You are on page 1of 192

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG SATUAN KERJA PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL

PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KAWASAN BATAM BINTAN KARIMUN DAN KAWASAN DANAU TOBA
Buku Laporan Pendahuluan

PT. Prospera Consulting Engineers

Mei, 2013

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG SATUAN KERJA PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL

PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KAWASAN BATAM BINTAN KARIMUN DAN KAWASAN DANAU TOBA
Buku Laporan Pendahuluan

PT. Prospera Consulting Engineers

Mei, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

Didalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang pekerjaan, maksud, tujuan, sasaran, dasar hukum, ruang lingkup pekerjaan serta susunan sistematikan buku laporan pendahuluan. Diharapkan melalui uraian ini dimengerti oleh semua pihak keluaran yang akan dihasilkan setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.

PT. Prospera Consulting Engineers

BAB 2 PEMAHAMAN PEKERJAAN

Didalam bab ini diuraikan mengenai pemahaman konsultan terhadap kerangka acuan pekerjaan, diantaranya terhadap latar belakang, maksud, tujuan, sasaran, ruang lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan, keluaran, sistem pelaporan, personil serta fasilitas yang akan diberikan oleh pemberi pekerjaan.

PT. Prospera Consulting Engineers

BAB 3 TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT

Didalam bab ini diuraikan mengenai beberapa kebijakan dan peraturan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pekerjaan. Diantaranya adalah undang-undang, peraturan presiden, peraturan pemerintah, keputusan presiden, peraturan daerah, peraturan menteri, keputusan menteri dan yang menjadi landasan hukum pekerjaan ini dilaksanakan.

PT. Prospera Consulting Engineers

BAB 4 METODOLOGI DAN PENDEKATAN

Didalam bab ini diuraikan mengenai metodologi dan pendekatan yang digunakan oleh pelaksana pekerjaan. Diantaranya adakan draf pedoman penyusunan RPIIJM, Draf RPIIJM Batam Bintan Karimun dan Danau Toba tahun 2012, Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera, RTRW Nasional, Rencana Strategis 4 (empat) Kementerian/Lembaga yang berfokus kepada Infrastruktur Pembangunan di Wilayah KSN, Masterplan 3EI, dan literatur lainnya

PT. Prospera Consulting Engineers

BAB 5 RENCANA KERJA

Didalam bab ini diuraikan mengenai rencana kerja konsultan pelaksana dalam masa 8 (delapan) bulan kedepan. Detail mengenai keluaran dan kegiatan pada pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar skema metodologi pada bab 4.1.6.

PT. Prospera Consulting Engineers

BAB 6 PENUTUP

Didalam bab ini konsultan menuliskan permohonan masukan dan perbaikan yang membangun pelaporan ini terutama dalam hal metodologi yang lebih akurat, efisien dan efektif dalam menyusun RPIIJM Batam Bintan Karimun dan Danau Toba agar dapat dikonsensuskan di level eselon 1 (satu) pada 4 (empat) kementerian/lembaga beserta para gubernur.

PT. Prospera Consulting Engineers

LAMPIRAN

Didalam bab ini diuraikan mengenai rencana kerja konsultan pelaksana dalam masa 8 (delapan) bulan kedepan. Detail mengenai keluaran dan kegiatan pada pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar skema metodologi pada bab 4.1.6.

PT. Prospera Consulting Engineers

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Prospera Consulting Engineers

----kover utama----PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KAWASAN BATAM BINTAN KARIMUN DAN KAWASAN DANAU TOBA
Laporan ini merupakan draf laporan pendahuluan yang akan mendapat respon berupa masukan dan rekomendasi dari hasil penyampaian paparan progress pekerjaan pendahuluan di Satker Pengembangan Wilayah NasionalDITJEN Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Mei 2013

Tiar Pandapotan Purba, ST [Pick the date]

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmat serta anugerahNya tim konsultan dapat memperbaiki buku laporan pendahuluan pekerjaan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Invetasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun dan Kawasan Danau Toba. Pekerjaan ini didasarkan atas beberapa persoalan dibidang perencanaan infrastruktur pembangunan, diantaranya belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur. Diharapkan melalui pekerjaan ini RPIIJM beserta pedoman yang ada dapat menjadi alat untuk melakukan monitoring dan pendampingan implementasi program-program yang akan disepakati melalui consensus 4 (empat) kementerian/lembaga dan provinsi terkait. Buku Laporan Pendahuluan ini berisi 6 (enam) bab, terdiri atas bab 1 (satu) pendahuluan, bab 2 (dua) pemahaman terhadap pekerjaan, bab 3 (tiga) tinjauan kebijakan, bab 4 (empat) metodologi dan pendekatan, bab 5 (lima) rencana kerja, bab 6 (penutup) penutup. Kata kunci pada pekerjaan ini adalah verifikasi, penyempurnaan dan penyepakatan. Proses verifikasi dalam rangka penyempurnaan draf RPIIJM BBK dan DT yang telah dikerjakan pada tahun 2012 dijelaskan secara mendetail pada bab 4.1.6. Laporan ini perlu mendapat kesepakatan melalui proses konfirmasi antara pelaksana pekerjaan dengan supervisi pekerjaan dalan hal ini adalah satuan kerja pengembangan wilayah nasional, agar segera mendapatkan gambaran beban pekerjaan, alur pekerjaan dan distribusi keahlian yang tepat. Semoga bermanfaat, Salam

Jakarta, Mei 2013

Konsultan Pelaksana

Hal 1 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 6 1.1 Latar Belakang............................................................................................................................. 6 1.2 Maksud ........................................................................................................................................ 6 1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 7 1.4 Sasaran........................................................................................................................................ 7 1.5 Lokasi Pekerjaan ......................................................................................................................... 7 1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan ........................................................................................................... 7 1.5 Keluaran ...................................................................................................................................... 8 BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PEKERJAAN ................................................................................. 12 2.1 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Latar Belakang Pekerjaan ........................................ 12 2.2 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan ................................................. 13 2.3 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Sasaran Pekerjaan ................................................... 14 2.4 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan ....................................... 14 2.5 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Waktu Pelaksanaan ................................................. 16 2.6 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Keluaran .................................................................. 16 2.7 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Sistem Pelaporan..................................................... 17 2.8 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Personil dan Fasilitas Pendukung ........................... 18 2.9 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Peralatan, Material, dan Fasilitas ........................... 19 BAB III TINJAUAN PERATURAN DAN KEBIJAKAN TERKAIT ............................................................. 21 3.1 Tinjauan Peraturan dan Kebijakan Terkait ............................................................................... 21 3.1.1 Undang-Undang ..................................................................................................................... 21 3.1.2 Peraturan Pemerintah ........................................................................................................... 22 3.1.3 Peraturan Presiden ................................................................................................................ 22 3.1.4 Keputusan Presiden............................................................................................................... 23 3.1.5 Peraturan Daerah................................................................................................................... 23 3.1.6 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum .................................................................................... 23 3.1.7 Keputusan Menteri Perhubungan RI .................................................................................... 23 3.1.8 Keputusan Menteri ESDM RI................................................................................................. 24 3.1.9 Keputusan Menteri Komunikasi Dan Informatika RI ............................................................ 24 3.1.10 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI ............................................................................. 24 3.1.11 Peraturan Menteri Perdagangan .......................................................................................... 24
Hal 2 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

3.1.12 Keputusan Menteri Perindustrian RI ................................................................................... 25 3.1.13 Keputusan Menteri Keuangan RI ......................................................................................... 25 3.2 Dasar Hukum Pekerjaan ........................................................................................................... 25 BAB IV METODOLOGI & PENDEKATAN PEKERJAAN ........................................................................ 27 4.1 Umum ....................................................................................................................................... 27 4.2 Pendekatan .................................................................................................................... 30

4.2.1 Prinsip Penyusunan RPI2-JM ............................................................................................. 30 4.2.2 4.2.3 Proses Penyusunan RPI2-JM .......................................................................................... 31 Mekanisme Penyusunan RPIIJM.................................................................................... 43

4.2.4 Pendekatan Spasial Keruangan Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Kawasan Danau Toba ............................................................................................................................... 45 4.2.5 Pendekatan Kebijakan Program Pembangunan Infrastruktur ..................................... 98

4.2.6 Metodologi Pelaksanaan Kerja .................................................................................... 114 BAB V RENCANA KERJA DAN MOBILISASI ..................................................................................... 124 5.1 Program Kerja ......................................................................................................................... 124 5.2 Organisasi Kerja...................................................................................................................... 127 5.3 Komposisi dan Penugasan ..................................................................................................... 129 5.4 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan .............................................................................................. 135 BAB VI PENUTUP ............................................................................................................................. 137 LAMPIRAN ....................................................................................................................................... 138

Daftar Tabel Tabel 1 Posisi dan Kualifikasi Tenaga Ahli ........................................................................................ 129 Tabel 2 Komposisi Tim dan Penugasan Tenaga Ahli ........................................................................ 131 Tabel 3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................................................... 135

Daftar Gambar Gambar 1 Peta Kawasan Strategis Batam Bintan Karimun ................................................................ 9 Gambar 2 Peta Kawasan Strategis Nasional Danau Toba ................................................................. 10 Gambar 3 Proses Penyusunan RPI2-JM .............................................................................................32 Gambar 4 Penyusunan Arahan Spasial Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK ......................... 34
Hal 3 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Gambar 5 Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur ......................................... 35 Gambar 6 Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur ..........................................37 Gambar 7 Penyusunan Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur .................... 38 Gambar 8 Penyusunan Sumber Pembiayaan Penganggaran Pembangunan ................................. 40 Gambar 9 Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan ................................................................................. 42 Gambar 10 Mekanisme dan Tata Cara Penyusunan RPI2-JM ........................................................... 44 Gambar 11 Rencana Struktur Ruang Pulau Sumatera ...................................................................... 56 Gambar 12 Peta Rencana Pola Ruang Pulau Sumatera .....................................................................57 Gambar 13 Rencana Struktur Ruang Kawasan BBK ......................................................................... 98 Gambar 14 Kegiatan Ekonomi Utama.............................................................................................. 127 Gambar 15 Metodologi Pekerjaan Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Kawasan Danau Toba ...................................................................................... 115 Gambar 16 Metodologi Verifikasi Substansi Draf RPIIJM ............................................................... 116 Gambar 17 Diagram Metode Superimpose Untuk Menghasilkan Peta Arahan Spasial Pengembangan Wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK ................................................ 118 Gambar 18 Struktur Organisasi Pekerjaan....................................................................................... 128

Hal 4 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

COVER BAB 1, sengaja dikosongkan

Hal 5 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur di Indonesia dewasa ini masih mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur. Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, maka telah disusun Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) untuk Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba ini dapat digunakan sebagai acuan bagi semua stakeholders yang terkait dalam pembangunan infrastruktur di Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik kementerian/lembaga terkait

infrastruktur, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) ini pada dasarnya merupakan amanat dari PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan penataan Ruang Pasal 96 ayat (3) mengenai penyusunan sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan di pusat maupun di daerah secara terpadu. Terkait telah tersusunnya Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka

Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tersebut, maka pelu penyempurnaan dan penyepakatan RPI2JM ini dari semua stakeholder terkait. Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum, mengusulkan inisiatif untuk melakukan kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba 1.2 Maksud Maksud dari kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program

Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba adalah untuk memperoleh konsensus bersama (dokumen kesepakatan formal) semua stakeholder dalam program pembangunan infrastruktur

Hal 6 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

1.3 Tujuan Tujuan dari kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2-JM Kawasan Batam-BintanKarimun dan Kawasan Danau Toba ini adalah terwujudnya kesepakatan bersama dan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM yang mengikat di Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik dalam pembangunan infrastruktur yang komprehensif dan terintegrasi maupun dalam penganggaran publik tahunan di semua tingkatan. 1.4 Sasaran Tersedianya dokumen RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba yang telah disempurnakan dan telah disepakati secara formal dari semua stakeholder terkait pembangunan infrastruktur. 1.5 Lokasi Pekerjaan Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh pihak ke-tiga ini dilaksanakan di Jakarta dengan lingkup wilayah studi meliputi 2 (dua) provinsi dalam lingkup Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kepulauan Riau. 1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan a) Penyempurnaan draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tahun 2012, meliputi: verifikasi substansi dari masing-masing tahapan penyusunan RPI2JM dengan muatan Perpres Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan RPerpres Kawasan Danau Toba, Dokumen rencana pembangunan sektoral dan/atau provinsi terkait, sinkronisasi program pembangunan, alternatif sumber pembiayaan dan inisiasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. b) Konsultasi Publik (atau FGD) draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba bersama Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Provinsi. c) Koordinasi antara Kementerian/Lembaga terkait dan pemerintah daerah dalam bentuk forum diskusi untuk mendapatkan kesepakatan RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. d) Melakukan seminar RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. e) Membangun mekanisme (pendampingan) inisiasi implementasi RPI2JM dengan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Swasta

Hal 7 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

1.5 Keluaran a) Dokumen Rencana Terpadu Pengembangan Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba yang telah disempurnakan b) Lembar kesepakatan pemerintah provinsi dan Kementerian/Lembaga terkait RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba c) Leaflet RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba; dan d) Rekaman prosiding seminar

Hal 8 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Gambar 1 Peta Kawasan Strategis Batam Bintan Karimun

Hal 9 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Gambar 2 Peta Kawasan Strategis Nasional Danau Toba

Hal 10 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

KOVER BAB 2, SENGAJA DIKOSONGKAN

Hal 11 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PEKERJAAN


2.1 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Latar Belakang Pekerjaan Pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur di Indonesia dewasa ini masih mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur. Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, maka telah disusun Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) untuk Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba ini dapat digunakan sebagai acuan bagi semua stakeholders yang terkait dalam pembangunan infrastruktur di Kawasan BatamBintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik kementerian/lembaga terkait infrastruktur, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) ini pada dasarnya merupakan amanat dari PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan penataan Ruang Pasal 96 ayat (3) mengenai penyusunan sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan di pusat maupun di daerah secara terpadu. Terkait telah tersusunnya Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tersebut, maka pelu penyempurnaan dan penyepakatan RPI2JM ini dari semua stakeholder terkait. Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum, mengusulkan inisiatif untuk melakukan kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba pada TA 2013. Pemahaman dan tanggapan konsultan. Pada prinsipnya konsultan dapat memahami latar belakang dari pekerjaan penyempurnaan dan penyepakatan ini yang dilatar belakangi oleh Pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur di Indonesia dan Kawasan BBK dan Danau Toba pada khususnya dewasa ini masih mengalami permasalahan seperti belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur.
Hal 12 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Selain itu, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh telah tersusunnya Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba pada tahun 2012 namun dengan masih belum menjadi Peraturan Presiden untuk KSN Danau Toba, maka masih akan terjadi perubahan dalam Rencana Peraturan Presiden KSN Danau Toba sehingga dikhawatirkan akan mengalami perubahan pula dalam program infrastrukturnya, oleh karena itu perlu dilakukan penyempurnaan dalam RPI2JM Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba. Selanjutnya RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba ini perlu disepakati dan disahkan untuk menjadi dasar dalam pelaksanaan Musrembang baik tingkat nasional maupun daerah. 2.2 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan Maksud dari kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba adalah untuk memperoleh konsensus bersama (dokumen kesepakatan formal) semua stakeholder dalam program pembangunan infrastruktur. Tujuan dari kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba ini adalah terwujudnya kesepakatan bersama dan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM yang mengikat di Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik dalam pembangunan infrastruktur yang komprehensif dan terintegrasi maupun dalam penganggaran publik tahunan di semua tingkatan. Konsultan dapat memahami maksud dan tujuan yang dijabarkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), namun konsultan merasa perlu menambahkan tujuannya menjadi: 1) Menyempurnakan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba. 2) Terwujudnya kesepakatan bersama dan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM yang mengikat di Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik dalam pembangunan infrastruktur yang komprehensif dan terintegrasi maupun dalam penganggaran publik tahunan di semua tingkatan. 3) Terwujudnya pembangunan infrastruktur di Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba yang Sinkron dan Terpadu.

Hal 13 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

2.3 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Sasaran Pekerjaan Tersedianya dokumen RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba yang telah disempurnakan dan telah disepakati secara formal dari semua stakeholder terkait pembangunan infrastruktur. Konsultan dapat memahami sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini yang telah dijabarkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), tetapi dapat konsultan tambahkan terkait sasaran dalam pekerjaan Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba. Mengingat sasaran merupakan tahapan dalam mencapai suatu maksud dan tujuan, maka sasaran yang ingin dicapai adalah: 1) Terintegrasinya berbagai dokumen kebijakan spasial di Kawasan BBK dan Danau Toba. 2) Terinventarisasinya program prioritas pembangunan infrastruktur di tingkat pusat dan di daerah Kawasan BBK dan Danau Toba. 3) Terintegrasinya arahan spasial pengembangan wilayah dengan program prioritas infrastruktur di Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba. 4) Tersinkronisasinya program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek fungsi, lokasi, waktu dan ketersediaan anggaran. 5) Teridentifikasinya alternatif sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur. 6) Terfasilitasinya penyelenggaraan pembahasan kesepakatan rencana terpadu dan program investasi infrastruktur dengan kementerian terkait dan pemerintah daerah di Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba. 2.4 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh pihak ke-tiga ini dilaksanakan di Jakarta dengan lingkup wilayah studi meliputi 2 (dua) provinsi dalam lingkup Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja, ruang lingkup kegiatan sudah cukup jelas. Bahwa kegiatan ini dilaksanakan di Jakarta dengan lingkup wilayah studi meliputi 2 (dua) provinsi dalam lingkup Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kepulauan Riau. Adapun secara admininstratif wilayah studi adalah sebagai berikut: Ruang lingkup wilayah pekerjaan ini berada di Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam-BintanKarimun. Lebih jelasnya diuraikan dibawah ini.
Hal 14 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Kawasan Danau Toba: Kawasan Danau Toba berada di Provinsi Sumatera Utara dan meliputi 8 kabupaten yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kabupaten Karo Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Phakphak Barat.

Kawasan Batam-Bintan-Karimun: Kawasan Batam-Bintan-Karimun (BBK) berada di Provinsi Kepulauan Riau yang meliputi 4 Kabupaten/Kota, yaitu: 1. 2. 3. 4. Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kota Tanjung Pinang, Kabupaten Karimun,

Ruang Lingkup Pekerjaan Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) a) Penyempurnaan draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tahun 2012, meliputi: verifikasi substansi dari masing-masing tahapan penyusunan RPI2JM dengan muatan Perpres Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan RPerpres Kawasan Danau Toba, Dokumen rencana pembangunan sektoral dan/atau provinsi terkait, sinkronisasi program pembangunan,

Hal 15 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

alternatif sumber pembiayaan dan inisiasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Batam-BintanKarimun dan Kawasan Danau Toba. b) Konsultasi Publik (atau FGD) draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba bersama Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Provinsi. c) Koordinasi antara Kementerian/Lembaga terkait dan pemerintah daerah dalam bentuk forum diskusi untuk mendapatkan kesepakatan RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. d) Melakukan seminar RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. e) Membangun mekanisme (pendampingan) inisiasi implementasi RPI2JM dengan

Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Swasta. Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK), ruang lingkup kegiatan sudah cukup jelas dan dapat dipahami oleh konsultan. 2.5 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Waktu Pelaksanaan Pekerjaan yang dilakukan oleh Pihak Ketiga (kontraktual) ini adalah 8 (delapan) bulan kalender terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh pengguna jasa. Waktu pelaksanaan pekerjaan ini sudah jelas dan dapat dipahami, dan pihak konsultan merasa mampu dalam mengerjakan kegiatan ini dalam waktu 8 bulan. 2.6 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Keluaran Keluaran dan Kerangka Acuan Kerja a) Dokumen Rencana Terpadu Pengembangan Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba yang telah disempurnakan b) Lembar kesepakatan pemerintah provinsi dan Kementerian/Lembaga terkait RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba c) Leaflet RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba; dan d) Rekaman prosiding seminar. Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK), konsultan dapat memahami keluaran yang ingin dihasilkan dalam pekerjaan ini.

Hal 16 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

2.7 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Sistem Pelaporan Sistem Pelaporan Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK): Nama Laporan Laporan Pendahuluan memuat: Pemahaman konsultan terhadap substansi pekerjaan berikut tanggapan; Pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang tersebut dalam lingkup pelaksanaan kegiatan; Rencana kerja rinci dan rencana mobilisasi tenaga ahli yang dilengkapi dengan rincian tugas dan keluaran yang dihasilkan oleh masing-masing tenaga ahli. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 1 (satu) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5(lima) buku laporan. Jenis Laporan

Laporan Pendahuluan

Laporan Bulanan

Laporan Bulanan memuat: laporan kemajuan bulanan tiap tenaga ahli. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 15 (lima belas) hari kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan. Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan: Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) KSN Batam Bintan Karimun dan Danau Toba. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 4 (empat) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

Laporan Antara

Laporan Akhir

Laporan Akhir memuat: hasil dokumentasi seluruh kertas kerja, prosiding, rekaman/catatan hasil diskusi dan sosialisasi (disertai dengan CD) Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 8 (delapan) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan dan cakram padat (compact disc) (jika diperlukan).

Sudah cukup jelas dan dapat dipahami.

Hal 17 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

2.8 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Personil dan Fasilitas Pendukung Personil berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kualifikasi (berisi pendidikan, pekerjaan) Jumlah dalam Orang Bulan

Keahlian

pengalaman,

keahlian/tugas

Tenaga Ahli Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (Ketua Tim) Ahli Prasarana Permukiman

Minimal S2 Perencanaan Wilayah dan Kota. Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman kerja profesional dibidangnya sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun. Minimal S-1 teknik lingkungan Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaan wilayah prasarana perkotaan minimal 3 (tiga) tahun.

Ahli Perencanaan Transportasi

Minimal S-1 Teknik Sipil Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaan jalan dan jembatan minilam 3 (tiga) tahun. Minimal S-1 Teknik Sipil Pengairan Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang pengelolaan sumberdaya air minimal 3 (tiga) tahun. Minimal S-1 Teknik Elektro Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaaan ketenagalistrikan minimal 3 (tiga) tahun. Minimal S-1 Teknik Elektro Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaan telekomunikasi minimal 3 (tiga) tahun. Minimal S-1 geografi/geodesi Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang perpetaan GIS minimal 3 (tiga) tahun.

Ahli Pengelolaan Sumberdaya Air

Ahli Perencana Ketenagalistrikan

Ahli Perencanaan Telekomunikasi

Ahli GIS

Hal 18 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Keahlian

Kualifikasi (berisi pendidikan, pekerjaan)

pengalaman,

keahlian/tugas

Jumlah dalam Orang Bulan

Ahli Ekonomi Pembangunan/ Wilayah

Minimal S-1 bidang ekonomi pembangunan Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang pembiayaan pembangunan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

Asisten Perencana

Ahli

Minimal S-1 bidang perencanaan wilayah dan kota. Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman kerja profesional dibidangnya sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun Minimal S-1 bidang geografi/geodesi. Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman kerja profesional dibidangnya sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun

21

Asisten Ahli GIS

16

Tenaga Penunjang Sekretaris sarjana muda (D-3)/ SMA sederajat. mampu mengoperasikan komputer untuk dapat menunjang kegiatan. sarjana muda (D-3)/ SMA sederajat. mampu mengoperasikan komputer untuk dapat menunjang kegiatan. 8

Operator Komputer

Dalam KAK secara umum telah diuraikan mengenai kebutuhan tenaga ahli dan konsultan merasa sudah jelas DAN sudah mencukupi untuk melaksanakan pekerjaan. 2.9 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Peralatan, Material, dan Fasilitas Pejabat pembuat komitmen akan memberikan material, personil, dan fasilitas sesuai dengan biaya yang telah dianggarkan dalam satuan biaya kegiatan ini. Untuk mendampingi konsultan, pejabat pembuat komitmen akan menunjuk tim supervisi untuk dapat mengarahkan dan memantau pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini. Dengan adanya material, personil dan fasilitas yang diberikan oleh pejabat pembuat komitmen, maka pihak konsultan merasa terbantu dalam penyelesaian pekerjaan ini. Selain itu dengan adanya tim supervisi yang mengarahkan dan memantau pelaksanaan kegiatan ini dapat memudahkan pihak konsultan dalam penyelesaian pekerjaan.
Hal 19 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

COVER BAB 3, SENGAJA DIKOSONGKAN

Hal 20 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

BAB III TINJAUAN PERATURAN DAN KEBIJAKAN TERKAIT


3.1 Tinjauan Peraturan dan Kebijakan Terkait Penyusunan RPI2-JM pada dasarnya harus bertitik tolak (mengacu) kepada peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku pada saat RPI2-JM disusun. Hal ini perlu dilakukan agar pada pelaksanaan pembangunannya dapat tercapai sinergi dan keselarasan antarpelaksana, dan tidak terjadi tumpang tindih satu sama lain. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 3.1.1 Undang-Undang 1. UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun

2. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman 3. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi 4. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 5. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 6. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air 7. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 8. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 9. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 10. UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan 11. UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 12. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 13. UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian 14. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran 15. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 16. UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan 17. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 18. UU No 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 tahun 2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang Undang. 19. UU No 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 36 tahun 2000 tentang

Hal 21 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang.

