga dengan menggunakan kruk, klien bias menggunakan modifikasi gaya berjalan tiga titik. Pertama klien berdiri didasar tangga dan memindahkan berat badan dikruk. Kedua, kaki yang tidak sakit maju diantara kruk dan tangga . Kemudian berat dialihkan dari kruk ke kaki yang tidak sakit. Terakhir, klien meluruskan kedua kruk ditangga. Urutan ini diulang sampai klien berada diatas. Untuk turun tangga, urutan tiga fase ini juga digunakan. Pertama, klien memindahkan berat badannya kekaki yang tidak sakit. Kedua, kruk ditempatkan ditangga dan klien mulai memindahkan berat badannya dikruk, menggerakkan kaki yang sakit kedepan. Terakhir, kaki yang tidak sakit dipindahkan ketangga dengan kruk. Lalu klien mengulangi gerakan ini sampai didasar tangga. Klien biasa perlu menggunakan kruk untuk beberapa bentuk, sehingga mereka harus diajarkan penggunaan kruk ditangga sebelum pulang. Ajarkan untuk naik tangga kepada klien tergantung kruk, todak hanya untuk klien yang mempunyai tangga dirumahnya. d. Mengajarkan duduk dengan menggunakan kruk Prosedur duduk dikursi memerlukan klien memindahkan beratnya. Pertama, klien harus diletakkan ditengah depan kursi dengan kaki bagian posterior menyentuh kursi. Kedua, klien memegang kedua kruk pada tangan yang berlawanan dengan kaki yang sakit. Jika kedua kaki sakit seperti pada klien paraplegia yang menggunakan penahan berat, kruk dipegang pada bagian tubuh klien yang terkuat. Dengan kedua kruk disatu tangan klien menyokong berat badannya dikaki yang tidak sakit dan kruk. Selama masih memegang kruk, klien memegang dengan kursi dengan menahan tangannya, dan menurunkan tubuh. Untuk berdiri maka prosedur dibalik, dank lien, ketika telah lurus, harus berada pada posisi tripod sebelum berjalan. e. Penyuluhan klien

You might also like