You are on page 1of 21

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bahan baku minyak goreng dapat diganti dengan berbagai bahan lainnya, seperti jagung, buah kelapa, dan ikan. Semakin bagus bahan baku yang digunakan maka semakin mahal harga minyak tersebut. Selain itu kuantitas bahan baku yang tersedia di alam juga mempengaruhi harga minyak yang akan dihasilkan. Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air. Minyak ikan ini terbagi atas dua golongan yaitu minyak hati ikan (fish liver oil) yang terutama di manfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan golongan lainnya adalah minyak tubuh ikan (body oil). Kadar minyak dalam ikan sangat bervariasi, dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu jenis ikan, jenis kelamin, umur ikan, musim, siklus bertelur, dan lokasi geografis. Komposisi minyak ikan laut lebih kompleks, mengandung asam lemak tak jenuh berantai panjang, yang lebih banyak dibandingkan ikan air tawar. Pada percobaan ini, metode yang digunakan adalah ekstraksi minyak ikan dari limbah ikan patin. Bahan yang digunakan adalah limbah dari ikan patin tersebut, yaitu lemak ikan. Alasan dalam penggunaan limbah ikan ini karena biasanya limbah ikan patin hanya digunakan sebagai pakan makan ikan lainnya atau bahkan hanya dijadikan limbah buangan. Sedangkan alat yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah alat kukus, oven, dan corong pisah.

1.2

Tujuan Praktikum

a. Mengisolasi minyak ikan dari limbah ikan patin b. Menghitung rendemen c. Menghitung asal lemak bebas

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ikan Patin Ikan patin dengan nama latin Pangasius pangasius merupakan salah satu ikan air tawar yang kaya dengan minyak dengan lemak ikan yang bagus untuk kesehatan kita. Ikan patin memiliki ciri fisik berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah yang merupakan ciri khas golongan catfish. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Kerabat ikan patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya Pangasius polyurando (ikan juaro), Pangasius macronema, Pangasius nasutus. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaanm, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm.sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk membesarkan tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir kandungan oksigen rendah pun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini. Jenis ikan patin ini biasanya dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi yaitu sebagai sumber protein hewani selain itu ada juga yang memanfaatkanya sebagai ikan hias. Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air. Minyak ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan (fish liver oil) yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan golongan lainnya adalah minyak tubuh ikan (body oil). Sifat minyak ikan yang telah dimurnikan secara organoleptik, yaitu cairan yang berwarna kuning muda, jernih dan berbau khas minyak ikan. Sifat fisiknya berbentuk cair dengan berat jenis sekitar 0,92 gr/ml dan sifatnya yaitu angka iod lebih dari 65gr/100 gr, angka penyabunan 185-195 mg/gr, asam lemak bebas 0,1-13%, dan angka tidak tersabunkan 0,5-2,0 mg/gr. 2

Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut: Ordo Subordo Famili Genus Spesies : Ostarioplaysi. : Siluriodea. : Pangasidae. : Pangasius. : Pangasius pangasius

Selain merupakan sumber protein, ikan patin juga memiliki beberapa kandungan berbagai zat yang sangat bermanfaat, diantaranya asam lemak tak jenuh, Omega-3, Selenium, dan Taurin. Potensi yang bermanfaat ini juga dilihat dari anilisis kandungan gizi ikan ini mengandung 16,08% protein, kandungan lemak sektiar 5,75%, karbohidrat 1,5%, abu 0,97% dan air 75,7%.

2.2

Minyak Ikan Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air

(Winarno, 1995). Minyak ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan (fish liver oil) yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan golongan lainnya adalah minyak tubuh ikan (body oil) seperti halnya minyak ikan lemuru. Minyak ikan lemuru mengandung asam lemak berikatan rangkap, misalnya Eicosa Pentanoat Acid (EPA), dan Deocosa Hexaenoat Acid (DHA), dengan nama populernya asam lemak omega-3. Sifat minyak ikan yang telah dimurnikan secara organoleptik, yaitu cairan yang berwarna kuning muda, jernih dan berbau khas minyak ikan. Sifat fisiknya berbentuk cair dengan berat jenis sekitar 0,92 gr/ml dan sifatnya yaitu angka iod lebih dari 65 gr/100 gr, angka penyabunaan 185-195 mg/gr, asam lemak bebas 0,1-13 %, dan angka tidak tersabunkan 0,5-2,0 mg/gr. Minyak ikan yang diperoleh sebagai hasil samping dari pengolahan tepung ikan dan ikan kaleng mengandung banyak kotoran. Kotoran pada minyak ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kotoran yang tidak larut dalam minyak (kotoran fisik, air dan protein), kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam minyak (fosfatida dan karbohidrat) dan kotoran yang terlarut dalam (asam lemak

bebas, pigmen, mono dan digliserida, senyawa hasil oksidasi, logam dan bahanbahan yang tak tersabunkan (Irianto, 2002).

