Salmonella and Salmonellosis (page 1) Salmonella dan Salmonellosis (halaman 1)

(This chapter has 5 pages) (Bab ini memiliki 5 halaman) 2008 Kenneth Todar, PhD Kenneth Todar 2008, PhD Salmonella is a Gram-negative facultative rod-shaped bacterium in the same proteobacterial family as Escherichia coli, the family Enterobacteriaceae, trivially known as "enteric" bacteria. Salmonella is nearly as well-studied as E. coli from a structural, biochemical and molecular point of view, and as poorly understood as E. Salmonella adalah bakteri fakultatif-negatif berbentuk batang Gram dalam keluarga proteobacterial sama seperti Escherichia coli, keluarga Enterobacteriaceae, sepele dikenal sebagai "enterik" bakteri. Salmonella hampir sama baik dipelajari sebagai E. coli dari biokimia, struktur dan molekuler sudut pandang, dan kurang dipahami sebagai E. coli from an ecological point of view. Salmonellae live in the intestinal tracts of warm and cold blooded animals. Some species are ubiquitous. coli dari sudut pandang ekologi live view. salmonella pada saluran usus hewan berdarah dingin dan hangat. Beberapa spesies yang di mana-mana. Other species are specifically adapted to a particular host. Spesies lain secara khusus disesuaikan untuk suatu host tertentu. In humans, Salmonella are the cause of two diseases called salmonellosis : enteric fever ( typhoid ), resulting from bacterial invasion of the bloodstream, and acute gastroenteritis , resulting from a foodborne infection/intoxication. Pada manusia, Salmonella merupakan penyebab dua penyakit yang disebut salmonellosis: demam enterik (tifus), hasil dari invasi bakteri dari aliran darah, dan gastroenteritis akut, akibat infeksi bawaan makanan / mabuk. Discovery of the Typhoid Bacillus Penemuan Bacillus Tifus At the beginning of the 19th century, typhoid was defined on the basis of clinical signs and symptoms and pathological (anatomical) changes. However, at this time, all sorts of enteric fevers were characterized as "typhoid". Pada awal abad ke-19, tipus didefinisikan berdasarkan tanda dan gejala klinis dan patologi (anatomi) perubahan,. Namun saat ini, segala macam demam enterik yang dicirikan sebagai "tifus". In 1880s, the typhoid bacillus was first observed by Eberth in spleen sections and mesenteric lymph nodes from a patient who died from typhoid. Robert Koch confirmed a related finding by Gaffky and succeeded in cultivating the bacterium in 1881. Pada tahun 1880-an, basil tifoid pertama kali diamati oleh Eberth di bagian limpa dan kelenjar getah bening mesenterika dari pasien yang meninggal akibat tipus. Robert Koch mengkonfirmasi temuan yang terkait dengan Gaffky dan berhasil dalam budidaya bakteri pada 1881. But due to the lack of differential characters, separation of the typhoid bacillus from other enteric bacteria was uncertain. Namun karena kurangnya karakter diferensial, pemisahan basil tifoid dari bakteri enterik lain tidak pasti. In 1896, it was demonstrated that the serum from an animal immunized with the typhoid bacillus agglutinated (clumped) the typhoid bacterial cells, and it was shown that the serum of patients afflicted with typhoid likewise agglutinated the typhoid bacillus. Pada tahun 1896, itu menunjukkan bahwa serum dari hewan diimunisasi dengan basil tifoid agglutinated (mengelompok) sel-sel bakteri tipus, dan itu menunjukkan bahwa serum pasien menderita tipus

juga agglutinated basil tifus. Serodiagnosis of typhoid was thus made possible by 1896. Serodiagnosis dari tifus demikian dimungkinkan oleh 1896.

Figure 1. Salmonella typhi, the agent of typhoid. Gambar 1 typhi. Salmonella, agen dari tifus. Gram stain. Gram stain. (CDC) (CDC)

Salmonella Nomenclature Salmonella Nomenklatur The genus Salmonella is a member of the family Enterobacteriaceae, It is composed of bacteria related to each other both phenotypically and genotypically. Salmonella DNA base composition is 50-52 mol% G+C, similar to that of Escherichia, Shigella, and Citrobacter. The bacteria of the genus Salmonella are also related to each other by DNA sequence. The genus Salmonella adalah anggota dari keluarga Enterobacteriaceae, ini terdiri dari bakteri berhubungan satu sama lain baik fenotipik dan genotypically.. Dasar DNA Salmonella komposisi adalah 50-52 mol% G + C, mirip dengan coli, Shigella, dan Citrobacter bakteri dari genus Salmonella juga berhubungan satu sama lain dengan urutan DNA. The genera with DNA most closely related to Salmonella are Escherichia, Shigella, and Citrobacter. Similar relationships were found by numerical taxonomy and 16S ssRNA analysis. Genera dengan DNA yang paling dekat dengan Salmonella adalah coli, Shigella, dan Citrobacter yang serupa. Hubungan ditemukan oleh taksonomi numerik dan analisis ssRNA 16S. Salmonella nomenclature has been controversial since the original taxonomy of the genus was not based on DNA relatedness, rather names were given according to clinical considerations, eg, Salmonella typhi, Salmonella cholerae-suis, Salmonella abortus-ovis, and so on. nomenklatur Salmonella telah menjadi kontroversi sejak taksonomi asli dari genus tidak didasarkan pada keterkaitan DNA, bukan nama diberi sesuai pertimbangan klinis, misalnya, Salmonella typhi, Salmonella cholerae-suis, Salmonella abortus-Ovis, dan sebagainya. When serological analysis was adopted into the Kauffmann-White scheme in 1946, a Salmonella species was defined as "a group of related fermentation phage-type" with the result that each Salmonella serovar was considered as a species. Ketika analisis serologis diadopsi ke dalam skema Kauffmann-Putih pada tahun 1946, suatu spesies Salmonella didefinisikan sebagai "kelompok-fermentasi terkait tipe fag" dengan hasil bahwa setiap serovar Salmonella dianggap sebagai spesies. Since the host-

