You are on page 1of 21

BAB I LAPORAN KASUS A. Identitas Pasien Nama Usia Alamat Pekerjaan Tanggal masuk RS Tanggal keluar RS B.

Anamnesis Dilakukan alloanamnesis dan autoanamnesis serta pemeriksaan fisik pada tanggal 14 Maret 2013 di bangsal bougenville. : Ny.P : 53 Tahun : Sapuran : Buruh tani : 13 Maret 2013 :-

Keluhan Utama

: Benjolan di lipat paha kanan tidak bisa dimasukkan

Keluhan Tambahan : Nyeri perut, tidak bisa BAB dan kentut sejak tadi pagi

Riwayat Penyakit Sekarang 4 hari SMRS, muncul benjolan di lipat paha kanan, benjolan tersebut tidak dapat masuk spontan dengan posisi telentang dan tidak bisa dimasukkan dengan tangan. Sebelumnya, selama 2 tahun ini, benjolan dapat keluar masuk. Pasien merasa kesakitan, nyeri di tempat benjolan, nyeri perut, perut terasa kembung dan panas.Pasien masih bisa BAB dan masih bisa kentut. Tak ada keluhan saat BAK. Pasien memutuskan untuk berobat ke RS Sapuran dan disarankan untuk mondok di RS Sapuran.

3 hari SMRS, pasien mondok di RS Sapuran, pasien merasakan nyeri perut, perut terasa kembung, mual dan muntah terus terusan. Benjolan di lipat paha masih belum bisa masuk dan terasa nyeri. BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien didiagnosis maag oleh dokter di RS tersebut. 2 hari SMRS, pasien sudah tidak muntah, muntah sudah berhenti dan tidak dirasakan mual lagi. Akan tetapi, nyeri perut masih dirasakan dan benjolan masih terasa nyeri serta tidak bisa dimasukkan. Pasien memutuskan untuk pulang dari RS Sapuran karena dirasa keluhan tidak banyak berkurang. 1 hari SMRS, pasien di rumah merasa keluhan tidak berkurang, tetapi mendiamkannya tidak berobat lagi. HMRS, pada tanggal 13 Maret 2013 pukul 19. 40 pasien datang ke IGD diantar keluarganya dengan keluhan muncul benjolan di paha kanan yang tidak bisa dimasukkan selama 4 hari ini disertai nyeri perut yang tak kunjung berkurang sejak benjolan di lipat paha kanan tidak bisa masuk baik secara spontan maupun dengan bantuan. Benjolan sebesar telur puyuh pertama muncul sekitar 2 tahun yang lalu. Benjolan biasanya keluar masuk sendiri, biasanya benjolan keluar saat pasien merasa kecapekan bekerja seperti setelah berjalan jauh ke kebun sayurnya yang jaraknya kira kira 1 km, saat pasien mengejan, batuk batuk, bahkan saat pasien berdiri. Benjolan menghilang (masuk ke perut) sendiri setelah pasien istirahat dengan berbaring, kadang kadang pasien memijatnya dan memasukkannya sendiri dengan tangan. Keluhan disertai tidak bisa BAB serta kentut sejak pagi hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien menyangkal mual dan muntah. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami gejala penyakit yang sama selama 2 tahun ini. Riwayat penyakit hipertensi, sesak nafas, penyakit jantung, batuk lama, dan riwayat operasi sebelumnya disangkal oleh pasien. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama. Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit tedun . Riwayat penyakit berat lainnya tidak ada pada keluarganya. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
2

