You are on page 1of 48

SOSIALISASI UU NOMOR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, & DPRD

Oleh : Dr. Ferry Kurnia Rizkiyansyah,S.IP,M.Si ANGGOTA KPU RI

PEMIILU
PELAKSANAAN PEMILU ASAS PEMILU
LANGSUNG UMUM EFISIEN BEBAS

PASAL 2

EFEKTIF

ASAS DAN PELAKSANAAN PEMILU

RAHASIA

JUJUR

ADIL

RENC.PROGRAM, ANGGARAN, PENYUS PERAT PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DAN PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH PENDAFTARAN PESERTA PEMILU PENETAPAN PESERTA PEMILU PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN PENCALONAN ANGGOTA DPR, DPD, DPRD MASA KAMPANYE MASA TENANG PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA PENETAPAN HASIL PEMILU PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI ANGGOTA DPR.DPD, DPRD PASAL 4

PASAL 5

SISTEM PEMILU

DPR DPRD

DPD

PROPOSIONAL TERBUKA

DISTRIK BERWAKIL BANYAK

SISTEM PEMILU SECARA UMUM: PROPORSIONAL DAN MAYORITARIAN (DISTRIK)

PENYELENGGARA DAN PENGAWAS PEMILU PENYELENGGARA PEMILU


KPU KPU PROVINSI

PASAL 6

PENGAWAS PEMILU
BAWASLU BAWASLU PROVINSI

KPU KABUPATEN/KOTA PPK PPS KPPS/KPPSLN PANWAS LUAR NEGERI PANWASLU KABUPATEN/KOTA PANWAS KECAMATAN

PANWAS LAPANGAN

SYARAT PARPOL IKUT DALAM PEMILU

PASAL 8

berstatus BH sesuai dgn UU ttg Parpol; memiliki kepengurusan di seluruh provinsi; memiliki kepengurusan di 75% jumlah kabupaten/kota di prov ybs; memiliki kepenguruan di 50% jumlah kecamatan di kab/kota ybs; menyertakan sekurang-2nya 30% keterwakilan perempuan pd kepengurusan parpol tkt pusat; memiliki anggota sekurang-2nya 1.000 orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah Penduduk pd kepengurusan parpol yang dibuktikan dengan kepemilikan KTA; mempunyai kantor tetap u/ kepengurusan pd tkt pusat, prov, dan kab/kota sampai tahapan terakhir Pemilu; mengajukan nama, lambang, dan tanda gambar parpolkpd KPU; dan menyerahkan norek atas nama parpol kepada KPU.

SYARAT CALON ANGGOTA DPR DAN DPRD

PASAL 51

a. telah berumur 21 tahun atau lebih; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. bertempat tinggal di wilayah NKRI; d. cakap berbicara, membaca, dan menulis dlm bhs Indonesia; e. berpendidikan p.r tamat SMU, madrasah aliyah, SMK, madrasah aliyah kejuruan, atau bentuk lain yang sederajat; f. setia kepada Pancasila sbg dasar negara, UUD Negara RI Tahun 1945, dan cita-2 Proklamasi 17 Agustus 1945; g. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yg telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yg diancam dengan pidana penjara 5 thn atau lebih; h. sehat jasmani dan rohani; i. terdaftar sebagai pemilih; j. bersedia bekerja penuh waktu;

k. mengundurkan diri sbg KDH, PNS, anggota TNI, anggota Kepolisian Negara RI, pengurus pd BUMNdan/atau BUMD, serta badan lain yg anggarannya bersumber dari keuangan negara, yg dinyatakan dengan surat pengunduran diri yg tidak dapat ditarik kembali; l. bersedia untuk tidak berpraktik sbg akuntan publik, advokat/pengacara, notaris, PPAT, atau tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yg berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yg dpt menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sbg anggota DPR, DPRD prov, dan DPRD kab/kota; m. bersedia u/ tidak merangkap jabatan sbg pejabat-negara lainnya, pengurus pd BUMN, dan BUMD, serta badan lain yg anggarannya bersumber dari keuangan negara; n. menjadi anggota Parpol Peserta Pemilu; o. dicalonkan hanya di 1 lembaga perwakilan; dan p. dicalonkan hanya di 1 daerah pemilihan.

