You are on page 1of 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1.

Pengertian Kelelahan Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.[2] Kelelahan dalam penelitian ini diartikan sebagai kecepatan reaksi tenaga kerja terhadap rangsang cahaya yang diberikan diukur dengan reaction timer. Pada keadaan yang sehat, tenaga kerja akan lebih cepat merespon rangsang yang diberi daripada seseorang yang telah mengalami kelelahan akan lama merespon rangsang yang diberi. Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. [3] Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga akan terjadi pemulihan. Adapun kelelahan secara umum adalah ke adan tenaga kerja yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan dan penurunan kesigapan kerja, bersifat kronis serta merupakan suatu fenomena psikososial.[27] Kelelahan kerja menyebabkan penurunan kinerja yang dapat berakibat pada peningkatan kesalahan kerja, ke tidak hadiran, keluar kerja, kecelakaan kerja dan berpengaruh perilaku kerja.[1] Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue.
[27]

Dengan kelelahan fisik otot kita tidak dapat

melakukan kegiatan apapun semudah seperti sebelumnya. Dengan kelelahan mental kita tidak dapat memusatkan pikiran seperti dulu.[21] Jantung berdenyut kira-kira 70 kali dalam satu menit pada keadaan istirahat. Frekuensi melambat selama tidur dan dipercepat oleh emosi, olahraga, demam dan rangsang lain. Berbagai macam kondisi kerja dapat menaikkan denyut jantung seperti bekerja dengan temperatur yang tinggi, tingginya pembebanan otot statis, dan semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja.[8] Kelelahan harus dibedakan dengan kejemuan, sekalipun kejemuan merupakan salah satu faktor penyebab kelelahan, 5 (lima) faktor penyebab kelelahan antara lain: a) Keadaan monoton b) Beban kerja dan lama pekerjaan baik fisik maupun mental.

c) Keadan lingkungan kerja seperti cuaca kerja, penerangan dan bising. d) Keadan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran / konflik. e) Penyakit, perasaan sakit dan ke adan gizi.[23] Kelelahan kerja dalam suatu industri berkaitan pada gejala-gejala yang saling berhubungan yaitu perasan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh (syaraf dan otot tidak berfungsi dengan baik atau tidak secepat seperti keadaan normal) yang disebabkan oleh keadan kimiawi setelah bekerja dan dapat menurunkan kapasitas kerja. Kelelahan kerja merupakan kriteria yang komplek yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik. Adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja.[4] 2. Jenis Kelelahan a. Berdasarkan waktu terjadinya: Kelelahan akut Kelelahan yang disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

Kelelahan kronis Kelelahan yang terjadi sepanjang hari, berkepanjangan dan kadang-kadang telah terjadi memulai pekerjaan. [27]

b. Berdasarkan penyebab kelelahan Lelah visual Lelah yang disebabkan oleh ketegangan pada organ visual akibat pencahayaan yang kurang memadai. Lelah fisik umum Kelelahan yang disebabkan ketegangan di semua organ. Lelah mental Kelelahan psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologis, yang monoton, atau lingkungan kerja yang menjemukan dan pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk. c. Berdasarkan proses dalam tubuh Kelelahan otot Kelelahan otot dapat ditandai dengan perasaan nyeri dan tremor yang terdapat pada otot. Kelelahan umum Suatu perasaan yang ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja atau

bergerak yang sebabnya adalah persyarafan atau psikis.[2] 3. Mekanisme Kelelahan Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat yang terjadi kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadi kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedang perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarnya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan.[26] menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lemah kondisi otot seseorang.[17] Kelelahan setempat terjadi pada waktu ketahanan (endurance time) otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu presentase tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. [20] Bedasarkan proses yang terjadi di dalam otot, kelelahan disebabkan menjadi kelelahan otot secara umum, kelelahan otot secara umum ditandai dengan : [4] 1. Kemampuan otot kurang (kurang otot menjadi pendek). 2. Waktu kontraksi dan relaksasi semakin bertambah (waktu meregang dan mengendur semakin lama). 3. Memanjangkan tegangan waktu antara datangnya rangsangan dengan diawalinya peregangan. Kelelahan umum adalah salah satu tahap yang ditandai oleh rasa berkurangnya kesiapan untuk menggunakan energi, sedangkan perasaan lelah sebenarnya bersifat melindungi sama seperti perasaan haus dan lapar. Hadirnya perasaan lelah berarti menyuruh kita untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi kesempatan lebih lanjut untuk segera kembali.[2] 4. Akibat Kelelahan Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis, kerja fisik yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terus menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologi yang disertai penurunan keinginan untuk bekerja yang disebabkan oleh faktor psikis atau kelelahan psikologi yang

