You are on page 1of 201

2012

DISUSUN OLEH :
NAMA : ADIB PAHRUDIN
KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : FISIKA B


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
JURUSAN FISIKA
2012
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM
FISIKA I


ii

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, Tuhan seru sekalian alam
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan akhir praktikum laboratorium fisika 1 ini.
Demi kesempurnaan kualitas laporan akhir ini, penulis menggunakan berbagai
sumber dan analisis matematik dalam penulisan dasar teori serta analisis data.
Laporan ini terdiri dari 11 modul yaitu kecepatan cahaya sampai apparature
accessories.
Selesainya laporan akkhir laboratorium fisika 1 ini tidak lepas dari peran dan
partisipasi berbagai pihak. Untuk itu perkenankan kami mengucap banyak terima
kasih dan penghargaan kepada:
1. Dosen matakuliah laboratorium fisika 1, Dr.rer.nat. Mohammad Jahja dan Ibu
Tirtawaty Abdjul,S.Pd, M.Pd
2. Asisten laboratorium fisika 1, Nyoman Pande Subrata dan Ahmad Basari
3. Rekan satu kelompok, melinda i usman dan nikmarizki wadipalapa
4. Rekan asisten lab fisika dan teman satu kelas
5. Serta pihak lain yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu
Sebagai manusia biasa, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan akahir ini. Untuk itu kami mohon kritik dan saran dari berbagai
pihak dalam rangka penyempurnaan laporan akhir praktikum fisika 1 ini.
Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat diterima dan berguna.
Laboratorium Fisika, Desember 2012

Penulis
iii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
ISI
I. Kecepatan Cahaya ................................................................................. 1
II. Hubungan Antara Energi, Panjang Gelombang Dan Frekwensi ...... 17
III. Perbandingan Model Gelombang Cahaya Dan Model Gelombang
Kuantum ................................................................................................. 28
IV. Pengantar Radiasi Termal .................................................................... 44
V. Hukum Stefan-Boltzman Suhu Tinggi ................................................. 98
VI. Hukum Stefan-Boltzman Suhu Rendah ............................................... 123
VII. Introduction To Interferometer ............................................................ .133
VIII. Indeks Bias Gelas ................................................................................... .143
IX. Pengukuran Laju Transmisi Cahaya ................................................... .154
X. Serat Optik Dengan Menggunakan Satu Optikal Receiver ............... .165
XI. Apperature Accessories ......................................................................... .174
PENUTUP
I. KESIMPULAN .......................................................................................182
II. SARAN ....................................................................................................183
LAMPIRAN ......................................................................................................184
TOPIK I

PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I



KECEPATAN CAHAYA

DISUSUN OLEH:
NAMA : Adib Pahrudin
NIM : 421 410 014
KELOMPOK : I (Satu)
KAWAN KERJA : Melinda I Usman
Nikmarizki Wadipalapa



JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2O12

1

A. Topik :
KECEPATAN CAHAYA

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kecepatan cahaya dengan menggunakan cermin rotasi
(metode Foucault) ?
2. Berapakah besar kecepatan cahaya yang diperoleh dari hasil eksperimen?
3. Berapakah nilai % beda yang didapatkan dari hasil eksperimen yang
membedakan antara nilai kecepatan cahaya eksperimen dengan teori?
4. Bagaimanakah pengaruh sudut keping polarisasi terhadap kecerahan pada
fringe yang terbentuk?
C. Tujuan
1. Mencari dan menentukan niai dari kecepatan cahaya berdasarkan metode
Foucault.
2. Mengetahui laju/kecepatan cahaya yang diperoleh dari eksperimen.
3. Mengukur panjang gelombang dari sumber cahaya (laser).
4. Mengetahui sudut keping polarisasi terhadap kecerahan pada fringe yang
terbentuk.
5. Mengetahui nilai % beda nilai kecepatan cahaya antara data hasil
eksperimen dengan teori.
D. Landasan Teori
Untuk mengukur besar kecapatan cahaya langsung, maka kita harus baik
mengukur suatu interval waktu yang kecil maupun harus menggunakan sebuah
garis basis yang panjang. Situasi ini menyarankan bahwa astronomi, yang
membahas jarak-jarak yang sangat besar, mungkin akan mampu menyediakan
suatu nilai eksperimental untuk laju cahaya, hal ini terbukti benar. Walaupun
akan diinginkan untuk mengukur waktu yang diperlukan oleh cahaya dari
matahari sampai kebumi, namun tidak ada cara untuk mengetahui bilamana
cahaya yang mencapai kita pada setiap saat meninggalkan matahari tersebut ;
kita harus menggunakan cara-cara astronomi yang lebih halus.
(Krane.Fisika Modern:13-14)

2

Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa pulsa-pulsa gelombang mikro
direfleksikan dari bulan secara agak teratur ; informasi ini memberikan sebuah
garis basis sepanjang 7,6 X 10
8
m, pada saat pengukuran waktu. Laju cahaya
(dan laju gelombang mikro) sekarang ini sudah diketahui besarnya dengan baik
dari eksperimen-eksperimen lain sehingga kita akan menggunakan pengukuran-
pengukuran ini untuk mengukur jarak bulan secara teliti.
Pada tahun 1675 Ole Roemer, seorang sarjana astronomi Denmark yang
bekerja diparis, membuat beberapa pengamatan mengenai bulan-bulan Jupiter
dari mana laju cahaya sebesar 2 X 10
8
dapat dideduksi.. Beliau meninjau dari
salah satu gerhana bulan diplanet Jupiter, dimana terdapat sebuah periode waktu.
Ketika Jupiter berotasi antara bulan dan bumi menutupinya dari pandangan. Ia
menentukan bahwa durasi dari gerhana ini lebih pendek bila dibumi berpindah
sejauh Jupiter dari pada bumi menjahuinya. Berdasarkan hal ini ia menafsirkan
dengan jelas fenomena ini sebagai hasil yang terbatas dari kecepatan cahaya.
Dari hasil kalkulasi beberapa penelitian gerhana tersebut memberikan suatu
nilai sebesar 2,1 x 10
8
m/s untuk kecepatan cahaya, nilai mendekati 2/3 lebih
lambat untuk suatu pengetahuan yang tidak pasti pada waktu itu. Dan kira-kira
lima tahun kemudian James Bradley, seorang sarjana astronomii inggris,
membuat beberapa pengamatan astronomi yang sama sekali berlainan
macamnya dari mana sebuah nilai sebesar 3,0 X 10
8
m/detik dapat dideduksi.
(Kusminarto.Esensi Fisika Modern:7-9)

Pada tahun 1849 Hippolyte Louis Fizeau (1819-1896), seorang fisikawan
Perancis, mula-mula Fizeau mengukur laju cahaya dengan metode astronomi,
yang mendapatkan nilai sebesar 3,13 X 10
8
m/detik. Dimana ia menggunakan
sebuah roda gigi bila bunyi dikembalikan, kedua bumi akan menghalangi cahaya
ini atau pengamat untuk tanda itu. Dasar pengukuran beliau dari rotasi penalti di
izinkan untuk mengembalikan bunyi Untuk perawatan penuh diukur jarak
antara roda gigi dan kaca dengan menggunakan metode Fizeau ini diukur
kecepatan cahaya sebesar 3,16 x 10
8
m/s.

3

Dengan ditemukannya nilai c ini dapat membantu penelitian berikutnya.
Misalnya dalam penentuan momentum relativistic.

Dengan
(Siregar.Fisika Kuantum.2010:2-3)
Kelajuan cahaya yang merambat melalui bahan-bahan transparan seperti
gelas ataupun udara lebih lambat dari c. Rasio antara c dengan kecepatan
v(kecepatan rambat cahaya dalam suatu materi) disebut sebagai indeks refraksi n
material tersebut (n = c / v). Sebagai contohnya, indeks refraksi gelas umumnya
berkisar sekitar 1,5, berarti bahwa cahaya dalam gelas bergerak pada kelajuan c /
1,5 200.000 km/s; indeks refraksi udara untuk cahaya tampak adalah sekitar
1,0003, sehingga kelajuan cahaya dalam udara adalah sekitar 90 km/s lebih
lambat daripada c.
Dalam banyak hal, cahaya dapat dianggap bergerak secara langsung dan
instan, namun untuk jarak yang sangat jauh, batas kelajuan cahaya akan
memberikan dampak pada pengamatan yang terpantau. Dalam berkomunikasi
dengan wahana antariks, diperlukan waktu berkisar dari beberapa menit sampai
beberapa jam agar pesan yang dikirim oleh wahana tersebut diterima oleh Bumi.
Cahaya bintang yang kita lihat di angkasa berasal dari cahaya bintang yang
dipancarkan bertahun-tahun lalu. Hal ini mengijinkan kita untuk mengkaji dan
mempelajari sejarah alam semesta dengan melihat benda-benda yang sangat
jauh. Kelajuan cahaya yang terbatas juga membatasi kecepatan maksimum
komputer, oleh karena informasi harus dikirim dari satu chip ke chip lainnya
dalam komputer.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Laju_cahaya)

4

Menurut Einstein kecepatan cahaya itu konstan tidak berubah, dan premis
ini telah banyak menopang teori besarnya termasuk teori relativitas, disamping
itu juga merupakan dasar fisika sekarang. Namun, menurut Michael Murphy dari
Lembaga Astronomi Universitas Stanford bahwa kecepatan cahaya bukannya
konstan tidak berubah. Fakta membuktikan, teori relativitas mungkin sangat
mendekati kebenaran, namun ia melupakan beberapa benda, benda-benda ini
mungkin adalah tombol pintu yang menuju ke sebuah kosmopolitan baru dan
sebuah prinsip fundamental yang baru, jelas Murphy. Ia memastikan akan
mengumumkan sejumlah penemuan yang mengagumkan ini. Temuan-temuan ini
mengisyaratkan bahwa di alam semesta terdapat suatu teori yang lebih
fundamental mengenai interaksi cahaya dengan material, adalah hal yang keliru
jika menjadikan teori relativitas sebagai dasarnya.
Dalam proses penelitian itu, tim riset ilmiah Murphy tidak secara langsung
memastikan perubahan kecepatan cahaya, melainkan menganalisa cahaya
bintang tetap yang jauh. Cahaya-cahaya ini memerlukan waktu selama 1 miliar
tahun untuk mencapai bumi, dengan demikian, para ilmuwan dapat mengamati
masa awal penyebaran cahaya dan mengamati bagaimana prinsip fundamental
alam semesta itu memainkan peranannya.
Dari pengamatan melalui teleskop di Hawai, para ilmuwan mendapati
bahwa dalam proses penyebaran cahaya ke bumi, kondisi penyerapan cahaya
dalam gelombang tertentu telah mengalami perubahan. Jika kondisi ini benar, itu
berarti toleransi tetap susunan halus kekuatan konstan elektromagnet sudah
berubah sejak terjadinya ledakan dahsyat, dan kecepatan cahaya berhubungan
dengan susunan halus konstan. Jika susunan halus konstan mengalami
perubahan seiring dengan perputaran waktu, maka kecepatan cahaya mungkin
juga akan mengalami perubahan, artinya mungkin pandangan Einstein itu bisa
keliru.
Saat ini, tim riset yang dipimpin Murphy masih menganalisa hasil
pengamatan cahaya yang berasal dari 143 bintang tetap itu. Dan jika kecepatan

5

penyebaran cahaya pada masa awal alam semesta itu terbukti lebih cepat
dibanding sekarang, maka ilmuwan terpaksa harus menyangkal sejumlah besar
teori dasar tersebut. Sebelumnya pada 1905, serangkaian teori yang
dikemukakan Einstein mengejutkan ilmuwan saat itu, dan secara mutlak
mengubah pandangan para ilmuwan terhadap pengetahuan alam, diantaranya
termasuk teori relativitas dalam arti yang sempit ini.
(http://erabaru.net/iptek/83-teka-teki/2220-kecepatan-cahaya-sedang-
berubah)
E. Variabel Dan Definisi Operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu, sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau
ditetapkan, dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya atau nilainya
selalu diubah-ubah. Adapun variabel bebas pada percobaan ini adalah:
a. L adalah jarak fokus antara tempat meletakkan lensa dengan cermin
pengatur cahaya (rotating miror).
b. D adalah jarak pantulan sinar laser yang tertangkap oleh cermin
penangkap antara cermin rotasi (rotating miror) dan cermin penangkap.
2. Variabel terikat
Variabel terikat yaitu, sesuatu yang nilainya dipengaruhi oleh nilai dari
varibel bebas atau nilainya tergantung dari variabel bebas. Adapun variabel
bebas pada percobaan ini yaitu:
a. S cw adalah variabel terikat, yang nilainya diperoleh setelah cahaya
terfokus, dan dapat dibaca pada teleskop pada posisi cw.
b. S ccw adalah variabel terikat, yang nilainya diperoleh setelah cahaya
terfokus, dan dapat dibaca pada teleskop pada posisi ccw.
c. R
m
adalah variabel terikat yang diperoleh pada saat posisi cw dan ccw
dibaca pada alat rotating miror setelah cahaya yang terpantulkan kembali
tepat di dalam jendela laser.



6

3. Variabel kontrol
Variabel kontrol yaitu, sesuatu yang nilainya sebagai pengontrol variabel
terikat bebas selama percoban dilakukan. Adapun variabel kontrol dalam
percobaan ini yaitu :
a. A merupakan nilai yang diperoleh dari selisih jarak antara kedua lensa
dikurangi fokus lensa pertama.
b. B merupakan nilai yang diperoleh dari selisih jarak antara kedua lensa
dengan Rm.
c. F
m
adalah variabel kontrol, saat mengukur nilai yang terbaca pada posisi
cw dan ccw.

F. Alat Yang Digunakan
1. High Speed Rotating Mirror Asembly (kumpulan cermin rotasi dengan
kecepatan tinggi).
2. Teleskop (sebagai alat untuk mengamati titik fokus cahaya pada saat
pengukuran).
3. Fixed Mirror (sebagai cermin pengatur cahaya).
4. Laser 05-9171 dengan 05-9172 Alignment Bench.
5. Komponen Optik
6. Dua Alignment Jigs (untuk meluruskan sinar dari sumber ke R
m
).
7. Keping Polarisasi (sebagai pelindung mata dari sinar laser).

G. Prosedur Kerja
1. Menempatkan optical bench pada permukaan datar bertingkat, kemudian
memperbaiki sekrup optical bench dengan menggunakan water pass
sehingga stabil dan pas.
2. Menempatkan laser, menempelkan laser pada aligment bench diakhiri
dengan optical bench dan pada akhirnya dapat disamakan pada tanda 1
m dari skala metrik. Menempatkan bench coupler tetapi sekrup coupler
diusahakan jangan ketat.

7

3. Menempatkan kumpulan cermin rotasi pada akhir yang berlawanan dari
bench. Memastikan dasar atas kumpulan cermin rotasi dinaungi pagar
dari optical bench dan mensejajarkan tepi depan dari dasar dengan tanda
17 cm pada bench.
4. Mensejajarkan laser
a. Laser harus disejajarkan sehingga sinar mengenai pusat cermin rotasi
(R
m
). Dua alignment jigs diletakkan pada bench dengan maksud
yang satu diletakkan pada ujung bench (dekat laser) sedangkan yang
satunya lagi disesuaikan sebagaimana mestinya.
b. Lubang dalam jigs ditentukan pada garis lurus yang sejajar paralel
dengan sumbu optical bench.
c. Menghidupkan laser, memeriksa beam atternuartur berada pada laser
bagian atas secara langsung berada diatas lensa yang terbuka penuh.
Peringatan:
Jangan melihat langsung ke dalam sinar laser, baik
secara langsung maupun yang direfleksikan dari
cermin, juga ketika merubah peralatan, pastikan
beam path tidak berada pada garis melintang
dimana seseorang mungkin dengan tidak hati-hati
melihat kedalam laser.
d. Mengatur posisi depan dari laser sehingga sinar melewati langsung
lubang dalam jigs pertama (menggunakan dua sekrup depan pada
bangku laser untuk mengatur tingginya, mengatur posisi laser pada
alignment bench untuk mengatur posisi lateral).
e. Kemudian mengatur tinggi dan posisi pada bagian belakang laser
sehingga melewati langsung lubang dalam jigs kedua. Untuk
menjaga dalam posisi berkenaan dengan optical bench
mengencangkan sekrup pada bench koupler.
f. Memeriksa kembali pensejajaran laser.



8

5. Mensejajarkan Cermin Rotasi
a. R
m
harus disejajarkan sehingga sumbu rotasi vertical dan tegak lurus
terhadap laser.
b. Merotasikan R
m
sehingga laser berefleksi kembali ke arah lubang
dalam alignment jigs.
c. Memastikan untuk menggunakan sisi perak cermin sebagai
permukaan refleksi dan mengetatkan sekrup kunci pada kumpulan
cermin rotasi seperlunya sehingga R
m
tetap berada pada posisinya
sebagaimana kita mengatur rotasinya.
d. Jika dibutuhkan, menggunakan lembaran-lembaran kertas untuk
antara Rotating Mirror asembly dengan optical bench sehingga sinar
laser direfleksikan kembali melalui lubang-lubang dalam dua jigs.
Catatan:
Sinar tidak perlu menembus lubang dalam jigs kedua, namun
haruslah mengenai jigs kedua setinggi lubang jigs, kemudian
memindahkan kedua alignment jigs.
6. Meningkatkan menjadi 48 mm titik fokus lensa (L
1
) pada optical bench
garis pusat dari komponen carier disejajarkan dengan tanda 93.0 cm
pada skala metric.
7. Menempatkan satu lembaran kertas di depan jendela dari rotating mirror
endosure. Untuk melihat sinar, meluncurkan/menggulirkan L
1
seperti
dibutuhkan pada komponen cariernya untuk memusatkan sinar pada R
m

(memperhatikan bahwa L
1
telah menyebarkan sinar pada posisi dari R
m
).
8. Meningkatkan hingga 252 m titik fokus lensa (L
2
) pada optical bench
sehingga garis pusat dari komponen carrier sejajar pada tanda 62,22 cm
pada bench sebagaimana untuk (L
1
) pada langkah sebelumnya, mengatur
posisi L
2
pada komponen carrier sehingga sinar dipusatkan pada R
m
.
9. Menempatkan beam splitter dan mikroskop assembly pada optical
bench, sehingga tepi depan dari micrometer stage disejajarkan pada 81,0
cm pada sebuah bench pengungkit yang mengatur kemiringan dari beam
splitter seharusnya berada pada posisi yang sama dengan sakla metrik

9

dari optical bench. Memastikan pengungkit / tuas ini sehingga langsung
tertuju ke bawah.

Peringatan:
Jangan memeriksa mikroskop sampai alat polarisasi
telah ditempatkan di antara laser dan beam splitter.
Lihat langkah 11, beam splitter akan merubah
sedikit posisi laser. Mengatur kembali L
2
pada
komponen carrier sehingga sinar dipusatkan lagi
pada R
m
.
10. Menempatkan pengatur cermin (F
m
) pada suatu jarak dari 2 hingga 15
meter dari R
m
. Sudut antara sumbu optical bench dan garis antara R
m
dan
F
m
seharusnya berkisar 12
0
(jika lebih dari 20
0
sinar refleksi akan dihalau
oleh rotating mirror enclosure).
Juga memastikan F
m
tidak berada pada posisi yang sama dengan optical
bench seperti tombol micrometer, sehingga kita mampu membuat
pengukuran tanpa menghalau sinar. Memposisikan sinar dan sinar
berjalan kembali ke arah F
m
.
Mengatur posisi dari F
m
sehingga sinar mengenainya pada daerah pusat
(sumbernya). Selembar kertas yang diarahkan berlawanan dengan
permukaan cermin akan membuat lebih mudah melihat sinar n.
Catatan :
Hasil terbaik diperoleh ketika F
m
berada pada jarak
10-15 m dari R
m
.
11. Masih dengan selembar kertas yang diarahkan berlawanan dengan
permukaan dari F
m.
Meluncurkan/menggulingkan L
2
bolak balik
sepanjang optical bench untuk memfokuskan sinar terhadap titik terkecil
mungkin dari F
m
. Kemudian mengatur sekrup alignment di belakang F
m

sehingga sinar langsung direfleksikan kembali ke pusat R
m
. Langkah ini
paling baik dilakukan oleh dua orang, salah seorang pengatur F
m
dan
yang seorang lagi mengamati posisi sinar pada R
m
.

10

12. Menempatkan polarizer (memotong pada tiap sisi penahan komponen
tunggal) antara laser dan beam splitter.
13. Mulai dari polarizer pada sudut yang tepat/benar satu sama lain
kemudian merotasikan salah satu hingga bayangan dalam mikroskop
dengan nyaman dapat dilihat cukup jelas.
14. Memotong cross-hairs ke mikroskop dan memfokuskan ke dalam lensa
mata pada mikroskop dan melepaskan kunci sekrup dan kaca mikroskop.
Jika melihat perubahan, memvariasikan kemiringan dari sorotan
beberapa derajat mikroskop sampai terjadi perubahan.
Hal Penting :
Ada beberapa perubahan yang terjadi. Kita akan
melihat beberapa perubahan yang tidak ada
hubungannya dengan hasil yang kita sorotkan ke alat
tadi. Misalnya : pemantulan dari sorotan L
1
, kita akan
yakin dengan penelitian kita, akan terjadi perubahan
itu. Oleh sebab itu dalam penelitian menyiapkan kertas
diantara R
m
dan F
m
selama melihat perubahan dalam
mikroskop. Jika perubahan tidak hilang itu perubahan
yang tidak benar.
Mungkin ada juga gangguan pada pinggiran yang tampak pada
mikroskop. Gangguan itu disebabkan oleh kesulitan yang dilakukan
selama perubahan didapatkan. Bagaimanapun pinggiran itu ada
hubungannya dengan perubahan, tetapi sewaktu-waktu dapat
menghilangkan perubahan.
Jika masih tidak menemukan perubahan cobalah mengatur posisi
longitudinal dari sorotan jika kita tidak aktif, cek kembali pengaturan
alat mulai langkah pertama (langkah 1).
Ketika menemukan perubahan, fokuskan dengan jelas dan tepat
perubahan itu, hindarkan kaca mikroskop dari piap lebih dari puncak
pipa. Jika dibutuhkan mengatur longitudinal sorotan di sekitar
penglihatan mata kita perubahan akan terlihat.

11

Jika masih menemukan perubahan, lepaskan sekrup yang
mempekerjakan mikroskop. Untuk menunjukkan percobaan diatas,
cobalah pindahkan mikroskop dengan selembar tisu ke tingkat sorotan
yang paling atas. Mengatur sorotan di tengah-tengah maka perubahan
akan terjadi.
Hal-hal Yang Harus Diperhatikan
1. Mengadakan Pengukuran
Kecepatan dari pengukuran adalah membuat putaran cermin dengan
kecepatan tertentu dengan menggunakan mikroskop dan mikrometer
untuk mengukur pembelokan secara bersamaan dari perubahan
sorotan dengan putaran cermin dalam arah yang pertama, kemudian
arah yang berlawanan dan akibat salah pengukuran adalah
mengurangi seperempat.
2. Catatan Ketelitian
Menempatkan pengaturan penglihatan dan berhati-hati dalam
mengukur. Mengkhususkan pengukuran dengan menggunakan
peralatan di antara itu faktor utama ketelitian jarak antara kesulitan
putaran dan cermin. Disebutkan dalam pensejajaran terbaik jarak R
m

dan F
m
dalah ketelitian 1% yang dihasilkan jika penempatan
bermasalah. Jarak antara cermin dan F
m
paling minimal adalah 2 m
dan ketelitian yang optimal serta perubahan sekitar 12,5 meter.
Perubahan fokus tidak signifikan selama jarak antara cermin sekitar
15 meter.
3. Pemeliharaan Alat
Alat yang paling utama harus dalam keadaan bersih adalah:
a. Cover dilindungi dari putaran cermin dan tidak pernah
dipindahkan dari pembersihan. Selama dibersihkan motor, jangan
dihidupkan.
b. Semua cermin dan lensa dibersihkan dengan tissu. Jangan
menggunakan bahan campuran pembersih yang berisi amonia,
karena akan membunuh permukaan aluminium.

12

4. Peringatan
a. Sebelum menghidupkan motor, kita harus mengetahui kunci
sekrup untuk melepaskan pelengkap kaca maka putaran bebas
dari tangan.
b. Berapapun kecepatan dari motor, adalah kecepatan LED merah
di depan papan dari kontrol motor. Box/kotak akan menyala
kecepatan akan stabil, lampu akan menyala jika tidak dihidupkan
motor. Cek kunci sekrup dari R
m
dengan melepas sepenuhnya.
c. Jangan pernah menghidupkan motor dengan max rev/sec
(melewati 300 rev.sec). tekan tombol pada tombol R
m
untuk
lebih dari 1 menit.
d. Dengan perlengkapan lampu dan sorotan perubahan dari
ketajaman fokus, memperhatikan tombol dari putaran cermin
dengan kekuatan cw. Menghidupkan motor dan membiarkan
motor hangat selama 300 revolusi. Kemudian melambatkan
kecepatan putaran rotasi dan mengingat bagaimana menyoroti
perkembangan pembelokan.
e. Menggunakan aturan knob untuk membawa kecepatan putaran.
Sekitar 1000 revolusi kemudian menekan max rev/sec dan
dipegang. Ketika kecepatan rotasi stabil, memutar mikrometer ke
dalam cahaya mikroskop sampai ke tengah-tengah sorotan.
Memasukkan kecepatan dari putaran cermin dan menghidupkan
motor, dan mencatat pada mikrometer.
Catatan :
Mikrometer adalah penyelesaian dalam tambahan
sekitar 0,01 mm.
f. Kemudian dari putaran cermin disebabkan oleh perubahan dari
petunjuk dalam kekuatan ccw. Menggerakkan kembali putaran
motor dengan kecepatan 1000 rev/sec. Kemudian tekan tombol
max rev/sec. Menekan tombol dan menyetel kembali mikroskop

13

cross-hair dengan kecepatan sorotan. Mencatat putaran cermin,
menghidupkan motor dan merekam bacaan mikrometer baru.
H. Hasil Data dan Percobaan
L
1
= 93 cm = 0,93 m
L
2
= 62 cm = 0,62 m
Fokus L
1
= 48 mm = 0,048 m
Fokus L
2
= 252 mm = 0,252 m
Rm = 17 cm = 0,17 m
Rm cw = 357 rev/sec
Rm ccw = 281 rev/sec
Scw = 6 mm = 0,006 m
Sccw = 4,95 mm = 0,00495 m
D = 13,45 m

I. Analisis Dan Pengolahan Data
1. Analisis Data
Jika memperhatikan poin yang ke 6 pada prosedur jika diuraikan menjadi
persamaan yang lebih sederhana, maka kecepatan cahaya dalam ruang hampa
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

c =

Dimana :
A = L
1
+ L
2
Fokus L
1
B = L
2
Rm
D = Jarak Rm ke Fm.
Catatan.
Semua satuan disalin ke meter
Menggunakan persamaan ini untuk menghitung nilai c (kecepatan cahaya)
selama masih mengikuti prosedur atau diagram yang ada.