specificity suggested by some of these earlier names does not exist (eg, S. typhi-murium, S. cholerae-suis are in fact ubiquitous), names derived from the geographical origin of the first isolated strain of the newly discovered serovars were next chosen, eg, S. Karena host-kekhususan disarankan oleh beberapa nama-nama ini sebelumnya tidak ada (misalnya, S. typhi-murium, S. cholerae-suis pada kenyataannya di mana-mana), nama yang berasal dari asal geografis dari strain terisolasi pertama dari baru ditemukan serovars yang berikutnya dipilih, misalnya, S. london, S. panama, S. stanleyville. london, S. panama, S. stanleyville. Susequently it was found that all Salmonella serovars form a single DNA hybridization group, ie, a single species composed of seven subspecies, and thenomenclature had to be adapted. Susequently ditemukan bahwa semua serovars Salmonella membentuk kelompok hibridisasi DNA tunggal, yaitu, satu spesies tunggal yang terdiri dari tujuh subspesies, dan thenomenclature harus disesuaikan. To avoid confusion with the familiar names of serovars, the species name Salmonella enterica was proposed with the following names for the subspecies: Untuk menghindari kebingungan dengan nama akrab serovars, nama spesies Salmonella enterica diusulkan dengan nama-nama berikut untuk subspesies: enterica I enterica Saya salamae II salamae II arizonae IIIa arizonae IIIa diarizonae IIIb diarizonae IIIB houtenae IV houtenae IV bongori V bongori V indica VI indica VI Each subspecies contains various serovars defined by a characteristic antigenic formula. Setiap subspesies berisi berbagai serovars didefinisikan dengan menggunakan formula yang antigenik yang khas. Since this formal Latin nomenclature may not be clearly understood by physicians and epidemiologists, who are the most familiar with the names given to the most common serovars, the common serovars names are kept for subspecies I strains, which represent more than 99.5% of the Salmonella strains isolated from humans and other warm-blooded animals. Karena ini nomenklatur Latin formal mungkin tidak jelas dipahami oleh dokter dan ahli epidemiologi, yang paling akrab dengan nama-nama yang diberikan kepada umum serovars besar, serovars umum nama yang disimpan untuk subspesies I strain, yang mewakili lebih dari 99.5% dari Salmonella diisolasi dari manusia dan hewan berdarah panas lainnya. The vernacular terminology seems preferred in medical practice, eg, Salmonella ser. Terminologi vernakular tampaknya pilihan dalam praktek medis, misalnya, ser Salmonella. Typhimurium (not italicized) or shorter Salmonella (or S. ) Typhimurium. Typhimurium (tidak dicetak miring) atau lebih pendek Salmonella (atau S.) Typhimurium.

Struktur antigenik

As with all Enterobacteriaceae, the genus Salmonella has three kinds of major antigens with diagnostic or identifying applications: somatic, surface, and flagellar. Seperti dengan semua Enterobacteriaceae, genus Salmonella memiliki tiga macam antigen utama dengan atau mengidentifikasi aplikasi diagnostik: somatik, permukaan, dan flagellar. Somatic (O) or Cell Wall Antigens Somatik (O) atau Wall Cell Antigen Somatic antigens are heat stable and alcohol resistant. Cross-absorption studies individualize a large number of antigenic factors, 67 of which are used for serological identification. antigen somatik yang tahan panas dan alkohol stabil. Cross-penyerapan studi individualize sejumlah besar faktor antigen, 67 yang digunakan untuk identifikasi serologis. O factors labeled with the same number are closely related, although not always antigenically identical. faktor O bertuliskan angka yang sama berkaitan erat, meskipun tidak selalu identik antigen. Surface (Envelope) Antigen s Permukaan (Envelope) Antigen s Surface antigens, commonly observed in other genera of enteric bacteria (eg, Escherichia coli and Klebsiella), may be found in some Salmonella serovars. antigen permukaan, biasanya diamati pada genera bakteri enterik lain (misalnya, Escherichia coli dan Klebsiella), dapat ditemukan di beberapa serovars Salmonella. Surface antigens in Salmonella may mask O antigens, and the bacteria will not be agglutinated with O antisera. One specific surface antigen is well known: the Vi antigen. antigen Permukaan di Salmonella mungkin topeng O antigen, dan bakteri tidak akan agglutinated dengan antiserum O:. permukaan spesifik Satu antigen dikenal antigen Vi. The Vi antigen occurs in only three Salmonella serovars (out of about 2,200): Typhi, Paratyphi C, and Dublin. Antigen Vi terjadi hanya dalam tiga serovars Salmonella (dari sekitar 2.200): Typhi, paratyphi C, dan Dublin. Strains of these three serovars may or may not have the Vi antigen. Strain dari ketiga serovars mungkin atau mungkin tidak memiliki antigen Vi. Flagellar (H) Antigens Flagellar (H) Antigen Flagellar antigens are heat-labile proteins. Flagellar antigen adalah protein labil panas. Mixing salmonella cells with flagella-specific antisera gives a characteristic pattern of agglutination (bacteria are loosely attached to each other by their flagella and can be dissociated by shaking). Mencampur sel salmonella dengan antiserum spesifik flagella memberikan pola karakteristik aglutinasi (bakteri secara longgar melekat satu sama lain oleh flagela mereka dan dapat dipisahkan dengan gemetar). Also, antiflagellar antibodies can immobilize bacteria with corresponding H antigens. Selain itu, antibodi antiflagellar dapat melumpuhkan bakteri dengan antigen H yang sesuai. A few Salmonella enterica serovars (eg, Enteritidis, Typhi) produce flagella which always have the same antigenic specificity. Such an H antigen is then called monophasic. Sebuah enterica serovars Salmonella sedikit (misalnya, enteritidis, Typhi) menghasilkan flagella yang selalu memiliki spesifisitas antigenik yang sama. Semacam antigen H ini kemudian disebut monophasic. Most Salmonella serovars, however, can alternatively produce flagella with two different H antigenic specificities. Sebagian besar Salmonella serovars, bagaimanapun, sebagai alternatif dapat menghasilkan flagella dengan dua antigen H kekhususan yang berbeda. The H antigen is then called diphasic. Antigen H ini kemudian disebut diphasic. For example, Typhimurium cells can produce flagella with either antigen i or antigen 1,2. Sebagai contoh, selsel Typhimurium dapat menghasilkan flagella dengan baik i antigen atau antigen 1,2. If a clone

is derived from a bacterial cell with H antigen i, it will consist of bacteria with i flagellar antigen. Jika klon berasal dari sel bakteri dengan i antigen H, akan terdiri dari bakteri dengan flagellar antigen i. However, at a frequency of 10 -3 - 10 -5 , bacterial cells with 1,2 flagellar antigen pattern will appear in this clone. Namun, pada frekuensi 10 -3 - 10 -5, sel-sel bakteri dengan pola 1,2 antigen flagellar akan muncul di klon ini.

