You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masih hangat di telinga kita, maraknya serangan terorisme di dunia. Serangan tersebut sangat sering menyerang negara adikuasa seperti Amerika. Kasus di Amerika telah memakan beberapa orang korban tewas dan mulai menggunakan berbagai macam modus yang semakin susah dideteksi. Modus terorisme di Amerika saat ini mulai berkembang menjadi bioterorisme. Modus bioterorisme adalah dengan menyebarkan wabah penyakit yang dimunculkan dengan disengaja. Ditangan pihak yang tidak bertanggung jawab, beberapa jenis kuman, bakteri, virus atau zat-zat kimia bisa dijadikan senjata biologis untuk membunuh banyak orang dalam waktu singkat. Potensi penyalahgunaan ilmu pengetahuan sebagai senjata mematikan sangat signifikan di masa mendatang. Dari sudut pandangan teroris, senjata biologi jauh lebih mudah ketimbang senjata konvensional. Penggunaan senjata biologi ini sangat mungkin dilakukan dan mempunyai dampak yang sangat mengerikan karena dijalarkan melalui kontaminasi. Ini adalah tantangan dan kelihatannya memang ada kecenderungan teroris akan menggunakan senjata biologi sebagai alat teror. Kasus terbaru yang menggunakan senjata biologi sebagai alat teror adalah yang terjadi pada tanggal 16 April 2013, secarik surat ditemukan di Washington D.C. dengan alamat tujuan Senator Roger Wicker dari Partai Republik. Keesokan harinya, surat dengan kandungan zat serupa juga ditemukan dengan tujuan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam dosis mematikan. Kata-kata itu diketik rapi di selembar kertas kuning, dimasukkan ke sehelai amplop dan dikirim ke Presiden Amerika Serikat Barack Obama via pos. Tidak ada nama dan alamat pengirim di amplop tersebut, hanya cap pos yang menandakan surat itu dikirim dari Memphis, Negara Bagian Tennessee, pada 8 April 2013. Sepekan kemudian kedua surat itu tiba di tujuannya. Surat untuk Obama, sebagaimana semua surat yang dikirim ke presiden AS, disortir di sebuah kantor di luar Gedung Putih. Surat untuk Wicker diperiksa di fasilitas penyortiran surat Senat di Kota Landover, Negara Bagian Maryland, sejauh 14 kilometer dari Washington DC. , kedua surat
1

itu lalu dikirim ke Laboratorium Jaringan Respons yang khusus memeriksa kasuskasus bioterorisme. Hasilnya kedua surat itu mengandung ricin. Hanya berselang satu hari kemudian agen-agen FBI menelusuri pelaku pengiriman kedua surat tersebut ke Kota Corinth, Negara Bagian Mississippi. Di kota berpenduduk 14 ribu jiwa itu, lebih dari selusin personel bersenjata lengkap menggerebek rumah Paul Kevin Curtis, 45. Motif Curtis sendiri belum terang benderang. Namun, keluarga dan mantan istrinya menilai dia mengidap gangguan jiwa. Ricin merupakan racun yang disarikan dari biji buah jarak (Ricinus communis). `Dosis yang tepat bakal menyebabkan kematian dalam tiga hari sampai lima hari', demikian kutipan laporan tersebut. Biji jarak, yang mirip biji kopi, mudah dibeli dan bisa dibudidayakan nyaris di semua tempat di dunia. Akan tetapi, untuk mengubahnya menjadi racun mematikan yang dapat membunuh banyak orang sulit dilakukan mengingat ricin harus dimakan atau dihirup sehingga dapat bekerja optimal, berita ini membuktikan bioterorisme dapat dilakoni siapapun. 1.1 Tujuan Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraaan klinik di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik Universitas Airlangga RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai maraknya teror dengan menggunakan senjata biologis, sehingga dapat berguna memberi wawasan agar berhati hati dalam membuka sebuah amplop yang akhir ini digunakan sebagai alat teror.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Amplop adalah sebuah bungkus dari surat atau benda yang dikirimkan

per pos. Sebuah amplop biasanya terbuat dari kertas yang dipotong berbentuk belah ketupat dan dilipat sedemikian rupa. Kata amplop merupakan kata serapan dari bahasa Belanda envelop. Sementara bahasa Belanda menyerapnya dari bahasa Perancis enveloppe yang dilafazkan sebagai /.v.l p/. Kata ini dalam bahasa Perancis merupakan turunan dari kata kerja envelopper yang artinya ialah membungkus. Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Umumnya berbagai bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun, telah diketahui. Namun, tidak demikian halnya dengan beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat renda. Beberapa kelompok racun yang ditemukan pada tanaman yang biasa kita konsumsi. Kadar racun pada tanaman dapat sangat bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh : keadaan lingkungan tempat tanaman itu tumbuh (kekeringan, suhu, kadar mineral, dll) serta penyakit. Varietas yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga mempengaruhi kadar racun dan nutrien yang dikandungnya. Senjata biologi (bahasa Inggris: biological weapon) adalah senjata yang menggunakan patogen (bakteri, virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh. Dalam pengertian yang lebih luas, senjata biologi tidak hanya berupa organisme patogen, tetapi juga toksin berbahaya yang dihasilkan oleh organisme tertentu. 2.2 Epidemiologi Penggunaan mikroorganisme penyebab penyakit sebagai senjata militer sebelumnya sudah sering digunakan, dahulu dikenal dengan perang biologis atau perang kuman. Salah satu penggunaan yang tercatat paling awal senjata biologis terjadi pada abad keempat belas ketika tentara Asia menyerang Eropa dengan
3