14

2. Pengolahan Data
A = L
1
+ L
2
- Fokus L
1

= 0,93 + 0,62 0,048
= 1,592 0,048
= 1.502 m
B = L
2
- R
m

= 0,62 0,17
= 0,45 m
D = 13,45 m

c =
=
=
=
= 298366950,7 m/s
= 2,983669507 x 10
8
m/s

J. Perbandingan (persen beda) antara c
eksperimen
dengan c
teori
% Beda = x 100%
= x 100%
= 0,47%

K. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diperoleh perbedaan antara
nilai kecepatan cahaya secara teori dengan nilai kecepatan cahaya berdasarkan
hasil eksperimen sebesar 0,47 %. Dimana nilai dari kecepatan cahaya secara
teori adalah 2,997792458 x 10
8
, sedangkan nilai kecepatan cahaya berdasarkan
hasil eksperimen adalah 2,983669507 x 10
8
. Perbedaan ini disebabkan oleh

15

beberapa faktor seperti ruangan yang kurang memadai untuk pengambilan data
(ruangan bukan hampa udara), banyaknya gangguan yang tidak diinginkan,
seperti adanya ketidakstabilan listrik (Voltage) ketika proses pengambilan data
sedang berlangsung yang menyebabkan sumber cahaya yang digunakan (laser)
berkedip-kedip serta banyaknya orang yang lalu lalang dijalur lintasan laser
ketika proses pengambilan data dilakukan, dimana kesemua faktor tersebut
sangat mempengaruhi keakuratan/ketepatan data.

L. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data hasil eksperimen, maka di dapat nilai
untuk kecepatan cahaya berdasarkan eksperimen adalah 2,983669507 x 10
8
m/s,
nilai ini belum sepenuhnya mendekati nilai kecepatan cahaya secara teori yang
besarnya adalah 2,997792458 x 10
8
m/s. Jika dilihat presentasi perbandingan
antara nilai kecepatan cahaya secara teori dengan nilai kecepatan cahaya
berdasarkan hasil eksperimen maka diperoleh perbandingan sebesar 0,47%.

M. Kemungkinan Kesalahan
1. Kurangnya keterampilan praktikan dalam mensejajarkan tinggi antara
bangku optik dengan bangku pada laser.
2. Kurang stabilnya tegangan listrik (voltage) ketika dalam proses
pengambilan data.
3. Kurang tepatnya praktikan dalam memantulkan cahaya dari Fm ke Rm
untuk mengembalikannya lagi kesumber cahaya (Laser).
N. Daftar Pustaka
Kusminarto. 2011. Esensi Fisika Modern. Yogyakarta: Andi.
Krane, Kenneth. 2008. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia.
Siregar,Rustam E. 2010. Teori dan Aplikasi Fisika Kuantum. Bandung:
Widya Pajajaran.
http://erabaru.net/iptek/83-teka-teki/2220-kecepatan-cahaya-sedang-
berubah(diakses pada tanggal 17 Desember 2012 pukul 10.14 WITA)

16

http://id.wikipedia.org/wiki/Laju_cahaya(diakses pada tanggal 17
Desember 2012 pukul 10.19 WITA)


TOPIK II
PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I


HUBUNGAN ENERGY PANJANG GELOMBANG
DAN FREKUENSI

D






ISUSUN OLEH :
NAMA : Adib Pahrudin
NIM : 421 410 014
KELOMPOK : I (Satu)
KAWAN KERJA : Melinda I Usman
Nikmarizki Wadipalapa







JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2O12

17

A. Topik :
HUBUNGAN ANTARA ENERGI PANJANG GELOMBANG DAN
FREKUENSI

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perbedaan besarnya potensial henti masing-masing orde?
2. Bagaimana menentukan besarnya frekuensi dan energy dari tiap spektrum?
3. Bagaimana menentukan tetapan Planck dari grafik hubungan antara
frekuensi dengan energi?
C. Tujuan
1. Menentukan besarnya potensial henti untuk masing-masing warna dan tiap
orde.
2. Menentukan besarnya frekuensi dan energy dari tiap spektrum.
3. Menentukan panjang gelombang dan frekuensi dari setiap garis spektrum.
4. Menentukan tetapan Planck dari grafik hubungan antara frekuensi dan
energi.
D. Landasan Teori
Teori elektromagnetik cahaya dapat menerangkan dengan baik berbagai
gejala tentang cahaya dan penjalarannya. Namun teori ini tidak mampu atau
cocok menerangkan beberapa gejala. Salah satu gejala yang tidak bisa dijelaskan
yaitu efek fotolistrik.
(http://muhammadarifsoebroto.blogspot.com/2008/12/kumpulan-laporan-
laboratorium-fisika-1.html)
Hubungan antara energi foto elektron maksimum K
maks
terhadap frekuensi v
dari cahaya mengandung tetapan pembanding yang dinyatakan dalam bentuk :
K
maks
= h(v - v
0
) = hv - hv
0
, atau
hv = K
maks
+ hv
0
dengan : hv = isi energi dari masing-msing kuantum cahaya datang
K
maks
= energi foton maksimum
(Beiser.1992:17)

18

Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari.
Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi
elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan
sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun
spektroskopi emisi.
Diagram berikut menunjukkan gambaran spektrum sinar tampak



(http://www.mmfaozi.com/energi-dan-gelombang/)

Teori elektromagnetik cahaya dapat menerangkan dengan baik berbagai
gejala tentang cahaya dan penjalarannya. Namun teori ini tidak mampu atau
cocok menerangkan beberapa gejala. Salah satu gejala yang tidak bisa dijelaskan
yaitu Efek Fotolistrik.(Krane. 2008:104)
Gelombang elektromagnetik ditemukan oleh Heinrich Hertz. Gelombang
elektromagnetik termasuk gelombang transversal. Setiap muatan listrik yang
memiliki percepatan memancarkan radiasi elektromagnetik. Waktu kawat (atau
panghantar seperti antena) menghantarkan arus bolak-balik, radiasi
elektromagnetik dirambatkan pada frekuensi yang sama dengan arus listrik.
Bergantung pada situasi, gelombang elektromagnetik dapat bersifat seperti
gelombang atau seperti partikel. Sebagai gelombang, dicirikan oleh kecepatan
(kecepatan cahaya), panjang gelombang, dan frekuensi. Kalau dipertimbangkan
sebagai partikel, mereka diketahui sebagai foton, dan masing-masing
mempunyai energi berhubungan dengan frekuensi gelombang ditunjukan oleh
hubungan Planck E = h, di mana E adalah energi foton, h ialah konstanta
Planck (6.626 10
34
Js) dan adalah frekuensi gelombang.
(Kusminarto..2011:42)


19

E. Alat dan Material
1. H/e Apparatus
2. Hg Light Sources
3. Coupart Base
4. Filter Cahaya
5. Light Block
6. Coupling Bar
7. Light Aperature
8. Focal Length Lensa
9. Voltmeter/Multimeter Digital

F. Variabel-Variabel
1. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu, sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau
ditetapkan, dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya. Adapun
variabel bebas pada percobaan ini adalah:
a. Spektrum warna, yaitu merupakan warna-warna yang muncul pada
garis spektrum setelah lampu mercury dinyalakan dan menembus foto
dioda yang terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila
dan ungu.
b. Panjang gelombang dari masing-masing warna, yang disimbolkan
dengan , dimana masing-masing warna telah memiliki nilai dan
mempunyai satuan meter. Yaitu jarak yang ditempuh rambatan
gelombang selama satu periode (T).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu, sesuatu yang nilainya dipengaruhi oleh nilai dari
varibel bebas. Adapun variabel bebas pada percobaan ini yaitu:
a. Potensial henti dari masing-masing spektum warna, yang diukur
dengan menggunakan alat ukur berupa multimeter digital yang
dihubungkan dengan h/e aparatus. Potensial henti ini disimbolkan
dengan V dan memiliki satuan volt.

20

b. Frekuensi gelombang, yang nilainya diperoleh dengan menggunakan
persamaan matematis v = c/ dimana c merupakan cepat rambat
cahaya = 3.10
8
m/s dan

merupakan panjang gelombang dari masing-


masing warna
c. Fungsi cahaya, yang nilainya diperoleh dengan menggunakan
persamaan E = h.v dimana nilai v sudah didapat sebelumnya.
Sedangkan nilai h adalah tetapan Planck yang besarnya 6.626 x 10
-34

Js.

G. Prosedur Kerja
1. Penyusunan Alat
Mengarahkan pusat cahaya dari mercury vapor light source ke celah
yang memantulkan cahaya putih pada penutup alat.
Memiringkan light source ke luar dan arah focus jalur kemiringan foto
diode putih di sebelah alat.
Melihat gambar pusat lubang/celah diatas lubang dalam kemiringan
dengan bantuan mikroskop foto dioda lensa yang dipasang pada
sekrup.
Sistem perputaran alat h/e apparatus menghasilkan cahaya sama bila
cahaya lampu mercury jatuh diatas celah dalam kemiringan foto dioda
dengan saling melengkapi warna dari pita spektral yang lain. Hasil
cahaya perisai pada posisi tertutup.
Memeriksa muatan kutub pada petunjuk-petunjuk dari voltmeter
digital dan menghubungkan ke output pada muatan yang sama diatas
pada h/e.
2. Cara kerja
Melihat 5 (lima) warna dalam dua orde pada spektrum cahaya
mercury.
Mengatur h/e dengan hati-hati, hingga hanya 1 warna dan petunjuk
pertama (petunjuk paling terang) jatuh diatas jendela pada kemiringan
foto dioda.

21

Mengukur potensial henti untuk setiap warna dalam orde dengan
multimeter digital dan mencatat pengukurannya pada tabel data.
Menggunakan filter kuning dan hijau pada saat mengukur garis
spectral yang kuning dan hijau.
Memindahkan orde kedua dengan mengulang proses diatas mencatat
hasil yang didapat pada tabel data.
Warna
Petunjuk
Pertama
Panjang
Gelombang
(nm)
Frekuensi
(x 10
14
Hz)
Ptensial Henti
(Volt)
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
5790
5461
4359
4047

Warna
Petunjuk
kedua
Panjang
Gelombang
(nm)
Frekuensi
(x 10
14
Hz)
Ptensial Henti
(Volt)
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
5790
5461
4359
4047



H. Tabel Hasil Pengamatan
No Warna
Potensial Henti (Volt)
Orde I Orde II
1 Kuning 0,49 0,52
2 Hijau 0,53 0,57
3 Biru 0,44 0,60
4 Ungu 0,79 0,69



22

I. Pengolahan Data
Menghitung Potensial Henti (V)
1. Orde I
a. Warna Kuning
V = 0,65 Volt
V = Akurasi voltmeter x V
= 0,005 x 0,65 Volt
= 0,00325 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = ( 6,500 0,032) 10
-1
V
b. Warna Hijau
V = 0,77 Volt
V = Akurasi voltmeter x V
= 0,005 x 0,77 Volt
= 0,00385 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = ( 7,700 0,038) 10
-1
V
c. Warna Biru
V = 0,85 Volt
V = Akurasi voltmeter x V
= 0,005 x 0,85 Volt
= 0,00425 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = ( 8,500 0,042) 10
-1
V
d. Warna Ungu
V = 0,93 Volt
V = Akurasi voltmeter x V
= 0,005 x 0,93 Volt
= 0,00465 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = ( 9,300 0,046) 10
-1
V

2. Orde II
a. Warna Kuning
V = 0,52 Volt
V = Akurasi voltmeter x V
= 0,005 x 0,52 Volt
= 0,0026 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = ( 5,200 0,026) 10
-1
V

b. Warna Hijau
V = 0,57 Volt
V = Akurasi voltmeter x V
= 0,005 x 0,57 Volt
= 0,00285 Volt

23

KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = ( 5,700 0,028) 10
-1
V

c. Warna Biru
V = 0,6 Volt
V = Akurasi voltmeter x V
= 0,005 x 0,6 Volt
= 0,003 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = ( 6,000 0,030) 10
-1
V

d. Warna Ungu
V = 0,69 Volt
V = Akurasi voltmeter x V
= 0,005 x 0,69 Volt
= 0,00345 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = ( 6,900 0,034) 10
-1
V
Menghitung Frekuensi (Hz)
a. Warna Kuning
= 5790 x 10
-9
m
c = 3 x 10
8
m/s
f =
=
= 5,18134715 x 10
13
Hz
b. Warna Hijau
= 5461 x 10
-9
m
c = 3 x 10
8
m/s
f =
=
= 5,493499359 x 10
13
Hz
c. Warna Biru
= 4359 x 10
-9
m
c = 3 x 10
8
m/s
f =
=
= 6,88231246 x 10
13
Hz
d. Warna Ungu
= 4047 x 10
-9
m
c = 3 x 10
8
m/s
f =
=
= 7,41289844 x 10
13
Hz

Menghitung Energi (J)
a. Warna Kuning
E =

24

= 6,626 x 10
-34
Js x 5,18134715 x
10
13

= 34,332 x 10
-21
J
b. Warna Hijau
E =
= 6,626 x 10
-34
Js x 5,493499359 x
10
13

= 36,399 x 10
-21
J

c. Warna Biru
E =
= 6,626 x 10
-34
Js x 6,88231246 x
10
13

= 45,602 x 10
-21
J
d. Warna Ungu
E =
= 6,626 x 10
-34
Js x 7,41289844 x
10
13

= 49,118 x 10
-21
J
Tabel hasil pengamatan

No Warna
Potensial Henti (10
-1
) Volt
Frekuensi
(10
13
) Hz
Energi
10
-21
) Joule
Orde I Orde II
1 Kuning ( 6,500 0,032) (5,200 0,026) 5,18134715 34,332
2 Hijau ( 7,700 0,038) (5,700 0,028) 5,493499359 36,399
3 Biru ( 8,500 0,042) (6,000 0,030) 6,88231246 45,602
4 Ungu ( 9,300 0,046) (6,900 0,034) 7,41289844 49,118












25

Grafik Untuk Orde I


Grafik untuk Orde II



J. Interpretasi Grafik
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa, warna ungu mempunyai
potensial henti dan frekuensi energi yang paling besar dibandingkan dengan
warna-warna lain, namun memiliki panjang gelombang yang paling kecil. Hal

26

ini menunjukkan bahwa frekuensi berbanding lurus (linier) dengan potensial
henti dan berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya.

K. Kesimpulan
1. Setiap warna spektrum memiliki frekuensi yang berbeda.
2. Setiap frekuensi yang berbeda akan menghasilkan potensial henti yang
berbeda pula, sehingga pada setiap warna, besar potensial henti yang
dihasilkan selalu berbeda.
3. Berdasarkan percobaan yang dilakukan ternyata warna ungu mempunyai
potensial henti dan frekuensi energi yang paling besar dibandingkan
dengan warna-warna lain, namun memiliki panjang gelombang yang
paling kecil. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi berbanding lurus
(linier) dengan potensial henti dan berbanding terbalik dengan panjang
gelombangnya.
4. Cahaya dengan panjang gelombang tertentu akan memiliki frekuensi yang
berbeda.
5. Energi total dari masing-masing spektrum warna berbanding lurus (linier)
dengan frekuensi dan berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya.

L. Kemungkinan Kesalahan
1. Penyusunan alat yang dilakukan oleh praktikan kurang tepat sehingga
mempengaruhi keakuratan data yang diperoleh.
2. Tidak terfokusnya secara sempurna sinar spektrum yang diterima oleh
dioda.
3. Ketidaktelitian praktikan dalam pengukuran sehingga mempengaruhi
keakuratan data.
4. Kurang stabilnya tegangan listrik (voltage) ketika proses pengambilan data
dilakukan.




27

M. Daftar Pustaka
Beiser, Arthur. 1992. Konsep Fisika Modern Edisi Keempat (Alih Bahasa
Dr. The Houw Liong), Jakarta: Erlangga
Kusminarto. 2011. Esensi Fisika Modern. Yogyakarta:Andi.
Krane, Kenneth. 2008.Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia.
http://muhammadarifsoebroto.blogspot.com/2008/12/kumpulan-laporan-
laboratorium-fisika-1.html (di akses pada tanggal 13 desember 2012
pukul 14.30 WITA)
http://www.mmfaozi.com/energi-dan-gelomban/(diakses pada tanggal 13
Desember 2012 pukul 14.44 WITA )

TOPIK III
PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I


PERBANDINGAN MODEL GELOMBANG CAHAYA
DAN KUANTUM

DISUSUN OLEH
NAMA : Adib Pahrudin
NIM : 421 410 014
KELOMPOK : I (Satu)
KAWAN KERJA : Melinda I Usman
Nikmariski Wadipalapa








JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2O12
28

A. Topik :
PERBANDINGAN MODEL GELOMBANG CAHAYA DENGAN
MODEL KUANTUM

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh dan hubungan antara % transmisi cahaya terhadap
potensial henti untuk masing-masing warna ?
2. Bagaimana pengaruh masing-masing warna terhadap potensial henti yang
dihasilkan ?
3. Apakah E
max
dari fotoelektron merupakan fungsi dari frekuensi cahaya ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antara % transmisi cahaya
terhadap potensial henti untuk masing-masing warna.
2. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing warna terhadap potensial
henti yang dihasilkan.
3. Untuk menyelidiki apakah E
max
dari fotoelektron merupakan fungsi
frekuensi cahaya.

D. Landasan Teori
Pada dekade awal Abad 20, berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para
ilmuwan seperti Thomas Young (1773-1829) dan Agustin Fresnell (1788-
1827) berhasil membuktikan bahwa cahaya dapat melentur
(difraksi) dan berinterferensi.
Gejala alam yang khas merupakan sifat dasar gelombang bukan partikel.
Percobaan yang dilakukan oleh Jeans Leon Foulcoult (1819-1868)
menyimpulkan bahwa cepat rambat cahaya dalam air lebih rendah dibandingkan
kecepatannya di udara. Padahal Newton dengan teori emisi partikelnya
meramalkan kebalikannya. Selanjutnya Maxwell (1831-1874) mengemukakan
pendapatnya bahwa cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan
kemagnetan sehingga tergolong gelombang elektomagnetik. Sesuatu yang yang
29

berbeda dengan gelombang bunyi yang tergolong gelombang mekanik.
Gelombang elekromagnetik dapat merambat dengan atau tanpa medium dan
kecepatan rambatnya pun amat tinggi bila dibandingkan dengan gelombang
bunyi. Gelombang elekromagnetik merambat dengan kecepatan 300.000 km/s.
Kebenaran pendapat Maxwell tak terbantahkan ketika Hertz (1857-
1894) berhasil membuktikan secara eksperimental yang disusun dengan
penemuan-penemuan berbagai gelombang yang tergolong gelombang
elekromagnetik seperti sinar x, sinar gamma, gelombang mikro RADAR dan
sebagainya.
(http://fisika-sma.us/gelombang-cahaya)

Berdsarkan hasil-hasil eksperimen interferensi dan difraksi, teori tentang
cahaya sebagai gelombang telah mantap pada penghujung abad 19, terlebih lagi
karena keberhasilan teori elektromagnetik Maxwell. Namun Einstein pada 1905
menolak teori tersebut berdasarkan fonemena efek-fotolistrik dimana prmukaan
logam melepaskan electron jika disinari dengan cahaya berfrekwensi lebih atau
sama dengan W/h.
Menurut Einstein dalam fonemena tersebut,vahaya harus dipandang sebagai
kuanta yang disebut foton,yakni partikel cahaya dengan energy kuantum E=hv.
Dalam teori relativistic khususnya (1905), hubungan energy dan momentum suatu
pertikel diungkapkan sebagai berikut

Dimana p = momentum partikel, massa diam partikel bersangkutan .
(Kusminarto,2011:39-40).

Menurut teori Planck (1901) bahwa ragam getar gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi tertentu tidak dapat memiliki energi
sembarang (besar energi berbanding lurus dengan kuadrat amplitudo getaran),
melainkan nilai-nilai yang harus merupakan kelipatan bulat dari suatu nilai
30

kuantum energi sebesar Uv yang besarnya bergantung pada frekuensi ragam
getar dengan ketergantungan yang dapat ditentukan.
Planck telah berhasil menurunkan rumus yang dapat menerangkan radiasi
spektrum (yaitu kecerahan relatif dari berbagai panjang gelombang yang
terdapat) sebagai fungsi dari temperatur benda yang meradiasikannya kalau ia
menganggap bahwa radiasi yang dipancarkan terjadi tidak secara kontinu
(diskontinu), dipancarkan dalam satuan (kuanta) kecil, suatu anggapan yang
sangat asing dalam teori gelombang elektromagnetik. Dan didapatkan hubungan
antara kuanta yang berpautan dengan frekuensi tertentu v dari cahaya semuanya
harus berenergi sama dan bahwa energi ini E berbanding lurus dengan v.
Sehingga diperoleh persamaan:
E = hv
dimana :
Energi Kuantum = (Tetapan Planck) (Frekuensi).
h = 6.626 x 10
-34

J.s ( yang disebut konstanta Planck).
(Krane,2008:13-14)

Cahaya merupakan salah satu energi yang dapat dilihat langsung oleh
manusia dan merupakan sumber energi dibumi, selain itu cahaya lebih sering
diinterprestasikan bergerak dalam bentuk gelombang, Cahaya memiliki kelajuan
terbesar sehingga dapat didefinisikan sebagai radiasi atau pancaran yang
dihasilkan dari partikel-partikel bermuatan listrik yang bergerak. Menurut teori
dari cahaya foton energi kinetik maksimum dari foto elektron hanya bergantung
pada frekuensi yang tidak bergantung intensitasnya, sehingga semakin tingga
frekuensi maka akan semakin besar pula energinya. Dengan kata laian makin
terang cahaya maka makin besar pula energinya. Foton adalah partikel energi
atau partikel cahaya, para ilmuan menggunakan konsep fiton ini untuk
menjelaskanbahwa cahaya, selain memiliki sifat gelombang, ternyata juga
memiliki sifat gelombang. Fiton selalu tertarik dengan frekuensi gelombang
elektromagnetik.
31

Efek fotolistrik merupakan bukti yang meyakinkan bahwa foton cxahaya
dapat mentransfer energi elektron. Efek fotolistrik adalah peristiwanyan
keluarnya elektron dari permuakaan logam lkarena cahaya jatuh ke atas
permuakan logam itu, atau suatu gejalah yang terjadi dalam daerah cahaya
tampak dan ultra ungu.fotoelektron yang dibebaskan dari permuakaan logam
karena pengaruh cahaya.
Menurut teoti planck (1901) menyatakan bahwa ragam getar gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi tertentu tidak dapat memilikik energi
sembanrang (besar energi berbanding lurus dengan kuadrat ampitudo getaran)
melalui nilai-nila kelipatan bulat dari suati nilai kuantum. Energi sebesar UV
yang besarnya bergantung pada efek ragam gerat dengan ketergantungan yang
dapat ditentukan. Akibat terbalasnya energi nilai-nilai gelombang pada nilai = n
Uv yang mempunyai spektrum nilai yang disebut diskret, maka perpidahan
energi secara statistika dilakukan dengan perpindahan diskret meliputi spektrum
energi yang dihasilkan.
(http://sudarmonorasyid.blogspot.com/2011/04/laboratorium-i-
perbandingan-model.html)

Dalam eksperimennya Hertz, ia memperlihatkan bahwa laju pada celah
transmitter terjadi apabila cahaya ultra ungu diarahkan pada salah satu bola
logamnya. Ia tidak meneruskan eksperimennya tersebut, tetapi para ahli fisika
mencoba untuk meneruskan percobaan dari Hertz ini. Mereka menemukan
bahwa penyebabnya adalah elektron yang terpancar bila frekuensi cahaya cukup
tinggi. Gejala ini dikenal sebagai Efek fotolistrik.
Teori elektromagnetik cahaya dapat menerangkan sangat baik banyak
sekali gejala, sehingga teori itu tentu mengandung kebenaran. Namun, teori yang
berdasar kokoh ini tidak cocok untuk menerangkan efek fotolistrik. Pada tahun
1905 Einstein menemukan bahwa paradoks yang timbul pada efek fotolistrik
dapat dimengerti hanya dengan memasukkan pengertian radikal yang pernah
diusulkan lima tahun sebelumnya oleh ahli fisika teoritis jerman Max
Planck.(Beiser,1992:26)
32

E. Alat dan Bahan
a. H/e apparatus
b. Hg light sources
c. Support base
d. Filter cahaya
e. Light Block
f. Coupling Bar
g. Light Aperature
h. Focal Length Lens
i. Multimeter Digital
j. Stopwatch

F. Variabel dan Definisi Operasional
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu, sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau
ditetapkan, dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya. Adapun
variabel bebas pada percobaan ini adalah:
a. Intensitas cahaya adalah berkas cahaya dari Hg light sources yang
diteruskan oleh filter transmisi cahaya yang jatuh pada celah h/e
apparatus.
b. Spektrum warna yang terdiri atas warna kuning, hijau, biru dan ungu.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu, sesuatu yang nilainya dipengaruhi oleh nilai dari
variabel bebas. Adapun variabel terikat pada percobaan ini yaitu:
a. Potensial henti dari masing-masing spektrum yang dapat dibaca pada
multimeter digital.
b. Frekuensi dari masing-masing spektrum
c. Energi yang dihasilkan dari masing-masing spektrum warna



33

c. Variable Kontrol
Variabel kontrol yaitu, sesuatu yang nilainya sebagai pengontrol
variabel terikat bebas selama percoban dilakukan. Adapun variabel kontrol
dalam percobaan ini yaitu :

G. Prosedur Kerja
Bagian I
1. Mengatur H/e apparatus sehingga hanya dari satu warna spektral yang
jatuh pada lubang penutup dari fotodioda. Jika dipilih garis spektral sesuai
diatas white reflktive mask pada h/e apparatus.
2. Meletakkan variabel tranmittion filter didepan white reflktive mask
sehinnga cahaya melewati sepanjang bagian yang tertanda 100% dan
mencapai fotodioda. Mencatat tegangan DVM yang terbaca pada tabel
dibawah. Menekan tombol pemutus, melepaskannya dan mengamati kira-
kira berapa waktu yang dibutuhkan untuk kembali pada tegangan yang
tercatat.
3. Memindahkan variabel transmition filter sehingga bagian berikutnya tepat
berada di depan cahaya yang akan datang.
4. Mengulangi langkah 3 sampai diperoleh pengujian dari lima bagian pada
tiap-tiap penyaring.
5. Mengulangi prosedur dengan menggunakan warna kedua dari spektrum.