Figure 2. Gambar 2. Flagellar stain of a Salmonella Typhi. Flagellar noda dari Salmonella Typhi. Like E. Seperti E. coli, Salmonella are motile by means of peritrichous flagella. coli, Salmonella yang motil dengan flagela peritrichous. A close relative that causes enteric infections is the bacterium Shigella. Shigella is not motile, and therefore it can be differentiated from Salmonella on the bais of a motility test or a flagellar stain. Seorang kerabat dekat yang menyebabkan infeksi enterik adalah bakteri Shigella. Shigella tidak motil, dan karena itu dapat dibedakan dari Salmonella pada Bais dari tes motilitas atau flagellar noda. (CDC) (CDC)

Habitats Habitat The principal habitat of the salmonellae is the intestinal tract of humans and animals. Salmonella serovars can be found predominantly in one particular host, can be ubiquitous, or can have an unknown habitat. Typhi and Paratyphi A are strictly human serovars that may cause grave diseases often associated with invasion of the bloodstream. Salmonellosis in these cases is transmitted through fecal contamination of water or food. Gallinarum, Abortusovis, and Typhisuis are, respectively, avian, ovine, and porcine Salmonella serovars. Habitat utama salmonella adalah saluran pencernaan manusia dan hewan. Salmonella serovars dapat ditemukan terutama dalam satu host tertentu, bisa di mana-mana, atau dapat memiliki habitat tidak diketahui penyakit. Typhi dan paratyphi A adalah manusia ketat serovars yang menyebabkan kubur sering dikaitkan dengan invasi dari aliran darah. Salmonellosis dalam kasus ini ditularkan melalui kontaminasi kotoran air atau makanan.. Gallinarum, Abortusovis, dan Typhisuis adalah, masingmasing, burung, yg berhubung dgn domba, dan babi Salmonella serovars Such host-adapted serovars cannot grow on minimal medium without growth factors (contrary to the ubiquitous Salmonella serovars). host-diadaptasi seperti serovars tidak dapat tumbuh pada medium minimal tanpa faktor pertumbuhan (bertentangan dengan serovars Salmonella mana-mana). Ubiquitous (non-host-adapted) Salmonella serovars (eg, Typhimurium) cause very diverse clinical symptoms, from asymptomatic infection to serious typhoid-like syndromes in infants or certain highly susceptible animals (mice). Mana-mana (non-host-diadaptasi) Salmonella serovars (misalnya, Typhimurium) menyebabkan gejala klinis yang sangat beragam, dari infeksi

asimptomatik ke sindrom tifoid seperti serius pada bayi atau hewan yang sangat rentan tertentu (tikus). In human adults, ubiquitous Salmonella organisms are mostly responsible for foodborne toxic infections. Pada orang dewasa manusia, di mana-mana organisme Salmonella sebagian besar bertanggung jawab untuk infeksi bawaan makanan beracun. The pathogenic role of a number of Salmonella serovars is unknown. This is especially the case with serovars from subspecies II to VI. A number of these serovars have been isolated rarely (some only once) during a systematic search in cold-blooded animals. Peran patogen dari sejumlah serovars Salmonella tidak diketahui.. Hal ini terutama terjadi dengan serovars dari subspesies II sampai dengan VI Sejumlah serovars ini telah diisolasi jarang (beberapa hanya sekali) selama pencarian sistematis dalam hewan berdarah dingin. Salmonella in the Natural Environment Salmonella di Lingkungan Alam Salmonellae are disseminated in the natural environment (water, soil, sometimes plants used as food) through human or animal excretion. Humans and animals (either wild or domesticated) can excrete Salmonella either when clinically diseased or after having had salmonellosis, if they remain carriers. Salmonella organisms do not seem to multiply significantly in the natural environment (out of digestive tracts), but they can survive several weeks in water and several years in soil if conditions of temperature, humidity, and pH are favorable. Salmonella disebarluaskan di lingkungan alam (air, tanah, kadang-kadang tanaman yang digunakan sebagai makanan) melalui atau hewan ekskresi manusia. Manusia dan hewan (baik liar atau piaraan) dapat mengeluarkan Salmonella baik ketika sakit atau klinis setelah itu salmonellosis, jika mereka tetap carrier organisme. Salmonella tampaknya tidak berkembang biak secara signifikan dalam lingkungan alam (dari saluran pencernaan), tetapi mereka bisa bertahan beberapa minggu di air dan beberapa tahun dalam tanah jika kondisi suhu, kelembaban, dan pH yang menguntungkan. Isolasi dan Identifikasi Salmonella A number of plating media have been devised for the isolation of Salmonella. Some media are differential and nonselective, ie, they contain lactose with a pH indicator, but do not contain any inhibitor for non salmonellae (eg, bromocresol purple lactose agar). Sejumlah media pelapisan telah dirancang untuk isolasi Salmonella. Beberapa media diferensial dan nonselektif, yaitu, mereka mengandung laktosa dengan indikator pH, tetapi tidak mengandung inhibitor untuk salmonella non (misalnya, agar-agar laktosa ungu bromocresol). Other media are differential and slightly selective, ie, in addition to lactose and a pH indicator, they contain an inhibitor for nonenterics (eg, MacConkey agar and eosin-methylene blue agar). Media lain adalah diferensial dan sedikit selektif, yaitu, selain laktosa dan indikator pH, mereka mengandung inhibitor untuk nonenterics (misalnya, agar MacConkey dan-metilen biru agar-agar eosin). The most commonly used media selective for Salmonella are SS agar, bismuth sulfite agar, Hektoen enteric (HE) medium, brilliant green agar and xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. Yang biasa dipakai media paling selektif untuk Salmonella adalah SS agar, agar-agar bismut sulfit, Hektoen enterik (HE) medium, agar hijau brilian dan xylose-lisine-deoksikolat (XLD) agar. All these media contain both selective and differential ingredients and they are

commercially available. Semua media ini mengandung kedua dan berbeda bahan selektif dan mereka tersedia secara komersial.

Figure 3. Salmonella sp. Gambar 3. Sp Salmonella. after 24 hours growth on XLD agar. setelah 24 jam pada agar pertumbuhan XLD. Xylose Lysine (XL) agar is used when trying to culture and isolate Gram-negative enteric bacilli. Xylose Lysine (XL) agar-agar digunakan ketika mencoba untuk budaya dan mengisolasi negatif enterik basil-Gram. When XL agar is supplemented with sodium thiosulfate, ferric ammonium citrate, and sodium deoxycholate, it is then termed XLD agar, and is then an even more selective medium than XL alone. Ketika XL agar-agar dilengkapi dengan tiosulfat natrium, besi ammonium sitrat, dan natrium deoksikolat, itu kemudian disebut XLD agar-agar, dan kemudian menjadi lebih selektif menengah bahkan dari XL sendiri. The presence of any black colored area indicates the deposition of hydrogen sulfide, (H 2 S) under alkaline conditions. Keberadaan area berwarna hitam menunjukkan pengendapan hidrogen sulfida, (H 2 S) dalam kondisi basa. (CDC) (CDC)

Media used for Salmonella identification are those used for identification of all Enterobacteriaceae. Most Salmonella strains are motile with peritrichous flagella, however, nonmotile variants may occur occasionally. Most strains grow on nutrient agar as smooth colonies, 2-4 mm in diameter. Most strains are prototrophs, not requiring any growth factors.

However, auxotrophic strains do occur, especially in host-adapted serovars such as Typhi and Paratyphi A. Media yang digunakan untuk identifikasi Salmonella adalah yang digunakan untuk identifikasi dari semua Enterobacteriaceae Kebanyakan strain Salmonella. Yang motil dengan flagela peritrichous, bagaimanapun, varian nonmotile kadang-kadang dapat terjadi. Kebanyakan. Galur tumbuh hara pada agar halus sebagai koloni, diameter 2-4 mm Kebanyakan strain yang prototrof, tidak memerlukan faktor-faktor pertumbuhan,. Namun strain auxotrophic memang terjadi, terutama di host-diadaptasi serovars seperti Typhi dan paratyphi A.

