You are on page 1of 30

Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Ketergantungan NAPZA

Disusun oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Agus Ali M Dio Hafidz Indra Adamsyah Nelly Khasanah Tiara Hana F. Alfian Hakiki Era P. Faradila. Ekhtiari W Werdha Sandi U.

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2013
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Ketergantungan NAPZA ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini di susun oleh penulis guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Komunitas. Penulis berharap dengan di susunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca, terkhusus untuk mahasiswa program studi S1 Keperawtan STIKES ICME JOMBANG mengenai asuhan keperawatan komunitas dengan ketergantungan NAPZA. Tak ada gading yang tak retak penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Jombang, 21 Januari 2013

Penulis

ii

Daftar Isi

Halaman judul.......................................................................................................i Kata pengantar......................................................................................................ii Daftar isi ................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1 1.1.latarbelakang masalah ..............................................................................1 1.2.rumusan masalah ......................................................................................2 BAB II KONSEP TEORI .....................................................................................3 2.1.Pengetian Napza.......................................................................................3 2.2.Kategori Napza ........................................................................................3 2.3.Etiologi penyalahgunaan Napza ..............................................................7 2.4.Ciri-ciri pengguna Napza .........................................................................9 2.5.Akibat Penyalahgunaan Napza ................................................................10 2.6. Peran Keluarga Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba ..........12 2.7.Penanggulangan Masalah Napza .............................................................13 2.8.Prinsip penatalaksanaan Keperawatan .....................................................14 BAB III KONSEP ASKEP ...................................................................................18 3.1.Pengkajian. ...............................................................................................19 3.2.Analisa data ..............................................................................................20 3.3.Diagnosa Keperawatan ............................................................................22 3.4.Rencana Asuhan Keperawatan komunitas ...............................................23 BAB IV PENUTUP ...............................................................................................26 4.1.Kesimpulan ..............................................................................................26 4.2.Saran ........................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................27

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.2.Latar Belakang Saat ini di seluruh Indonesia, banyak institusi kesehatan tersebar di bebagai daerah. Jadi dapat diperkirakan mahasiswa-mahasiswa dengan basic kesehatan semakin banyak pula. Untuk membantu mengatasi masalah remaja, maka mahasiswa dengan basic kesehatan hendaknya ikut berperan aktif yakni dengan memberikan pendidikan pada remaja di sekolah ataupun di fakultas non kesehatan. Strategi yang dapat di jalankan adalah melalui penyebarluasan pengalaman dan pelajaran tentang masalah yang banyak terjadi pada remaja.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa yang yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses yang harus dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini. Tantangan yang dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam menangangi problematika remaja pun akan semakin kompleks. Namun ada penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif dengan karakter yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok remaja.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin canggih membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi penerus bangsa khususnya pada remaja. Salah satunya dampak negative banyak para pelajar di kalangan remaja sudah merokok, berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri, minum-minuman dan penggunaan zat yang merusak kesehatan.

Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang komplek, ditandai oleh dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus menerus digunakan, walaupun mengalami dampak yang negative dan menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari baik dirumah, sekolah maupun di masyarakat. Penyalahgunaan Napza dari tahun ketahun semakin meningkat. Permasalahan penyalahgunaan Napza mempunyai dimensi yang luas dan komplikasi baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya,
1

kriminalitas, kerusuhan massal dan sebagainya). Penyalahgunaan Napza dipengaruhi banyak faktor. Keluarga merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyalahgunaan Napza pada remaja. Remaja yang menyalahgunakan Napza mempunyai fungsi kebersamaan, fungsi fleksibilitas dan fungsi komunikasi yang rendah dalam keluarga, sedangkan fungsi agama tidak berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja. 1.3.Masalah 1. Apa pengertian dari ketergantungan NAPZA itu sendiri ? 2. Apa penyebab dari penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA ? 3. Bagaimana cara mencegah penyalahgunaan NAPZA? 4. Bagaimanakah Asuhan keperawatan komunitas dengan ketergantungan NAPZA ?