Warna % Transmisi Potensial henti Approx charger time

100 %
80 %
60 %
40 %
20 %




34

Bagian II
1. Melihat empat warna pada spektrum cahaya Merkuri. Mengatur H/e
Apparatus sehingga hanya satu warna kuning yang jatuh pada celah
penutup photodioda.
2. Mencatat tegangan dari DVM yang terbaca (potensial henti).
3. Mengulangi proses dari tiap warna pada spektrum. Memastikan untuk
menggunakan penyaring hijau saat mengukur spektrum hijau.

Warna cahaya Potensial henti (volt)
Kuning
Hijau
Biru
Ungu


H. Analisis Penyajian Data
Adapun analisis data pada eksperimen ini adalah
Bagian I
1. Mencari potensial henti dan kesalahan relatif dari tiap-tiap % transmisi
untuk setiap spektrum warna
2. Mencari hubungan antara potensial henti dengan % transmisi dengan
menggunakan grafik
3. Menginterpretasikan grafik yang diperoleh dari data hasil eksperimen.

Bagian II
1. Mencari nilai potensial henti pada setiap spektrum warna, kemudian
mencari energi total dari data tersebut.
2. Mencari hubungan antara potensial henti dengan frekuensi dengan
menggunakan grafik.
3. Menginterpretasikan grafik yang telah diperoleh.


35

I. Hasil Percobaan
Bagian I
Warna % Transmisi Potensial Henti (V) Waktu (s)


Kuning
100%
80%
60%
40%
0,65
0,62
0,58
0,53
2,24
1,91
1,67
1,55


Hijau
100%
80%
60%
40%
0,70
0,69
0,65
0,65
1,52
1,2
1,03
0,85


Biru
100%
80%
60%
40%
0,73
0,70
0,64
0,60
1,03
0,97
0,79
0,68


Ungu
100%
80%
60%
40%
0,96
0,94
0,89
0,84
0,95
0,91
0,81
0,78

Bagian II
Warna Cahaya Potensial Henti (V)
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
0,55
0,57
0,58
0,93


J. Analisis dan Pengolahan Data
Bagian I
a. Untuk Warna Kuning
1. Transmisi 100%
V = 0,65 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,65 Volt
36

= 0,00325 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (6,500 0,032) 10
-1
V
2. Transmisi 80%
V = 0,62 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,62 Volt
= 0,0031 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (6,200 0,031) 10
-1
V
3. Transmisi 60%
V = 0,58 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,58 Volt
= 0,0029 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (5,800 0,029) 10
-1
V
4. Transmisi 40%
V = 0,53 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,53 Volt
= 0,00265 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (5,300 0,026) 10
-1
V
b. Warna Hijau
1. Transmisi 100%
V = 0,70 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,70 Volt
= 0,0035 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (7,000 0,035) 10
-1
V
2. Transmisi 80%
V = 0,69 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,69 Volt
= 0,00345 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (6,900 0,034) 10
-1
V
3. Transmisi 60%
37

V = 0,65 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,65 Volt
= 0,00325 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (6,5 00 0,032) 10
-1
V
4. Transmisi 40%
V = 0,65 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,65 Volt
= 0,00325 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (6,500 0,032) 10
-1
V

c. Warna Biru
1. Transmisi 100%
V = 0,73 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,73 Volt
= 0,00365 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (7,300 0,036) 10
-1
V
2. Transmisi 80%
V = 0,70 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,70 Volt
= 0,0035 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (7,000 0,035) 10
-1
V
3. Transmisi 60%
V = 0,64 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,64 Volt
= 0,0032 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (6,400 0,032) 10
-1
V
4. Transmisi 40%
V = 0,60 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,60 Volt
= 0,00325 Volt
KR = x 100%
38

= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (6,000 0,030) 10
-1
V

d. Warna Ungu
1. Transmisi 100%
V = 0,96 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,96 Volt
= 0,0048 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (9,600 0,048) 10
-1
V
2. Transmisi 80%
V = 0,94 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,94 Volt
= 0,0047 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (9,400 0,047) 10
-1
V
3. Transmisi 60%
V = 0,89 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,89 Volt
= 0,00445 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (8,900 0,044) 10
-1
V
4. Transmisi 40%
V = 0,84 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,84 Volt
= 0,0042 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (8,400 0,042) 10
-1
V

Bagian II
Menghitung Potensial Henti
Untuk Masing-Masing
Spektrum Warna
a. Warna Kuning
V = 0,55 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,55 Volt
= 0,00275 Volt
KR = x 100%
39

= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (5,500 0,028) 10
-1
V
b. Warna Hijau
V = 057 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,57 Volt
= 0,00285 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (5,700 0,028) 10
-1
V
c. Warna Biru
V = 0,58 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,58 Volt
= 0,0029 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (5,800 0,029) 10
-1
V
d. Warna Ungu
V = 0,93 Volt
V = Akurasi Voltmeter x V
= 0,005 x 0,93 Volt
= 0,00465 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V V) = (9,300 0,046) 10
-1
V
Menghitung Frekuensi Untuk
Tiap Warna
a. Warna Kuning
= 5790 x 10
-9
m
c = 3 x 10
8
m/s
V =
=
= 5,18134715 x 10
13
Hz
b. Warna Hijau
= 5461 x 10
-9
m
c = 3 x 10
8
m/s
f =
=
= 5,493499359 x 10
13
Hz
c. Warna Biru
= 4359 x 10
-9
m
c = 3 x 10
8
m/s
f` =
=
= 6,88231246 x 10
13
Hz
d. Warna Ungu
= 4047 x 10
-9
m
40

c = 3 x 10
8
m/s
V =
=
= 7,41289844 x 10
13
Hz

Tabel Hasil-hasil Pengamatan
Bagian I
%
Transmisi
Potensial Henti (10
-1
) volt
Kuning Hijau Biru Ungu
100% (6,500 0,032) (7,000 0,035) (7,300 0,036) (9,600 0,048)
80% (6,200 0,031) (6,900 0,034) (7,000 0,035) (9,400 0,047)
60% (5,800 0,029) (6,5 00 0,032) (6,400 0,032) (8,900 0,044)
40% (5,300 0,026) (6,500 0,032) (6,000 0,030) (8,400 0,042)


Bagian II
Warna Potensial Henti (10
-1
) volt Frekuensi (10
13
) Hz
Kuning (5,500 0,028) 5,18134715
Hijau (5,700 0,028) 5,493499359
Biru (5,800 0,029) 6,88231246
Ungu (9,300 0,046) 7,41289844











41

Bagian I
Grafik Hubungan Antara % Transmisi Dengan Potensial Henti

a. Untuk Warna Kuning












b. Untuk Warna Hijau














42

c. Untuk Warna Biru












d. Untuk Warna Ungu












Interpretasi grafik
Dari keempat grafik yang didapatkan, ternyata % transmisi berbanding
lurus dengan besarnya potensial henti, semakin besar % transmisinya, maka
potensial hentinyapun semakin besar, begitu pula sebaliknya, semakin kecil %
transmisinya maka semakin kecil pula potensial hentinya.
43

Bagian II










K. Interpretasi Grafik
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa, warna ungu mempunyai
potensial henti dan frekuensi energi yang paling besar dibandingkan dengan
warna-warna lain, namun memiliki panjang gelombang yang paling kecil. Hal
ini menunjukkan bahwa frekuensi berbanding lurus (linier) dengan potensial
henti dan berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya.

L. Kesimpulan
1. Hubungan antara % transmisi dengan potensial henti selalu linear atau
berbanding lurus, dimana semakin besar nilai % transmisi maka nilai dari
potensial hentipun semakin bertambah besar. Atau dengan kata lain %
transmisi intensitas sewaktu menurun waktu potensial hentinya ikut
menurun tetapi untuk masing-masing warna berbeda-beda.
2. Setiap warna spektrum memiliki frekuensi yang berbeda.
3. Setiap frekuensi yang berbeda akan menghasilkan potensial henti yang
berbeda pula, sehingga pada setiap warna, besar potensial henti yang
dihasilkan selalu berbeda.
4. Berdasarkan percobaan yang dilakukan ternyata warna ungu mempunyai
potensial henti dan frekuensi energi yang paling besar dibandingkan
dengan warna-warna lain, namun memiliki panjang gelombang yang
44

paling kecil. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi berbanding lurus
(linier) dengan potensial henti dan berbanding terbalik dengan panjang
gelombangnya.
5. Cahaya dengan panjang gelombang tertentu akan memiliki frekuensi yang
berbeda.
6. Energi total dari setiap warna berbanding lurus dengan frekuensi.
7. Untuk model gelombang cahaya klasik, prediksi maksimum bergantung
pada intensitas cahaya. Energi maksimum semua untuk warna kuning,
hijau, biru dan ungu. Dan fotoelektron sebagai fungsi umtuk intensitas
akan berpengaruh yakni semakin terang cahayanya maka semakin besar
pula energinya.
8. Jika potensial henti untuk semua warna telah dilakukan dalam percobaan
akan selalu mengalami perumusan tegangan, maka hal itu sering dengan
penurunan % transmisi intensitas.

M. Kemungkinan Kesalahan
1. Adanya kerusakan pada alat yang digunakan sehinnga mempengaruhi
proses pengambilan data.
2. Penyusunan alat yang digunakan tidak tepat sehingga mempengaruhi
keakuratan data yang diperoleh.
3. Ketidaktelitian dalam pengukuran sehingga mempengaruhi keakuratan
data.
N. Daftar Pustaka
Beiser, Arthur, 1992, Konsep Fisika Modern, Erlangga
Krane, Kenneth. 1992. Konsep Fisika Modern. Universitas Indonesia.
Resnic, Halliday. 1984. Fisika J ilid 2. Jakarta : Erlangga
http://sudarmonorasyid.blogspot.com/2011/04/laboratorium-i-perbandingan-
model.html (diakses pada tanggal 13 Desember 2012 pada pukul
13.21 WITA)
http://fisika-sma.us/gelombang-cahaya (diakses pada tanggal 17 Desember
2012 pukul 14.38 WITA)
TOPIK IV

PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I


PENGANTAR RADIASI TERMAL









DISUSUN OLEH
NAMA : Adib Pahrudin
NIM : 421 410 014
KELOMPOK : I (Satu)
KAWAN KERJA : Melinda I Usman
Nikmarizki Wadipalapa









JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2O12

44

A. Topik :
PENGHANTAR RADIASI THERMAL

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah besar dari radiasi thermal yang diserap oleh sensor radiasi
dengan permukaan yang berbeda-beda?
2. Bagaimanakah pengaruh permukaan kubus terhadap pancaran radiasi?
3. Bagamanakah penyerapan dan penyebaran radiasi thermal?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh permukaan kubus terhadap pancaran radiasi.
2. Mengetahui besar pancaran radiasi yang diterima atau diserap oleh sensor
radiasi terhadap permukaan kubus yang berbeda.
3. Menyelidiki penyerapan dan penyebaran radiasi thermal.

D. Landasan Teori
Radiasi atau sinaran merupakan perpindahan kalor melalui
fenomenagelombang elektromagnetik yang digunakan untuk berbagai proses.
Radiasitermal didefinisikan sebagai bagian spectrum yang mempunyai
panjanggelombang antara 1 x 10
-7
m dan 1 x

10
-4
m.

Atau sering kita dengar
sebagai energy yang dipancarkan oleh sebuah benda atau permukaan karena
temperature yang dimilikinya. Radiasi termal ini akan dipancarkan oleh benda
panas dalam bantuk gelombang elektromagnetik Benda-benda yang mudah
menyerap panas maka juga mudah memancarkan panas.
(http://www.scribd.com/doc/30100366/EKSPERIMEN-FISIKA-RADIASI-
TERMAL)
Penelitian tentang radiasi thermal dimulai pada tahun 1895 oleh
kirchoffyang memperlihatkan bahwa untuk frekuensi atau panjang gelombang
tertentu, perbandingan antara daya pancar sebuah benda (E) yang didefinisikan
sebagai banyaknya energi yang dipancarkan pada definisi sebagai bagian dari
radiasi yang datang yang dapat diserap adalah sama untuk semua benda. Pada

45

dasarnya radiasi yang dipancarkan atau dilepaskan oleh suatu benda yang panas,
baik yang berupa sinar maupun panas adalah gelombang elektromagnetik.
(Haliday,1996: 105)
Tidak ada radiasi yang terpantul memancar keluar lubang karena lubang
yang sangat kecil. Jadi rongga ini berkelakuan sebagai benda hitam karena dapat
menyerap seluruh radiasi yang diterimanya. Demikian pula jika rongga ini
memancarkan radiasi, tak ada radiasi yang kembali ke rongga, sehingga seluruh
energinya dipancarkan. Energi radiasi setiap detik per satuan luas disebut
sebagai Intensitas Radiasi dan diberi lambang I. Intensitas radiasi yang
dipancarkan oleh benda hitam menurut Hukum Stefan-Boltzmann bergantung
pada temperatur, dan dapat dinyatakan sebagai berikut :
Emisivitas adalah rasio energi yang diradiasikan oleh material tertentu
dengan energi yang dirasikan oleh benda hitam (black body) pada temperatur
yang sama. Ini adalah ukuran dari kemampuan suatu benda untuk meradiasikan
energi yang diserapnya. Benda hitam sempurna memiliki emisivitas sama
dengan 1 (e=1) sementara objek sesungguhnya memiliki emisivitas kurang dari
satu. Emisivitas adalah satuan yang tidak berdimensi Pada umumnya, semakin
kasar dan hitam benda tersebut, emisivitas meningkat mendekati 1.

(http://pembelajar9993.wordpress.com/2012/04/10/eksperimen-stefan-
boltzmann/)
Pada dasarnya setiap benda di alam ini memancarkan radiasi gelombang
elektromagnetik. Radiasi merupakan tenaga yang kontinu dari permukaan semua
benda, tenaga ini disebut tenaga pancaran dan berwujud gelombang
elektromagnetik yang sifatnya identik dengan gelombang cahaya. Pada
hakekatnya radiasi yang dilepaskan oleh suatu benda yang panas baik berupa
sinar maupun berupa panas adalah gelombang elegtromagnetik. Bila kubus yang
dipanaskan ketika didinginkan memancarkan radiasi berisi gelombang-
gelombang elektromagnetik yang terpantul diantara dinding kubus tersebut.
Pada hakekatnya benda panas yang suhunya lebih besar dari nol Kelvin akan
memancarkan radiasi kalor, karena radiasi kalor yang dipancarkan itu

46

bergantung pada suhu suatu benda, makin tinggi panasnya suatu benda
(suhunya) maka makin besar pula energi radiasi yang dipancarkan. Pada suhu
ruangan radiasi termal ini paling banyak terdapat pada daerah spektrum
imframerah (
maks
10 m), pada daerah mata kita tidak lagi pekat, bila benda
tersebut kita panaskan maka akan memancarkan cahaya tampak.
(Zemansky, 1985:98)
Kerapatan energi total berbanding lurus dengan pangkat empat dari
temperatur mutlak dari dinding rongga. Maka yang kita mengharapkan energi E
yang diradiasi tiap detik persatuan berbanding lurus dengan T
4
. transmisi
merupakan penerusan dan pengiriman gelombang elektromagnetik melalui suatu
medium, sedangkan alat yang berfungsi sebagai pengirim gelombang
elekteromagnetik itu disebut transmiter.
(Kusminarto,2011:26)

E. ALAT-ALAT
1. Sensor radiasi
2. Kubus radiasi termal
3. Multimeter digital (Voltmeter)
4. Multimeter digital (Ohmmeter)
5. Jendela gelas
6. Kaca
7. Kertas.

F. Variabel Dan Definisi Operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu, sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau
ditetapkan, dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya atau
nilainya selalu diubah-ubah. Adapun variabel bebas pada percobaan ini
adalah:

47

a. Permukaan kubus radiasi yang terdiri dari empat permukaan yang
berbeda yaitu warna hitam, aluminium pekat, Aluminium mengkilap,
dan permukaan yang berwarna putih.
b. Power setting, dimana dalam percobaan ini nilai power setting
divariasikan dari 5.0; 6.5; 8.0 dan 10.0.
2. Variabel terikat
Variabel terikat yaitu, sesuatu yang nilainya dipengaruhi oleh nilai dari
varibel bebas atau nilainya tergantung dari variabel bebas. Adapun
variabel terikat pada percobaan ini yaitu:
a. Thermal Resistivitas (hambatan panas, yaitu hambatan suatu kubus
zat dengan sisi-sisi sebesar satu satuan panjang. Dimana resistivitas
kubus ini diperoleh dengan adanya perubahan nilai power setting, yang
besarnya diukur dengan menggunakan alat ukur berupa multimeter
digital (Ohm meter). Nilai thermal resistivitas ini mempunyai satuan
ohm ().
b. Temperatur (T), yaitu ukuran derajat panas suatu benda atau ukuran
keadaan benda yang menentukan kecepatan benda tersebut dalam
menerima atau melepaskan kalor terhadap sekelilingnya yang
keadaannya berbeda dengan benda tersebut. Dimana dalam percobaan
ini temperatur kubus diperoleh dengan menyamakan nilai hambatan
yang terbaca pada tabel yang berada pada badan kubus radiasi dan
mempunyai satuan
0
C.
c. Energi radiasi termal yang disimbolkan dengan E yaitu pemancaran
atau perambatan energi oleh suatu bahan atau materi dalam bentuk
gelombang elektromanetik yang besarnya diperoleh melalui persamaan
E = T
4
dan mempunyai satuan watt/m
2
.
d. Tegangan sensor radiasi, yang nilainya diperoleh dengan
menggunakan multimeter digital (Voltmeter) dan disimbolkan dengan
V dan mempunyai satuan mV.



48

3. Variabel kontrol
Variabel kontrol yaitu, sesuatu yang nilainya sebagai pengontrol
variabel terikat bebas selama percoban dilakukan. Adapun variabel kontrol
dalam percobaan ini yaitu :
a. Jarak sensor radiasi yang diukur 5 sentimeter (5 cm) dari permukaan
dinding kubus radiasi dengan sensor radiasi.

G. Prosedur Kerja
Bagian I: Kecepatan Radiasi dari Permukaan yang Berbeda.
1. Menghubungkan Ohmmeter dengan kubus radiasi dan Millivoltmeter
dengan sensor radiasi thermal seperti pada gambar berikut:







Gambar: Susunan Peralatan
2. Menghidupkan kubus radiasi termal dan memutar tombol pada posisi
high. Memperhatikan pembacaan pada Ohm meter, ketika diperoleh
nilai dibawah atau sekitar 40 k kemudian mengembalikan tombol
power pada 5,0 (jika kubus memanas, menetapkan tombol power pada
5,0).
3. Ketika kubus mencapai kestimbangan termal, membaca nilai yang
terbaca pada Ohmmeter dan milivotmeter dan mencatat dalam tabel.
4. Memutar tombol pengatur daya, pertama 6,5 kemudian menunggu
kubus menjadi setimbang termal kemudian membaca nilai
milivoltmeter dan ohmmeter dalam tabel.
5. Mengulangi langkah keempat untuk posisi 8,0 hingga high dan
mencatat hasilnya dalam tabel hasil pengamatan.

49

Bagian II : Penyebaran dan penyerapan Radiasi Thermal
Menggunakan sensor radiasi untuk menguji jarak yang relatif dari
radiasi yang dipancarkan dari berbagai macam tempat disekitar ruangan.
1. Menempatkan sensor radiasi dengan jarak kira-kira 5 cm dari
permukaan kubus.
2. Menempatkan kaca jendela antara sensor radiasi dengan kubus radiasi
thermal dan melakukan eksperimen seperti pada bagian I dan mencatat
perolehan data dalam tabel.
3. Membuka penutup dari kubus radiasi termal dan mengulangi
pengukuran seperti langkah diatas kemudian mencatat perolehan data.
4. Mengulangi langkah diatas dengan menggunakan penghalang kertas
dan mencatat nilai yang diperoleh dalam tabel hasil pengamatan.
Catatan:
1. Ketika menggunakan sensor radiasi senantiasa menghindarkannya dari
benda-benda yang panas beberapa detik sebelum digunakan untuk
mendapatkan kepastian pengukuran.
2. Sebuah metode yang sangat tepat adalah dengan memanaskan kubus
dengan kekuatan penuh selama 45 menit kemudian menggunakan kipas
angin untuk mengurangi temperatur dengan cepat dengan bersamaan
menurunkan power input, memastikan bahwa ketimbangan termal
tercapai pada saat kipas angin dihentikan.

Tabel: Hasil Pengamatan
Power
setting
Therm. Res
(K)
Temperatur
(
0
C)
Permukaan
Pembacaan
Sensor (mV)
5.0
6.5
8.0
10.0

Putih

5.0 Hitam

50

6.5
8.0
10.0
5.0
6.5
8.0
10.0

Aluminium
Pekat


5.0
6.5
8.0
10.0

Aluminium
mengkilap


H. DATA HASIL PERCOBAAN
Bagian I: Kecepatan Radiasi dari Permukaan yang Berbeda.
a. Kubus Tertutup Tanpa Penghalang
Power
Setting
Therms Res.
(k)
Suhu
(C)
Sisi/ Permukaan
Pembacaan
Sensor (mV)
5
6,5
8
10
8,9
7,2
6,7
5,1
30
32
34
35
Putih
10,8
12,4
14,0
16,1
5
6,5
8
10
6,2
5,6
5,2
4,4
30
31
36
39
Hitam
10,4
12,8
18,4
23,0
5
6,5
8
10
7,3
7,0
6,7
4,9
29
31
32
33
Aluminium
Pekat
11,4
12,1
13,7
19,6

51

5
6,5
8
10
8,4
7,4
6,7
5,4
29
33
34
36
Aluminium Putih
Mengkilap
9,9
11,5
12,8
17,8

b. Kubus Terbuka Tanpa Penghalang
Power
Setting
Therms Res.
(k)
Suhu
(C)
Sisi/ Permukaan
Pembacaan
Sensor (mV)
5
6,5
8
10
22,5
20,3
19,1
17,5
33
36
37
39
Putih
9,1
9,6
10,1
11,3
5
6,5
8
10
21,8
20,2
19,7
19,1
44
45
47
49
Hitam
10,4
10,8
11,3
12,1
5
6,5
8
10
16,3
16
15,7
15,1
30
32
38
39
Aluminium
Pekat
9,5
10,6
11,8
12,3
5
6,5
8
10
16,1
15,8
15,4
15,1
33
37
38
39
Aluminium Putih
Mengkilap
7,4
8,1
8,8
11,5

Bagian II : Penyebaran dan Penyerapan Radiasi Thermal
a. Kubus Tertutup Penghalang Kaca
Power
Setting
Therms Res.
(k)
Suhu
(C)
Sisi/ Permukaan
Pembacaan
Sensor (mV)

52

5
6,5
8
10
9,4
9,0
8,6
6,9
30
32
33
34
Putih
36,0
39,8
44,2
36,9
5
6,5
8
10
8,7
8,5
7,9
6,1
31
32
33
34
Hitam
36,7
39,5
49,5
52,2
5
6,5
8
10
9,2
8,7
8,3
7,1
30
31
33
34
Aluminium
Pekat
35,2
37,9
42,0
47,5
5
6,5
8
10
8,9
8,3
7,2
6,5
29
30
32
33
Aluminium Putih
Mengkilap
32,4
39,1
43,7
47,3

b. Kubus Terbuka Pernghalang Kaca
Power
Setting
Therms Res.
(k)
Suhu
(C)
Sisi/ Permukaan
Pembacaan
Sensor (mV)
5
6,5
8
10
27,6
26,7
24,2
21,3
30
31
32
33
Putih
7,8
9,2
11,3
11,9
5
6,5
8
10
23,8
23,4
21,3
19,5
31
32
33
34
Hitam
3,5
7,3
9,7
11,2

53

5
6,5
8
10
33,5
32,7
30,2
27,9
30
31
32
33
Aluminium
Pekat
8,7
9,5
11,6
14,3
5
6,5
8
10
26,9
19,1
18,7
18,2
29
30
32
33
Aluminium Putih
Mengkilap
11,8
13,2
14,6
15,3

c. Kubus Tertutup Penghalang Kertas
Power
Setting
Therms Res.
(k)
Suhu
(C)
Sisi/ Permukaan
Pembacaan
Sensor (mV)
5
6,5
8
10
23,8
21,6
20,9
17,0
31
33
36
40
Putih
7,5
11,5
13,0
10,7
5
6,5
8
10
21,2
18,7
17,6
15,2
29
40
41
43
Hitam
11,8
12,3
13,5
14,3
5
6,5
8
10
23,9
21,8
20,3
18,2
37
39
40
41
Aluminium
Pekat
7,3
8,1
10,7
13,5
5
6,5
8
10
24,2
15,2
14,8
13,7
30
33
34
35
Aluminium Putih
Mengkilap
7,8
9,2
10,7
12,3



54

d. Kubus Terbuka Penghalang Kertas
Power
Setting
Therms Res.
(k)
Suhu
(C)
Sisi/ Permukaan
Pembacaan
Sensor (mV)
5
6,5
8
10
41,2
24,0
22,8
21,1
33
34
35
37
Putih
7,5
14,3
15,7
18,6
5
6,5
8
10
38,2
36,9
35,3
33,7
35
36
37
39
Hitam
8,8
14,9
15,7
18,6
5
6,5
8
10
36,9
35,4
33,9
31,6
30
32
33
34
Aluminium
Pekat
11,9
13,3
16,9
19,4
5
6,5
8
10
34,9
33,8
32,2
31,4
31
32
33
34
Aluminium Putih
Mengkilap
9,3
9,7
12,6
14,8












55

I. PENGOLAHAN DATA
Menghitung Energi Radiasi (E)
Bagian I : Kecepatan Radiasi dari Permukaan yang Berbeda
Kubus Tertutup Tanpa Penghalang
Putih
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
90399 , 417
10 370050801 , 7 10 6703 , 5
293 10 6703 , 5
10 6703 , 5
293 20
10 9 , 8 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
68795 , 490
10 653650625 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 2 , 7 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
685604 , 503
10 882874001 , 8 10 6703 , 5
307 10 6703 , 5
10 6703 , 5
307 34
10 7 , 6 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

56

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
28048 , 510
10 999178496 , 8 10 6703 , 5
308 10 6703 , 5
10 6703 , 5
308 35
10 1 , 5 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Hitam
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
94349 , 477
10 428892481 , 8 10 6703 , 5
303 10 6703 , 5
10 6703 , 5
303 30
10 2 , 6 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
284279 , 484
10 540717 , 8 10 6703 , 5
304 10 6703 , 5
10 6703 , 5
304 31
10 6 , 5 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
933978 , 516
10 116621361 , 9 10 6703 , 5
309 10 6703 , 5
10 6703 , 5
309 36
10 4 , 4 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