Figure 4. Gambar 4. Colonial growth Salmonella choleraesuis subsp. Kolonial pertumbuhan Salmonella choleraesuis subsp. arizonae bacteria grown on a blood agar culture plate. arizonae bakteri tumbuh pada suatu budaya agar-agar piring darah. Also known as Salmonella Arizonae, it is a zoonotic bacterium that can infect humans, birds, reptiles, and other animals. Juga dikenal sebagai Salmonella Arizonae, itu adalah bakteri zoonosis yang dapat menginfeksi manusia, burung, reptil, dan hewan lainnya. (CDC) (CDC)

Table 1. Tabel 1. Characteristics shared by most Salmonella strains belonging to subspecies I Karakteristik bersama oleh strain Salmonella yang paling milik subspesies saya Motile, Gram-negative bacteria Motil, bakteri Gram-negatif Lactose negative; acid and gas from glucose, mannitol, maltose, and sorbitol; no Acid from adonitol, sucrose, salicin, lactose Laktosa negatif; asam dan gas dari glukosa, manitol, maltosa, dan sorbitol; Asam tidak dari adonitol, sukrosa, salisin, laktosa

ONPG test negative (lactose negative) ONPG tes negatif (laktosa negatif) Indole test negative Indole tes negatif Methyl red test positive Metil merah tes positif Voges-Proskauer test negative Voges Proskauer tes-negatif Citrate positive (growth on Simmon's citrate agar) Sitrat positif (pertumbuhan pada agaragar's sitrat Simmon) Lysine decarboxylase positive Lysine dekarboksilase positif Urease negative Urease negatif Ornithine decarboxylase positive Ornithine dekarboksilase positif H 2 S produced from thiosulfate H 2 S yang dihasilkan dari tiosulfat Do not grow with KCN Tidak tumbuh dengan KCN Phenylalanine and tryptophan deaminase negative Fenilalanin dan triptofan deaminase negatif Gelatin hydrolysis negative Gelatin hidrolisis negatif

Figure 5. Gambar 5. Colonial growth pattern displayed by Salmonella Typhimurium cultured on a Hektoen enteric (HE) agar. S. Typhimurium colonies grown on HE agar are blue-green in color indcating that the bacterium does not ferment lactose However it does produce hydrogen sulfide, (H 2 S), as indicated by black deposits in the centers of the colonies. Kolonial pola pertumbuhan yang ditampilkan oleh Salmonella typhimurium dibudidayakan pada enterik Hektoen (HE) Agar Typhimurium. S. koloni yang tumbuh pada HE agar-agar berwarna biru-hijau dengan warna indcating bahwa bakteri tidak memfermentasi laktosa Namun itu tidak menghasilkan hidrogen sulfida, (H 2 S ), seperti ditunjukkan dengan deposito hitam di pusat koloni. (CDC). (CDC). HE agar is the medium designed for the isolation and recovery of fecal bacteria belonging to the family, Enterbacteriaceae. S. Typhimurium causes 25% of the 1.4 million salmonellosis infections a year in the United

States. DIA agar-agar adalah medium dirancang untuk isolasi dan pemulihan dari bakteri kotoran milik keluarga, Enterbacteriaceae Typhimurium. S. penyebab 25% dari 1,4 juta infeksi salmonellosis setahun di Amerika Serikat. Most persons infected with Salmonella sp. Kebanyakan orang yang terinfeksi dengan Salmonella sp. develop diarrhea, fever, and abdominal cramps 12 - 72 hours after infection. The illness usually lasts 4 - 7 days, and most people recover without treatment. However, in some cases, the diarrhea may be so severe that the patient needs to be hospitalized. mengembangkan diare, demam, dan kram perut 12-72 jam setelah infeksi - The. penyakit biasanya berlangsung 4 hari, dan sebagian besar orang sembuh tanpa pengobatan. 7 Namun, dalam beberapa kasus, diare mungkin begitu parah bahwa pasien perlu dirawat di rumah sakit .

Genetics of Salmonella Genetika Salmonella The genetic map of the Salmonella Typhimurium strain LT2 is not very different from that of Escherichia coli K-12. The F plasmid can be transferred to Typhimurium, and an Hfr strain of Typhimurium may subsequently be selected. Peta genetik dari strain LT2 Salmonella typhimurium tidak sangat berbeda dari Escherichia coli K-12. Plasmid F dapat ditransfer ke Typhimurium, dan strain Hfr dari Typhimurium selanjutnya dapat dipilih. Conjugative chromosomal transfer may occur from Typhimurium Hfr to E. mentransfer kromosom Conjugative mungkin terjadi dari Typhimurium Hfr sampai E. coli or from E. atau dari E. coli coli Hfr to Typhimurium. Chromosomal genes responsible for O, Vi, and H antigens can be transferred from Salmonella to Escherichia. coli Hfr untuk Typhimurium, kromosom. gen yang bertanggung jawab untuk O, Vi dan antigen H dapat ditransfer dari Salmonella coli. Also, Salmonella may harbor temperate phages and plasmids. Plasmids in Salmonella may code for antibiotic resistance (resistance plasmids are frequent due to the selective pressure of extensive antibiotic therapy), bacteriocins, metabolic characteristics such as lactose or sucrose fermentation, or antigenic changes of O antigen. Selain itu, Salmonella mungkin pelabuhan sedang fag dan plasmid. Plasmid di Salmonella mungkin kode untuk resistensi antibiotik (plasmid perlawanan sering disebabkan oleh tekanan selektif terapi antibiotik yang ekstensif), bakteriosin, metabolisme karakteristik seperti laktosa atau fermentasi sukrosa, atau perubahan antigenik O antigen. Patogenesis Infeksi Salmomella pada Manusia Salmonella infections in humans vary with the serovar, the strain, the infectious dose, the nature of the contaminated food, and the host status. infeksi Salmonella pada manusia bervariasi dengan serovar, saring, dosis menular, sifat makanan yang terkontaminasi, dan status tuan rumah. Certain serovars are highly pathogenic for humans; the virulence of more rare serovars is unknown. serovars tertentu sangat patogen bagi manusia; virulensi dari serovars langka lebih tidak diketahui. Strains of the same serovar are also known to differ in their pathogenicity. Strain dari serovar yang sama juga diketahui berbeda dalam patogenisitas mereka. An oral dose of at least 10 5 Salmonella Typhi cells are needed to cause typhoid in 50% of human volunteers, whereas at least 10 9 S. Typhimurium cells (oral dose) are needed to cause symptoms of a toxic infection. Dosis oral paling sedikit 10 5 sel Salmonella Typhi diperlukan untuk menyebabkan penyakit tipus di 50% dari sukarelawan manusia, sedangkan setidaknya 10 9 S. Typhimurium sel (dosis oral) yang diperlukan untuk menimbulkan gejala infeksi beracun. Infants, immunosuppressed patients, and those affected with blood disease are more susceptible to Salmonella infection than healthy adults. Bayi, imunosupresi pasien, dan mereka yang terkena dampak dengan penyakit darah lebih rentan terhadap infeksi Salmonella daripada orang dewasa yang sehat.