Pasien bekerja sebagai buruh tani dan sering angkat angkat hasil tani yang berat. Jika setelah angkat angkat yang berat, pasien merasa benjolannya keluar, dan masuk kembali apabila pasien istirahat berbaring atau dimasukkan oleh tangan pasien sendiri. Anamnesis Sistem Kepala Mata Telinga Hidung Mulut : Simetris : tidak ada keluhan penglihatan berkurang. : tidak terdapat keluhan : tidak terdapat keluhan : tidak terdapat gigi caries, tidak terdapat sariawan, tidak sianosis Leher dan Tenggorokan Thorax : simetris, tidak terdapat nyeri telan : tidak terdapat nyeri dada, dada tidak berdebar-debar, tidak sesak nafas Pencernaan Urogenital Kaki dan tangan Kejiwaan Berat Badan : tidak dapat BAB , tidak dapat kentut , terasa kembung. : BAK tidak terdapat keluhan. : gerakan bebas, tidak edema : tidak gelisah, tenang : sedang

Sistem Cerebrospinal Sistem Indera Mata :

: Sadar, lemas.

: tidak berkunag-kunang, sklera tidak kuning , konjungtiva tidak anemis, tidak terdapat penglihatan kabur , pandangan tidak berputar
3

Hidung Telinga

: tidak mengeluarkan cairan ,tidak pilek : pendengaran tidak berkurang, tidak berdenging , tidak mengeluarkan cairan.

Mulut

: tidak terdapat sariawan , gusi tidak berdarah , mulut kering , tidak sariawan.

Sistem Kardiovaskuler Sistem Respiratorius Sistem Gastrointestinal

: tidak terdapat nyeri dada , tidak berdebar-debar : tidak terdapat sesak nafas : terdapat nyeri perut, tidak mual, tidak muntah, tidak flatus, tidak BAB

Sistem Urogenital Sistem Intergumentum

: BAK lancar, tidak terdapat nyeri ketika BAK : tidak terdapat sianosis, kulit tidak kuning , tidak pucat, Turgor kulit baik

Sistem Muskuloskeletal

: gerakan bebas

C. Resume Anamnesis Pasien perempuan berusia 53 tahun datang ke IGD RSUD Setonegoro dengan keluhan sakit pada benjolan di lipat paha kanan sudah 4 hari ini benjolan tidak dapat masuk sendiri ke perut ataupun dimasukkan dengan tangan. Benjolan ada sejak 2 tahun yang lalu sebesar telur puyuh biasanya keluar saat berdiri, mengejan atau kecapekkan, masuk ke perut saat terlentang atau dimasukkan dengan tangan. Pasien juga mengeluh perut terasa sakit, tidak bisa BAB dan kentut 12 jam SMRS.

Saat dilakukan anamnesis, benjolan belum bisa masuk kembali secara spontan walaupun pasien sudah tidur dalam posisi kepala lebih rendah dari kaki (tredelenburg), pasien sudah bisa kentut, tetapi belum bisa BAB, nyeri perut masih dirasakan.

D. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : Sedang, tampak kesakitan, kesadaran : compos mentis, GCS : 15, sikap : posisi berbaring aktif.

Vital Sign Tekanan Darah Nadi Suhu Respirasi : 130/80 mmHg : 72x/menit, isi dan tegangan cukup, kuat angkat : 37C : 20x/menit

Status Generalisata Pemeriksaan Kepala Wajah Rambut Mata : Mesochepal, bentuk normal : Simetris, ekspresi tampak kesakitan : pertumbuhan normal, merata, tidak rontok. : palpebra tidak edema, visus normal, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya normal, pupil isokor Telinga : bentuk telinga luar normal, pendengaran tidak berkurang, tidak tinitus ,tidak terdapat discharge, tidak gatal, tidak terdapat nyeri tekan tragus.
5

Hidung

: hidung bentuk normal, nafas tidak cuping hidung , tidak terdapat deformitas, tidak epistaksis, tidak terdapat discharge

Mulut

: bibir tidak sianosis, tidak kering, lidah tidak kotor, gusi tidak berdarah, tidak terdapat stomatitis, uvula dan tonsil tidak membesar, lidah tidak tremor, tidak terdapat caries gigi.

Pemeriksaan Leher

: JVP-R+2cm (normal), tidak ada deviasi trakhea,kelenjar getah bening tidak teraba membesar.