DOKUMEN PARPOL SEBAGAI PESERTA PEMILU

PASAL 15

a. Berita Negara RI yg memuat tanda terdaftar bahwa parpol tsb menjadi BH; b. Keputs pengurus pusat parpol ttg pengurus tkt prov dan pengurus tkt kab/kota; c. surat ket dari pengurus pusat parpol ttg kantor dan alamat tetap pengurus tkt pusat, pengurus tkt prov, dan pengurus tkt kab/kota; d. surat ket dari pengurus pusat parpol ttg penyertaan keterwakilan perempuan sekurang-2nya 30%; e. surat ket ttg pendaftaran nama, lambang, dan tanda gambar parpol dari kementerian yg menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan HAM; f. bukti keanggotaan partai minimal 1.000 atau 1/1.000 dari jumlah penduduk pd setiap kab/kota; g. bukti kepemilikan nomor rekening atas nama parpol; dan h. salinan AD dan ART parpol.
Verifikasi Parpol sebagai perserta pemilu selesai paling lambat 15 bulan sebelum hari/tanggal pemungutan suara

PENGAWASAN VERIFIKASI PARPOL


BAWASLU, BAWASLU PROV, PANWASLU KAB/KOTA

PASAL 18

KPU, KPU PROV, KPU KAB/KOTA

Kesengajaan/kelalaian Agt KPU, KPU Prov, KPU Kab/Kota Merugikan/Menguntungkan Parpol

Wajib ditindak Lanjut Temuan Bawaslu, Bawaslu Prov, Panwaslu Kab/Kota

Catatan: Tidak menindaklanjuti temuan Bawaslu dipidana penjara p.l 3 thn dan denda p.b 36 juta Pasal 294.

JUMLAH KURSI & JUMLAH DAPIL


SUBSTANSI

PASAL 21, s.d 27

Jumlah kursi DPR 560, DPRD Prov 35 100 kursi, DPRD K/K 20 - 50 kursi, dan alokasi kursi perDAPIL mencakup nilai 3 10 kursi dan 3 - 12
1. jumlah kursi DPR jelas menambah anggaran dgn keuntungan yg masih sangat perlu diperdebatkan Dengan DAPIL tdk berubah, maka BPP tetap msh tinggi

IMPLIKASI

2.

DAMPAK

Keuntungan bagi partai besar Kerugian bagi Parta kecil, krn BPP 1 kursi makin tinggi sehingga sulit utk meraih kursi

JUMLAH KURSI DPRD PROVINSI


JUMLAH PENDUDUK ALOKASI KURSI

S/D 1 JUTA LEBIH 1 JUTA 3 JUTA LEBIH 3 JUTA 5 JUTA LEBIH 5 JUTA 7 JUTA LEBIH 7 JUTA 9 JUTA LEBIH 9 JUTA 11 JUTA LEBIH 11 JUTA

35 KURSI 45 KURSI 55 KURSI 65 KURSI 75 KURSI 85 KURSI 100 KURSI PASAL 23

JUMLAH KURSI DPRD KAB/KOTA


JUMLAH PENDUDUK ALOKASI KURSI

S/D 100.000 LEBIH 100.000 200.000 LEBIH 200.000 300.000 LEBIH 300.000 400.000 LEBIH 400.000 500.000 LEBIH 500.000 1 JUTA LEBIH 1 JUTA

20 KURSI 25 KURSI 30 KURSI 35 KURSI 40 KURSI 45 KURSI 50 KURSI

PASAL 26

PERWAKILAN PEREMPUAN
1.

PASAL 55, 56

SUBSTANSI

2. 3.

Partai wajib menyertakan 30% perempuan dlm daftar Caleg Penyusunan Caleg, setiap 3 Caleg hrs diisi 1 perempuan Wajib menyertakan perempuan dlm kepengurusan Pusat partai min 30%
Penyertaan Caleg perempuan menjadi syarat mutlak Penempatan min 1 org perempuan dlm urutan per 3 Caleg memperbesar kemungkinan perempuan utk dipilih Menjadi signifikan ketika tdk ada Caleg yg memenuhi BPP & penentuan Caleg kembali ke no urut

IMPLIKASI

1. 2. 3.