melontarkan mayat korban wabah. Diperkirakan mengakibatkan penyebaran Black Death di seluruh Eropa, membunuh jutaan orang dalam empat tahun. Senjata biologis sering disebut sebagai senjata nuklir orang miskin (Gould, 1997). Biaya maupun teknologi yang diperlukan untuk membuat senjata biologis jauh lebih rendah dan mudah dibanding senjata nuklir atau kimia. Walaupun demikian, efek penghancuran massa-nya tidak kalah hebat dibanding kedua senjata tadi. Menurut perhitungan Office of Technology Assessment di Konggres Amerika pada tahun 1993, 100 kg spora Bacillus anthracis yang disebarkan di atas ibukota Washington bisa menimbulkan korban 3 juta jiwa. Dalam kenyataannya, penyebaran bakteri serupa dari instalasi pembuatan senjata biologis Rusia di kota Yekaterinburg pada tanggal 2-3 April 1979 telah menelan korban tewas puluhan ribu jiwa di daerah sekitarnya menurut laporan Union for Chemical Safety, walau laporan resmi pemerintah hanya 66 orang (Graeves, 1999). Menjelang akhir Perang Perancis dan Indian di Amerika Utara (1689 1763), seorang perwira militer Inggris dikatakan telah memberikan selimut terinfeksi dengan kuman cacar kepada suku asli Amerika, yang mengakibatkan infeksi mereka dengan penyakit yang sering fatal. Di masa lebih modern, wabah anthrax (penyakit yang disebabkan oleh menghirup spora bakteri anthrax) di sebuah kota di Rusia menyebabkan lebih dari 1.000 kematian pada tahun 1979. Diperkirakan bahwa wabah ini mungkin dihasilkan dari kecelakaan di fasilitas senjata biologis. Mikroorganisme umumnya dianggap cocok untuk perang biologi mencakup virus, bakteri, protozoa, dan jamur. Serangan teror dengan menggunakan virus smallpox (virus penyebab cacar air) pada tanggal 1, 2 dan 4 Januari 2005 lalu telah menyebabkan ribuan orang terinfeksi dalam waktu singkat. Sebanyak 16 ribu orang di Frankfurt Airport, delapan ribu di RET Metro System Amsterdam, 12 ribu di Metro Warsawa Polandia, 16 ribu di Los Angeles Airport, 24 ribu di Penn Station New York dan delapan ribu orang di Grand Bazaar Turki terserang cacar air. Penggunaan bakteri anthrax sebagai senjata biologis dipelopori oleh Jepang dalam pertempuran di Manchuria tahun 1930-an. Angkatan perang Amerika Serikat (AS) juga sempat menggunakannya, namun berhenti setelah menyepakati Konvensi Senjata Biologis pada tahun 1972
4

Serangan bakteri Anthrax berupa bubuk yang dikirimkan melalui sepucuk surat di kantor pusat American Media Inc di Washington pada tanggal 5 Oktober 2001, telah membuat 5 orang meninggal dunia dan 22 orang jatuh sakit. Kejadian serupa juga terjadi pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra, Australia. Awal Juni 2005 lalu, pihak KBRI mendapat kiriman paket mencurigakan yang dialamatkan kepada Dubes Imron Cotan. Paket itu berisi serbuk putih yang berisi bakteri anthrax. Diduga pengiriman paket itu berkaitan dengan kasus pengadilan terhadap warga negara Australia, Schapelle L Corby yang kedapatan membawa narkoba di Bali. Racun botulinum ternyata dipakai sebagai senjata sejak Perang Dunia II. Selain sangat mematikan karena memicu botulisme, botox disukai karena mudah untuk dibawa dan diproduksi di medan perang. Angkatan perang yang tercatat pernah menggunakannya antara lain Uni Soviet dan Irak pada masa pemerintahan Saddam Hussein. Jepang diduga pernah berusaha memanfaatkan racun ini sebagai senjata biologis pada awal 1990-an. Botox bisa memicu botulisme, yakni kondisi melemahnya jaringan otot termasuk di saluran pernapasan. Botox merupakan racun yang diproduksi oleh bakteri Clostridium botulinum. Penggunaan ricin pernah tercatat dalam pembunuhan Georgi Markov pada 1978. Senjata untuk menembakkan ricin disamarkan dalam bentuk payung. 2.3 Agen Biologi Agen biologi adalah mikroorganisme (atau toksin yang dihasilkannya) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, hewan, atau tumbuhan, atau menyebabkan kerusakan material. Dalam pembuatan senjata biologi, agen biologi merupakan komponen penting yang harus diteliti terlebih dahulu sebelum diaplikasikan. Beberapa agen biologi dan penyakit yang pernah direncanakan untuk dijadikan senjata atau sudah pernah dijadikan senjata biologi di dunia antara lain. Bacillus anthracis (Antrax) Brucella sp. (Brucellosis) Chlamydia psittaci (Psittacosis) Escherichia coli O157:H7 (Gastroenteritis) Shigella (Shigellosis) Francisella tularensis (Tularemia)
5

Salmonella typhi (Tifus) Variola (Cacar atau variola) Vibrio cholerae (Kolera) Virus Ebola Virus alfa (ensefalitis) Virus demam kuning atau yellow fever virus Selain itu senjata biologis dapat menggunakan toxin dari tanaman beracun

seperti : 2.4 Rosary Pea Water Hemlock Castor Bean Deadly Nightshade Oleander Karakteristik Senjata Biologi Karakteristik dari senjata biologi adalah mudah diproduksi dan disebar, aman digunakan oleh pasukan penyerang yang menyebarkannya, serta dapat melumpuhkan atau membunuh individu berulang kali dengan hasil yang sama/konsisten. Hal ini berarti, penggunaa senjata biologi yang sama untuk menyerang beberapa daerah berbed akan memiliki dampak yang sama. Agen biologi pada senjata biologi dapat diproduksi dengan cepat dan murah. Karakteristik lain dari senjata biologis yaitu dapat ditularkan, menimbulkan sakit berkepanjangan yang membutuhkan perawatan intensif, dan gejala yang ditimbulkan bersifat non-spesifik sehingga menyulitkan diagnosis. Memiliki waktu inkubasi yang cukup panjang di dalam tubuh penderita sehingga penyakit dapat ditularkan dan menyebar secara luas sebelum dapat terdeteksi. Senjata biologis juga dapat menyebabkan suatu kematian mendadak. 2.5 Klasifikasi Senjata Biologi Klasifikasi atau pengelompokkan senjata biologi dapat dilakukan berdasarkan taksonomi, inang, sindrom yang ditimbulkan, efek yang dihasilkan, cara penyebarannya, dan respon praktis atau menurut sifat fungsionalnya. Salah satu klasifikasi yang sering digunakan adalah klasifikasi fungsional yg dibuat
6

oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention atau CDC), meliputi: Kategori A

penyebarannya dapat dilakukan dengan mudah dan ditularkan dari manusia yang satu ke yang lain; penyebabkan tingkat kematian yang tinggi dan berpotensi memengaruhi kesehatan publik; dapat menyebabkan kepanikan dan gangguan sosial; memerlukan penanganan khusus untuk persiapan kesehatan masyarakat. Contoh kategori A: cacar, antrax, botulisme, dll. Kategori B kemampuan penyebarannya bersifat moderat; menimbulkan tingkat kesakitan yang moderat dan tingkat kematian yang rendah; memerlukan peningkatan kapasitas diagnostik yang spesifik dan peningkatan pengawasan penyakit.