57

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
309368 , 537
10 475854 , 9 10 6703 , 5
312 10 6703 , 5
10 6703 , 5
312 39
10 4 , 4 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Aluminium Pekat
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
66517 , 471
10 3181696 , 8 10 6703 , 5
302 10 6703 , 5
10 6703 , 5
302 29
10 3 , 7 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
284279 , 484
10 5407170 , 8 10 6703 , 5
304 10 6703 , 5
10 6703 , 5
304 31
10 0 , 7 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8795 , 496
10 653650625 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 7 , 6 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

58

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
154921 , 497
10 767 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 9 , 4 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Aluminium Putih Mengkilap
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
66517 , 471
10 3181696 , 8 10 6703 , 5
302 10 6703 , 5
10 6703 , 5
302 29
10 4 , 8 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
154921 , 497
10 767 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 4 , 7 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
685604 , 503
10 882874 , 8 10 6703 , 5
307 10 6703 , 5
10 6703 , 5
307 34
10 7 , 6 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

59

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
939781 , 516
10 116621361 , 9 10 6703 , 5
309 10 6703 , 5
10 6703 , 5
309 36
10 4 , 5 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Kubus Terbuka Tanpa Penghalang
Putih
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
154921 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 5 , 22 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
939781 , 516
10 116621361 , 9 10 6703 , 5
309 10 6703 , 5
10 6703 , 5
309 36
10 3 , 20 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
66411263 , 523
10 23521 , 9 10 6703 , 5
310 10 6703 , 5
10 6703 , 5
310 37
10 1 , 19 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

60

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
309368414 , 537
10 475854336 , 9 10 6703 , 5
312 10 6703 , 5
10 6703 , 5
312 39
10 5 , 17 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Hitam
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
589 , 572
10 098039 , 10 10 6703 , 5
317 10 6703 , 5
10 6703 , 5
317 44
10 8 , 21 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8484716 , 579
10 226063 , 10 10 6703 , 5
318 10 6703 , 5
10 6703 , 5
318 45
10 2 , 20 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
574049 , 594
10 48576 , 10 10 6703 , 5
320 10 6703 , 5
10 6703 , 5
320 47
10 7 , 19 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

61

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
57833535 , 609
10 7503718 , 10 10 6703 , 5
322 10 6703 , 5
10 6703 , 5
322 49
10 1 , 19 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Aluminium Pekat
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
94349 , 477
10 428892 , 8 10 6703 , 5
303 10 6703 , 5
10 6703 , 5
303 30
10 3 , 16 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8795 , 496
10 6536506 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 16 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
453834 , 530
10 354951841 , 9 10 6703 , 5
311 10 6703 , 5
10 6703 , 5
311 38
10 7 , 15 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

62

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
309368414 , 537
10 475854336 , 9 10 6703 , 5
312 10 6703 , 5
10 6703 , 5
312 39
10 1 , 15 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Aluminium Putih Mengkilap
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
15492 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 1 , 16 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
6641126 , 523
10 23521 , 9 10 6703 , 5
310 10 6703 , 5
10 6703 , 5
310 37
10 8 , 15 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
453834 , 530
10 3549518 , 9 10 6703 , 5
311 10 6703 , 5
10 6703 , 5
311 38
10 4 , 15 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

63

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
309368 , 537
10 475854 , 9 10 6703 , 5
312 10 6703 , 5
10 6703 , 5
312 39
10 1 , 15 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o


Bagian II : Penyebaran dan Penyerapan Radiasi Thermal
Kubus Tertutup Penghalang Kaca
Putih
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
94349 , 477
10 2889248 , 8 10 6703 , 5
303 10 6703 , 5
10 6703 , 5
303 30
10 4 , 9 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8795 , 496
10 653650 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 0 , 9 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

64

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
15492 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 6 , 8 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
685604 , 503
10 882874 , 8 10 6703 , 5
307 10 6703 , 5
10 6703 , 5
307 34
10 9 , 6 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Hitam
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
284279 , 484
10 540717 , 8 10 6703 , 5
304 10 6703 , 5
10 6703 , 5
304 31
10 7 , 8 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8795 , 496
10 653650 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 5 , 8 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

65

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
15492 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 9 , 7 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
685604 , 503
10 882874 , 8 10 6703 , 5
307 10 6703 , 5
10 6703 , 5
307 34
10 1 , 6 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Aluminium Pekat
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
94349 , 477
10 428892 , 8 10 6703 , 5
303 10 6703 , 5
10 6703 , 5
303 30
10 2 , 9 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
284279 , 484
10 540717 , 8 10 6703 , 5
304 10 6703 , 5
10 6703 , 5
304 31
10 7 , 8 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

66

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
1549212 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 3 , 8 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
685604 , 503
10 882874 , 8 10 6703 , 5
307 10 6703 , 5
10 6703 , 5
307 34
10 1 , 7 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Aluminium Putih Mengkilap
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
6651717 , 471
10 3181696 , 8 10 6703 , 5
302 10 6703 , 5
10 6703 , 5
302 29
10 9 , 8 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
94349 , 477
10 428892 , 8 10 6703 , 5
303 10 6703 , 5
10 6703 , 5
303 30
10 3 , 8 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

67

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8795 , 496
10 65365 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 2 , 7 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
154921 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 5 , 6 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Kubus Terbuka Penghalang Kaca
Putih
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
94349 , 477
10 428892 , 8 10 6703 , 5
303 10 6703 , 5
10 6703 , 5
303 30
10 6 , 27 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
284279 , 484
10 540717 , 8 10 6703 , 5
304 10 6703 , 5
10 6703 , 5
304 31
10 7 , 26 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

68

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8795 , 496
10 65365 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 2 , 24 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
154921 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 3 , 21 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

Hitam
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
284279 , 484
10 540717 , 8 10 6703 , 5
304 10 6703 , 5
10 6703 , 5
304 31
10 8 , 23 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8795 , 496
10 65365 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 4 , 23 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

69

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
154921 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 3 , 21 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
685604 , 503
10 882874 , 8 10 6703 , 5
307 10 6703 , 5
10 6703 , 5
307 34
10 5 , 19 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

Aluminium Pekat
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
94349 , 477
10 428892 , 8 10 6703 , 5
303 10 6703 , 5
10 6703 , 5
303 30
10 5 , 33 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
284279 , 484
10 540717 , 8 10 6703 , 5
304 10 6703 , 5
10 6703 , 5
304 31
10 7 , 32 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

70

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8795 , 496
10 65365 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 2 , 30 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
154921 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 9 , 27 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

Aluminium Putih Mengkilap
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
6651717 , 471
10 3181696 , 8 10 6703 , 5
302 10 6703 , 5
10 6703 , 5
302 29
10 9 , 26 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
94349 , 477
10 428892481 , 8 10 6703 , 5
303 10 6703 , 5
10 6703 , 5
303 30
10 1 , 19 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

71

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8795 , 496
10 65365 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 7 , 18 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
154921 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 2 , 18 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Kubus Tertutup Penghalang Kertas
Putih
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
284279 , 484
10 540717 , 8 10 6703 , 5
304 10 6703 , 5
10 6703 , 5
304 31
10 8 , 23 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
154921 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 6 , 21 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

72

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
939781 , 516
10 116621 , 9 10 6703 , 5
309 10 6703 , 5
10 6703 , 5
309 36
10 9 , 20 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
66411263 , 522
10 23521 , 9 10 6703 , 5
310 10 6703 , 5
10 6703 , 5
310 40
10 0 , 17 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

Hitam
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
6651717 , 471
10 3181696 , , 8 10 6703 , 5
302 10 6703 , 5
10 6703 , 5
302 29
10 2 , 21 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
231139 , 544
10 5979249 , 9 10 6703 , 5
313 10 6703 , 5
10 6703 , 5
313 40
10 7 , 18 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

73

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
219571 , 551
10 7211712 , 9 10 6703 , 5
314 10 6703 , 5
10 6703 , 5
314 41
10 6 , 17 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
39812939 , 562
10 97122 , 9 10 6703 , 5
316 10 6703 , 5
10 6703 , 5
316 43
10 2 , 15 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

Aluminium Pekat
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
664112 , 523
10 2352 , 9 10 6703 , 5
310 10 6703 , 5
10 6703 , 5
310 37
10 9 , 23 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
309368 , 537
10 475854 , 9 10 6703 , 5
312 10 6703 , 5
10 6703 , 5
312 39
10 8 , 21 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

74

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
231139 , 544
10 5979249 , 9 10 6703 , 5
313 10 6703 , 5
10 6703 , 5
313 40
10 3 , 20 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
21957146 , 551
10 721171216 , 9 10 6703 , 5
314 10 6703 , 5
10 6703 , 5
314 41
10 2 , 18 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

Aluminium Putih Mengkilap
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
94349 , 477
10 428892481 , 8 10 6703 , 5
303 10 6703 , 5
10 6703 , 5
303 30
10 2 , 24 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
154921 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 2 , 15 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

75

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
685604 , 503
10 882874 , 8 10 6703 , 5
307 10 6703 , 5
10 6703 , 5
307 34
10 8 , 14 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
280418 , 510
10 999178496 , 8 10 6703 , 5
308 10 6703 , 5
10 6703 , 5
308 35
10 4 , 13 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Kubus Terbuka Penghalang Kertas
Putih
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
154921 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 2 , 41 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
685604 , 503
10 882874 , 8 10 6703 , 5
307 10 6703 , 5
10 6703 , 5
307 34
10 0 , 24 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

76

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
280418 , 510
10 99917849 , 8 10 6703 , 5
308 10 6703 , 5
10 6703 , 5
308 35
10 8 , 22 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
664112 , 523
10 23521 , 9 10 6703 , 5
310 10 6703 , 5
10 6703 , 5
310 37
10 1 , 21 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Hitam
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
280418 , 510
10 99917849 , 8 10 6703 , 5
308 10 6703 , 5
10 6703 , 5
308 35
10 2 , 38 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
939781 , 516
10 116621361 , 9 10 6703 , 5
309 10 6703 , 5
10 6703 , 5
309 36
10 9 , 36 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

77

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
664112 , 523
10 23521 , 9 10 6703 , 5
310 10 6703 , 5
10 6703 , 5
310 37
10 3 , 35 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
309368414 , 537
10 475854336 , 9 10 6703 , 5
312 10 6703 , 5
10 6703 , 5
312 39
10 7 , 33 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Aluminium Pekat
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
94349 , 477
10 42889248 , 8 10 6703 , 5
303 10 6703 , 5
10 6703 , 5
303 30
10 9 , 36 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8795 , 496
10 65365 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 4 , 35 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

78

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
15492 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 9 , 33 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
685604 , 503
10 882874 , 8 10 6703 , 5
307 10 6703 , 5
10 6703 , 5
307 34
10 6 , 31 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
Aluminium Putih Mengkilap
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
284279 , 484
10 540717 , 8 10 6703 , 5
304 10 6703 , 5
10 6703 , 5
304 31
10 9 , 34 .
0 , 5
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
8795 , 496
10 65365 , 8 10 6703 , 5
305 10 6703 , 5
10 6703 , 5
305 32
10 8 , 33 .
5 , 6
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o

79

( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
15492 , 497
10 7677 , 8 10 6703 , 5
306 10 6703 , 5
10 6703 , 5
306 33
10 2 , 32 .
8
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
( ) ( )
( ) ( )
2
2
2
2
685604 , 503
10 882874 , 8 10 6703 , 5
307 10 6703 , 5
10 6703 , 5
307 34
10 4 , 31 .
10
9 4 8
4 4 8 4
4 8
3
m
W
m
W
m
W
m
W
K
K K T E
K
K C Temperatur
res Therms
Setting Power
=
=
= =
=
= =
O =
=

o
o
J. DATA HASIL PERCOBAAN
Bagian I : Kecepatan Radiasi dari Permukaan yang Berbeda
a. Kubus Tertutup Tanpa Penghalang
Power
Setting
Therms Res.
(10
3
)
Suhu (K)
Sisi/
Permukaan
Pembacaan
Sensor (10
-3
)V
Energi Radiasi
(W/m
2
)
5
6,5
8
10
8,9
7,2
6,7
5,1
293
305
307
308
Putih
10,8
12,4
14,0
16,1
417,90399
490,68795
503,685604
510,28048
5
6,5
8
10
6,2
5,6
5,2
4,4
303
304
309
312
Hitam
10,4
12,8
18,4
23,0
477,94349
484,284279
516,993978
537,309368

80

5
6,5
8
10
7,3
7,0
6,7
4,9
302
304
305
306
Aluminium
Pekat
11,4
12,1
13,7
19,6
471,66517
484,284279
496,8795
497,15492
5
6,5
8
10
8,4
7,4
6,7
5,4
302
306
307
309
Aluminium
Putih
Mengkilap
9,9
11,5
12,8
17,8
471,66517
497,15492
503,685604
516,939781

b. Kubus Terbuka Tanpa Penghalang
Power
Setting
Therms Res.
(10
3
)
Suhu (K)
Sisi/
Permukaan
Pembacaan
Sensor (10
-3
)V
Energi Radiasi
(W/m
2
)
5
6,5
8
10
22,5
20,3
19,1
17,5
306
309
310
312
Putih
9,1
9,6
10,1
11,3
497,154921
516,939781
523,66411
537,309368
5
6,5
8
10
21,8
20,2
19,7
19,1
317
318
320
322
Hitam
10,4
10,8
11,3
12,1
572,589112
579,848471
594,574049
609,578335
5
6,5
8
10
16,3
16
15,7
15,1
303
305
311
312
Aluminium
Pekat
9,5
10,6
11,8
12,3
477,94349
496,8795
530,45383
537,309368
5
6,5
8
10
16,1
15,8
15,4
15,1
306
310
311
312
Aluminium
Putih
Mengkilap
7,4
8,1
8,8
11,5
497,154921
523,66411
530,453834
537,309368



81

Bagian II : Penyebaran dan Penyerapan Radiasi Thermal
a. Kubus Tertutup Penghalang Kaca
Power
Setting
Therms Res.
(10
3
)
Suhu (K)
Sisi/
Permukaan
Pembacaan
Sensor (10
-3
)V
Energi Radiasi
(W/m
2
)
5
6,5
8
10
9,4
9,0
8,6
6,9
303
305
306
307
Putih
36,0
39,8
44,2
36,9
477,94349
496,8795
497,154921
503,685604
5
6,5
8
10
8,7
8,5
7,9
6,1
304
305
306
307
Hitam
36,7
39,5
49,5
52,2
484,284279
496,8795
497,15492
503,68560
5
6,5
8
10
9,2
8,7
8,3
7,1
303
304
306
307
Aluminium
Pekat
35,2
37,9
42,0
47,5
477,94349
484,284279
497,154921
503,68560
5
6,5
8
10
8,9
8,3
7,2
6,5
302
303
305
306
Aluminium
Putih
Mengkilap
32,4
39,1
43,7
47,3
471,66517
477,94349
496,8795
497,154921

b. Kubus Terbuka Penghalang Kaca
Power
Setting
Therms Res.
(10
3
)
Suhu (C)
Sisi/
Permukaan
Pembacaan
Sensor (10
-3
)V
Energi Radiasi
(W/m
2
)
5
6,5
8
10
27,6
26,7
24,2
21,3
303
304
305
306
Putih
7,8
9,2
11,3
11,9
477,94349
484,284279
496,8795
497,154921

82

5
6,5
8
10
23,8
23,4
21,3
19,5
304
305
306
307
Hitam
3,5
7,3
9,7
11,2
484,284279
496,8795
497,154921
503,68560
5
6,5
8
10
33,5
32,7
30,2
27,9
303
304
305
306
Aluminium
Pekat
8,7
9,5
11,6
14,3
477,94349
484,284279
496,8795
497,154921
5
6,5
8
10
26,9
19,1
18,7
18,2
302
303
305
306
Aluminium
Putih
Mengkilap
11,8
13,2
14,6
15,3
471,66517
477,94349
496,8795
497,15492

c. Kubus Tertutup Penghalang Kertas
Power
Setting
Therms Res.
(10
3
)
Suhu (K)
Sisi/
Permukaan
Pembacaan
Sensor (10
-
3
)V
Energi Radiasi
(W/m
2
)
5
6,5
8
10
23,8
21,6
20,9
17,0
304
306
309
313
Putih
7,5
11,5
13,0
10,7
484,284279
497,154921
516,939781
522,66411
5
6,5
8
10
21,2
18,7
17,6
15,2
302
313
314
316
Hitam
11,8
12,3
13,5
14,3
471,66517
544,231139
551,219571
562,398129
5
6,5
8
10
23,9
21,8
20,3
18,2
310
312
313
314
Aluminium
Pekat
7,3
8,1
10,7
13,5
523,664112
537,309368
544,231139
551,219571

83

5
6,5
8
10
24,2
15,2
14,8
13,7
303
306
307
308
Aluminium
Putih
Mengkilap
7,8
9,2
10,7
12,3
477,94349
497,154921
503,68560
510,280418

d. Kubus Terbuka Penghalang Kertas
Power
Setting
Therms Res.
(10
3
)
Suhu (K)
Sisi/
Permukaan
Pembacaan
Sensor (10
-3
)V
Energi
Radiasi
(W/m
2
)
5
6,5
8
10
41,2
24,0
22,8
21,1
306
307
308
310
Putih
7,5
14,3
15,7
18,6
497,154921
503,685604
510,280418
523,664112
5
6,5
8
10
38,2
36,9
35,3
33,7
308
309
310
312
Hitam
8,8
14,9
15,7
18,6
510,280418
516,939781
523,664112
537,309368
5
6,5
8
10
36,9
35,4
33,9
31,6
303
305
306
307
Aluminium
Pekat
11,9
13,3
16,9
19,4
477,94349
496,8795
497,15492
503,68560
5
6,5
8
10
34,9
33,8
32,2
31,4
304
305
306
307
Aluminium
Putih
Mengkilap
9,3
9,7
12,6
14,8
484,284279
496,8795
497,15492
503,68560

K. Grafik Hubungan Antara Energi Radiasi terhadap Temperatur
Bagian I: Kecepatan Radiasi dari Permukaan yang Berbeda.
Kubus tertutup tanpa penghalang


84

Putih

Hitam








y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

85

Aluminium pekat

Aluminium mengkilap








y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

86

Kubus terbuka tanpa penghalang
Putih

Hitam







y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

87

Aluminium pekat

Aluminium mengkilap








y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

88

Kubus tertutup penghalang kaca
Putih

Hitam







y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

89

Aluminium pekat

Aluminium mengkilap








y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

90

Kubus terbuka penghalang kaca
Putih

Hitam








y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.0647x - 14.817
R = 1
4.8
4.85
4.9
4.95
5
5.05
303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5 307 307.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

91

Aluminium pekat

Aluminium mengkilap









y = 0.064x - 14.624
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
302.5 303 303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.0638x - 14.542
R = 1
4.7
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
301 302 303 304 305 306 307
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

92

Kubus tertutup penghalang kertas
Putih

Hitam









y = 0.0667x - 15.426
R = 0.9998
4.8
4.9
5
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
302 304 306 308 310 312 314
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.0703x - 16.552
R = 1
5.35
5.4
5.45
5.5
5.55
5.6
5.65
5.7
311 312 313 314 315 316 317
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

93

Aluminium pekat

Aluminium mengkilap









y = 0.0688x - 16.105
R = 1
5.2
5.25
5.3
5.35
5.4
5.45
5.5
5.55
309 310 311 312 313 314 315
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.0646x - 14.79
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
5.05
5.1
5.15
302 303 304 305 306 307 308 309
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

94

Kubus terbuka penghalang kertas
Putih



Hitam










y = 0.0663x - 15.323
R = 1
4.95
5
5.05
5.1
5.15
5.2
5.25
305 306 307 308 309 310 311
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.0676x - 15.724
R = 1
5.05
5.1
5.15
5.2
5.25
5.3
5.35
5.4
307 308 309 310 311 312 313
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

95

Aluminium pekat



Aluminium mengkilap



L. Interpretasi Grafik dan Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar suhu
atau temperatur suatu bahan, maka tenaga atau energi radiasi yang
dipancarkan juga semakin besar. Juga dapat dilihat bahwa untuk
obyek/permukaan yang berbeda pada temperatur yang hampir sama,
jumlah energi radiasi yang dipancarkan pun berbeda. Hal ini menunjukkan
y = 0.0643x - 14.707
R = 1
4.75
4.8
4.85
4.9
4.95
5
5.05
302 303 304 305 306 307 308
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E
y = 0.0647x - 14.817
R = 1
4.8
4.85
4.9
4.95
5
5.05
303.5 304 304.5 305 305.5 306 306.5 307 307.5
E
n
e
r
g
i

R
a
d
i
a
s
i

(
1
0
2


W
)

Temperatur (K)
Grafik Hubungan T dan E

96

bahwa permukaan suatu benda juga ikut berperan serta dalam menentukan
pancaran energi radiasi. Pada kubus radiasi, hal ini disebabkan oleh karena
panas yang ada dalam kubus diserap oleh masing-masing permukaan
dengan daya serap yang berbeda-beda, sehingga panas yang diradiasikan
kembali oleh masing-masing permukaan juga berbeda.
Dari percobaan kedua pun dapat dilihat bahwa tedapat bahan-bahan
tertentu yang dapat menghalangi pancaran radiasi, seperti halnya kaca
yang digunakan dalam percobaan ini, bila dibandingkan dengan kertas.
M. Kesimpulan
1. Besar radiasi yang dipancarkan oleh setiap permukaan tergantung pada
temperatur bahan tersebut.
2. Dengan melihat perubahan suhu setiap permukaan yang semakin
meningkat, maka radiasi yang dipancarkan juga semakin meningkat.
3. Pada temperatur yang hampir sama untuk obyek yang berbeda, pancaran
energi radiasinya pun berbeda.
4. Radiasi yang dipancarkan oleh setiap benda sebanding denagan pangkat
empat temperatur mutlak benda tersebut.
5. Benda atau permukaan yang berwarna hitam merupakan penyerap panas
atau kalor yang baik.
6. Kaca merupakan salah satu bahan penghalang radiasi yang paling
efektif.

N. Kemungkinan Kesalahan
1. Posisi atau jarak sensor radiasi yang tidak sama untuk setiap permukaan
pada saat pengambilan data, sehingga mempengaruhi keakuratan data
yang diperoleh.
2. Pengambilan data yang dilakukan ketika kubus belum mencapai
keseimbangan termal, sehingga data yang diperoleh tidak akurat.
3. Adanya intensitas lain atau energi lain yang masuk, sehingga
mempengaruhi pembacaan oleh sensor radiasi.


97

O. Daftar Pustaka
Resnic, Robert dan Halliday, David. 1996. Fisika Jilid 2 Edisi Ketiga
(terjemahan Pantur Silaban, Ph.D dan Drs. Erwin Sucipto), Jakarta:
Erlangga
Sears, Francis Weston dan Zemansky, Mark W., 1985. Fisika Untuk
Universitas 1 Mekanika Panas dan Bunyi (saduran oleh Ir. Soedjana
dan Drs. Amir Achmad) Jakarta: Binacipta.
Kusminarto. 2011. Esensi Fisika Modern. Yogyakarta: Andi
http://pembelajar9993.wordpress.com/2012/04/10/eksperimen-stefan-
boltzmann/(diakses pada tanggal 13 Desember 2012 pukul 15.50
WITA)
http://www.scribd.com/doc/30100366/EKSPERIMEN-FISIKA-RADIASI-
TERMAL (diakses pada tanggal 13 Desember 2012 pukul 15.20 WITA)

TOPIK V

PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I



HUKUM STEFAN-BOLTZMAN
(SUHU TINGGI)









DISUSUN OLEH
NAMA : Adib Pahrudin
NIM : 421 410 014
KELOMPOK : I (Satu)
KAWAN KERJA : Melinda I Usman
Nikmariski Wadipalapa








JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2O12

98

A. Topik :
TETAPAN STEFAN BOLTZMAN
(SUHU TINGGI)

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan pada percobaan ini adalah :
1. Berapakah nilai ketentuan/besarnya radiasi yang benar-benar proporsional
pada besarnya pangkat empat temperatur?
2. Berapakah nilai temperatur filamen pada masing-masing perubahan
tegangan?
3. Bagaimanakah grafik hubungan antara radiasi terhadap T
4
?

C. Tujuan
1. Menentukan kekuatan/besarnya radiasi yang benar-benar proporsional
pada besarnya pangkat empat temperatur.
2. Menentukan temperatur filamen pada masing-masing perubahan tegangan.
3. Menentukan grafik hubungan antara radiasi terhadap T
4
.

D. Landasan Teori
Radiasi adalah Perpindahan energi yang terjadi melalui suatu medium
perantara bisa solid maupun liquid, bisa juga melalui medium ruang hampa.
Benda yang mudah menyerap radiasi akan mudah pula memancarkan radiasi.
Benda yang yang dapat menyerap seluruh radiasi yang diterimanya dan
memancarkan seluruh radiasi yang dikeluarkannya disebut sebagai Benda
Hitam. Benda hitam dimodelkan sebagai suatu rongga dengan celah bukaan
yang sangat kecil. Jika ada radiasi yang masuk ke dalam rongga melalui lubang,
radiasi tersebut akan dipantulkan berulang-ulang oleh dinding dalam rongga
hingga terserap (terabsorpsi) habis energinya. Dinding rongga terus menerus
mengabsorpsi radiasi dan memancarkannya, dan sifat radiasi inilah yang
menarik.