DAMPAK

1) 2)

Keuntungan bagi Perempuan Tidak ada yg dirugikan

PELAKSANA KAMPANYE PEMILU ANGGOTA DPR DAN DPRD

PASAL 79 - 81

Pengurus Partai Politik Calon Anggota DPR dan DPRD Juru Kampanye Perseorangan Organisasi yang Ditunjuk oleh Peserta Pemilu PELAKSANA KAMPANYE PEMILU ANGGOTA DPD Calon Anggota DPD Perseorangan Organisasi yang Ditunjuk

Catatan: Pelaksana kampanye didaftarkan ke KPU, KPU prov, KPU kab/kota dg tembusan ke Bawaslu, Bawaslu Prov, dan Bawaslu Kab/Kota. Materi kampanye visi, misi, dan program.

MATERI KAMPANYE
a. Visi b. Misi c. Program Partai Politik

PASAL 81

METODE KAMPANYE

PASAL 82, 83

a. pertemuan terbatas; b. pertemuan tatap muka; c. Iklan media massa cetak dan media massa elektronik; d. penyebaran bahan kampanye kepada umum; e. pemasangan alat peraga di tempat umum; f. rapat umum; dan g. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye
Catatan: 1. Kampanye pemilu dilaksanakan sejak 3 hari setelah penetapan calon peserta pemilu sampai dimulainya masa tenang; 2. Khusus untuk iklan & rapat umum dilaksanakan selama 21 hari dan berakhir sampai dimulainya masa tenang. 3. Masa tenang berlangsung 3 hari sebelum hari/tanggal pemungutan suara.

LARANGAN KAMPANYE

PASAL 86

Mempersoalkan Pancasila, Pembukaan UUD 1945, dan bentuk NKRI; Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan NKRI; Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau peserta pemilu lain; Menghasut dan mengadu domba perseorangan atau masyarakat; Mengganggu ketertiban umum; Mengancam utk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan; Merusak/menghilangkan alat peraga kampanye peserta pemilu lain; Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan; Membawa/menggunakan tanda gambar/atribut selain tanda gambar/atribut peserta pemilu yang bersangkutan; Menjanjikan/memberikan uang/materi lainnya kepada peserta kampanye. Catatan:
Bila calon anggota DPR, DPD, dan DPRD terbukti money politics berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap akan menjadi dasar bagi KPU dan KPU prov serta KPU kab/kota untuk: (a) pembatalan dari daftar calon tetap; (b) pembatalan penetapan calon sebagai calon terpilih.

MONEY POLITICS, SUPAYA


a. tidak menggunakan hak pilihnya; b. menggunakan hak pilihnya dgn memilih Peserta Pemilu dgn cara tertentu shg surat suaranya tidak sah; c. memilih Parpol Peserta Pemilu tertentu; d.memilih calon anggota DPR, DPRD prov, DPRD kab/kota tertentu; atau e.memilih calon anggota DPD tertentu,
PASAL 89

DANA KAMPANYE

PASAL 131

Dana kampanye Pemilu yang berasal dari sumbangan pihak lain perseorangan tidak boleh melebihi Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Dana kampanye Pemilu yang berasal dari sumbangan pihak lain: kelompok, perusahaan dan/atau badan usaha nonpemerintah tidak boleh melebihi Rp7.500.000.000,00 (tujuh milyar lima ratus juta rupiah) Pemberi sumbangan harus mencantumkan identitas yang jelas.
Catatan:
Peserta Pemilu yang menerima sumbangan pihak lain perseorangan dan/atau sumbangan pihak lain kelompok, perusahaan, dan/atau badan usaha non pemerintah yang lebih dari ketentuan, tidak dibenarkan menggunakan kelebihan dana tersebut dan wajib melaporkannya kepada KPU serta menyerahkan sumbangan tersebut kepada kas negara paling lambat 14 (setelah masa kampanye Pemilu berakhir.

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE


KEWAJIBAN
Laporan Awal Dana Kampanye dan Rekening Khusus Dana Kampanye kepada KPU, KPU pro, dan KPU kab/kota

PASAL 134 s/d 138

WAKTU

SANKSI
Pembatalan Sebagai Peserta Pemilu pada Wilayah ybs

14 Hari Sebelum Hari Pertama Kampanye Rapat Umum

Laporan Dana Kampanye yg Meliputi Penerimaan dan Pengeluaran kepada Kantor Akuntan Publik yg Ditunjuk KPU

15 Hari Setelah Pemungutan Suara

Tidak Ditetapkannya Calon Anggota DPR, DPRD prov,DPRD Kab/kota Menjadi Calon Terpilih

Pembukuan dana kampanye dimulai sejak 3 hari setelah parpol ditetapkan sebagai peserta pemilu dan Ditutup satu minggu sebelum penyampaian laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye kepada kantor akuntan publik Ps 129 (7)

MEKANISME PILIHAN

PASAL 154

SUBSTANSI

Masyarakat menandai pilihannya dengan cara mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar parpol dan/atau nama calon pada surat suara.