Contoh kategori B: brucellosis, demam Q, Glanders, dll. Kategori C Meliputi patogen yang dapat dimodifikasi untuk disebarluaskan di masa

depan, karena memiliki karakeristik: ketersediaan memadai. mudah diproduksi dan disebarkan. berpotensi menyebabkan tingkat kematian dan kesakitan yang tinggi, serta mampu memengaruhi kesehatan publik. Contoh kategori C: Virus Hanta, Virus Nipah, demam kuning, dll.

2.6 Jenis-jenis Bahan Biologi yang Dapat Digunakan Sebagai Senjata Jenis-jenis bahan biologi yang dapat digunakan sebagai senjata biologis yaitu ; Bakteri, Virus, jamur, Toksin. a. Bakteri (Misalnya Anthrax) Pada tahun 1877 robet khoch berhasil membiakan kultur murni Bacillus anthracis dan membuktikan bakteri ini sebagai penyebab penyakit antrax dengan
7

menyuntikannya pada hewan percobaan. Pada tahun 1881, Louis Pasteur berhasil menemukan cara pencegahan penyakit anthrax dengan membuat vaksin dari Bacillus anthracis. Definisi Anthrax adalah penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Sebagian besar berbentuk penyakit yang mematikan, dan hal itu mempengaruhi manusia dan hewan lainnya. Ada vaksin efektif terhadap anthrax, dan beberapa bentuk penyakit yang merespon dengan baik terhadap pengobatan antibiotik. Spora Anthrax dapat diproduksi secara in vitro dan digunakan sebagai senjata biologis. Anthrax tidak menyebar secara langsung dari satu hewan yang terinfeksi atau orang ke orang lain, melainkan disebarkan oleh spora. Spora ini dapat diangkut dengan menggunakan pakaian atau sepatu. Tubuh binatang yang telah Anthrax aktif pada saat kematian juga bisa menjadi sumber spora anthrax. Penyebaran Bakteri anthrax masuk ke dalam tubuh melalui: 1. Pernafasan (disebut inhalation anthrax). Spora anthrax bisa terhirup dari tanah yang tercemar atau partikel lain yang mengandung spora. Spora tersebut tidak memiliki bau, rasa dan warna sehingga orang tidak menyadarinya. Untuk masuk ke paru-paru, dimana spora dapat bertunas, spora tersebut harus berukuran sangat kecil, 1 5 mikron (sepersejuta meter). 2. Luka pada kulit (disebut cutaneous atau skin anthrax). Luka yang terbuka memungkinkan masuknya spora anthrax ke dalam tubuh, lingkungan dimana spora tersebut bisa bertunas. Anthrak type ini juga bisa disebarkan oleh gigitan serangga, setelah serangga tersebut makan dari inang yang tercemar anthrax. Kepala, lengan dan tangan adalah bagian yang sering terkena anthrax jenis ini. Orang yang menangani produk hewan yang sudah tercemar, seperti kulit atau bulu domba, sering terekspos bakteri anthrax. Jumlah kasus cutaneous anthrax sekitar 95 persen dari seluruh kasus di dunia. Jika tidak tertangani, anthrax bisa mematikan (tingkat kematian 5 20 persen). Namun jika diobati dengan antibiotik, jarang menyebabkan kematian. 3. Saluran pencernaan (disebut gastrointestinal anthrax). Mengkonsumsi daging yang belum masak yang terinfeksi bakteri anthrax, atau minum air yang mengandung spora anthrax, bisa menyebabkan bakteri
8

anthrax masuk ke saluran pencernaan. Infeksi bisa terjadi baik pada saluran pencernaan atas maupun bawah. Anthrax jenis ini tergolong jarang. Gejala Klinis Dalam bentuknya sebagai bakteri, anthrax bertahan di lingkungan luar tubuh inangnya hanya dalam 24 jam. Namun di dalam tubuh, dimana bisa memperoleh nutirisi yang diperlukan untuk bertumbuh, anthrax akan bertunas dan menyebar secara cepat. 1. Inhalation Anthrax Gejala biasanya akan nampak dalam 7 10 hari, walaupun bisa lebih cepat yaitu 2 3 hari. Dimulai dengan demam, batuk, pusing, muntah, menggigil, lemah, sakit pada bagian perut, nafas tersengal, dan sakit pada bagian dada. Pada tahap ini, beralangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari. Kemudian gejala akan berhenti muncul. Tahap kedua berlangsung 2 4 hari. Gejalanya yaitu demam, sulit bernafas, berketingat, kulit kebiru-biruan, shock dan akhirnya meninggal 2. Cutaneous Anthrax Cutaneous anthrax, yang terjadi saat spora anthrax menumpuk dan pecah di kulit, terjadi 12 hari setelah paparan. Pertunasan bakteri menyebabkan pembengkakan lokal di kulit, benjolan kecil akan nampak. Hari selanjutnya, benjolan akan membesar menjadi borok dan mulai mengeluakan cairan bening. Kemudian, koreng hitam yang tidak terasa sakit terbentuk dan akan mengering dan mengelupas dalam 1 2 minggu. Pengobatan dengan antibiotik tidak mengubah penampilan atau bentuk benjolan tersebut, namun akan mengurangi kemungkinan penyakit menjadi sistemik. 3. Gastrointestinal Anthrax Gastrointestinal anthrax, yang terjadi karena makan atau minum daging atau air yang terinfeksi, memiliki gejala-gejala yang meliputi rasa mual, muntah darah, sakit pada bagian perut, diare berdarah dan lemas. Kematian terjadi 25 60 persen dari jumlah kasus. Kemampuan bakteri anthrax sebagai senjata biologis dapat di gambarkan sebagai berikut. Bila 50 kg spora anthrax disebarkan melalui pesawat dikota yang berpenduduk 5 juta orang, maka 100.000 akan mati dan 250.000 manusia terinfeksi. Adapun cara bakteri anthrax bekerja sebagai berikut. Spora dalam bentuk bubuk atau dalam kemasan aerosol disebar. Spora akan masuk ke dalam tubuh
9