In the pathogenesis of typhoid the bacteria enter the human digestive tract, penetrate the intestinal mucosa (causing no lesion), and are stopped in the mesenteric lymph nodes. Dalam patogenesis tipus bakteri masuk ke saluran pencernaan manusia, menembus mukosa usus (menyebabkan lesi tidak), dan berhenti di kelenjar getah bening mesenterika. There, bacterial multiplication occurs, and part of the bacterial population lyses. Di sana, perkalian bakteri terjadi, dan bagian dari populasi bakteri lisis. From the mesenteric lymph nodes, viable bacteria and LPS (endotoxin) may be released into the bloodstream resulting in septicemia Release of endotoxin is responsible for cardiovascular collapsus and tuphos (a stuporous stateorigin of the name typhoid) due to action on the ventriculus neurovegetative centers. Dari kelenjar getah bening mesenterika, bakteri hidup dan LPS (endotoksin) dapat dilepaskan ke dalam aliran darah sehingga septicaemia Pelepasan endotoksin bertanggung jawab atas kardiovaskular collapsus dan tuphos (stupor state asal sebuah nama tipus) karena tindakan pada pusat-pusat neurovegetative ventriculus. Salmonella excretion by human patients may continue long after clinical cure. ekskresi Salmonella oleh pasien manusia dapat terus berlanjut lama setelah menyembuhkan klinis. Asymptomatic carriers are potentially dangerous when unnoticed. About 5% of patients clinically cured from typhoid remain carriers for months or even years. pembawa Asimtomatik berpotensi berbahaya bila ketahuan. Sekitar 5% pasien klinis sembuh dari tipus tetap operator selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Antibiotics are usually ineffective on Salmonella carriage (even if salmonellae are susceptible to them) because the site of carriage may not allow penetration by the antibiotic. Antibiotik biasanya tidak efektif pada Salmonella kereta (bahkan jika salmonella rentan kepada mereka) karena situs pengangkutan tidak memungkinkan penetrasi oleh antibiotik. Salmonellae survive sewage treatments if suitable germicides are not used in sewage processing. Salmonella bertahan perawatan limbah jika germicides cocok tidak digunakan dalam pengolahan limbah. In a typical cycle of typhoid, sewage from a community is directed to a sewage plant. Dalam siklus khas tipus, limbah dari masyarakat adalah diarahkan ke pabrik limbah. Effluent from the sewage plant passes into a coastal river where edible shellfish (mussels, oysters) live. Shellfish concentrate bacteria as they filter several liters of water per hour. Limbah dari pabrik limbah melewati ke sungai pantai mana kerang dimakan (kerang, tiram) tinggal. Kerang berkonsentrasi bakteri karena mereka filter beberapa liter air per jam. Ingestion by humans of these seafoods (uncooked or superficially cooked) may cause typhoid or other salmonellosis. Konsumsi oleh manusia dari makanan laut (tidak dimasak atau dimasak dangkal) dapat menyebabkan atau lainnya salmonellosis tifus. Salmonellae do not colonize or multiply in contaminated shellfish. Salmonella tidak menjajah atau memperbanyak dalam kerang yang terkontaminasi. Typhoid is strictly a human disease.The incidence of human disease decreases when the level of development of a country increases (ie, controlled water sewage systems, pasteurization of milk and dairy products). Tifoid secara ketat insiden disease.The manusia dari penyakit manusia berkurang ketika tingkat perkembangan yang meningkat negara (misalnya, sistem pembuangan air dikontrol, pasteurisasi dan susu produk susu). Where these hygienic conditions are missing, the probability of fecal contamination of water and food remains high and so is the incidence of

typhoid. Dimana kondisi higienis yang hilang, kemungkinan kontaminasi kotoran air dan makanan tetap tinggi dan begitu juga kejadian tipus. Foodborne Salmonella toxic infections are caused by ubiquitous Salmonella serovars (eg, Typhimurium). Infeksi Salmonella bawaan makanan beracun disebabkan oleh Salmonella serovars mana-mana (misalnya, Typhimurium). About 12-24 hours following ingestion of contaminated food (containing a sufficient number of Salmonella ), symptoms appear (diarrhea, vomiting, fever) and last 2-5 days. Spontaneous cure usually occurs. Sekitar 12-24 jam setelah menelan makanan yang terkontaminasi (berisi jumlah yang cukup Salmonella), gejala muncul (diare, muntah, demam) dan terakhir 2-5 hari. Menyembuhkan spontan biasanya terjadi. Salmonella may be associated with all kinds of food. Contamination of meat (cattle, pigs, goats, chicken, etc.) may originate from animal salmonellosis, but most often it results from contamination of muscles with the intestinal contents during evisceration of animals, washing, and transportation of carcasses. Salmonella dapat dikaitkan dengan segala macam makanan). Kontaminasi daging (sapi, babi, kambing, ayam, dll mungkin berasal dari salmonellosis hewan, tetapi sering hasil yang paling dari kontaminasi otot dengan isi usus selama pengeluaran isi hewan, mencuci , dan transportasi bangkai. Surface contamination of meat is usually of little consequence, as proper cooking will sterilize it (although handling of contaminated meat may result in contamination of hands, tables, kitchenware, towels, other foods, etc.). kontaminasi permukaan daging biasanya berarti banyak, seperti memasak yang tepat akan mensterilkan itu (walaupun penanganan daging yang terkontaminasi dapat mengakibatkan kontaminasi tangan, meja, dapur, handuk, makanan lain, dll). However, when contaminated meat is ground, multiplication of Salmonella may occur within the ground meat and if cooking is superficial, ingestion of this highly contaminated food may produce a Salmonella infection. Namun, ketika daging yang terkontaminasi adalah tanah, perkalian Salmonella mungkin terjadi dalam daging tanah dan jika masakan dangkal, konsumsi makanan yang terkontaminasi ini sangat mungkin menghasilkan infeksi Salmonella. Infection may follow ingestion of any food that supports multiplication of Salmonella such as eggs, cream, mayonnaise, creamed foods, etc.), as a large number of ingested salmonellae are needed to give symptoms. Infeksi dapat mengikuti konsumsi dari setiap makanan yang mendukung perkalian Salmonella seperti, krim mayones, telur, krim makanan, dll), sebagai sejumlah besar salmonella ditelan diperlukan untuk memberikan gejala. Prevention of Salmonella toxic infection relies on avoiding contamination (improvement of hygiene), preventing multiplication of Salmonella in food (constant storage of food at 4C), and use of pasteurized and sterilized milk and milk products. Pencegahan infeksi Salmonella beracun mengandalkan menghindari kontaminasi (peningkatan kebersihan), mencegah multiplikasi Salmonella pada makanan (konstan penyimpanan makanan pada suhu 4 C), dan penggunaan dan disterilkan pasteurisasi susu dan produk susu. Vegetables and fruits may carry Salmonella when contaminated with fertilizers of fecal origin, or when washed with polluted water. Sayuran dan buah-buahan dapat membawa Salmonella ketika terkontaminasi dengan pupuk asal kotoran, atau bila dicuci dengan air tercemar. The incidence of foodborne Salmonella infection/toxication remains reletavely high in developed countries because of commercially prepared food or ingredients for food. Kejadian infeksi Salmonella bawaan makanan / keracunan tetap reletavely tinggi di negara maju karena menyiapkan makanan komersial atau bahan untuk makanan. Any contamination of commercially