Berdasarkan kandungan minyaknya, ikan dapat dikelompokkan menjadi: a. ikan berlemak sedikit (lean fish) dengan kandungan minyak kurang dari 2 persen b. ikan berlemak rendah (low fat) dengan kandungan minyak 24 persen c. ikan berlemak sedang (medium fat) dengan kandungan minyak 48 persen d. ikan berlemak tinggi (high fat) dengan kandungan minyak lebih dari 8 persen. Kadar minyak dalam ikan sangat bervariasi, dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: spesies ikan, jenis kelamin, tingkat kematangan (umur), musim, siklus bertelur, dan lokasi geografis. Komposisi minyak ikan laut lebih kompleks, mengandung asam lemak tak jenuh berantai panjang, yang lebih banyak dibandingkan ikan air tawar. Asam lemak tak jenuh berantai panjang pada minyak ikan laut umumnya mengandung 18, 20, dan 22 atom karbon, yang dihubungkan oleh 36 ikatan rangkap. Sementara komposisi asam lemak ikan air tawar umumnya mengandung 16 dan 18 atom karbon, yang dihubungkan oleh 13 ikatan rangkap. Makin panjang rantai karbon dan makin banyak jumlah ikatan rangkap penyusun asam lemak, maka makin besar peranan asam lemak tersebut bagi kesehatan. (Asep Candra) Lemak ikan terdiri dari unit-unit kecil yang disebut asam lemak. Asam lemak pada minyak ikan terdiri dari tiga tipe, yaitu: a. Asam lemak jenuh (tidak mempunyai ikatan rangkap), contohnya asam palmitat, asam miristat, dan asam stearat, b. Asam lemak tak jenuh tunggal (mempunyai satu ikatan rangkap), contohnya oleat, dan c. Asam lemak tak jenuh ganda (mempunyai lebih dari satu ikatan rangkap)

Semakin panjang rantai karbon pada suatu jenis asam lemak dan semakin banyak jumlah ikatan rangkap pada rantai karbon penyusunnya, maka asam lemak itu akan semakin kaya akan manfaat bagi kesehatan manusia.

Asam lemak Omega-3 yang dominan pada ikan adalah asam linolenat yang tersusun dari 18 atom karbon dan 3 ikatan rangkap, asam eikosapentaenoat (eicosapentaenoic acid/EPA) yang tersusun dari 20 atom karbon dan 5 ikatan rangkap, serta asam dokosaheksaenoat (docosahexaenoic acid/DHA) yang tersusun dari 22 atom karbon dan 6 ikatan rangkap. Asam lemak Omega-3 banyak dijumpai pada ikan laut, seperti lemuru, herring, makarel, salmon, tuna, dan anchovy. Minyak ikan lemuru kaya akan EPA yang jumlahnya dapat mencapai 7,1 g/100 g, sedangkan minyak ikan tuna kaya akan DHA dengan jumlah 8,2 g/100 g. (Asep Candra) Asam lemak Omega-3 telah terbukti sangat besar manfaatnya bagi kesehatan, yaitu: 1. Hipokolesterolemik (menurunkan kadar kolesterol darah) 2. Mengurangi risiko penyakit diabetes melitus (kencing manis), hipertensi (tekanan darah tinggi), aneka kanker, penyakit kulit, serta membantu meningkatkan daya tahan tubuh 3. Berperan penting dalam proses tumbuh kembang otak janin. Berikut adalah beberapa keuntungan besar dari minyak ikan: 1. Minyak ikan mencegah serangan jantung. Dr Alexander Leaf dan kolega di Harvard Medical School menyatakan, bahwa dengan mengkonsumsi ikan, seperti salmon atau tuna dua kali seminggu dapat mencegah serangan jantung. Tidak hanya itu saja, penelitian di Universitas Southampton pun menyatakan demikian, Omega-3 yang terkandung dalam ikan mampu melindungi terhadap penyakit jantung dan stroke. 2. Selain itu, minyak ikan dapat mengurangi resiko kematian dari serangan jantung mendadak. Ketua peneliti Dr. Roberto dan Consortia Mario, Lembaga penelitian Santa Maria Embargo, Italia menemukan satu kasus, yaitu dalam dosis harian gram omega-3 minyak ikan cukup signifikan untuk mengurangi kematian dari serangan jantung mendadak sampai 42%. 3. Minyak ikan membantu mengurangi gejala lupus. Para peneliti di Universitas Ulster menemukan bahwa orang yang makan ikan tongkol, ikan kembung dan ikan serupa dapat mengurangi gejala lupus.