IMPLIKASI

kemungkinan kecurangan pada saat penghitungan dengan alasan tdk jelas, dapat diminimalisir

DAMPAK

Tida ada yg diuntungkan Tida ada yg dirugikan

PARLIAMENTARY THRESHOLD

PASAL 208

Parpol Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara sekurang2nya 3,5% dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi anggota DPR, DPRD prov dan DPRD kab/kota.

PARLIAMENTARY THRESHOLD
1. Utk menempatkan wakilnya di DPR, Partai hrs memiliki jumlah suara min 3,5% dr jumlah suara sah nasional; Jika capaian suara dibawah ketentuan tsb, partai dianggap tdk qualified utk menempatkan wakilnyadi DPR, dan DPRD Prov dan K/K Ada suara yg tdk terhitung jika partai tdk mencapai PT Partai yg bisa mencapai BPP, namun tdk mencapai PT tdk bisa punya kursi di DPR & DPRD;

SUBSTANSI
2.

1.

IMPLIKASI

2.

DAMPAK

Keuntungan bagi partai besar, krn akhirnya jatah mereka bisa bertambah jika ada partai kecil yg tdk mencapai PT Kerugian bagi Parta kecil, krn mereka yg berpotensi besar tdk mencapai PT

Lanjutan
Parpol Peserta Pemilu yg tidak memenuhi ambang batas perolehan suara, tidak disertakan pada penghitungan perolehan kursi DPR, DPRD prov, dan DPRD kab/kota di setiap dapil. Suara untuk penghitungan perolehan kursi DPR, DPRD prov, dan DPRD kab/kota di suatu dapil ialah jumlah suara sah seluruh Parpol Peserta Pemilu dikurangi jumlah suara sah Parpol Peserta Pemilu yg tidak memenuhi ambang batas perolehan. Dari hasil penghitungan suara sah yg diperoleh parpol peserta pemilu di suatu dapil ditetapkan angka BPP DPR, BPP DPRD prov, dan BPP DPRD kab/Kota dgn cara membagi jumlah suara sah Parpol Peserta Pemilu dgn jumlah kursi di satu dapil. Ps 209

PENENTUAN KURSI
Penentuan perolehan jumlah kursi Anggota DPR, DPRD prov, dan DPRD kab/kota Parpol Peserta Pemilu didasarkan atas hasil penghitungan seluruh suara sah dari setiap Parpol Peserta Pemilu yg memenuhi ketentuan ambang batas di dapil ybs. Dari hasil penghitungan seluruh suara sah ditetapkan angka BPP DPR, BPP DPRD prov, dan BPP DPRD kab/kota.
Ps 211

PEMBAGIAN SISA KURSI


Setelah ditetapkan angka BPP, ditetapkan perolehan jumlah kursi tiap Parpol Peserta Pemilu di suatu dapil, sbb:
apabila jumlah suara sah suatu Parpol Peserta Pemilu sama dengan atau lebih besar dari BPP, maka dalam penghitungan tahap pertama diperoleh sejumlah kursi dengan kemungkinan terdapat sisa suara yang akan dihitung dalam penghitungan tahap kedua; apabila jumlah suara sah suatu Parpol Peserta Pemilu lebih kecil dari BPP, maka dalam penghitungan tahap pertama tidak diperoleh kursi, dan jumlah suara sah tersebut dikategorikan sebagai sisa suara yg akan dihitung dalam penghitungan tahap kedua, dalam hal masih terdapat sisa kursi di dapil ybs; penghitungan perolehan kursi tahap kedua dilakukan apabila masih terdapat sisa kursi yang belum terbagi dalam penghitungan tahap pertama, dengan cara membagikan jumlah sisa kursi yang belum terbagi kepada Parpol Peserta Pemilu satu demi satu berturut-2 sampai habis, dimulai dari Parpol Peserta Pemilu yang mempunyai sisa suara terbanyak.