manusia melalui pernafasan, pencernaan atau kulit. Spora akan tumbuh menjadi bentuk vegetatif pada lingkungan yang kaya akan asam amino, nukleosida dan glukosa, seperti dalam darah dan jaringan manusia atau hewan. Bakteri vegetatif ini akan mengeluarkan racun yang menyebabkan pendarahan, edema (penggumpalan cairan) dan kematian sel yang berakibat pada kematian. Bergantung pada cara masuk bakteri kedalam tubuh korban, bakteri anthrax dapat mematikan korbannya dalam waktu 1 7 hari. Jika masuk melalui kulit, memberikan efek yang paling ringan. Bakteri yang masuk melalui pernafasan dapat mematikan korban 2 -3 hari. Sampai sekarang belum ada teknologi yang mampu mendeteksi adanya serangan senjata biologis pada suatu wilayah atau Negara. Diagnosa Menurut artikel pada Journal of the American Medical Association, sampel darah yang diambil dari pasien dan dibiakkan selama 6 24 jam. Pada poin ini, Gram stain bisa dilakukan. Gram stain perlu waktu 10 15 menit dan bisa mengidentifikasi bakteri berasal dari kategori anthrax yang mana. Test biokimia bisa dilakukan untuk melihat bakteri anthrax secara spesifik, perlu waktu 12 24 jam lagi. Biasanya, spesimen harus dikirim ke laboratorium nasional untuk perbandingan dengan stok sampel anthrax Selain Gram Stain spesimen, tidak ada teknik identifikasi khusus untuk identifikasi spesies Bacillus dalam bahan klinis. Organisme ini Gram-positif tetapi dengan berjalannya waktu bisa menjadi Gram-negatif. Sebuah fitur khusus spesies Bacillus yang membuatnya unik dari mikroorganisme aerobik lainnya adalah kemampuannya untuk menghasilkan spora. Walaupun spora tidak selalu jelas pada pewarnaan Gram organisme ini, kehadiran spora menegaskan bahwa organisme adalah dari genus Bacillus. Semua spesies Bacillus tumbuh dengan baik pada agar darah 5% Domba dan media kultur rutin. PLET (asetat polimiksin-lisozim-EDTA-thallous) dapat digunakan untuk mengisolasi B.anthracis dari spesimen terkontaminasi, dan agaragar bikarbonat digunakan sebagai metode identifikasi untuk menginduksi pembentukan kapsul. Bacillus sp. biasanya akan tumbuh dalam waktu 24 jam inkubasi pada 35 derajat C, di udara ambien (suhu ruang) atau di CO2 5%. Jika agar-agar bikarbonat digunakan untuk identifikasi maka media harus diinkubasi dalam CO2 5%.
10

B.anthracis muncul sebagai medium-besar, abu-abu, datar, tidak teratur dengan proyeksi berputar-putar, sering disebut sebagai penampilan medusa head, dan non-hemolitik pada agar domba 5% darah. Ini adalah non-motil, rentan terhadap penisilin dan menghasilkan zona luas lecithinase pada agar kuning telur. Konfirmasi pengujian untuk mengidentifikasi B.anthracis termasuk gamma pengujian bakteriofag, hemaglutinasi tidak langsung dan enzim terkait immunosorbent assay untuk mendeteksi antibodi. Pencegahan Sebuah vaksin Anthrax lisensi oleh Food and Drug Administration (FDA) dan diproduksi dari satu strain non-virulen dari bakteri anthrax, diproduksi oleh BioPort Corporation, anak perusahaan dari Emergent BioSolutions. Nama perdagangan BioThrax, meskipun biasa disebut Anthrax Vaksin terabsorpsi (AVA). Itu sebelumnya diberikan dalam seri primer enam-dosis pada 0, 2, 4 minggu dan 6, 12, 18 bulan, dengan penguat tahunan untuk mempertahankan kekebalan. Pada tanggal 11 Desember 2008, FDA menyetujui penghapusan dosis 2 minggu, mengakibatkan lima seri dosis dianjurkan saat ini. Jika seseorang diduga memiliki meninggal karena anthrax, setiap tindakan pencegahan harus diambil untuk menghindari kontak kulit dengan tubuh berpotensi terkontaminasi dan cairan memancarkan melalui lubang tubuh alami. Tubuh harus dimasukkan ke dalam karantina ketat. Contoh darah yang diambil dalam wadah tertutup dan dianalisis dalam laboratorium yang disetujui harus digunakan untuk memastikan apakah Anthrax adalah penyebab kematian. Visualisasi mikroskopik dari basil dikemas, biasanya dalam jumlah sangat besar, dalam preparat diwarnai dengan biru metilen polikrom (McFadyean) sepenuhnya untuk diagnostik, meskipun kultur organisme masih merupakan standar emas untuk diagnosis. Isolasi penuh tubuh yang terkena adalah penting untuk mencegah kontaminasi yang mungkin pada orang lain. Pelindung, pakaian kedap air dan peralatan seperti sarung tangan karet, celemek karet, dan sepatu karet tanpa lubang harus digunakan ketika menangani tubuh yang terkena anthrax. Kulit, terutama jika memiliki luka atau goresan, tidak boleh terkena. Perlengkapan pelindung sekali pakai lebih baik, tetapi jika tidak tersedia, dekontaminasi dapat dicapai dengan autoklaf. alat pelindung sekali pakai dan filter harus diautoklaf, dan / atau dibakar dan dikubur. Bacillus anthracis bacillii berkisar 0,5-5,0 pM dalam ukuran. Siapa pun yang bekerja dengan anthrax dalam korban yang dicurigai atau dikonfirmasi harus mengenakan alat pernapasan mampu
11