menyebabkan perasaan lelah. [23] Kelelahan yang dialami terus menerus setiap hari berakibat kepada kelelahan kronis. Perasaan kelelahan tidak saja terjadi pada sore hari sesudah bekerja, tetapi selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelum bekerja.[26] Gejala kelelahan berikut ini merupakan gejala yang jelas terlihat dan dirasakan yaitu menurunkan perhatian, lamban, gangguan persepsi, pikiran melemah, motivasi menurun, kinerja turun, ketelitian menurun, dan kesalahan meningkat. [1] Kelelahan kerja dapat dikurangi dengan penyediaan sarana istirahat, memberi waktu libur, dan rekreasi, penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat dan pengadaan lingkungan kerja fisik yang sehat dan nyaman. [26] 5. Pengukuran Kelelahan Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan. [28] Untuk mengetahui tingkat kelelahan tenaga kerja dapat dilakukan dengan berbagai macam pendekatan yaitu : a. Pengukuran waktu reaksi b. Uji hilangnya kelipatan (Flicker Fusion Test) c. Pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi kegiatan fisik. d. Kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2) e. Kuesioner kelelahan 30 item. Untuk penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat kelelahan dengan menggunakan alat yaitu, waktu reaksi (Reaction Timer). Waktu reaksi yang diukur merupakan reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi yang memerlukan koordinasi, waktu yang terjadi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbul respon terhadap rangsang tersebut, pengukuran dilakukan pada waktu istirahat. [28] Waktu reaksi merupakan interval selama impuls syaraf dialirkan ke otak kemudian diteruskan ke otot, pemeriksaan waktu reaksi penting tidak hanya sekedar mengetahui perbedaan kecepatan individu tetapi juga untuk mendapat informasi tentang kegunaan fungsi yaitu atensi, kemampuan presepsi dan kecepatan persepsi. [9] 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor yang menyebabkannya. Faktor yang menyebabkan kelelahan tersebut antara lain: [25] a. Faktor dari dalam individu

1) Usia Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun pada usia 40 tahun. Berkurangnya kebutuhan zat tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik sehingga kegiatan yang bisa dilakukan biasanya juga berkurang dan lebih lamban. Usia atau umur merupakan waktu atau masa hidup seseorang selama masih hidup di dunia yang dihitung mulai dari manusia dilahirkan. Para ahli psikologi membagi umur menjadi beberapa kelompok-kelompok yang didasarkan pada pertumbuhan fisik dan pertumbuhan mental antara lain : a. Masa dewasa dini b. Masa dewasa madya : 18 tahun 40 tahun : 41 tahun 60 tahun

Usia berkaitan dengan kinerja karena pada usia yang meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun. Dengan adanya penurunan kemampuan organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan.[22] 2) Jenis Kelamin Pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap bulan di dalam mekanisme tubuhnya sehingga akan mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita akan lebih besar dari pada tingkat kelelahan pria. 3) Status Gizi Status gizi adalah salah satu faktor dari faktor kapasitas kerja, dimana keadaan gizi buruk dengan beban kerja yang berat akan menganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta mengakibatkan kelelahan.[15] Dalam laporan FAO/WHO/UNU (1985) dinyatakan bahwa Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan indikator status gizi orang dewasa. Nilai IMT dihitung menurut ilmu berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter). Status gizi umum spesifik zat gizi, melainkan lebih erat kaitannya dengan energi dan protein dapat diukur dengan antropometri. Dengan kata lain antropometri atau ukuran tubuh dapat memberi gambaran status energi dan protein seseorang, karenanya antropometri sering digunakan sebagai indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kurang energi protein. Standar IMT untuk orang Indonesia batas ambangnya telah dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis sebagai berikut : [15]