3.1.2 Peraturan Pemerintah 20. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 21. PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 22. PP No. 19 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan Atas Dividen yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri 23. PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 24. PP No 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam 25. PP No 5 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2007 tentang perdagangan bebas dan pelabuhan bebas batam 26. PP No 47 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan 27. PP No 48 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun 28. PP No 6 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Keuangan Pada badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam

3.1.3 Peraturan Presiden 29. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur 30. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. 31. Perpres No 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, yang telah direvisi dengan Perpres No 65 tahun 2006 tentang Perubahan atas Perpres No 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan UmumPeraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. 32. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. 33. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 13 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera.
Hal 22 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

34. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, Dan Karimun. 35. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2008 Tentang Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

3.1.4 Keputusan Presiden


36. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. 37. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan. 38. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun.

3.1.5 Peraturan Daerah


39. Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

3.1.6 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


40. Permen PU No. 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman, bahwa pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan diselenggarakan secara berencana dan terpadu. 41. Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum. 42. Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNPSPP) Sistem Pengelolaan Persampahan.

3.1.7 Keputusan Menteri Perhubungan RI


43. KEPMEN Perhubungan RI No KP 330 Tahun 2009 Tentang Penetapan Pelabuhan Bebas Pada Kawasan Perdagangan Bebas di Batam, Bintan dan Karimun. 44. KEPMEN Perhubungan RI No KM 7 Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2010-2014
Hal 23 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

3.1.8 Keputusan Menteri ESDM RI


45. KEPMEN ESDM RI No 4Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2010-2014.

3.1.9 Keputusan Menteri Komunikasi Dan Informatika RI


46. KEPMEN Komunikasi dan Informatika RI No ___Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2010 - 2014.

3.1.10 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI


47. KEPMEN Pekerjaan Umum No 2/PRT/M/2010-03-15 RI Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 - 2014.

3.1.11 Peraturan Menteri Perdagangan


48. PERMEN Perdagangan RI No 24/M-DAG/PER/6/2006 Tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon. 49. PERMEN Perdagangan RI No 38/M-DAG/PER/0/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24/M-DAG/PER/6/2006 Tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon. 50. PERMEN Perdagangan RI No 12/M-DAG/PER/3/2009 Tentang Pelimpahan Kewenangan Perizinan. 51. PERMEN Perdagangan RI No 45/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal Impor (API). 52. PERMEN Perdagangan RI No 17/M-DAG/PER/3/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri perdagangan No 45/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal Importir (API) 53. PERMEN Perdagangan RI No 20/M-DAG/PER/7/2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri perdagangan No 45/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal Importir (API).

Hal 24 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

3.1.12 Keputusan Menteri Perindustrian RI


54. PERMEN Perindustrian No 72/M-Ind/PER/7/2009 Tentang Pelimpahan Kewenangan Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian Kepada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun. 55. PERMEN Perindustrian No 18/M-IND/PER/2/2010 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Pertimbangan Teknis/Rekomendasi Bidang Perindustrian Kepada Badan Pengusahaan.

3.1.13 Keputusan Menteri Keuangan RI


56. PMK No 38 /PMK.01 / 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Pengelolaan Risiko atas Penyediaan Infrasruktur. 57. PERMEN Keuangan RI No 146/PMK.04/2010 Tentang Tata Cara Pemasukan dan Pengeluaran Barang Kena Cukai ke dan Dari Kawasan Yang Telah ditunjuk sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan bebas. 58. PERMEN Keuangan RI No 152/PMK.04/2010 Tentang Tata Cara Pemasukan dan Pengeluaran Kendaraan Bermotor ke dan Dari Kawasan Yang Telah ditunjuk sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan bebas. 3.2 Dasar Hukum Pekerjaan Pedoman Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) ini ditetapkan dengan peraturan menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional, sesuai dengan Pasal 102, PP 15 Tahun 2010.

Hal 25 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

KOVER BAB 4, SENGAJA DIKOSONGKAN

Hal 26 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

BAB IV METODOLOGI & PENDEKATAN PEKERJAAN


4.1 Umum Sejauh ini seiring dengan penerapan demokratisasi di Indonesia, pembangunan infrastruktur mengacu pada 3 (tiga) dokumen perencanaan yang menjadi mainstream perencanaan pembangunan, yaitu: a) Dokumen Perencanaan Pembangunan yang dikenal melalui Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), yang menurunkan Rencana Pembangunan Sektoral yang terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Strategis (sektoral). b) Dokumen Perencanaan Keruangan yang dikenal melalui Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang berjenjang dan komplementer, mulai dari yang mengatur sistem nasional (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional/RTRWN), sistem provinsi (Rencana Tata Ruang WilayahProvinsi/RTRW Provinsi), sistem kabupaten (Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten/RTRW Kabupaten), maupun sistem kota (Rencana Tata Ruang Wilayah/RTRW Kota). c) Dokumen Perencanaan Penganggaran yang dikenal melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam penerapannya, ketiga dokumen perencanaan tersebut harus saling terpadu, baik dalam hal substansi rencana maupun operasionalisasinya. Hal ini yang mendasari pola pikir Penyiapan Pedoman Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (lihat Gambar 1). Kedudukan RPI2-JM berada dalam integrasi kebijakan spasial dan kebijakan sektoral, yang ada di setiap daerah sebagai Rencana Pembangunan Infrastruktur (Infrastructure Development Plan) di masing-masing daerah baik pada skala provinsi maupun kabupaten/kota. Kebijakan spasial dalam RPI2-JM mengacu pada RTRW Nasional dan rencana rincinya (RTR Pulau, RTR Kawasan Strategis Nasional), RTRW Propinsi dan rencana rincinya (RTR Kawasan Strategis Provinsi), serta RTRW Kabupaten/Kota beserta rencana rincinya (RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota). Sedangkan kebijakan sektoral/program dalam RPI2-JM mengacu pada RPJP, RPJM dan Renstra K/L, baik pada skala nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.

Hal 27 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Dalam pelaksanaannya nanti RPI2-JM yang merupakan perencanaan investasi jangka menengah lima tahunan ini, merupakan bahan/ dokumen acuan bagi daerah (melalui Gubernur) dalam pelaksanaan Musrenbang. RPI2-JM yang disusun tersebut dapat berupa: a) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala provinsi; b) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kawasan strategis nasional; c) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kawasan strategis provinsi; d) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kabupaten/kota; dan e) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kawasan strategis kabupaten/kota. Selanjutnya, RPI2-JM ini akan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan (RKP) dan Rencana Kerja (Renja), baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Istilah dan definisi: a. RPI2-JM (Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah) adalah rencana dan program pembangunan infrastruktur tahunan dalam periode tiga hingga lima tahun, yang mensinkronkan kegiatan pembangunan infrastruktur, baik yang dilaksanakan dan dibiayai pemerintah, pemerintah daerah, maupun oleh masyarakat/dunia usaha. Penyusunan RPI2-JMharus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terkait dan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah. b. Rencana Terpadu adalah upaya mengintegrasikan arahan spasial pengembangan wilayah dengan program prioritas pembangunan infrastruktur. c. Sinkronisasi Program adalah upaya menyerasikan (fungsi, lokasi, waktu, dan anggaran) program pembangunan infrastruktur sesuai tahapan/skala prioritas pengembangan wilayah, melalui berbagai forum koordinasi. d. Program Tahunan RPI2-JM adalah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun dan merupakan bagian dari RPI2-JM. e. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Hal 28 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

f.

Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan system jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirearkis memiliki hubungan fungsional.

g. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. h. Penataan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. i. j. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkanstruktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tataruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program

besertapembiayaannya. k. Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang merupakan pelaksanaanpembangunan sektoral dan pengembangan wilayah, baik yangdilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah maupunoleh masyarakat, yangharus mengacu pada rencana tata ruang. l. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. m. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya. n. Kawasan Strategis Nasionaladalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. o. Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Provinsi terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial masyarakat, budaya, dan/atau lingkungan. p. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten/Kota terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial masyarakat, budaya, dan/atau lingkungan. q. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) adalah dokumen perencanaan untuk period 20 (dua puluh) tahun. r. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional adalah penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat
Hal 29 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. s. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah adalah penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. 4.2 Pendekatan 4.2.1 Prinsip Penyusunan RPI2-JM Prinsip dalam penyusunan RPI2-JM yaitu sebagai berikut. a. Kewilayahan Prinsip kewilayahan merupakan pendekatan yang tidak sektoral tetapi objeknya adalah entitas wilayah/kawasan strategis yang akan didorong dan mendorong terciptanya stuktur ruang yang efektif dan efisien. b. Keterpaduan; Prinsip keterpaduan merupakan pendekatan dalam integrasi dalam perencanaan dan sinkronisasi dalam pemrograman pembangunan yang saling terkait untuk mengisi kekurangan dan kebutuhan masing-masing. c. Keberlanjutan; Prinsip keberlanjutan merupakan pendekatan dalam pemrograman investasi infrastruktur jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dengan memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. d. Koordinasi; Prinsip koordinasi merupakan pendekatan dalam penyelenggaraan pembangunan

infrastruktur yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun Masyarakat/Dunia Usaha, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. e. Optimalisasi Sumberdaya;

Hal 30 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Prinsip optimalisasi sumberdaya merupakan pendekatan dalam pemanfaatan sumberdaya yang sesuai dengan kewenangan dan kapasitas pendanaan untuk tujuan pengembangan kawasan/wilayah melalui pembangunan infrastruktur.

4.2.2

Proses Penyusunan RPI2-JM

Proses penyusunan RPI2-JM terdiri atas 6 (enam) tahap/langkah langkah utama yaitu sebagai berikut. 1. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah Pada tahap ini dilakukan analisis arahan spasial yang merupakan hasil integrasi dari berbagai dokumen kebijakan spasial, yang menghasilkan arahan spasial pengembangan wilayah lima tahun ke depan, baik kawasan yang perlu di dorong maupun yang perlu dikendalikan pengembangannya, beserta rencana sistem jaringan infrastruktur pendukungnya. 2. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur Pada tahap ini dilakukan analisis program infrastruktur yang merupakan hasil integrasi berbagai dokumen sistem perencanaan pembangunan yang menghasilkan prioritas program infrastruktur. 3. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur Pada tahap ini dilakukan integrasi kedua hasil analisis tersebut di atas yang menghasilkan program pembangunan infrastruktur prioritas yang berbasis pada sasaran spasial. 4. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur Pada tahap ini dilakukan penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek: fungsi, lokasi, waktu, dan ketersediaan anggaran sesuai sasaran pengembangan wilayahnya. Sinkronisasi program tersebut berupa sinkronisasi antarsektor pemerintah, antarsektor pusat dengan daerah, antara Pemerintah dengan pemda, antarpemda, dan antara pemerintah dengan masyarakat/dunia usaha. Sinkronisasi program ini menghasilkan program/kegiatan pembangunan infrastruktur yang dirinci berdasarkan kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan pelaksana. 5. Penyusunan Sumber Pembiayaan Pembangunan Pada tahap ini dilakukan analisis identifikasi bentuk atau wujud sumber pembiayaan pelaksanaan RPI2-JM yang menghasilkan sumber-sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur. 6. Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan.

Hal 31 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Pada tahap ini dilakukan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM ke dalam penganggaran (publik) dan pembiayaan kerjasama (dengan swasta), serta pengawasan dan pengendalian

pelaksanaannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dan uraian berikut ini.

Gambar 3 Proses Penyusunan RPI2-JM

Sumber: Pedoman RPI2JM

4.2.2.1 Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah (Kotak 1) Arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan upaya mengintegrasikan berbagai dokumen kebijakan spasial dalam ruang Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 1. Output: Integrasi arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dalam jangka menengah. 2. Input: dokumen kebijakan spasial. a. RTRWN; b. RTR Pulau Sumatera (Raperpres Edisi Terakhir/Draf terakhir); c. Perpres Nomor 87 Tahun 2011 Tentang RTR Kawasan Batam-Bintan-Karimun (BBK). d. Raperpres (edisi terakhir) Tentang RTR Kawasan Danau Toba. e. RTRW Provinsi: Sumatera Utara dan Kepulauan Riau. f. RTRW Kabupaten/Kota dalam lingkup Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

Hal 32 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

g. RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan operasionalisasi dari Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK, sehingga RTR yang telah disepakati dapat terwujud secara optimal. 3. Proses: Berdasarkan dokumen kebijakan spasial (Input), disusun integrasi Arahan Spasial Pengembangan Wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dengan menggunakan metode: Penyusunan Matriks dan superimpose (tumpang tindih peta), dengan langkah yang akan diuraikan dibawah ini (setelah uraian poin 5). 4. Batasan: Penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK ini memiliki batasan yang harus diperhatikan, yaitu skala peta yang berbeda, dimana RTRWN memiliki skala peta 1:000.000, RTR Pulau memiliki skala peta 1:500.000, RTRW Provinsi memiliki skala peta 1:250.000, RTRW Kabupaten memiliki skala 1:50.000, RTRW Kota memiliki skala 1:25.000, RTR Kawasan Danau Toba dan RTR Kawasan BBK memiliki skala 1:50.000 (RTR KSN). Selain itu tidak semua infrastruktur memiliki hierarki dari nasional hingga kabupaten/kota, seperti infrastruktur sumber daya air, infrastruktur energi dan ketenagalistrikan, serta infrastruktur telekomunikasi. Dengan penyamaan skala peta, maka dapat dilakukan tumpang tindih peta. 5. Prasyarat: Penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah ini memiliki prasyarat dimana dokumen yang diacu sebagai Input memiliki kekuatan hukum (dokumen legal). Selain itu, dalam penyusunan superimpose peta, perlu konsistensi kedalaman/skala peta. Mengingat RPI2-JM yang disusun yaitu RTR KSN, maka skala peta yang digunakan yaitu 1:50.000. Tahap penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Hal 33 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Gambar 4 Penyusunan Arahan Spasial Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK

4.2.2.2 Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Kotak 2) Program prioritas pembangunan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan upaya inventarisasi dan sintesis terhadap fokus program pembangunan infrastruktur prioritas, serta target tingkat pelayanan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 1) Output: Sintesis prioritas program pembangunan infrastruktur yang sinergis dari tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. 2) Input: Program pembangunan infrastruktur yang mengacu pada dokumen sistem perencanaan pembangunan yang berlaku, yaitu: RPJP/RPJM Nasional, Renstra Kementerian/Lembaga, MP3EI, RPJP/RPJM Provinsi, RPJP/RPJM Kabupaten/Kota, serta Renstra SKPD. 3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan inventarisasi dan

integrasi/penggabungan fokus program prioritas pembangunan infrastruktur dan target pelayanannya di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 4) Batasan: Programprioritaspembangunaninfrastrukturinimemilikibeberapabatasan yang perludiperhatikan, antara lain yaitu: a. karakter infrastruktur unik/spesifik masing-masing infrastruktur;
Hal 34 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

b. tingkat pelayanan Infrastruktur terbatas dengan ukuran per 1000 jiwa dan km 2; dan c. adanya time-lag antara waktu pembangunan dengan waktu merasakan manfaatnya. 5) Prasyarat: Program prioritas pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat dimana dokumen yang diacu sebagai Input memiliki kekuatan hukum (dokumen legal). Selain itu, masing-masing infrastruktur memiliki hierarki yang berbeda, baik itu dalam mendukung fungsi nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota. Tahap penyusunan program prioritas pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 5 Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur

Hal 35 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

4.2.2.3 Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Kotak 3) Rencana terpadu pembangunan infrastruktur Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan upaya mengintegrasikan arahan spasial pengembangan wilayah (hasil tahap I) dengan program prioritas pembangunan infrastruktur (hasil tahap II) di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 1. Output: Rencana terpadu pembangunan infrastruktur jangka menengahdengan skenario tahunan, berbasis kewilayahan di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 2. Input: Arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK jangka menengah (Output dari tahap 1) dan Program prioritas pembangunan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBKjangka menengah (Output dari tahap 2). 3. Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan: Integrasi antara arahan spasial dengan program prioritas pembangunan infrastruktur antarsektor di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. Selanjutnya perlu dilakukan konfirmasi dan pembahasan/forum/rapat koordinasi antarsektor di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dan Pemerintah Daerah, untuk menyepakati rencana terpadu pembangunan infrastruktur. 4. Batasan: Program dan pengembangan infrastruktur belum sepenuhnya berbasis spasial. 5. Prasyarat: Penyusunan rencana terpadu pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat adanya kesesuaian periode waktu antara Rencana Tata Ruang Wilayah di wilayah provinsi, kabupaten/kota, dan kawasan strategis nasional Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK sebagai acuan spasial, dengan RPJP/RPJM Nasional, Renstra K/L, MP3EI, RPJP/RPJM Daerah Provinsi, RPJP/RPJM Daerah Kabupaten/Kota, Renstra SKPD sebagai acuan program prioritas pembangunan infrastruktur. Tahap penyusunan rencana terpadu pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Hal 36 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Gambar 6 Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur

4.2.2.4 Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 4) Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur merupakan upaya penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu. 1) Output: Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, maupun waktu pelaksanaan. Program/kegiatan tahunan tersebut yang dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan pelaksana kerjasama. 2) Input: Rencana terpadu (program/kegiatan terpadu) pembangunan infrastruktur jangka menengah dengan skenario tahunan, berbasis kewilayahan di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. (Output dari tahap 3). 3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut. a. Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur disusun melalui upaya penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur ditinjau dari aspek: (1) fungsi; (2) lokasi; dan (3) waktu pelaksanaan, sesuai tahapan/skala prioritas pengembangan wilayah. b. Penyusunan matriks sinkronisasi fungsi, lokasi dan waktu antarkegiatan/ program

Hal 37 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

infrastruktur prioritas. c. Sinkronisasi antarsektor Pemerintah, antarsektor Pusat dengan Daerah, antara Pemerintah, Pemda, dan masyarakat/dunia usaha, melalui berbagai forum dan rapat kordinasi.Pembahasan/forum/rapat kordinasi antarsektor di Pusat, dan antarsektor di Daerah, untuk menyepakati rencana program investasi

pembangunan infrastruktur. d. Alat yang digunakan untuk membangun kesepakatan (Concensus Building) tersebut yaitu Focus Group Discussion (FGD/Diskusi Kelompok Terarah). Sebelum melakukan FGD, dilakukan kegiatan-kegiatan integrasi, sinkronisasi, dan konfirmasi/koordinasi dengan sektor baik di Pusat maupun di Daerah. Aspek-aspek penting dalam pelaksanaan FGD yaitu: stakeholders yang akan dilibatkan, lokasi FGD, dan Pelaksanaan FGD. 4) Batasan: Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur ini memiliki beberapa batasan, antara lain: terkait kemampuan keuangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah, serta adanya aspirasi eksternal yang tidak terantisipasi. 5) Prasyarat: Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat harus mengacu pada beberapa aspek sinkronisasi yaitu: fungsi, lokasi, dan waktu, serta keseragaman tingkat kedetailan program infrastruktur. Tahap penyusunan sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini. Gambar 7 Penyusunan Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur

Hal 38 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

4.2.2.5 Penyusunan Sumber Pembiayaan Penganggaran Pembangunan (Kotak 5) Pembiayaan penganggaran pembangunan merupakan upaya mengidentifikasi bentuk atau wujud pembiayaan penganggaran RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 1) Output: alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program investasi pembangunan infrastruktur, yang bersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii) badan usaha, iv) masyarakat, serta v) sharing/kerjasama pendanaan. 2) Input: a. Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu pelaksanaan (Output dari tahap IV). b. Ketentuan Perpres No. 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Jenis Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan pihak swasta/badan usaha mencakup: 1. infrastruktur transportasi, meliputi pelabuhan laut, sungai atau danau, bandar udara, jaringan rel dan stasiun kereta api; 2. infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol; 3. infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku; 4. infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum; 5. infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat pembuangan; 6. infrastruktur telekomunikasi, meliputi jaringan telekomunikasi; 7. infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, transmisi atau distribusi tenaga listrik; dan 8. infrastruktur minyak dan gas bumi meliputi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi, atau distribusi minyak dan gas bumi. c. Ketentuan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang atau peraturan perundang-undangan tentang APBN/APBD. 3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut. a. Identifikasi ketersediaan/kemampuan anggaran Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. b. Melakukan analisis demand dan supply pembiayaan pembangunan infrastruktur

Hal 39 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

dengan melihat kemungkinan kemitraan dengan badan usaha dan masyarakat termasuk pendayagunaan sumber daya luar negeri. c. Penyusunan matriks (tabel) pembiayaan program investasi pembangunan infrastruktur. 4) Batasan: Penyusunan sumber pembiayaan penganggaran ini memiliki beberapa batasan, yaitu: (i) kelayakan pembiayaan sangat dinamis dalam fungsi waktu; dan (ii) tidak semua pembangunan infrastruktur diminati pihak swasta. 5) Prasyarat: Penyusunan sumber pembiayaan penganggaran ini memiliki prasyarat, yaitu: (i) tersedia sumber pembiayaan publik yang pasti, (ii) tersedianya sumber pembiayaan asing yang bisa diakses, dan (iii) tersedianya sumber pembiayaan swasta yang siap membiayai pembangunan infrastruktur. Tahap penyusunan sumber pembiayaan penganggaran pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 8 Penyusunan Sumber Pembiayaan Penganggaran Pembangunan

Hal 40 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

4.2.2.6 Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan (Kotak 6) Inisiasi pelaksanaan pembangunan merupakan upaya inisiasi pelaksanaan RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK ke dalam penganggaran publik tahunan, yaitu

Kementerian/Lembaga, SKPD, atau pembiayaan kerjasama (dengan swasta). 1) Output: Prioritas pembangunan infrastruktur yang masuk dalam sistem penganggaran Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Pemerintah/Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah/Dokumen Anggaran Satuan Kerja pada Tahun Anggaran ke-n+1), serta rencana kerja bersama (dengan swasta) dalam dokumen formal dan mengikat. 2) Input: a. Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu pelaksanaannya. Program tahunan tersebut dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan pelaksana/pelaksana kerjasama (Output dari tahap V). b. Alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program prioritas pembangunan infrastruktur, yang bersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii) badan usaha, iv) masyarakat, serta v) sharing/kerjasama pendanaan ((Output dari tahap V). 3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut. a. Pendampingan dalam sistem penganggaran pemerintah dan pembiayaan dengan swasta. b. Monitoring dan evaluasi terhadap konsistensi pelaksanaan program prioritas pembangunan infrastruktur berupa alokasi terhadap program/kegiatan (K/L) dengan komitmen terhadap RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. c. Pemberian tanda non-RPI2-JM terhadap program/kegiatan yang tidak sesuai antara dokumen RPI2-JM yang disusun dengan yang di dalam dokumen usulan anggaran, yang menunjukkan bahwa program tersebut belum direkomendasikan bersama (forum MUSRENBANG). 4) Batasan: Pelaksanaan pembangunan ini memiliki beberapa batasan yang perlu diperhatikan, yaitu: (i) keserasian waktu proses penganggaran dengan waktu pembahasan program bersama; dan (ii) asumsi konsistensi pelaksanaan RPI2-JM masuk dalam RKP/DIPA atau DASK TA n+1, dan/atau masuk dokumen Rencana Kerja. 5) Prasyarat: Pelaksanaan pembangunan ini memiliki prasyarat, yaitu bahwa dokumen pendukung (backup) lengkap, terutama kesepakatan antarpihak, dan komitmen