penyaringan ini ukuran partikel atau lebih kecil. Semua tempat tidur mungkin terkontaminasi atau pakaian harus diisolasi dalam kantong plastik ganda dan diperlakukan sebagai limbah bio-bahaya yang mungkin. Korban harus disegel dalam tubuh kantong kedap udara. Korban mati yang terbuka dan tidak terbakar merupakan sumber ideal spora anthrax. Kremasi (pembakaran) korban adalah cara yang disukai dalam penanganan pembuangan tubuh. Pembalseman atau otopsi tidak boleh dicoba tanpa laboratorium dengan perlindungan Biohazard lengkap dan personil yang terlatih dan berpengetahuan. b. Virus (misalnya penyakit cacar) Cacar air adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster yang mengakibatkan munculnya ruam kulit berupa kumpulan bintik-bintik kecil baik berbentuk datar maupun menonjol, melepuh serta berkeropeng dan rasa gatal. Penyakit cacar air merupakan penyakit menular yang bisa ditularkan seseorang kepada orang lain secara langsung. Cacar air dikenal juga dengan nama lainnya yaitu varisela dan chickenpox. Penyebab dari penyakit cacar air adalah infeksi suatu virus yang bernama virus varicella zoster yang disebarkan manusia melalui cairan percikan ludah maupun dari cairan yang berasal dari lepuhan kulit orang yang menderita penyakit cacar air. Seseorang yang terkena kontaminasi virus cacar air varicella zoster ini dapat mensukseskan penyebaran penyakit cacar air kepada orang lain di sekitarnya mulai dari munculnya lepuhan di kulitnya sampai dengan lepuhan kulit yang terakhir mongering. Orang yang pernah terkena infeksi virus cacar air maka tubuh orang tersebut akan membentuk antibodi terhadap virus varicella zoster sehingga di masa depan tidak akan lagi terserang penyakit virus cacar air dari penularan yang dilakukan oleh orang lain. Namun cacar air yang tidak diberantas habis secara tuntas bisa terus hidup di dalam tubuh penderitanya dan akan muncul menjadi penyakit herpes zoster ketika kekebalan tubuh orang tersebut sedang tidak baik. Penyakit cacar termasuk cukup ganas hal ini terbukti secara medis, bahwa cacar dapat menyebabkan kematian satu dari 20 penderita. Luka pada bagian mulut atau tenggorokan penderita akan memborok melepaskan virus dalam jumlah besar dalam ludah. Adapun gejala yang dapat terlihat adalah bintik atau ruam dimuka, tangan dan kaki. Bintik ini berbentuk bulat, keras dan tertahan kuat dikulit yang berubah menjadi kerak setelah delapan sampai sembilan hari.
12

Terjadinya kematian akibat cacar biasanya terjadi setelah sakit satu minggu atau pada minggu kedua. Masa inkubasi sekitar 7 17 hari. Gejalanya demam tinggi, letih lesu, nyeri kepala dan punggung diikuti terbentuknya bintik atau ruam kulit. Virus dapat menular melalui sekresi air ludah dari penderita serta kerak ruam yang berjatuhan dari kulit. Suatu bukti pada tahun 1767, dimasa perang antara inggris dan perancis melawan suku-suku Indian di kawasan Amerika Utara, tentara inggris memberikan selimut yang telah terkontaminasi virus Cacar kepada penduduk lokal Indian. Gejala Klinis Setelah 10 sampai 21 hari setelah terkena infeksi virus cacar air muncul gejala penyakit seperti sakit kepala, demam sedang dan juga rasa tidak enak badan. Pada anak di bawah umur 10 tahun biasanya tidak muncul gejala, sedangkan pada orang dewasa bisa lebih parah gejalanya. Setelah dua atau tiga hari kemudian akan mulai muncul bintik merah datar yang disebut makula, lalu menjadi menonjol yang disebut papula, kemudian muncul cairan didalamnya seperti melepuh disertai rasa gatal yang disebut vesikel, dan yang terakhir adalah mengering sendiri. Lama proses mulai dari macula, papula, vesikel dan kropeng membutuhkan waktu kurang lebih 6 sampai 8 jam. Proses berulang-ulang ini akan berlangsung selama empat hari. Pada hari ke lima biasanya tidak ada kemunculan lepuhan baru di kulit. Pada hari ke enam semua lepuhan yang tadinya muncul akan kering dengan sendirinya dan akhirnya hilang setelah kurang lebih sekitar 20 hari. Pada anak-anak yang terkena cacar air biasanya tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk bisa cepat sembuh, namun pada orang dewasa dan juga orang yang mengalami gangguan kekebalan tubuh dari penyakit, maka penyakit cacar air bisa berakibat buruk dan bahkan fatal. Komplikasi penyakit yang dapat terjadi akibat cacar air adalah seperti : Pnemounia yang diakibatkan virus lain Ensefalitis atau infeksi pada otak Peradangan pada jantung Peradangan pada sendi Peradangan pada hati
13

Sakit cacar air bisa memunculkan infeksi bakteri stafilokokus jika terjadi infeksi luka akibat garukan pada kulit yang gatal. Sakit cacar air juga bisa saja menyebabkan pembengkaan kelenjar getah bening pada leher bagian samping. Luka terbuka atau disebut ulkus yang terjadi akibat papula yang pecah biasa terjadi di bagian mulut, saluran pernapasan bagian atas, vagina, rectum dan kelopak mata. Jika terdapat papula di pita suara dan saluran pernapasan atas akan mengakibatkan gangguan pernapasan. Diagnosa Diagnosa dilakukan dengan melihat ruam pada kulit dengan munculnya makula, papula, vesikel dan keropeng. Pengobatan Untuk mengatasi gejala-gejala penyakit cacar air bisa dilakukan dengan melakukan kompres dingin pada kulit yang terkena agar rasa gatal berkurang dan mengurasi garuk-garuk yang dapat menyebabkan infeksi. Selain kompres dingin bisa juga dengan memberikan losyen (lotion) khusus. Untuk mengurangi rasa gatal yang berlebihan bisa diberikan obat pengurang gatal pada kulit. Jika terjadi demam maka bisa diberikan obat sesuai dengan petunjuk atau resep dokter. Cacar air nantinya akan hilang dengan sendirinya pada penderita setelah jangka waktu tertentu. Untuk mencegah tejadinya infeksi bakteri serta komplikasi akibat serangan cacar air bisa dilakukan beberapa usaha berikut ini, antara lain : Menjaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun Memotong kuku yang panjang dan mengikir kuku yang tajam Sering mandi atau mencuci kulit dengan sabun anti kuman Memakai pakaian yang telah dicuci bersih dan kering serta nyaman dipakai Sering mengganti pakaian jika sudah dirasa kotor atau tidak nyaman Pencegahan Pencegahan penyakit cacar air dilakukan dengan memberikan vaksin varisela pada anak-anak bayi yang berumur antara 12 sampai 18 bulan. Pada orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar serta mempunyai gangguan pada sistem kekebalan tubuh bisa minta diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella zoster dari dokter karena dikhawatirkan akan terjadi hal