prepared food will result in a large-scale infection. Setiap kontaminasi menyiapkan makanan komersial akan mengakibatkan infeksi skala besar. In underdeveloped countries, foodborne Salmonella intoxications are less spectacular because of the smaller number of individuals simultaneously infected, but also because the bacteriological diagnosis of Salmonella toxic infection may not be available. Di negara-negara terbelakang, Salmonella intoksikasi bawaan makanan kurang spektakuler karena jumlah kecil individu yang terinfeksi secara simultan, tetapi juga karena diagnosis bakteriologis beracun infeksi Salmonella mungkin tidak tersedia. However, the incidence of Salmonella carriage in underdeveloped countries is known to be high. Namun, kejadian Salmonella kereta di negara-negara terbelakang diketahui tinggi. Salmonella epidemics may occur among infants in pediatric wards. The frequency and gravity of these epidemics are affected by hygienic conditions, malnutrition, and the excessive use of antibiotics that select for multiresistant strains. Salmonella epidemi dapat terjadi pada bayi di bangsal anak. Frekuensi dan beratnya epidemi ini dipengaruhi oleh kondisi higienis, malnutrisi, dan penggunaan berlebihan antibiotik yang memilih untuk strain multiresistant. Salmonella Enteritidis Infection Infeksi Salmonella enteritidis Egg-associated salmonellosis is an important public health problem in the United States and several European countries. Salmonella Enteritidis, can be inside perfectly normal-appearing eggs, and if the eggs are eaten raw or undercooked, the bacterium can cause illness. During the 1980s, illness related to contaminated eggs occurred mosy frequently in the northeastern United States, but now illness caused by S. Enteritidis is increasing in other parts of the country as well. Terkait salmonellosis Telur merupakan masalah kesehatan masyarakat penting di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa enteritidis. Salmonella, dapat-muncul telur normal di dalam, dan jika telur dimakan mentah atau kurang matang, bakteri dapat menyebabkan penyakit. Selama 1980 , penyakit yang berhubungan dengan telur terkontaminasi mosy sering terjadi di Amerika Serikat timur laut, tapi sekarang penyakit yang disebabkan oleh S. enteritidis meningkat di bagian lain negeri juga. Unlike eggborne salmonellosis of past decades, the current epidemic is due to intact and disinfected grade A eggs. Salmonella Enteritidis silently infects the ovaries of healthy appearing hens and contaminates the eggs before the shells are formed. Tidak seperti salmonellosis eggborne dekade terakhir, epidemi saat ini karena telur utuh dan didesinfeksi grade A diamdiam. Salmonella enteritidis menginfeksi indung telur ayam tampil sehat dan mengotori telur sebelum cangkang terbentuk. Most types of Salmonella live in the intestinal tracts of animals and birds and are transmitted to humans by contaminated foods of animal origin. Kebanyakan jenis Salmonella tinggal di saluran usus hewan dan burung dan ditularkan kepada manusia oleh makanan yang terkontaminasi yang berasal dari hewan. Stringent procedures for cleaning and inspecting eggs were implemented in the 1970s and have made salmonellosis caused by external fecal contamination of egg shells extremely rare. Ketat prosedur untuk membersihkan dan telur memeriksa dilaksanakan pada tahun 1970 dan telah membuat salmonellosis yang disebabkan oleh kontaminasi tinja luar kulit telur yang sangat langka. However, unlike eggborne salmonellosis of past decades, the current epidemic is due to intact and disinfected grade A eggs. Namun, tidak seperti salmonellosis eggborne dekade terakhir, epidemi saat ini karena telur utuh dan didesinfeksi grade A. The reason for this is that Salmonella Enteritidis silently infects the ovaries of hens and contaminates the eggs before the shells are formed. Alasan untuk ini adalah

bahwa Salmonella enteritidis diam-diam menginfeksi indung telur ayam dan mengotori telur sebelum cangkang terbentuk. Although most infected hens have been found in the northeastern United States, the infection also occurs in hens in other areas of the country. In the Northeast, approximately one in 10,000 eggs may be internally contaminated. In other parts of the United States, contaminated eggs appear less common. Only a small number of hens seem to be infected at any given time, and an infected hen can lay many normal eggs while only occasionally laying an egg contaminated with Salmonella Enteritidis. Meskipun ayam yang terinfeksi sebagian besar telah ditemukan di Amerika Serikat timur laut, infeksi juga terjadi pada ayam di daerah lain di negeri ini. Di Timur Laut, sekitar satu dari 10.000 telur mungkin secara internal terkontaminasi. Di bagian lain Amerika Serikat, terkontaminasi telur muncul kurang umum. Hanya sejumlah kecil ayam tampaknya terinfeksi pada waktu tertentu, dan ayam yang terinfeksi bisa bertelur banyak normal sementara hanya sesekali meletakkan telur terkontaminasi dengan Salmonella enteritidis. A person infected with the Salmonella Enteritidis usually has fever, abdominal cramps, and diarrhea beginning 12 to 72 hours after consuming a contaminated food or beverage. Seseorang yang terinfeksi dengan Salmonella enteritidis biasanya memiliki demam, kram perut, dan diare mulai 12-72 jam setelah mengkonsumsi makanan atau minuman tercemar. The illness usually lasts 4 to 7 days, and most persons recover without antibiotic treatment. However, the diarrhea can be severe, and the person may be ill enough to require hospitalization. The elderly, infants, and those with impaired immune systems (including HIV) may have a more severe illness. Penyakit ini biasanya berlangsung 4 sampai 7 hari, dan orang-orang yang paling sembuh tanpa pengobatan antibiotik (. Namun, diare mungkin parah, dan orang mungkin sakit cukup untuk memerlukan rawat inap. tua itu, bayi, dan mereka kekebalan yang terganggu dengan sistem termasuk HIV ) mungkin memiliki penyakit yang lebih parah. In these patients, the infection may spread from the intestines to the bloodstream, and then to other body sites and can cause death unless the person is treated promptly with antibiotics. Pada pasien ini, infeksi dapat menyebar dari usus ke aliran darah, dan kemudian ke situs tubuh lainnya dan dapat menyebabkan kematian kecuali orang tersebut segera diobati dengan antibiotik. Exotoxins Exotoxins Salmonella strains may produce a thermolabile enterotoxin that bears a limited relatedness to cholera toxin both structurally and antigenically. This enterotoxin causes water secretion in rat ileal loop and is recognized by antibodies against both cholera toxin and the thermolabile enterotoxin (LT) of enterotoxinogenic E. strain Salmonella dapat menghasilkan enterotoksin termolabil yang beruang keterkaitan terbatas pada toksin kolera dan antigen baik struktural. enterotoksin ini menyebabkan sekresi air di loop ileum tikus dan diakui oleh antibodi terhadap kedua toksin kolera dan enterotoksin termolabil (LT) E. enterotoxinogenic coli, but it does not bind in vitro to ganglioside GM1 (the receptor for E. coli LT and cholera ctx). Additionally, a cytotoxin that inhibits protein synthesis and is immunologically distinct from Shiga toxin has been demonstrated. coli, tetapi tidak mengikat secara in vitro untuk ganglioside GM1 (reseptor untuk E. coli dan kolera LT ctx),. Selain itu sebuah cytotoxin yang menghambat sintesis protein dan kekebalannya berbeda dari toksin Shiga telah dibuktikan. Both of these toxins are presumed