4.

The Institute Paterson menemukan bahwa minyak ikan omega-3 mampu melindungi atau mencegah terkenanya kanker prostat.

5.

Minyak ikan mengurangi pertumbuhan kanker payudara. Para peneliti dari Indiana University menemukan bahwa omega-3 fatty acid dapat mengurangi pertumbuhan sel kanker payudara.

6.

Minyak ikan mengurangi radang. Para peneliti dari Harvard Medical School dan Brigham dan Womens Hospital menemukan bahwa diet tinggi dalam minyak ikan dapat membantu meningkatkan kondisi tubuh dan menghindarkan dari sakit radang.

7.

Minyak ikan mencegah beberapa gejala kanker lanjutan. Profesor Kevin Fearon dan rekan-rekan di Edinburgh Royal Infirmary menemukan bahwa minyak ikan mampu mencegah cachexia wasting yang parah dan berat badan yang berhubungan dengan beberapa jenis kanker lanjutan.

8.

Minyak ikan mampu menanggulangi asma. Para peneliti di Universitas Cambridge menemukan bahwa minyak ikan dapat melindungi tubuh dari gangguan pernapasan atau asma.

9.

Peneliti di Universitas Bristol menyatakan bahwa minyak ikan bagus untuk visual otak dan perkembangan anak-anak.

10. Minyak ikan membantu sindrom kelelahan kronis. Dr.Basant Puri dan rekan-rekan di Rumah Sakit di London menemukan bahwa mengambil omega-3 suplemen minyak ikan dapat membantu untuk meringankan beberapa gejala berkaitan dengan sindrom kelelahan kronis. Minyak Ikan dapat ditemukan pada ikan patin. Ikan Patin dengan nama latin Pangasius pangasius merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan ciri fisik berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebirubiruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Minyak ikan diperoleh dengan cara ekstraksi. Ekstraksi minyak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan. Cara ekstraksi yang biasa dilakukan, yaitu metode ekstraksi dengan aseton, metode ekstraksi dengan

hidrolisa, metode dry rendering, metode wet rendering dan ekstraksi dengan silase. Pada praktikum minyak ikan dilakukan metode wet rendering, yaitu proses yang umumnya digunakan untuk membuat tepung ikan. Tahap proses ini meliputi kombinasi pemasakan dan pengeringan dengan menggunakan uap panas pada keadaan hampa. Pengadukan secara lambat dilakukan selama pengeringan tepung ikan dan dilakukan pengepresan untuk memisahkan tepung dan minyak ikan. Tahapan-tahapan pemurnian minyak ikan, yaitu penyaringan, degumming, netralisasi, pemisahan sabun, pemucatan dan deodorisasi. Tujuan dari pemurnian minyak ikan adalah untuk menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik, dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi dan digunakansebagai bahan mentah dalam industri (Ketaren, 1986). Kualitas minyak ikan yang dihasilkan pada proses pemurnian tergantung pada cara penyimpanan dan penanganan ikan sebelum dimurnikan. Pada tahap penyaringan, minyak ikan yang diperoleh sebagai hasil samping pengolahan tepung ikan atau ikan kaleng disaring terlebih dahulu dengan penyaring kawat untuk memisahkan kotoran-kotoran visual seperti sisa daging dan gumpalan protein. Minyak yang telah bebas dari kotoran visual ditentukan kandungan asam lemak bebasnya (free fatty acid/FFA). Degumming merupakan proses pemisahan getah dan lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu karbohidrat, air, dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak (Ketaren, 1986). Degumming dilakukan dengan penambahan NaCl 8% kedalam minyak ikan pada suhu 60 oC selama 15 menit. Larutan NaCl yang ditambahkan sebanyak 40% dari volume minyak yang dimurnikan dan selama degumming dilakukan pengadukan. Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stoc) (Ketaren, 1986). Netralisasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH 1N ke dalam minyak yang sudah mengalami proses degumming.