Tabel 2.1 Standar Indeks Masa Tubuh (IMT)


Kategori Kurus IMT (Kg/m2) <17,0 17,0-18,5 Normal Gemuk >18,5-25,0 >25,0-27,0 <27,0 Keterangan Kekurangan BB tingkat berat Kekurangan BB tingkat ringan Normal Kelebihan BB tingkat ringan Kelebihan BB tingkat berat

4) Status Kesehatan Adanya beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, penyakit tersebut antara lain : [17] a. Penyakit Jantung Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika kekurangan darah, kebanyakan menyerang bilik kiri jantung sehingga paru-paru akan mengalami bendungan dan penderita akan mengalami sesak napas sehingga akan mengalami kelelahan. b. Penyakit gangguan ginjal Pada penderita gangguan ginjal, sistem pengeluaran sisa metabolisme akan terganggu sehingga tertimbun dalam darah (uremi). Penimbunan sisa metabolisme menyebabkan kelelahan. c. Penyakit asma Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran udara bronkus kecil bronkiolus. Proses transportasi oksigen dan karbondioksida terganggu sehingga terjadi akumulasi karbondioksida dalam tubuh yang menyebabkan kelelahan. Terganggunya proses tersebut karena jaringan otot paru-paru terkena radang.

d. Tekanan darah rendah Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung untuk memompa darah ke bagian tubuh yang membutuhkan kurang maksimal dan lambat sehingga

kebutuhan oksigennya tidak terpenuhi, akibatnya proses kerja yang membutuhkan oksigen terhambat. Pada penderita penyakit paru-paru pertukaran O2 dan CO2 terganggu sehingga banyak tertimbun sisa metabolisme yang menjadi penyebab kelelahan. [17] f. Tekanan darah tinggi Pada tenaga kerja yang mengalami tekana darah tinggi akan menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga jantung membesar. Pada saat jantung tidak mampu mendorong darah beredar ke seluruh tubuh dan sebagian akan menumpuk pada jaringan seperti tungkai dan paru. Selanjutnya terjadi sesak napas bila ada pergerakan sedikit karena tidak tercukupi kebutuhan oksigennya akibatnya pertukaran darah terhambat. Pada tungkai b. Faktor dari luar 1) Beban Kerja dan Masa Kerja Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya.[21] Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya dan masing-masing tenaga kerja mempunyai kemampuan sendiri untuk menangani beban kerjanya sebagai tambahan dari beban kerja langsung ini. Pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi yang akan menjadi beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja tersebut. Seperti faktor lingkungan fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi. [22] Beban kerja menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja tanpa mengakibatkan kelelahan atau gangguan. Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat pula kelelahan kerja seseorang. Nadi kerja merupakan petunjuk besar kecilnya beban kerja.[23] Masa kerja merupakan lama waktu seseorang bekerja pada suatu instansi atau tempat kerja. Pada masa kerja ini dapat berpengaruh pada kelelahan kerja khususnya kelelahan kronis, semakin lama seorang tenaga kerja bekerja pada lingkungan kerja yang kurang nyaman dan menyenangkan maka kelelahan pada orang tersebut akan menumpuk terus dari waktu ke waktu.[23] 2) Lingkungan kerja fisik Lingkungan kerja fisik yang mempengaruhi kelelahan antara lain terjadi penumpukan sisa metabolisme yang menyebabkan kelelahan.[16]