14

buruk ketika terserang penyakit cacar air akibat komplikasi yang bisa mengakibatkan kematian. Apabila di sekitar kita ada orang yang menderita penyakit cacar air sebaiknya segera menjauh jika kita bukan keluarganya agar tidak tertular. Jangan dekat-dekat maupun memegang benda-benda yang telah dipegang penderita ketika sakit cacar air. Jika kita keluarganya ada baiknya penderita segera dirawat di rumah sakit agar virus tidak menyebar di dalam rumah maupun di tempat lainnya si penderita melakukan aktivitas. Jika tidak memungkinkan maka bisa dirawat berobat jalan di rumah sesuai petunjuk dari dokter. Jangan lupa untuk membersihkan segala benda-benda yang mungkin terkontaminiasi virus cacar air. c. Toksin (Misalnya Ricin) Ricin merupakan zat yang didapankan dari tanaman castor bean. Tanaman castor bean atau dikenal dengan Ricinus communis secara luas dibudidayakan untuk castor oil dan juga sebagai tanaman hias. Dulunya tanaman ini banyak ditemukan di Afrika, tapi sekarang bisa ditemukan di seluruh dunia. Tanaman ini tumbuh dengan baik di daerah tandus dan tidak memerlukan perawatan khusus. Risin merupakan suatu protein globular dengan bobot molekul 66 kDa (kilo dalton) tersusun atas dua buah rantai yang saling berhubungan, yaitu rantai A (32 kDa) dan rantai B (32 kDa). Kedua rantai penyusun risin adalah suatu glikoprotein, protein yang mengikat gugus karbohidrat manosa. Keduanya secara kovalen dihubungkan oleh jembatan disulfida. Ditinjau dari segi fungsinya, kedua rantai penyusun risin berbeda satu sama lain. Rantai A memiliki aktivitas toksik karena dapat menghambat sintesis protein. Sedangkan rantai B berfungsi mengikat reseptor permukaan sel yang mengandung galaktosa. Risin di alam ditemukan dalam biji jarak (Ricinus comunis). Walaupun minyak jarak digunakan sebagai bahan tambahan makanan dalam permen dan coklat tetapi kita tidak pernah keracunan, karena ricin yang terkadung dalam biji jarak ketika diekstraksi untuk memperoleh minyaknya, molekul ricin tidak bercampur dengan dengan minyak sehingga terbuang sebagai hasil samping. Sebagian besar ricin terkonsentrasi di lapisan benih, karenanya mengonsumsi 3 benih tanaman ini sudah bisa mematikan seorang anak. Gejala keracunan benih ini adalah mual, kram perut, muntah, pendarahan internal, kegagalan sirkulasi dan ginjal. Selain itu debu yang menempel di benih ini juga bisa menimbulkan reaksi alergi seperti batuk, nyeri otot dan kesulitan bernapas.
15

Pada manusia, 500 g risin dapat menimbulkan kematian setelah 36-72 jam. Adapun perbandingan nilainya adalah sebagai berikut : 1 mikrogram (g) 1 milligram 1 gram = = = 0.001 milligram 0.001 gram 1000 milligram

Laporan keracunan sebenarnya relatif jarang terjadi. Menurut edisi 2007 dari Guinness Book of WorldRecords, tanaman ini adalah yang paling beracun di dunia. Gejala Klinis Gejala yang ditimbulkan risin cukup beragam bergantung pada jalur masuk molekul ini ke dalam tubuh. Gejala yang timbul apabila terpapar risin melalui jalur udara (pernafasan) adalah batuk, kesulitan bernafas, demam, mual, muntah, kulit berwarna kebiru-biruan, dan tekanan darah rendah. Terpapar risin melalui jalur pencernaan (mulut) akan menimbulkan gejala awal seperti diarrhea, dehidrasi, tekanan darah rendah, halusinasi, dan darah dalam urin. Sedangkan apabila bubuk risin mengenai mata dan kulit, maka akan menimbulkan mata merah dan rasa sakit pada mata dan kulit. Sampai saat ini, obat yang efektif untuk mengatasi keracunan akibat risin pada manusia belum ditemukan dan sekarang masih dalam tahap penelitian. Walaupun belum ditemukan penangkal racun risin yang daya racunnya 6.000 kali lembih kuat ketimbang sianida, kini para ilmuwan sedang melakukan penelitian untuk menggunakan risin sebagai antibodi terhadap beberapa penyakit misalnya tumor, kerusakan sumsum tulang, dan AIDS. 2.7 Penyebaran Bahan Biologi Bahan-bahan biologi dapat masuk dan keluar dari tubuh manusia : Melalui mulut Saluran pernapasan Saluran penernaan Saluran kemih Lubang dubur Goresan pada kulit Selaput konjuntiva mata Gigitan serangga dan masuk kepembuluh darah kapiler
16

Factor-faktor yang mempengaruhi penyebaran : Cuaca / Iklim Ukuran partikel : aerosol, Liquid, powder Metode penyebaran : melalui udara sebagai aerosol, melalui makanan / air, topical eksposure, dan melalui vector. 2.8 Pencegahan Umum Pencegahan umum adalah dengan melarang senjata biologis. Perjanjian di tingkat internasional yang melarang penggunaan senjata biologis dimulai sejak Geneva Protocol tahun 1925. Akan tetapi, sejarah memperlihatkan bahwa pengembangan senjata biologis tetap berlanjut. Salah satu contoh yang terdokumentasi adalah penggunaan senjata biologis oleh tentara Jepang dalam perang dunia ke-2 di Cina. Untuk itu, pada tahun 1972 disepakati perjanjian Biological and Toxin Weapon Convention (BTWC) yang disponsori oleh PBB. Dalam perjanjian ini, lebih ditegaskan lagi mengenai pelarangan dalam pengembangan, pembuatan dan penyimpanan segala jenis senjata biologis. Sampai saat ini tak kurang dari 140 negara telah menandatangi perjanjian ini, termasuk Indonesia, Amerika, dan Rusia. Khusus 1. Jangan membuka, menggoyang atau mengosongkan amplop atau paket tersebut, laporkan kepada polisi atau Dinas Kesehatan setempat ataupun Depkes 2. Tempatkan dan masukkan amplop atau paket tersebut ke- dalam kantong plastik yang kedap, tertutup, terbungkus agar tidak berserakan keluar atau wadah lain untuk mencegah kebocoran isinya, selanjutnya letakkan disuatu tempat untuk diamankan kemudian segera dilaporkan. 3. Apabila tidak ada wadah atau tempat lain, bungkus amplop atau paket tersebut dibungkus dengan apa saja seperti kain, kaleng, kertas, dan lainlain, tetapi jangan pindahkan lapis-an pembungkusnya. 4. Kemudian tinggalkan kamar / ruangan tersebut dan tutup pintunya, isolasi lokalisasi daerah tersebut dengan memberi tanda peringatan untuk
17