Selanjutnya minyak yang telah dinetralkan dibiarkan beberapa saat supaya terjadi pemisahan sabun yang terbentuk.Lapisan sabun berada pada lapisan bawah dan lapisan minyak pada bagian bawah.Kemudian sabun tersebut diambil.Untuk menghilangkan sabun-sabun yang masih tersisa, pada minyak ikan ditambahkan air panas sambil diaduk dan kemudian dibiarkan supaya terjadi pemisahan minyak dan air.Setelah itu air yang terpisah dibuang (Irianto, 2002). Pemucatan ialah suatu proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan atau memucatkan warna yang tidak disukai dan menghilangkan getah (gum) yang ada dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan penambahan adsorben, umumnya dilakukan dalam ketel yang dilengkapi dengan pipa uap dan alat penghampa udara.Minyak dipanaskan pada suhu 105 oC selama 1 jam. Adsorben ditambahkan saat minyak mencapai suhu 70-80 oC sebanyak 1-1,5% dari berat minyak. Selain warna, diserap pula suspensi koloid dan hasil degradasi minyak seperti peroksida (Irianto, 2002). Faktor yang mempengaruhi pemucatan adalah suhu, waktu, dan tekanan. Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses deodorisasi, yaitu penyulingan minyak dengan uap panas pada tekanan atmosfer atau keadaan hampa (Ketaren, 1986). Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompa minyak ke dalam ketel deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-250 oC pada tekanan 1 atmosfer dan selanjutnya pada tekanan rendah (kurang lebih 10 mmHg), sambil dialiri uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap (Ketaren, 1986). Setelah proses deodorisasi selesai, minyak ikan kemudian didinginkan sehingga suhu menjadi kurang lebih 84 oC dan selanjutnya minyak ikan dikeluarkan (Irianto, 2002).

2.3

Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan

pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari suatu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifatnya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi terlalu rendah. Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklatdan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunkan air panas dari biji kopi yang telah dibakaratau digiling. Ekstraksi minyak atau lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun ekstraksi minyak atau lemak itu bermacam-macam.yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction).

1. Rendering Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi.Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik,yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya.

10

Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua cara,yaitu : a. Wet Rendering Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60psi). Penggunaan temperature rendah pada wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat pangaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 50C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas akan naik keatas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu popular, sedangkan proses wet rendering dengan mempergunakan temperatur yang tinggi disertai dengan tekanan uap air, dipergunkan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound selama 4-6 jam. b. Dry Rendering Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220F sampai 230F (105C-110C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.

11

2. Pengepresan Mekanik (Mechanical Expression) Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi(30-70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih,perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.

Dua cara umum dalam pengepresan mekanis,yaitu: a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing) Pada cara hydraulic pressing, bahan di pres dengan tekanan sekitar 2000pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6 persen,tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidra. b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing) Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240F (115,5C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen,sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak antara 4-5 persen. Cara lain dalam mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi.

12

3. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent Extraction) Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah,dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dari expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter,gasoline carbon disulfide, karbon tetra klorida,benzene dan n-heksan. Perlu perhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5 persen. Bila lebih,seluruh system solvent extraction perlu diteliti lagi. Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai.

13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 1. Alat pengukus 2. Oven 3. Alat pengepres 4. Corong Pisah 5. Kain 6. Buret 7. Pipet tes 8. Pipet volume 9. Erlenmeyer 10. Gelas kimia 11. Corong 12. Botol kaca 13. Statip 14. Baskom 15. Sarung tangan 16. Penangas air 17. Timbangan

3.1

Bahan : 1. Limbah ikan patin 2. Natrium Sulfat Anhidrat 3. NaOH yang telah distandarisasi 4. Phenolftalein 5. Alcohol(etanol) 6. Vaselin

