You are on page 1of 19

Laporan Praktikum

(Pengecoran logam Alumunium menggunakan Cetakan Pasir)

Oleh Nama : Ahmad Rapai NPM : 0815021020

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2012

I. Pendahuluan

A. Latar belakang Dalam dunia industri logam banyak dijumpai produk-produk yang pembuatannya menggunakan teknik pengecoran terutama komponen yang memiliki bentuk kerumitan yang tinggi, mengapa dipilih cara ini alasannya cara ini akan menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan yang kita inginkan karena kita menentukan pola terlebih dahulu yang sama dengan produk aslinya dengan harapan produk hasil coran presisi selain itu proses pengecoran banyak digunakan karena tidak memerlukan investasi modal awal yang terlalu tinggi berbeda dengan pembuatan produk part atau komponen yang pembentukannya memerlukan mesin-mesin yang canggih misal saja mesin CNC. Kita ambil contoh untuk menbuat blok mesin jarang sekali digunakan selain menggunakan cara pengecoran, mungkin ada tetapi jarang sekali kita jumpai selain cara pengecoran. Dalam pengecoran digunakan peralatan sederhana terutama pengecoran yang menggunakan cetakan dari pasir tetapi ada juga yang menggunakan cetakan dari logam, dari kedua cetakan ini yang paling sederhana adalah cetakan yang berasal dari pasir. Cetakan yang berasal dari pasir sangat umum digunakan dalam pengecoran karena sangat mudah dalam pembentukan polanya,tidak memerlukan teknologi tinggi bila dibandingkan dengan cetakan yang berasal dari logam tetapi cetakan pasir ini hanya dapat digunakan sekali pakai berbeda dengan cetakan dari logam yang dapat digunkan berkali-kali atau secara massal. Untuk pembuatan pola cetakan yang berasal dari pasir ini perlu ketelitian dan kesabaran dari si pembuat jika tidak cetakan yang akan dibuat akan mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan berulang kali. Dari hal diatas yang melatarbelakangi pengecoran logam menggunakan cetakan pasir dengan harapkan mendapatkan pengetahuan akan keterampilan dalam proses pengecoran terutama dalam proses pembuatan cetakannya serta kemampuan untuk menganalisa kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam proses pembutan cetakan sehingga didapatkan hasil yang optimal.

B. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum pengecoran logam adalah sebagai berikut : 1. Menerapkan teori yang didapat dalam perkuliahan 2. Mengetahui teknik pembuatan cetakan yang berasal dari pasir cetak 3. Menganalisa kegagalan produk dari hasil pengecoran

II. Teori dasar

Proses pengecoran meliputi: pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan proses daur ulang pasir cetakan. Produk pengecoran disebut coran atau benda cor. Berat coran itu sendiri berbeda, mulai dari beberapa ratus gram sampai beberapa ton dengan komposisi yang berbeda, mulai dari beberapa ratus gram sampai beberapa ton dengan komposisi yang berbeda dan hamper semua logam atau paduan dapat dilebur dan dicor. Proses pengecoran secara garis besar dapat dibedakan dalam proses pengecoran dan proses percetakan. Pada proses pengeceron tidak digunakan tekanan sewaktu mengisi rongga cetakan, sedang pada proses pencetakan logam cair ditekan agar mengisi rongga cetakan. Karena pengisian logam berbeda, cetakan pun berbeda, sehingga pada proses percetakan cetakan umumnya dibuat dari logam. Pada proses pengecoran cetakan biasanya dibuat dari pasir meskipun ada kalanya digunakan pula plaster, lempung, keramik atau bahan tahan api lainnya. A. Pasir 1. Jenis Pasir Pasir silica (SiO2), ditemukan di banyak tempat, dan tersebar di seluruh Nusantara. Pasir ini sangat cocok untuk cetakan karena tahan suhu tinggi tanpa terjadi penguraian, murah harganya, awet dan butirannya mempunyai bermacam tingkat kebesaran dan bentuk. Namun, angka muainya tinggi dan memiliki kecenderungan untuk melebur menjadi satu dengan logam. Karena kandungan debu yang cukup tinggi, dapat berbahaya bagi kesehatan. 2. Pengujian pasir Pasir cetakan perlu diuji secara berkala untuk mengetahui sifat-sifatnya. Pengujian yang lazim diterapkan adalah pengujian mekanik untuk menentukan sifat-sifat pasir sebagai berikut:

1. Permeabilitas. Porositas pasir memungkinkan pelepasan gas dan uap yang terbentuk dalam cetakan 2. Kekuatan. Pasir harus memiliki gaya kohesi, kadar air dan lempung, mempengaruhi sifat-sifat cetakan. 3. Ketahanan terhadap suhu tinggi. Pasir harus tahan terhadap suhu tinggi tanpa melebur. 4. Ukuran dan bentuk butiran. Ukuran butiran pasir harus sesuai dengan sifat permukaan yang dihasilkan. Butiran harus berbentuk tidak teratur sehingga memiliki kekuatan ikatan yang memadai.

B. Cetakan Ada dua cara pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir. Pembagian dilakukan berdasarkan jenis pola yang digunakan: 1) Pola yang dapat digunakan berulang-ulang dan 2) Pola sekali pakai

Urutan pembahasan proses pengecoran adalah sebagai berikut: 1. Prosedur pembuatan cetakan 2. Pembuatan pola 3. Pasir 4. Inti 5. Peralatan (mekanik) 6. Penuangan dan pembersihan benda cor.

Prosedur pembuatan cetakan Cetakan diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan: 1. Cetakan pasir basah (green-sand molds) Cetakan dibuat dari pasir cetak basah. 2. Cetakan kulit kering (Skin dried mold) 3. Cetakan pasir kering (Dry-sand molds)

Cetakan dibuat dari pasir yang kasar dengan bahan pengikat 4. Cetakan lempung (Loan molds) 5. Cetakan furan (Furan molds) 6. Cetakan CO2 7. Cetakan logam Cetakan logam terutama digunakan pada proses cetak-tekan (die casting) logam dengan suhu cair rendah. 8. Cetakan khusus Cetakan khusus dapat dibuat dari plastic, kertas, kayu semen, plaster, atau karet. Proses pembuatan cetakan yang dilakukan di pabrik-pabrik pengecoran dapat di kelompokkan sebagai berikut: 1. Pembuatan cetakan di meja (Bench molding) Dilakukan untuk benda cor yang kecil. 2. Pembuatan cetakan di lantai (Floor molding) Dilakukan untuk benda cor berukuran sedang atau besar 3. Pembuatan cetakan sumuran (pit molding) 4. Pembuatan cetakan dengan mesin (machine molding)

a. Pembuatan Cetakan Sebagai contoh akan diuraikan pembuatan roda gigi seperti pada Gambar 5.2 di bawah ini. Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flak) yang terdiri dari dua bagian, bagian atas disebut kup dan bagian bawah disebut drag. Pak kotak cetak yang terdiri dari tiga bagian, bagian tengahnya disebut cheek. Kedua bagian kotak cetakan disatukan pada tempat tertentu dengan lubang dan pin.

Cetakan Pola Sekali Pakai

Keuntungan dari proses cetak sekali pakai ini meliputi : 1. Sangat tepat untuk mengecor benda-benda dalam jumlah kecil 2. Tidak memerlukan pemesinan lagi 3. Menghemat bahan coran 4. Permukaan mulus 5. Tidak diperlukan pembuatan pola belahan kayu yang rumit 6. Tidak diperlukan inti atau kotak inti 7. Pengecoran jauh lebih sederhana Kerugiannya adalah : 1. Pola rusak sewaktu dilakukan pengecoran 2. Pola lebih mudah rusak, oleh karena itu memerlukan penangangan yang lebih sederhana. 3. Pada pembuatan pola tidak dapat digunakan mesin mekanik 4. Tidak ada kemungkinan untuk memeriksa keadaan rongga cetakan