Pemeriksaan Thoraks : Cor Inspeksi Palpasi Perkusi : Iktus kordis tidak terlihat : Iktus kordis tidak teraba : Redup, Batas Jantung Batas jantung relative : Kanan atas : SIC II 2 cm medial garis parasternalis dextra Kiri atas : SIC II 2 cm lateral garis midclavicularis sinistra

Kanan bawah : SIC IV 2 cm medial garis parasternalis dextra Kiri bawah : SIC V 2 cm lateral garis midclavicularis sinistra Batas jantung absolut

Kanan atas Kiri atas Kanan bawah Kiri bawah

: SIC II LPS dextra : SIC II LMC sinistra : SIC IV LPS dextra : SIC V LMC sinistra : bunyi S1-S2 tunggal, irama reguler ST (-) bising (-)

Auskultasi

Pulmo Inspeksi : simetris, tidak terdapat deformitas,tidak terdapat sikatrik, tidak terdapat jejas, tidak terdapat retraksi subcosta,tidak terdapat retraksi intercosta, tidak terdapat ketinggalan gerak Palpasi : tidak terdapat ketinggalan gerak, suara fremitus sama kanan dan kiri sama. Perkusi Auskultasi tambahan : Sonor dikedua lapang paru : Suara dasar paru vesikuler normal, tidak terdapat suara

Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : Dinding dada sejajar dengan dinding perut, tidak terlihat jejas,

darm contour serta darm steifung. Auskultasi Perkusi Palpasi : Bising usus (+) menurun : hipertimpani, ada pekak hepar, tidak ada pekak beralih : Supel, terdapat nyeri tekan di seluruh lapang abdomen, tidak teraba massa, tidak terdapat hepatomegali, tidak terdapat splenomegali, tidak terdapat defans muskuler Anogenital Ekstrimitas : Tidak ada tanda-tanda radang, tidak ada benjolan, tidak ada discharge yang keluar lewat vagina. :tidak terdapat kelainan kulit, tidak terdapat deformitas, tidak terdapat edema ekstrimitas, tidak terdapat nyeri gerak aktif dan pasif, akral hangat.

Status Lokalis Regio inguinal dekstra: Posisi berdiri : a. Inspeksi b. Palpasi : Tampak massa ukuran diameter 2 cm warna massa sama : Massa dengan permukaan rata, konsistensi kenyal padat, dengan warna kulit. Tidak ada tanda tanda peradangan, bentuk bulat. mobile, berbatas tegas, terdapat nyeri tekan, tidak ada tanda peradangan, fluktuasi (-) suhu perabaan sama dengan suhu kulit. Finger test (-), thumb test (+), zieman test (+) pada jari IV c. Auskultasi Posisi telentang : a. Inspeksi bulat. b. Palpasi : Massa dengan permukaan rata, konsistensi kenyal padat, mobile, berbatas tegas, terdapat nyeri tekan, tidak ada tanda peradangan, fluktuasi (-) suhu perabaan sama dengan suhu kulit. Finger test (-), thumb test (+), zieman test (+) pada jari IV 1) Auskultasi : Tak terdengar bunyi peristaltik. : Pasien mengejan tampak massa ukuran diameter 2 cm warna massa sama dengan warna kulit. Tidak ada tanda tanda peradangan, bentuk : Tak terdengar bunyi peristaltik.