mencegah orang lain masuk dengan tulisan peringatan " Awas Bahaya Antraks dan Jauhi Tempat Ini". 5. Lakukan dekontaminasi personil dengan cara membasuh tangan anda dengan air dan sabun untuk mencegah bubuk Antraks mengkontaminasi anggota tubuh, pakaian dan per-alatan, lakukan pula dekontaminasi ruangan dengan bahan desinfektan. 6. Apabila kejadiannya penerimaan paket yang dicurigai adanya Antraks terjadi di- rumah, laporkan pada polisi dan Dinas Kesehatan setempat Dan selanjutnya apabila terjadi di kantor, laporkan pada polisi, Dinas Kesehatan serta Satpam. 7. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi luas dan mewabahnya penyakit menular, di-sarankan untuk membuat daftar orang yang berada di lokasi atau ruangan tempat paket atau amplop tersebut diterima dan diberikan daftar tersebut kepada pihak Dinas Kesehatan atau Depkes untuk mendapatkan pertolongan medis dan vaksinasi. Selanjutnya program pemantauan kesehatan dapat dilakukan oleh Dinas pelayanan kesehatan. 2.9 Peranan Dokter pada Kasus Bioterorisme Seorang dokter juga berperan dalam menterapi secepatnya pada kasuskasus keracunan dengan menggunakan beberapa prinsip. Prinsip terapi kasus keracunan anaralain : 1. 2. 3. 4. Mencegah absorbs racun lebih lanjut kedalam tubuh. Mengeluarkan racun yang telah diabsorbsi oleh tubuh. Pemberian terapi symtomatis. Perawatan umum.

Sudah menjadi kewajiban dokter ahli forensik dan atau ahli toksikologi forensik untuk melaksanakan pemeriksaan ditempat kejadian perkara (TKP), lebih-lebih pada kasus kematian tidak wajar karena pemeriksaan ditempat kejadian sangat membantu dalam proses pemeriksaan selanjutnya. Demikian pula pada kasus kematian akibat keracunan zat kimia berbahaya atau patogen lain dalam suatu suatu kasus bioterorisme, dalam hal ini tugas dokter ahli forensik pada pemeriksaan di TKP antara lain adalah : 1. Menentukan apakah korban masih hidup atau sudah meninggal. 2. Bila masih hidup, segera dilakukan pertolongan secepatnya.
18

3. Mengumpulkan barang bukti atau bahan-bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan toksikologi, misalnya : Sisa-sisa bahan yang telah dimakan atau diminum. Bahan lain yang berada dekat disekitarnya dan diduga sebagai bahan yang menyebabkan keracunan. Bahan muntahan. Hasil cuci lambung, urin, darah, dan feses.

4. Sedapat mungkin tentukan apakah keracunan tersebut suatu peristiwa pembunuhan (kasus bioterorisme) atau bunuh diri. 2.10 Penerapan Sistem Disaster Victim Investigation (DVI) pada Kasus Bioterorisme Kasus bioterorisme dapat dikatakan suatu bencana. Suka atau tidak, bencana merupakan fakta kehidupan yang tidak bisa dihindari. Disaster victim investigation (DVI) adalah suatu prosedur standar yang dikembangkan oleh Interpol (International Criminal Police Organization) untuk mengidentifikasi korban yang meninggal akibat bencana massal. Pada prinsipnya, disaster victim identification terdiri dari lima fase, yaitu : 1. Initial Action at the Disaster Site Merupakan tindakan awal yang dilakukan di tempat kejadian peristiwa (TKP) bencana. Ketika suatu bencana terjadi, prioritas yang paling utama adalah untuk mengetahui seberapa luas jangkauan bencana. Sebuah organisasi resmi harus mengasumsikan komando operasi secara keseluruhan untuk memastikan koordinasi personil dan sumber daya material yang efektif dalam penanganan bencana. Dalam kebanyakan kasus, polisi memikul tanggung jawab komando untuk operasi secara keseluruhan. Sebuah tim pendahulu (kepala tim DVI, ahli patologi forensik dan petugas polisi) harus sedini mungkin dikirim ke TKP untuk mengevaluasi situasi berikut : Keluasan TKP : pemetaan jangkauan bencana dan pemberian koordinat untuk area bencana. Perkiraan jumlah korban. Keadaan mayat. Evaluasi durasi yang dibutuhkan untuk melakukan DVI. Institusi medikolegal yang mampu merespon dan membantu proses DVI.
19

Metode untuk menangani mayat. Transportasi mayat. Penyimpanan mayat. Kerusakan properti yang terjadi. Pada prinsipnya untuk fase tindakan awal yang dilakukan di situs bencana, ada tiga langkah utama. Langkah pertama adalah to secure atau untuk mengamankan, langkah kedua adalah to collect atau untuk mengumpulkan dan langkah ketiga adalah documentation atau pelabelan. Pada langkah to secure organisasi yang memimpin komando DVI harus mengambil langkah untuk mengamankan TKP agar TKP tidak menjadi rusak. Langkah - langkah tersebut antara lain adalah : Memblokir pandangan situs bencana untuk orang yang tidak

berkepentingan (penonton yang penasaran, wakil - wakil pers, dll), misalnya dengan memasang police line. Pada langkah to collect organisasi yang memimpin komando DVI harus mengumpulkan korban - korban bencana dan mengumpulkan properti yang terkait dengan korban yang mungkin dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi korban. Pada langkah documentation organisasi yang memimpin komando DVI mendokumentasikan kejadian bencana dengan cara memfoto area bencana dan korban kemudian memberikan nomor dan label pada korban. Setelah ketiga langkah tersebut dilakukan maka korban yang sudah diberi nomor dan label dimasukkan ke dalam kantung mayat untuk kemudian dievakuasi.
20

Menandai gerbang untuk masuk ke lokasi bencana. Menyediakan jalur akses yang terlihat dan mudah bagi yang berkepentingan. Menyediakan petugas yang bertanggung jawab untuk mengontrol siapa saja yang memiliki akses untuk masuk ke lokasi bencana. Periksa semua individu yang hadir di lokasi untuk menentukan tujuan kehaditan dan otorisasi. Data terkait harus dicatat dan orang yang tidak berwenang harus meninggalkan area bencana.