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian NAPZA Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Narkotika juga dikenal dengan istilah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan. Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama saraf pusat/otak sehingga jika disalah gunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi social. Ketergantungan: Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan. Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya. Pada awalnya zat-zat ini digunakan untuk tujuan medis seperti penghilang rasa sakit. Namun belakangan ini banyak orang yang menggunakan zat-zat ini secara tetap, bukan untuk tujuan medis atau digunakan tanpa mengukuti dosis yang seharusnya maka disebut penyalahgunaan NAPZA (Drug Abuse). Oleh sebab itu pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalah gunaan narkoba yaitu UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. 2.2.Kategori NAPZA a. Berdasarkan jenisnya NAPZA digolongkan menjadi kategori : 1. Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Menurut
3

Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 meliputi ekstasi, shabu-shabu, LSD, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi, dan anti psikosis. Jenis psikotropika salah satunya Amphetamin, yaitu sekelompok zat/obat yang mempunyai khasiat sebagai stimulant susunan syaraf pusat. Amfetamin bersifat menimbulkan rangsangan serupa dengan adrenalin. Suatu hormon yang merangsang kegiatan susunan saraf pusat dan meningkatkan kinerja otak. ATS yaitu (amfetamin Type Stimulant) adalah nama sekelompok zat /obat yang mempunyai khasiat sama dengan atau seperti amphetamin. Nama lainya yaitu Speed, Crystal, dan Ectasy. Shabu adalah nama jalanan untuk Amphetamin

2. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semin sintetis yang menyebabkan pengaruh bagi penggunanya. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek

ketergantungan bagi pemakainya. Jenis narkotika sendiri yaitu : a. Opioda. Opioda adalah sekelompok zat alamiah , semi sintetis atau sintetis yang mempunyai khasiat farmakologi mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, meliputi: 1.Opioda alamiah, yaitu Opium, Morfin dan Codein 2.Opioda semi sintetis, yaitu hidroMorfin dan heroin. Heroin adalah hasil pemrosesan opioda alamiah dengan sedikit perubahan kimia. 3.Opioda sintetik meliputi meperidin, propoksifen, leforfanol dan, lefarolfan. b. Morfin. Morfin adalah opioda alamiah yang mempunyai daya analgesik yang kuat, berbentuk kristal, berwarna putih dan berubah menjadi kecoklatan dan tidak berbau. Opium mentah mengandung 4 - 21% Morfin. Sebagian Opium diolah menjadi Morfin dan Codein. c. Codein. Adalah alkaloida yang terkandung dalam Opium sebesar 0,7 2.5%, merupakan opioda alami yang banyak digunakan untuk keperluan medis. Memiliki daya analgetik lemah

yaitu

hanya seperduabelas daya analgetik Morfin. Codein di gunakan sebagai antitusif

(peredam batuk) yang kuat d. Heroin/putaw Heroin adalah opioda semi sintetis berupa serbuk putih yang berasa pahit. e. Ganja, Marijuana,Cannabis sativa, Cannabis indica Ganja adalah tumbuhan perdu liar yang tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropik, komponen psikoaktif ganja adalah delta-9-tetra hydrocannabinol atau delta 9-THC. Kadar THC ganja tertinggi terdapat pada pucuk bunga tanaman betina. Selama tiga milenia orang-orang afrika dan asia menggunakan cannabis dalam berbagai bentuk sediaan. Ada tiga bentuk sediaan yaitu Cannabis, Hashish, dan minyak hashis. Marijuana adalah daun dan bunga kering pada tanaman cannabis dan umumnya memiliki dampak yang paling ringan diantara ketiga bentuk sediaan Cannabis. Kadar THC dari berbagai jenis ganja bervariasi dan juga tergantung dari kesuburan tanah tempat tumbuhnya, jenis ganja yang di konsumsi mengandung THC sekitar 5% bila tanah tempat penanaman subur dan perawatan tumbuhan baik, kadar THC dalam ganja dapat mencapai 10%. f. Metadon. Metadon adalah opioda sintetis yang mempunyai daya kerja lebih lama dan lebih efektif daripada Morfin dengan cara penggunaan ditelan. Metadon digunakan sebagai terapi substitusi dalam Methadon Maintenace Programe, untuk mengobati ketergantungan pada opioda. g. Kokain. Kokain adalah alkaloida dari daun tumbuhan erthroxilon coca. Sejenis tumbuhan yang tumbuh di lereng gunung pegunungan Andes di Amerika selatan. h. Crack. Adalah saripati kokain yang mempunyai dampak ketergantungan lebih kuat daripada kokain. Penggunaanya dihisap seperti rokok, nama lain di sebut Coke, Snow, Flake, dan Rock
5

3. Zat adiktif lain Zat adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Antara lain: a. Alkohol (ethanol atau ethyl alcohol) Adalah hasil fermentasi peragian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava, sari buah anggur, nira. Kadar alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi adalah tidak lebih dari 14%. Alkohol yang disebut dengan methyl alcohol adalah jenis alkohol yang sangat berbahaya. Kadar alkohol dari bir 3-5%. Wine 10-14%, whisky, rhum, gin, vodka, Brendi antara 50% b. Kafein, caffeine (1.3.7. Trimethyisantine). Kafein adalah alkaloida yang terdapat dalam buah tanaman kopi. Biji kopi mengandung 1-2.5% kafein. Kafein juga terdapat pada minuman ringan. c. Nicotine (Nicotina Tabacum L)