E. Pemeriksaan Penunjang Darah Rutin & Kimia Klinik (13/03/13) Jenis Pemeriksaan Hemoglobin Leukosit Eosinofil Basofil Netrofil Limfosit Monosit Hematokrit Eritrosit Trombosit MCV MCH Hasil (satuan) 15.2 6.2 0.00 0.20 91.60 4.20 4.00 44 4.9 301 90 31 Nilai Rujukan 11.7 15.5 g/dL 3.6 11 10^3/ul 24% 01% 50 70 % 25 40 % 28% 35 47 % 3.8 5.2 10^6/ul 150 400 10^3/ul 80 100 fL 26 34 Pg Interprestasi Normal Normal Menurun N Naik Menurun N Normal Normal N Normal Normal
8

MCHC Masa perdarahan / BT Masa pembekuan / CT Golongan darah Gula darah sewaktu Ureum Kreatinin Cholesterol total Trigliserid SGOT SGPT

34 2.00 4.00 0 249 15.6 0.4 157 59 12 35

32 36 q/dL 1 3 menit 3 6 menit 70 150 mg/dL <50 mg/dL 0.4 0.9 mg/dL <220 mg/dL 70 140 mg/dL 0 35 U/L 0 35 U/L

N Normal Normal Meningkat Normal Normal Normal Menurun Normal Normal

F. Usulan Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan radiologi : Ro thorax, foto polos abdomen 2 posisi, USG 2. EKG G. Diagnosis kerja dan diagnosis banding Diagnosis kerja: suspek hernia richter femoralis dekstra

Diagnosis Banding: Hernia richter femoralis dekstra Hernia femoralis dekstra incarserata Hernia femoralis dekstra strangulata Hernia femoralis dekstra ireponibel post incarserata Limfadenopati inguinal dekstra Abses inguinal dekstra

H. Follow UP Pemeriksaan S/ (14/03/2013) Pasien mengeluh benjolan tidak bisa dimasukkan&terasa nyeri, nyeri seluruh (15/03/2013) Pasien mengeluh benjolan tidak bisa dimasukkan&terasa nyeri, nyeri seluruh (16/03/2013) Pasien merasa lebih baik,benjolan belum bisa dimasukkan, nyeri
9

lapang abdomen, tidak bisa BAB, tidak bisa flatus. O/ KU Kesadaran Pernafasan Kepala Leher Thorax

Abdomen

Ekstremitas Vital Sign : TD ND RR T Lain- lain

lapang abdomen berkurang, tidak bisa BAB, bisa flatus. Sedang Sedang CM CM Reguler Reguler Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak anemis, sclera tidak ikterik ikterik JVP tak meningkat JVP tak meningkat Paru : Suara dasar Paru : Suara dasar vesikuler vesikuler Cor: S1-S2 tunggal Cor: S1-S2 tunggal reguler, Bising (-) reguler, Bising (-) Permukaan datar, Permukaan datar, supel, distensi (-), supel, distensi(-), BU (+) menurun, BU (+) menurun, Nyeri tekan seluruh nyeri tekan seluruh lapang abdomen, lapang abdomen, hipertimpani hipertimpani Akral hangat, tidak Akral hangat, tidak terdapat odem terdapat odem ekstremitas ekstremitas 140/80 mmHg 96x/ menit 20x/menit 36,8 C EKG: LVH dan sinus takikardi Assesment : Suspect hernia richter femoralis dekstra Tx : Puasa Inf. RL 20tpm Inj. Amoxicillin 3x1 gr Inj. Ketorolac 2 x 1A Inj Ranitidin 2 x 1A 130/80 mmHg 94x/menit 20x/menit 36,7C Assesment : Suspect hernia richter femoralis dekstra Tx: Lavement tinggi Terapi lain lanjut

perut sudah berkurang, BAB belum bisa, dapat flatus. Sedang CM Reguler Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik JVP tak meningkat Paru : Suara dasar vesikuler Cor: S1-S2 tunggal reguler, Bising (-) Permukaan datar, supel, distensi (-), BU (+)menurun, tidak nyeri tekan. Akral hangat, Tidak terdapat odem ekstremitas 130/80 mmHg 94x/menit 22x/menit 38C Assesment : Suspect hernia richter femoralis dekstra Pro Operasi herniotomi