99

(http://pembelajar9993.wordpress.com/2012/04/10/eksperimen-stefan-
boltzmann/)
Kemampuan radiasi suatu benda sangat berhubungan dengan kemampuan
benda tersebut untuk mengabsorbsi/menyerap radiasi. Hal ini memang
diharapkan, karena benda pada temperatur konstan berada dalam kesetimbangan
termal dengan sekelilingnya, dan harus mengabsorbsi energi dari sekelilingnya
dengan laju yang sama seperti pancaran (emisi) energi benda itu.
Berdasarkan hukum StefanBoltzman diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa energi R yang diradiasikan oleh suatu benda setiap detik per satuan luas
sebanding atau berbanding lurus dengan T
4
. sedangkan emisivitas e bergantung
pada sifat permukaan radiasi dan berkisar antara 0 untuk pemantulan sempurna
yang tidak meradiasi, hingga 1 untuk benda hitam. Beberapa harga tipikal dari e
adalah 0,07 untuk baja halus, 0,6 untuk kuningan dan tembaga oksidasi serta
0,97 untuk bahan zat hitam.
(Agus purwanto,2006:4-5)
Dalam fisika modern rumus StefanBoltzman yaitu :

( )


Dengan


(Siregar,2010:34)
Radiasi yang dipancarkan suatu benda biasa tidak hanya bergantung
padasuhu, tetapi juga pada sifat-sifat lainnya, seperti rupa benda, sifat
permukaannyadan bahan pembuatnya. Tetapi untuk praktikum kali ini, kita tidak
akan meninjaubenda biasa, tetapi benda yang permukaannya yang sama sekali hitam
(bendahitam / Black Body). Jika sebuah benda sama sekali hitam, maka cahaya yang jatuh
padanya tidak ada yang dia pantulkan. Pada radiasi termal ini, permukaanideal
dalam pengkajian perpindahan kalor radiasi adalah benda hitam tersebutdengan
nilai emisivitas ( =1), benda hitam ini memiliki kemampuan menyerap
danmemancarkan panas paling sempurna, jadi benda hitam ini menyerap
semuaradiasi termal yang menimpanya, betapapun dia karakteristik spectrum

100

dankarakteristik arahnya. Kalau secara umum untuk kebanyakan benda ( < 1).
Menurut Stephen Bolzman, energy radiasi yang dipancarkan oleh prermukaan
benda.
(http://www.scribd.com/doc/30100366/EKSPERIMEN-FISIKA-RADIASI-
TERMAL)
Benda dengan suhu utlak lebih tinggi dari 0 K(suhu terendah yang mungkin
terealisasi dalam fisika). memancarkan radiasi elektromagnetik yang membawa
energy.spektrum frekwensi radiasi demikian bersifat continue. Stefan
(1879)menunjukan rumus empiris mengenai energy yang dipancarkan oleh suatu
benda pada suhu T sebagai:



Dengan :

yang dipancarkan persatuan luas





(Kusminarto,2011:25)

E. Alat dan Bahan
1. Radiator sensor
2. Ohmmeter
3. Power supply
4. Milivoltmeter
5. Amperemeter
6. Stefan-bolzman lamp
7. Termometer






101

F. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu, sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau
ditetapkan, dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya. Adapun
variabel bebas pada percobaan ini adalah:
Tegangan, disimbolkan dengan V merupakan nilai yang diperoleh dari
pembacaan atau pengaturan pada power supply, yang dalam percobaan
ini divariasikan dari nilai 1 volt sampai 12 volt.

2. Variabel terikat
Variabel terikat yaitu, sesuatu yang nilainya dipengaruhi oleh nilai dari
varibel bebas. Adapun variabel terikat pada percobaan ini yaitu:
Kuat arus, disimbolkan dengan I yang nilainya diperoleh melalui
pengaturan tegangan pada power supply, dan diukur dengan
menggunakan multimeter digital pada batas skala pengukuran 20 A.
Adapun kuat arus ini mempunyai satuan ampere.
Tegangan radiasi filamen lampu, yang nilainya diperoleh atau
diukur dengan menggunakan multimeter digital pada batas skala
pengukurang 400 mV, yang dihubungkan langsung dengan sensor
radiasi.
Temperatur filamen, disimbolkan dengan T yang nilainya diperoleh
dengan menggunakan persamaan ref
ref
ref
T
R x
R R
T


Resistansi filamen, disimbolkan dengan R yang nilainya diperoleh
melalui persamaan R = V/I
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol yaitu, sesuatu yang nilainya sebagai pengontrol
variabel terikat bebas selama percoban dilakukan. Adapun variabel kontrol
dalam percobaan ini yaitu :

102

Jarak sensor radiasi yang diukur dengan menggunakan mistar
dengan jarak 6 sentimeter (5 cm) dari permukaan filamen lampu Stefan
Boltzman.
Temperatur ruangan, yang disimbolkan dengan T
ref
yang nilainya
diukur dengan menggunakan termometer ruangan/dinding.
Hambatan mula-mula lampu Stefan Boltzman, disimbolkan
dengan R
ref
besarnya diukur dengn menggunakan multimeter digital
pada batas skala pengukuran 40 ohm.

G. Prosedur Kerja
1. Menghidupkan lampu tetapi sebelumnya mengukur T
ref
dalam ruangan
dalam derajat kelvin dan R
ref
resistensi dari frekuensi dari stefan-
boltzman lamp pada suhu ruangan/kamar, kemudian mencatat hasilnya.
2. Merangkai peralatan seperti dalam skema yang ditunjukkan dibawah ini :










Voltmeter harus dihubungkan dengan tiang penopang dari stefan-
boltzman lamp. Sensor harus sama tinggi dengan filament, permukaan
sensor berjarak 6 cm dari filament. Sudut untuk memasukkan termopile
harus dengan tidak menghalangi bagian-bagian lain dari lampu.
3. Menghidupkan power supply mengatur tegangan volt untuk masing-
masing pengaturan pada tabel dan mencatat I (arus dari hasil pembaca
pada milivoltmeter).

103

Tabel Hasil Pengukuran
T
ref
=.
0
C
R
ref
=..
Tegangan (volt) Arus (ampere) Rad (mV)
1
2
3
Dst


H. Teknik Analisis Data
Untuk perhitungan hambatan atau resistansi filamen pada setiap pengaturan
tegangan dihitung melalui persamaan R =

, dan untuk mencari nilai


temperatur filamen dengan menggunakan persamaan



I. Tabel Hasil Pengukuran
T
ref
= 28
0
C = 302 K
R
ref
= 0,7
Tegangan (Volt) Kuat Arus (mA) Rad (mV)
5
6
7
8
9
10
11
12
0,3
0,32
0,35
0,37
0,39
0,41
0,43
0,45
0,8
0,8
1,1
1,4
1,6
1,9
2,3
2,7




104

H. Pengolahan Data, Grafik dan Interpretasi Grafik
Pengolahan Data
1. Tegangan Input
V
1
= 5 Volt
V
1
= Akurasi Catu Daya x V
1

= 0,005 x 5 Volt
= 0,025 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V
1
V
1
) = (5,000 0,025) Volt

V
2
= 6 Volt
V
2
= Akurasi Catu Daya x V
2

= 0,005 x 6 Volt
= 0,03 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V
2
V
2
) = (6,000 0,030) Volt

V
3
= 7 Volt
V
3
= Akurasi Catu Daya x V
3

= 0,005 x 7 Volt
= 0,035 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V
3
V
3
) = (7,000 0,035) Volt

V
4
= 8 Volt
V
4
= Akurasi Catu Daya x V
4

= 0,005 x 8 Volt
= 0,04 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V
4
V
4
) = (8,000 0,040) Volt

V
5
= 8 Volt
V
5
= Akurasi Catu Daya x V
5

= 0,005 x 9 Volt
= 0,045 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V
5
V
5
) = (9,000 0,045) Volt

V
6
= 10 Volt
V
6
= Akurasi Catu Daya x V
6

= 0,005 x 10 Volt
= 0,05 Volt
KR =

x 100%

105

=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V
6
V
6
) = (1,000 0,005) 10
1
Volt

V
7
= 11 Volt
V
7
= Akurasi Catu Daya x V
7

= 0,005 x 11 Volt
= 0,055 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V
7
V
7
) = (1,100 0,006) 10
1
Volt

V
8
= 12 Volt
V
8
= Akurasi Catu Daya x V
8

= 0,005 x 12 Volt
= 0,06 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V
8
V
8
) = (1,200 0,006) 10
1
Volt

2. Kuat Arus
I
1
= 0,0003 A
I
1
= Akurasi Amperemeter x I
1
= 0,001 x 0,0003 A
= 0,0000003 A
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,1% (4 AP)
(I
1
I
1
) = (3,000 0,003) 10
-4
A

I
2
= 0,00032 A
I
2
= Akurasi Amperemeter x I
2
= 0,001 x 0,00032 A
= 0,00000032 A
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,1% (4 AP)
(I
2
I
2
) = (3,200 0,003) 10
-4
A

I
3
= 0,00035 A
I
3
= Akurasi Amperemeter x I
3
= 0,001 x 0,00035 A
= 0,00000035 A
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,1% (4 AP)
(I
3
I
3
) = (3,500 0,004) 10
-4
A

I
4
= 0,00037 A
I
4
= Akurasi Amperemeter x I
4
= 0,001 x 0,00037 A
= 0,00000037 A

106

KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,1% (4 AP)
(I
4
I
4
) = (3,700 0,004) 10
-4
A

I
5
= 0,00039 A
I
5
= Akurasi Amperemeter x I
5
= 0,001 x 0,00039 A
= 0,00000039 A
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,1% (4 AP)
(I
5
I
5
) = (3,900 0,004) 10
-4
A

I
6
= 0,00041 A
I
6
= Akurasi Amperemeter x I
6
= 0,001 x 0,00041 A
= 0,00000041 A
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,1% (4 AP)
(I
6
I
6
) = (4,100 0,004) 10
-4
A

I
7
= 0,00043 A
I
7
= Akurasi Amperemeter x I
7
= 0,001 x 0,00043 A
= 0,00000043 A
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,1% (4 AP)
(I
7
I
7
) = (4,300 0,004) 10
-4
A

I
8
= 0,00045 A
I
8
= Akurasi Amperemeter x I
8
= 0,001 x 0,00045 A
= 0,00000045 A
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,1% (4 AP)
(I
8
I
8
) = (4,500 0,004) 10
-4
A

3. Rad (mV)
Rad
1
= 0,0008 Volt
Rad
1
= Akurasi Voltmeter x Rad
1
= 0,005 x 0,0008 Volt
= 0,000004 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
1
Rad
1
) = (8,000 0,040) 10
-4
V

Rad
2
= 0,0009 Volt
Rad
2
= Akurasi Voltmeter x Rad
2
= 0,005 x 0,0009 Volt

107

= 0,0000045 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
2
Rad
2
) = (9,000 0,045) 10
-4
V

Rad
3
= 0,0011 Volt
Rad
3
= Akurasi Voltmeter x Rad
3
= 0,005 x 0,0011 Volt
= 0,0000055 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
3
Rad
3
) = (1,100 0,006) 10
-3
V

Rad
4
= 0,0014 Volt
Rad
4
= Akurasi Voltmeter x Rad
4
= 0,005 x 0,0014 Volt
= 0,000007 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
4
Rad
4
) = (1,400 0,007) 10
-3
V

Rad
5
= 0,0016 Volt
Rad
5
= Akurasi Voltmeter x Rad
5
= 0,005 x 0,0016 Volt
= 0,000008 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
5
Rad
5
) = (1,600 0,008) 10
-3
V

Rad
6
= 0,0019 Volt
Rad
6
= Akurasi Voltmeter x Rad
6
= 0,005 x 0,0019 Volt
= 0,0000095 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
6
Rad
6
) = (1,900 0,010) 10
-3
V

Rad
7
= 0,0023 Volt
Rad
7
= Akurasi Voltmeter x Rad
7
= 0,005 x 0,0023 Volt
= 0,0000115 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
7
Rad
7
) = (2,300 0,012) 10
-3
V

Rad
8
= 0,0027 Volt
Rad
8
= Akurasi Voltmeter x Rad
8
= 0,005 x 0,0027 Volt

108

= 0,0000135 Volt
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
8
Rad
8
) = (2,700 0,014) 10
-3
V
















4. Hambatan (resistansi) filamen
R
1
=

= 2,667
R
1
=

x R
1

=

x 2,667


=

x 2,667
= 0,005099 x 2,667
= 0,0136
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(R
1
R
1
) = (2,667 0,014)

R
2
=

= 2,812
R
2
=

x R
2


109

=

x 2,812


=

x 2,812
= 0,005099 x 2,812
= 0,0143
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(R
2
R
2
) = (2,812 0,014)

R
3
=

= 3,143
R
3
=

x R
3

=

x 3,143


=

x 3,143
= 0,005099 x 3,143
= 0,0160
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP
(R
3
R
3
) = (3,143 0,016)

R
4
=

= 3,784
R
4
=

x R
4


110

=

x 3,784


=

x 3,784
= 0,005099 x 3,784
= 0,0193
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(R
4
R
4
) = (3,784 0,019)

R
5
=

= 4,102
R
5
=

x R
5

=

x 4,102


=

x 4,102
= 0,005099 x 4,102
= 0,0209
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(R
5
R
5
) = (4,102 0,021)

R
6
=

= 4,634
R
6
=

x R
6


111

=

x 4,634


=

x 4,634
= 0,005099 x 4,634
= 0,0236
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(R
6
R
6
) = (4,634 0,024)


R
7
=

= 5,348
R
7
=

x R
7

=

x 5,348

=

x 5,348
= 0,005099 x 5,348
= 0,0273
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(R
7
R
7
) = (5,348 0,027)

R
8
=

= 6
R
8
=

x R
8


112

=

x 6

=

x 6
= 0,005099 x 6
= 0,0306
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(R
8
R
8
) = (6,000 0,031)


5. Temperatur filamen (T
ref
)
= 0,0045 K
-1

R
ref
= 0,7
R
ref
= 0,007
R
1
= 2,667
R
1
= 0,0136
T
ref
= 301 K
T
ref
=

)(

x 1

K = 0,5 K
T =

+ T
ref

=


+ 301
= 925,44 K
T =

x T

113

=

x 925,44
=

x 925,44
=

x 925,44
= 0,01136 x 925,44
= 10,513 K
KR =

x 100%
=

x 100%
= 1,1% (3 AP)
(T T) = (9,25 0,11) 10
2
K


= 0,0045 K
-1

R
ref
= 0,7
R
ref
= 0,007
R
2
= 2,812
R
2
= 0,0143
T
ref
= 301 K
T
ref
=

)(

x 1

K = 0,5 K
T =

+ T
ref

=


+ 301
= 971,48 K
T =

x T

114

=

x 971,48
=

x 971,48
=

x 971,48
= 0,01136 x 971,48
= 11,036 K
KR =

x 100%
=

x 100%
= 1,1% (3 AP)
(T T) = (9,71 0,11) 10
2
K


= 0,0045 K
-1

R
ref
= 0,7
R
ref
= 0,007
R
3
= 3,143
R
3
= 0,0160
T
ref
= 301 K
T
ref
=

)(

x 1

K = 0,5 K
T =

+ T
ref

=


+ 301
= 1076,56 K
T =

x T
=

x 1076,56

115

=

x 1076,56
=

x 1076,56
= 0,01136 x 1076,56
= 12,229 K
KR =

x 100%
=

x 100%
= 1,1% (3 AP)
(T T) = (1,08 0,01) 10
3
K


= 0,0045 K
-1

R
ref
= 0,7
R
ref
= 0,007
R
4
= 3,784
R
4
= 0,0193
T
ref
= 301 K
T
ref
=

)(

x 1

K = 0,5 K
T =

+ T
ref

=


+ 301
= 1280,05 K
T =

x T
=

x 1280,05
=

x 1280,05
=

x 1280,05

116

= 0,01136 x 1280,05
= 14,541 K
KR =

x 100%
=

x 100%
= 1,1% (3 AP)
(T T) = (1,28 0,01) 10
3
K


= 0,0045 K
-1

R
ref
= 0,7
R
ref
= 0,007
R
5
= 4,102
R
5
= 0,0209
T
ref
= 301 K
T
ref
=

)(

x 1

K = 0,5 K
T =

+ T
ref

=


+ 301
= 1381 K
T =

x T
=

x 1381
=

x 1381
=

x 1381
= 0,01136 x 1381
= 15,688 K

117

KR =

x 100%
=

x 100%
= 1,1% (3 AP)
(T T) = (1,38 0,02) 10
3
K


= 0,0045 K
-1

R
ref
= 0,7
R
ref
= 0,007
R
6
= 4,634
R
6
= 0,0236
T
ref
= 301 K
T
ref
=

)(

x 1

K = 0,5 K
T =

+ T
ref

=


+ 301
= 1549,89 K
T =

x T
=

x 1549,89
=

x 1549,89
=

x 1549,89
= 0,01136 x 1549,89
= 17,608 K
KR =

x 100%

118

=

x 100%
= 1,1% (3 AP)
(T T) = (1,55 0,02) 10
3
K


= 0,0045 K
-1

R
ref
= 0,7
R
ref
= 0,007
R
7
= 5,348
R
7
= 0,0273
T
ref
= 301 K
T
ref
=

)(

x 1

K = 0,5 K
T =

+ T
ref

=


+ 301
= 1776,56 K
T =

x T
=

x 1776,56
=

x 1776,56
=

x 1776,56
= 0,01136 x 1776,56
= 20,182 K
KR =

x 100%
=

x 100%
= 1,1% (3 AP)

119

(T T) = (1,78 0,02) 10
3
K


= 0,0045 K
-1

R
ref
= 0,7
R
ref
= 0,007
R
8
= 6
R
8
= 0,0306
T
ref
= 301 K
T
ref
=

)(

x 1

K = 0,5 K
T =

+ T
ref

=


+ 301
= 1983,54 K
T =

x T
=

x 1983,54
=

x 1983,54
=

x 1983,54
= 0,01136 x 1983,54
= 22,533 K
KR =

x 100%
=

x 100%
= 1,1% (3 AP)
(T T) = (1,98 0,02) 10
3
K



120

Tabel Hasil-Hasil Perhitungan

R () T.10
2
(K) T
4
.10
8
(K
4
)
(2,667 0,014)
(2,812 0,014)
(3,143 0,016)
(3,784 0,019)
(4,102 0,021)
(4,634 0,024)
(5,348 0,027)
(6,000 0,031)
9,2544
9,7148
10,7656
12,8005
13,81
15,4989
17,7656
19,8354
7334,881
8907,082
13432,379
26847,740
36372,631
57703,679
99613,802
154797,468


Tabel Hasil Perhitungan Lainnya Dalam Angka Penting
(V V) V (I I) x 10
-4
A (Rad Rad) x 10
-4
V
(5,000 0,025)
(6,000 0,030)
(7,000 0,035)
(8,000 0,040)
(9,000 0,045)
(10,00 0,050)
(11,00 0,060)
(12,00 0,060)
(3,000 0,003)

(3,200 0,003)
(3,500 0,004)
(3,700 0,004)
(3,900 0,004)
(4,100 0,004)
(4,300 0,004)
(4,500 0,004)
(8,000 0,040)

(9,000 0,045)
(11,00 0,060)
(14,00 0,070)
(16,00 0,080)
(19,00 0,100)
(23,00 0,120)
(27,00 0,140)












121


(R R) (T T).10
3
K
(2,667 0,014)
(2,812 0,014)
(3,143 0,016)
(3,784 0,019)
(4,102 0,021)
(4,634 0,024)
(5,348 0,027)
(6,000 0,031)
(9,25 0,11) 10
2
(9,71 0,11) 10
2

(10,8 0,10) 10
2

(1,28 0,01) 10
2

(1,38 0,02) 10
2

(1,55 0,02) 10
2

(1,78 0,02) 10
2

(1,98 0,02) 10
2



Grafik





Interpretasi Grafik
Berdasarkan grafik diatas nampak jelas bahwa hubungan antara pangkat empat
temperatur suhu mutlak lampu Stefan Boltzman (T
4
) berbanding lurus dengan
tegangan sensor radiasi (Rad. V). Hal ini menandakan bahwa pancaran radiasi suatu
y = 0.1249x + 9.5536
R = 0.9273
0
5
10
15
20
25
30
35
0 50 100 150 200
(
R
a
d
)

x

1
0
-
2

V

(T
4
) x10
11
K
4

Hubungan Antara Pangkat Empat Temperatur
Dengan Tegangan Sensor Radiasi

122

benda dalam keadaan bagaimanapun tergantung pada temperatur benda tersebut.
Dan diperoleh persamaan regresinya sebesar y = 0,1249x + 9,5536 dengan regresi
sebesar R = 0,9273.
I. Kesimpulan
Semakin besar tegangan yang diberikan, maka semakin besar pula
temperatur filamen lampu stefan Boltzman.
Semakin besar temperatur dari suatu benda, maka tegangan radiasi dari
benda tersebut akan bertambah.
Pada setiap perubahan nilai tegangan, maka nilai temperatur juga semakin
bertambah.

J. Kemungkinan Kesalahan
Kurang stabilnya tegangan listrik ketika proses pengambilan data
dilakukan, sehingga mempengaruhi hasil pengukuran dan keakuratan
data.
Kurang telitinya praktikan dalam membaca nilai atau angka hasil
pengukuran yang sering berfluktuasi, sehingga data yang diperoleh
kurang akurat.
K. Daftar Pustaka
Purwanto,Agus. 2006. Fisika Kuantum. Jogjakarta: Gavamedia
Kusminarto.2011.Esensi Fisika Modern. Yogyakarta:Andi.
Siregar,Rustam E. 2010.teori dan aplikasi fisika kuantum. Bandung: Widya
Pajajaran.
http://pembelajar9993.wordpress.com/2012/04/10/eksperimen-stefan-
boltzmann/(diakses pada tanggal 13 Desember 2012 pukul 15.50 WITA)
http://www.scribd.com/doc/30100366/EKSPERIMEN-FISIKA-RADIASI-
TERMAL (diakses pada tanggal 13 Desember 2012 pukul 15.20 WITA)
TOPIK VI

PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I



HUKUM STEFAN-BOLTZMAN
(SUHU RENDAH)









DISUSUN OLEH
NAMA : Adib Pahrudin
NIM : 421 410 014
KELOMPOK : I (Satu)
KAWAN KERJA : Melinda I Usman
Nikmarizki Wadipalapa








JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2O12

123

A. Topik :
HUKUM STEFAN BOLTZMAN
(SUHU RENDAH)

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan pada percobaan ini adalah :
1. Bagaimanakah relasi Stefan-Boltzman pada suhu rendah ?
2. Bagaimanakah hubungan antara tegangan radiasi (radiasi termal) dengan
temperatur ?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan percobaan ini adalah :
1. Mengetahui hubungan antara radiasi termal dengan temperatur.
2. Mengetahui hubungan antara tegangan radiasi dengan temperatur.
3. Mengetahui relasi stefan-Boltzman pada suhu rendah.

D. Landasan Teori
Jika suatu benda hitam memancarkan kalor, maka intensitas pemancaran
kalor tersebut sebanding-laras dengan pangkat empat dari temperatur absolut.
Pernyataan tersebut merupakan bunyi hukum stefan boltzman.
(http://pembelajar9993.wordpress.com/2012/04/10/eksperimen-stefan-
boltzman)
Dalam fisika modern rumus StefanBoltzman yaitu :

( )


Dengan


(Siregar,2010:34)
Radiasi atau sinaran merupakan perpindahan kalor melalui
fenomenagelombang elektromagnetik yang digunakan untuk berbagai proses.
Radiasitermal didefinisikan sebagai bagian spectrum yang mempunyai
panjanggelombang antara 1 x 10
-7
m dan 1 x

10
-4
m.

Atau sering kita dengar

124

sebagai energy yang dipancarkan oleh sebuah benda atau permukaan karena
temperature yang dimilikinya. Radiasi termal ini akan dipancarkan oleh benda
panas dalam bantuk gelombang elektromagnetik Benda-benda yang mudah
menyerap panas maka juga mudah memancarkan panas.
(http://www.scribd.com/doc/30100366/EKSPERIMEN-FISIKA-RADIASI-
TERMAL)
Kemampuan radiasi suatu benda sangat berhubungan dengan kemampuan
benda tersebut untuk mengabsorbsi/menyerap radiasi. Hal ini memang
diharapkan, karena benda pada temperatur konstan berada dalam kesetimbangan
termal dengan sekelilingnya, dan harus mengabsorbsi energi dari sekelilingnya
dengan laju yang sama seperti pancaran (emisi) energi benda itu.
Berdasarkan hukum StefanBoltzman diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa energi R yang diradiasikan oleh suatu benda setiap detik per satuan luas
sebanding atau berbanding lurus dengan T
4
. sedangkan emisivitas e bergantung
pada sifat permukaan radiasi dan berkisar antara 0 untuk pemantulan sempurna
yang tidak meradiasi, hingga 1 untuk benda hitam. Beberapa harga tipikal dari e
adalah 0,07 untuk baja halus, 0,6 untuk kuningan dan tembaga oksidasi serta
0,97 untuk bahan zat hitam.
(Purwanto,2006:4-5)
Benda dengan suhu mutlak lebih tinggi dari 0 K(suhu terendah yang
mungkin terealisasi dalam fisika). memancarkan radiasi elektromagnetik yang
membawa energy.spektrum frekwensi radiasi demikian bersifat continue. Stefan
(1879)menunjukan rumus empiris mengenai energy yang dipancarkan oleh suatu
benda pada suhu T sebagai:



Dengan :

yang dipancarkan persatuan luas





(Kusminarto,2011:25)

125

E. Alat-alat
1. Sensor radiasi
2. Kubus radiasi termal
3. Ohmmeter
4. Voltmeter (0-12 V)
5. Termometer

F. Variabel dan definisi Operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu, sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau
ditetapkan, dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya. Adapun
variabel bebas pada percobaan ini adalah:
a. Permukaan kubus radiasi yang terdiri dari empat permukaan yang
berbeda yaitu warna hitam, aluminium pekat, aluminium mengkilap,
dan permukaan yang berwarna putih.
b. Power setting, dimana dalam percobaan ini nilai power setting
divariasikan dari 5.0; 6.5; 8.0 dan 10.0.
2. Variabel terikat
Variabel terikat yaitu, sesuatu yang nilainya dipengaruhi oleh nilai dari
varibel bebas. Adapun variabel bebas pada percobaan ini yaitu:
a. Thermal resistivitas (hambatan panas, yaitu hambatan suatu kubus
zat dengan sisi-sisi sebesar satu satuan panjang. Dimana resistivitas
kubus ini diperoleh dengan adanya perubahan nilai power setting, yang
besarnya diukur dengan menggunakan alat ukur berupa ohm
meter/multimeter digital. Nilai thermal resistivitas ini mempunyai
satuan ohm ().
b. Temperatur (T), yaitu ukuran derajat panas suatu benda atau ukuran
keadaan benda yang menentukan kecepatan benda tersebut dalam
menerima atau melepaskan kalor terhadap sekelilingnya yang
keadaannya bebrbeda dengan benda tersebut. Dimana dalam percobaan
ini temperatur kubus diperoleh dengan menyamakan nilai hambatan

126

yang terbaca pada tabel yang berada pada badan kubus radiasi dan
mempunyai satuan
0
C.
c. Energi radiasi termal yang disimbolkan dengan E yaitu pemancaran
atau perambatan energi oleh suatu bahan atau materi dalam bentuk
gelombang elektromanetik yang besarnya diperoleh melalui persamaan
E = T
4
dan mempunyai satuan watt/m
2
.
d. Tegangan sensor radiasi, yang nilainya diperoleh dengan
menggunakan multimeter digital, disimbolkan dengan V dan
mempunyai satuan mV.
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol yaitu, sesuatu yang nilainya sebagai pengontrol
variabel terikat bebas selama percoban dilakukan. Adapun variabel kontrol
dalam percobaan ini yaitu :
a. Jarak sensor radiasi yang diukur 5 sentimeter (5 cm) dari permukaan
dinding kubus radiasi dengan sensor radiasi.