to play a role in the diarrheal symptoms of salmonellosis. Kedua racun ini dianggap berperan dalam gejala diare salmonellosis. Antibiotik Kerentanan During the last decade, antibiotic resistance and multiresistance of Salmonella spp. have increased a great deal. Selama dekade terakhir, resistensi antibiotik dan multiresistance Salmonella spp. Telah meningkat banyak. The cause appears to be the increased and indiscriminate use of antibiotics in the treatment of humans and animals and the addition of growth-promoting antibiotics to the food of breeding animals. Penyebabnya tampaknya dan sembarangan peningkatan penggunaan antibiotik dalam pengobatan manusia dan hewan dan penambahan mempromosikan pertumbuhan antibiotik untuk makanan hewan berkembang biak. Plasmid-borne antibiotic resistance is very frequent among Salmonella strains involved in pediatric epidemics (eg, Typhimurium, Panama, Wien, Infantis). ditanggung antibiotik resistensiPlasmid sangat sering di antara strain Salmonella yang terlibat dalam epidemi pediatrik (misalnya, Typhimurium, Panama, Wien, infantis). Resistance to ampicillin, streptomycin, kanamycin, chloramphenicol, tetracycline, and sulfonamides is commonly observed. Resistensi terhadap ampisilin, streptomisin, kanamisin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan sulfonamid umumnya diamati. Colistin resistance has not yet been observed. Colistin resistensi belum diamati. Until 1972, Typhi strains had remained susceptible to antibiotics, including chloramphenicol (the antibiotic most commonly used against typhoid) but in 1972, a widespread epidemic in Mexico was caused by a chloramphenicol-resistant strain of S. Typhi. Sampai tahun 1972, strain Typhi harus tetap rentan terhadap antibiotik, termasuk kloramfenikol (antibiotik yang paling sering digunakan terhadap tifoid), tetapi pada tahun 1972, sebuah epidemi yang meluas di Meksiko disebabkan oleh strain yang resisten kloramfenikol S. Typhi. Other chloramphenicol-resistant strains have since been isolated in India, Thailand, and Vietnam. strain resisten kloramfenikollain telah sejak terisolasi di India, Thailand, dan Vietnam. Possible importation or appearance of chloramphenicol-resistance strains in the United States is a real threat. Salmonella strains should be systematically checked for antibiotic resistance to aid in the choice of an efficient drug when needed and to detect any change in antibiotic susceptibility of strains (either from animal or human source). Kemungkinan impor atau tampilan-resistensi strain kloramfenikol di Amerika Serikat adalah sebuah ancaman nyata. Salmonella strain harus sistematis diperiksa resistensi antibiotik untuk membantu dalam pilihan obat yang efisien bila diperlukan dan untuk mendeteksi perubahan dalam kerentanan antibiotik strain (baik dari hewan atau sumber manusia). Indiscriminate distribution and use of antibiotics should be discouraged. Sembarangan distribusi dan penggunaan antibiotik harus berkecil hati. Vaccination Against Typhoid Fever Terhadap Vaksinasi Demam Tifoid Three types of typhoid vaccines are currently available for use in the United States: (1) an oral live-attenuated vaccine; (2) a parenteral heat-phenol-inactivated vaccine; (3) a newly licensed capsular polysaccharide vaccine for parenteral use. A fourth vaccine, an acetone-inactivated parenteral vaccine, is currently available only to the armed forces. Tiga jenis vaksin tifoid saat ini tersedia untuk digunakan di Amerika Serikat: (1) merupakan vaksin hidup yang dilemahkan