Dalam hal terdapat sisa suara Parpol Peserta Pemilu di suatu dapil sama jumlahnya, maka kursi diberikan kepada Parpol Peserta Pemilu yg sisa suaranya memiliki persebaran yang lebih banyak.

Ps 212, 213

PENETAPAN CALON TERPILIH


SUBSTANSI

PASAL 215

Penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD prov, dan DPRD kab/kota dari Parpol Peserta Pemilu didasarkan pada perolehan kursi Parpol Peserta Pemilu di suatu dapil
Calon terpilih Agt DPR, DPRD prov, dan DPRD kab/kota ditetapkan berdasarkan calon yang memperoleh suara terbanyak; Dalam hal terdapat dua calon atau lebih yang memenuhi ketentuan dengan perolehan suara yang sama, penentuan calon terpilih ditentukan berdasarkan persebaran perolehan suara calon pada dapil dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan; dan Dalam hal calon yang memenuhi ketentuan, jumlahnya kurang dari jumlah kursi yg diperoleh parpol peserta pemilu, maka kursi yang belum terbagi diberikan kepada calon berdasarkan perolehan suara terbanyak berikutnya.

IMPLIKASI

DAMPAK

Keuntungan bagi calon, krn dpt langsung maju ke DPR/D Kerugian bagi Parpol, krn tdk dpt menentukan calon ke No Urut

PENGGANTIAN CALON TERPILIH ANGGOTA DPR, DPD, DPRD


MENINGGAL DUNIA TINDAK PIDANA PEMILU POLITIK UANG DAN PEMALSUAN DOKUMEN

ALASAN PENGGANTIAN

MENGUNDURKAN DIRI

TIDAK LAGI MEMENUHI SYARAT


PASAL 220

Bila calon terpilih sudah ditetapkan dengan keputusan KPU, KPU provinsi, dan KPU kab/kota, keputusan batal demi hukum. Pengganti calon terpilih dari DCT pada dapil yang sama berdasarkan urutan suara terbanyak berikutnya. Calon terpilih pengganti ditetapkan dengan keputusan KPU, KPU prov, dan KPU kab/kota.

PEMUNGUTAN SUARA ULANG DI TPS


SEBAB AKIBAT

PASAL 221

BENCA ALAM KERUSUHAN

HASIL PEMUNGUTAN SUARA TIDAK DAPAT DIGUNAKAN ATAU PENGHITUNGAN SUARA TIDAK DAPAT DILAKUKAN

Pemungutan suara ulang di TPS wajib diulang bila dari hasil pemeriksaan dan penelitian Panitia Pengawas Lapangan terdapat keadaan:
1. 2. 3. Pembukaan kotak suara dan/atau berkas pemungutan dan penghitungan suara tidak sesuai dengan tata cara yang diatur dalam peraturan perundangan; Petugas KPPS meminta pemilih memberikan tanda khusus, menandatangani, atau menuliskan nama atau alamatnya pada surat suara yang sudah digunakan; dan/atau Petugas KPPS merusak lebih dari satu surat suara yang sudah digunakan oleh pemilih sehingga surat suara tersebut menjadi tidak sah.

PROSEDUR PEMUNGUTAN SUARA ULANG

PASAL 222

Pemungutan suara ulang diusulkan o/ KPPS dgn menyebutkan keadaan yg menyebabkan diadakannya pemungutan suara ulang. Usul KPPS diteruskan kepada PPK u/ selanjutnya diajukan kpd KPU kab/kota u/ pengambilan keputs diadakannya pemungutan suara ulang. Pemungutan suara ulang di TPS dilaksanakan p.lm 10 hari setelah hari pemungutan suara berdasarkan keputs PPK.

PENGHITUNGAN SUARA ULANG

MACAM PENGHITUNGAN SUARA ULANG

PASAL 223

ALASAN PENGHITUNGAN ULANG SURAT SUARA DI TPS

PASAL 223

a. kerusuhan yg mengakibatkan penghitungan suara tidak dapat dilanjutkan; b. penghitungan suara dilakukan secara tertutup; c. penghitungan suara dilakukan di tempat yg kurang terang atau kurang mendapat penerangan cahaya; d. penghitungan suara dilakukan dgn suara yg kurang jelas; e. penghitungan suara dicatat dgn tulisan yg kurang jelas; f. saksi Peserta Pemilu, Pengawas Pemilu Lapangan, dan warga masy tidak dpt menyaksikan proses penghitungan secara jelas; g. penghitungan suara dilakukan di tempat lain di luar tempat dan waktu yg telah ditentukan; dan/atau h. terjadi ketidakkonsistenan dalam menentukan surat suara yg sah dan surat suara yg tidak sah. Catatan: Saksi dan Pengawas dapat mengusulkan penghitungan ulang surat suara di TPS Penghitungan ulang pada hari/tanggal yang sama dengan pemungutan suara