G. Produser Kerja
1. Menghidupkan lampu tetapi sebelumnya mengukur T
ref
dalam ruangan
dalam derajat kelvin dan R
ref
resistensi dari frekuensi Stefan-Boltzman
lamp pada suhu ruangan/kamar, kemudian mencatat hasilnya.
2. Merangkai peralatan seperti dalam skema yang ditunjukkan dibawah :








Gambar Susunan Peralatan

127

3. Sensor radiasi harus dipasang tepat pada pusat salah satu permukaan
radiasi terbaik dari kubus (permukaan hitam atau putih) dengan bagian
depan sensor berada pada jarak sekitar 5 cm dengan permukaan kubus dan
sejajar.
4. Menggunakan tabir pemantul panas dengan sisi reflektif dari kubus.
5. Memasang kubus radiasi dan memasang pemilih daya pada alat.
6. Menyalakan lampu ketika temperatur menunjukkan sekitar 12
o
C di atas
temperatur kamar/ruang. Kemudian menurunkan daya sehingga
temperatur perlahan-lahan berubah. Kemudian mencatat R pada
pembacaan ohmmeter dan rad pada milivoltmeter secara bersamaan
kemudian ditulis dalam tabel hasil pengamatan.

Tabel Hasil Pengamatan
R
rm
= .
T
rm
=.
T
rm
4
= .

R () T (
0
C) Rad (mV)









H. Tehnik Analisin Data
Analisis data yang digunakan dalam percobaan ini adalah secara kuantitatif,
dimana untuk menghitung ketidakpastian dari radiasi (rad) dengan menggunakan

128

akurasi multimeter digital 0,5% dengan menggunakan rumus

x 100%
dengan rad = 0,5% x rad (hasil pengukuran).

I. Hasil Percobaan
Rrm = 33
Trm = 28
0
C+ 273 = 301 K
Trm
4
= 8208541201 K
4

R () T (
0
C) Rad (V)
23600
21400
19100
16700
14200
11600
8800
54
60
65
71
78
86
95
0,3
0,7
1,1
1,4
1,7
1,9
2,1


T (K) T
4
.10
10
(K
4
) T
4
T
rm
4
. 10
9
(K
4
)
327
333
338
344
351
359
368
1,1433811041
1,2296370321
1,3051691536
1,4003408896
1,5178486401
1,6610312161
1,8339659776
3,225269840
4,087829120
4,843150335
5,794867695
6,969945200
8,401770960
10,131118575





129

J. Pengolahan Data
Rrm = 33
Trm = 28
0
C + 273 = 301 K
Trm
4
= (301)
4
= 8208541201 K
4

Mencari kesalahan relatif
Rad
1
= 0,3 V
Rad
1
= Akurasi Voltmeter x Rad
1

= 0,005 x 0,3 V
= 0,0015 V
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
1
Rad
1
) = (3,000 0,015) 10
-1
V

Rad
2
= 0,7 V
Rad
2
= Akurasi Voltmeter x Rad
1

= 0,005 x 0,7 V
= 0,0035 V
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
2
Rad
2
) = (7,000 0,035) 10
-1
V

Rad
3
= 1,1 V
Rad
3
= Akurasi Voltmeter x Rad
1

= 0,005 x 1,1 V
= 0,0055 V
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
3
Rad
3
) = (1,100 0,015)

V
Rad
4
= 1,4 V
Rad
4
= Akurasi Voltmeter x Rad
1

= 0,005 x 1,4 V
= 0,007 V
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
4
Rad
4
) = (1,400 0,070) V

Rad
5
= 1,7 V
Rad
5
= Akurasi Voltmeter x Rad
1

= 0,005 x 1,7 V
= 0,0085 V
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
5
Rad
5
) = (1,700 0,085)

V

130


Rad
6
= 1,9 V
Rad
6
= Akurasi Voltmeter x Rad
1

= 0,005 x 1,9 V
= 0,0095 V
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
6
Rad
6
) = (1,900 0,095) V

Rad
7
= 2,1 V
Rad
7
= Akurasi Voltmeter x Rad
1

= 0,005 x 0,3 V
= 0,0105 V
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,5% (4 AP)
(Rad
7
Rad
7
) = (2,10 0,011) V


Tabel Hasil Perhitungan
(Rad Rad) 10
-1
Volt T
4
.10
10
(K
4
) T
4
T
rm
4
.10
9
(K
4
)
(3,000 0,015) 10
-1
(7,000 0,035) 10
-1
(11,00 0,150) 10
-1
(14,00 0,700) 10
-1
(17,00 0,850) 10
-1
(19,00 0,950) 10
-1
(21,00 0,110) 10
-1
1,1433811041
1,2296370321
1,3051691536
1,4003408896
1,5178486401
1,6610312161
1,8339659776
3,225269840
4,087829120
4,843150335
5,794867695
6,969945200
8,401770960
10,131118575





131

y = 2.5386x - 2.4877
R = 0.9097
0
5
10
15
20
25
0 2 4 6 8 10 12
(
R
a
d

R
a
d
)

1
0
-
1

V
o
l
t

T
4
T
rm
4
.10
9
(K
4
)
Hubungan Antara T
4
T
rm
4
Dengan Tegangan
Sensor Radiasi
Grafik Hubungan Antara Selisih Pangkat Empat Antara Temperatur
Dengan Tegangan Sensor Radiasi













Interprestasi Grafik
Dari percobaan Hukum StevanBoltzman suhu rendah menghasilkan
grafik diatas yang menyatakan bahwa hambatan panas yang dipengaruhi suhu
tinggi pada kubus radiasi thermal dengan temperatur terdapat hubungan linier
(berbanding lurus), dimana semakin besar tegangan pada sensor radiasi maka
semakin besar pula temperatur yang dihasilkan. Dan diperoleh persamaan
regresinya sebesar y = 2,5386x - 2,4877 dan R = 0,9097.

K. Kesimpulan
1. Jika radiasi yang dipancarkan kubus maksimum, maka tegangan yang
terbaca pada sensor radiasi pun maksimum, atau dengan kata lain jika suhu
kubus maksimum, maka tegangan yang dihasilkan oleh sensor pun
maksimum. Hal tersebut bisa dilihat berdasarkan hasil grafik antara selisih
temperatur pangkat empat dengan tegangan sensor radiasi yang memiliki
hubungan linier (berbanding lurus).



132

L. Kemungkinan Kesalahan
1. Kurang telitinya praktikan dalam membaca hambatan pada ohm meter
yang sering berfluktuasi, sehingga data yang diperoleh kurang akurat.
2. Keaktifan baterei pada multimeter digital kurang sehingga menunjukkan
angka yang kurang valid.
3. Kurang stabilnya tegangan listrik ketika proses pengambilan data
dilakukan.


M. Daftar Pustaka
Purwanto,Agus. 2006. Fisika Kuantum.Jogjakarta: Gavamedia
Kusminarto. 2011. Esensi Fisika Modern. Yogyakarta: Andi.
Siregar,Rustam E. 2010.teori dan aplikasi fisika kuantum. Bandung: Widya
Pajajaran
http://pembelajar9993.wordpress.com/2012/04/10/eksperimen-stefan-
boltzmann (diakses pada tanggal 13 desember 2012 pukul 14.21
WITA)
http://www.scribd.com/doc/30100366/EKSPERIMEN-FISIKA-RADIASI-
TERMAL (di akses pada tanggal 13 desember 2012 pukul 14.35
WITA)


TOPIK VII

PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I



INTRODUCTION TO INTERFEROMETER











DISUSUN OLEH
NAMA : Adib Pahrudin
NIM : 421 410 014
KELOMPOK : I (Satu)
KAWAN KERJA : Melinda I Usman
Nikmariski Wadipalapa







JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2O12

133

A. Topic :
INTRODUCTION TO INTERFEROMETRY
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah prinsip kerja dari interferometer Michelson?
2. Bagaimanakah panjang gelombang dari laser (sumber cahaya) dengan
menggunakan interferometer Michelson?
3. Bagaimanakah pengaruh sudut keping polarisasi terhadap kecerahan pada
fringe yang terbentuk?
C. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui prinsip kerja dari interferometer Michelson.
2. Menentukan panjang gelombang sinar laser dengan menggunakan
interferometer Michelson.
3. Melihat pengaruh sudut keping polaroid terhadap kecerahan fringe yang
terbentuk.
D. Landasan Teori
Interferometer adalah alat yang memecah berkas cahaya dan
menyatukannya kembali sehingga terjadi interferensi, dimana alat ini dapat
digunakan untuk mengukur panjang atau perubahan panjang gelombang cahaya
dengan ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis
interferensi. Devais yang sangat akurat untuk mengukur panjang gelombang
cahaya adalah I nterferometer Michelson.
(Halliday,1996:110)
Interferometer Michelson adalah konfigurasi yang paling umum untuk
interferometri optik dan ditemukan oleh Albert Abraham Michelson. Sebuah
pola interferensi yang dihasilkan dengan memisahkan seberkas cahaya menjadi
dua jalur, memantul kembali dan balok mengkombinasikan mereka. Jalan yang
berbeda mungkin dengan panjang yang berbeda atau terdiri dari bahan yang

134

berbeda untuk menciptakan pinggiran gangguan pada detektor kembali.
Michelson, bersama dengan Edward Morley, digunakan interferometer ini dalam
percobaan Michelson-Morley yang terkenal (1887) dalam upaya gagal untuk
menunjukkan efek dari "angin eter" hipotetis pada kecepatan cahaya.
Eksperimen mereka meninggalkan teori cahaya berdasarkan keberadaan aether
luminiferous tanpa dukungan eksperimental, dan menjabat pada akhirnya
sebagai inspirasi untuk relativitas khusus.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Michelson_interferometer)
Interferometri mengacu pada teknik di mana gelombang, biasanya
elektromagnetik, yang ditumpangkan dalam rangka untuk mengekstrak
informasi tentang gelombang. Interferometri adalah teknik investigasi penting
dalam bidang astronomi, serat optik, metrologi teknik, metrologi optik,
oseanografi , seismologi, spektroskopi (dan aplikasi untuk kimia), mekanika
kuantum, fisika nuklir dan partikel, fisika plasma, penginderaan jauh, interaksi
biomolekuler, profil permukaan, mikrofluida, mekanik stress / strain
pengukuran, dan velocimetry.
Interferometer secara luas digunakan dalam ilmu pengetahuan dan industri
untuk pengukuran perpindahan kecil, perubahan indeks bias dan penyimpangan
permukaan. Dalam ilmu analitis, interferometer digunakan dalam gelombang
kontinu Fourier transform spektroskopi untuk menganalisis fitur mengandung
cahaya penyerapan atau emisi terkait dengan bahan atau campuran. Sebuah
interferometer astronomi terdiri dari dua atau lebih teleskop terpisah yang
menggabungkan sinyal mereka, menawarkan resolusi setara dengan yang dari
teleskop berdiameter sama dengan pemisahan terbesar antara unsur-unsur
individu.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Interferometry)
Peralatan Interferometer terdiri atas empat bagian pokok yaitu sinar laser,
detektor, sistem akuisisi data dan komputer. Dalam Interferometer, sumber
cahaya yang digunakan adalah sinar laser. Sinar laser ( light amplification by

135

stimulated emission of radiation ) merupakan cahaya yang intensitasnya
digandakan dan difokuskan pada arah tertentu. Sinar laser bersifat koheren dan
mempunyai intensitas yang sangat tinggi Tahun 1960 untuk pertama kalinya
sinar laser He-Ne di demontrasikan oleh Javan, Bennet dan Heriot. Setelah itu
berkembang sinar laser jenis gas seperti kripton dan sinar laser jenis zat cair
seperti laser dyne.
(Sears,1985)
Supaya dapat mengadakan interferensi, maka sinar laser tersebut dipisahkan
oleh pemisah berkas menjadi dua bagian yaitu berkas uji dan berkas referensi.
Berkas uji adalah berkas cahaya yang dikenakan atau dipantulkan dengan obyek
yang akan diukur. Berkas referensi adalah berkas cahaya yang pola fasanya
dipertahankan tetap. Setelah dilakukan pengujian, maka berkas uji dan berkas
referensi dipertemukan. Interferensi antara keduanya memberikan informasi
mengenai obyek yang memantulkan berkas uji tersebut.
(Kusminarto,2011:45)
E. Alat-alat
1. Basic interferometer 5. Keping polaroid
2. Laser (05-9171) 6. Komponen holder
3. Laser aligment bench (05-9171) 7. Interferemoter accessories

F. Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel bebas
Variabel bebas yaitu, sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau
ditetapkan, dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya. Adapun
variabel bebas pada percobaan ini adalah:
1. Pergeseran cermin adalah nilai yang terbaca pada saat kita memutar
micrometer knob secara perlahan-lahan sehingga cermin bergeser.
yang disimbolkan dengan d
m
dengan satuan m (mikrometer).

136

2. Sudut keping polarisasi adalah sudut tertentu pada keping polarisasi.
Variabel terikat
Variabel terikat yaitu, sesuatu yang nilainya dipengaruhi oleh nilai dari
varibel bebas. Adapun variabel bebas pada percobaan ini yaitu:
1. Panjang gelombang, yang disimbolkan dengan dengan satuan meter
(m), yaitu jarak yang ditempuh rambatan gelombang selama satu
periode. Adapun nilai panjang gelombang pada percobaan ini
diperoleh dari perbandingan antara pergeseran cermin dengan jumlah
fringe yang teramati, yang secara matematis dituliskan dalam formula
= 2 d
m
/N.
2. Intensitas cahaya adalah berkas cahaya yang keluar dari sumber
cahaya (laser) yang tampak pada layar (cerah dan gelapnya) yang
merupakan hasil pantulan dari ketiga cermin.
Variabel kontrol
Variabel kontrol yaitu, sesuatu yang nilainya selama percobaan
dilaksanakan tidak berubah dan berfungsi mengontrol selama percobaan
dilaksanakan. Adapun variabel kontrol pada percobaan ini yaitu:
1. N, yaitu banyaknya fringe yang keluar pada saat micrometer knob
diputar yang teramati pada layar. Dimana nilai N pada percobaan ini
sebanyak 20.
G. Prosedur Kerja
Bagian I
1. Menyusun peralatan seperti tampak pada gambar berikut:






137

Gambar : Susunan Peralatan
2. Laser dan interferemoter diarahkan lurus dalam michelson mode.
Begitu pula interferometer dengan jelas tanpak pada sumber
penglihatan.
3. Menempatkan micrometer knob di tengah-tengah sehingga terbaca
kira-kira 50 m, dalam posisi ini hubungan antara pembacaan pada
micrometer dan gerakan cermin sebagian besar hampir linear.
4. Memutar micrometer knob satu kali putaran penuh berlawanan dengan
arah jarum jam kemudian dilanjutkan dengan mengubah sampai titik
nol. Mencatat bacaan pada micrometer.
5. Menempatkan posisi dari wiching screen sedemikian dan pada layar
ditandai dalam skala millimeter tegak lurus dengan salah satu fringe
dalam pola interferensi.
6. Memutar micrometer knob dalam berlawanan arah jarum jam
perlahan-lahan sambil menghitung fringe yang tampak pada layar
sampai beberapa fringe (jumlahnya tidak lebih dari 20 fringe).
7. Mencatat (dm) sebagai jarak pada saat cermin dapat digerakkan
terhadap the beam splitter sesuai dengan yang terbaca pada micrometer
knob.
8. Mencatat nilai N sebagai nomor dari pertukaran keadaan fringe yang
dihitung.
9. Mengulangi langkah 3 sampai 7 beberapa kali, mencatat hasil/nilai
yang diperoleh pada tabel hasil pengamatan.
Tabel Hasil Pengamatan
n = 20 Fringes
n d
m
(m) d
m
2
(m
2
)
1.
2.



138

3.
4.
5.
n = 5 d
m
= d
m
2
=
(d
m
)
2
=

Bagian II
1. Menempatkan keping polarisasi di antara laser dan the beam splitter.
Mencoba beberapa sudut pada keping polarisasi. Bagaimanakah
pengaruh kecerahan dan kejelasan dari pola fringe?
2. Memindahkan keping polarisasi dan menempatkan keping polarisasi di
depan cermin yang ditentukan atau di depan cermin yang dapat
bergerak. Mencoba dengan beberapa sudut dengan pada keping
polarisasi. Bagaimanakah pengaruh dari pola fringe?
3. Mencoba dengan dua keping polarisasi, satu keping berada di depan
cermin tertentu dan satu berada di depan cermin yang digerakkan.
Memutar salah satu keping polarisasi kemudian keping lainnya.
Diulangi sekali lagi, mencatat pengaruhnya atau mencatat apa yang
terjadi.
H. Analisis Data
1. Bagian I
Untuk menghitung panjang gelombang menggunakan persamaan (=
2dm/N) lalu hasil yang didapat dirata-ratakan.
2. Bagian II
a. Dari hasil pengamatan pada langkah pertama dari prosedur, dapatkah
kamu menentukan karateristik polarisasi dari sumber cahaya?
Bagaimanakah pengaruhnya setiap waktu?

139

b. Dari hasil pengamatan pada langkah kedua, memberikan keterangan
lebih lanjut tentang polarisasi dari sumber cahaya?
c. Dari hasil pengamatan pada langkah ketiga, bagaimana polarisasi silang
sinar cahaya yang bercampur?

Hasil pengamatan dan Pengolahan Data
N = 20 Fringes
n d
m
(10
-6
m) d
m
2
(10
-12
m
2
)
1
2
3
4
5
7
6
6
7
7
49
36
36
49
49
d
m
= 33 d
m
2
= 219
(d
m
)
2
= 1089. 10
-12
m
2

Bagian I (Menghitung Panjang Gelombang)
Menghitung jarak pergeseran cermin
d
m
=


=
33 10
6
5

= 6,6 x 10
-6
m

d
m
=
.

2
(

)
2

2
(1)

=
5.291 10
12
1089 10
12
5
2
(51)


140

=
5.291 10
12
1089 10
12
5
2
(51)

=
3,66 10
10
100

= 1,913 x 10
-6
m
KR =

x 100%
=
1,913 10
6
6,6 10
6

= 28,9 % (2 AP)
( ) = (6,6 1,9) x 10
-6
m

Menghitung Panjang Gelombang
=
2d
m
N
N=20
=
2 x 6,6 x 10
6
20

= 6,6 x 10
-7
m
=
1
10
|

|
=
1
10
|
1,913 10
6
6,6 10
6
| 6,6 x 10
7

= 2,89848 x 10
-2
x 6,6 x 10
-7

= 0,00000001913 m
KR =

x 100%
=
1,913 10
8
6,6 x 10
7
x 100%
= 2,9 % (3 AP)
( ) = (6,60 0,19) x 10
-7
m




141

Bagian II : Polarisasi
Berdasarkan hasil pengamatan, kita dapat menentukan karakteristik
polarisasi dari sumber cahaya. Hal ini disebabkan oleh karena cahaya
yang masuk pada keping polarisasi adalah murni keluar dari laser,
sehingga dapat dilihat pada saat keping polarisasi berada pada sudut
0
0
, fringe terlihat cerah dan jelas. Namun pada saat salah satu keping
polarisasi kita putar pada beberapa sudut tertentu ( 30 dan 60
0
) , fringe
yang tampak semakin kurang jelas. Pada akhirnya, pada sudut 90
0

fringe semakin kabur atau kurang jelas. Perubahan pola fringe sesuai
dengan waktu yang digunakan pada saat salah satu keping polarisasi
diputar.
Pada langkah kedua dapat disimpulkan bahwa panjang lintasan sinar
ternyata mempengaruhi hasil polarisasi, karena sinar yang terpolarisasi
merupakan hasil pemantulan dari kedua cermin. Hal ini ditunjukkan
pada saat salah satu keping polarisasi berada pada sudut 0
o
keadaan
fringe masih terlihat cerah dan jelas, namun ketika keping polarisasi
diputar pada sudut tertentu, fringe yang terlihat pada layar perlahan-
lahan kurang jelas, hingga ketika sudut 90
o
fringe semakin kurang jelas
atau kabur.
Pada saat kedua keping polarisasi ditempatkan pada kedua cermin
yang berbeda, polarisasi silang dari kedua cermin tersebut berakibat
pada pola fringe yang terbentuk, dimana pada saat tertentu fringe
kelihatan jelas dan pada saat lain kurang jelas dan bentuknya tidak
beraturan.
I. Kesimpulan
Panjang gelombang dari sinar laser pada percobaan ini sebesar 6,6 x 10
-7

meter.
Perbedaan panjang lintasan yang ditempuh kedua berkas dapat
mempengaruhi hasil polarisasi.

142

Pada sudut 0
0
fringe yang tampak pada layar kelihatan cerah dan jelas dan
pada sudut tertentu hingga sudut 90
0
fringe yang teramati tampak kabur
dan bentuknya tidak beraturan, dimana ini menunjukkan bahwa
karateristik polarisasi dapat teramati dengan jelas pada proses perubahan
keadaan fringe yang terjadi.
Penempatan keping polarisasi mempengaruhi polarisasi silang sumber
cahaya.
J.Kemungkinan Kesalahan
Kurangnya ketepatan praktikan dalam merangkai dan menyusun alat
sehingga pola interferensi yang terbentuk kurang baik.
Tidak tepatnya praktikan dalam menghitung jumlah fringe yang keluar,
sehingga mempengaruhi keakuratan data.
Kesalahan dalam membaca skala pada micrometer knob sehingga
mempengaruhi keakuratan data yang diperoleh.
K. Daftar Pustaka
Resnic, Robert dan Halliday, David. 1996. Fisika Jilid 2 Edisi Ketiga
(terjemahan Pantur Silaban, Ph.D dan Drs. Erwin Sucipto). Jakarta :
Erlangga
Sears, Francis Weston dan Zemansky, Mark W,. 1985.Fisika Untuk Universitas
1 Mekanika Panas dan Bunyi (saduran oleh Ir. Soedjana dan Drs.
Amir Achmad). Jakarta : Binacipta
Kusminarto. 2011. Esensi Fisika Modern. Yogyakarta: Andi.
http://en.wikipedia.org/wiki/Interferometry (diakses pada tanggal 17 Desember
2012 pukul 15.17 WITA)

http://en.wikipedia.org/wiki/Michelson_interferometer (diakses pada tanggal
17 Desember 2012 pukul 15.00 WITA)

TOPIK VIII

PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I



INDEKS BIAS GELAS










DISUSUN OLEH
NAMA : Adib Pahrudin
NIM : 421 410 014
KELOMPOK : I (Satu)
KAWAN KERJA : Melinda I Usman
Nikmarizki Wadipalapa








JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2O12
TOPIK VIII

PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I







143

A. Topik :
INDEKS BIAS GELAS

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hubungan antara besar sudut yang terbentuk dengan
banyaknya frinji yang dihasilkan?
2. Berapakah nilai dari indeks bias gelas?
3. Bagaimanakah perbandingan antara indeks bias gelas dengan indeks bias
udara?
C. Tujuan
1. Mengetahui hubungan antara besar sudutyang terbentuk dengan jumlah
banyaknya frinji yang dihasilkan.
2. Mengetahui nilai indeks bias gelas.
3. Mengetahui perbandingan indeks bias gelas dengan indeks bias udara.
D. Landasan Teori
Indeks bias udara pada kondisi standar untuk cahaya violet yang panjang
gelombangnya 436 nm adalah 1,0002957. Sedangkan untuk cahaya merah 436
nm, indeks biasnya 1,0002914. Dengan demikian untuk kebanyakan keperluan,
indeks bias udara dapat dianggap 1. Indeks bias gas bertambah sesuai dengan
pertambahan kerapatan gas yang bersangkutan. Berdasarkan persamaan diatas,
sudut bias a selalu lebih kecil dari sudut datang v , untuk sinar yang datang
melewati ruang vakum kesalah satu zat, dimana semua angka indeks lebih besar
dari 1.
(http://sudarmonorasyid.blogspot.com/2011/04/laboratorium-i-indeks-
bias-gelas.html)
Sudut yang terbentuk antara sinar datang dan garis normal disebut sudut
bias. Sedangkan perbandingan antara sinus sudut datang dengan sinus sudut bias
disebut dengan indeks bias. Besar atau nilai indeks dari suatu medium terhadap
medium lainnya bergantung bukan hanya pada jenis/macam zat, tetapi juga
bergantung pada panjang gelombang cahaya yang merambat. Bila panjang

144

gelombang tidak disebutkan, biasanya indeks bias yang diambil adalah indeks
bias cahaya kuning lampu natrium yang panjang gelombangnnya 589 nm.
Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara
kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat cahaya pada
suatu medium.
Secara matematis, indeks bias dapat ditulis


Dimana:
n = indeks bias
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa
v = cepat rambat cahaya pada suatu medium
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 atau (n 1).
(Halliday, 1996)
Indeks bias udara diukur dengan mengubah secara perlahan berat jenis dari
udara sehingga mendekati panjang tertentu dari satu sinar yang garis berada
dalam interferometer Michelson. Metode ini tidak mudah bekerja pada subtansi
zat padat seperti kaca, oleh sebab itu harus diperhatikan pengukuran indeks bias
kaca yang diubah secara perlahan-lahan sehingga kaca dapat dilewati sinar
melalui interferometer. Dan pada perubahan indeks bias dari kaca dengan secara
tidak langsung dapat memperlambat perubahan panjang kaca secara keseluruhan
oleh interferometer. Dengan eksperimen ini dapat diketahui teknik-teknik dalam
membuat ukuran.
(Kusminarto,2011:89)
Indeks bias gelas yang umum digunakan untuk alat optik terletak antara
1,46 dan 1,96. sedikit sekali zat yang indeks biasnya lebih besar dari harga ini.
Salah satunya adalah intan yang memiliki indeks bias 2,42. benda lainnya yaitu
crystalline titanium dioxide (rutil) yang indeks biasnya 2,7.seperti yang tercantum
pada tabel indeks bias dari beberapa zat yang diukur relatif terhadap vakum untuk
panjang gelombang () = 589 nm (5890 ). (Weston Sears,1985)

145

Tabel indeks bias dari beberapa medium
Untuk = 589 nm (5890 )
Zat Indek bias Zat Indeks bias
Zat padat
Es (h
2
o)
Fluorit
Garam (nacl)
Kuarsa (sio
2
)
Zirkon (zro
2
-sio
2
)
Intan (c)
Fabulit (srtio
3
)


1,309
1,434
1,544
1,544
1,923
2,417
2,409

Zat cair pada 20
0
C
Metil alkohol (ch
2
oh)
Air (h
2
o)
Etil alkohol (c
2
h
5
oh)
Karbon tetrakhlorir (ccl
4
)
Terpentin
Gliserin
Benzena


1,3290
1,3330
1,3618
1,4607
1,4721
1,4730
1,3012


Indeks bias udara diukur dengan mengubah secara perlahan berat jenis dari
udara sehingga mendekati panjang tertentu dari satu sinar yang garis berada
dalam interferometer Michelson. Metode ini tidak mudah bekerja pada subtansi
zat padat seperti kaca, oleh sebab itu harus diperhatikan pengukuran indeks bias
kaca yang diubah secara perlahan-lahan sehingga kaca dapat dilewati sinar
melalui interferometer. Dan pada perubahan indeks bias dari kaca dengan secara
tidak langsung dapat memperlambat perubahan panjang kaca secara keseluruhan
oleh interferometer. Dengan eksperimen ini dapat diketahui teknik-teknik dalam
membuat ukuran. Indeks bias gelas yang umum digunakan untuk alat optik
terletak antara 1,46 dan 1,96. sedikit sekali zat yang indeks biasnya lebih besar
dari harga ini. Salah satunya adalah intan yang memiliki indeks bias 2,42. benda
lainnya yaitu crystalline titanium dioxide (rutil) yang indeks biasnya 2,7.seperti
yang tercantum pada tabel indeks bias dari beberapa zat yang diukur relatif
terhadap vakum untuk panjang gelombang () = 589 nm (5890 ).
(http://muhammadarifsoebroto.blogspot.com/2008/12/kumpulan-laporan-
laboratorium-fisika-1.html)



146

E. Alat-alat
a. Dasar interferometer (basic interferometer 05 - 9255 A)
b. Laser (05 - 9171)
c. Bangku optik
d. Perlengkapan interferometer, meja rotasi, dan kaca bening

F. Variabel dan definisi operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu, sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau
ditetapkan, dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya. Adapun
variabel bebas pada percobaan ini adalah :
1. Sudut yang disimbolkan dengan , yang nilainya diperoleh dengan
cara menggeser secara perlahan-lahan jarum rotasi yang berada pada
meja rotasi (rotating pointer) sampai pada sudut tertentu, yang dalam
percobaan ini sudutnya divariasikan dari 0
0
sampai dengan 30
0
.
2. Variabel terikat
Variabel terikat yaitu, sesuatu yang nilainya dipengaruhi oleh nilai dari
varibel bebas. Adapun variabel terikat pada percobaan ini yaitu:
1. Jumlah frinji, disimbolkan dengan n. Yaitu banyaknya frinji (garis-
garis interferensi yang berupa garis-garis lengkung yang menyerupai
lingkaran) yang muncul pada screen atau layar selama meja rotasi
diputar atau digeser dari sudut 0
0
sampai dengan sudut tertentu ().
2. indeks bias gelas, yang disimbolkan dengan n
g
. Yaitu bilangan yang
menyatakan perbandingan antara proyeksi sinar datang dengan
proyeksi sinar bias. Dimana dalam percobaan ini besarnya dipengaruhi
oleh banyaknya frinji yang dihasilkan untuk sudut tertentu, dan
dihitung dengan menggunakan persamaan :


( ) ( )
( )





147

3. Variabel kontrol
Variabel kontrol yaitu, sesuatu yang nilainya sebagai pengontrol
variabel terikat bebas selama percoban dilakukan. Adapun variabel kontrol
dalam percobaan ini yaitu :
1. Panjang gelombang yang disimbolkan dengan
0
, yaitu merupakan
panjang gelombang mula-mula dari sumber cahaya dalam keadaan
bias.
2. Ketebalan gelas, disimbolkan dengan t dengan satuan mm yang
besarnya diukur dengan menggunakan mikrometer sekrup.