lisan; (2) vaksin panas-fenol-inactivated parenteral; (3) sebuah kapsul polisakarida vaksin lisensi baru untuk penggunaan parenteral. Sebuah vaksin keempat, sebuah aseton-vaksin parenteral, saat ini tersedia hanya untuk angkatan bersenjata. 1. Live oral vaccines . 1. Vaksin oral Live. Although oral killed vaccines are without efficacy, vaccines using living avirulent bacteria have shown promise. A galactose-epimeraseless mutant of Typhi has given very good results in a field trials. Meskipun vaksin oral dibunuh tanpa khasiat, vaksin dengan menggunakan bakteri avirulen hidup sangat menjanjikan. Aepimeraseless mutan telah memberikan hasil yang sangat baik Typhi galaktosa dalam uji coba lapangan. Mutants of Typhimurium that have given a good protection in animals include mutants lacking adenylate-cyclase and AMP receptor protein, and mutants auxotrophic for paminobenzoate and adenine.Typhi with the same mutations does not cause adverse reactions and is immunogenic in human. Mutan dari Typhimurium yang telah memberikan perlindungan yang baik pada hewan termasuk mutan kurang siklase-adenilat dan reseptor protein AMP, dan mutan auxotrophic untuk p-aminobenzoate dan adenine.Typhi dengan mutasi yang sama tidak menyebabkan reaksi merugikan dan imunogenik pada manusia. The Live Oral Typhoid Vaccine should not be given to children younger than 6 years of age. Live Oral Tifoid Vaksin tidak boleh diberikan kepada anak-anak muda dari usia 6 tahun. It is given in four doses, 2 days apart, as needed for protection. The last dose should be given at least 1 week before travel to allow the vaccine time to work. Hal ini diberikan dalam empat dosis, 2 hari terpisah, seperti yang diperlukan untuk perlindungan. Dosis terakhir harus diberikan minimal 1 minggu sebelum perjalanan untuk memungkinkan waktu vaksin untuk bekerja. A booster dose is needed every 5 years for people who remain at risk. Dosis booster dibutuhkan setiap 5 tahun untuk orang-orang yang masih beresiko. 2. 2. The parenteral heat-phenol-inactivated vaccine has been widely used for many years. Vaksin panas-fenol-dilemahkan parenteral telah banyak digunakan selama bertahun-tahun. In field trials involving a primary series of two doses of heat-phenol- inactivated typhoid vaccine, efficacy over the 2- to 3-year follow-up periods ranged from 51% to 77% . Di bidang penelitian melibatkan serangkaian utama dua dosis panas-fenol-vaksin tifoid, efektivitas selama 2 - untuk 3-tahun masa tindak lanjut berkisar dari 51% menjadi 77%. Efficacy for the acetone- inactivated parenteral vaccine, available only to the armed forces, ranges from 75% to 94%. Khasiat untuk aseton-vaksin parenteral, tersedia hanya untuk angkatan bersenjata, berkisar dari 75% menjadi 94%. Since the inactivated vaccines contain the O antigen (endotoxin), local and general reactions occur. Karena vaksin dilemahkan mengandung antigen O (endotoksin), dan umum reaksi lokal terjadi. Vi antigen extracted following the methodology used for the meningococcal vaccine seems to avoid reactions to endotoxin. antigen Vi diekstraksi mengikuti metodologi yang digunakan untuk vaksin meningokokus tampaknya untuk menghindari reaksi terhadap endotoksin. The inactivated Typhoid Vaccine should not be given to children younger than 2 years of age. Tifoid Vaksin ini tidak aktif tidak boleh diberikan kepada anak-anak muda dari 2 tahun. One dose provides protection. It should be given at least 2 weeks before travel to allow the vaccine

time to work. Satu dosis memberikan perlindungan. Ini harus diberikan minimal 2 minggu sebelum perjalanan untuk memungkinkan waktu vaksin untuk bekerja. A booster dose is needed every 2 years for people who remain at risk. Dosis booster dibutuhkan setiap 2 tahun untuk orang-orang yang masih beresiko. 3. 3. The newly licensed parenteral vaccine [ Vi capsular polysaccharide (ViCPS) ] is composed of purified Vi ("virulence") antigen, the capsular polysaccharide elaborated by S. Typhi isolated from blood cultures. In recent studies, one 25-ug injection of purified ViCPS produced seroconversion (ie, at least a fourfold rise in antibody titers) in 93% of healthy US adults. Two field trials in disease-endemic areas have demonstrated the efficacy of ViCPS in preventing typhoid fever. Vaksin parenteral yang berlisensi baru [Vi polisakarida kapsul (ViCPS)] terdiri dari Vi dimurnikan ("keracunan") antigen, yang polisakarida kapsul diuraikan oleh S. Typhi diisolasi dari kultur darah. Dalam studi terbaru, satu 25-ug injeksi ViCPS dimurnikan serokonversi yang dihasilkan (misalnya, setidaknya empat kali lipat kenaikan titer antibodi) dalam 93% dari orang dewasa US sehat memiliki bidang Dua. percobaan penyakit endemik di daerah menunjukkan kemanjuran ViCPS dalam mencegah demam tifoid. In one trial in Nepal, in which vaccine recipients were observed for 20 months, one dose of ViCPS among persons 5-44 years of age resulted in 74% fewer cases of typhoid fever. Dalam satu sidang di Nepal, di mana penerima vaksin diamati selama 20 bulan, satu dosis ViCPS antara orang-orang 5-44 tahun menghasilkan lebih sedikit 74% kasus demam tifoid. ViCPS has not been tested among children less than 1 year of age. ViCPS belum diuji di antara anak kurang dari 1 tahun usia. NOTE: No typhoid vaccine is 100% effective and is not a substitute for being careful about what you eat or drink. CATATAN: Tidak ada vaksin tifoid adalah 100% efektif dan bukan merupakan pengganti untuk berhati-hati tentang apa yang Anda makan atau minum. Routine typhoid vaccination is not recommended in the United States, but typhoid vaccine is recommended for travellers to parts of the world where typhoid is common, people in close contact with a typhoid carriers, and laboratory workers who work with Salmonella Typhi bacteria. Rutin vaksinasi tifoid tidak dianjurkan di Amerika Serikat, tetapi vaksin tifoid dianjurkan untuk para wisatawan untuk bagian dunia di mana tipus adalah umum, orang yang berhubungan dekat dengan pembawa tifoid, dan pekerja laboratorium yang bekerja dengan bakteri Salmonella Typhi.

Figure 6. Salmonella that has been cultured in a tetrathionate-enrichment broth, and stained using the direct fluorescent-antibody (FA) technique. Tetrathionate-enrichment broth contains bile salts, thereby inhibiting the growth of Gram-positive organisms, while the Gram-negative Salmonella sp., being an organism that possess the enzyme tetrathionate reductase, is able to break down tetrathionate, and grow uninhibited. Gambar 6 kaldu. Salmonella yang telah dibudidayakan di tetrathionate-pengayaan, dan diwarnai dengan menggunakan antibodi langsung fluorescent (FA) teknik-. Tetrathionate pengayaan kaldu berisi garam empedu, sehingga menghambat pertumbuhan organisme Gram-positif, sedangkan Gram negatif Salmonella sp., sebagai sebuah organisme yang memiliki enzim reduktase tetrathionate, mampu memecah tetrathionate, dan tumbuh liar. (CDC) (CDC)

For more information on salmonella infections please see Untuk informasi lebih lanjut tentang infeksi salmonella silakan lihat CDC Salmonellosis CDC Salmonellosis CDC Salmonella enteritidis CDC Salmonella enteritidis CDC Salmonella Infection (salmonellosis) and Animals CDC Salmonella Infeksi (salmonellosis) dan Hewan CDC Typhoid General information CDC Tifoid Informasi umum CDC Typhoid traveller's information CDC Typhoid informasi perjalanan CDC Typhoid vaccine: What You Need to Know CDC Tifoid Vaksin: Apa yang Harus Anda Ketahui FDA/CFSAN Bad Bug Book - Salmonella spp FDA / CFSAN Buku Bug Bad - Salmonella spp MedlinePlus Enteric fever MedlinePlus demam enterik NOVA | The Most Dangerous Woman in America (Typhoid Mary) NOVA | The Dangerous Wanita Paling di Amerika (Maria Tifus) Typhoid and paratyphoid fever (UK) Tifoid dan demam paratifoid (Inggris)

Typhoid Fever Utah Health Dept Demam Tifoid Utah Dept Kesehatan Typhoid fever NY Communicable Disease Fact Sheet Demam tipus NY Penyakit Menular LI WHO Salmonella WHO Salmonella WHO Typhoid fever WHO demam Tifoid