Hal 41 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

bersama dengan swasta. Tahap penyusunan Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan dapat dilihat pada Gambar berikut. Gambar 9 Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan

Hal 42 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

4.2.3

Mekanisme Penyusunan RPIIJM RPI2-JM untuk pembangunan infrastruktur merupakan program perencanaan yang

disusun dan dilaksanakan pada tataran atau strata provinsi, kabupaten/kota, dan kawasan strategis. Dalam mendukung daerah untuk melaksanakan penyusunan RPI2-JM, Bappeda sebagai Leader atau Focal Point penyusunan RPI2-JM. Sedangkan Satgas RPI2-JM dalam ruang kabupaten/kota dibentuk oleh Bupati/Walikota yang terdiri atas dinas/instansi/lembaga terkait dengan pembangunan infrastruktur di daerah, dengan Bappenas/Bappeda sebagai Leader atau Focal Point penyusunan RPI2-JM untuk nasional dan daerah, dengan didukung seluruh kementerian dan lembaga atau dinas/satuan kerja pemerintah daerah terkait dengan pembangunan infrastruktur di pusat maupun di daerah. Selain unsur daerah, unsur instansi pusat (kementerian dan lembaga), juga perlu diikutsertakan dalam penyusunannya, baik itu dalam tahap penyusunan rencana terpadu, sinkronisasi program, penyepakatan program, identifikasi sumber pembiayaan pembangunan, maupun dalam inisiasi pelaksanaan pembangunan. Tim pusat (kementerian/lembaga) beranggotakan instansi yang terkait dengan pengalokasian dana pembangunan infrastruktur, seperti Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Kementerian Dalam Negeri. Pada penyusunan RPI2-JM yang merupakan dokumen daerah, setiap rencana dalam RPI2JM tidak semua bisa langsung dilaksanakan sendiri, terutama dalam mengoptimalisasikan sumberdaya dalam pelaksanaan pembangunan, untuk itu diperlukan kesepakatan bersama antara pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat. Untuk penyusunan RPI2-JM Provinsi, Tim Provinsi harus melakukan koordinasi dengan Tim Pusat, terutama dalam tahap penyusunan rencana terpadu, sinkronisasi program,

penyepakatan program, identifikasi sumber pembiayaan pembangunan, serta dalam inisiasi pelaksanaan pembangunan. Sedangkan untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota, Tim

Kabupaten/Kota harus berkoordinasi dengan Tim Provinsi dan Tim Pusat, terutama dalam tahap penyusunan rencana terpadu, sinkronisasi program, penyepakatan program, identifikasi sumber pembiayaan pembangunan, maupun dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam hal ini, peran Gubernur menjadi penting dimana Gubernur sebagai kepala daerah berperan sebagai koordinator pembangunan infrastruktur di daerah, baik di provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk selanjutnya, dokumen RPI2-JM ini akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan musrenbang.Dengan demikian, untuk menguatkan aspek legalitas, dokumen RPI2Hal 43 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

JM yang telah disusun pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, sebagai dokumen daerah, harus disahkan oleh Gubernur sebagai Kepala Daerah Provinsi, sekaligus koordinator pembangunan infrastruktur di daerah. Mekanisme dan Tata Cara Penyusunan RPI2-JM Untuk Pembangunan Infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini. Gambar 10 Mekanisme dan Tata Cara Penyusunan RPI2-JM

Keterangan

Hal 44 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Mekanisme RPI2-JM Kawasan Strategis Nasional; 1) Melakukan inventarisasi kebijakan spasial dan kebijakan pembangunan infrastruktur mulai tingkat Nasional, kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta dilanjutkan analisis/kajian/ sintesa untuk mendapatkan arahan spasial dan prioritas program, dikordinasi oleh Kem. PPN/Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum cq. Ditjen Penataan Ruang. 2) Merumuskan rencana terpadu, dilaksanakan dan disepakati bersama oleh tim pusat kementerian dan lembaga terkait bidang infrastruktur serta dikordinasikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum cq. Ditjen Penataan Ruang 3) Melakukan sinkronisasi program investasi infrastruktur, dilakukan dan disepakati bersama oleh tim pusat kementerian dan lembaga terkait bidnag infrastruktur serta dikoordinasikan oleh Kem. PPN/Bappenas. 4) Melakukan identifikasi alternative sumber pembiayaan terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur, dikordinasikan oleh Kem PPN/Bappenas dengan Kem Keuangan, bersama kementerian dan lembaga yang terkait bidang infrastruktur 5) Pengesahan RPI2-JM dengan penandatanganan dokumen oleh Menteri PPN/Ketua Bappenas, dan para Menteri yang bertanggung-jawab di bidang infrastruktur terkait. 6) Inisiasi pelaksanaan pembangunan infrastruktur berupa monitoring dan evaluasi terhadap perwujudan dalam program anggaran kementerian dan lembaga terkait bidang infrastruktur, dilakukan oleh Kem. PPN/Bappenas .

4.2.4

Pendekatan Spasial Keruangan Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Kawasan Danau Toba

4.2.4.1 Arahan Rencana Tata Ruang Nasional (PP No. 26 Tahun 2008) Terkait Kawasan Danau Toba Dan Kawasan Batam-Bintan-Karimun Kawasan Strategis Nasional adalah adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional meliputi: a. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
Hal 45 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional; b. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; c. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional; d. D.pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; e. Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa; f. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar; dan g. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat

perkembangan antarkawasan. Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 lampiran X, Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional. Kawasan Danau Toba (Provinsi Sumatera Utara) ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional dengan sudut kepentingan lingkungan hidup dengan fokus untuk rehabilitasi/revitalisasi kawasan. Adapun strategi untuk sudut kepentingan lingkungan hidup yaitu: a) Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung; b) Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; c) Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; d) Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya; e) mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan f) merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

Kawasan Batam, Bintan, Karimun (Provinsi Kepulauan Riau) ditetapkan sebagai Kawasan
Hal 46 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Strategis

Nasional

dengan

sudut

kepentingan

ekonomi

dengan

fokus

untuk

pengembangan/peningkatan kualitas kawasan. Adapun strategi kawasan strategis nasional dengna sudut kepentingan ekonomi nasional meliputi: a) Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah; b) Menciptakan iklim investasi yang kondusif; c) Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan; d) Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan; e) Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan f) Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

4.2.4.2 Arahan Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera (Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2012) Terkait Kawasan Danau Toba Dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun B.1 Peran dan Fungsi RTR Pulau Sumatera Peran RTR Pulau Sumatera meliputi: (1) Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berperan sebagai perangkat operasional dari RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Pulau Sumatera (2) Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera tidak dapat digunakan sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang Adapun fungsi Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera sebagai pedoman untuk: a) penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sumatera; b) perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, dan kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Pulau Sumatera; c) pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sumatera; d) penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sumatera; dan e) penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau Sumatera.

Hal 47 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

B.1.1 Tujuan Penataan Ruang Pulau Sumatera Penataan ruang Pulau Sumatera bertujuan untuk mewujudkan: a. Pusat pengembangan ekonomi perkebunan, perikanan serta pertambangan yang berkelanjutan; b. Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional; c. kemandirian energi dan lumbung energi untuk ketenagalistrikan; d. Pusat industri yang berdaya saing; e. Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya, dan ilmu pengetahuan serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exibition /MICE); f. kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan paling sedikit 40 (empat puluh) persen dari Luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya; g. kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah; h. Kawasan perkotaan yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana; i. j. Pusat pertumbuhan baru di pesisir Barat dan wilayah pesisisr Timur Pulau Sumatera Jaringan Transportasi antar moda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; dan k. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup.

B.1.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sumatera Kebijakan dan strategi penataan ruang Pulau Sumatera seperti diuraikan dibawah ini: (1) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan secara seimbang di Bagian Barat dan Bagian Timur Pulau Sumatera dilakukan melalui: a. pengembangan pusat pertumbuhan berbasis agrobisnis perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau;

Hal 48 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

b.

pengembangan pusat pertumbuhan kelautan dan sentra produksi perikanan darat; dan

c.

pengembangan pusat pertumbuhan berbasis pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi.

(1).1 Strategi pengembangan pusat pertumbuhan berbasis agrobisnis perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau meliputi: a. mengembangkan kawasan agrobisnis perkebunan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan b. mengembangkan industri pengolahan yang ramah lingkungan.

(1).2 Strategi pengembangan pusat pertumbuhan kelautan dan perikanan darat meliputi: a. mengembangkan keterkaitan antara kota-kota pusat pertumbuhan minapolitan dengan kota-kota PKN, PKW, dan PKSN; b. mengembangkan kawasan peruntukan perikanan laut dengan memperhatikan potensi lestarinya; dan c. mengembangkan pusat industri pengolahan dan/atau pemasaran hasil kelautan dan perikanan darat yang ramah lingkungan. (1).3 Strategi pengembangan pusat pertumbuhan berbasis pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi meliputi: a. mengembangkan kawasan pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi dengan memelihara kelestarian sumber daya alam dan meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan; dan b. mengembangkan pusat industri pengolahan hasil kegiatan pertambangan yang ramah lingkungan.

(2)

Kebijakan untuk menciptakan kemandirian energi dan lumbung energi dilakukan melalui: a. b. pengembangan energi berbasis sumber daya alam dan energi baru terbarukan; dan pengembangan sistem transmisi interkoneksi.

(2).1. Strategi pengembangan energi berbasis sumber daya alam dan energi baru terbarukan dilakukan dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga air, panas bumi, matahari, dan angin dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung; dan (2).2. Strategi pengembangan sistem transmisi interkoneksi meliputi: a. b. mengembangkan interkoneksi seluruh Pulau Sumatera; dan mengembangkan interkoneksi antarpulau Sumatera dengan Jawa.
Hal 49 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

(3)

Kebijakan untuk menciptakan swasembada pangan dan lumbung pangan nasional dilakukan melalui: a. pelestarian kawasan pertanian pangan sawah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi; dan b. penetapan dan pengembangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan.

(3).1. Strategi pelestarian kawasan pertanian pangan sawah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi meliputi: a. mempertahankan luasan kawasan pertanian pangan beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi; b. c. memelihara prasarana sumber daya air; dan mengendalikan alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah beririgasi menjadi non sawah. (3).2. Strategi penetapan dan pengembangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi: a. menetapkan dan mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan

berdasarkan kriteria, persyaratan, dan tata cara penetapan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. mengembangkan kawasan pertanian pangan sesuai kesesuaian lahan serta kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan; dan c. mengelola sungai, waduk, dan jaringan irigasi dalam rangka konservasi air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

(4)

Kebijakan untuk mewujudkan kawasan pariwisata berdaya saing internasional di wilayah Bagian Barat dan Bagian Timur Sumatera dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya, alam, dan meetingincentive-convention-exhibition.

(4).1. Strategi pengembangan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya, alam, dan meeting-incentive-convention-exhibition meliputi: a. b. c. mengembangkan kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya; mengembangkan kawasan pariwisata berbasis potensi alam wisata unggulan; dan mengembangkan pusat pariwisata berbasis meeting-incentive-convention-exhibition.

Hal 50 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

(5)

Kebijakan untuk mewujudkan pusat industri pengolahan berbasis daya saing global dilakukan melalui: a. b. pengembangan kawasan industri pengolahan berteknologi tinggi; dan pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan utama.

(5).1 Strategi pengembangan kawasan industri pengolahan berteknologi tinggi meliputi: a. mengembangkan kawasan industri pengolahan berteknologi tinggi yang ramah lingkungan; dan b. mengembangkan klaster-klaster industri kreatif berbasis keunikan budaya dan alam.

(5).2 Strategi pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan utama dilakukan dengan mengembangkan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan utama di Pulau Sumatera mulai dari Sabang sampai Bakauheni menuju Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun sebagai koridor ekonomi Sumatera Bagian Timur.

(6)

Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan paling sedikit 40 (empat puluh) persen dilakukan melalui penataan, pelaksanaan restorasi, serta pengendalian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung.

(6).1 Strategi penataan, pelaksanaan restorasi, serta pengendalian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung meliputi: a. mempertahankan fungsi kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung, serta merestorasi kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung yang telah terdegradasi; b. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan dan budi daya non hutan yang dekat dengan kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung; c. menata kembali kawasan kampung beserta akses tradisional masyarakat adat yang berada di kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung; dan d. mendorong peran masyarakat untuk mendapatkan manfaat jasa lingkungan sebagai upaya pelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung.

Hal 51 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

(7)

Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah dilakukan melalui: a. b. pelestarian dan pengembangan keanekaragaman hayati hutan tropis basah; dan pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi.

(7).1 Strategi pelestarian dan pengembangan keanekaragaman hayati hutan tropis basah a meliputi: a. b. melestarikan kawasan konservasi keanekaragaman hayati hutan tropis basah; dan mengembangkan pusat penelitian keanekaragaman hayati hutan tropis basah.

(7).2 Strategi pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi meliputi: a. b. menetapkan koridor ekosistem antar kawasan suaka alam dan pelestarian alam; mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budi daya yang dilintasi koridor ekosistem; c. melarang keberadaan dan pengembangan kawasan permukiman yang dilintasi koridor ekosistem; dan d. mengembangkan infrastruktur hijau yang dilintasi koridor ekosistem.

(8)

Kebijakan untuk melaksanakan pengendalian perkembangan kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, dan kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf h dilakukan melalui: a. pengendalian perkembangan kawasan terbangun di kawasan metropolitan dan perkotaan besar; dan b. pengendalian kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.

(8).1 Strategi pengendalian perkembangan kawasan terbangun kawasan metropolitan dan perkotaan besar meliputi: a. mengendalikan perkembangan kawasan terbangun kawasan metropolitan dan perkotaan besar yang kompak, vertikal, hemat energi dan sumberdaya, serta memanfaatkan teknologi lingkungan; dan b. mengendalikan perkembangan kawasan metropolitan dan perkotaan besar yang berdekatan dengan kawasan lindung. (8).2 Strategi pengendalian kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana meliputi: a. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah pesisir Barat dan pesisir Selatan Pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya yang rawan bencana tsunami dan gempa bumi;
Hal 52 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

b.

mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah tengah Pulau Sumatera yang rawan tanah longsor, gempa bumi, dan rawan letusan gunung berapi;

c.

mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan terutama di wilayah Timur Pulau Sumatera yang rawan banjir;

d.

mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah pesisir Pulau Sumatera yang rawan gelombang pasang;

e.

mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan dengan fasilitas jalur evakuasi bencana; dan

f.

menetapkan standar bangunan dan jalur evakuasi yang disesuaikan dengan jenis dan potensi ancaman bencana.

(9)

Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perkotaan di pesisir Timur dan pesisir Barat Pulau Sumatera sebagai pusat pertumbuhan baru dilakukan melalui pengembangan kawasan perkotaan berbasis sumber daya alam dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

(9).1 Strategi pengembangan kawasan perkotaan berbasis sumber daya alam dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup meliputi: a. mengembangkan kota-kota pusat pertumbuhan agropolitan, minapolitan, dan pertambangan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah; b. c. mengembangkan keterkaitan antara PKL dengan kota-kota PKN dan PKW; dan mengintegrasikan PKN dan PKW dengan pusat pertumbuhan global.

(10) Kebijakan untuk mewujudkan akses pelayanan infrastruktur antarkawasan perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi dengan memperhatikan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana dilakukan melalui: a. pengembangan dan pemantapan akses infrastruktur transportasi antarkawasan perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi; dan b. pengembangan dan peningkatan infrastruktur energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana perkotaan di wilayah yang terisolasi.

Hal 53 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

(10).1 Strategi pengembangan dan pemantapan akses infrastruktur transportasi antarkawasan perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi meliputi: a. mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat, laut, dan/atau udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan; b. mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta angkutan sungai dan penyeberangan yang menghubungkan pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut; dan c. mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat, laut, dan/atau udara dari dan ke wilayah yang terisolasi. (10).2 Strategi pengembangan dan peningkatan infrastruktur energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana perkotaan di wilayah yang terisolasi meliputi: a. mengembangkan infrastruktur energi, telekomunikasi, dan sumber daya air sesuai karakteristik dan potensi wilayah; dan b. meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana perkotaan.

(11) Kebijakan untuk mempercepat pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan (security) negara,

kesejahteraan masyarakat (prosperity), dan kelestarian lingkungan hidup (sustainability) meliputi: a. percepatan pertahanan pengembangan kawasan perbatasan dan keamanan negara dengan negara sebagai kawasan kesejahteraan

memperhatikan

masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup; dan b. penegasan dan pertahanan eksistensi pulau-pulau kecil terluar sebagai Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. (11).1 Strategi percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai kawasan pertahanan dan keamanan negara dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup meliputi: a. mengembangkan dan meningkatkan fungsi pertahanan dan keamanan negara di kawasan perbatasan negara;
Hal 54 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

b.

mengembangkan dan mempertahankan kawasan konservasi pada kawasan perbatasan negara;

c.

meningkatkan pelayanan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan negara;

d. e.

mengembangkan kawasan pengembangan ekonomi yang berdaya saing; mengembangkan kawasan budi daya berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan; dan

f.

mengembangkan PKSN sebagai pusat pengembangan kawasan perbatasan dan pintu gerbang negara.

(11).2 Strategi penegasan dan pemertahanan eksistensi pulau-pulau kecil terluar sebagai TitikTitik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia meliputi: a. mengembangkan area titik referensi dasar laut sebagai garis batas delimitasi perbatasan negara; b. c. membangun dan memelihara mercu suar sebagai penanda dan navigasi pelayaran; mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan yang dapat meningkatkan akses ke pulau-pulau kecil terluar; d. e. menyediakan kebutuhan air baku untuk pulau-pulau kecil terluar; mendorong pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mencukupi kebutuhan di pulau yang bersangkutan; dan f. mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi.

Hal 55 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Gambar 11 Rencana Struktur Ruang Pulau Sumatera

Hal 56 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Gambar 12 Peta Rencana Pola Ruang Pulau Sumatera

Hal 57 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

4.2.4.3 Identifikasi Arahan Spasial Identifikasi awal penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah dalam penyusunan RPI2-JM Wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun yang akan dikemukakan dibawah ini yaitu Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun-Bali, Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang dan Indikasi Program Utama Jangka Menengah I dan II yang bersumber dari Peraturan Presiden No 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Rancangan Peraturan Presiden Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba. Dari Identifikasi Awal tersebut akan dapat dikenali mengenai peran dan fungsi wilayah, kawasan/wilayah yang perlu didorong pengembangannya, serta kawasan/wilayah yang perlu dikendalikan perkembangannya. Materi yang dibahas diarahkan pada Rencana dan Program di Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun, sesuai dengan lingkup pekerjaan ini.

4.2.4.3.1 RTR Kawasan Danau Toba Danau Toba juga merupakan salah satu KSN yang terdapat di dalam RTRWN dengan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yaitu merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air, yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara karena rawan bencana vulkanik. Selain itu, Kawasan Danau Toba juga memiliki kepentingan sosial dan budaya, karena merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional dan merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan. Secara administratif Kawasan Danau Toba berada di Provinsi Sumatera Utara dan secara geografis terletak di antara koordinat 210300 Lintang Utara dan 9824 Bujur Timur. Kawasan Danau Toba merupakan kawasan yang berada di sekitar Danau Toba dengan deliniasi batas kawasan didasarkan atas Delineasi Daerah Tangkapan Air (Catchment Area) yang memiliki luas sekitar 369.854 Ha. Kawasan ini meliputi tujuh kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Arahan yang terdapat di dalam Raperpres ini antara lain menjadikan Kawasan Danau Toba menjadi tujuan wisata internasional dan nasional, terjaganya ekosistem danau Toba secara berkelanjutan, menjadikan Danau Toba sebagai sumber air kehidupan Aek Natio yang berkelanjutan bagi masyarakat, pelestarian Suku Batak dan Kampung Adat Masyarakat Suku
Hal 84 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Batak, keterkaitan antar wilayah yang semakin intentif dengan terjalinnya kerjasama antar wilayah yang saling menguntungkan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan swasembada pangan yang berkelanjutan.

4.2.4.3.2 Tujuan RTR Kawasan Danau Toba Adapun tujuan penyelenggaraan penataan ruang di kawasan Danau Toba ini meliputi: 1. Terwujudnya Kawasan Danau Toba sebagai daerah tujuan wisata internasional dan nasional; 2. Terwujudnya Danau Toba sebagai sumber air kehidupan yang berkelanjutan bagi masyarakat; 3. Terwujudnya ekosistem danau yang berkelanjutan; 4. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan swasembada pangan yang berkeanjutan; 5. Terwujudnya kelestarian kampung masyarakat adat dan budaya suku bangsa Batak; serta 6. Terwujudnya kerjasama antar wilayah yang saling menguntungkan.

4.2.4.3.3 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang RTR Kawasan Danau Toba 1. Kebijakan untuk perwujudan Danau Toba dapat berfungsi sebagai sumber air kehidupan (Aek Natio) yang berkelanjutan bagi masyarakat dilakukan melalui: a. b. 1.1. Pemertahanan kestabilan kuantitas air Danau Toba; dan Pemulihan kualitas air Danau Toba sebagai sumber air kehidupan.

Strategi untuk Pemertahanan kestabilan kuantitas air Danau Toba dilakukan melalui: a. mempertahankan kawasan lindung dan kawasan budidaya yang bervegetasi hutan pada Daerah Tangkapan Air dan cekungan air tanah; b. c. merehabilitasi kawasan lindung dan kawasan budidaya hutan yang terdegradasi; mengendalikan perkembangan kawasan budidaya non hutan pada kawasan dengan kelerengan terjal dan rawan erosi; dan d. Mengendalikan pengembangan kawasan sekitar danau untuk mengurangi laju sedimentasi melalui pengembangan struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di kawasan sekitar danau yang dapat mengurangi laju sedimentasi.

1.2.

Strategi untuk Pemulihan kualitas air Danau Toba sebagai sumber air kehidupan dilakukan melalui:
Hal 85 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

a.

mengendalikan kegiatan budidaya pertanian lahan basah dan lahan kering yang dapat merusak kualitas air danau dengan menerapkan pertanian yang ramah lingkungan;

b.

mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya perikanan/keramba jaring apung dengan menerapkan budidaya perikanan yang ramah lingkungan;

c.

Mengendalikan pengembangan kegiatan budidaya perikanan pada lingkungan perairan yang telah tercemar berat dan berdekatan dengan kawasan wisata tirta;

d.

mengendalikan kegiatan budidaya peternakan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

e.

mengembangkan instalasi pengolahan air limbah domestik pada kawasan permukiman dan kawasan pariwisata;

f.

mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan tanah diatom yang berfungsi sebagai filter kejernihan a ir Danau Toba; dan

g.

mengembangkan kawasan untuk pemrosesan akhir sampah secara terpadu dengan system sanitary landfill.

2.

Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan pariwisata dengan daya tarik keindahan panorama Danau dilakukan melalui: a. b. Pengembangan potensi dan daya tarik wisata dan fasilitas wisata; Pengembangan prasarana dan sarana umum pendukung kegiatan pariwisata; dan c. Pengembangan aksesibilitas untuk sistem jaringan transportasi guna mendukung pergerakan wisatawan.

2.1

Strategi untuk Pengembangan potensi dan daya tarik wisata dan fasilitas wisata meliputi: a. mengembangkan kawasan wisata dengan daya tarik seni dan budaya berupa tarian, upacara adat, kerajian tangan, ukiran serta tenun tradisional ulos batak yang ramah lingkungan b. melestarikan kawasan yang memiliki keanekaragaman cagar budaya antara lain berupa kawasan kampung masyarakat adat serta mengembangkan fungsi dan daya tarik wisata; dan c. d. mengembangkan dan merevitalisasi fungsi kawasan wisata rohani; mengembangkan daya tarik wisata panorama danau serta merehabilitas fungsi kawasan wisata panorama danau;
Hal 86 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

e.

mengembangkan fasilitas pendukung kawasan wisata panorama danau berupa fasilitas penyelenggaraan MICE dan cable car dengan tetap memperhatikan jenis dan karakter bencana;

f.

menetapkan dan mengembangkan pengelolaan situs geologi sebagai warisan sejarah Super Volcano Toba berupa pengembangan pusat informasi/etalase geopark;

g.

mengendalikan kawasan sekitar situs geologi dari kegiatan budidaya yang berpotensi mengancam kerusakan situs;

h.

mengembangkan dan merevitalisasi kawasan wisata tirta yang didukung oleh sarana dan prasarana; dan

i.

mengembangkan fasilitas pendukung kegiatan wisata bagi wisatawan domestik dan internasional berupa restoran, akomodasi, serta pusat jasa dan informasi.