G. Prosedur kerja
1. Menyusun peralatan seperti tampak pada gambar berikut.








Gambar : susunan peralatan
2. Memasang laser dan interferometer pada mode michelson. Memeriksa
susunan dan cara kerja alat.
3. Menempatkan meja rotasi diantara pembelah sinar dan cermin yang dapat
digerakkan, sehingga tegak lurus terhadap garis edar optik.
4. Menempatkan jarum penunjuk supaya 0 sejajar dengan skala derajat
pada kaki interferometri.
5. Melepaskan lensa dari depan laser, menahan layar yang terletak diantara
kaca bening dan cermin yang bisa digerakkan. Jika ada satu titik terang
dan beberapa titik tambahan pada layar, sudut meja rotasi diatur sampai

148

ada satu titik terang. Kemudian mengatur kembali jarum penunjuk skala
kaca bening sampai tegak lurus terhadap garis edar optik.
6. Mengamati layar dan lensa lalu mengatur kembali untuk mendapatkan
nilai konstan dari tepi pada layar.
7. Mengamatai layar dan lensa lalu mengatur kembali untuk mendapatkan
nilai konstan dari tepi pada layar.
8. Memutar meja rotasi secara perlahan-lahan dengan menggeser lengan bias.
Menghitung jumlah perputaran frinji yang terjadi selama meja rotasi
diputar dari nol derajat sampai sudut () yang diinginkan (minimal 10
o
),
kemudian mencatatnya dalam tabel hasil pengamatan.

Tabel hasil pengamatan
T = .m

0
=m
=m

(
0
) (rad) N
0-10
0-15
0-25
0-30
0,174532925
0,261799387
0,34906585
0,523598775



H. Analisis Data
Pada dasarnya, cara untuk menghitung indeks bias adalah relatif sederhana,
cahaya yang besar akan lewat, melalui kaca selama berotasi. Langkah-langkah
untuk menghitung indeks bias adalah sebagai berikut :
1. Menentukan perubahan panjang garis edar dan sinar cahaya selama
kaca bening berotasi. Menentukan besar perubahan panjang garis edar
melalui gelas (dg()) dan berapa besar melewati udara (du()).
2. Menghubungkan perubahan panjang garis edar untuk pengukuran
setiap perubahan frinji dengan persamaan sebagai berikut :

149


()

()


Dimana n
a
= indeks bias udara
n
g
= indeks bias gelas

0
= panjang gelombang mula-mula dari sumber cahaya dalam
keadaan diam
n = jumlah frinji yang dihitung
Untuk menyelesaikan analisis ini cukup rumit. Jadi yang perlu
diperhitungkan adalah persamaan untuk perhitungan dasar indeks bias
pada hasil pengukuran ini. Namun dianjurkan agar berusaha untuk
menganalisis sendiri sehingga sangat membantu pemahaman terhadap
pengukuran dan kesulitan dalam menganalisa.


( ) ( )
( )


Dimana t = ketebalan gelas

I. Hasil pengamatan dan pengolahan data

Tabel hasil pengamatan
t = 5, 65 mm = 5, 65 x 10
-3
m

0
= 610 nm = 6,10 x 10
-7
m
= 6,32 x 10
-7
m
(
0
) (rad) N
0-10
0-15
0-25
0-30
0,174532925
0,261904761
0,436507936
0,523809523
70
153
283
299





150

Menghitung indeks bias untuk masing-masing sudut
Sudut 0 - 10
0
n
g
=
()( )
()


=
[()()(

]( )
()()[()(

)]

=
( ) ()
() ()

=


= 1,212741

Sudut 0-15
0
n
g
=
()( )
()


=
[()()(

]( )
()()[()(

)]

=
( ) ()
() ()

=


= 1,371213

Sudut 0-25
0
n
g
=
()( )
()


=
[()()(

]( )
()()[()(

)]

=
( ) ()
() ()

=


= 1,799333



151

Sudut 0-30
0
n
g
=
()( )
()


=
[()()(

]( )
()()[()(

)]

=
( ) ()
() ()

=

= 2,144378
Menghitung indeks bias rata-rata
(
0
) (rad) N
g
N
g
2
0-10
0-15
0-25
0-30
0,174532925
0,261904761
0,436507936
0,523809523
1,212741
1,371213
1,799333
2,144378
1,470740733
1,880225091
3,237599245
4,598357007
n
g
= 6,527665
(n
g
)
2
= 42,610410
(n
g
2
)

= 11,186922076

n
g
=

= 1,63191625
n
g
=

)(

()
x n
g

=
( )

()
x 1,63191625
=

x 1,63191625
= 0,0445266313 x 1,63191625
= 0,07266373
KR =

x 100%

152

=

x 100%
= 4,45% (3 AP)
(n
g
n
g
) = (1,63 0,07)

Perbandingan indeks bias gelas dan indeks bias udara
1,632 : 1,003
2 : 1
J. Interpretasi data
Berdasarkan data hasil pengukuran diatas dapat dilihat bahwa semakin besar
nilai sudut yang diambil maka semakin banyak pula jumlah frinji yang keluar.
Dengan kata lain, banyaknya frinji yang muncul pada layar tergantung pada
besarnya sudut putar oleh meja rotasi.
dengan data hasil perhitungan diatas nampak bahwa indeks bias gelas/kaca
yang diperoleh lebih besar daripada nilai indeks bias udara (1,003) yaitu sebesar
1,63191625, dimana nilai ini merupakan kisaran nilai dari indeks bias gelas
seperti tampak pada tabel indeks bias dari beberapa medium untuk = 589 nm
(5890 ) diatas.


K. Kesimpulan
1. Semakin besar nilai sudut , maka semakin banyak jumlah frinji yang
keluar atau yang dihasilkan.
2. Banyaknya frinji yang muncul pada layar tergantung pada besarnya sudut
putar oleh meja rotasi.
3. Indeks bias kaca/gelas yang diperoleh pada percobaan ini sebesar 1,631.

L. Kemungkinan kesalahan
1. Kurang teliti praktikan dalam menghitung jumlah fringe yang keluar atau
yang tampak pada layar.

153

2. Pengaruh ruangan yang kurang kondusif, yang dalam hal ini adanya
pengaruh cahaya dari luar yang masuk ke ruang gelap, sehingga
mempengaruhi pola fringe yang diamati.
3. Kurangnya ketelitian praktikan dalam menggeser tuas, yang dalam hal ini
kecepatan tangan dalam menggeser tuas tidak sama, sehingga
mempengaruhi perhitungan jumlah fringe.

M. Daftar pustaka
Kusminarto. 2011. Esensi Fisika Modern. Yogyakarta: Andi.
Resnic, Robert dan Halliday, David. 1996. Fisika Jilid 2 Edisi Ketiga
(terjemahan Pantur Silaban, Ph.D dan Drs. Erwin Sucipto). Jakarta:
Erlangga
Sears, Francis Weston dan Zemansky, Mark W., 1985, Fisika Untuk
Universitas 1 Mekanika Panas dan Bunyi (saduran oleh Ir. Soedjana
dan Drs. Amir Achmad) Jakarta: Binacipta.
http://muhammadarifsoebroto.blogspot.com/2008/12/kumpulan-laporan-
laboratorium-fisika-1.html (diakses pada tanggal 13 Desember 2012
pukul 13.40 WITA)
http://sudarmonorasyid.blogspot.com/2011/04/laboratorium-i-indeks-bias-
gelas.html (dikases pada tanggal 13 Desember 2012 pada pukul 13.15
WITA)






TOPIK IX

PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I



PENGUKURAN LAJU TRAANSMISI CAHAYA











DISUSUN OLEH
NAMA : Adib Pahrudin
NIM : 421 410 014
KELOMPOK : I (Satu)
KAWAN KERJA : Melinda I Usman
Nikmarizki Wadipalapa







JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2O12

154

A. Topic :
PENGUKURAN LAJU TRANSMISI CAHAYA

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kecepatan transmisi cahaya jika merambat melalui serat
optik?
2. Bagaimanakah perbandingan antara laju cahaya dalam serat optik dengan
laju cahaya di udara ?
3. Berapakah indeks bias untuk serat optik?

C. Tujuan Percobaan
1. Mengukur kecepatan transmisi cahaya jika merambat melalui serat optic.
2. Membandingkan laju cahaya dalam serat optik dengan laju cahaya di
udara.
3. Menentukan indeks bias dari serat optik.

D. Landasan Teori
Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca
atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat
lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED
[1]
. Kabel
ini berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat
optik tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias
dari udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan
transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai
saluran komunikasi.
Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan
pelemahan (attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur
(bandwidth) yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data
menjadi lebih banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel

155

konvensional. Dengan demikian serat optik sangat cocok digunakan terutama
dalam aplikasi sistem telekomunikasi. Pada prinsipnya serat optik memantulkan
dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat didalamnya.
Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun
gelas/kaca. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap
oleh serat optik.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optik)
Kelajuan cahaya (kelajuan cahaya dalam ruang vakum; kecepatan cahaya)
adalah sebuah konstanta fisika yang disimbolkan dengan huruf c, singkatan dari
celeritas (yang dirujuk dari dari bahasa Latin) yang berarti "kecepatan".
Konstanta ini sangat penting dalam fisika dan bernilai 299.792.458 meter per
detik. Nilai ini merupakan nilai eksak disebabkan oleh panjang meter
didefinisikan berdasarkan konstanta kelajuan cahaya Kelajuan ini merupakan
kelajuan maksimum yang dapat dilajui oleh segala bentuk energi, materi, dan
informasi dalam alam semesta. Kelajuan ini merupakan kelajuan segala partikel
tak bermassa dan medan fisika, termasuk radiasi elektromagnetik dalam vakum.
Kelajuan ini pula menurut teori modern adalah kelajuan gravitasi (kelajuan dari
gelombang gravitasi). Partikel-partikel maupun gelombang-gelombang ini
bergerak pada kelajuan c tanpa tergantung pada sumber gerak maupun kerangka
acuan inersial pengamat. Dalam teori relativitas, c saling berkaitan dengan ruang
dan waktu. Konstanta ini muncul pula pada persamaan fisika kesetaraan massa-
energi E = mc
2
.
(Kusminarto,2011:52)
Sistem transmisi serat optik ini dibandingkan dengan teknologi transmisi
yang lain mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :



156

1. Redaman transmisi yang kecil.
Sistem telekomunikasi serat optik mempunyai redaman transmisi per km
relatif kecil dibandingkan dengan transmisi lainnya, seperti kabel coaxial
ataupun kabel PCM. Ini berarti serat optik sangat sesuai untuk dipergunakan
pada telekomunikasi jarak jauh, sebab hanya membutuhkan repeater yang
jumlahnya lebih sedikit.
2. Bidang frekuensi yang lebar
Secara teoritis serat optik dapat dipergunakan dengan kecepatan yang
tinggi, hingga mencapai beberapa Gigabit/detik. Dengan demikian sistem ini
dapat dipergunakan untuk membawa sinyal informasi dalam jumlah yang besar
hanya dalam satu buah serat optik yang halus.
3. Ukurannya kecil dan ringan
Dengan demikian sangat memudahkan pengangkutan pemasangan di
lokasi. Misalnya dapat dipasang dengan kabel lama, tanpa harus membuat
lubang polongan yang baru.
4. Tidak ada interferensi
Hal ini disebabkan sistem transmisi serat optik mempergunakan
sinar/cahaya laser sebagai gelombang pembawanya. Sebagai akibatnya akan
bebas dari cakap silang (cross talk) yang sering terjadi pada kabel biasa. Atau
dengan perkataan lain kualitas transmisi atau telekomunikasi yang dihasilkan
lebih baik dibandingkan transmisi dengan kabel. Dengan tidak terjadinya
interferensi akan memungkinkan kabel serat optik dipasang pada jaringan
tenaga listrik tegangan tinggi (high voltage) tanpa khawatir adanya gangguan
yang disebabkan oleh tegangan tinggi.
(http://elektro63.blogspot.com/2011/12/serat-optik.html)
Kelajuan cahaya yang merambat melalui bahan-bahan transparan seperti
gelas ataupun udara lebih lambat dari c. Rasio antara c dengan kecepatan
v(kecepatan rambat cahaya dalam suatu materi) disebut sebagai indeks refraksi
n material tersebut (n = c / v). Sebagai contohnya, indeks refraksi gelas
umumnya berkisar sekitar 1,5, berarti bahwa cahaya dalam gelas bergerak pada
kelajuan c / 1,5 200.000 km/s; indeks refraksi udara untuk cahaya tampak

157

adalah sekitar 1,0003, sehingga kelajuan cahaya dalam udara adalah sekitar
90 km/s lebih lambat daripada c.
(Siregar,2010:37)
Saat ini serat optik sudah digunakan secara luas dalam sistim
telekomonikasi serta dalam pencahayaan, sensor, dan optik pencitraan. Serat
optik terdiri dari 2 bagian, yaitu cladding dan core. Cladding merupakan
selubung dari core yang mempunyai indeks bias lebih rendah dari core
sehingga dapat memantulkan kembali cahaya yang mengarah keluar dari core
untuk kembali ke dalam core lagi.
Ketika cahaya dilewatkan dari sebuah medium dengan indeks bias m, ke
medium yang lain denagn indeks bias yang lebih rendah m2, dibelokkan
menjauhi garis. Pada sudut yang lain (sudut kritis), cahaya yang dibiaskan
tidak akan menuju m2, melainkan akan diteruskan sepanjang permukaan antara
kedua median (sinus[sudut kritis] = n2/n1 di mana n1 dan n2 adalah indeks
bias [n1 lebih besar n2]. Jika berkas cahaya yang dibiaskan akan dipantulkan
seluruhnya kembali melalui m1 (totalinternal reflection), meskipun melalui m2
mungkin menjadi transparan.
(Purwanto,2006:62)

E. Alat Yang Digunakan
1. Osciloscop
2. Optical receiver
3. Optical transmitter
4. Voltmeter
5. Serat optik yang panjangnya 20 m dan 5 m.
6. Baterai (12 volt) sebagai sumber energi
7. Kabel penghubung





158

F. Variabel Dan Definisi Operasional
a. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu, sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau
ditetapkan, dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya. Adapun
variabel bebas pada percobaan ini adalah:
1. Panjang serat optik, disimbolkan dengan L. Dimana dalam percobaan
ini panjang serat optik yang digunakan sepanjang 19,08 m dan 25,65 m
yang diukur dengan menggunakan mistar.
b. Variabel terikat
Variabel terikat yaitu, sesuatu yang nilainya dipengaruhi oleh nilai dari
varibel bebas. Adapun variabel terikat pada percobaan ini yaitu:
1. Pergeseran top trace osciloscope, dimana nilai ini terbaca melalui
osciloscope dengan mengatur tombol time/div pada osciloscope.
2. Kecepatan transmisi cahaya dalam serat optik, yang hasilnya
diperoleh melalui perbandingan antara panjang serat optik dengan
besarnya pergeseran top trace.
3. Indeks bias serat optik, yang nilainya diperoleh dari hasil
perbandingan antara kecepatan cahaya di udara dengan kecepatan
transmisi cahaya dalam serat optik.
c. Variabel kontrol
Variabel kontrol yaitu, sesuatu yang nilainya sebagai pengontrol
variabel terikat bebas selama percoban dilakukan. Adapun variabel kontrol
dalam percobaan ini yaitu :
1. Tegangan zero dan gain pada papan penerima optik atau optical
reciver yang dikontrol dengan voltmeter
2. Tegangan sumber, yang dalam hal ini berkisar 12 volt yang berasal
dari batu baterei.





159

G. Prosedur Kerja
Output I
1. Menyusun peralatan seperti tampak pada gambar berikut, dengan
menggunakan fiber sepanjang 20 m.








Gambar Susunan Peralatan
2. Output 1 digunakan untuk memperoleh ukuran (nilai) yang tepat pada alat
ukur (meter) 50-100% dan pada bagian Y digunakan sebagai monitor
output dibawah signal yang ada pada output 1.
3. Mengganti fiber 20 meter dengan yang lebih pendek dan pada ujung
transmitter (dan juga pada receiver jika diperlukan) ditarik keluar sampai
diperoleh angka yang sama seperti semula.
Catatan :
Top trace akan bergeser 2 mm ke kiri menandakan bahwa waktu
yang dicapai untuk perambatan cahaya melalui fiber dengan catatan
waktu: 0,2 div x 0,5 s/div = 0,1 s.
Kecepatan cahaya pada fiber adalah 20 m/0,1 m = 2 x 10
-8
m/s
Kecepatan cahaya dalam udara adalah 3 x 10
8
m
Output 2
1. Menggunakan fiber berukuran 20 m.
2. Monitor output 1v/cm. Merupakan catatan waktu awal yang dipancarkan
dari output tersebut.


160

Catatan :
Output dari monitordan output dari output dua akan
menghasilkan angka yang sama. Sebagai tambahan signal yang
datang mengalami perlambatan waktu pada saat melewati fiber dan
ini merupakan perkiraan utama dalam extra deley.
Jika modulasi frekuensinya dikurangi dengan menggunakan energi
dari luar, maka input dan output yang dihasilkan lebih rendah dari
tingkat frekuensi sebelumnya.

H. Teknik Analisis Data
1. Menghitung Kesalahan Relatif (KR) untuk setiap hasil pengukuran.:
Untuk panjang fiber (L)
Ketelitian (

)
KR =


Untuk pergeseran top trace
Pergeseran top trace x time base adalah waktu rambat cahaya pada
serat optik (T).
Ketelitian


KR =


2. Menentukan laju cahaya dalam serat optik
C =



3. Membandingkan laju cahaya dalam serat optik dengan laju cahaya
diudara.
Hasil perbandingan menyatakan indeks bias serat optik.
n =




I. Data Hasil Percobaan
Chanel 1 = 0,2 volt/div

161

Chanel 2 = 0,2 volt/div
Time base = 5 ms/div = 1 ms

Tabel data hasil pengamatan
Panjang serat (L) (meter) Pergeseran top trace (div)
19,08 3,91
25,65 3,94

J. Analis Data
Menghitung Panjang Serat Optik
L
1
= 19,08 m
L
1
=

x Nst Mistar
=

x 0,1 cm
= 0,0005 m
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,003% (6 AP)
(L
1
L
1
) = (1,90800 0,00005) 10
1
m

L
2
= 25,65 m
L
2
=

x Nst Mistar
=

x 0,1 cm
= 0,0005 m
KR =

x 100%
=

x 100%
= 0,002% (6 AP)
(L
2
L
2
) = (2,56500 0,00005) 10
1
m


Menghitung Pergeseran Top Race
T
1
= 3,91 x Time base
= 3,91 div x 5 ms/div
= 169,55 ms
= 0,01955 s
T
1
=

x Nst Osciloscop
=

x 1 ms
= 0,5 ms = 0,0005 s
KR =

x 100%
=

x 100%
= 2,6% (3 AP)
(T
1
T
1
) = (1,96 0,05) 10
-2
s

T
2
= 3,94 x Time base
= 3,94 div x 5 ms/div
= 19,7 ms
= 0,0197 s

162

T
2
=

x Nst Osciloscop
=

x 1 ms
= 0,5 ms = 0,0005 s
KR =

x 100%
=

x 100%
= 2,5% (3 AP)
(T
2
T
2
) = (1,97 0,05) 10
-2
s

Menghitung Kecepatan Transmisi
Cahaya
C =

= 43800 m/s
= 4,3800 x 10
4
m/s

Tabel hasil pengolahan data
Panjang fiber ( L L ) meter Waktu rambat cahaya ( T T ) sekon
(1,90800 0,00005) 10
1

(2,56500 0,00005) 10
1

(1,96 0,05) 10
-2

(1,97 0,05) 10
-2

Perbandingan Kecepatan Transmisi Cahaya Dalam Serat Optik Eksperimen
Dan Teori
c
teori
= 2,9978 x 10
8
m/s
c
experimen
= 4,3800 x 10
4
m/s
% Beda = |

| x 100%
= |

| x 100%
= 99,95%
Menghitung Indeks Bias Serat Optik
n =



=


= 6844,29


163

Menentukan Perbandingan Indeks Bias Serat Optik Eksperimen Dan Teori
n
exp
= 6844,29
n
teori
= 1,49

% Beda = |

| x 100%
= |

| x 100%
= 99,97%

K. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai kecepatan atau laju
transmisi cahaya dalam serat optik sebesar 4,3800 x 10
4
m/s dan nilai indeks bias
dari serat optik yang digunakan sebesar 6844,29. Bila dibandingkan dengan nilai
teori persentase perbandingan antara nilai laju transmisi experimen dan indeks bias
eksperimen mengalami perbedaan yang terlampau jauh bahkan hampir mencapai
perbedaan 100%. Adapun besar perbedaannya yaitu 99,95 % untuk kecepatan cahaya
dalam serat optik dan 99,97% untuk indeks bias dalam serat optik. Perbedaan nilai
ini terjadi diakibatkan oleh beberapa kesalahan prosedural yang mungkin saja terjadi
selama proses pengambilan data.

L. Kesimpulan
1. Cahaya tidak hanya dapat merambat di udara tetapi juga dapat merambat
melalui medium.
2. Pada serat optik, gelombang cahaya yang bertugas membawa sinyal informasi,
dimana tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau
kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen elektronik yang dikenal dengan
komponen opipeltronik yang terdapat pada setiap ujung serat optik
3. Kecepatan cahaya yang merambat melalui medium lebih kecil jika
dibandingkan dengan kecepatan cahaya di udara.
4. Indeks bias dari serat opti secara experimen diperoleh sebesar 6844,29.