penerangan, kebisingan dan iklim kerja: [7] a) Penerangan atau pencahayaan Penerangan yang kurang baik di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja, karena menganggu pelaksanaan pekerjaan, tetapi menimbulkan kesan yang kotor. Untuk mengurangi kelelahan fisik akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan faktor obyek dan umur pekerja dapat dilakukan antara lain perbaikan kontras, meningkatkan penerangan dan pengaturan jam kerja yang sesuai dengan umur tenaga kerja. b) Iklim Kerja / Tekanan Panas Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variabel seperti temperatur, kelembabab udara, kecepatan gerak angin dan suhu radiasi, iklim kerja adalah keadaan udara di tempat kerja.[2] Pengukuran tekanan panas pada suatu tempat salah satunya adalah dengan mengukur ISBB atau indeks suhu basah dan bola, anatara lain: 1. Untuk pekerja di luar gedung ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering. 2. Untuk pekerja di dalam gedung ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi. c) Kebisingan Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat menimbulkan stimulasi daerah di dekat area penerimaan pendengaran berdenging. Keadaan ini akan menimbulkan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex celebri yang dipengaruhi oleh sistem yang antagonistik, yaitu sistem penghambat (inhibisio) dan sistem (aktivasi).[2] d) Faktor Ergonomi Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dan kelelahan kerja. Ergonomi juga berperan dalam memaksimalkan kenyamanan, keamanan dan efisiensi pekerja. [12] B. Minuman Isotonis 1. Pengertian Minuman Isotonis Minuman isotonis adalah cairan yang dibuat untuk dapat diminum dimana konsentrasi air dalam cairan intraselular adalah sama dan zat terlarut tidak dapat masuk atau keluar dari sel. Cairan isotonis adalah cairan yang konsentrasi atau

kepekatannya sama dengan cairan tubuh, contohnya NaCl 0,9%, larutan Ringer Lactate (RL). [7] Larutan isotonis dengan menambahkan garam sampai kepekatan larutan sekitar 0,9% yang dibuat larutan garam fisiologis. Jadi larutan ini mengandung elektrolit yang diperlukan tubuh sebagai pengganti keringat. Larutan garam fisiologis diperlukan karena natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler.[7] Cairan yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah syaratnya harus memiliki tonisitas atau kepekatan larutan yang sama dengan darah, sebab jika kepekatan larutan yang masuk lebih encer maka sel-sel darah akan membengkak, sedangkan bila kepekatan larutan yang masuk lebih pekat maka sel-sel akan mengangkut. Keseimbangan kepekatan larutan yang masuk dengan kepekatan cairan darah disebut isotonik atau isotonis. Hal ini menyebabkan larutan dari luar dapat cepat diserap tubuh.[9] 2. Kandungan dalam Minuman Isotonis Ada tiga bahan penting yang terkandung dalam minuman isotonis yaitu Natrium, Kalium dan vitamin C. Selain tiga bahan itu juga terdapat bahan pendukung lain yang jumlahnya sangat sedikit/kecil. Kandungan dalam minuman isotonis dapat dijelaskan sebagai berikut : [10] a. Natrium Garam dapur adalah jenis garam yang paling terkenal zat natrium, sebenarnya terdapat cukup banyak bahan pangan. Natrium punya peran penting dalam cairan darah kita.[10] Garam dapur dilambangkan dengan NaCl. Adapun proses terjadinya larutan garam secara sederhana yaitu pada awalnya atom Na mengoksidasikan satu elektron yang berada di lapisan luar atau klorida yang kekurangan satu elektron pada lapisan luarnya sehingga menghasilkan ion Na+ dan ion Cl-. Dalam kristal NaCl, kedua ion tersebut saling terikat dengan daya tarik elektrostik. Molekul-molekul air dapat mengurangi daya tarik-menarik antara Na+ dan Cl sedemikian rupa sehingga tinggal 1% saja dari daya tarik yang terdapat dalam kristal NaCl. Ion-ion tersebut kemudian berfungsi sebagai molekul-molekul air, demikian seterusnya sehingga terjadilah larutan garam.[10] Natrium sebagai kation utama dalam cairan ekstraseluler dan paling berperan untuk mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma adalah 135-145mEq/liter. Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:

Left atrial stretch reseptor Central baroreseptor Renal afferent baroreseptor Aldosterone (reabsorpsi di ginjal) Atrial natriuretic factor Sistem renin angiotensin Sekresi ADH Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water). Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kg berat badan dimana + 70% atau