2.2

Strategi untuk pengembangan prasarana dan sarana umum pendukung kegiatan pariwisata meliputi: a. mengembangkan instalasi sistem jaringan air minum dan distribusi air minum sesuai baku mutu air minum; b. memantapkan dan mengembangkan system jaringan telekomunikasi berbasis jaringan terrestrial dan/atau jaringan satelit; c. memantapkan dan mengembangkan prasana dan sarana energi listrik berbasis energi terbarukan tenaga air, angin, dan panas bumi untuk mendukung interkoneksi di kawasan Danau Toba; d. mengembangkan prasarana dan sarana pendukung sistem pengeolahan limbah padat dan cair; dan e. mengembangkan fasilitas umum berupa fasilitas keamanan, perbankan, dan rumah ibadah.

2.3

Strategi untuk pengembangan prasarana dan sarana umum pendukung kegiatan pariwisata meliputi: a. Mengembangkan dan memantapkan jaringan jalan lingkar dalam Pulau Samosir dan jaringan jalan Ring Road Danau Toba di Sisi Pulau Sumatera yang mendukung kegiatan pariwisata danau dengan tetap memperhatikan jenis dan karakteristik bencana b. mempercepat perwujudan pengembangan jaringan jalan bebas hambatan yang mendukung kegiatan wisata;
Hal 87 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

c.

Mengembangkan dan meningkatkan fungsi Pelabuhan Danau yang mendukung kegiatan wisata didukung Angkutan Danau modern yang ramah lingkungan;

d.

mendorong pengembangan dan peningkatan fungsi bandara silangit yang terintegrasi dengan destinasi wisata di Pulau Sumatera; dan

e.

Mengembangkan jaringan jalan untuk mendukung pintu masuk menuju kawasan Danau Toba dari Medan, Tanjung Balai, Pekanbaru, Padang, dan Aceh.

3.

Kebijakan untuk mewujudkan kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan yang menjamin ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi wilayah, serta mendukung kegiatan pariwisata dilakukan melalui: a. Pemertahanan dan pengembangan kawasan budidaya pertanian tanaman pangan yang ramah lingkungan; b. c. Pengembangan kawasan budidaya perikanan yang ramah lingkungan; Pengembangan kawasan budidaya pertanian hortikultura unggulan dan kawasan budidaya perkebunan; dan d. Pengembangan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan perikanan.

3.1

Strategi untuk pemertahanan dan pengembangan kawasan budidaya pertanian tanaman pangan yang ramah lingkungan meliputi: a. mempertahankan luasan kawasan pertanian tanaman pangan beririgasi dan non irigasi; b. Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan yang ramah lingkungan; c. mengembangkan kawasan peruntukan pertanian terasering pada lahan dengan kemiringan terjal; d. mengendalikan alih fungsi pertanian pangan.

3.2

Strategi untuk mengelola kawasan budidaya perikanan yang ramah lingkungan meliputi: a. mengelola kawasan budidaya perikanan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan; b. Menetapkan kawasan budidaya perikanan pada lingkungan perairan yang memiliki kualitas air tidak tercemar berat; c. mengembangkan prasarana dan sarana pendukung budidaya perikanan dengan menerapkan konsep minapolitan

Hal 88 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

3.3

Strategi untuk Pengembangan kawasan budidaya pertanian hortikultura unggulan dan kawasan budidaya perkebunan meliputi: a. mengembangkan kawasan peruntukan pertanian hortikultura unggulan menurut kesesuaian lahan yang didukung industri pengolahan; b. mengembangkan kawasan perkebunan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang didukung industri pengolahan; dan c. mengembangkan kawasan peruntukan perkebunan pada kawasan yang kurang produktif berdasarkan kesesuaian lahan serta kelayakan lahan.

3.4

Strategi untuk Pengembangan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan perikanan meliputi: a. b. mengembangkan dan memelihara jaringan irigasi teknis; mengembangkan pusat penelitian tanaman pangan, hortikultura unggulan, perkebunan, dan perikanan; c. mengembangkan pusat distribusi hasil kegiatan pertanian, tanaman hortikultura, perkebunan, serta perikanan;

4.

Kebijakan untuk mewujudkan pelestarian ekosistem Danau Toba secara berkelanjutan dilakukan melalui: a. b. pelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna endemik; pengembangan pengelolaan kawasan sempadan danau dalam rangka untuk konservasi danau; dan c. pelestarian kawasan konservasi guna kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

4.1

Strategi untuk pelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna endemik meliputi: a. meningkatkan fungsi kawasan berupa pusat arboretum sebagai tempat populasi flora endemik antara lain Anggrek Toba, Andaliman, dan Kantung Semar untuk menjamin kelestarian; b. meningkatkan fungsi kawasan tempat populasi fauna endemik antara lain Ikan Batak untuk menjamin kelestarian serta sesuai ekosistem.

4.2

Strategi untuk pengembangan pengelolaan kawasan sempadan danau dalam rangka untuk konservasi danau meliputi: a. Mengendalikan kawasan permukiman pada kawasan sempadan danau untuk perlindungan ekosistem perairan danau; dan
Hal 89 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

b.

Mengembangkan green belt / sabuk hijau berupa tanaman keras pada kawasan sempadan danau.

4.3

Strategi untuk pelestarian kawasan konservasi guna kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya meliputi: a. b. menetapkan pengaturan aturan zonasi pada kawasan bernilai konservasi tinggi; dan melestarikan dan merehabilitasi antara lain cagar alam dan taman wisata alam yang telah terdegradasi.

5.

Kebijakan untuk kelestarian kampung sebagai identitas keberadaan masyarakat adat dilakukan melalui: a. pelestarian kawasan kampung masyarakat adat batak yang bernilai budaya tinggi; dan b. peningkatan Fasilitas umum pendukung kepentingan kelestarian kampung masyarakat adat.

5.1

Strategi untuk pelestarian kawasan kampung masyarakat adat batak yang bernilai budaya tinggi meliputi: a. mempertahankan keberadaan kawasan kampung adat dengan tetap

mempertahankan kearifan lokal; b. mengendalikan perkembangan kawasan kampung adat pada kawasan hutan lindung dan/atau pada sempadan danau serta mendorong pengelolaan kawasan konservasi dan hutan lindung untuk memperoleh manfaat jasa lingkungan; dan c. mengembangkan fasilitas umum seperti kantor pemerintah, rumah sakit, pasar, dan sekolah dengan mengutamakan pelestarian langgam arsitektur adat batak. 5.2 Strategi untuk Peningkatan Fasilitas umum pendukung kepentingan kelestarian kampung masyarakat adat meliputi: a. mengembangkan dan meningkatkan fasilitas kesehatan dengan dukungan tenaga medis; b. mengembangkan dan meningkatkan fasilitas pendidikan dengan dukungan tenaga pengajar; dan c. d. mengembangkan dan meningkatkan fasilitas sanitasi dan kebersihan; mengembangkan pusat pendidikan untuk mendukung kegiatan pariwisata dan kesehatan.

Hal 90 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

6.

Kebijakan untuk kerja sama yang handal dalam pengelolaan sistem jaringan transportasi, lingkungan hidup, serta pemanfaatan ruang guna mendukung keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan kawasan dilakukan melalui: a. pengembangan dan Pemantapan perwujudan sistem jaringan transportasi yang terpadu dalam rangka meningkatkan kerjasama antarwilayah; b. pemantapan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kerjasama antarwilayah; dan c. pemantapan pengembangan kegiatan budidaya guna mendukung keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan kawasan dalam rangka

meningkatkan kerjasama antarwilayah. 6.1 Strategi untuk Pengembangan dan Pemantapan perwujudan sistem jaringan transportasi yang terpadu dalam rangka meningkatkan kerjasama antarwilayah meliputi: a. memantapkan jaringan jalan lingkar luar Danau Toba guna meningkatkan keterkaitan dan mendorong ekonomi antarwilayah; b. mengembangkan jaringan transportasi danau untuk mendukung keterkaitan antarwilayah; c. mengembangkan jaringan lalu lintas dan sistem angkutan jalan antarwilayah untuk mendukung pergerakan orang dan barang; dan d. mengembangkan jaringan transportasi udara untuk mendukung keterkaitan antarwilayah. 6.2 Strategi untuk Pemantapan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kerjasama antarwilayah dilakukan melalui: a. merehabilitasi kawasan berfungsi lindung mulai dari wilayah hulu hingga hilir daerah aliran sungai dengan mengarusutamakan kerjasama antarwilayah; b. mengendalikan pengelolaan wilayah perairan Danau Toba guna menanggulangi pencemaran perairan danau dan sedimentasi dengan mengarusutamakan kerjasama antarwilayah; dan c. mengendalikan pengelolaan DAS guna mencegah terjadinya pencemaran perairan dengan mengarusutamakan kerjasama antarwilayah. 6.3 Strategi untuk pemantapan pengembangan kegiatan budidaya guna mendukung keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan kawasan dalam rangka meningkatkan kerjasama antarwilayah meliputi:

Hal 91 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

a.

memantapkan kawasan peruntukan pariwisata sebagai satu kesatuan tujuan wisata melalui kerjasama antarkabupaten; dan

b.

mengembangkan pintu-pintu masuk menuju kawasan wisata Danau Toba melalui kerjasama antarkabupaten

4.2.4.3.4 Kawasan Batam-Bintan-Karimun Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun yang selanjutnya disebut Kawasan BBK adalah satu kesatuan kawasan yang terdiri atas sebagian wilayah Kota Batam, sebagian wilayah Kabupaten Bintan, sebagian wilayah Kota Tanjungpinang, sebagian wilayah Kabupaten Karimun, dan sebagian wilayah perairan di Selat Jodoh, Selat Malaka, dan Selat Singapura. Rencana Tata Ruang Kawasan BBK berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan BBK. Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, BIntan, Karimun berfungsi sebagai pedoman untuk: a. penyusunan rencana pembangunan di Kawasan BBK; b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan BBK; c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor di Kawasan BBK; d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan BBK; e. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan BBK; f. pengelolaan Kawasan BBK; dan

g. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan BBK dengan kawasan sekitarnya. Kawasan Batam, Bintan, Karimun mencakup 26 (dua puluh enam) kecamatan yang terdiri atas: a) sebagian wilayah Kota Batam yang mencakup 12 (dua belas) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Batu Aji, sebagian Kecamatan Sekupang, sebagian Kecamatan Batu Ampar, sebagian Kecamatan Bengkong, sebagian Kecamatan Batam Kota, sebagian Kecamatan Lubuk Baja, sebagian Kecamatan Nongsa, sebagian Kecamatan Sei Beduk, sebagian Kecamatan Sagulung, sebagian Kecamatan Bulang, sebagian Kecamatan Galang, dan sebagian Kecamatan Belakang Padang. b) sebagian wilayah Kabupaten Bintan yang mencakup 7 (tujuh) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Seri Kuala Lobam, sebagian Kecamatan Bintan Utara, sebagian Kecamatan Teluk Sebong, sebagian Kecamatan Teluk Bintan, sebagian
Hal 92 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Kecamatan Toapaya, sebagian Kecamatan Gunung Kijang, dan sebagian Kecamatan Bintan Timur; c) sebagian wilayah Kota Tanjungpinang yang mencakup 4 (empat) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Bukit Bestari, sebagian Kecamatan Tanjungpinang Barat, seluruh Kecamatan Tanjungpinang Timur, dan sebagian Kecamatan Tanjungpinang Kota; dan d) sebagian wilayah Kabupaten Karimun yang mencakup 3 (tiga) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Meral, sebagian Kecamatan Tebing, dan sebagian Kecamatan Karimun. e) Selain wilayah daratan, Kawasan Batam Bintan Karimun juga meliputi juga meliputi sebagian wilayah perairan di Selat Jodoh, Selat Malaka, dan Selat Singapura sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4.2.4.3.5 Tujuan RTR Kawasan Batam, Bintan, Karimun a) Kawasan BBK yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; b) penyelenggaraan fungsi-fungsi perekonomian yang bersifat khusus dan berdaya saing pada Kawasan BBK sebagai KPBPB dalam mendukung perwujudan koridor ekonomi Pulau Sumatera; c) pemantapan dan peningkatan fungsi pertahanan dan keamanan negara pada Kawasan BBK sebagai kawasan perbatasan negara; dan d) peningkatan fungsi pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup sebagai satu kesatuan ekosistem kepulauan.

42.4.3.6 Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Batam, Bintan, Karimun Kebijakan penataan ruang kawasan Batam, Bintan, Karimun meliputi; A. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya; B. peningkatan pelayanan pusat kegiatan Kawasan BBK yang merata dan berhierarki; C. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh kawasan; D. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan

perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan berdaya saing dalam

Hal 93 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

perekonomian internasional untuk mendukung perwujudan koridor ekonomi Pulau Sumatera; E. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara; F. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan G. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. 4.2.4.3.7 Strategi Penataan Ruang Kawasan Batam, Bintan, Karimun A. Strategi perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budidaya terdiri atas: a) menetapkan kawasan budi daya dan memanfaatkan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pengembangan wilayah; b) mengembangkan kegiatan ekonomi unggulan yang meliputi perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan perikanan beserta prasarananya secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian Kawasan BBK dan kawasan sekitarnya; c) mengembangkan kegiatan terkait dalam aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi; d) mengembangkan pulau-pulau kecil beserta perairannya dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan skala ekonomi Kawasan BBK; dan e) mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di wilayah perairan Indonesia B. Strategi peningkatan pelayanan pusat kegiatan Kawasan BBK yang merata dan berhierarki terdiri atas: a) meningkatkan keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan KPBPB dengan pusatpusat kegiatan di negara tetangga, antarpusat-pusat kegiatan di dalam KPBPB, dan keterkaitannya dengan pusat kegiatan di kawasan sekitarnya; b) mempertahankan fungsi pusat-pusat kegiatan yang sudah ada secara optimal; c) mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang berkembang tidak sesuai dengan fungsi dan panduan rancang perkotaan; dan d) mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru di Kawasan BBK.
Hal 94 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

C. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh kawasan terdiri atas: a) meningkatkan dan memantapkan kualitas jaringan prasarana transportasi darat, laut, dan udara; b) mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara, serta keterpaduan intramoda dan antarmoda; c) meningkatkan kualitas jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tidak terbarukan; d) mengoptimalkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik, minyak, dan gas bumi; e) mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi dan mewujudkan

keterpaduan jaringan telekomunikasi antarnegara; f) meningkatkan kualitas jaringan prasarana sumber daya air, mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air, mempercepat konservasi sumber air, dan meningkatkan pengendalian daya rusak air; dan g) meningkatkan kualitas penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang meliputi air minum, air limbah, drainase, persampahan, RTH dan ruang terbuka non hijau, jalur sepeda dan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, serta jalur dan ruang evakuasi bencana D. Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan berdaya saing dalam perekonomian internasional untuk mendukung perwujudan koridor ekonomi Pulau Sumatera terdiri atas: a) mengembangkan pusat-pusat kegiatan ekonomi dalam kerangka kerja sama ekonomi sub regional segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura (Indonesia-Malaysia-Singapore Growth-Triangle); b) menciptakan iklim investasi yang kondusif pada bidang perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan perikanan; c) mengelola pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung kawasan serta memulihkan kembali fungsi kawasan bagi kegiatan-kegiatan yang izin pemanfaatannya telah berakhir.

Hal 95 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

d) meningkatkan promosi peluang investasi yang menciptakan banyak lapangan kerja; dan e) meningkatkan pelayanan penunjang kegiatan ekonomi dalam rangka mendukung perwujudan koridor ekonomi Pulau Sumatera E. Strategi peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara terdiri atas: a. menetapkan kawasan pertahanan dan keamanan negara; b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara; dan c. mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan pertahanan dan keamanan negara dengan kawasan budi daya terbangun di sekitarnya. F. Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan atas: a) menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masing-masing

kawasan budi daya sesuai dengan karakteristiknya; b) membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana; c) mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan kompak di kawasan perkotaan; d. membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan tangkapan air dan pulau-pulau kecil untuk mempertahankan ketersediaan sumber air; e. meningkatkan kualitas dan akuntabilitas sistem perizinan; f. memberikan insentif bagi kegiatan yang dapat memberikan manfaat besar bagi pengembangan fungsi kawasan dan disinsentif bagi kegiatan yang dapat mengakibatkan kerugian atau gangguan bagi fungsi kawasan; dan g. melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi dan peruntukan kawasan. G. Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup terdiri atas: a) menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;

Hal 96 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Pulau Bintan, Pulau Karimun, dan Pulau Karimun Anak untuk menjaga keberlanjutan ekosistemnya; c) mewujudkan RTH termasuk kawasan yang berfungsi lindung dalam kawasan perkotaan dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan di wilayah Kota Batam dan Kota Tanjungpinang; d) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; e) mengembangkan kerja sama antarnegara dan antarorganisasi internasional dalam meningkatkan fungsi lindung di laut; f) mewajibkan Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam rangka penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup di Kawasan BBK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; g. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan g) hidup terutama kawasan tangkapan air, kawasan pantai, sungai, waduk, mata air, dan perairan laut; h) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya i) melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya; j) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan pencemaran laut, perusakan hutan bakau, dan perubahan sifat fisik lingkungan lainnya; k) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; l) mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya;

Hal 97 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

m) mengembangkan kegiatan budi daya yang mempertimbangkan mitigasi bencana dan memiliki adaptasi lingkungan di kawasan rawan bencana; dan n) mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan di darat dan laut.

Gambar 13 Rencana Struktur Ruang Kawasan BBK

4.2.5

Pendekatan Kebijakan Program Pembangunan Infrastruktur

4.2.5.1 Kebijakan RPJPN 2005-2025 Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka Visi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025 adalah: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dengan penjelasan sebagai berikut: Mandiri: Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan
Hal 98 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Maju: Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi. Adil: Sedangkan Bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah. Makmur:Kemudian Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain di dunia.

Delapan Misi Pembangunan Nasional adalah sebagai berikut: (1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa. (2) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian; pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri. (3) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan

kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hokum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak rakyat kecil. (4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun kekuatan TNI hingga melampaui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindakan
Hal 99 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industry pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta. (5) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan

pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender. (6) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan

keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. (7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan

mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan. (8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang.

Hal 100 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Strategi untuk melaksanakan Visi dan Misi tersebut dijabarkan secara bertahap dalam periode lima tahunan atau RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah). Masing-masing tahap mempunyai skala prioritas dan strategi pembangunan yang merupakan kesinambungan dari skala prioritas dan strategi pembangunan pada periode-periode sebelumnya.

Tahapan skala prioritas utama dan strategi RPJM secara ringkas adalah sebagai berikut: 1) RPJM ke-1 (20052009) diarahkan untuk menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat. 2) RPJM ke-2 (20102014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian. 3) RPJM ke-3 (20152019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan iptek yang terus meningkat. 4) RPJM ke-4 (20202025) ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.

4.2.5.2 Kebijakan RPJMN 2010-2014 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. RPJMN 2010-2014 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis

kementerian/lembaga (Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-masing dalam rangka

Hal 101 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).

Strategi dan Kebijakan Pembangunan Nasional Visi Indonesia Indonesia memiliki modal yang sangat besar, baik sumber daya alam, letak geografis yang strategis, struktur demografis penduduknya yang ideal, sumber daya kultural yang beragam dan kuat, dan manusia-manusia yang memiliki potensi dan kreativitas yang tidak terbatas. Krisis dan tantangan telah diubah menjadi peluang dan kesempatan. Di bidang energi, Indonesia memiliki berbagai sumber energi mulai dari minyak bumi, gas, batubara dan sumber energi yang terbarukan yang melimpah seperti geotermal dan air. Di samping itu, tersedia lahan yang luas dan subur yang bisa ditanami oleh berbagai komoditas pangan dan pertanian. Penduduk Indonesia memiliki potensi tinggi di berbagai bidang, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan budaya, olahraga, serta kreativitas. Dengan perkiraan ekonomi dunia akan mengalami pemulihan secara bertahap, serta tidak lagi terjadi gejolak (shock) berskala global yang baru, maka kinerja ekonomi nasional juga akan pulih secara bertahap. Kinerja ekonomi Indonesia telah dan terus diupayakan untuk mengatasi dampak krisis dengan memacu potensi ekonomi dalam negeri. Dalam meniti upaya pemulihan ini, fondasi ekonomi dan stabilitas harus tetap dapat dipelihara dan bahkan harus diperkuat. Dengan kondisi itulah, rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun kedepan akan dapat dijaga pada kisaran 6,3%-6,8%. Jika pemulihan ekonomi global terjadi secara lebih cepat dan tidak terjadi gejolak ekonomi baru, melalui strategi penguatan ekonomi domestik dan penguatan ekspor, maka pertumbuhan ekonomi rata-rata tersebut dapat dipacu lebih tinggi dan pada akhir periode lima tahun ke depan mencapai 7% atau lebih. Dengan pertumbuhan ini, tingkat kemiskinan akan dapat diturunkan menjadi 8%-10% dan tingkat pengangguran terbuka menjadi 5%-6%. Pengalaman lima tahun terakhir memberikan pelajaran bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, bila disertai pemerataan kesejahteraan melalui kebijakan ekonomi yang berpihak nyata pada kelompok masyarakat yang paling lemah. Kebijakan ekonomi harus dengan pendekatan yang menyeluruh dan seimbang, konsisten dan adil. Kemiskinan terjadi bukan sekadar karena belum terpenuhinya kebutuhan pokok, tetapi kemiskinan terjadi karena tidak adanya hak dan akses untuk memenuhi kebutuhan pokok. Akses tidak hanya mencakup ketersediaan pasokan kebutuhan pokok yang berkualitas sesuai dengan
Hal 102 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

lokasi kebutuhan, tetapi juga keterjangkauan harganya, dan keamanan pasokan sepanjang waktu. Oleh karena itu, rakyat Indonesia akan menjadi sejahtera bila hak dan aksesnya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya terjamin. Mekanisme pasar dan globalisasi tidak dapat diandalkan untuk secara otomatis menyejahterakan rakyat. Bahkan, mekanisme pasar yang liberal tanpa batas telah membuahkan krisis keuangan global yang berdampak luas dan dapat menyengsarakan masyarakat dunia. Peranan pemerintah yang kuat, cerdas, bersih, dan efisien sangat penting dalam melindungi kelompok masyarakat yang rentan, dan menjaga kepentingan negara dan rakyat dari eksploitasi pasar yang tidak terbatas. Reformasi birokrasi dan peranan pemerintah yang efektif dan bebas dari konflik kepentingan menjadi suatu keharusan dalam menjaga kepentingan nasional dan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun terakhir telah mencapai hampir 6%, yang merupakan pertumbuhan tertinggi sejak krisis ekonomi terjadi tahun 1998. Tingkat pengangguran dan kemiskinan juga mengalami penurunan. Namun, tingkat pengangguran dan kemiskinan masih harus terus diturunkan. Saat ini masih banyak masyarakat yang hidup di sekitar dan di bawah garis kemiskinan. Kehidupan mereka masih sangat rentan terhadap berbagai gejolak, terutama gejolak harga pangan. Persoalan kemiskinan adalah persoalan yang harus ditangani secara lebih substantif dan mendasar. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan menjamin pemerataan (growth with equity) mensyaratkan stabilitas dan dukungan fundamental negara yang kuat. Suatu proses pertumbuhan ekonomi yang mengikutsertakan semua lapisan masyarakat hanya tercapai bila keberpihakan dalam alokasi anggaran belanja pemerintah secara sungguh-sungguh, dirancang untuk membantu mereka keluar dari lingkaran kemiskinan. Perlindungan sosial, juga harus terus diberikan bukan hanya karena merupakan kewajiban konstitusional, namun juga karena pertimbangan strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang produktif, terdidik, terampil, dan sehat. Manusia seperti ini akan menjadi modal berharga bagi bangsa yang kuat, kukuh dan berdaya saing dalam menghadapi berbagai tantangan, baik pada lingkup nasional, regional maupun global. Perbaikan kualitas sumber daya manusia dalam lima tahun ini telah membuahkan hasil. Namun, usaha ini harus tetap dilanjutkan. Kita harus menunjukkan proses perjalanan sejarah bangsa ini dalam sebuah kontinuitas proses yang konsisten. Untuk menjamin berlangsungnya proses perbaikan itu, diperlukan sebuah sistem pemerintahan yang demokratis. Sebuah sistem yang memberikan jaminan akses kepada setiap rakyatnya untuk memenuhi kebutuhannya. Perbaikan kesejahteraan rakyat hanya dimungkinkan bila proses checks and balances berjalan dengan baik. Kebijakan untuk kesejahteraan rakyat terus menerus diuji melalui proses ini. Tujuannya, untuk
Hal 103 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