b. Saluran masuk, penambah, dan karakteristik pembekuan Sistem saluran masuk (gating system) untuk mengalirkan logam cair ke dalam rongga cetakan, terdiri dari cawan tuang, saluran turun, pengalir dan saluran masuk tempat logam mengalir memasuki rongga cetakan. Fungsi system saluran masuk perlu dirancang dengan mantap dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut: 1. Aliran logam hendaknya memasuki rongga cetakan pada dasar atau dekat dasarnya dengan turbulensi seminimal mungkin. Hal ini perlu diperhatikan, khususnya pada benda tuang yang kecil 2. Pengikisan dinding saluran masuk dan permukaan rongga cetakan harus ditekan dengan mengatur aliran logam cair atau dengan menggunakan inti pasir kering. 3. Aliran logam cair yang masuk harus diatur sedemikian sehingga terjadi solidifikasi terarah. Solidifikasi hendaknya mulai dari permukaan cetakan kea

rah logam cair sehingga selalu ada logam cair cadangan untuk menutupi kekurangan akibat penyusutan. 4. Usahakanlah agar slag, kotoran atau partikel asing tidak dapat masuk ke dalam rongga cetakan.

C. Pola 1. Jenis Pola

2. Ketepatan Ukuran Coran Pada pembuatan pola harus diperhatikan beberapa hal antara lain: pengaruh penyusutan logam cair, ketirusan, penyelesaian, distorsi dan kelonggaran, sehingga kita dapat memperoleh benda cor yang benar-benar sesuai dengan benda yang akan dibuat. 3. Penyusutan Karena hampir semua jenis logam menyusut pada waktu pembekuan, pada waktu membuat pola perlu ditambahkan ukuran penyusutan. Untuk kemudahan, untuk besi cor dapat digunakan mister susut yang 1,04% atau 0,00104 mm/mm lebih panjang dari ukuran standar. Direncanakan suatu roda gigi yang bila pemesinan

telah selesai, mempunyai diameter luar 150 mm. Untuk brons perlu ditambah 1,56%, baja 2,08%, aluminium dan magnesium 1,30%. 4. Tirus Bila pola yang dapat diangkat dikeluarkan dari cetakan, kadang-kadang tepi cetakan pasir yang bersentuhan dengan pola terangkat. Oleh karena itu untuk memudahkan pengeluaran pola, maka sisi tegak pola dimiringkan. Untuk permukaan luar, biasanya dipakai penambahan sebesar 1,04% hingga 2,08%. Untuk lubang di sebelah dalam dapat digunakan kemiringan sampai 6,25%. 5. Penyelesaian Permukaan coran yang akan mengalami pemesinan biasanya diberi tanda tertentu. Tanda tersebut berarti bahwa pola harus dipertebal, sehingga cukup bahan untuk diselesaikan. Umumnya penambahan adalah 3,0 mm. Untuk pola yang besar suaian tersebut harus ditambah karena ada kemungkinan bahwa benda cor akan melengkung. 6. Distorsi Distorsi terjadi pada benda coran dengan bentuk yang tidak teratur karena sewaktu membeku terjadi penyusutan yang tidak merata. Kemungkinan ini perlu diperhitungkan sewaktu membuat pola. 7. Kelonggaran Bila pasir di sekitar pola ditumbuk-tumbuk kemudian pola dilepaskan, pada umumnya ruangan pola akan lebih besar sedikit. Pada benda cor yang besar atau benda cor yang tidak mengalami penyelesaian, hal ini dapat diatasi dengan membuat pola yang kecil sedikit. Bahan Pola Langkah pertama dalam pembuatan suatu benda cor ialah: persiapan pola. Pola ini agak berbeda dibandingkan dengan benda cornya sendiri. Perbedaan tersebut mencakup suaian pola untuk mengimbangi penyusutan dan pemesinan dan penambahan lainnya unutk memudahkan pengecoran.

Pola biasanya dibuat dari kayu karena relative murah dan mudah dibentuk. Karena penggunaan pola biasanya terbatas, pola tidak perlu dibuat dari bahan awet. Sebaliknya pola yang diperlukan untuk produksi dalam jumlah yang banyak biasanya dibuat dari logam karena lebih awet dalam penggunaan. Pola logam tidak berubah bentuk dan rata-rata tidak memerlukan perawatan khusus. Jenis logam yang banyak digunakan untuk pola ialah kuningan, besi cord an aluminium. Aluminium banyak digunakan karena mudah dibentuk, ringan dan tahan korosi. Pola logam biasanya dicor mengikuti pola induk yang terbuat dari kayu.