164

M. Kemungkinan Kesalahan
1. Kabel penghubung yang dipergunakan tidak dapat berfungsi secara maksimal
(ada yang terkelupas).
2. Tegangan baterei yang dipergunakan sudah melemah, sehingga mempangaruhi
tegangan pada optical receiver yang terbaca pada voltmeter.
3. Sinyal gelombang yang diperoleh tidak berupa sinyal sinusoidal sempurna,
sehingga mempengaruhi penjumlahan sinyal gelombang antara chanel 1 dan
chanel 2.
N. Daftar Pustaka
Kusminarto. 2011. Esensi Fisika Modern. Yogyakarta: Andi
Siregar,Rustam E. 2010. Teori dan Aplikasi Fisika Kuantum. Bandung: Widya
Pajajaran
Purwanto,Agus. 2006. Fisika Kuantum. Jogjakarta: Gavamedia
http://elektro63.blogspot.com/2011/12/serat-optik.html (diakses pada tanggal 13
Desember 2012 pukul 13.15WITA)
http://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optik (diakses pada tanggal 17 Desember 2012
pukul 15.21 WITA)


TOPIK X

PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I



SERAT OPTIK DENGAN MENGGUNAKAN
SATU OPTICAL RECEIVER








DISUSUN OLEH
NAMA : Adib Pahrudin
NIM : 421 410 014
KELOMPOK : I (Satu)
KAWAN KERJA : Melinda I Usman
Nikmarizki Wadipalapa







JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2O12
165

A. Topik :
SERAT OPTIK DENGAN MENGGUNAKAN
SATU OPTICAL RECEIVER
B. Rumusan Masalah
1. Berapakah perbandingan nilai Tegangan Gain Kontrol dan Zero Kontrol
yang terdapat pada papan penerima optik dalam mentransmisikan cahaya?
2. Bagaimana perbandingan Tegangan Gain Kontrol dan Zero Kontrol yang
diperoleh dari hasil eksperimen?
3. Bagaimanakah kelebihan serat optik dalam mentransmisikan cahaya dari
sumber cahaya ke optical receiver?
4. Berapakah tegangan yang diperlukan oleh gain control dan zero control
pada optical receiver dalam mentransmisikan cahaya?
C. Tujuan
1. Menentukan besar tegangan gain kontrol dan zero kontrol yang terdapat
pada papan penerima optik
2. Membandingkan tegangan gain kontrol dan zero kontrol yang diperoleh
dari hasil percobaan.
3. Mempraktekkan dan mengetahui secara langsung kelebihan serat optic
dalam mentransmisikan cahaya
4. Mengukur tegangan yang diperlukan oleh gain control dan zero control
optical receiver dalam mentransmisikan cahaya
D. Landasan Teori Dan Hipotesis
Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari
kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat
lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini
berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik
tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari
udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan
166

transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai
saluran komunikasi.
Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan
pelemahan (attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur
(bandwidth) yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data
menjadi lebih banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel
konvensional. Dengan demikian serat optik sangat cocok digunakan terutama
dalam aplikasi sistem telekomunikasi. Pada prinsipnya serat optik memantulkan
dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat didalamnya.
Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun
gelas/kaca. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap
oleh serat optik.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optik)

Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari
kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat
lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini
berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik
tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari
udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan
transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai
saluran komunikasi.
(Soedjojo,1992:170)

Serat optik digunakan sebagai sensor karena mempunyai keunggulan
dibanding sensor yang lainnya, diantaranya adalah tidak kontak langsung dengan
obyek pengukuran, tidak menggunakan listrik sebagai isyarat, akurasi
pengukuran tinggi, relatif kebal terhadap induksi listrik dan magnet, dapat
dimonitoring dari jarak jauh, dapat dihubungkan dengan sistem komunikasi dara
melalui perangkat antar muka (interface), serta ukurannya yang kecil dan ringan.
167

Prinsip kerja dari sensor serat optik dibangun dari 3 macam modulasi, yaitu
modulasi intensitas, modulasi fase dan mosulasi panjang gelombang.
(http://faqihfatony.blogspot.com/2012/12/pemanfaatan-serat-optik.html)
Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan
pelemahan (attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur
(bandwidth) yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data
menjadi lebih banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel
konvensional. Dengan demikian serat optik sangat cocok digunakan terutama
dalam aplikasi sistem telekomunikasi../../../Dokumen/Semester V/LAB 1/materi
Lab 1/Serat_optik.htm - cite_note-Hecht-2. Pada prinsipnya serat optik
memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat didalamnya.
(kusminarto,2011:41)
Sistem masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi
berikutnya, terdiri dari : alat encoding : mengubah input (misal suara) menjadi
sinyal listrik transmitter : mengubah sinyal listrik menjadi sinyal gelombang,
berupa LED dengan panjang gelombang 0,87 mm. serat silika : sebagai
penghantar sinyal gelombang repeater : sebagai penguat gelombang yang
melemah di perjalanan receiver : mengubah sinyal gelombang menjadi sinyal
listrik, berupa fotodetektor alat decoding : mengubah sinyal listrik menjadi
output (misal suara) Repeater bekerja melalui beberapa tahap, mula-mula ia
mengubah sinyal gelombang yang sudah melemah menjadi sinyal listrik,
kemudian diperkuat dan diubah kembali menjadi sinyal gelombang. Generasi
pertama ini pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas transmisi sebesar 10
Gb.km/s.(Siregar,2010:8-9)

E. Alat Dan Material
1. Papan penerima optik / Optical Receiver
2. Voltmeter Analog atau Digital
3. Baterai
4. Serat Optik (fibre optic)
168

5. Sumber Cahaya/lampu
F. Variabel Dan Definisi Operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu, sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau
ditetapkan, dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya. Adapun
variabel bebas pada percobaan ini adalah:
Tombol pengaturan zero dan gain, dimana pengaturan tombol putar
zero dan gain pada optical receiver ini berfungsi mengalirkan cahaya.
2. Variabel terikat
Variabel terikat yaitu, sesuatu yang nilainya dipengaruhi oleh nilai dari
varibel bebas. Adapun variabel terikat pada percobaan ini yaitu:
V
g
adalah tegangan pada gain, merupakan tegangan yang dihasilkan
oleh papan penerima optik yang dihubungkan dengan Multimeter
digital/analog pada tombol gain dan dibaca pada skala pembacaan
tegangan (volt).
V
z
Adalah Tegangan Pada Zero merupakan tegangan yang
dihasilkan oleh papan penerima optik yang dihubungkan dengan
multimeter digital/analog pada tombol zero dan nilainya dibaca pada
skala pembacaan tegangan.
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol yaitu, sesuatu yang nilainya sebagai pengontrol
variabel terikat bebas selama percoban dilakukan. Adapun variabel kontrol
dalam percobaan ini yaitu :
Panjang serat optik, dimana pada percobaan ini meggunakan serat
optik dengan panjang 19,8 m yang diukur dengan menggunakan
mistar.
Tegangan sumber, yang dalam hal ini berkisar 6 volt yang berasal
dari tegangan batu baterei.


169


G. Prosedur Kerja
1. Menghubungkan power input ke baterai yang tersusun secara seri yang
tegangannya 6 volt dan menyalurkan secara perlahan arus DC dengan
kisaran 5-6 volt.
3. Menghubungkan voltmeter analog/digital dengan kisaran 0-15 volt ke
lubang output.










4. Memutar penuh gain kontrol berlawanan arah jarum jam, maka akan
diketehui bahwa gain zero kontrol dapat digunakan untuk memindahkan
tegangan output antara 0 dan sekitar 0,4 volt. Dengan menggunakan
cahaya untuk menyinari lubang, maka akan diketahui bahwa gain kontrol
dapat mengontrol kepekaan yang lebih dengan kisiran 15:1, juga akan
memberikan efek atas zero control. Tegangan output minimum
kemungkinan akan menjadi sekitar 50 volt gain maksimum.
Catatan : Ketika gain hampir stabil (untuk penerapan yang
benar) cahaya yang masuk kelubang penerima harus teratur ke
minimum dan zero kontrol diputar searah jarum jam sampai
tegangan bertambah 0,43 volt.
5. Output adalah sebuah digital output yang mana tanpa modulasi cahaya.
Keduanya bisa berada di 0 volt sekitar 5,5 volt, terutama jika tegangan
170

lampu berada didekat lubang. Meninjau sebuah lubanggelombang persegi
dan 100 Hz di output 2 (di USA 120 Hz).
Catatan : output 2 sengaja digunakan untuk pemindahan data cepat
dan untuk mengukur kecepatan cahaya dalam serat. Output 1 adalah
sangat cocok digunakan untuk frekuensi diatas 5 KHz. Selain itu bekerja
lebih teliti pada arus DC.








Gambar rangkaian

H. Analisis Data Dan Pembahasan
1. Pada saat gain kontrol berlawanan arah jarum jam, zero kontol
menunjukkan nilai tegangan sebesar 0,51 volt, sehingga dicatat sebagai
tegangan zero (V
z
) = 0,51 volt
2. Sesudah diberi cahaya di depan lubang serat, gain kontrol mulai digunakan
untuk memberikan kepekaan yang lebih atau menambah laju penerima
cahaya oleh serat optik, pada saat gain kontrol diputar searah jarum jam
tegangan bertambah sebesar 0,03 volt. Jadi untuk tegangan gain (V
g
) =
0,03 volt.





+
+
5-6 volt
zero gain
voltmeter
+
-
171

I. Hasil Percobaan Dan Pengolahan Data
1. Tegangan Zero
V
Z
= 0,51 Volt
V
Z
= Akurasi Voltmeter x Vz
= 0,005 x 0,51 Volt
= 0,00225 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V
Z
V
Z
) = ( 5,100 0,022) 10
-1
Volt

2. Tegangan Gain
V
G
= 0,03 Volt
V
G
= Akurasi Voltmeter x Vz
= 0,005 x 0,03 Volt
= 0,00015 Volt
KR = x 100%
= x 100%
= 0,5% (4 AP)
(V
G
V
G
) = ( 3,000 0,015) 10
-2
Volt
1. Menghitung perbandingan Tegangan Zero dan Tegangan Gain
V
Z
: V
G
0,51 : 0,03
17 : 1






172

2. Perbandingan antara hasil percobaan dengan teori

% Beda = x 100%
= x 100%
= 13,33%

I. Interpretasi Data
Dari data yang diperoleh, dapat diketahui perbandingan tegangan antara
gain dan zero yaitu 1: 17. Dari hasil data percobaan nilai zero 17 kali lebih
besar dari nilai gain, ini membuktikan bahwa zero kontrol mampu memberikan
kepekaan yang lebih besar dan menambah laju penerimaan cahaya melalui serat
optik yang dilaluinya.

J. Pembahasan
Dengan menggunakan cahaya melalui serat optik, dapat dibuktikan bahwa
serat optik dapat mentransmisikan cahaya serta mentransformasikan cahaya.
Peristiwa ini terjadi pada saat memutar gain kontrol secara penuh berlawanan
arah jarum jam. Pada refraksi yang mengharuskan bahwa jika cahaya dibelokkan
ke arah normal ketika merambat di udara ke medan yang rapat secara optis,
maka laju cahaya dalam medium nilainya lebih besar daripada laju cahaya di
udara.
Untuk perbandingan tegangan antara gain dengan zero, yaitu sebesar 1 : 17
menunjukkan bahwa gain kontrol dalam posisi maksimum akan memberikan
kepekaan hampir 17 kali lebih besar. Sebab pada gain kontrol frekuensi
gelombang cahaya yang melalui serat optik akan menghasilkan nilai tegangan
yang mendekati nilai sumber tegangan yang dihubungkan dengan power input.
Pada gain kontrol hampir seluruh tegangan, mampu dipindahkan melalui
serat optik sedangkan pada zero kontrol, besarnya frekuensi gelombang cahaya
hanya menghasilkan tegangan yang kecil.
173


K. Kesimpulan
1. Serat optik mampu menaikkan tegangan menjadi 10 kali lebih besar dari
tegangan semula.
2. Serat optik mampu mentransmisikan cahaya dari ujung satu ke ujung yang
lain.
3. Kenaikan tegangan pada V
g
terjadi pada saat gain kontrol diputar penuh
searah jarum jam.

L. Kemungkinan Kesalahan
1. Kesalahan praktikan dalam merangkai/menyusun alat.
2. Sumber tegangan baterai yang dipergunakan tidak maksimal, sehingga
kenaikan tegangan pada gain control tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.

M. Daftar Pustaka
Kusminarto.2011.Esensi Fisika Modern. Yogyakarta:Andi.
Siregar,Rustam E. 2010.Teori dan Aplikasi Fisika Kuantum. Bandung: Widya
Pajajaran
Soedjojo,peter. 1992. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid 3 Optika. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada
http://faqihfatony.blogspot.com/2012/12/pemanfaatan-serat-optik.html (diakses
pada tanggal 17 Desember 2012 pukul 11.16 WITA)
http://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optik (diakses pada tanggal 13 Desember
2012 pukul 13.43 WITA)


TOPIK XI

PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIKA I



APPERATURE ACCESSORIES










DISUSUN OLEH
NAMA : Adib Pahrudin
NIM : 421 410 014
KELOMPOK : I (Satu)
KAWAN KERJA : Melinda I Usman
Nikmarizki Wadipalapa



JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2O12

174

A. Topik :
APPERTURE ACCESSORIES

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh variasi celah terhadap intensitas bayangan?
2. Bagaimana pengaruh variasi celah yang digunakan terhadap intensitas
bayangan?
3. Bagaimana pengaruh dari ukuran celah pada kedalaman medan?
4. Bagaimana aberasi sferis dan aberasi warna pada suatu lensa?
C. Tujuan
1. Menunjukkan pengaruh variasi celah terhadap intensitas bayangan yang
dihasilkan.
2. Menunjukkan pengaruh dari ukuran celah pada kedalaman medan.
3. Menunjukkan aberasi warna yang dihasilkan.

D. Landasan Teori
Aberasi merupakan peristiwa dimana bayangan yang dibentuk oleh sistem
optik tidak tepat serupa dengan bentuk bayangan atau dengan kata lain aberasi
yaitu penyimpangan bentuk bayangan dari bentuk bendanya.
Pengertian aberasi sferis tidak hanya ditujukan bagi permukaan lengkung
yang berwujud permukaan bola, melainkan juga untuk sembarang permukaan
lengkung. Jenis kelengkungan permukaan suatu benda akan menentukan
besarnya aberasi sferis yang terjadi. Aberasi sferis terjadi karena adanya
kelengkungan sferis permukaan bidang batas. Rumus optika geometri hanya
berlaku untuk berkas sinar-sinar yang paraksial.
Misalkan sinar paraksial dari titik sumber P membentuk bayangan P, maka
berkas sinar yang lebih jauh dari sumbu utama akan membentuk bayangan P
yang letaknya berbeda dengan P. Sehingga dari berbagai berkas sinar yang
semakin jauh dari sumbu utama akan dibentuk berbagai bayangan sehingga
secara keseluruhan bayangan dari suatu titik sumber cahaya tidak akan berwujud
titik bayangan melainkan akan berbentuk bundaran kabur. Makin besar
bundarannya makin kabur bayangan tersebut, dan bayangan yang paling tajam

175

akan berada di tempat dimana bundaran bayangan paling kecil. Bundaran paling
kecil tersebut disebut dengan circle of least confucion yakni bundaran dengan
kekaburan minimum.
(http://muhammadarifsoebroto.blogspot.com/2008/12/kumpulan-laporan-
laboratorium-fisika-1.html)

Aberasi optik (optical aberration) adalah degradasi kinerja suatu sistem
optik dari standar pendekatan paraksial optika geometris (paraxial optics).

Degradasi yang terjadi dapat disebabkan sifat-sifat optik dari cahaya maupun
dari sifat-sifat optik sistem kanta sebagai medium terakhir yang dilalui sinar
sebelum mencapai mata pengamatnya.
(http://www.kumpulanistilah.com/2011/06/pengertian-aberasi-sferis.html)

Definisi aberasi adalah kelainan bentuk bayangan yang dihasilkan oleh lensa
atau cermin. Suatu kesalahan dalam system optis sehingga bayangan yang terjadi
tidak sama dengan bendanya. Pada lensa atau cermin, kadang-kadang terbentuk
bayangan yang tidak dikehendaki. Kelainan atau cacat bayangan inilah yang
disebut dengan aberasi. Misalnya timbulnya jumbai-jumbai berwarna di sekitar
bayangan. Ada dua macam aberasi, yaitu aberasi kromatik dan aberasi sferis.
(Soedjojo,1992:41)
Pengertian aberasi kromatik Jika sinar putih (polikromatik) diarahkan tegak
lurus pada lensa, akan mengalami pembiasan sekaligus disperse. Karena sinar
putih terdiri atas berbagai macam warna dengan indeks bias berbeda, berkas
sinar akan menyebar dengan sederetan jarak focus yang berlainan. Sinar dengan
indeks bias terbesar akan mempunyai jarak pada focus terjauh. Akibatnya,
bayangan yang terbentuk lensa itu tidak tajam. Cacat bayangan pada lensa akibat
pengaruh indeks bias ini.
(Giancoli,1998:346)
Aberasi kromatis terjadi berdasarkan kenyataan bahwa indeks bias cahaya
tergantung pada warna cahaya tersebut. Warna biru akan lebih dibiaskan

176

daripada warna merah. Dengan demikian maka jarak fokus untuk masing-masing
warna dalam pembentukan bayangan oleh sistem optik juga berbeda. Warna biru
mempunyai jarak fokus yang lebih pendek daripada warna merah.
Aberasi kromatis seperti halnya aberasi sferis terdiri atas dua jenis yaitu
aberasi kromatik aksial atau longitudinal, dan aberasi kromatis lateral. Aberasi
kromatik aksial yaitu terjadinya variasi warna bayangan sepanjang arah sumbu
utama, sedangkan aberasi kromatis lateral merupakan uraian warna pada
bayangan yang terlihat jika dipasang tabir pada suatu tempat.
Pada percobaan ini dengan menggunakan piringan lekah (apperture disk),
dimana ketika besar celah diperkecil dengan cara suatu tertentu maka intensitas
cahayanya menembus celah berikutnya.
(Resnic,1996:116)

E. Alat Yang Digunakan
1. Bangku optik (Optical bench)
2. Accessory holder
3. Lensa 100 mm
4. Light source 12 V
5. Apperture accessory (05-8524)
6. Central mask
7. Peripheral (outher mask)
8. Screen
9. Digital photometer ( SE-9087)
F. Variabel-Variabel
1. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu, sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau
ditetapkan, dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya.
Percobaan pertama :
Lebar celah atau ukuran celah yang digunakan yang disimbolkan
dengan f-4 sampai f-22. Dimana lebar celah yang digunakan bervariasi.

177

Percobaan kedua :
Ukuran celah, yang terdiri dari f-4 sampai f-22.
2. Variabel terikat
Variabel terikat yaitu, sesuatu yang nilainya dipengaruhi oleh nilai
dari varibel bebas.
Percobaan pertama :
Intensitas cahaya yang dapat dilihat pada layar, yang memiliki nilai dan
diukur dengan menggunakan fotometer digital.
Percobaan kedua :
Jarak antara layar yang menangkap bayangan dengan sumber cahaya
yang disimbolkan dengan d, yaitu situasi dimana bayangan benda dapat
ditangkap dengan jelas oleh layar, yang terdapat pada bangku optik
dengan satuan cm.
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol yaitu, sesuatu yang nilainya sebagai pengontrol
variabel terikat bebas selama percoban dilakukan.
Percobaan pertama :
Posisi lensa +100 mm, dimana posisi lensa dibuat tetap tanpa diubah-
ubah.
Percobaan kedua :
Letak lensa, dimana dalam percobaan ini digunakan lensa dengan
fokus +100 mm.
G. Prosedur Kerja
Bagian I : Aberasi sferis
1. Menunjukkan bahwa intensitas dari sebuah bayangan menjadi setengah
dengan tiap-tiap penambahan atau pengurangan pada ukuran celah.
2. Menggunakan lensa 100 mm, dengan piringan lekah dipasang pada
celah yang terbesar (f-4), kemudian memfokuskan bayangan obyek
yang diterangkan pada layar

178

3. Menggunakan sebuah fotometer digital (seperti SE-9087) pada posisi
layar untuk menentukan bayangan, kemudian mencatat nilainya pada
tabel hasil pengamatan.
4. Mengulangi langkah 1 dan 2 dengan memilih celah berikutnya yang
lebih kecil (f-5,6) dan mengukur cahaya yang baru untuk menunjukkan
bahwa intensitas cahaya adalah setengah dari nilai sebenarnya,
mengulangi percobaan ini untuk semua celah.

Menunjukkan bagaimana pengaruh dari ukuran celah pada kedalaman
medan.
1. Meletakkan layar 50 cm dari sumber cahaya, menggunakan lensa
100 mm dengan celah (f-4) untuk memfokuskan obyek pada layar.
Mengecek seberapa jauh layar dapat digerakkan tanpa
memperhatikan perubahan jelas atau tidaknya bayangan.
2. Mengulangi prosedur bagian tersebut dengan menggunakan celah
yang lebih kecil untuk menunjukkan bahwa stopping down
memberikan ke dalam obyek yang lebih besar dari bidang ( seperti
gambar akan nampak di atas titik focus ke arah yang lebih luas dari
posisi layar).

Menunjukkan aberasi sferis pada lensa
1. Menggunakan lensa 100 mm pada fokus gambar dari obyek yang
bersinar pada layar.
2. Meletakkan alat outher mask aberasi spherical pada lensa kembali
pada fokus gambar dengan memindahkan layar, mencatat layar
mana yang harus digerakkan untuk membawa gambar ke fokus.
Apakah sinar-sinar menembus ujung outher mask dari pada lensa
atau kurang menembus bagian tengah dari pada lensa.


Bagian II : Aberasi warna
Menunjukkan aberasi warna

179

1. Menggunakan lensa 100 mm dengan centre mask ke gambar fokus
obyek yang bercahaya pada layar.
2. Memindahkan layar dari tempatnya dan lensa, hingga gambar
menjadi kabur. Kemudian melihat warna apa yang ditimbulkan
gambar
3. Memindahkan layar terhadap lensa melalui titik fokus sehingga
gambar kabur kembali, kemudian melihat warna gambar apa yang
ditampilkan oleh gambar dan warna mana (merah atau biru yang
diarahkan lebih menembus atau melewati bagian outher mask dari
pada lensa.)


H. Hasil Percobaan dan Pembahasan
Bagian I : Aberasi sferis
Menunjukkan bahwa intensitas dari sebuah bayangan untuk setiap
ukuran celah
Ukuran Celah Intensitas bayangan (cd)
f-4
f-5,6
f-8
f-11
f-16
f-22
52
48
44
38
30
22

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa semakin besar ukuran
celah yang digunakan maka semakin kecil intensitas cahaya yang
dihasilkan. Begitu pula sebaliknya semakin kecil celah yang digunakan
maka semakin besar intensitas cahaya yang dihasilkan. Atau bisa
dikatakan bahwa hubungan antara ukuran celah dengan intensitas cahaya
adalah berbanding terbalik.

180

Menunjukkan bagaimana pengaruh dari ukuran celah pada
kedalaman medan.
Ukuran Celah Jarak (d) m
f-4
f-5,6
f-8
f-11
f-16
f-22
0,58
0,585
0,595
0,64
0,69
0,81

Berdasarkan data tabel percobaan kedua di atas dapat dijelaskan
bahwa semakin besar ukuran celah yang digunakan, maka jarak yang dibutuhkan
untuk dapat melihat bayangan pada layar semakin besar, begitu juga sebaliknya.
Jarak inilah yang merupakan kedalaman medan yang ditunjukkan oleh tingkat
kekaburan bayangan, dimana kekaburan suatu bayangan dapat diperoleh dengan
cara menjauhkan layar dari lensa. Sebaliknya apabila layar digeser mendekati
lensa, maka bayangan akan tampak semakin jelas, sehingga pengaruh ukuran
celah terhadap kedalaman medan tidak teramati. Dengan kata lain hubungan
antara ukuran celah dengan jarak adalah berbanding lurus.

I. Kesimpulan
1. Semakin besar ukuran celah yang dilalui oleh cahaya maka semakin
kecil intensitas cahaya suatu obyek. Sebaliknya semakin kecil ukuran
celah maka intensitas cahayanya semakin besar. Dengan kata lain
hubungan antara ukuran celah dengan intensitas cahaya adalah
berbanding terbalik.
2. Kedalaman medan suatu obyek ditentukan oleh tingkat kekaburan
bayangan, dimana pengaruh ukuran celah terhadap kedalaman medan
tidak dapat terlihat bila bayangan suatu obyek semakin jelas/terang.
3. Semakin besar ukuran celah yang digunakan, maka jarak kekaburan
bayangan suatu obyek semakin besar, demikian pula sebaliknya semakin

181

kecil ukuran celah yang digunakan, jarak kekaburan bayangan semakin
kecil.

J. Kemungkinan Kesalahan
1. Kurangnya kecermatan praktikan dalam melihat bentuk bayangan yang
paling jelas pada layar.
2. Tegangan listrik yang tidak stabil, sehingga dapat menyebabkan
intensitas dari sumber cahayanya tidak konstan.
3. Adanya kesalahan paralaks dalam membaca jarak antara layar dan lensa
yang ditunjukkan oleh skala metrik pada bangku optik sehingga
mempengaruhi tingkat keakuratan data.
4. Adanya cahaya lain yang masuk dalam ruangan, sehingga dapat
mengganggu pembacaan intensitas cahaya (data) yang diperoleh tidak
akurat.

K. Daftar Pustaka
Resnic, Halliday. 1996. Fisika J ilid 2. Jakarta : Erlangga.
Soedjojo,peter. 1992. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid 3 Optika.Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada
Giancoli, Douglas C.1998.fisika edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga
http://www.kumpulanistilah.com/2011/06/pengertian-aberasi-sferis.html
(diakses pada tanggal 13 Desember 2012 pukul 15.42 WITA)
http://muhammadarifsoebroto.blogspot.com/2008/12/kumpulan-laporan-
laboratorium-fisika-1.html (diakses pada tangga 17 Desember 2012
pukul 14.54 WITA)

182

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil eksperimen dipeoleh nilai untuk kecepatan cahaya adalah
2,9836695110
8
m/s
2. Energi total dari masing-masing spektrum warna berbanding lurus (linier)
dengan frekuensi dan berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya
3. Hubungan antara % transmisi dengan potensial henti selalu linear atau
berbanding lurus, dimana semakin besar nilai % transmisi maka nilai dari
potensial hentipun semakin bertambah besar dan tiap sepektrum memiliki
frekuesi yang berbeda
4. Besar radiasi yang dipancarkan oleh setiap permukaan tergantung pada
temperatur bahan tersebut
5. Semakin besar tegangan yang diberikan, maka semakin besar pula
temperatur filamen lampu stefan Boltzman dan Semakin besar
temperatur dari suatu benda, maka tegangan radiasi dari benda tersebut
akan bertambah.
6. Jika radiasi yang dipancarkan kubus maksimum, maka tegangan yang
terbaca pada sensor radiasi pun maksimum, atau dengan kata lain jika
suhu kubus maksimum, maka tegangan yang dihasilkan oleh sensor pun
maksimum
7. Panjang gelombang dari sinar laser pada percobaan ini sebesar 7.2 x 10
-7

meter atau sebesar 72000


8. Semakin besar nilai sudut , maka semakin banyak jumlah frinji yang
keluar atau yang dihasilkan dan Indeks bias kaca/gelas yang diperoleh
pada percobaan ini sebsar 1,631
9. Indeks bias dari serat opti secara experimen diperoleh sebesar 6844,29.
183

10. Dari data yang diperoleh, dapat diketahui perbandingan tegangan antara
gain dan zero yaitu 17 : 1
11. Jika celah yang dilalui oleh cahaya besar maka semakin besar intensitas
bayangan suatu obyek. Sebaliknya jika ukuran celah kecil maka intensitas
bayangannya juga semakin kecil.

B. SARAN
Kepada para pembaca khususnya para mahasiswa fisika di UNG supaya dapat
membuktikan teori fisika dengan eksperimen melalui lab 1 dengan benar!!!



















184

LAMPIRAN

You might also like