menjamin bahwa kebijakan yang diambil memang bermanfaat dan ditujukan sebesar-besarnya untuk mencapai kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, upaya konsolidasi demokrasi harus tetap dilanjutkan. Kebebasan berpendapat harus makin dijamin, dan pilar-pilar demokrasi harus makin ditegakkan yang diimbangi dengan peningkatan kepatuhan terhadap pranata hukum. Salah satu elemen penting di dalam demokrasi adalah aspek kesetaraan. Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Amanat konstitusi mewajibkan negara untuk melindungi segenap warga negara tanpa membedakan paham, asal-usul, golongan, dan jender. Sejarah perjalanan bangsa mengajarkan bahwa demokrasi di Indonesia tidak bisa diletakkan dalam kerangka monolitik. Demokrasi Indonesia adalah sebuah sejarah keberagaman. Oleh karena itu, demokrasi menjamin keberagaman ini. Keberagaman yang telah dinyatakan dalam semboyan Bhineka Tunggal Eka tersebut harus terus dijaga dan dijadikan modal dasar kultural yang membuat Indonesia menjadi khas dibandingkan negara-negara lain di dunia. Indonesia berhasil melalui sebuah proses transformasi politik dari negara otoriter menjadi sebuah negara dengan tatanan politik yang lebih demokratis. Konsolidasi demokrasi telah berhasil dilaksanakan dengan baik, melalui proses pemilihan umum baik di tingkat nasional maupun lokal. Ke depan, berbagai usaha harus dilakukan untuk membawa demokrasi prosedural ini menjadi demokrasi substansial. Upaya penguatan pilar-pilar demokrasi yang dapat sepenuhnya menjamin proses checks and balances harus dilakukan agar hak-hak rakyat dapat dijaga. Di dalam konstitusi Indonesia, dengan tegas dinyatakan prinsip-prinsip pengawasan antarkekuasaan secara timbal balik dan berimbang. Konstitusi juga secara tegas memuat sejumlah pasal yang berisi pengakuan terhadap hak asasi manusia. Sebagai negara hukum yang demokratis, supremasi hukum, pemerintahan yang bertanggung jawab, partisipatif dan terbuka, serta penghargaan terhadap hak asasi manusia, mutlak harus diwujudkan. Indonesia saat ini telah menjadi sebuah negara dengan tata kelola pemerintah yang lebih baik, lebih bersih dan lebih berwibawa dan bebas dari berbagai kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan. Upaya ini harus terus diperkuat untuk mewujudkan Indonesia yang bersih, berwibawa dan bebas KKN serta memberikan pelayanan publik yang baik, efisien dan murah bagi berbagai pelaku kepentingan, sehingga dihormati oleh dunia internasional. Memperhatikan uraian di atas dan mencermati tantangan ke depan, maka kerangka Visi Indonesia 2014 adalah: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN dengan penjelasan sebagai berikut:
Hal 104 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia. Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.

Misi Pembangunan Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan yang telah menuai beragam hasil pada periode 2004-2009, tentu harus terus dipelihara dan ditumbuh-kembangkan. Capaian dan prestasi pembangunan di periode 2004-2009 itu, pada hakekatnya adalah salah satu modal dasar yang harus dilanjutkan untuk meraih capaian dan prestasi pembangunan yang lebih baik lagi, pada periode lima tahun yang akan datang, 2010-2014. Pada periode 2010-2014, bangsa Indonesia harus terus berupaya keras untuk mencapai perbaikan di bidang kesejahteraan rakyat, membangun keadilan, penerapan tata kelola pemerintahan yang baik, peningkatan kualitas demokrasi, serta menjaga kesatuan dan keamanan negara. Misi Pembangunan Indonesia 2010-2014 merupakan bagian awal dari proses menuju cita-cita tersebut. Dalam menjalankan misinya, Indonesia tidak dapat terlepas dari pengaruh kondisi regional dan pengaruh global. Krisis dan gejolak harga pangan dan energi serta krisis ekonomi global yang terjadi sejak awal 2008 dan belum pulih sepenuhnya hingga saat ini, telah mempengaruhi kondisi dunia. Ekonomi dunia mengalami kontraksi ekonomi pada tahun 2009, yang disebabkan rusaknya lembaga-lembaga keuangan dunia yang pada akhirnya akan mempengaruhi secara negatif kegiatan ekonomi riel dan perdagangan dunia. Pada akhirnya tingkat kesejahteraan masyarakat dunia akan mengalami penurunan, dan target penurunan kemiskinan global pada 2015 seperti yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG) juga akan mengalami hambatan. Meskipun pada tingkat pimpinan dunia terdapat inisiatif untuk mengatasi krisis global, antara lain, yang telah dilakukan oleh forum G-20, namun pemulihan ekonomi global sepenuhnya masih akan memerlukan proses yang cukup panjang. Hal ini disebabkan perbaikan kembali sektor keuangan, memperbaiki regulasi dan pengawasan sektor keuangan, melakukan program counter cyclical melalui stimulus fiskal, dan mencegah proteksionisme dengan terus menjaga arus perdagangan antarnegara

Hal 105 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

membutuhkan koordinasi yang rumit antarnegara, selain juga melalui proses politik di masingmasing negara yang tidak mudah. Sementara itu, munculnya kesadaran kolektif global mengenai masalah perubahan iklim (climate change) juga akan mempengaruhi strategi pembangunan di semua negara. Setiap negara, baik yang sudah maju maupun yang sedang berkembang memiliki tanggung jawab yang sama meskipun dengan peran serta cara yang berbeda-beda dalam mengatasi masalah perubahan iklim global. Wujud dari makin maraknya kesadaran kolektif global atas dampak dari fenomena perubahan iklim adalah makin mengemukanya strategi pembangunan ekonomi yang harus menempatkan kesadaran akan daya dukung lingkungan alam pada prioritas yang tinggi. Bila hal tersebut tidak dilakukan, rangkaian bencana alam akibat ulah manusia dan dampak industrialisasi akan makin sering terjadi dan dapat membahayakan umat manusia sendiri. Upaya Indonesia untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat pada periode 2010-2014 masih akan dibayangi oleh kondisi krisis ekonomi global dan agenda perubahan iklim (climate change) tersebut. Indonesia memiliki potensi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,3%-6,8% pada periode 20102014 dengan asumsi perekonomian global tidak akan mengalami pemburukan dalam periode 2010, stabilitas sektor keuangan dunia sudah pulih, serta harga komoditas pangan dan energi menyesuaikan secara bertahap dan tidak mengalami gejolak tajam. Indonesia memiliki potensi geografi yang strategis yang ditopang oleh sumber daya alam yang memadai, warisan luhur budaya yang kuat, dan sumber daya manusia yang besar dan mendapat pendidikan makin baik dari waktu ke waktu. Dalam lima belas tahun mendatang, komposisi penduduk usia produktif masih akan meningkat, yang berarti menjadi tantangan dan sekaligus kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan investasi sumber daya manusia yang bermutu dan berkesinambungan untuk menciptakan bangsa yang memiliki daya saing yang makin tinggi. Bangsa Indonesia saat ini menjadi model transisi demokrasi dunia yang sebelumnya diragukan keberhasilannya akibat kompleksitas dan heterogenitasnya. Proses desentralisasi sistem pemerintahan yang telah dijalankan dari waktu ke waktu telah menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Demokrasi dan desentralisasi adalah suatu kombinasi yang kompatibel dan dapat menjadi kekuatan yang dahsyat dalam tatanan ekonomi dan politik global. Untuk mewujudkannya diperlukan upaya yang secara konsisten terus membangun lembaga pemerintahan yang kompeten, bersih, dan dapat dipercaya melalui proses reformasi yang konsisten. Misi pembangunan 2010-2014 adalah rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai visi Indonesia 2014, yaitu terwujudnya Indonesia Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan, namun tidak dapat terlepas dari kondisi dan tantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu
Hal 106 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

2010-2014 yang mempengaruhinya. Misi pemerintah dalam periode 2010-2014 diarahkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai, serta meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis. Usaha-usaha Perwujudan visi Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam misi pemerintah tahun 2010-2014 sebagai berikut.

Misi 1: Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera Pembukaan UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa Indonesia yang sejahtera merupakan tujuan akhir dari pembentukan negara Indonesia. Kesejahteraan rakyat tidak hanya diukur secara material, tetapi juga secara rohani yang memungkinkan rakyat Indonesia menjadi manusia yang utuh dalam mengejar cita-cita ideal, dan berpartisipasi dalam proses pembangunan secara kreatif, inovatif, dan konstruktif. Pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera mengandung pengertian yang dalam dan luas, mencakup keadaan yang mencukupi dan memiliki kemampuan bertahan dalam mengatasi gejolak yang terjadi, baik dari luar maupun dari dalam. Ancaman krisis energi dan pangan yang terjadi pada periode 2005-2008 dengan harga komoditas pangan dan energi mengalami gejolak naik dan turun secara amat tajam dalam kurun waktu yang sangat cepat, telah mengakibatkan banyak rakyat merasa terancam kesejahteraanya meskipun pemerintah telah berupaya melindungi masyarakat melalui kebijakan subsidi pangan dan energi yang sangat besar. Dengan demikian, membangun dan mempertahankan ketahanan pangan (food security) dan ketahanan energi (energy security) secara berkelanjutan merupakan salah satu elemen penting dalam misi mencapai kesejahteraan rakyat Indonesia. Sesuai dengan tantangan perubahan iklim yang semakin nyata, pembangunan ekonomi Indonesia harus

mengarusutamakan masalah lingkungan di dalam strateginya melalui kebijakan adaptasi dan mitigasi. Kerusakan lingkungan hidup yang telah terjadi terus diperbaiki, melalui kebijakan antara lain: rehabilitasi hutan dan lahan, peningkatan pengelolaan daerah aliran sungai, dan pengembangan energi dan transportasi yang ramah lingkungan, pengendalian emisi gas rumah kaca (GRK) dan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. Krisis keuangan global yang menghancurkan sendi-sendi perekonomian global, terjadinya gejolak harga pangan dan energi di seluruh dunia, serta makin pentingnya isu perubahan iklim global dalam beberapa tahun ini, akan mengakibatkan tuntutan dan reaksi akan perubahan dasar dalam tatanan ekonomi dunia. Tatanan ekonomi global yang baru harus mengedepankan aspek kemakmuran masyarakat dunia secara bersama, merata, adil dan berkelanjutan. Untuk itu, model pembangunan ekonomi yang tidak memberikan ruang dan peran yang penting serta proporsional bagi munculnya negaranegara berkembang tidak dapat terus dipertahankan. Koreksi terhadap kebebasan pasar yang
Hal 107 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

tanpa batas, tanpa disertai regulasi dan pengawasan yang cukup, untuk menjaga aspek keadilan dan kepentingan masyarakat luas, harus dilakukan. Pasar harus dilindungi dari tindakan dan keputusan pelaku pasar yang sembrono dan tamak yang hanya memperhitungan keuntungan bisnis pribadi dalam jangka pendek, dengan mengesampingkan azas kehati-hatian, kepatutan, dan keberlanjutan. Situasi ini mengharuskan Indonesia untuk mampu mengantisipasi dan harus tercermin dalam penetapan misi dan arah kebijakan pembangunan Indonesia, serta dalam langkah dan peran strategis Indonesia di dunia Internasional. Hal ini untuk menjamin agar Indonesia dapat terus mencapai cita-cita kemandirian dan kemajuan dalam kemakmuran rakyatnya. Keberhasilan bangsa Indonesia dalam menghadapi dan mengatasi krisis ekonomi dan transisi demokrasi yang sangat rumit dalam satu dasawarsa ini, serta kesiapan yang terus ditingkatkan dalam mengelola dampak krisis keuangan global, akan menjamin terpeliharanya momentum perbaikan kesejahteraan rakyat. Keberhasilan ini juga menandai bangkitnya Indonesia kembali dalam kancah internasional serta memperoleh respek dunia karena kebangkitan Indonesia tersebut dibangun atas dasar prinsip-prinsip universal yang mulia, yaitu azas tata kelola yang baik dan bersih (good governance and clean government), penghormatan kepada Hak Azasi Manusia, pluralisme, demokrasi, transparansi dan keterbukaan, akuntabilitas, serta berpartisipasi dalam tanggung jawab memelihara keseimbangan lingkungan alam dan keamanan dunia. Di dalam negeri, tuntutan perbaikan kesejahteraan telah memasuki tahapan baru. Lapangan kerja yang tercipta harus mampu memberikan nilai tambah yang tinggi, baik secara ekonomis maupun harkat hidup manusia (decent jobs). Rakyat berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak. Hal ini hanya dapat diciptakan bila ekonomi tumbuh secara cukup tinggi, sehat, dan dibangun di atas prinsip tata kelola yang baik, efisisen, dan terus menjaga keadilan. Kemajuan ekonomi, juga telah mendorong perubahan struktural dalam banyak elemen bangsa Indonesia. Pembangunan ekonomi yang terkonsentrasi di perkotaan, dan mengakibatkan tingginya urbanisasi dari wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan serta menyebabkan kesenjangan kesejahteraan antara perdesaan-perkotaan, memerlukan perhatian tidak saja diberikan kepada perkotaan, namun juga perlu diberikan kepada perdesaan dengan menciptakan daya tarik wilayah perdesaan serta keterkaitan pembangunan ekonomi antara desa-kota. Pembangunan perkotaan yang difokuskan kepada sarana prasarana pelayanan publik perkotaan, harus memperhatikan pembangunan potensi sosial budaya heterogen, khususnya di kota-kota metropolitan dan kota besar. Dalam hal keterkaitan desa-kota yang dibutuhkan dalam

Hal 108 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

mengurangi kesenjangan kesejahteraan, maka pembangunan perkotaan harus memperhatikan pembangunan kota-kota menengah dan kota-kota kecil di sekitarnya.

Misi 2: Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi Indonesia telah tumbuh sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Proses demokrasi yang berjalan dalam lima tahun terakhir ini menunjukkan proses demokrasi yang makin matang dan makin dewasa. Meskipun demikian, masih diperlukan penyempurnaan struktur politik yang dititikberatkan pada proses pelembagaan demokrasi dengan menata hubungan antara kelembagaan politik dan kelembagaan pertahanan keamanan dalam kehidupan bernegara. Penyempurnaan struktur politik, juga harus dititik-beratkan pada peningkatan kinerja lembagalembaga penyelenggara negara dalam menjalankan kewenangan dan fungsi-fungsi yang diberikan oleh konstitusi dan peraturan perundang-undangan. Seiring dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, proses demokrasi di berbagai daerah yang ditandai dengan pemilihan langsung kepala daerah, baik gubernur, bupati, maupun walikota oleh rakyat telah dilakukan di seluruh pelosok tanah air. Demokrasi telah berjalan pada arah yang benar. Di era reformasi dan demokratisasi saat ini, penataan proses politik yang dititikberatkan pada

pengalokasian/representasi kekuasaan harus terus diwujudkan dengan meningkatkan secara terus menerus kualitas proses dan mekanisme seleksi publik yang lebih terbuka bagi para pejabat politik dan publik serta mewujudkan komitmen politik yang tegas terhadap pentingnya kebebasan media massa serta keleluasaan berserikat, berkumpul, dan berpendapat setiap warga negara berdasarkan aspirasi politiknya masing-masing. Pengembangan budaya politik yang dititikberatkan pada penanaman nilai-nilai demokratis terus diupayakan melalui penciptaan kesadaran budaya dan penanaman nilai-nilai politik demokratis, terutama penghormatan nilainilai HAM, nilai-nilai persamaan, anti-kekerasan, serta nilai-nilai toleransi, melalui berbagai wacana dan media serta upaya mewujudkan berbagai wacana dialog bagi peningkatan kesadaran mengenai pentingnya memelihara persatuan bangsa. Penguatan pilar-pilar demokrasi yang sehat, harus terus dibangun menuju demokrasi yang lebih matang dan dewasa. Perbedaan dan benturan kepentingan serta sikap kritis berbagai pihak terhadap pemerintah, merupakan realitas kehidupan demokrasi dan merupakan hak politik yang harus dihormati. Yang penting, semua itu harus tetap berada dalam bingkai konstitusi, aturan main dan etika yang harus sama-sama dijunjung tinggi sehingga stabilitas yang dinamis dan menampung berbagai perbedaan aspirasi, tetap dapat dijaga bersama. Karena itulah, mewujudkan masyarakat yang demokratis dengan
Hal 109 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

tetap berlandaskan pada aturan hukum terus dibangun melalui pemantapan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum serta menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil.

Misi 3: Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang Pembangunan yang adil dan merata, serta dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam

pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju, mandiri dan adil. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh, perlu didorong sehingga dapat melahirkan rasa keadilan bagi masyarakat di berbagai daerah dengan mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industri dan distribusi. Upaya itu dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerja sama antarsektor, antarpemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah. Pendekatan pembangunan ke depan harus dilakukan dengan mengedepankan rasa keadilan dan pemerataan, selain dengan pemberdayaan masyarakat secara langsung melalui skema pemberian dana alokasi khusus, termasuk jaminan pelayanan publik dan keperintisan. Wilayah-wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar perlu dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan, juga diperlukan pendekatan kesejahteraan, keadilan, dan pemerataan. Perhatian khusus diberikan bagi pengembangan pulau-pulau kecil di perbatasan yang selama ini luput dari perhatian . Keadilan dalam pembangunan, juga perlu ditunjukkan dengan pembangunan yang merata di semua bidang, baik pembangunan antara kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil yang diseimbangkan pertumbuhannya baik dengan mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional maupun pembangunan di berbagai bidang yang terkait
Hal 110 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Keadilan dalam pemerataan pembangunan diperlukan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan fisik kota yang tidak terkendali serta untuk mengendalikan arus migrasi langsung dari desa ke kota-kota besar dan metropolitan, dengan cara menciptakan kesempatan kerja dan peluang usaha di kota-kota menengah dan kecil, terutama di luar Pulau Jawa. Oleh karena itu, harus dilakukan peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi sejak tahap awal. Dalam kaitan itu, percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah yang telah berjalan selama ini harus terus ditingkatkan, terutama di luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai penggerak pembangunan wilayahwilayah di sekitarnya dan melayani kebutuhan warga kotanya. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, antara lain, dengan memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kota masing-masing. Di sisi lain, pembangunan perdesaan harus terus didorong melalui pengembangan agroindustri padat pekerja, terutama bagi kawasan yang berbasis pertanian dan kelautan; peningkatan kapasitas sumber daya manusia di perdesaan khususnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna; pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial, dan ekonomi yang saling melengkapi dan saling menguntungkan; peningkatan akses informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan teknologi; pengembangan social capital dan human capital yang belum tergali potensinya sehingga kawasan perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumber daya alam saja; serta intervensi harga dan kebijakan perdagangan yang berpihak ke produk pertanian, terutama terhadap harga dan upah. Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan kesejahteraan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana. Pembangunan kesejahteraan sosial dalam rangka memberikan perlindungan pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung disempurnakan melalui penguatan lembaga jaminan sosial yang didukung oleh peraturan-peraturan perundang-undangan, pendanaan, serta penerapan sistem nomor induk kependudukan (NIK) tunggal. Pemberian jaminan sosial dilaksanakan dengan

mempertimbangkan budaya dan kelembagaan yang sudah berakar di masyarakat. Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan. Demikian pula peningkatan kualitas perlindungan perempuan dan anak dilanjutkan. Keberadaan berbagai fasilitas yang telah dibangun pada
Hal 111 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

periode 2004-2009, antara lain, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Pusat Krisis Terpadu, dan Ruang Pelayanan Khusus di sejumlah provinsi dan kabupaten/ kota, harus terus kita perluas di seluruh pelosok tanah air. Untuk mewujudkan peningkatan peran kaum perempuan dalam pembangunan, peran kaum perempuan di sektor publik harus terus ditingkatkan. Untuk itu, harus terus diperluas ruang untuk meningkatnya peran, keterlibatan aktif dan bahkan kepemimpinan kaum perempuan di luar pemerintahan, di dunia usaha dan organisasi sosial.

Agenda Pembangunan Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2009-2014, ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional tahun 2009-2014, yaitu: Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan, Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi, Agenda IV : Penegakkan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi Agenda, V : Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan.

Agenda I: Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Agenda peningkatan kesejahteraan rakyat tetap menjadi prioritas dari pemerintah mendatang. Wujud akhir dari perbaikan kesejahteraan akan tercermin pada peningkatan pendapatan, penurunan tingkat pengangguran dan perbaikan kualitas hidup rakyat. Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar. Pelaksanaan pembangunan pada periode 2004-2009 telah meletakkan fondasi dalam berbagai bidang perbaikan kesejahteraan rakyat, termasuk masyarakat miskin. Beberapa landasan kebijakan tersebut adalah: (i) penyusunan data dasar (dengan nama dan alamat) rumah tangga sangat miskin, miskin, dan hampir miskin yang sangat penting untuk mengarahkan program perlindungan dan bantuan sosial; (ii) pengelompokan program-program penanggulangan kemiskinan untuk mempermudah dan memperjelas koordinasi; (iii) harmonisasi dan integrasi program-program pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri; (iv) regulasi yang mengatur koordinasi penanggulangan kemiskinan dari pusat sampai ke daerah, termasuk tanggung jawab pelaksanaanya secara bersama. Adanya fondasi tersebut tercermin pada pelaksanaan program Jamkesmas, beasiswa untuk siswa miskin, Raskin, PNPM Mandiri dan Kredit untuk Usaha Rakyat. Hasil yang telah dicapai antara lain tercermin pada penurunan kemiskinan dan penurunan tingkat
Hal 112 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

pengangguran serta tercapainya berbagai sasaran lain dalam Millineum Development Goals. Program pembangunan 2010--2014 tetap konsisten untuk melanjutkan berbagai program perbaikan kesejahteraan rakyat yang sudah berjalan dengan memberikan penekanan lebih lanjut dalam membuat kebijakan yang lebih efektif dan terarah dalam bentuk pengarustamaan anggaran dan kebijakan. Pengarusutamaan ini tidak hanya terbatas antarsektor tetapi juga antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengarusutamaan harus juga mencakup kebijakan agar tujuan dapat tercapai dengan sumber daya yang minimal. Penyelenggaraan program peningkatan kesejahteraan rakyat akan dilaksanakan seiring dengan upaya peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan mendukung terciptanya penyelenggaraan program pembangunan ekonomi yang makin berkualitas, yaitu pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada peningkatan produktivitas dan daya saing, serta makin memacu terciptanya kreativitas dan inovasi. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi juga akan mempercepat tercapainya tataran pembangunan ekonomi yang makin mandiri. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi diarahkan untuk tercapainya peningkatan kapasitas dan kemampuan bangsa dalam memadukan sumber daya alam (resource based), sumber daya pengetahuan (knowledge based) dan sumber daya yang berasal dari warisan tradisi budaya bangsa (culture based). Dengan cara itu, akan diperoleh ranah pembangunan ekonomi produktif yang makin luas, antara lain, ekonomi kreatif --creative economy--, yang dapat memberikan peran konstruktif untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi. Program peningkatan kesejahteraan dilakukan melalui mendorong sektor riil dan pemihakan kepada usaha kecil menengah dan koperasi serta terus menjaga stabilitas ekonomi makro. Upaya-upaya menggerakkan sektor riil telah dan akan terus dilakukan melalui berbagai intervensi pemerintah yang konstruktif dan terukur. Sedangkan pelaksanaan kebijakan ekonomi makro (fiskal dan moneter) dilakukan selaras dengan tujuan mengelola ekonomi secara sehat dan berkelanjutan. Kebijakan tersebut dapat membuahkan hasil apabila didukung oleh birokrasi yang efektif, efisien dan bebas dari konflik kepentingan.