Terdapat pada tumbuhann tembakau dengan kadar sekitar 1-4%. Dalam setiap batang rokok terdapat sekitar 1,1 mg nikotin. Nikotin menimbulkan ketergantungan. Dalam daun tembakau, terdapat ratusaan jenis zat lainya selain dari nikotin. d. Zat sedatif (penenang) dan hipnotika. Yang tergolong sedatif/hipnotika adalah benzodiazepin meliputi antara lain : Temazepam, Diazepam, Nitrazepam, klonazepam. e. Halusinogen, yaitu sekelompok zat alamiah atau sintetik yang bila di konsumsi

menimbulkan dampak halusinasi. f. Inhalansia yaitu zat-zat yang di sedot melalui hidung seperti:

1. Hidrokarbon alfatis dan solvent termasuk toluene yang (terdapat dalam perekat/lem, pelumas, bensin, aerosol, dan semir sepatu) 2. Halogen Hidrokarbon termasuk Trichloretilena, tetrachloretilena (terdapat di minyak pelumas) 3. Nitrit alifatis meliputi aminitri, isobutilnitrit dan butyl nitrit (semuanya terdapat pada pengharum ruangan) 4. Keton meliputi aseton 5. Ester meliputi ethylasetat, amilacetat, buthylchetat dan propilacetat

Narkoba yang disalahgunakan biasanya tidak satu jenis melainkan kombinasi dari beberapa jenis narkoba, pemakaian narkoba misalnya dengan minuman ringan atau dengan minuman beralkohol untuk mendapatkan efek yang di inginkan.

b.Klasifikasi NAPZA Menurut Efek pada Pemakai 1. Stimulan Yaitu zat yang merangsang sistem saraf pusat. 2. Depresan Menekan sistem saraf pusat. 3. Halusinogen Mengubah daya persepsi halusinasi.

2.3.Etiologi Penyalahgunaan Napza Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas mengapa seseorang menyalahgunakan Napza dan ketergantungan. Hal ini berarti penyebab seseorang terjebak dalam perilaku ini merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan begitu saja dengan kasus lainnya. Namun beberapa penelitian terdapat beberapa faktor yang berperan pada penyalahgunaan Napza. Diantaranya : 1. Faktor Keluarga Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta Tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat penyalahgunaan Napza yaitu : a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan Napza. b. Keluarga dengan managemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya, ayah bilang ya, ibu bilang tidak). c. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara. d. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Disini peran orang tua sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang
7

tua, dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidak setujuannya. e. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal. f. Keluarga yang neurosis yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas, dan curiga serta sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu. 2. Faktor Kepribadian Kepribadian penyalahgunaan Napza juga turut berperan dalam perilaku ini. Para remaja biasaya penyalahguna Napza memiliki konsep diri yang negative dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cendrung depresi juga turut mempengaruhi. Selain itu kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya menyalahkan lingkungan dan lebih melihat faktor-faktor diluar dirinya yang menentukan segala sesuatu. Dalam hal ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam memandang Napza sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang dihadapi. Sangat wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan sebagai bagian pencarian identitas dirinya. Namun jika ia memiliki kepribadian yang tidak mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan sangat memudahkan kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya menyalahgunakan Napza. Di sinilah sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan harga diri dan kemandirian pada anak remajanya.

3. Faktor kelompok teman sebaya (per group) Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan
8

tidak ada yang mau dikucilkan. Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih popular, mencapai prestasi dalam bidang olah raga, social dan akademik, dapat menyebabkan frustasi dan mencari kelompok lain yang dapat menerimanya. Sebaliknya keberhasilan dari kelompok teman sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang mendukung penyalahgunaan Napza dapat muncul.

4. Faktor Kesempatan Ketersediaan Napza dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan sebagai pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkotika internasional, menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melansir bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum sepenuhnya berhasil tentunya dengan berbagai kendalanya juga turut

menyuburkan usaha penjualan Napza Indonesia. Akhirnya, dari beberapa faktor yang sudah diuraikan, tidak ada faktor yang satu-satunya berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan Napza. Ada faktor yang memberikan kesempatan dan ada faktor pemicu. Biasanya, semua faktor itu berperan. Karena itu penanganannya pun harus melibatkan berbagai pihak, termasuk keterlibatan aktif orang tua.