PEMILU LANJUTAN

PASAL 230, 232 AKIBAT

SEBAB

BENCANA ALAM KERUSUHAN GANGGUAN KEAMANAN GANGGUAN LAINNYA

SEBAGIAN TAHAPAN PENYELENGGARAAAN


PEMILU TIDAK DAPAT DILAKSANAKAN

Pelaksanaan Pemilu Lanjutan dimulai dari tahap penyelenggaraan Pemilu yang terhenti
Pemilu Lanjutan dilaksanakan setelah ada penetapan penundaan Pelaksanaan Pemilu a. KPU kab/kota atas usul PPK apabila penundaan meliputi satu atau beberapa desa/kelurahan b. KPU Kab/Kota atas usul PPK apabila penundaan meliputi satu atau beberapa kecamatan c. KPU Provinsi atas usul KPU kab/kota apabila penundaan meliputi satu atau beberapa kab/kota d. KPU atas usul KPU Provinsi apabila penundaan meliputi satu atau beberapa provinsi

PEMILU SUSULAN

PASAL 231, 232 AKIBAT

SEBAB

BENCANA ALAM KERUSUHAN GANGGUAN KEAMANAN GANGGUAN LAINNYA

SELURUH TAHAPAN PENYELENGGARAAAN


PEMILU TIDAK DAPAT DILAKSANAKAN

Pelaksanaan Pemilu susulan dilakukan untuk seluruh tahapan penyelenggaraan Pemilu


Pemilu Lanjutan dilaksanakan setelah ada penetapan penundaan Pelaksanaan Pemilu a. KPU kab/kota atas usul PPK apabila penundaan meliputi satu atau beberapa desa/kelurahan b. KPU Kab/Kota atas usul PPK apabila penundaan meliputi satu atau beberapa kecamatan c. KPU Provinsi atas usul KPU kab/kota apabila penundaan meliputi satu atau beberapa kab/kota d. KPU atas usul KPU Provinsi apabila penundaan meliputi satu atau beberapa provinsi

PEMANTAU PEMILU
a. b. c. d. e.

PASAL 233

Lembaga swadaya masyarakat pemantau Pemilu dalam negeri; Badan hukum dalam negeri; Lembaga pemantauan pemilihan dari luar negeri; Lembaga pemilihan luar negeri; dan Perwakilan negara sahabat di Indonesia.

Pemantau Pemilu harus memenuhi persyaratan; PASAL a. Bersifat independen; 234 b. Mempunyai sumber dana yang jelas; dan c. Terdaftar dan memperoleh akredetasi dari KPU, KPU Provinsi, KPU Kab/Kota sesuai dengan cakupan wilayah pemantauannya.

PARTISIPASI MASYARAKAT
a.

PASAL 246

Sosialisai Pemilu; b. Pendidikan politik bagi pemilih; c. Survei atau jajak pendapat tentang Pemilu; dan d. Penghitungan cepat hasil Pemilu. dengan ketentuan: - tidak melakukan keberpihakan yang menguntungkan atau merugikan Peserta Pemilu; - tidak mengganggu proses penyelenggaraan pemilu; - bertujuan meningkatkan partisipasi politik masyarakat secara luas; dan - mendorong terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan Pemilu yang aman, damai, tertib dan lancar.

QUICKCOUNT
SUBSTANSI

PASAL 247

Pengumuman penghitungan cepat (quickcount) dapat dilakukan p.cpt 2 jam setelah PEMILU di WIB

IMPLIKASI

Pelanggaran terhadap ketentuan tsb merupakan tindak pidana Pemilu.