13

14

3.2

Prosedur percobaan :

a. Pengolahan minyak ikan patin menggunakan metode Wet Rendering 1. Bersihkan limbah ikan patin dan kemudian di timbang. 2. Bentangkan Kain Serbet diatas pengukus. 3. Masukkan Limbah ikan ke dalam pengukus yang telah diisi air hingga batas yang telah di tentukan 4. Limbah ikan patin dikukus selama 4 jam. 5. Setelah 4 jam, Matikan pengukus dan tunggu hingga dingin. 6. Kemudian Limbah ikan di press menggunakan kain serbet tadi. 7. Timbang minyak yang di peroleh. b. Penentuan kadar asam lemak bebas 1. Siapkan larutan NaOH di dalam buret. 2. Kemudian ambil sampel minyak sebanyak 20 ml dan masukkan kedalam Erlenmeyer. 3. Tambahkan 20 ml alcohol sebagai pelarut 4. Tutup mulut Erlenmeyer dengan aluminium foil agar tidak menguap dan teroksidasi. 5. Panaskan dalam Water Batch lebih kurang 5 menit. 6. Tambahkan 2-3 tetes Phenoptalein sebagai indicator warna. 7. Lakukan titrasi sampai warna larutan menjadi tidak berwarna lagi. 8. Catat titik akhir titrasi dan tentukan persentase asam lemak bebas. c. Uji densitas minyak 1. Timbang berat piknometer kosong 2. Isilah dengan sampel minyak hingga penuh. 3. Kemudian timbanglah piknometer yang telah diisi minyak tadi 4. Selanjutnya uji densitas minyak.

15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 a. b. c. d. 4.2 Hasil % rendemen Kadar asam lemak bebas (% ALB) Berat minyak bersih Masa jenis minyak Pembahasan Percobaan yang dilakukan adalah ekstraksi minyak ikan dari limbah ikan patin dengan menggunakan metode wet rendering, yaitu dengan metode pengukusan. Pada saat pengukusan, panas yang berasal dari air yang berada dibawah akan menuju ke atas penyaring sampel. Panas tersebut akan menarik minyak dari limbah tersebut dan akan melewati penyaring sampel,dan minyak jatuh kedasar wadah pengukus yang berisi air. Pada percobaan yang kami lakukan proses pengukusan dilakukan selama 4 jam, dalam jangka waktu 4 jam tersebut ternyata air yang terdapat dalam pegukus telah habis dan yang tertinggal hanya minyak , hal ini dikarenakan perbandingan sampel limbah ikan patin dan air tidak seimbang. Limbah ikan patin yang dikukus cukup banyak sedangkan air yang digunakan tidak begitu banyak, sehingga air didalam pengukus habis. Jika dibandingkan pada percobaan kelompok lain, ternyata masih ada kadar air dalam minyak, sehingga diperlukan proses pemisahan dengan menggunakan corong pisah baru diperoleh minyak dari limbah tersebut. Sedangkan pada percobaan ini kami tidak melakukan pemisahan menggunakan corong pisah dikarenakan hasil dari pengukusan tersebut adalah minyak semua dan sudah tidak ada lagi kadar air didalam minyak nya. Selain itu juga ternyata ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengukusan yaitu, pengaruh waktu ekstraksi,pengaruh jumlah air yang di pakai untuk mengukus dan pengaruh umpan awal yang dimasukkan.

= 70.37 % = 0.05 % = 22.84 gr =

15

16

DATA 1 JUMLAH UMPAN LAMA PEREBUSAN JUMLAH AIR HASIL 2200 gr 3,5 jam 2L Masih ada air yang tersisa

DATA 2 800 gr 4 jam 2L Masih ada air yang tersisa

DATA 3 1350 gr 4 jam 2L Tidak ada air yang tersisa

Table 3.1 perbandingan percobaan ekstraksi minyak ikan patin

Dari table diatas dapat dilihat dengan jumlah air yang sama namun berbeda umpan dan lama nya waktu perebusan akan mendapatkan hasil yang berbeda. Pada data 1 menggunakan pemanasan selama 3,5 jam dan dengan umpan 2200 gr masih menyisakan air, pada data 2 dengan perubusan selama 4 jam menggunakan 800 gr umpan dan masih menyisakan air sedangkan pada data ke 3 pemanasan selama 4 jam dan dengan umpan 1350 gr tidak menyisakan air, dikarenakan perbedaan jumlah umpan. Jika dibandingkan data ke 3 dengan data ke 2 umpan yang digunakan data ke 2 lebih sedikit namun air yang digunakan banyak sehingga masih ada bersisa air. dari segi minyak yang dihasilkan umpan juga memberi pengaruh,pada data ke 2 umpan 800 gr menghasilkan minyak sebanyak 350 gr sedangkan pada data ke 3 umpan sebanyak 1350 gr menghasilkan minyak sebanyak 950 gr,minyak yang didapat juga tergantung pada umpan atau kadar minyak yang terkandung pada limbah ikan patin,semakin banyak umpan semakin banyak pula minyak yang didapat. Selanjutnya dalam penentuan kadar asam lemak bebas, minyak di campur dengan alkohol dengan tujuan untuk membuang zat-zat pengotor yang terdapat dalam minyak, sedangkan NaOH sebagai pentiter berfungsi sebagai pengikat air sehingga kadar air didalam minyak tidak ada lagi. Sedangkan indikator warna yang berupa phenoptalein berfungsi untuk menunjukkan titik akhir titrasi dimana terjadinya perubahan dari pink berubah menjadi tidak berwarna.