2.4.Ciri-Ciri Pengguna Napza 1. Fisik a. Berat badan turun drastis. b. Buang air besar dan kecil kurang lancar. c. Mata cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman. d. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas. e. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit ditempat bekas suntikan. 2. Emosi a. Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukan sikap

membangkang. b. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang disekitarnya.
9

c. Nafsu makan tidak menentu. d. Sangat sensitive dan mudah bosan. 3. Perilaku a. Bicara cedal atau pelo. b. Jalan sempoyongan. c. Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya. d. Mengalami jantung berdebar-debar. e. Menyalami nyeri kepala. f. Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi. g. Mengeluarkan air mata berlebihan. h. Mengeluarkan keringat berlebihan. i. Menunjukan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga. j. Selalu kehabisan uang. k. Sering batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala putus zat. l. Sering bohong dan ingkar janji dengan berbagai alasan. m. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam. n. Sering mengalami mimpi buruk. o. Sering menguap. p. Cenderung menarik diri. q. Mencuri uang. r. Takut air.

2.5.Akibat Penyalahgunaan Napza Terdapat 3 aspek akibat langsung penyalahgunaan Napza yang berujung pada menguatnya ketergantungan. Secara fisik : pengguna Napza akan mengubah metabolism tubuh seseorang. Hal ini terlihat dari peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala putus obat, keduanya menyebabkan seseorang berusaha terus-menerus mengkonsumsi Napza. Gejala Sakau : 1. 2. Bola mata mengecil. Hidung dan mata berair.
10

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Bersin-bersin. Menguap. Banyak keringat. Mual-mual. Muntah. Diare. Nyeri tulang dan persendian.

Gejala Overdosis : Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secar bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alcohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturate (luminal) atau obat penenang (valium, xanax, mogadon). Ciri-ciri overdosis : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tidak ada respon. Tidur mendengkur. Bibir dan kuku membiru. Tubuh dingin dan kulit lembab. Kejang-kejang. Adanya riwayat pemakaian morfin/heroin terdapat tanda bekas jarum suntik. Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit. Penurunan kesadaran.

Secara psikis : berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa bersalah, malu dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi Napza. Cara yang kemudian ditempuh untuk beradaptasi adalah dengan mengkonsumsi lagi Napza. Secara social : dampak social yang memperkuat pemakaian Napza. Proses ini biasanya diawali dengan perpecahan di dalam kelompok social terdekat seperti keluarga (lihat faktor penyebab keluarga), sehingga muncul konflik dengan orang tua, teman-teman, pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini kemudian menyebabkan si penyalahguna bergabung dengan kelompok orang-orang serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga. Semua akibat ini berujung pada meningkatkannya perilaku penyalahgunaan NAPZA.

11

2.6.Peran Keluarga dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba Pencegahan penyalahgunaan Narkoba adalah upaya yang dilakukan terhadap faktorfaktor yang berpengaruh atau penyebab baik secara langsung atau tidak langsung. Dengan tujuan agar seseorang atau sekelompok masyarakat mengubah keyakinan, sikap, dan perilakunya sehingga tidak memakai narkoba atau berhenti memakai narkoba. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam membentuk dan mempengaruhi keyakinan, sikap dan perilaku seseorang terhadap pengguna narkoba. Langkah-langkah yang dapat dilakukan diantaranya : 1. Bangun keluarga harmonis. 2. Mendengarkan secara aktif. Orang tua perlu melatih cara mendengar aktif. Ulangi pernyataan sebagai tanda anda paham apa yang diungkapkan anak. Perhatikan bahasa tubuh anak (mimic, muka, gerakan tubuh) saat berbicara. Jika bertentangan perhatikan bahasa tubuh yang menyatakan isi hati yang sebenarnya. 3. Orang tua sebagai teladan Berhentilah merokok, minum minuman beralkohol atau memakai narkoba. Buang semua peralatan dan persediaan rokok atau minuman beralkohol. Perlihatkan kemampuan orang tua berkata tidak terhadap hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani. Hormati hak-hak anak dan orang lain. Hidup secara tertib dan teratur. 4. Kembangkan kemampuan anak tolak narkoba Beritahu anak mengenai haknya melakukan sesuatu yang cocok bagi dirirnya. Jika ada teman yang memaksa atau membujuk, ia berhak menolaknya. Bimbing anak mencari kawan sejati yang tidak menjerumuskannya. Cari peluang untuk mengajarkan anak mengenai bahaya narkoba dengan menggunakan nalar sehat. Hindari cara menakut-nakuti dalam member nasehat. Ajarkan anak menolak tawaran memakai narkoba. Ketahui jadwal kegiatan anak, siapa kawan-kawannya tetapi jangan bertindak seperti polisi di rumah. 5. Dukung kegiatan anak yang sehat dan kreatif Dukung kegiatan anak di sekolah, berolahraga, menyalurkan hobi, bermain music dan sebagainya. Tanpa menuntut prestasi atau harus menang. Libatkan diri dalam kegiatan anak. Anak menghargai saat orang tua melibatkan diri dalam kegiatan mereka, tanpa terlalu banyak ikut campur dalam keputusan yang diambil anak. 6. Buat kesepakatan tentang norma dan peraturan

