You are on page 1of 11

LAPORAN HASIL TUTORIAL

Skenario 2 Aku Tak Secantik Dulu Lagi Kelompok 8 BLOK 3.4.

Ketua Sekretaris I Sekretaris II Anggota

: Putri Nurmasari : Ika Kartika Sari : Reni Kusumastuti : Syarah Rysty Suryati Khalia Febriyani Rahmatika Purnamaningrum Lailia Nuraini Chandralia Kusumawardani Dessi Puspitasari Priliani Fitria Kustanti Nella Sisty Irmananti Puri Pinaremas

13221 13361 13327 12975 13218 13219 13220 13366 13368 13370 13372 13500

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Skenario: Aku Tak Secantik Dulu Lagi Fitria (19 th) seorang bintang film remaja yang sedang menjadi idola. Dia mengalami kecelakaan ketika mengendarai mobil setelah minum alkohol. Dia mengalami luka pada wajah dan tangannya, tindakan yang dilakukan adalah operasi. Dari keterangan tim kesehatan, kalau wajahya tidak dapat kembali secantik seperti sebelumnya. Akhirnya fitria sering murug dan putus asa. Dia datang ke seorang psikolog dan disimpulkan bahwa dia mengalami gangguan body image. Step 1 1. Body Image : citra tubuh, merupakan bagian dari konsep diri, pandangan internal terhadap dirinya sendiri, bersifat subyektif, mencakup persepsi ukuran, bentuk dari tubuhnya, berhubungan dengan kepribadian diri sendiri, dapat dimodifikasi secara berkesinambungan, memiliki komponen : afektif, kognitif, dan perilaku. 2. Gangguan body image : kondisi dimana seseorang tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri, perubahan persepsi dirinya karena adanya perubahan penampilan. Step 2 1. Faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi body image? 2. Bagaimana ASKEP yang terkait dengan gangguan body image, dan pemeriksaannya? 3. Bagaimana peran perawat dan keluarga dalam menghadapi klien dengan gangguan body image? 4. Apasaja bentuk dari gangguan body image, sesuai tahap perkembangan? 5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan body image? 6. Mekanisme koping bagi pasien dengan gangguan body image? adaptif dan maladaptive? 7. Siapa saja yang beresiko terkena gangguan body image? 8. Bagaimana akibat gangguan body image tidak tertatalaksana dengan baik? 9. Ciri-ciri orang yang mengalami gangguan body image? 10. Apasaja sumber koping pada orang dengan gangguan body image? 11. Apa semua gangguan body image adalah dikarenakan faktor psikologi? Atau ada fisiologi? 12. Ciri-ciri body image (+) dan (-)? 13. Bagaimana cara mencegah gangguan body image? 14. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya body image? 15. Sejauhmana gangguan body image itu perlu pertolongan?

Step 3 1. Faktor-faktor penyebab : a. Perubahan ukuran dan bentuk b. Kehilangan bagian tubuh, misal : pernah diamputasi, buta, tuli, dll c. Perubahan fisik d. Stressor berlebih e. Sumber koping yang tidak efektif f. Adanya keterbatasan atau ketergantungan alat g. Faktor sosial budaya, misal : persepsi terhadap kecantikan h. Perubahan hormonal i. Persepsi orang lain j. Adanya depersonalisasi k. Interpersonal yang buruk l. Perubahan fungsi tubuh Faktor predisposisi : Mekanisme koping, sosial budaya, pengaruh asuuhan dari orang tua. 2. Pengkajian : Faktor-faktor, sumber koping, dan managemen koping. Diagnose 1 NOC NIC keluarga Diagnose 2 Diagnose 3 Diagnose 4 : HDR/resiko? : koping yang tidak efektif : ineffective role performance : Gangguan body image : citra tubuh, resolusi berduka : peningkatan citra tubuh, memberikan dukungan kepada pasien dan