Agenda II. Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan Perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik menjadi isu yang penting dalam konteks nasional dan internasional. Krisis ekonomi yang lalu tidak terlepas dari buruknya tata kelola pemerintahan, baik di sektor pemerintahan maupun swasta. Krisis keuangan global, juga tidak terlepas dari masalah ini. Oleh karena itu, negara-negara yang tergabung dalam G-20 sepakat untuk
Hal 113 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

menempatkan perbaikan tatakelola pemerintahan menjadi salah satu agenda perbaikan untuk mencegah krisis berulang. Wujud dari perbaikan tata kelola pemerintahan ini antara lain dapat dilihat dari penurunan tingkat korupsi, perbaikan pelayanan publik, dan pengurangan ekonomi biaya tinggi. Di sisi lain, indeks persepsi korupsi terus membaik secara signifikan. Hal ini memberikan indikasi bahwa upaya keras pemerintah untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan selama lima tahun terakhir telah berada pada arah yang benar. Meskipun demikian, capaian selama periode sebelumnya masih belum memadai. Perlu upaya yang lebih keras dan sistematis untuk memperbaiki praktik tata kelola pemerintahan ini. Pembangunan birokrasi yang kuat merupakan elemen penting untuk menjaga agar kelangsungan pembangunan tetap berkelanjutan. Untuk itu, reformasi birokrasi akan dilaksanakan di seluruh

kementerian/lembaga untuk selanjutnya diteruskan di pemerintah daerah. Selanjutnya dalam penyusunan perencanaan dan anggaran, akan diterapkan sistem anggaran berbasis kinerja secara menyeluruh. Reformasi ini diharapkan dapat membuahkan hasil yang positif khususnya dalam perbaikan kualitas pelayanan publik, efektivitas dan akuntabilitas kegiatan kementerian/lembaga dan penanggulangan korupsi. Langkah-langkah yang disebutkan di atas, akan dipercepat dengan memantapkan dan memperluas program percepatan reformasi birokrasi yang dikombinasikan dengan sejumlah program aksi lainnya seperti reformasi bidang hukum. Cakupan perbaikan dalam tata kelola pemerintahan tidak hanya terbatas pada sektor pemerintahan, tetapi juga meliputi sektor swasta termasuk pengelolaan BUMN. Untuk mendorong perbaikan tata kelola swasta, pemerintah akan mendorong lebih banyak perusahaan untuk mengubah statusnya menjadi perusahaan publik. Perubahan ini akan mendorong keterbukaan dan akuntabilitas publik dari sektor korporasi di Indonesia. Hal ini juga penting untuk mencegah kolusi, nepotisme, serta konflik kepentingan yang dapat mengganggu roda perekonomian.

Agenda III. Penegakan Pilar Demokrasi Transisi dari kehidupan demokrasi masa lalu dengan segala keberhasilan dan kegagalannya menuju Indonesia masa depan yang lebih sejahtera, demokratis, dan adil menuntut penegakan pilar-pilar demokrasi yang lebih konsisten. Oleh karena itu agenda penegakan pilar demokrasi merupakan agenda yang tetap penting dalam periode 2010-2014. Wujud dari Indonesia yang demokratis adalah penghargaan terhadap hak asasi manusia, terjaminnya kebebasan berpendapat, adanya checks and balances, jaminan akan keberagaman yang tercermin dengan adanya perlindungan terhadap segenap warga negara tanpa membedakan paham, asal-usul,
Hal 114 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

golongan, dan gender. Selama ini, konsolidasi demokrasi telah dilakukan dengan menjamin kebebasan berpendapat, menghormati hak asasi manusia, serta terus menjaga berjalannya proses checks and balances. Lembaga-lembaga demokrasi terus diperkuat dengan cara memberikan contoh dan menegakkan nilai-nilai demokrasi, misalnya dengan menjaga kebebasan berpendapat, kebebasan pers, dan mengutamakan supremasi hukum. Demokrasi harus terus dijaga agar berada pada arah yang benar, yaitu demokrasi yang egaliter. Selain itu, di dalam konsolidasi demokrasi telah berhasil dilakukan pemilihan umum baik di tingkat nasional maupun lokal. Pembangunan demokrasi diarahkan untuk mencapai pada tingkat demokrasi yang substansial. Namun, sebelum bisa beranjak kepada demokrasi substansial harus diselesaikan terlebih dahulu semua masalah prosedural. Di dalam proses pemilihan umum misalnya, tidak boleh terulang kesalahan dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang membawa persoalan, baik di dalam pemilihan umum legislatif maupun pemilihan kepala negara dan kepala daerah. Ke depan, berbagai usaha perbaikan harus dilakukan, sebelum melangkah menuju demokrasi substansial.

Agenda IV. Penegakan Hukum Sistem yang demokratis juga harus disertai tegaknya rule of law. Oleh karena itu, agenda penegakan hukum masih merupakan agenda yang penting dalam periode 2010-2014. Wujud dari penegakan hukum adalah munculnya kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Kepastian hukum akan memberikan rasa aman, rasa adil dan kepastian berusaha bagi masyarakat. Terkait dengan kepastian usaha, salah satu persoalan yang dianggap kerap menganggu masuknya investasi ke Indonesia adalah lemahnya kepastian hukum. Karenanya penegakan hukum akan membawa dampak yang positif bagi perbaikan iklim investasi yang pada gilirannya akan memberi dampak positif bagi perekonomian Indonesia Agenda dalam bidang hukum juga mencakup proses pembuatan undangundang, proses penjabarannya, proses pengawasan, dan juga penegakan aturan hukum. Selain itu, wujud dari agenda hukum adalah menjamin proses peradilan yang bebas. Hal ini semua akan membantu di dalam upaya konsolidasi demokrasi. Penegakan hukum merupakan elemen yang sangat penting di dalam pemberantasan korupsi. Selama ini, telah dan terus dilakukan pembenahan pada substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum. Tumpang tindih dan inkosistensi peraturan perundang-undangan harus diperkecil. Demikian juga hambatan pada implementasi peraturan perundangan harus dihilangkan. Akan terus diupayakan perjanjian ekstradisi dengan negara-negara yang berpotensi menjadi tempat pelarian pelaku tindak pidana korupsi dan tindak pidana lainnya. Dalam usaha pemberantasan korupsi, berbagai kasus telah ditindaklanjuti tanpa pandang bulu. Proses
Hal 115 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

penegakan hukum dalam bidang korupsi dilakukan tanpa tebang pilih. Semua warga negara sama kedudukannya di muka hukum. Selanjutnya, permasalahan terkait dengan struktur hukum akan diatasi dengan peningkatan independensi dan akuntabilitas kelembagaan hukum, peningkatan kemampuan sumber daya manusia di bidang hukum, serta mendorong berlakunya sistem peradilan yang transparan dan terbuka. Oleh karena itu, semua pihak, baik pemerintah, pengusaha, maupun aparat penegak hukum mulai dari polisi dan jaksa sampai kepada hakim dan pengacara benar-benar harus menegakkan aturan main dan tatanan hukum yang pasti agar hukum semakin tegak dan pasti.

Agenda V. Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan Peningkatan kualitas pembangunan yang inklusif dan berkeadilan terus menjadi agenda prioritas dalam pemerintahan 2010-2014 mengingat pelaksanaan agenda keadilan sampai saat ini belum mampu mewujudkan sepenuhnya hasil yang diinginkan. Penyebabnya antara lain proses pembangunan yang tidak partisipatif belum banyak diterapkan sehinga keadilan dan keikutsertaan secara luas belum diterapkan. Perwujudan keadilan keikutsertaan dapat diwujudkan dalam berbagai dimensi. Dalam bidang ekonomi, keadilan dapat diwujudkan dalam bentuk perbaikan, atau terjadinya proses afirmasi terhadap kelompok yang tertinggal, orang cacat, dan terpinggirkan. Dalam bidang sosial-politik, perwujudan keadilan keikutsertaan (inklusif) dapat berupa perbaikan akses semua kelompok terhadap kebebasan berpolitik, kesetaraan gender dalam politik dan penghapusan segala macam bentuk diskriminasi. Upaya pengurangan kesenjangan pendapatan telah dilakukan oleh pemerintah dalam periode 2004-2009 dengan berbagai kebijakan. Misalnya, untuk mengurangi kesenjangan pendapatan, pemerintah melakukan realokasi subsidi yang diterima oleh kelompok yang berpenghasilan atas kepada masyarakat miskin melalui program-program yang bersifat langsung dan targeted. Realokasi subsidi BBM kepada program pendidikan dan kesehatan pada periode 2005-2008 juga merupakan bukti nyata dari upaya tersebut. Langkah konkret lain adalah pelaksanaan 3 gugus (cluster) program penanggulangan kemiskinan secara intensif dan koordinatif. Proses perencanaan yang bersifat bottom up dan inklusif telah dipraktekkan dalam beberapa program, misalnya PNPM. Masyarakat dilibatkan sejak proses perencanaan, pemilihan proyek hingga evaluasi. Di sini pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan menjadi komponen yang amat penting. Dengan pola ini masyarakat akan merasa lebih memiliki dan secara sukarela akan menjalankannya dan sekaligus mendapatkan manfaat dari program tersebut. Dalam lima tahun ke depan, penguatan dimensi keadilan dan keikutsertaan akan
Hal 116 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

dilakukan untuk setiap kegiatan atau program pembangunan. Misalnya melalui Program Keluarga Harapan (PKH), bagi masyarakat sangat miskin akan diberikan bantuan tunai bersyarat dalam bentuk dukungan biaya pendidikan dan kesehatan. Langkah ini diharapkan dalam jangka pendek akan memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga tersebut (memperbaiki distribusi pendapatan) dan dalam jangka panjang akan dihasilkan generasi baru yang lebih baik tingkat pendidikan dan kesehatannya. Di samping itu, pemerintah akan mempertajam kualitas program perlindungan dan bantuan sosial dalam gugus (cluster) 1 untuk menjadi bantuan sosial berbasis keluarga. Program lain yang akan dilanjutkan untuk memperbaiki distribusi pendapatan adalah program aksi perkuatan usaha mikro, kecil, dan menengah. Perluasan cakupan program PNPM meliputi seluruh kecamatan per tahun 2009 diharapkan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan di tingkat perdesaaan dan kecamatan. Diharapkan modal sosial masyarakat ini meningkatkan mutu proses perencanaan bottom-up yang akan menjalar pada tingkat kabupaten dan propinsi dan seterusnya pada periode berikutnya.

Sasaran Pembangunan Persoalan dan dimensi pembangunan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia selalu berubah dan makin kompleks. Permasalahan dan tuntutan pembangunan yang dihadapi akan bertambah banyak, sedangkan kemampuan dan sumber daya pembangunan yang tersedia cenderung terbatas. Pemerintah harus mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tuntutan yang tidak terbatas dengan membuat pilihan dalam bentuk skala prioritas. Dalam menentukan pilihan tersebut, pemerintah bersikap realistis, dengan tidak membuat sasaran-sasaran yang sejak semula disadari tidak bisa dipenuhi. Pengalaman selama periode 20042009 menjadi modal utama dalam menyusun agenda dan strategi pembangunan ini. Sejumlah indikator digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan. Banyak faktor yang bersifat eksogen (di luar kendali pemerintah) akan mempengaruhi capaian tersebut. Faktor eksogen, dapat mempermudah pencapaian atau sebaliknya ia dapat pula menyebabkan sasaran yang ingin dicapai tidak terpenuhi atau hanya terpenuhi sebagian. Misalnya, kenaikan harga komoditas energi dapat mempunyai dampak positif terhadap pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi mengingat Indonesia masih tergolong sebagai negara produsen dan pengekspor energi neto. Sebaliknya, bencana alam seperti gelombang panas El Nino seperti yang terjadi sebelum krisis ekonomi tahun 1997 dapat menghambat upaya peningkatan produksi pangan dan berperan terhadap kenaikan tingkat kemiskinan pada saat itu. Meskipun kemungkinan terjadinya faktor

Hal 117 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

eksogen tersebut tidak dapat diperkirakan dengan pasti, beberapa perubahan dapat dimitigasi dan diubah ke arah yang menguntungkan dengan kebijakan yang tepat.

Sasaran Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sesuai dengan persoalan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, pemerintah bertekad untuk melanjutkan proses percepatan pembangunan ekonomi selama lima tahun ke depan. Dengan pulihnya perekonomian global dalam 1-2 tahun mendatang, capaian tertinggi yang pernah dicapai oleh laju pertumbuhan perekonomian Indonesia sebelum krisis sekitar 7 persen sudah dapat dipenuhi sebelum tahun terakhir masa 2010-2014. Percepatan laju pertumbuhan ekonomi ini diharapkan mampu menurunkan tingkat pengangguran terbuka hingga di sekitar 5-6 persen pada akhir tahun 2014, dan kesempatan kerja yang tercipta antara 9,6 juta-10,7 juta pekerja selama periode 2010-2014. Kombinasi antara percepatan pertumbuhan ekonomi dan berbagai kebijakan intervensi pemerintah yang terarah diharapkan dapat mempercepat penurunan tingkat kemiskinan menjadi sekitar 8-10 persen pada akhir 2014. Untuk memenuhi sasaran percepatan pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah akan terus melanjutkan kebijakan makroekonomi yang terukur dan berhati-hati, sehingga inflasi dapat dikendalikan pada tingkat rendah yang sebanding dengan negara-negara setaraf dengan Indonesia yaitu sekitar 4-6 persen per tahun. Inflasi yang terkendali memungkinkan nilai tukar dan suku bunga yang kompetitif sehingga mendorong sektor riil bergerak dan berkembang dengan sehat. Dalam bidang pendidikan, sasaran pembangunan ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan, yang antara lain ditandai oleh menurunnya jumlah penduduk buta huruf; meningkatnya secara nyata persentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun dan pendidikan lanjutan dan berkembangnya pendidikan kejuruan yang ditandai oleh meningkatnya jumlah tenaga terampil. Sementara itu, di bidang kesehatan peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, antara lain, ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi, dan kematian ibu melahirkan. Dalam bidang pangan, terciptanya kemandirian dalam bidang pangan pada akhir tahun 2014 ditandai dengan meningkatnya ketahanan pangan rakyat, berupa perbaikan status gizi ibu dan anak pada golongan masyarakat yang rawan pangan, membaiknya akses rumah tangga golongan miskin terhadap pangan, terpelihara dan terus meningkatnya kemampuan swasembada beras dan komoditas pangan utama lainnya, menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat kelompok pendapatan menengah bawah, menjaga nilai tukar petani agar dapat menikmati kemakmuran, dan meningkatkan daya tawar
Hal 118 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

komoditas Indonesia dan keunggulan komparatif (comparative advantage) dari sektor pertanian Indonesia di kawasan regional Asia dan Global. Bidang energi membangun ketahanan energi dengan mencapai diversifikasi energi yang menjamin keberlangsungan dan jumlah pasokan energi di seluruh Indonesia dan untuk seluruh penduduk Indonesia dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda, meningkatkan penggunaan energi terbarukan (renewable energy) dan berpartispasi aktif dan memanfaatkan berkembangnya perdagangan karbon secara global, meningkatkan efisisensi konsumsi dan penghematan energi baik di lingkungan rumah tangga maupun industri dan sektor transportasi, dan memproduksi energi yang bersih dan ekonomis. Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Selain itu terus dilakukan program reboisasi, penghutanan kembali (reforestasi) dan program pengurangan emisi karbon. Dalam rangka mengatasi dampak pemanasan global untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, Indonesia, pada tahun 2009, dalam pertemuan G 20 di Pitsburgh dan Konvensi Internasional tentang Perubahan Iklim di Copenhagen telah berinisitaif memberikan komitmen mitigasi dampak perubahan iklim berupa penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dari kondisi tanpa rencana aksi (business as usual BAU) dengan usaha sendiri serta penurunan sebesar 41% dengan dukungan internasional. Upaya penurunan emisi GRK tersebut terutama difokuskan pada kegiatan-kegiatan kehutanan, lahan gambut, limbah dan energi yang didukung oleh langkah-langkah kebijakan di berbagai sektor dan kebijakan fiskal. Bidang infrastruktur meneruskan pembangunan dan pasokan infrastruktur yang ditunjukkan oleh meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai prasarana penunjang pembangunan seperti jalan raya, jalan kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan udara, listrik, irigasi, air bersih dan sanitasi serta pos dan telekomunikasi. Dalam bidang Usaha Kecil dan Menengah langkah-langkah yang dilakukan adalah, meningkatkan dan memajukan usaha kecil menengah dengan menambah akses terhadap modal termasuk perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR), meningkatkan bantuan teknis dalam aspek pengembangan produk dan pemasaran, melaksanakan kebijakan pemihakan untuk memberikan ruang usaha bagi pengusaha kecil dan menengah, serta menjaga fungsi, keberadaan serta efisiensi pasar tradisional.

Sasaran Perkuatan Pembangunan Demokrasi


Hal 119 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Sasaran penegakan pilar demokrasi adalah membangun dan semakin memantapkan sistem demokrasi di Indonesia yang dapat menghasilkan pemerintahan dan lembaga legistatif yang kredibel, bermutu, efektif, dan mampu menyelenggarakan amanah dan tugas serta tanggung jawabnya secara baik, seimbang dengan peningkatan kepatuhan terhadap pranata hukum. Dengan demikian, fungsi checks and balances dapat dilakukan secara santun, beretika, dan efektif sehingga penyelenggaraan negara tidak terhambat oleh mekanisme dan sistem demokrasi, namun sebaliknya akan makin meningkat kualitas hasil dan akuntabilitasnya. Sasaran di bidang ini juga adalah untuk menjamin setiap lima tahun terselenggaranuya proses pemilu yang memenuhi azas-azas demokrasi yang baik, yaitu jujur, adil, dan menjamin seluruh warga negara pemilih dapat melaksanakan hak memilihnya secara bebas dan bertanggung jawab.

Sasaran Penegakan Hukum Penegakan Hukum merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dan sangat penting dalam menjaga sistem demokrasi yang berkualitas dan juga mendukung iklim berusaha yang baik agar kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan pasti, aman dan efisisen, dalam rangka mencapai kesejahteraan rakyat. Sasaran reformasi penegakan hukum adalah tercapainya suasana dan kepastian keadilan melalui penegakan hukum (rule of law) dan terjaganya ketertiban umum. Sasaran tersebut tercermin dari persepsi masyarakat pencari keadilan untuk merasakan kenyamanan, kepastian, keadilan dan keamanan dalam berinteraksi dan mendapat pelayanan dari para penegak hukum (kepolisian dan kejaksaaan). Dengan demikian, reformasi kepolisian dan kejaksaan, dan lembaga peradilan harus dilakukan untuk dapat menghasilkan sasaran berupa muncul dan tumbuhnya kepercayaan dan penghormatan publik kepada aparat dan lembaga penegak hukum karena mereka dipercaya akan selalu melindungi masyarakat berdasarkan azas keadilan dan kepatuhan pada aturan dan hukum tanpa pembedaan dan diskriminasi. Selain berbagai bidang yang telah disebutkan di atas, pemerintah tetap mengembangkan sektor-sektor pembangunan lainnya secara konsisten, terkoordinasi dan terintegrasi. Dengan demikian, pada akhir RPJMN 2010 -2014 Indonesia berhasil mencapai berbagai sasaran pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan.

4.2.5.3 Kebijakan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, maka
Hal 120 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur.

Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250-USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0-4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4-7,5 persen pada periode 2011-2014, dan sekitar 8,0-9,0 persen pada periode 2015-2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011-2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju.

Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu: (1) Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. (2) Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional. (3) Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.

Posisi Indonesia Dalam Dinamika Regional dan Global Pembangunan Indonesia tidak lepas dari posisi Indonesia dalam dinamika regional dan global. Secara geografis Indonesia terletak di jantung pertumbuhan ekonomi dunia. Kawasan Timur Asia memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang jauh di atas rata-rata kawasan lain di dunia. Ketika tren jangka panjang (1970-2000) pertumbuhan ekonomi dunia mengalami penurunan, tren pertumbuhan ekonomi kawasan Timur Asia menunjukkan peningkatan.

Hal 121 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Sebagai pusat gravitasi perekonomian global, Kawasan Timur Asia (termasuk Asia Tenggara) memiliki jumlah penduduk sekitar 50 persen dari penduduk dunia. Cina memiliki sekitar 1,3 miliar penduduk, sementara India menyumbang sekitar 1,2 miliar orang, dan ASEAN dihuni oleh sekitar 600 juta jiwa. Secara geografis, kedudukan Indonesia berada di tengah-tengah Kawasan Timur Asia yang mempunyai potensi ekonomi sangat besar.

Dalam aspek perdagangan global, dewasa ini perdagangan South to South, termasuk transaksi antara India-Cina-Indonesia, menunjukkan peningkatan yang cepat. Sejak 2008, pertumbuhan ekspor negara berkembang yang didorong oleh permintaan negara berkembang lainnya meningkat sangat signifikan (kontribusinya mencapai 54 persen). Hal ini berbeda jauh dengan kondisi tahun 1998 yang kontribusinya hanya 12 persen. Pertumbuhan yang kuat dari Cina, baik ekspor maupun impor memberikan dampak yang sangat penting bagi perkembangan perdagangan regional dan global. Impor Cina meningkat tajam selama dan setelah krisis ekonomi global 2008. Di samping itu, konsumsi Cina yang besar dapat menyerap ekspor yang besar dari negara-negara di sekitarnya termasuk Indonesia.

Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan luas kawasan terbesar, penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai kekuatan utama negara-negara di Asia Tenggara. Di sisi lain, konsekuensi dari akan diimplementasikannya komunitas ekonomi ASEAN dan terdapatnya Asean-China Free Trade Area (ACFTA) mengharuskan Indonesia meningkatkan daya saingnya guna mendapatkan manfaat nyata dari adanya integrasi ekonomi tersebut. Oleh karena itu, percepatan transformasi ekonomi yang dirumuskan dalam MP3EI ini menjadi sangat penting dalam rangka memberikan daya dorong dan daya angkat bagi daya saing Indonesia.