12

Anak menginginkan kehidupan yang teratur. Ia belajar bertanggung jawab jika ditetapkan aturan bagi perilaku dan kegiatannya sehari-hari. Tetapkan hal itu bersama anak secara adil dan tuliskan peraturan-peraturan itu secara singkat dan jelas. Yang penting untuk dihindari : a. b. c. d. e. f. Menghakimi atau menuduh . Merasa benar sendiri. Terlalu banyak member nasehat atau ceramah. Sikap seolah-olah mengetahui semua jawaban. Mengkritik atau mencela Menganggap enteng semua persoalan anak. Hindari kata-kata negative ; harus, jangan, tidak boleh. Gunakan kalimat terbuka seperti contoh : 2.7.Penanggulangan Masalah NAPZA Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan, pengobatan sampai pemulihan (rehabilitasi). 1. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan : a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA. b. Deteksi dini perubahan perilaku. c. Menolak tegas untuk mencoba (say no to drugs) atau katakan tidak pada narkoba. 2. Pengobatan Terapi pengobatan pada klien NAPZA misalnya detossifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala zat, dengan dua cara yaitu : a. Detoksifikasi tanpa subsitusi Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri. b. Detoksifikasi dengan substitusi Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiate misalnya kodein, bufremorfin dan metadon. Substansi bagi pengguna sedative-hipnotik dan alcohol dapat dari jenis anti ansietas misalnya diazepam. Pemberian substitusi asalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang ditimbulkan akibat putus zat trsebut. 3. Rehabilitasi

13

Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, social dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindrom ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, social dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan. (Depkes, 2001) 2.8.Prinsip penatalaksanaan Keperawatan a. Prinsip Biopsikososiospiritual ( Struart Sundeen ) Biologis : Tindakan biologis dikenal dengan detoksifikasi yang bertujuan untuk ( 1 ) Memberikan asuhan yang aman dalam withdrawl (proses penghentian) bagi klien pengguna NAPZA. ( 2 ) Memberikan asuhan yang humanistik dan memelihara martabat klien. ( 3 ) Memberikan terapi yang sesuai. Setelah detoksifikasi tercapai, mempertahankan kondisi bebas dari zat adiktif, dimana terapi farmakologis harus diunjang oleh terapi yang lainnya. Psikologis : Bersama klien mengevaluasi pengalaman yang lalu dan mengidentifikasikan aspek positifnya untuk dipakai mengatasi kegagalan. Sosial : Konseling Keluarga

Keluarga sering frustasi menghadapi klien dan tidak mengerti sifat dan proses adiksi sehingga seringkali melakukan hal yang tidak teraupetik terhadap klien. Keluarga sering melindungi klien dari dampak adiksi, meminta anggota keluarga lain untuk memaafkan klien. Menyalahkan diri sendiri, menghindari zat konfrontasi Masalah yang yang semuanya dihadapi

menyebabkanklien

meneruskan

pemakaian

adiktif.

klienmenimbulkan dampak bagi keluarga seperti rasa tidak aman, malu, rasa bersalah, masalah keuangan, takut dan merasa diisolasi. Oleh karena itu perawat perlu mendorong keluarga untuk mengikuti pendidikan kesehatan tentang proses penggunaan dan ketergantungan, gejala putus zat, gejala relapse, tindakan keperawatan, lingkungan teraupetik, dan semua hal yang terkait dengan pencegahan relapse di rumah. Terapi Kelompok

Terdiri dari 7-10 orang yang difasilitasi oleh terapist, kegiatan yang dilakukan adalah tiap anggota bebasa menyampaikan riwayat sampai terjadinya adiksi, upaya yang dilakukan
14

untuk berhenti memakai zat, kesulitan yang dihadapi dalam melakukan program perawatan, terapist dan anggota kelompok memberikan umpan balik dengan jujur dan dapat menambah pengalaman masing-masing. Self help group

Self help group adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari klien yang berkeinginan bebas dari zat adiktif, dukungan antara anggota akan memberi kekuatan dan motivasi untuk bebas dari zat adiktif. b. Prinsip Community Therapeutik ( Ana Keliat )

