You are on page 1of 1

Farmakologi midriatikum dan atropin sulfat

Atropin alkaloid belladonna, memiliki afinitas kuat terhadap reseptor muskarinik, di mana obat ini terikat secara kompetitif, sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di reseptor muskarinik. Atropin menyekat reseptor muskarinik baik di sentral maupun di saraf tepi. Kerja obat ini berlangsung sekitar 4 jam kecuali bila diteteskan ke dalam mata, maka kerjanya bahkan sampai berhari-hari. Alkaloid belladonna menghambat M.constrictor pupilae dan M.Ciliaris lensa mata, sehingga menyebabkan midriasis dan siklopegia (paralisis mekanisme akomodasi). Midriasis mengakibatkan fotofobia, sedangkan siklopegia menyebabkan hilangnya daya melihat jarak dekat. Sesudah pemberian 0,6 mg atropine SK pada mulanya terlihat efek terhadap kelenjar eksokrin, terutama hambatan salvias, serta brakikardi sebagai hasil perangsangan N.Vagus, midriasis baru terlihat dengan dosis yang lebih tinggi (>1 mg). Mula timbulnya midriasis tergantung dari besarnya dosis, dan hilangnya lebih lambat daripada hilangnya efek terhadap kelenjar liur. Pemberian lokal pada mata menyebabkan perubahan yang lebih cepat dan berlangsung lama sekali (7-12 hari). Hal ini disebabkan atropin sukar dieliminasi dari cairan bola mata. Midriasis oleh alkaloid belladonna dapat diatasi oleh pilokarpin, eserin atau DFP. Tekanan intraokular pada mata yang normal tidak banyak mengalami perubahan.tetapi pada penderita glaukoma, penyeluran dari cairan intraokular akan terhambat, terutama pada glaukoma sudut sempit, sehingga dapa meningkatkan tekanan intraokular. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan midriasis muara saluran schlemm yang terletak disudut bilik depan mata menyempit, sehingga terjadi bendungan cairan bola mata.

You might also like