DAMPAK

Tida ada Keuntungan secara spesifik Kerugian bagi RAKYAT, krn tdk bisa mengakses hasil pemilu pada hari yg sama

PELANGGARAN KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU


PASAL 251
Pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilu yang berpedomankan sumpah dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai penyelenggara pemilu

Penyelesaian Kode Etik Penyelenggara Pemilu; a. Diselesaikan oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu b. Tata cara penyelesaian pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan UU 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu

PASAL 252

PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILU


PASAL 253
Pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di luar tindak pidana Pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu

Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilu; a. Diselesaikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota b. Berdasarkan rekomendasi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya

PASAL 254

SENGKETA PEMILU
PASAL 257
Sengketa yang terjadi antarpeserta Pemilu dan sengketa Pemilu dengan penyelenggara pemilu sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Provinsi, KPU kabupaten/Kota

Penyelesaian Sengketa Pemilu; a. Diselesaikan oleh Bawaslu b. Bawaslu dalam melaksanakan kewenangannya dapat mendelegasikan kepada Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, Pengawas Pemilu Luar Negeri

PASAL 258

TINDAK PIDANA PEMILU

PASAL 260, 261

Tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam UU ini

Penyelesaian Tindak Pidana Pemilu diselesaikan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia

PENGADILAN PERKARA PEMILU

PASAL 263, 264, 265

PN memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana Pemilu paling lama 7 hari setelah pelimpahan berkas perkara. Dalam hal diajukan banding, permohonan diajukan paling lama 3 hari setelah putusan dibacakan. PN melimpahkan berkas perkara permohonan banding kpd PT paling lama 3 hari setelah permohonan banding diterima. PT memeriksa dan memutus perkara banding p.lm 7 hari setelah permohonan banding diterima. Putusan PT merupakan putusan terakhir dan mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum lain. Putusan pengadilan harus sudah disampaikan kepada Penuntut Umum paling lama 3 hari setelah putusan dibacakan.

Lanjutan
Putusan pengadilan harus dilaksanakan p.l 3 hari setelah putusan diterima oleh jaksa. Putusan pengadilan terhadap kasus tindak pidana Pemilu yang dapat mempengaruhi perolehan suara Peserta Pemilu, harus sudah selesai p.lm 5 hari sebelum KPU menetapkan hasil Pemilu secara nasional. KPU, KPU provinsi, dan KPU kab/kota wajib menindaklanjuti putusan pengadilan. Salinan putusan pengadilan harus sudah diterima KPU, KPU prov, atau KPU kab/kota dan Peserta Pemilu pada hari putusan pengadilan dibacakan.

SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILU

PASAL 268, 269

Pengajuan gugatan atas sengketa TUN Pemilu ke PT TUN dilakukan setelah seluruh upaya administratif di Bawaslu telah digunakan Pengajuan gugatan atas sengketa TUN Pemilu dilakukan paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah dikeluarkannya keputusan Bawaslu Penggugat dapat memperbaiki dan melengkapi gugatannya apabila kurang lengkap, paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya gugatan oleh PT TUN Apabila dalam jangka waktu tersebut penggugat belum menyempurnakan gugatannya, hakim memberikan putusan bahwa gugatan tidak dapat diterima dan terhadap putusan tersebut tidak dapat dilakukan upaya hukum PT TUN memeriksa dan memutus gugatan paling lama 21 hari sejak gugatan dinyatakan lengkap dan terhadap putusan tersebut dapat dilakukan permohonan kasasi ke MA RI

Lanjutan

Permohonan kasasi tersebut diajukan paling lama 7 hari kerja sejak putusan PT TUN MA RI wajib memberikan putusan atas permohonan kasasi tersebut paling lama 30 hari kerja sejak permohonan kasasi diterima Putusan MA RI bersifat terakhir dan mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum lain KPU wajib menindaklanjuti putusan PT TUN atau putusan MA RI paling lama 7 hari kerja

PERSELISIHAN HASIL PEMILU

PASAL 271, 272

Perselisihan antara KPU dan peserta Pemilu mengenai penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional Perselisihan penetapan perolehan suara yang dapat mempengaruhi perolehan kursi Peserta Pemilu Penyelesaian perselisihan hasil Pemilu, Peserta Pemilu dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU kepada MK Peserta Pemilu mengajukan permohonan kepada MK paling lama 3 x 24 jam sejak diumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU Pemohon dapat memperbaiki dan melengkapi permohonannya apabila kurang lengkap, paling lama 3 x 24 jam sejak diterimanya permohonan oleh MK KPU, KPU Provinsi, KPU Kab/Kota wajib menindaklanjuti putusan MK

You might also like