Pada tempat ini klien dilatih untuk merubah perilaku kearah yang positif, sehingga mampu menyesuaikan dengan kehidupan di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan bila klien diberi kesempatan mengungkapkan masalah pribadi dan lingkungan. community teraupetik melakukan intervensi untuk mengatasinya. Beberapa metode yang dilakukan : Slogan yang berisi norma atau nilai ke arah positif. Pertemuan pagi (moorning Meeting) yang diikuti oleh seluruh staf dan klien untuk Talking to : metode yang digunakan untuk saling memperingatkan dengan cara

membahas masalah individu, interaksi antar klien dan kelompok. -

yang ramah sampai yanng keras. Learning experience yaitu pemberian tugas yang bersifat membangun untuk merubah

perilaku negatif. Pertemuan kelompok Pertemuan Umum ( general meeting )

c.Prinsip Prestasi ( Yosep ) P Prayer ( religious ) - Pemberian ceramah agama - Menyediakan bacaan buku-buku agama yang memotivasi hidup. - Kolaborasi dalam Psychoreligius terapy. - Menjelaskan prinsip-prinsip kesuksesan hidup menurut konsep agama yang diyakini. - Menjelaskan tanggung jawab yang harus dipukul apabila melanggar norma agama. - Menjelaskan kisah-kisah orang saleh yang diridoi tuhan

15

sebagai suri tauladan. - Diskusi keagamaan, pengajian, seminar keagamaan. - Dsb. R Reconciliation of - Diskusi dengan keluarga family - Mengajarkan komunikasi assertif pada keluarga - Melibatkan anggota keluarga dalam terapi. - Penyuluhan tentang proses, dampak dan penatalaksanaan adiksi. - Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila sugestinya datang. - Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi sugesti. - Bantu suasana mendukung keakraban dirumah. - Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah. - Bantu menerima masalah. - Identifikasi harapan untuk sembuh total. - Diskusikan arti kesembuhan - Identifikasi pola asuh dalam keluarga - Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang menghargai dan mendukung klien untuk berhenti. - Bantu menyembunyikan klien dari penggunaan zat. - Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna zat. - Diskusikan untuk menghargai usaha klien tidak

berhubungan lagi dengan pengguna zat. DSb E Environment Condusif - Menghindari orang yang adiksi. - Menjauhi tempat-tempat yang berkaitan dengan adiksi. - Mencari lingkungan pergaulan baru. - Mencari teman dekat dengan kemampuan prestasi yang tinggi. - Hijrah menuju tempat tinggal yang lebih kondusif untuk maju. - Bergaul dengan orang-orang yang berprestasi. - Bantu mengidentifikasikan teman bukan pengguna zat.

16

- Beri dukungan akan harapan bergaul lebih banyak dengan bukan pengguna zat. Dsb S Say No! (dont Try) - Tidak pernah mencoba ( bagi yang belum terkena ) - Belajar mengungkapkan kata-kata tidak - Belajar berfikir positif dan bersikap optimis - Bantu klien menilai faktor negatif bila kontak dengan sesama pengguna zat. - Bantu klien mengakhiri hubungan dengan teman pengedar. - Bantu klien menghindari penggunaan zat lain. Dsb T Time Management - Membuat jadwal kegiatan harian - Mencatat kegiatan harian - Melakukan evaluasi kegiatan harian setiap menjelang tidur. - Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan pasien. - Memberikan reinforcement prestasi yang dicapai pasien - Mengikutsertakan klien dalam kegiatan pertemuan kelompok setiap pagi : diberi tugas membacaberita yang aktual, serta dibahas bersama klien lain. - Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada jam-jam tertentu. - Mengikutsertakan klien pada seminar dengan topik-topik tertentu seperti AIDS, dampak zat adiktif, cara hidup sehat. Dsb A Activity Dynamic of - Membuat target prestasi ahrian. - Meniru orang-orang sukses dalam menghabiskan waktu setiap hari. - Menjelaskan kiat-kiat mengusir kemalasan - Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin menggunakan zat dengan menciptakan sugesti yang lebih positif - Identifikasi potensi/hobi/aktivitas yang menyenangkan.

17

- Diskusikan manfaat aktivitas. - Bantu merencanakan aktivitas ( susun jadwal ) - Motivasi untuk melakukan aktivitas masalah dengan memulai segera. - Motivasi untuk mengatsi bosan dengan selingan istirahat saat beraktivitas. Dsb. S Subject Future for - Membuat perencanaan tahunan - Mencari, mengidentifikasi tokoh idola yang dikagumi klien - Mempelajari riwayat hidup orang-orang sukses - Latihan menggunakan kata-kata, ingin hidup sehat , masa depan penting,masih ada harapan.Dsb I Information impact abuse of drug - Menunjukkan angka-angka statistik korban NAPZA. - Menunjukkan hasil-hasil penelitian pengaruh NAPZA terhadap timbulnya penyakit kronis. - Menjelaskan hubungan antara dengan

prestasi,kekayaan,kedudukan,kebahagian perilaku masa lalu.