10

I. Diagnosis Akhir Hernia richter femoralis dekstra J. Penatalaksanaan Terapi operatif : Herniotomi Terapi medika mentosa : Inf. RL 20tpm Inj. Amoxicillin 3x1 gr Inj. Ketorolac 2 x 1A Inj Ranitidin 2 x 1A K. Laporan Operasi 1. Pasien posisi telentang, anastesi dengan SAB 2. Antiseptik daerah operasi dengan povidone iodine, tutup dengan duk steril kecuali daerah yang akan dioperasi 3. Insisi inguinal kanan di atas benjolan dengan paramedial, buka lapis demi lapis 4. Identifikasi kantong hernia berada pada fossa ovalis, buka kantong sambil membuka jepitan, tampak ileum, nekrosis usus lebih dari lingkaran. Diputuskan dilakukan reseksi usus yang non viable sepanjang 5cm. Dilanjutkan dengan anastomosis end to end. Jahit sirkuler vestom seromuskuler. Tes kebocoran negative, patensi positif, ditambah pula dengan jahitan overhecting. Usus dikembalikan ke lapang abdomen. Pasang drain NGT no.16 di intra abdomen untuk evaluasi kebocoran sampai hari ke-7. Tutup fossa ovalis ditambah mess hernia. Pasang drain sub fascia, jahit kulit satu satu. 5. Operasi selesai

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendahuluan


Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan/organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu lubang/celah keluar dibawah kulit atau menuju rongga lainnya(secara congenital/aquisital.1

Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Menurut sifatnya

hernia dibagi menjadi 4, yaitu : 1. hernia reponibel yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
12

2. hernia irreponibel / hernia akreta yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga. Biasanya disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. 3. hernia inkarserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase usus. Hernia ini merupakan penyebab obstruksi nomor satu di Indonesia. 4. hernia strangulata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis. Jika yang mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus disebut hernia Richter. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus. B. Epidemiologi Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria daripada wanita. 1 Pada pria, 97% dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2% sebagai hernia femoralis, dan 1% sebagai hernia umbilikalis.1 Pada wanita, variasinya menjadi berbeda, 50 % terjadi di inguinalis, 34% sebagai hernia femoralis, dan 16% sebagai hernia umbilikalis.1 Hernia femoralis banyak pada wanita karena: Sering partus atau tekanan intraabdominal meningkat dan annulus femoralis melemah. Bentuk pelvis lebih horizontal sehingga tekanan ligamentum ingunale lebih besar dan annulus femoralis melemah Keadaan tubuh obesitas, preperitoneal fat banyak,fascia transversa,abdominis lemah menyebabkan Hernia Adiposa.3 Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilicus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.5 C. Etiologi Penyebab terjadinya hernia dibedakan menjadi dua, yaitu2,3:
1. Kongenital

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
13

tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebuh dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus ( karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.2,3 2. Acquisita (didapat)2,3 Anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Peninggian tekanan intraabdomen kronik yang dapat mendorong isi hernia melewati melewati annulus internus yang cukup lebar, seperti batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, hipertrofi prostad, konstipasi, dan asites. Peninggian tekanan intra abdomen juga dapat membuka kembali kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur, mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. D. Gambaran Klinis Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat behan berat, dan menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.3 Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam
14

keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar.3 Hernia insipien berupa hernia membakat apabila tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di dalam kanalis inguinalis tetapi tidak keluar. Pada hayi dan anakanak kadang tidak terlihat adanya benjolan pada waktu menangis, batuk, atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan palpasi tali sperma dengan membandingkan yang kiri dan yang kanan; kadang didapatkan tanda sarung tangan sutera.3 E. Patofisiologi Hernia HerniaInguinalis Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari kehamilan, ter jadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, kar ena prosesus tidak ber obliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi ker ana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga per ut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini m erupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdom inal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang barang berat, mengejan. Kanal yang sudah ter tutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.
15