17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

1. % Rendemen 70.37 2. % ALB 0.06 3. Berat sampel 1350 gr 4. Minyak yang didapat 950 gr 5. Uji viskositas berat minyak 22.84 gr 6. Masa jenis minyak

6.2

Saran

1. Sebaikanya jumlah air yang digunakan memiliki perbandingan yang sama dengan sampel agar menghasilkan minyak yang bagus dan tidak memiliki kadar asam lemak bebas yang tinggi. 2. Praktikan harus berhati-hati pada saat titrasi sedang berlangsung agar titrasi tidak melewati titik akhir titrasi. 3. Pada saat melakukan perhitungan berhati-hati agar hasil yang diperoleh lebih akurat.

18

DAFTAR PUSTAKA Ahira, A, 2009, Minyak Lemak : Minyak Ikan yang Kaya Manfaat, http://www.anneahira.com/miyaklemak.htm, 28 September 2012. Anonim. 2008, Pusat Budidaya, http://www.pusatbudidaya.com/page/2, [28 September 2012] HS, Irdoni dan Nirwana HZ. 2012. Modul Praktikum Kimia Organik. Teknik Kimia Unri. Pekanbaru. Ketaren. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta. Almuslimun, supry (2010). Proses Pengolahan Minyak Ikan. http://laskarsamudra.blogspot.com/2010/03/proses-pengolahanminyak-ikan.html. [7 Oktober 2012] Candra, Asep (2011). Manfaat di balik amisnya minyak ikan. http://health.kompas.com/read/2011/05/17/11341740/Manfaat.di.Balik .Amisnya.Minyak.Ikan. [7 Oktober 2012] Hart, Harold (1990). Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga. Irianto, H. E (2002). Diversifikasi Pengolahan Produk Perikanan Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan. Jarreau,Emile.(2009). Fungsi Minyak Ikan Pada Kesehatan Anda. http://sehatmusehatku.wordpress.com/2009/10/05/fungsi-minyak-ikan-padakesehatan-anda/. [7 Oktober 2012] Rajayu, Suparni (2009). Ekstraksi. http://www.chem-is-try.org. [6 Oktober 2012] Winarno (1995). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

18

19

LAMPIRAN A

Sampel yang akan di kukus

Sampel yang sedang di kukus

Sampel yang telah masak

Sampel sedang dipress

Minyak dari sampel

Minyak dalam gelas piala

19

20

Uji Viskositas

Minyak dalam kemasan

21

LAMPIRAN B 1. Berat sampel awal : 1350 gr 2. Berat botol kosong : 250 gr 3. Berat botol + minyak : 1200 gr Berat minyak yang diperoleh = 1200-250 = 950 gr

a. % rendemen :
% rendemen :

Berat minyak yang didapat Berat sampel awal 950 1350 x 100 % = 70.37 %

x 100 %

1. 2. 3. 4.

N NaOH V NaOH Mr Oleat Berat Sampel

:2N : 2.2 ml : 282 gr/ml : 7.19 x 100 %

b. % ALB : N NaOH x V NaOH x Mr Oleat


Berat sampel x 1000 % ALB : 2 x 2,2 x 282 7.19 x 1000 1. Berat piknometer kosong 2. Berat piknometer + minyak 3. Volume minyak Berat minyak

x 100 % = = 0.05 %

: 22.53 gr : 45.37 gr : 25 ml = 45.37-22.36 = 22.84 gr

c. Densitas

= Berat Minyak Volume Minyak = 22.84 gr 25 ml

21

You might also like