- Menjelaskan bahwa banyak prestasi yang dicapai orang lain yang tidak mengggunakan NAPZA.Dsb

18

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1. Pengkajian Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi : a) Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan komunitas, data demografi, vital statistic, status kesehatan komunitas b) Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-batas wilayah, dan kondisi geografis c) Pelayanan kesehatan dan social, meliputi : pelayanan kesehatan, fasilitas social (pasar, toko, dan swalayan) d) Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan, jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia. e) Keamanan dan transportasi f) Politik dan keamanan, meliputi : system pengorganisasian, struktur organisasi, kelompok organisasi dalam komunitas, peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan g) Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas, cara penyebaran informasi h) Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan komunitas, fasilitas pendidikan yang tersedia, dan jenis bahasa yang digunakan i) Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi

19

3.2. Analisa Data Contoh Kasus : 1. Di desa sarirejo rt 2 diketahui bahwa memiliki jumlah 41 KK dengan proporsi Keluarga RT 2 yang punya anak sekolah/remaja 21 ( 51,22% ), Usia anak dan remaja saat ini, 6 11 tahun : 9( 27,27% ), 12 15 tahun : 13(39,39% ), 16 21 tahun : 11 ( 33,34% ) Proporsi pendidikan anak saat ini SD : 9(27,27 %)SMP: 10(30,330 %) SMA : 6(18,18 %) tidak sekolah : 8(24,25%) Remaja yang tidak ada kegiatan tertentu 13 ( 54,16%) Penggunaan waktu luang anak sekolah dan remaja, Music/TV 19 (90,48%), Keagamaan 2 ( 9,52%) Kebiasaan anak sekolah dan remaja Merokok 11( 45,83% ). Warga RT 2 mengatakan tidak ada kegiatan karang taruna di tempatnya sehingga para remaja tidak memiliki aktivitas yang terarah, di RT 2 masih banyak remaja usia sekolah yang putus sekolah, biasanya remaja rt 2 lebih sering nongkrong-nongkrong malam hari di beberapa tempat. Warga juga mengeluhkan resah sering ada perselisihan antara genk motor yang ada d RT 2.

No 1 DS :

Data Warga mengatakan masih banyak anak yang putus sekolah Warga mengatakan tidak ada kegiatan karangtaruna

Etiologi kurangnya pengetahuan tentang efek bahaya dari penggunaan narkoba dan sikap yang salah terhadap NAPZA

Masalah Resti Penyalahgunaan NAPZA pada warga

DO : 1.Keluarga RT 2 yang punya anak sekolah/remaja 21 ( 51,22% ) 2. Usia anak dan remaja saat ini, 6 11 tahun : 9( 27,27% ), 12 15 tahun : 13(39,39% ), 16 21 tahun : 11 ( 33,34% ) 3. Proporsi pendidikan anak saat ini SD : 9(27,27 %)SMP: 10(30,330 %) SMA : 6(18,18 %) tidak

20

sekolah : 8(24,25%)

DS :

Para remaja mengatakan kegiatan sehari-hari di waktu luang adalah menonton TV.

kurang kondusifnya lingkungan (terdapat banyak tempat kumpul anak muda yang biasanya digunakan sampai pagi)

Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada warga terutama anak muda

Para remaja mengatakan biasa nongkrong di pinggir jalan saat malam hari sampai pagi.

DO : 1. Remaja yang tidak ada kegiatan tertentu 13 ( 54,16%) 2. Penggunaan waktu luang anak sekolah dan remaja, Music/TV 19 (90,48%), Keagamaan 2 ( 9,52%)

3. DS : Warga mengatakan resah ada 2 kelompok genk motor yang sering berseteru 1 bulan terakhir ini peningkatan Resiko penyalahgunaan NAPZA pada peningkatan perilaku kekerasan remaja Pada remaja

DO : 1.Remaja yang tidak ada kegiatan tertentu 13 ( 54,16%) 2.Kebiasaan anak sekolah dan remaja Merokok 11( 45,83% )

21

3.3.Diagnosa Keperawatan 1. Resti Penyalahgunaan NAPZA pada warga berhubungan, kurangnya pengetahuan tentang efek bahaya dari penggunaan narkoba dan sikap yang salah terhadap NAPZA 2. Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada warga terutama anak muda berhubungan kurang kondusifnya lingkungan (terdapat banyak tempat

kumpul anak muda yang biasanya digunakan sampai pagi) 3. Risiko peningkatan perilaku kekerasan pada remaja berhubungan dengan peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja

22

3.4.Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas

No

Diagnosa

Tujuan

Sasaran

Rencana Kegiatan

Hari/ Tanggal

Tempat Kriteria Hasil

Evaluasi Standar

1.