3. Peran perawat dan keluarga 4. A) Distorsi : gangguan mempersepsikan ukuran tubuh. B) Disatisfaction : ketidakpuasan dengan body image nya sendiri, dilihat dari penilaian tubuhnya. Berdasarkan tahap perkembangan : Anak-anak : yang dipikirkan mengenai perkembangan motorik kasarnya, penampilan belum diperhatikan, imitasi dipengaruhi oleh orang tuanya. Remaja : mudah terpengaruh dengan budaya barat, paparan media, sehingga penampilan fisik sangat diperhatikan, bisa berakibat anoreksia, selain itu adanya

jerawat juga sangat dipikirkan sebagai gangguan, adanya perubahan alat kelamin sekunder saat pubertas. Dewasa - Lansia : menopause, tergantung dengan alat-alat medis saat sakit, rambut memutih mengecat, kebotakan, bintik hitam di wajah, fisiologis yang mulai menurun, kerutan di wajah, luka pada tubuh misal DM, semua itu dapat menjadi gangguan body image. 5. Penatalaksanaan : Dari internal : bagaimana cara memandang diri sendiri sebagai pribadi yang utuh dan selalu bersyukur Identifikasi aspek yang ada dalam diri secara (+) dan (-) Bila perubahan memang diperlukan maka dengan cara yang (+) dan berdampak (+) juga, ex : olah raga, makanan bergizi Psikoterapi untuk membangun psikologi yang baik dan kuat, secara individu bersifat suportif, keluarga dapat menerima Intinya mengubah persepsi terhadap dirinya sendiri secara (+)

6. Adaptif : menyerahkan semua kepada Tuhan YME, mengarahkan ke hal (+) lainnya, memperluas pandangan, misal lihat atau pikirkan orang-orang yang lebih tidak beruntung daripada kita. Fase : denial (sedih, murung), marah (menarik diri), menerima, berespon positif jika tidak memiliki koping yang baik akan menjadi maladaptive. 7. Orang yang beresiko : a. Riwayat masa kecil b. Tidak dicintai orang tua c. Mempunyai penyakit yang mempengaruhi dengan penampilan d. Tuntutan untuk tampil sempurna dalam pekerjaannya e. Orang yang mempunyai koping yang buruk f. Orang hamil melahirkan g. Pengalaman seksual terlalu dini rendah diri 8. Akibat gangguan body image tidak tertatalaksana dengan baik : a. Tidak puas dengan keadaan tubuhnya HDR cemas, depresi, menarik diri isolasi diri abses dengan sumber koping terbatas bunuh diri b. HDR kesulitan dalam aktualisasi diri c. Gangguan kepribadian

d. Mencelakakan orang lain agar orang lain seperti dirinya karena perasaan iri hati e. Fantasi-fantasi halusinasi, gangguan dissosiatif distorsi depersonalisasi f. Lari dari kenyataan penyalahgunaan obat kenakalan/kriminalitas 9. Ciri-ciri orang yang memiliki gangguan body image: a. Syok psikologis (adaptif) b. Menarik diri (adaptif) c. Tidak menerima perubahan (adaptif) d. Penurunan kontak sosial e. Cemas, depresi f. Memandang (-) tubuhnya g. Mudah marah atau tersinggung h. Putus asa, pesimis suka membandingkan dengan orang lain 10. Keluarga, agama, lingkungan pekerjaan, sumber koping yang kuat 11. Fisiologi ; perubahan tubuh hormonal, distorsi, waham, halusinasi (psikologi) 12. Menerima kondisi dirinya. 13. Cara mencegah : a. Agama : bersyukur, berpositif thinking b. Mengalihkan ke hal (+) lainnya c. Lebih menonjolkan kelebihan yang dimilikinya dan mengasahnya d. Membentuk konsep diri yang baik, kepribadian bagus e. Adanya training sebelum dilakukan operasi fisik jika kondisi fisik dan fungsinya masih baik f. Sharing dengan orang lain untuk mencegah koping maladaptif 14. Factor yang mempengaruhi terbentuknya body image : a. Afektif dan kognisi b. Perilaku untuk meraih tubuh yang diinginkan c. Agama d. Kebudayaan, profesi e. Persepsi orang lain f. Role model mainan-mainan dari kecil g. Dongeng h. Jenis kelamin 15. Perlu pertolongan : a. Ketika seseorang itu memiliki koping maladaptive

b. Resiko bunuh diri c. Marah yang berlarut-larut dan tidak berganti ke tahap selanjutnya Step 4 Konsep diri

Faktor yang mempengaruhi

Body Image (+) Ciri-ciri (-) orang yang beresiko maladaptif pencegahan Sumber koping

adaptif

bentuk

Gangguan body image

penatalaksanaan ASKEP

akibat

Peran perawat dan keluarga

Step 5 1. Apa semua gangguan body image adalah dikarenakan faktor psikologi? Atau ada fisiologi? 2. Bagaimana bentuk gangguan body image menurut tahapan usia? 3. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat dan terapi yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan body image?