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses per kembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi her nia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin her nia, akibat sem akin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang kemudian m enekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi per ut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses.2 Hernia femoralis Pada umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada wanita kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha. Sering penderita datang ke dokter atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan di lipat paha di bawah ligamentum inguinale, di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya atau karena penderita gemuk. Hernia ini masuk melalui annulus femoralis ke dalam kanalis femoralis dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum dorsal dari ligam entum inguinale, tempat v.safena magna bermuara di dalam v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh pinggir keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh lig. Inguinale, kaudodorsal oleh pinggir os. Pubis yang terdiri dari lig. Iliopektineale (lig. Cooper), sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis,dan di sebelah medial oleh lig. Lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari lig. Inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.2 F. Diagnosis Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium
16

atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.2,3 Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren.2,3 Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.2 Palpasi : kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.2 Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari ovarium.3 G. Terapi Pengobat konservatif Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak anak. Reposisi dilakukakan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah 2 tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia.
17

Bila usaha repoisisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasa berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera.2,5 Pengobatan operatif Merupakan satu satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakan. Untuk memperoleh keberhasilan maka factor factor yang menimbulka terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostate,tumor, ascites, dll) dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.2,5 H. KOMPLIKASI Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponsibel; ini dapat terjadi kalau herniaterlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ektraperitoneal (hernia geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulate yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter.2 Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti hurup W.3Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringa terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan , elektrolit, dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasiterjadi gangguan toksik akibat gangrene, gambaran klinik menjadi komplek dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat ditempat hernia,
18

nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneum.Pada pemeriksaan lokal yang ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi, disertai nyeri tekan dan tergantung keadaaan isi hernia dapat dijumpai tanda pereitonitis atau abses local. Hernia strangulate merupakan keadaan gawat darurat karena perlu mendpat pertolongan segera.2

BAB III PEMBAHASAN Berdasarkan anamnesis, pasien memiliki riwayat muncul benjolan pada lipat paha kanan yang tidak bisa masuk secara spontan maupun dimasukkan oleh tangan dalam 4 hari ini. Benjolan biasanya keluar jika pasien mengejan, batuk, mengangkat barang berat dan bisa masuk kembali dengan spontan bila pasien berbaring terlentang ataupun dimasukkan dengan tangan selama kurang lebih 2 tahun ini. Dalam 4 hari ini, sejak benjolan tidak bisa dimasukkan, benjolan terasa sakit, yang sebelumnya dalam 2 tahun tidak pernah sakit, keluhan disertai nyeri perut di seluruh lapang abdomen, pasien sempat mual dan muntah di hari pertama benjolan tidak bisa
19

masuk, pasien juga mengeluhkan tidak bisa BAB dan kentut di pagi hari sebelum pasien datang ke RSUD. Pada pemeriksaan fisik teraba adanya benjolan di lipat paha kanan sebesar telur ayam kampung, benjolan berbatas tegas, terdapatnya nyeri tekan pada benjolan, benjolan tidak bisa dimasukkan oleh tangan maupun dengan posisi tredelenburg, nyeri tekan pada abdomen, penurunan bising usus, terdapat meteorismus. Pasien memiliki pekerjaan sebagai buruh dan sering bekerja mengangkat barang barang yang berat, oleh karena itu pasien memiliki faktor resiko yang tinggi terhadap kejadian hernia. Pasien sudah menjalani operasi herniotomi dan sempat berada di ICU post operasi karena pasien menjalani operasi dengan resiko tinggi yakni pasien memiliki pembesaran jantung dan sinus takikardi. Saat ini kondisi pasien sudah membaik, dan sudah diijinkan pulang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal: 21 25. 2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2, Jakarta, EGC, Hal: 523 537. 3. Henry, MM, Thompson JN, 2005, Principle of surgery, 2 nd edition, Elsevier Sounders, page 431 445. 4. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian 1, cetakan kedua, Jakarta, EGC, 1995 Hal 228, 243.
20

5. Scwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, Jakarta, EGC, Hal: 509 517

21

You might also like