Dengan melihat dinamika global yang terjadi serta memperhatikan potensi dan peluang keunggulan geografi dan sumber daya yang ada di Indonesia, serta mempertimbangkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan, dalam kerangka MP3EI, Indonesia perlu memposisikan dirinya sebagai basis ketahanan pangan dunia, pusat pengolahan produk pertanian, perkebunan, perikanan, dan sumber daya mineral serta pusat mobilitas logistik global.
Hal 122 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Potensi dan Tantangan Indonesia Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia didukung oleh potensi demografi, kekayaan sumber daya alam serta posisi geografis Indonesia. a. Penduduk dan Sumber Daya manusia Indonesia tengah berada dalam periode transisi struktur penduduk usia produktif. Pada kurun waktu 2020-2030, penurunan indeks (ratio) ketergantungan Indonesia (yang sudah berlangsung sejak tahun 1970) akan mencapai angka terendah. Implikasi penting dari kondisi ini adalah semakin pentingnya penyediaan lapangan kerja agar perekonomian dapat memanfaatkan secara maksimal besarnya porsi penduduk usia produktif. Lebih penting lagi, bila tingkat pendidikan secara umum diasumsikan terus membaik, produktivitas

perekonomian negara ini sesungguhnya dalam kondisi premium, di baikmana hal tersebut akan sangat bermanfaat untuk tujuan percepatan maupun perluasan pembangunan ekonomi. b. Sumber Daya Alam Indonesia adalah negara yang kaya dengan potensi sumber daya alam, baik yang terbarukan (hasil bumi) maupun yang tidak terbarukan (hasil tambang dan mineral). Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia harus dapat dikelola seoptimal mungkin, dengan meningkatkan industri pengolahan yang memberikan nilai tambah tinggi dan mengurangi ekspor bahan mentah. Sampai tahun 2010, Indonesia masih menjadi salah satu produsen besar di dunia untuk berbagai komoditas, antara lain kelapa sawit (penghasil dan eksportir terbesar di dunia), kakao (produsen terbesar kedua di dunia), timah (produsen terbesar kedua di dunia), nikel (cadangan terbesar ke empat di dunia) dan bauksit (cadangan terbesar ke tujuh di dunia) serta komoditas unggulan lainnya seperti besi baja, tembaga, karet dan perikanan. Indonesia juga memiliki cadangan energi yang sangat besar seperti misalnya batubara, panas bumi, gas alam, dan air yang sebagian besar dimanfaatkan untuk mendukung industri andalan seperti tekstil, perkapalan, peralatan transportasi dan makanan-minuman. c. Letak Geografis

Hal 123 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah dengan panjang mencapai 5.200 km dan lebar mencapai 1.870 km. Lokasi geografisnya juga sangat strategis (memiliki akses langsung ke pasar terbesar di dunia) karena Indonesia dilewati oleh satu Sea Lane of Communication (SLoC), yaitu Selat Malaka, di mana jalur ini menempati peringkat pertama dalam jalur pelayaran kontainer global. Berdasarkan data United Nations Environmental Programme (UNEP, 2009) terdapat 64 wilayah perairan Large Marine Ecosystem (LME) di seluruh dunia yang disusun berdasarkan tingkat kesuburan, produktivitas, dan pengaruh perubahan iklim terhadap masing-masing LME. Indonesia memiliki akses langsung kepada 6 (enam) wilayah LME yang mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar, yaitu: LME 34 Teluk Bengala; LME 36- Laut Cina Selatan; LME 37-Sulu Celebes; LME 38-Laut-laut Indonesia; LME 39-Arafura-Gulf Carpentaria; LME 45Laut Australia Utara. Sehingga, peluang Indonesia untuk

mengembangkan industri perikanan tangkap sangat besar.

Walaupun potensi ini merupakan keunggulan Indonesia, namun keunggulan tersebut tidak akan terwujud dengan sendirinya. Sejumlah tantangan harus dihadapi untuk merealisasikan keunggulan tersebut, sebagaimana diuraikan berikut ini. Struktur ekonomi Indonesia saat ini masih terfokus pada pertanian dan industri yang mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam. Industri yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah produk, proses produksi dan distribusi di dalam negeri masih terbatas. Selain itu, saat ini terjadi kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia. Hal ini tidak bisa dibiarkan berlanjut ke generasi yang akan datang. Harus pula dipahami bahwa upaya pemerataan pembangunan tidak akan terwujud dalam jangka waktu singkat. Namun begitu, upaya tersebut harus dimulai melalui upaya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia sebagai titik awal menuju Indonesia yang lebih merata. Tantangan lain dari suatu negara besar seperti Indonesia adalah penyediaan infrastruktur untuk mendukung aktivitas ekonomi. Infrastruktur itu sendiri memiliki spektrum yang sangat luas. Satu hal yang harus mendapatkan perhatian utama adalah infrastruktur yang mendorong konektivitas antar wilayah sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia. Penyediaan infrastruktur yang mendorong konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan

Hal 124 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

biaya logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, dan mempercepat gerak ekonomi. Termasuk dalam infrastruktur konektivitas ini adalah pembangunan jalur transportasi dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta seluruh regulasi dan aturan yang terkait dengannya. Kualitas sumber daya manusia juga masih menjadi tantangan Indonesia. Saat ini sekitar 50 persen tenaga kerja di Indonesia masih berpendidikan sekolah dasar dan hanya sekitar 8 persen yang berpendidikan diploma/sarjana. Kualitas sumber daya manusia ini sangat terkait dengan kualitas sarana pendidikan, kesehatan, dan akses ke infrastruktur dasar. Indonesia sedang menghadapi urbanisasi yang sangat cepat. Jika pada tahun 2010 sebanyak 53 persen penduduk Indonesia tinggal di kawasan perkotaan, maka BPS memprediksi bahwa pada tahun 2025 penduduk di kawasan perkotaan akan mencapai 65 persen. Implikasi langsung yang harus diantisipasi akibat urbanisasi adalah terjadinya peningkatan pada pola pergerakan, berubahnya pola konsumsi dan struktur produksi yang berdampak pada struktur

ketenagakerjaan, meningkatnya konflik penggunaan lahan, dan meningkatnya kebutuhan dukungan infrastruktur yang handal untuk mendukung distribusi barang dan jasa. Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga menghadapi tantangan akibat perubahan iklim global. Beberapa indikator perubahan iklim yang berdampak signifikan terhadap berlangsungnya kehidupan manusia adalah: kenaikan permukaan air laut, kenaikan temperatur udara, perubahan curah hujan, dan frekuensi perubahan iklim yang ekstrem. Demikian pula, pengaruh kombinasi peningkatan suhu rata-rata wilayah, tingkat presipitasi wilayah, intensitas kemarau/banjir, dan akses ke air bersih, menjadi tantangan bagi percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia.

Percepatan Transformasi Ekonomi melalui Not Business As Usual Dengan seluruh potensi dan tantangan yang telah diuraikan di atas, Indonesia membutuhkan percepatan transformasi ekonomi agar kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dapat diwujudkan lebih dini. Perwujudan itulah yang akan diupayakan melalui langkah-langkah percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia. Untuk itu dibutuhkan perubahan pola pikir (mindset) yang didasari oleh semangat Not Business As Usual.

Hal 125 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Perubahan pola pikir paling mendasar adalah pemahaman bahwa pembangunan ekonomi membutuhkan kolaborasi bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan Swasta (dalam semangat Indonesia Incorporated). Perlu dipahami juga kemampuan pemerintah melalui ABPN dan APBD dalam pembiayaan pembangunan sangat terbatas. Di sisi lain, semakin maju perekonomian suatu negara, maka semakin kecil pula proporsi anggaran pemerintah dalam pembangunan ekonomi. Dinamika ekonomi suatu negara pada akhirnya akan tergantung pada dunia usaha yang mencakup BUMN, BUMD, dan swasta domestik dan asing. Pemahaman tersebut harus direfleksikan dalam kebijakan Pemerintah. Regulasi yang ada seharusnya dapat mendorong partisipasi dunia usaha secara maksimal untuk membangun berbagai macam industri dan infrastruktur yang diperlukan. Karena itu percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia memerlukan evaluasi terhadap seluruh kerangka regulasi yang ada, dan kemudian langkah-langkah strategis diambil untuk merevisi dan merubah regulasi sehingga mendorong partisipasi maksimal yang sehat dari dunia usaha. Semangat Not Business As Usual juga harus terefleksi dalam elemen penting pembangunan, terutama penyediaan infrastruktur. Pola pikir masa lalu mengatakan bahwa infrastruktur harus dibangun menggunakan anggaran Pemerintah. Akibat anggaran Pemerintah yang terbatas, pola pikir tersebut berujung pada kesulitan memenuhi kebutuhan infrastruktur yang memadai bagi perekonomian yang berkembang pesat. Saat ini telah didorong pola pikir yang lebih maju dalam penyediaan infrastruktur melalui model kerjasama pemerintah dan swasta atau Public-Private Partnership (PPP). Namun demikian, untuk mempercepat implementasi MP3EI, perlu juga dikembangkan metode pembangunan infrastruktur sepenuhnya oleh dunia usaha yang dikaitkan dengan kegiatan produksi. Peran Pemerintah adalah menyediakan perangkat aturan dan regulasi yang memberi insentif bagi dunia usaha untuk membangun kegiatan produksi dan infrastruktur tersebut secara paripurna. Insentif tersebut dapat berupa kebijakan (sistem maupun tarif) pajak, bea masuk, aturan ketenagakerjaan, perizinan, pertanahan, dan lainnya, sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Perlakuan khusus diberikan agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Selanjutnya, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus membangun linkage semaksimal mungkin untuk mendorong pembangunan daerah sekitar pusat pertumbuhan ekonomi.

Hal 126 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia menetapkan sejumlah program utama dan kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus pengembangan strategi dan kebijakan. Prioritas ini merupakan hasil dari sejumlah kesepakatan yang dibangun bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan di dalam serial diskusi dan dialog yang sifatnya interaktif dan partisipatif. Berdasarkan kesepakatan tersebut, fokus dari pengembangan MP3EI ini diletakkan pada 8 program utama, yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama (Lihat Gambar berikut). Gambar 14 Kegiatan Ekonomi Utama

MP3EI Merupakan Bagian Integral Perencanaan Pembangunan Nasional Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun pemberlakuan
Hal 127 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi. Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yang berkenaan dengan perubahan iklim global. 4.2.5.4 Kebijakan Renstra Kementerian Pekerjaan Umum

A. VISI KEMENTERIAN PU Pembangunan infrastrukur pekerjaan umum diselenggarakan dalam rangka mencapai visi jangka panjang: Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025. Visi tersebut merupakan sebuah gambaran yang akan diwujudkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2025, dimana infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang terbangun telah memenuhi kualifikasi teknis sesuai perkembangan dan kemajuan teknologi serta beroperasi secara optimal seiring dengan tuntutan kualitas kehidupan masyarakat. Makna dari infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman yang andal merupakan perwujudan dari tingkat ketersediaan dan pelayanan bidang pekerjaan umum dan permukiman yang penjabarannya meliputi: 1. Kondisi dan fungsi sarana dan prasarana sumber daya air yang dapat memberikan pelayanan yang mendukung terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan; 2. Pelayanan jalan yang memenuhi standar pelayanan minimum yang mencakup aspek aksesibilitas (kemudahan pencapaian), mobilitas, kondisi jalan, keselamatan dan kecepatan tempuh rata-rata; 3. Pelayanan air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yaitu penyediaan air minum yang memenuhi standar baku mutu dan kesehatan manusia dan dalam jumlah yang memadai serta jaminan pengaliran 24 (dua puluh empat) jam per hari;

Hal 128 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

4. Pelayanan prasarana dan sarana sanitasi yang terpadu dan menggunakan metode yang ramah lingkungan serta sesuai standar teknis; 5. Bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan; 6. Penyusunan program dan pelaksanaan pembangunan semua infrastruktur PU dan permukiman yang andal tersebut berbasis penataan ruang; dan 7. Jasa konstruksi nasional yang berdaya saing dan mampu menyelenggarakan pekerjaan konstruksi yang lebih efektif dan efisien.

Kondisi dan kualitas pelayanan tersebut dibarengi dengan cakupan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang semakin luas, merata dan berkeadilan, sehingga tercipta kehidupan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan yang mencerminkan keadaan masyarakat yang semakin sejahtera. B. MISI KEMENTERIAN PU Berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian PU sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dan sejalan dengan tugas dan fungsi Kementerian PU, maka untuk mencapai Visi Kementerian PU Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025 , ditetapkan Misi Kementerian PU tahun 2010 2014, yaitu: 1. Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional dan daerah serta keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan. 2. Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA serta mengurangi resiko daya rusak air. 3. Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan jaringan jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan. 4. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif melalui pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur permukiman yang terpadu, andal dan berkelanjutan.
Hal 129 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

5. Menyelenggarakan industri konstruksi yang kompetitif dengan menjamin adanya keterpaduan pengelolaan sektor konstruksi, proses penyelenggaraan konstruksi yang baik dan menjadikan pelaku sektor konstruksi tumbuh dan berkembang. 6. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan serta Penerapan: IPTEK, norma, standar, pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung infrastruktur PU dan permukiman. 7. Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance. 8. Meminimalkan penyimpangan dan praktik-praktik KKN di lingkungan Kementerian PU dengan meningkatkan kualitas pemeriksaan dan pengawasan profesional.

C. TUJUAN KEMENTERIAN PU Sebagai penjabaran atas visi Kementerian PU, maka tujuan yang akan dicapai oleh Kementerian PU dalam periode lima tahun ke depan adalah: 1. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan infrastruktur PU dan permukiman, dan pengendalian pemanfaatan ruang bagi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim). 2. Meningkatkan keandalan sistem (jaringan) infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan pangan dan daya saing. 3. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (dasar) infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan perbatasan, dan penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah. 5. Optimalisasi peran (koordinasi, sistem informasi, data, SDM, kelembagaan dan administrasi) dan akuntabilitas kinerja aparatur untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman.

D. SASARAN KEMENTERIAN PU Sasaran Strategis Sasaran strategis Kementerian PU dalam periode 2010-2014 secara keseluruhan akan meliputi sasaran-sasaran sebagai berikut:
Hal 130 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

1. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam setiap penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) serta penerbitan Peraturan Presiden tentang RTR Pulau/Kepulauan dan peraturan pendukungnya berupa Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria NSPK bidang penataan ruang sesuai amanat RTRWN. 2. Meningkatnya ketersediaan air baku yang memadai (kuantitas, kualitas, dan kontinuitas) guna pemenuhan berbagai kebutuhan baik untuk pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum guna mendukung target MDGs 2015, maupun kebutuhan pertanian dalam rangka mempertahankan swasembada pangan serta kebutuhan sektor-sektor untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi melalui pembangun/peningkatan/rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bendungan, waduk/embung/bangunan penampung air lainnya serta prasarana penyediaan air baku, jaringan irigasi dan jaringan rawa. 3. Meningkatnya kualitas pengendalian banjir secara terpadu dari hulu ke hilir dalam satu wilayah dan perlindungan kawasan di sepanjang garis pantai dari bahaya abrasi. 4. Meningkatnya efisiensi sistem jaringan jalan di dalam sistem transportasi yang mendukung perekonomian nasional dan sosial masyarakat serta pengembangan wilayah melalui preservasi dan peningkatan kapasitas jalan lintas wilayah serta pembangunan Jalan Tol Trans Jawa. 5. Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan permukiman melalui pengembangan sistem jaringan penyediaan air minum untuk mendukung peningkatan tingkat pelayanan penduduk perkotaan dan penduduk perdesaan, serta meningkatnya pelayanan sanitasi sistem terpusat dan sistem berbasis masyarakat bagi penduduk perkotaan, meningkatnya sistem pengelolaan drainase untuk mendukung pengurangan luas genangan di perkotaan serta meningkatnya sistem pengelolaan persampahan untuk mendukung peningkatan tingkat pelayanan penduduk, dan meningkatnya kualitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, serta penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di perkotaan. 6. Meningkatnya kemampuan pemerintah daerah dan stakeholders jasa konstruksi serta masyarakat untuk mendukung tercapainya penguasaan pangsa pasar domestik oleh pelaku konstruksi nasional serta pengurangan jumlah dan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan akibat kegagalan konstruksi/bangunan melalui peningkatan sistem pembinaan teknis dan usaha jasa konstruksi.

Sasaran Rinci

Hal 131 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Adapun sasaran secara lebih rinci berdasarkan 5 (lima) tujuan Kementerian PU yang akan dicapai meliputi:

1.

Tujuan 1

Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan infrastruktur PU dan permukiman dan pengendalian pemanfaatan ruang bagi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim).

Sasaran 1. Meningkatnya pemahaman pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang sebagai acuan matra spasial bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan. 2. Terfasilitasinya perwujudan penataan ruang nasional melalui perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. 3. Terwujudnya penyelenggaraan penataan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan. 4. Tersedianya perangkat perundang-undangan bidang penataan ruang sebagai pedoman bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang. 5. Meningkatnya perencanaan penyelenggaraan jalan nasional secara berkelanjutan yang berbasis rencana tata ruang dan berwawasan lingkungan. 6. Tersusunnya NSPK bidang pengembangan permukiman. 7. Tersusunnya Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIK) di daerah. 8. Tersusunnya Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman (RPKP) di perkotaan dan perdesaan. 9. Terlaksananya pendampingan penyusunan rencana tindak penanganan kawasan kumuh di perkotaan. 10. Terlaksananya pembinaan kelembagaan (organisasi dan SDM) serta peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan permukiman.
Hal 132 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

11. Tersusunnya NSPK bidang penataan bangunan dan lingkungan . 12. Terlaksananya pendampingan penyusunan NSPK bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan oleh Pemda . 13. Terlaksananya pembinaan kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan (sosialisasi dan diklat). 14. Tersusunnya NSPK dalam pengembangan pengelolaan sanitasi lingkungan. 15. Terlaksananya pendampingan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang berkaitan dengan pengelolaan sanitasi lingkungan oleh Pemda. 16. Terlaksananya pembinaan kelembagaan (organisasi, SDM, peran masyarakat) dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelolaan sanitasi lingkungan. 17. Tersusunnya NSPK dalam pengembangan pengelolaan persampahan. 18. Terlaksananya pendampingan penyusunan SSK yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan. 19. Terlaksananya pembinaan kelembagaan (organisasi, SDM, peran masyarakat) dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelolaan persampahan. 20. Terlaksananya pengembangan NSPK bidang pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). 21. Terlaksananya Pendampingan Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum kabupaten/kota. 22. Meningkatnya kapasitas kelembagaan termasuk Sumber Daya Manusia dalam

pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). 23. Terlaksananya pembinaan dan pendampingan dalam rangka pembiayaan. 24. Terwujudnya adaptasi terhadap perubahan iklim. 25. Terpenuhinya pelayanan manajemen bidang permukiman. 26. Tersusunnya kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri dan pola investasi, data informasi serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman. 27. Bertambahnya pilihan teknologi PU siap pakai untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang (termasuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim). 28. Meningkatnya dukungan IPTEK siap pakai untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang (termasuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim). 29. Bertambahnya Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) untuk meningkatkan kualitas
Hal 133 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang (termasuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim). 30. Terselenggaranya layanan teknis untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan

pengendalian pemanfaatan ruang (termasuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim). 2. Tujuan 2 Meningkatkan keandalan sistem (jaringan) infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan pangan, dan daya saing.

Sasaran 1. Meningkatnya luas dan tingkat layanan jaringan irigasi dan rawa melalui pembangunan, peningkatan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan rawa. 2. Meningkatnya kuantitas dan kualitas penggunaan jalan melalui preservasi dan peningkatan kapasitas jalan. 3. Meningkatnya panjang jaringan jalan nasional dengan spesifikasi jalan bebas hambatan. 4. Meningkatnya kapasitas dan kinerja pembina jasa konstruksi Pusat dan daerah 5. Meningkatnya kapasitas kelembagaan, SDM, dan kebijakan pembina jasa konstruksi pusat dan daerah. 6. Terpenuhinya NSPK bidang jasa konstruksi. 7. Terlaksananya struktur usaha konstruksi yang kokoh, andal, dan berdaya saing tinggi. 8. Meningkatnya penyelesaian sengketa dan kasus hukum bidang jasa konstruksi. 9. Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas. 10. Meningkatnya kapasitas SDM penyedia/pengguna dan masyarakat jasa konstruksi. 11. Bertambahnya pilihan teknologi PU siap pakai untuk keandalan sistem jaringan infrastruktur PU dan permukiman. 12. Meningkatnya dukungan IPTEK siap pakai untuk keandalan sistem jaringan infrastruktur PU dan permukiman. 13. Bertambahnya Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) untuk keandalan sistem jaringan infrastruktur PU dan permukiman. 14. Terselenggaranya layanan teknis untuk meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur PU dan permukiman.

Hal 134 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

3. Tujuan 3 Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (dasar) bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sasaran

1. Meningkatnya ketersediaan air baku untuk kebutuhan pokok sehari-hari, perkotaan dan
industri.

2. Terwujudnya penataan kawasan permukiman kumuh di perkotaan. 3. Terlaksananya pembangunan infrastruktur kawasan-kawasan permukiman baru. 4. Terwujudnya penataan tertib pembangunan dan keselamatan bangunan dan lingkungan. 5. Terwujudnya penataan bangunan pada kawasan strategis, tradisional, bersejarah, dan ruang
terbuka hijau.

6. Terwujudnya pengembangan Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan


(PIP2B).

7. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat mandiri dan sejahtera. 8. Terwujudnya peningkatan pelayanan infrastruktur air limbah. 9. Terwujudnya peningkatan pelayanan infrastruktur drainase. 10. Terwujudnya peningkatan pelayanan infrastruktur persampahan. 11. Terwujudnya peningkatan pelayanan air minum terhadap Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) Perkotaan.

12. Terwujudnya peningkatan pelayanan air minum terhadap MBR Perdesaan. 13. Bertambahnya pilihan teknologi PU dan permukiman siap pakai untuk peningkatan kualitas
lingkungan permukiman dan cakupan layanan (dasar).

14. Meningkatnya dukungan IPTEK siap pakai untuk peningkatan kualitas lingkungan
permukiman dan cakupan layanan (dasar).

15. Bertambahnya NSPK untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan
layanan (dasar).

16. Terselenggaranya layanan teknis untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan
cakupan layanan (dasar).

4. Tujuan 4

Hal 135 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal, perbatasan, dan penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah. Sasaran 1. Meningkatnya kapasitas tampung sumber air melalui pembangunan, rehabilitasi, serta operasi dan pemeliharaan waduk, embung, situ, dan bangunan penampung air lainnya, serta terlindunginya kawasan sumber air. 2. Berkurangnya kawasan terkena dampak banjir melalui pembangunan, rehabilitasi, serta operasi dan pemeliharaan sarana/prasarana pengendali banjir. 3. Berkurangnya kawasan terkena dampak tanah longsor melalui pembangunan, rehabilitasi, serta operasi dan pemeliharaan sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen. 4. Terlindunginya garis pantai dari abrasi melalui pembangunan, rehabilitasi, dan pemeliharaan sarana/prasarana pengaman pantai. 5. Meningkatnya preservasi dan peningkatan kapasitas jalan dan jembatan di kawasan strategis dan wilayah tertinggal serta berfungsinya ruas jalan pasca bencana. 6. Terselenggaranya penanganan kawasan permukiman di kawasan rawan bencana (Sumatera Barat, dll). 7. Terselenggaranya pengembangan kawasankawasan potensial di perdesaan. 8. Terwujudnya penataan kawasan di daerah tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau kecil terluar. 9. Tersedianya Prasarana dan sarana air minum, air limbah, persampahan dan drainase pada lokasi pasca bencana/konflik sosial. 10. Bertambahnya pilihan teknologi PU dan permukiman siap pakai untuk percepatan kawasan strategis dan wilayah tertinggal. 11. Meningkatnya dukungan IPTEK siap pakai untuk percepatan pembangunan kawasan strategis dan wilayah tertinggal. 12. Bertambahnya NSPK untuk percepatan pembangunan kawasan strategis dan wilayah tertinggal. 13. Terselenggaranya layanan teknis dalam percepatan pembangunan kawasan strategis dan wilayah tertinggal.

5. Tujuan 5

Hal 136 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Optimalisasi peran (koordinasi, sistem informasi, data, SDM, kelembagaan dan administrasi) dan akuntabilitas kinerja aparatur untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan permukiman. Sasaran 1. Terwujudnya kelembagaan manajemen yang efektif, efisien, terpadu, dan konsisten.