III. Metode Praktikum

III.1. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pengecoran logam alumunium

menggunakan cetakan pasir adalah sebagai berikut : 1. Pasir cetak 2. Pola cetakan (dalam praktikum digunakan asbak) 3. Pipa untuk membuat saluran masuk (inlet) 4. Papan persegi pencetak pasir 5. Bubuk anti air 6. Pasak atau patok bambu 7. Raw material dalam hal ini yang digunakan adalah limbah alumunium 8. Ladel 9. Kuas 10. Sekop / sendok pasir 11. Tungku peleburan mengunakan bahan bakar solar 12. Kompresor

III.2. Prosedur praktikum Adapun prosedur praktikum yang digunakan yaitu sebagai berikut : A. Melakukan peleburan raw material alumunium Pada langkah awal kita melakukan peleburan alumunium terlebih dahulu dengan tujuan ketika cetakan telah jadi, alumunium cair juga siap dituang. supaya waktu praktikum dapat di manfaatkan dengan maksimal. Adapun langkah pelebuaran alumunium yaitu sebagia berikut : 1. Mengisi solar kedalam tabung bahan bakar 2. Manghidupkan kompresor yang akan digunakan untuk proses karburasi solar, sementara menunggu tekanan dalam tabung

mencukupi, masukkan alumunium yang akan dilebur kedalam tungku. 3. Membuka keran nozel bahan bakar sedikit saja, kemudian sulutkan api pada ujung nozel untuk menghidupkan api pada awal peleburan

4. Putar keran saluran nozel secara perlahan hingga nyala api dianggap cukup untuk melakukan proses peleburan.

Sementara menunggu alumunium mencair, praktikan malakukan prosedur lainnya yaitu;

B. Membuat cetakan 1. Menyiapkan tempat pembuatan cetakan pasir 2. Menyiapkan alat pembuatan cetakan pasir 3. Membentuk pola pada cetakan bagian bawah dengan mengisi rongga bagian bawah asbak yang digunakan sebagai pola. Sebelum mengisi bagian bawah rongga pola. Terlebih dahulu menaburkan bubuk anti air supaya pola bias terlepas dari cetakan pasir dengan mudah. 4. Setalah memastikan pola bagian bawah terbentuk dengan baik, lalu menaburkan bubuk anti air kembali dibagian atas dan sekitar pola supaya bagian atas pola dapat terpisah dengan mudah dari pola bagian bawah saat dilepas. 5. Asbak yang dijadikan pola masih terletak pada pola bagian bawah, kemudian memasang balok pencetak pasir cetak dengan posisi pola berada tepat dingah. 6. Meletakkan pipa saluran masuk pada bagian atas pola untuk membentu salusan masuk, Kemudian mengisi balok dengan pasir cetak. 7. Memadatkan cetakan pasir hingga rata dengan balok pencetak pasir cetak, dan memasang pasak bambu di keempat sisi cetakan sebagai acuan posisi awal cetakan. 8. Melepaskan pipa pembentuk saluran masuk secara perlahan, lalu mengangkat cetakan pola bagian atas secara perlahan. 9. Melepaskan asbak yang digunakan sebagai pola dari pasir cetak secara perlahan, dan memastikan pola terbentuk dengan sempurna. 10. Meletakkan kembali cetakan pola bagian atas dengan berporos pada pasak bamboo yang sebelumnya terpasang pada keempat sisi cetakan. Dan

memastikan cetakan terpasang seperti pada kondisi sebelum cetakan pola atas diangkat. 11. Membuka balok pencetak pasir cetak, dan menutup bagian bawah sisi cetakan pasir dengan pasir cetak untu mengantisipasi meluasnya aliran alumunium cair jika terjadi kebocoran cetakan pasir. 12. Setelah memastikan cetakan pasir siap digunakan, maka langkah selanjutnya menuangkan alumunium cair kedalam cetakan pasir secara cepat dan konstan, dan memastikan rongga pola terisi penuh. 13. Menunggu kurang lebih lima menit untuk memastikan alumunium cair telah membeku, kemudian keluarkan hasil cetakan dari cetakan pasir.