Resti Penyalahgunaan NAPZA pada warga berhubungan, kurangnya pengetahuan tentang efek bahaya dari penggunaan narkoba dan sikap yang salah terhadap NAPZA

Setelah dilakukan

Seluruh warga

1. deteksi dini penyalahgunaan NAPZA pada remaja 2.Melakukan penyuluhan tentang jenis jenis dari napza, bahaya dari penyalahgunaan napza dan cara penanggulangannya 3. Menyebarkan poster-poster yang berisikan bahaya dari penyalahgunaan napza di jalanjalan RW 03 4. memotivasi masyarakat untuk mendisikusikan modifikasi lingkungan fisik dan kebiasaan yang meningkatkan resiko penyalahgunaan NAPZA

Balai RW

Remaja yang

90 % dari warga mengetahui

kunjungan 2x (terutam ;pengetahuan masyarakat mengenai bahaya penggunaan NAPZA semakin meningkat dan menunjukkan perubahan sikap dalam penggunaan a anak muda)

menyalahg bahaya napza unakan napza menjadi berkurang dan berusaha menghindarinya

23

NAPZA

2.

Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada warga terutama anak muda berhubungan kurang kondusifnya lingkungan (terdapat banyak tempat kumpul anak muda yang biasanya digunakan sampai pagi)

Remaja dan warga mampu memahami bagaimana pengaruh lingkungan terhadap sikap yang mengarah kepada penyalahgun aan NAPZA

Seluruh warga remaja

1.Melakukan penyuluhan tentang jenis-jenis serta efek NARKOBA, penyakit-penyakit yang dapat diakibatkan dari ketergantungan napza dan cara penanggulangan ketergantungan napza 2.memberikan informasi kepada warga bahwa penjualan NAPZA juga termasuk kedalam penyalahgunaan NAPZA yang dapat meningkatkan peluang bagi masyarakat lain dalam penyalahgunaan NAPZA 3. Memotivasi dan memfasilitasi warga yang positif ketergantungan napza untuk mengikuti program pemutusan ketergantungan napza 4. diskusikan bersama warga mengenai lingkungan dan bagaimana menciptakan
24

Balai RW

Warga mampu memaham i

80 % warga yang memiliki resiko penyalahgunaan

bagaimana napza dapat prosen menghindari

peningkata lingkungan yang n penyalahg unaan Napza dan apa saja yang termasuk faktor pendukun gnya rentan terhadap penyalahgunaan Napza

lingkungan yang lebih kondusif 5.membangun sistem pelaporan, informasi, tentang masalah napza di lingkungan masing-masing dengan tenaga kesehatan dan aparat penegak hukum. 3 Risiko peningkatan perilaku kekerasan pada remaja berhubungan Warga mampu memahami pengaruh Warga khususn ya remaja 1.meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang napza dan bahayanya. 2.Meningkatkan keamanan lingkungan, pengawasan untuk tidak memberi ruang gerak bagi para pengedar napza. 3.Meningkatkan kegiatan agama dan kegiatan yang positif di lingkungan masing-masing. 4.memotivasi keluarga untuk meningkatkan koping keluarga dan dukungan keluarga terhadap remaja Balai Perilaku kekerasan semakin berkurang pada masyaraka t Remaja dan masyarakat pada umumnya paham tentang efek negatif kekerasan dan bagaimana menghindari tindakan kekerasan

dengan peningkatan NAPZA penyalahgunaan NAPZA pada remaja terhadap psikologis remaja

25

BAB IV PENUTUP

4.1.Kesimpulan Proporsi penyalahguna NAPZA dikalangan remaja sangat besar. Dimana faktor faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja terdiri dari karakteristik jenis kelamin dan umur serta pengetahuan ; faktor lingkungan dalam keluarga yaitu variabel komunikasi ;serta faktor lingkungan di luar keluarga yaitu variabel pergaulan teman sebaya dan penggunaan waktu luang. 4.2.Saran 1. Bagi dinas pendidikan perlu ditingkatkan program penyalahgunaan NAPZA kepada remaja-remaja yang mulai mengenal lingkungan luar dengan melibatkan departemen kesehatan,kehakiman dan kepolisian. 2. Memberikan informasi kepada orang tua untuk mencari pemecahan dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan NAPZA. 3. Bagi orang tua perlu lebih ditingkakan pengawasan terhadap anak terutama pada kegiatan diluarnya.

26

DAFTAR PUSTKA
E.Doenges, Marilyn. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Singgih D. Gunarsa. 2000. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Sumiati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta : Trans Info Media.

Wirawan Sarwono, Salito. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : CV. Rajawali.

Yatim,D.I. dkk., (eds). 1986. Keperibadian Keluarga dan Narkotika: Tinjauan Sosial. Bandung : Accan.

27

You might also like