40,5mEq/kg berat badan dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).[11] Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium (muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari cairan interstitial (cairan intersitial adalah cairan yang terletak antar sel).[5] Apabila kehilangan cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi. [12] Natrium klorida biasanya berhubungan erat dengan bahan makanan maupun fungsinya dalam tuduh Sebagian besar natrium didapat dalam plasma darah dan dalam cairan di sel luar (ekstraseluler), beberapa diantaranya juga terdapat dalam tulang. Jumlah natrium dalam badan manusia diperkirakan sekitar 100 sampai 110 g.[14] Kandungan Na dalam plasma yaitu sekitar 300-355 mg/100 ml, dikarenakan Na merupakan kation utama dari cairan ekstraseluler, pengendalian osmolaritas dan volume cairan tubuh adalah sangat tergantung pada ion Na dan rasio Na terhadap ion lainnya. Sedangkan ion Cl merupakan anion utama dalam cairan ekstraseluler, dijumpai dalam bentuk gabungan / perpaduan dengan Na di berbagai bagian, walaupun dalam jumlahnya sedikit, terkait pada protein dan zat lainnya.[10] Sedangkan 95% natrium yang dicerna akan diserap oleh tubuh. Sebagian besar pengeluaran natrium terjadi melalui ginjal. Disamping itu natrium dikeluarkan juga melalui keringat. Setiap liter keringat mengandung 0,5 sampai

3,0 gram natrium.[12] Remaja membutuhkan antara 900 dan 2700 mg natrium setiap harinya. Orang dewasa mempertahankan keseimbangan natrium kurang dari 500 mg per hari.[13] Sedangkan defisiensi unsur Na dan Cl di dalam tubuh dapat menimbulkan: 1. Turunnya nilai osmotic cairan ekstraseluler, 2. Suhu tubuh dapat meningkat sehubungan dengan terganggunya sistem regulasi, 3. Terjadinya kehilangan Cl, yaitu muntah - muntah, diare, berkeringat merupakan kehilangan Na yang berlebihan. b. Kalium Selain natrium tubuh orang dewasa mengandung kalium (250g) dua kali lebih banyak dari natrium dari (110 g). Walaupun demikian biasanya konsumsi kalium lebih sedikit daripada natrium.[12] Tubuh manusia mengandung sekitar 2,6 mg K per kg berat badan tanpa / bebas lemak, terutama bagian yang banyak mengandung unsur K-nya yaitu sel-sel syaraf dan otot, dan jumlahnya ada dalam ekstraseluler. Beberapa natrium, kalium biasanya lebih banyak berada dalam sel daripada di luar sel, karena itu lebih mudah menyimpan dan menjaganya. Komposisi kalium biasanya tetap, sehingga digunakan sebagai indeks untuk lean body mars (bagian badan tanpa lemak).[15] Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kg BB dimana 99% dapat berubah ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel. Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kg BB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10mEq/liter.[12] Akibat kekurangan kalium otot-otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi bisa menimbulkan kelumpuhan. Tubuh manusia sanagat efektif mengeluarkan kalium tetapi mempunyai sedikit mekanisme untuk penghematan ginjal. Kekurangan kalium terjadi dalam

2 sampai 3 hari bila tidak ada masukkan.[20] Peranan kalium mirip dengan natrium yaitu kalium bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam basa. Bedanya kalium menjaga tekanan osmotik dalam cairan intra seluler dan sebagai terikat dengan protein. Kalium juga membantu mengaktifasi reaksi enzim, seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolism karbohidrat.[13] c. Vitamin C Kandungan minuman isotonis yang tidak kalah pentingnya vitamin C. Vitamin C adalah vitamin yang tergolong larutan dalam air dan sifatnya mudah rusak. Vitamin C dapat membentuk membentuk asam L-askrobat dan asam Ldehidroaskrobat, ke duanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam askrobat sangat mudah teroksidasi secara reversibel menjadi asam Ldehidroaskrobat. L-dehidroaskrobat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-deketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi .[12] Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksi, prolin dan hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kolagen yang penting. Penjagaan agar fungsi itu tetap mantap banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C dalam tubuh. Peranannya adalah dalam proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stress . [15] 3. Keseimbangan Cairan Elektrolit Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut.[22] Elektrolit merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen). Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.[13] Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat.[14] Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resiko penderita menjadi lebih besar.[16] Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan

kompartemen ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan interstitial.[5] Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. [20] Dehidrasi isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnya relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular. Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan hipertonis). Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah ke kompartemen ekstravaskular, sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular. Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis). Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga meminimalkan penurunan volume intravaskular. [16] Berdasarkan Sisiroon (2006: 5), faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain:[7] a. Umur Kebutuhan intake cairan bervariasi bergatung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Anakanak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan disbanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung. b. Iklim Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan sampai dengan 5 liter per hari. c. Diet Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak

sehingga serum albumin dan cadang protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan oedema.[14] d. Stress Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glycogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila kerkepanjangan dapat meningkatkan volume darah. e. Kondisi Sakit Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, misalnya : Trauma seperti luka baker akan meningkatkan kehilangan air melalui paruparu dan kulit. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri. f. Tindakan Medis Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti suction, nagogastric tube dan lain-lain. g. Pengobatan Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksatve dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh. h. Pembedahan Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan. [17] Tubuh kita mendapat air dari cairan yang diminum, cairan yang terdapat dalam bahan makanan padat, serta cairan yang didapat dari oksidasi makanan dan oksidasi jaringan tubuh. Sedangkan air dalam tubuh kita dikeluarkan melalui usus,

ginjal, paru paru, dan kulit. Kelenjar kelenjar dari traktus digestivus pada orang dewasa tiap harinya mengeluarkan 8,2 liter cairan usus yang terdiri dari air dan elektrolit. Dalam keadaan normal, cairan usus ini diserap kembali sehingga kehilangan air melalui tinja hanya 100 ml sehari. Kehilangan air melalui paru paru (uap air) dan melalui kulit (keringat) disebut Insensible perspiration (Insensible water loss) diperkirakan sebanyak 0,5 0,6 cc. Kebutuhan air pada orang dewasa 2 3 liter/hari (1 1,5 liter untuk Insensible perspiration dan 1 1,5 liter untuk produksi urin). Tabel 2.2. Pertukaran Air Sekresi Gastrointestinal Sekresi Saliva Cairan Lambung Empedu Sekresi pancreas Sekresi usus Total Rata-rata 1500 2500 500 700 3000 8200 Rentang (ml) 500-1500 1000-5000 100-1000 700-1000 700-1000 3000-11500

Di dalam tubuh seorang yng sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sama dengankehilangan cairan tubuh yang terjadi. Selama aktivitas dan temperature yang sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolism.[19] Pengaturan intake cairan adalah melalui mekanisme haus, pusat haus dikendalikan berada di otak, sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama sensasi haus. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum dengan demikian pada kondisi tubuh yang sehat akan secara otomatis dapat mengatur intake cairannya sendiri tanpa haus takut bila terjadi kelebihan cairan sepanjang konsentrasi cairan yang masuk sama dengan konsentrasi cairan tubuh.[7] Saat beraktifitas, orang akan mengeluarkan keringat, keringat akan lebih banyak dikeluarkan apabila kegiatan yang dilakukan di tempat panas.[6] Apabila tubuh kehilangan air 2% dari total berat badan, maka akan mengalami dehidrasi, ada baiknya orang minum sebelum merasa haus. Minum air yang teratur dengan tambahan sedikit elektrolit dan karbohidrat sangat baik untuk mencegah terjadinya

dehidrasi.[7] Pada lingkungan kerja panas dan jenis pekerjaan berat, diperlukan sekurang kurangnya 2,8 liter air minum bagi seorang tenaga kerja, sedangkan untuk kerja ringan dianjurkan 1,9 liter dan kadar garam tidak boleh tinggi melainkan sekitar 0.2 %. Minum tidak mengandung alkohol dan bersifat penyegar badan, baik untuk pekerja. 19 Sumber lain mengatakan bahwa cairan isotonis dengan kadar NaCl 0,9% dan larutan Ringer Lactate (RL) juga bisa digunakan karena konsentrasi dan kepekatannya sama dengan cairan tubuh.[8] Table 2.3. Pertukaran Air dan NaCl Harian pada Orang Dewasa[19]
Pemasukan Air Makanan padat Oksidasi 200-300 --Urin 600-1600 3,2-8,0 Air(ml) 500-1700 800-1000 NaCl(gm) --4-9 Pengeluaran Insen per Tinja Air(ml) 850-1200 50-200 NaCl(gm) 0,4-0,8 0,2