Step 6: Penelusuran literatur. Buku, jurnal, dan artikel- artikel ilmiah lainnya.

Step 7: 1. Gangguan body image tidak hanya disebebkan oleh faktor psikologis saja, tetapi juga dapat disebabkan karena faktor fisiologis. Dari sebuah sumber, menyebutkan bahwa terdapat beberapa penyebab gangguan body image karena perubahan fisiologis tubuh, yaitu: a. Perubahan ukuran tubuh, misalnya penurunan berat badan yang diakibatkan penyakit. b. Perubahan bentuk tubuh, misalnya karena adanya tumor yang besar. c. Perubahan struktur tubuh, merupakan perubahan bentuk tubuh yang disertai pemasangan alat di dalam tubuh. d. Perubahan fungsi, pada penyakit- penyakit yang dapat merubah sistem tubuh. e. Keterbatasan gerak, makan, dan aktivitas. f. Makna dan objek yang sering kontak, misalnya penampilan berubah. Gangguan body image juga bisa disebabkan karena faktor fisiologis di dalam tubuh, yaitu serotonin di dalam tubuh. Sebuah penelitian telah mengungkapkan bahwa variasi di wilayah promotor dari rekening serotonin transporter protein untuk hampir 10% dari total varians kecemasan yang beruhubungan dengan kepribadian, dan dampak dari gen pada depresi ditemukan untuk berinteraksi dengan lingkungan. Inti penelitian ini adalah adanya ketidakseimbangan kimiawi, yaitu hormon serotonin akan mempengaruhi peran emosi. Hormon ini diatur dalam hipotalamus. Hormon ini berhubungan dengan penilaian dan kecemasan. Body dysmorphic disorder (BDD) merupakan gangguan body image karena faktor fisiologis. Seseorang dengan BDD merasa selalu ada kekurangan terhadap tubuhnya, obsesi terhadap artis atau model, sering berkaca, ingin operasi plastik. Faktor psikologis dan fisiologis secara beriringan dapat menyebabkan gangguan body image. Perubahan bentuk tubuh yang merupakan faktor fisiologis. kecemasan akibat perubahan bentuk tubuh merupakan faktor psikologis. 2. Bentuk gangguan body image menurut tahap perkembangan: a. Terkait dengan berat badan. Pada usia anak- anak, mereka sudah memiliki perasaan negatif terhadap kegemukan. Pada usia remaja sudah berkeinginan untuk menutunkan berat badan. 20% remaja menutunkan berat badan pada usia 9 tahun, dan meningkat pada usia 14 tahun. Namun, semakin tua umur seseorang,

semakin tidak memikirkan berat badan karena banyak hal yang lebih penting untuk dipikirkan. b. Gangguan body image pada penderita kusta disebabkan karena wajah berkerut, jari membengkak, kaki dan tangan tidak dapat berfungsi lagi karena mati rasa. Dari hal tersebut, terjadi gangguan interaksi sosial. Penderita yang menolak terhadap perubahan fisik dapat menghalanginya untuk beradaptasi. c. Gangguan body image menurut tahap perkembangan: 1) Infant: kemampuan motorik kasar dapat mempengaruhi body image. 2) Toodler: kurang percaya diri terhadap tugas perkembangannya 3) Pra sekolah: anak usia pra sekolah menetapkan pandangan positif dan negatif terhadap tubuhnya, dan biasanya dipengaruhi oleh pendapat dari orang lain. 4) Remaja: remaja yang sakit, berpersepsi berbeda dengan teman sebayanya, takut diejek. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa 23% remaja memiliki persepsi negatif terhadap dirinya. Remaja putri 26,5% lebih berpersepsi negatif dari pada remaja putra 20,8%. 24,1% remaja tidak puas dengan penampilannya dan hanya 15,1% yang menginginkan tubuhnya sekarang. Penelitian lain menyebutkan bahwa 57,6% remaja putri lebih menginginkan untuk penurunan berat badan. 5) Usia dewasa muda citra tubuh lebih stabil. 6) Pada lansia biasanya terjadi karena persepsi terhadap penuaan dan kognisinya. d. Body image negatif juga bisa memberikan dampak positif terhadap seseorang. Misalnya pada orang yang memiliki rasa tidak puas terhadap tubuhnya, ia akan berysaha untuk hidup sehat. Pada remaja yang mengalami gangguan body image bisa memberikan dampak postitif seperti meningkatkan prestasi belajar ataupun menggali hal- hal positif lainnya. Namun, gangguan body image pada remaja juga bisa memberikan dampak negatif, seperti membentuk atau bergabung dengan peer group untuk kepentingan prestik. e. Fatoreksia, yaitu gangguan pada orang gemuk yang melihat dirinya sendiri di cermin sebagai orang kurus.

3. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan body image. Pengkajian: 1) Data demografi pasien 2) Mengkaji komponen konsep diri, yaitu: a. Gambaran diri b. Ideal diri c. Harga diri d. Penampilan peran e. Identitas diri 3) Faktor predisposisi gangguan body image, seperti budaya, teman sebaya, tuntutan peran. 4) Faktor presipitasi, misalnya trauma, baik fisik maupun psikologis. 5) Sumber koping 6) Mekanisme koping 7) Keluhan yang dirasakan pasien terkait body image. 8) Perilaku respon dari gangguan body image. Diagnosa: 1) Gangguan body image, yaitu kebingungan atau kekeliruan dalam gambaran mental seseorang terhadap fisiknya sendiri. Gambaran mental yang salah dan keliru terhadap fisiknya sendiri. Batasan karakteristik: a. Adanya perilaku mengamati tubuh orang lain b. Membandingkan tubuh orang lain dengan dirinya sendiri. c. Menutupi bagian tubuh yang tidak disukai. NOC: a. Self esteem b. Body image, yaitu persepsi positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh sendiri. NIC: a. Body image enhancement, aktivitas: membantu mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya, mengidentifikasi cara- cara untuk mengurangi segala kesalahan penggambaran, fasilitasi kontak dengan individu sebagai suatu mekanisme untuk mengevaluasi persepsi citra tubuh, dorong pasien

untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, memberikan informasi kosmetik yang dapat digunakan. b. Self esteem enhancement c. Peningkatan dukungan keluarga d. Kelompok sharing e. Rehabilitasi untuk adaptasi perubahan f. Kelompok sharing Evaluasi: a. Pasien memperlihatkan koping diri b. Harga diri membaik Prinsip perawatan dan peran perawat: a. Respon tidak mengadili pasien b. Bina hubungan saling percaya c. Mendiskusikan apa yang dipikirkan pasien d. Meyakinkan pikiran dan perilaku potitif pasien e. Komunikasi terapeutik f. Memberikan informasi yang sesungguhnya, apa adanya g. Perawat sebagai pendengar yang baik h. Menunjukkan rasa empati i. Memberi support j. Membebaskan pasien dari hal- hal yang membebani k. Memberikan pendampingan keagamaan Terapi: a. Cognitif Behavioral Therapy (CBT), yaitu menyediakan pikiran logis terhadap penampilan pasien yang positif dengan cara memfasilitasi adaptasi terhadap perubahan. Tahap- tahap CBT, menurut Catherine Faucher: 1) Pasien mengkaji diri sendiri bagaiman acitra diri negatif mereka bisa berkembang. 2) Mencatan ketidakpuasan yang dimiliki pasien, dan menuliskan diary tentang kejadian- kejadian tidak menyenangkan yang berhubungan dengan ketidakpuasannya. 3) Training relaksasi 4) Imajinasi

5) ,6), dan 7) ketika pasien menyadari dan menyelaraskan kesalahan persepsinya mengenai body image. 8) Meyakinkan pasien 9) Telaah untuk penerapan, mereview pengetahuan dan perilaku yang baru, dan belajar bagaimana mengimplementasikan pada kejadian- kejadian interpersonal yang berhubungan dengan body image negatif. 10) Praktek strategi pencegahan kekambuhan. b. Terapi psikologis, tujuannya untuk menurunkan rasa malu. c. Terapi perilaku, mendiskusikan perilaku. d. Terapi keluarga, membina hubungan saling pasien dan keluarga. e. Psikoterapi, terapi psikologis untuk mengangani gangguan body image f. Terapi farmakologi, misalnya anti depresan dan fluoxcetin. g. Manajemen cemas.

You might also like