You are on page 1of 9

Rhinitis akut/ rhinitis simpleks

Pneumonia

Rhinitis ya disebabkan oleh virus ( salesma, common cold, flu)

DEFINISI Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkhiolus

Etiologi : rhinovirus, myxovirus, cocksakie, ECHO.

terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
ETIOLOGI Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan

GK: Panas, kering n gatal pada hidung, bersin berulang2, hidung tersumbat n ingus encer,demam n nyeri kepala.

Infeksi sekunder : ingus menjadi mukopurulen.

dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui doplet sering disebabkan Streptococcus

Terapi: Istirahat Analgetik, antipiretik Dekongestan

pneumoniae, melalui slang infus oleh staphylococcus aureus sedangkan infeksi pada saluran ventilator oleh P. aeruginosa dan Enterobacter.

Antibiotic diberikan bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri.

Etiologi Pneumonia Komunitas

Str. Pneumoniae pada , M. pneumoniae , Chlamydia pneumoniae , dan oleh S. aureus, Gram

Rhinitis medikamentosa

negative enteric, M. pneumoniae, C. pneumoniae Legionella dan virus sebesar sp.10%.

Adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respons normal vasomotor yang diakibatkan oleh pemakaian vasokontriktor topical ( tetes hidung atau semprot hidung) dlm wktu lama n berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yg menetap.
Etiologi Pneumonia Nosokomial Etiologi tergantung 3 faktor yaitu: tingkat berat sakit, adanya resiko untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia. PN juga tersering disebabkan oleh bakteri. PN awitan

Etiologi : drug abuse

awal dalam kurung waktu 3hari yang kumannya sering pula didapat diluar RS, biasanya disebabkan

GK: hidung tersumbat terus menerus n berair. Konka edema/hipertrofi dgn secret hidung yg berlebihan. Apabila ditampon adrenalin edema konka tdk berkurang.

oleh Streptococcus Pneumoniae (5-10%), M. catarrhalis (<5%) dan H. influenza.

Gk:
Demam (390-400C) dan menggigil. Batuk yang mengeluarkan dahak berwarna kuning, hijau, keperangan atau mungkin

Penatalaksanaan:

1. Hentikan penggunaan obat tetes/semprot vasokontriktor. 2. Kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek,tapering off 5mg/hari 3. Kortikosteroid topical min. 2 minggu 4. Dekongestan oral (pseudoefedrin).
Anamnesis Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungan dengan factor infeksi: a. Evaluasi factor pasien/ predisposisi : PPOK (H. influenza)penyakit kronik, kejang atau tidak sadar, penurunan imunitas, pneumocystic carinii, CMV, legionella, jamur, Mycobacterium, kecanduan obat bius. b. Bedakan lokasi infeksi : PK, rumah jompo, PN, Gram negatif. c. Usia pasien : bayi, muda , dewasa. d. Awitan : cepat, akut dengan rusty coloured sputum; perlahan, dengan batuk, dahak sedikit.

mengandungi darah (mukus dikeluarkan dari paruparu). Sakit dada terutama ketika batuk atau semasa menarik nafas yang dalam Bernafas dengan cepat dan pendek, Kelesuan

Pemeriksaan Fisis a. Awitan akut biasanya oleh kuman pathogen seperti S. pneumoniae, streptokokus spp, Staphylococcus. Pneumonia virus ditandai dengan mialgia, malaise, batuk kering dan non productive. b. Awitan lebih insidious dan ringan pada orang tua/ imunitas menurun akibat kuman yang kurang pathogen/ oportunistik. c. Tanda-tanda fisis pada tipe pneumonia klasik bias sisapatkan berupa demam, , sesak napas , tanda-tanda konsolidasi paru. d. Warna, konsistensi, dan jumlah sputum penting untuk diperhatikan.

Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan Radiologis Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease) 2. Pemeriksaan laboratorium Leukositosis 3. Pemeriksaan Bakteriologis Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi atau biopsy. 4. Pemeriksaan Khusus Titer antibody terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostic jika titer tinggi atau ada kenaikan titer 4kali. Analisis gas darah dapat dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.

PENCEGAHAN Pneumonia Komunitas Diluar negeri dianjurkan pemberian vaksinasi influenza dan pneumokokus terhadap orang dengan resiko tinggi, Pneumonia Nosokomial Pencegahan PN berkaitan erat dengan prinsip umum pencegahan infeksi dengan cara penggunaan peralatan invasif yang tepat

Pneumococcus_Penisilin, sefalosporin, makrolide Haemophillus__Sefalosporin gen. 3, amoxyc/clavulanic Staphyloccus___ Flucloxacilin, sefalosporin, makrolide Legionella_ Makrolide Mycoplasma___ Tetrasiklin, makrolide Anaerob___ Metronidazole Kuman Gr (-)__ sefalosporin, aminoglikosida Virus__ Ribavirin, amantadine (setelah identifikasi virus) Kuman opportunis__ Sesuai diagnosis

Dalam memilih AB untuk PK perlu diingat : a) Sebanyak 69-100% kuman penyebab PK berupa Hemophilus spp., Staphylococcus sp menghasilkan B laktamase. b) Konsentrasi makrolide di jaringan dan paru lebih tinggi dari plasma hingga kadarnya dapat mencapai level yang cukup untuk mikoplasma,

Hemophilus dan Staphylococcus. AB yang dipilih harus mencakup kedua tipe kuman; karena itu pada PK yang berobat jalan dapat digunakan makrolid.

Bronkopneumonia

DEFENISI Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).

ETIOLOGI Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah : Faktor Infeksi Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV). Pada bayi : Virus : Virus parainfluensa, virus influenza,

Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus. Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis. Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.

Pada anak-anak : Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.

Pada anak besar dewasa muda : Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.

GK : ISPA Demam tinggi 39-40oC Inspeksi : pernafasan cuping hidung(+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga. Palpasi : Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit. Perkusi : Sonor memendek sampai beda Auskultasi : Suara pernafasan mengeras ( vesikuler mengeras )disertai ronki basah

gelembung halus sampai sedang.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. leukositosis, biasanya 15.000 40.000/ mm3 dengan pergeseran ke kiri. 2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun. 3. Peningkatan LED. 4. Kultur dahak dapat positif pada 20 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab). 5. Analisa gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.

Bronkopneumonia sangat berat : Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika. Bronkopneumonia berat : Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika. Bronkopneumonia : Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat : > 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan > 50 x/menit pada anak usia 2 bulan 1 tahun > 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun. Bukan bronkopenumonia : Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala

seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab: 1. kultur sputum atau bilasan cairan lambung 2. kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus 3. deteksi antigen bakteri PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan bronkopneumonia tergantung pada penyebab yang sesuai dengan hasil dari pemeriksaan sputum,yang mencakup: Anak dengan sesak nafas,memerlukan cairan IV dan oksigen (1-2/menit) Cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi seperti penisilin ditambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicilin.

You might also like