15003000

4-9

15003000

4,9

e. Paru-paru C. Pengaruh Minuman Isotonis Terhadap Kelelahan Air adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan. Jika dua hal tersebut dipisahkan menjadi perkara yang sangat sulit karena faktanya, tubuh manusia hanya dapat bertahan selama satu minggu tanpa air. Dan patut diingat kembali bahwa sekitar 55 - 75 % tubuh manusia terdiri dari air. [11] Bagi seorang manusia, air tidak hanya untuk menghilangkan rasa haus. Selain itu cairan di dalam tubuh juga berfungsi sebagai pelarut, katalisator, pelumas, pengatur suhu tubuh, menjadi penyedia mineral, elektrolit, serta menjadi tempat berlangsungnya reaksireaksi kimia.11 Setiap hari, pada umumnya seorang manusia selalu kehilangan cairan tubuh sekitar 2.500 ml per hari. Agar tidak terjadi dehidrasi, maka mengganti cairan dalam jumlah yang relatif sama menjadi hal yang mutlak dilakukan agar keseimbangan cairan dalam tubuh tetap terjaga. [9] Keseimbangan cairan juga dapat menjaga keseimbangan asupan cairan dengan pengeluaran cairan yang melalui keringat, urine, feses, pernapasan, serta proses metabolisme. Semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan maka kondisi lingkungan yang memicu terjadinya dehidrasi membuat pekerja amat membutuhkan air sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang. [8]

Pada saat melakukan aktivitas yang berat akan kehilangan banyak cairan yang keluar melalui keringat. Untuk itu perlu adanya minuman yang berenergi agar kita tidak dehidarsi. Pada keadaan ini minuman isotonik memang lebih baik daripada air biasa, karena minuman isotonik dapat lebih cepat menggantikan zat-zat elektrolit yang hilang.
[18]

Untuk itu, agar membantu kita tidak mudah kehilangan cairan tubuh diperlukan minuman yang tepat yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain minum air, hal lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut di atas adalah dengan mengonsumsi minuman isotonik.[14] Disebut isotonik karena minuman ini dirancang sehingga memiliki tekanan osmotik yartg sama dengan tektanan darah manusia, maka dengan demikian minuman ini dengan segera bisa langsung diserap oleh tubuh.Sebagai pengganti kehilangan air, minuman ini dapat dibuat dengan kadar air sampai 98%. Disamping itu, juga berpengaruh sebagai pelepas dahaga dan pelarut nutrien lainnya serta menggantikan cairan tubuh yang hilang. Sedangkan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, minuman ini dapat disuplementasi dengan Cl,Na (natrium klorida /sitrat), P (kalium fosfat), Mg (trimagnesium sitrat), dan Ca (kalsium laktat). [9] Dengan komposisi tersebut, minuman isotonis lebih mudah diserap oleh tubuh dan relatif lebih cepat menggantikan cairan tubuh yang hilang. Oleh sebab itu, kondisi fisik sangat penting untuk mendukung aktivitas psikomotor. Gerakan yang terampil bisa dilakukan apabila kondisi fisiknya memadai.[ 3]

A. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut: Kelelahan Suhu tubuh naik Keluarnya keringat Faktor kelelahan pemicu

Cairan tubuh berkurang/dehidrasi Faktor dari luar Keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Faktor dari dalam

Keadaan monoton Beban kerja Lama kerja Lingkungan kerja fisik:

Metabolisme tubuh

1. Cuaca kerja 2. Penerangan Pemberian minuman isotonis 3. Bising 4. Ergonomi

Kekurangan Cairan

Gambar.2.1. Kerangka Teori Sumber: 2,6,15,17,21,25.

B. Kerangka Konsep Variabel Bebas Pemberian Minuman isotonis x Variabel Terikat Perubahan kelelahan

Variabel Pengganggu: Beban kerja* Lama kerja * Tekanan panas* Usia * Jenis kelamin * Status gizi*

* : Diukur dan dikendalikan Gambar. 2.2. Kerangka Konsep

C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian minuman isotonis terhadap perubahan kelelahan pekerja di industri tahu di Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari Kota Semarang.

You might also like