IV. Pembahasan

Dalam proses pengecoran yang telah dilakukan banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya pada saat pembuatan cetakan, dalam prakikum yang dilakukan di tanjung bintang cetakan yang digunakan menggunakan pasir, pada saat membuat cetakan yang berbahan dari pasir perlu diperhatikan kadar air pada pasir cetak karena bila kadar air yang terlalu tinggi maupun yang terlalu sedikit akan membuat proses pencetakan menjadi sulit,usahakan kadar air pas agar pasir cetak mudah untuk dilakukan proses pencetakan dan tidak menimbulkan gelembunggelembung udara pada saat coran telah dituang kedalam cetakan. Pembuatan cetakan yang dilakukan setelah pasir cetak siap digunakan banyak hal yang perlu diperhatikan yaitu pertama penaburan bubuk anti air usahakan bubuk anti air ditabur secara merata agar pada saat pengangkatan cetakan pasir pada bagian dasar tidak ikut terangkat bersama cetakan, selain pada dasar cetakan bubuk anti air harus juga diberikan pada pola, disini pola yang digunakan yaitu asbak dan gelas , agar pada pelepasan pola pada cetakan bagian bawah dapat dilakukan dengan mudah. Kedua pemadatan pasir cetak pada saat proses pengisian papan cetak, lakukan dengan pengisian sedikit demi sedikit lalu padatkan perlahan, tujuan nya adalah agar kepadatan pasir cetak pada papan cetak merata jika kepadatan pasir cetak tidak merata pada saat pengangkatan cetakan atas ada sebagian pasir cetak tidak terangkat atau rontok. Ketiga pada saat penggabungan cetakan bagian atas dengan cetakan bagian bawah harus diperhatikan kesejajaran antara bagian kanan yang dipegang dan bagian kiri yang dipegang pada cetakan jika tidak sejajar maka mengakibatkan bersentuhan antara pola bagian bawah dan bagian atas jika bersentuhan dipastikan pasir akan rontok. Proses penuangan logam cair kedalam cetakan dalam praktikum yang telah dilakukan tidak mengalami kendala, kegagalan pengecoran yang telah dilakukan banyak terjadi pada proses pembuatan cetakan maka dari itu perlu dilakukan berulang-ulang dalam pembuatan cetakan, kegagalan diantaranya benda hasil coran terbentuk hanya sebagian, pada saat

penuangan coran kedalam cetakan coran meluber atau coran keluar dari

pola cetakan, kesalahan letak saluran masuk sehingga benda hasil coran susah untuk di finishing,untuk mengatasi hal tersebut telah dijelaskan di atas. Sebagian besar kegagalan produk hasil coran dalam praktikum ini adalah produk hasil coran terbentuk hanya sebagian, hal ini terjadi karena kesalahan pada proses pembuatan cetakan. Proses pembuatan cetakan adalah hal yang terpenting dalam menentukan produk hasil coran, gagal tidak nya hasil coran sangat ditentukan oleh cetakan coran.

V. Simpulan dan saran

a. Simpulan Adapun simpulan yang dapat diambil dalam praktikum pengecoran logam menggunakan cetakan pasir cetak adalah sebagai berikut : 1. Kadar air pada pasir cetak harus pas agar mudah dalam proses pencetakan dan tidak menimbulkan gelembung pada saat coran telah dituang kedalam cetakan. 2. Proses pembuatan cetakan dengan pasir cetak harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati agar didapat hasil coran seperti bentuk polanya 3. Kegagalan produk hasil coran sangat ditentukan dari cetakan pasir yang dibuat.

b. Saran Adapun saran yang dapat diberikan dalam praktikum pengecoran Logam menggunakn cetakan pasir cetak adalah sebagai berikut : 1. Pada saat penyatuan cetakan atas dan cetakan bawah,diusahakan tidak miring agar dinding-dinding pola tidak jatuh atau rontok 2. Hati-hati pada saat peleburan logam agar tidak terlalu dekat dengan tungku peleburan dan hati-hati pada saat penuangan agar tidak terkena bagian tubuh praktikan.

Daftar Pustaka

www.google.com/wikepedia/pengecoran www.blogspot.com/D&V/teknikpengecoran

You might also like