2. Collecting Post Mortem Data Pengumpulan data post-mortem atau data yang diperoleh paska kematian dilakukan oleh post-mortem unit yang diberi wewenang oleh organisasi yang memimpin komando DVI. Pada fase ini dilakukan berbagai pemeriksaan yang kesemuanya dilakukan untuk memperoleh dan mencatat data selengkap lengkapnya mengenai korban. Pemeriksaan dan pencatatan data jenazah yang dilakukan diantaranya meliputi : Dokumentasi korban dengan mengabadikan foto kondisi jenazah korban. Pemeriksaan fisik, baik pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam jika diperlukan. Pemeriksaan sidik jari. Pemeriksaan rontgen. Pemeriksaan odontologi forensik : bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus tiap orang ; tdak ada profil gigi yang identik pada 2 orang yang berbeda. Pemeriksaan DNA. Pemeriksaan antropologi forensik : pemeriksaan fisik secara keseluruhan, dari bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, tatto hingga cacat tubuh dan bekas luka yang ada di tubuh korban. Data - data hasil pemeriksaan tersebut kemudian digolongkan ke dalam data primer dan data sekunder sebagai berikut : Primer : sidik jari, profil gigi, dna. Secondary : visual, fotografi, properti jenazah, medik-antropologi (tinggi badan, ras, dll). Selain mengumpulkan data paska kematian, pada fase ini juga ekaligus dilakukan tindakan untuk mencegah perubahan - perubahan paska kematian pada jenazah, misalnya dengan meletakkan jenazah pada lingkungan dingin untuk memperlambat pembusukan. 3. Collecting Ante Mortem Data Pada fase ini dilakukan pengumpulan data mengenai jenazah sebelum kematian. Data ini biasanya diperoleh dari keluarga jenazah maupun orang yang terdekat dengan jenazah. Data yang diperoleh dapat berupa foto korban semasa
21

hidup, interpretasi ciri - ciri spesifik jenazah (tattoo, tindikan, bekas luka, dll), rekaman pemeriksaan gigi korban, data sidik jari korban semasa hidup, sampel DNA orang tua maupun kerabat korban, serta informasi - informasi lain yang relevan dan dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi, misalnya informasi mengenai pakaian terakhir yang dikenakan korban. 4. Reconciliation Pada fase ini dilakukan pembandingan data post mortem dengan data ante mortem. Ahli forensik dan profesional lain yang terkait dalam proses identifikasi menentukan apakah temuan post mortem pada jenazah sesuai dengan data ante mortem milik korban yang dicurigai sebagai jenazah. Apabila data yang dibandingkan terbukti cocok maka dikatakan identifikasi positif atau telah tegak. Apabila data yang dibandingkan ternyata tidak cocok maka identifikasi dianggap negatif dan data post mortem jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan temuan post mortem jenazah. 5. Returning to the Family Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan kondisi kosmetik terbaik kemudian dikembalikan pada keluarganya untuk dimakamkan. Apabila korban tidak teridentifikasi maka data post mortem jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan temuan post mortem jenazah, dan pemakaman jenazah menjadi tanggung jawab organisasi yang memimpin komando DVI. Sertifikasi jenazah dan kepentingan mediko-legal serta administrative untuk penguburan menjadi tanggung jawab pihak yang menguburkan jenazah.

22

BAB III RINGKASAN

1. Amplop beracun sebagai senjata biologi merupakan salah satu modus bioterorisme yang perlu diwaspadai. 2. Penggunaan mikroorganisme penyebab penyakit sebagai senjata sebelumnya sudah sering digunakan, dahulu dikenal dengan perang biologis atau perang kuman. 3. Senjata biologi memiliki suatu agen biologis yang dapat berupa bakteri, virus, dan zat-zat kimia yang beracun. 4. Karakteristik dari senjata biologi yang paling berbahaya adalah dapat menginfeksi dengan cepat dan dapat menimbulkan kematian mendadak. 5. Klasifikasi atau pengelompokkan senjata biologi dapat dilakukan berdasarkan taksonomi, inang, sindrom yang ditimbulkan, efek yang dihasilkan, cara penyebarannya, dan respon praktis atau menurut sifat fungsionalnya. 6. Bahan-bahan biologi dapat masuk dan keluar dari tubuh manusia melalui udara sebagai aerosol, melalui makanan / air, topikal eksposure, dan melalui vector. 7. Pencagahan dari maraknya senjata biologis dengan pencegahan umum melalui pelarangan senjata biologis itu sendiri dan peningkatan kewaspadaan terhadap penggunaan senjata biologis. 8. Peranan seorang dokter dalah suatu kasus bioterorisme yang telah terjadi antaralain mencegah absorbs racun (pathogen) lebih lanjut kedalam tubuh. mengeluarkan racun yang telah diabsorbsi oleh tubuh, pemberian terapi symtomatis dan memberikan perawatan umum. 9. Suatu kasus bioterorisme dapat dipandang sebagai suatu bencana masal dan dapat ditangani dengan penerapan sistem disaster victim investigation (DVI).

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Irianto, koes. (2006). Menguak Dunia Mikrobiologi Jili 2. Bandung : CV Yrama Widya 2. Mc kane, larry.(1996). Micribiology two edition. International Edition : MC. Kandel 3. Salle, A.J. (1961). Fundamental Frinciple Of Bacteriology Fifth edition. Newyork : MC Graw Hill book Company. 4. CDC , Centre Disease Control, Health Alert Network, 2001. 5. Pelezar, michael J & Chan. (1988).Dasar Dasar Mikrobiologi Jilid Ke 2. Jakarta : Ui Press 6. Adies, Senjata Biologis. Diunduh dari http : // WWW. Litbang. Depkes. Go. id // Download / Loka karya / Biological % 20 Weapon. Pdf

24

You might also like