2. Terlaksananya komunikasi dan koordinasi antar pengelola data SDA dan stakeholder. 3. Meningkatnya dukungan koordinasi, pengaturan, pembinaan serta pengawasan manajemen jalan dan fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah secara efektif dan efisien. 4. Meningkatnya keahlian dan sarana kelitbangan. 5. Menurunnya temuan hasil pemeriksaan dari temuan tahun lalu. 6. Meningkatnya jumlah pengaduan masyarakat yang dapat ditindaklanjuti sesuai prosedur dan hukum yang berlaku. 7. Tersedianya pedoman pengawasan (persampahan, limbah, drainase, audit perijinan tata bangunan dan jasa konstruksi dan audit manfaat dll). 8. Meningkatnya dokumen rancangan dan hasil evaluasi kebijakan dan peraturan perundangundangan bidang ke-PU-an dan permukiman yang dimanfaatkan. 9. Meningkatnya kualitas perencanaan pemograman, penganggaran, koordinasi program, pembinaan administrasi KLN serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program. 10. Meningkatnya kualitas organisasi dan tata laksana serta perencanaan SDM aparatur yang profesional dan berkompeten sesuai dengan jabatan dan bidang tugasnya. 11. Meningkatnya kualitas pengelolaan dan penerapan regulasi Barang Milik Negara (BMN) Kementerian PU serta meningkatnya ketersediaan dokumen hak/kepemilikan aset. 12. Meningkatnya kualitas pengelolaan data dan kemudahan akses untuk memperoleh informasi bidang pekerjaan umum secara elektronik. 13. Meningkatnya administrasi kegiatan pemerintahan dan pembangunan yang tertib dan pelayanan prasarana dan sarana Kementerian PU. 14. Meningkatnya kompetensi aparatur bidang PU dan permukiman melalui pendidikan dan pelatihan. 15. Meningkatnya kualitas penyusunan per-UU-an, intensitas dan kualitas bantuan hukum serta pengembangan sistem dokumentasi dan informasi. 16. Meningkatnya kemampuan pengelolaan keuangan yang transparan serta terfasilitasinya pembinaan pengusahaan BUMN/Perum.
Hal 137 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

17. Meningkatnya pendokumentasian dan penyebarluasan informasi bidang PU serta dukungan terhadap pimpinan dalam bentuk protokoler dan penyiapan laporan pimpinan.

4.2.5.5 Kebijakan Renstra Kementerian Perhubungan VISI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Visi Kementerian Perhubungan adalah Terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah. Pelayanan transportasi yang handal, diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi yang aman (security), selamat (safety), nyaman (comfortable), tepat waktu (punctuality), terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau seluruh pelosok tanah air serta mampu mendukung pembangunan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pelayanan transportasi yang berdaya saing diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi yang efisien, dengan harga terjangkau (affordability) oleh semua lapisan masyarakat, ramah lingkungan, berkelanjutan, dilayani oleh SDM yang profesional, mandiri dan produktif. Pelayanan transportasi yang memberikan nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan perhubungan yang mampu mendorong pertumbuhan produksi nasional melalui iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya peranserta masyarakat, usaha kecil, menengah dan koperasi, mengendalikan laju inflasi melalui kelancaran mobilitas orang dan distribusi barang ke seluruh pelosok tanah air, sehingga mampu memberikan kontribusi bagi percepatan pertumbuhan ekonomi nasional serta menciptakan lapangan kerja terutama pada sektor-sektor andalan yang mendapat manfaat dari kelancaran pelayanan transportasi. MISI Untuk mencapai visi tersebut, dirumuskan misi sebagai berikut:

Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi Dalam upaya mengurangi/menurunkan tingkat kecelakaan dari sektor transportasi ditengah kondisi keuangan negara yang masih diliputi krisis keuangan global, pemerintah terus berupaya

Hal 138 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

secara bertahap membenahi sistem keselamatan dan keamanan transportasi menuju kondisi zero to accident. Upaya yang dilakukan pemerintah tidak saja bertumpu kepada penyediaan fasilitas keselamatan dan keamanan namun peningkatan kualitas SDM transportasi, pembenahan regulasi di bidang keselamatan / keamanan maupun sosialisasi kepada para pemangku kepentingan.

Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah Kebutuhan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi yang perlu mendapatkan perhatian adalah aksesibilitas di kawasan pedesaan, kawasan pedalaman, kawasan tertinggal termasuk kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar yang masih menjadi tanggungjawab pemerintah.

Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi Dalam kondisi keuangan negara yang terimbas krisis keuangan dunia tentunya sangat berpengaruh terhadap kinerja pelayanan jasa transportasi karena masih terdapat beberapa operator yang memiliki keterbatasan kemampuan melakukan perawatan dan peremajaan armada, demikian pula pemerintah secara bertahap dengan dana yang terbatas melakukan rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur, sedangkan belum seluruh masyarakat pengguna jasa memiliki daya beli yang memadai. Untuk mendukung keberhasilan pembangunan nasional, perlu diupayakan peningkatan kinerja pelayanan jasa transportasi menuju kepada kondisi yang dapat memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat, sejalan dengan pemulihan pasca krisis keuangan global, melalui rehabilitasi dan perawatan sarana dan prasarana transportasi.

Melanjutkan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan, sumber daya manusia (SDM), dan penegakan hukum secara konsisten Sesuai dengan prinsip good governance melalui penerbitan 4 (empat) paket undang-undang di sektor transportasi telah dilaksanakan restrukturisasi dan reformasi dalam penyelenggaraan transportasi dengan pemisahan yang jelas antara peran pemerintah, swasta dan masyarakat. Restrukturisasi di bidang kelembagaan, menempatkan posisi Kementerian Perhubungan sebagai
Hal 139 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

regulator dan melimpahkan sebagian kewenangan di bidang perhubungan kepada daerah dalam bentuk dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan. Reformasi di bidang regulasi (regulatory reform) diarahkan kepada penghilangan restriksi yang memungkinkan swasta berperan secara penuh dalam penyelenggaraan jasa transportasi. Penegakan hukum dilakukan secara konsisten dengan melibatkan peranserta masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan jasa transportasi. Restrukturisasi dan reformasi di bidang SDM diarahkan kepada pembentukan kompetensi dan profesionalisme insan perhubungan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki wawasan global dengan tetap mempertahankan jatidirinya sebagai manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Mewujudkan

pengembangan

teknologi

transportasi

yang

ramah

lingkungan

untuk

mengantisipasi perubahan iklim. Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan jasa transportasi dititikberatkan kepada penambahan kapasitas sarana dan prasarana transportasi, perbaikan pelayanan melalui pengembangan dan penerapan teknologi transportasi yang ramah lingkungan sesuai dengan isu perubahan iklim (global warming) sejalan dengan perkembangan permintaan dan preferensi masyarakat. Dalam peningkatan kapasitas dan pelayanan jasa transportasi senantiasa berpedoman kepada prinsip pembangunan berkelanjutan yang dituangkan dalam rencana induk, pedoman teknis dan skema pendanaan yang ditetapkan.

TUJUAN Mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien yang didukung SDM transportasi yang berkompeten guna mendukung perwujudan Indonesia yang lebih sejahtera, sejalan dengan perwujudan Indonesia yang aman dan damai serta adil dan demokratis. Penyelenggaraan kegiatan transportasi yang efektif berkaitan dengan ketersediaan aksesibilitas, optimalisasi kapasitas, maksimalisasi kualitas serta keterjangkauan dalam pelayanan, sedangkan penyelenggaraan transportasi yang efisien berkaitan dengan kemampuan pengembangan dan penerapan teknologi transportasi serta peningkatan kualitas SDM transportasi yang berdampak kepada maksimalisasi dayaguna dan minimasi biaya yang menjadi beban masyarakat.
Hal 140 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

SASARAN Sasaran pembangunan transportasi nasional Tahun 2010-2014 adalah: 1. Meningkatnya keselamatan, keamanan, dan pelayanan sarana dan prasarana transportasi sesuai Standar Pelayanan Minimal; 2. Meningkatnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi guna mendorong pengembangan konektivitas antar wilayah; 3. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi untuk mengurangi backlog dan bottleneck kapasitas infrastruktur transportasi; 4. Peningkatan kualitas SDM dan melanjutkan restrukturisasi kelembagaan dan reformasi regulasi; 5. Meningkatkan pengembangan teknologi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim.

Sasaran pembangunan transportasi diwujudkan dalam sasaran sub sektor perhubungan sebagai berikut: Transportasi Darat Bidang Transportasi Jalan 1) Meningkatnya kondisi prasarana LLAJ terutama menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas dan muatan lebih di jalan sehingga dapat menurunkan kerugian ekonomi yang diakibatkannya. 2) Peningkatan kelaikan dan jumlah sarana LLAJ. 3) Menurunnya tingkat kecelakaan dan fatalitas kecelakaan lalu lintas di jalan serta meningkatnya kualitas pelayanan angkutan dalam hal ketertiban, keamanan dan kenyaman
Hal 141 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

transportasi jalan, terutama angkutan umum di perkotaan, pedesaan dan antarkota. 4) Meningkatnya keterpaduan antarmoda dan efisiensi dalam mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung perwujudan sistem transportasi nasional dan wilayah (lokal), serta terciptanya pola distribusi nasional. 5) Meningkatnya keterjangkauan pelayanan transportasi umum bagi masyarakat luas di perkotaan dan pedesaan serta dukungan pelayanan transportasi jalan perintis di wilayah terpencil untuk mendukung pengembangan wilayah. 6) Meningkatnya efektivitas regulasi dan kelembagaan transportasi jalan, melalui: a) Desentralisasi dan otonomi daerah, peningkatan koordinasi dan kerjasama antarlembaga dan antarpemerintah pusat dan daerah dalam pembinaan transportasi jalan, terutama untuk angkutan perkotaan, pedesaan dan antarkota dalam provinsi; b) Meningkatnya peran serta swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan transportasi jalan (angkutan perkotaan, pedesaan, dan antarkota); c) Memperjelas peran regulator, pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta BUMN dan BUMD dalam pelayanan transportasi publik. 7) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas yang baik, dan penanganan dampak polusi udara serta pengembangan teknologi sarana yang ramah lingkungan, terutama di wilayah perkotaan. 8) Meningkatnya SDM profesional dalam perencanaan pembinaan dan penyelenggaraan LLAJ. 9) Terwujudnya penyelenggaraan angkutan perkotaan yang efisien dengan berbasis masyarakat dan wilayah, andal dan ramah lingkungan serta terjangkau bagi masyarakat. Untuk itu perlu didukung perencanaan transportasi perkotaan yang terpadu dengan pengembangan wilayah dan mengantisipasi perkembangan permintaan pelayanan serta didukung oleh kesadaran dan kemampuan pemerintah daerah dan masyarakat.

Bidang Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan 1) Meningkatnya jumlah prasarana dermaga untuk meningkatkan jumlah lintas penyeberangan baru yang siap operasi maupun meningkatkan kapasitas lintas penyeberangan. 2) Meningkatnya kelaikan dan jumlah sarana pelayanan ASDP. 3) Meningkatnya keselamatan dan keamanan pelayanan ASDP. 4) Meningkatnya kelancaran dan jumlah penumpang, kendaraan dan penumpang yang diangkut, terutama meningkatnya kelancaran perpindahan antarmoda di dermaga
Hal 142 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

penyeberangan; serta meningkatkan pelayanan angkutan perintis. 5) Meningkatnya peran serta swasta dan pemerintah daerah dalam pembangunan dan pengelolaan ADSP, serta meningkatnya kinerja BUMN di bidang ASDP.

Bidang Transportasi Perkotaan 1) Mewujudkan tata cara dan konsep pembinaan transportasi perkotaan agar dapat dipahami seluruh pengguna jasa transportasi; 2) Meningkatnya partisipasi dan peranserta institusi terkait dalam penyelenggaraan transportasi perkotaan; 3) Meningkatnya kualitas penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan perkotaan; 4) Meningkatnya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan transportasi perkotaan berbasis angkutan massal; 5) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam peningkatan tertib lalu lintas; 6) Meningkatnya tertib lalu lintas dan keselamatan angkutan perkotaan; 7) Meningkatnya inovasi pengembangan dan teknologi transportasi perkotaan yang ramah lingkungan.

Bidang Keselamatan Transportasi Darat 1) Terwujudnya prioritas kebijakan keselamatan jalan; 2) Terwujudnya keselamatan bagi pengguna jalan dan pengguna ASDP; 3) Terwujudnya penyediaan fasilitas jalan yang aman guna mengurangi tingkat fatalitas kecelakaan; 4) Terwujudnya penyediaan kendaraan yang lebih aman; 5) Meningkatkan pelaksanaan sistem keselamatan dan manajemen keselamatan termasuk pelaksanaan mekanisme pengawasan; 6) Meningkatkan kerjasama dan kemitraan guna mengurangi tingkat kecelakaan transportasi darat.

Transportasi Perkeretaapian a. Terwujudnya peran Pemerintah sebagai regulator penyelenggara perkeretaapian;


Hal 143 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

b. Terwujudnya

partisipasi

Pemerintah

Daerah,

BUMN/BUMD

dan

swasta

dalam

penyelenggaraan perkeretaapian multioperator; c. Terwujudnya pemulihan fungsi dan keandalan prasarana dan sarana perkeretaapian; d. Terwujudnya perluasan jangkauan pelayanan perkeretaapian dengan keterpaduan intra dan antarmoda melalui pengembangan KA perkotaan/komuter dan pembangunan jalur KA baru termasuk jalur ganda dan jalur KA menuju pusatpusat industri, pelabuhan dan Bandar Udara; e. Terwujudnya program peningkatan keselamatan transportasi perkeretaapian; f. Terwujudnya peningkatan kinerja pelayanan angkutan KA baik penumpang dan barang yang berdaya saing; g. Terwujudnya dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan angkutan Kereta Api kelas ekonomi secara proporsional.

Transportasi laut Sasaran pembangunan transportasi laut sebagian besar terbagi dalam 2 (dua) aspek yaitu : a. Terwujudnya Peningkatan Pelayanan Transportasi Laut Nasional b. Terwujudnya Peningkatan Pembinaan Pengusahaan Transportasi Laut c. Terwujudnya Peningkatan Pelayanan Kepelabuhan Nasional d. Terwujudnya Peningkatan Pembinaan Pengusahaan Pelabuhan e. Terwujudnya Peningkatan keamanan di perairan Indonesia f. Terwujudnya Peningkatan Keselamatan Pelayaran Transportasi Laut

g. Terwujudnya Peningkatan pemeliharaan dan kualitas lingkungan hidup serta penghematan penggunaan energi di bidang transportasi laut. h. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia i. j. Terwujudnya Penyelenggaraan keperintisan Transportasi Laut Terwujudnya Peningkatan Kualitas Administrasi Negara di Sektor Transportasi Laut

Transportasi Udara a. Terciptanya kualitas dan profesionalisme SDM Ditjen Perhubungan Udara bertaraf internasional dan terbentuknya kelembagaan yang optimal dan efektif sehingga dapat mendukung terwujudnya penyelenggaraan transportasi udara yang andal dan berdaya saing;

Hal 144 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

b. Terwujudnya restrukturisasi kelembagaan dan reformasi peraturan pelaksanaan di bidang transportasi udara sebagai perwujudan amanah Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan sehingga memberikan peluang yang adil bagi masyarakat dan swasta untuk ikut berperan dalam penyelenggaraan transportasi udara sesuai dengan prinsipprinsip good governance; c. Terwujudnya fungsi sarana dan prasarana transportasi udara sesuai ketentuan sehingga dapat memberikan dukungan yang maksimal bagi perekonomian nasional yang berkelanjutan (sustainable growth); d. Tersedianya aksesibilitas pelayanan jasa transportasi udara di daerah perbatasan, terpencil dan rawan bencana; e. Tersedianya pelayanan jasa transportasi udara yang berkualitas, selamat, aman dan nyaman; f. Terwujudnya multi operator kebandarudaraan;

g. Terwujudnya flag carrier yang tangguh dan mampu bersaing di pasar internasional; h. Terwujudnya peningkatan pelayanan komersial atau charter sebagai pengganti 30 % pelayanan keperintisan; i. Terwujudnya peningkatan kelaikan armada dan instrumen keselamatan penerbangan serta penurunan tingkat kecelakaan dan musibah penerbangan; j. Terwujudnya persaingan usaha yang kompetitif didalam industri penerbangan nasional, yang menjamin kelangsungan usaha.

4.2.5.6 Kebijakan Renstra Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2010-2014 (Renstra KESDM) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM No 04 Tahun 2010 tanggal 27 Januari 2010 merupakan dokumen yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan sesuai tugas dan fungsi Kementerian ESDM berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2010-2014. Renstra KESDM dibuat setiap lima tahun sekali yang menjadi acuan perencanaan di seluruh unit lingkungan KESDM dan menjadi masukan bagi seluruh pemangku kepentingan sektor ESDM. Renstra KESDM terdiri dari 3 bagian utama yaitu: Pendahuluan memuat kondisi umum, peran, potensi dan permasalahan sektor ESDM; Visi, Misi, Tujuan memuat visi, misi, tujuan dan sasaran strategis; Arah Kebijakan dan Strategi memuat kebijakan dan strategi KESDM 5 tahun ke depan untuk mencapai visi pembangunan nasional.

Hal 145 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Secara umum sektor ESDM sedikitnya memiliki 8 peran penting dalam pembangunan nasional yaitu: sumber penerimaan negara pada tahun 2008 sebesar Rp 349 triliun sekitar 36% dari penerimaan nasional; penggerak pembangunan daerah melalui pemberian dana bagi hasil, pengembangan masyarakat, listrik pedesaan, Desa Mandiri Energi, dan penyediaan air bersih; investasi dengan nilai US$ 19,9 miliar tahun 2008; subsidi energi mendukung daya beli dan aktivitas perekonomian dengan subsidi BBM/LPG dan listrik; penyediaan energi dan bahan baku domestik optimasi produksi energi fosil (minyak bumi, gas bumi, batubara), pengembangan energi baru terbarukan (panas bumi, surya), serta pasokan mineral domestik; penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan sektor ESDM; neraca perdagangan ekspor komoditas migas, mineral dan batubara; faktor dominan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pergerakan saham perusahaan tambang di Bursa Efek Indonesia.

Potensi sektor ESDM mencakup sumber daya alam energi dan mineral yang dikandung oleh bumi Indonesia antara lain: energi fosil cadangan minyak bumi 8,2 miliar barel, gas bumi 170 TSCF, batubara 21 miliar ton; energi non fosil sumber daya panas bumi 28 GW, tenaga air 75 GW; mineral cadangan nikel 627 juta ton, tembaga 41 juta ton, bauksit 24 juta ton, emas 3 ribu ton, granit 13 juta meter kubik; potensi peningkatan efisiensi, nilai tambah dan konservasi efisiensi energi, pasar energi nasional, pengurangan emisi gas rumah kaca, peningkatan nilai tambah dan konservasi energi; sumber daya geologi 15 jalur mineralisasi, 128 cekungan sedimen, 421 cekungan air tanah, 25 sesar aktif, 129 gunung api aktif; sejumlah wilayah kars dan wilayah endapan kuarter berpotensi kebencanaan; dan potensi penelitian, pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia kemampuan teknologi di bidang energi, diversifikasi energi dan ekstensifikasi energi, konservasi, peningkatan nilai tambah, peningkatan kapasitas sumber daya di sektor ESDM. Tantangan permasalahan sektor ESDM diantaranya: bauran energi nasional masih didominasi oleh BBM, belum optimalnya pengembangan energi non fosil khususnya panas bumi, penurunan produksi minyak dan gas bumi nasional, belum optimalnya investasi pengembangan sektor ESDM, harga energi belum mencapai nilai keekonomiannya, pemanfaatan energi belum efisien, nilai tambah industri pertambangan dan local content rendah, belum optimalnya pelaksanaan prinsip good mining practices dan belum terungkapnya seluruh informasi geologi Indonesia.

Hal 146 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Visi Kementerian ESDM tahun 2010-2014 adalah: Terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi serta peningkatan nilai tambah energi dan mineral yang berwawasan lingkungan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Untuk mewujudkan visi ini, KESDM melaksanakan melalui misi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Meningkatkan keamanan pasokan energi dan mineral dalam negeri Meningkatkan aksesbilitas masyarakat pada energi, mineral dan informasi geologi Mendorong keekonomian harga energi dan mineral Meningkatkan kemampuan dalam negeri mengelola energi, mineral, dan geologi Meningkatkan nilai tambah energi dan mineral Meningkatkan pembinaan, pengelolaan dan pengendalian usaha energi dan mineral Meningkatkan kemampuan kelitbangan dan kediklatan ESDM Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sektor ESDM Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)

Sehingga dicapai tujuan dan sasaran strategis yaitu: terjaminnya pasokan energi dan bahan baku domestik, terwujudnya peningkatan investasi sektor ESDM, terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam penerimaan negara, terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah, terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan listrik, terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam peningkatan surplus neraca perdagangan dengan mengurangi impor, dan terwujudnya peningkatan efek berantai/ketenagakerjaan.

Arah kebijakan dan strategi nasional sesuai penugasan dalam RPJMN kepada KESDM pada 2 bidang fokus prioritas sebagai sasaran pembangunan yaitu : a. bidang sarana dan prasarana dan b. bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup. Fokus prioritas bidang sarana dan prasarana adalah mendukung peningkatan daya saing sektor riil dan meningkatkan kerjasama pemerintah dan swasta. Untuk fokus prioritas bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah peningkatan ketahanan dan kemandirian energi dan peningkatan pengelolaan sumber daya mineral dan pertambangan. Untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional, Kementerian ESDM memiliki kebijakan utama yaitu : 1. Menjamin keamanan pasokan energi melalui eksplorasi dan optimasi produksi

Hal 147 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

2. Melakukan pengaturan harga energi melalui alokasi subsidi kepada yang berhak 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui diversifikasi dan konservasi energi

Selain 3 kebijakan utama ini, KESDM memiliki 4 kebijakan lain untuk mendukung kebijakan utama yaitu: kebijakan domestic market obligation, peningkatan local content, peningkatan nilai tambah pertambangan, serta peningkatan investasi. Pelaksanaan kebijakan KESDM ini didukung oleh strategi yang diperinci pada masing-masing sub sektor di KESDM yaitu: sub sektor minyak dan gas bumi; sub sektor listrik dan pemanfaatan energi; dan sub sektor mineral batubara dan panas bumi.

4.2.5.7 Kebijakan Renstra Kementerian Komunikasi dan Informasi Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, masyarakat informasi Indonesia diproyeksikan terwujud pada periode jangka menengah ketiga, yaitu tahun 2015-2019. Penetapan sasaran ini didasarkan pada kenyataan bahwa kemampuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan memanfaatkan informasi mutlak dimiliki oleh suatu bangsa tidak saja untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa tersebut, tetapi juga untuk meningkatkan taraf dan kualitas hidup masyarakatnya. Untuk mencapai sasaran tersebut, ketersediaan infrastruktur informasi yang memadai, baik jumlah akses, kapasitas, kualitas maupun jangkauan, merupakan persyaratan utama dan harus dimanfaatkan secara optimal, bukan saja sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai alat yang menghasilkan peluang ekonomi dan kesejahteraan.

Untuk mencapai sasaran tersebut, sesuai dengan Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, pembangunan pos dan telematika tahun 2004-2009 difokuskan kepada tiga agenda utama, yaitu : (1) Reformasi sektor yang bertujuan untuk menciptakan efisiensi dalam penyelenggaraan pos dan telematika, kompetisi level playing field, dan iklim investasi yang kondusif; (2) Pengembangan infrastruktur pos, telekomunikasi, media, informatika yang bertujuan untuk menyediakan infrastruktur dan layanan yang berkualitas di seluruh wilayah Indonesia termasuk wilayah non komersial dalam rangka memperkecil kesenjangan digital (digital divide) dan menjamin kelancaran arus informasi; serta

Hal 148 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

(3) Pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang bertujuan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang lebih transparan dan efisien, meningkatkan eliterasi dan kemampuan industri dalam negeri dalam memanfaatkan dan mengembangkan aplikasi TIK, serta mewujudkan keabsahan, keamanan, dan perlindungan hukum dalam pemanfaatan TIK.

Beberapa pergeseran yang dicermati dan dipertimbangkan dalam penyusunan Renstra 2010-2014 Bidang Komunikasi dan informatika adalah sebagai berikut: 1) Lisensi yang bergeser dari lisensi yang berbeda untuk penyelenggaraan telekomunikasi, internet, penyiaran menjadi satu macam lisensi gabungan yang dapat dipergunakan untuk bermacam-macam penyelenggaraan. 2) Pemisahan secara vertikal per sektor bergeser menjadi pemisahan secara horisontal antara infrastruktur, layanan, aplikasi dan konten. Demikian juga tentang perlunya pemisahan antara sumber daya dan penyelenggaraan. 3) Ekslusivitas sumber daya dan infrastruktur menjadi pemakaian bersama sumber daya dan infrastruktur. 4) Tarif layanan yang bebasis jarak dan waktu menjadi berbasis volume konten dan kualitas. 5) Arah komunikasi dari satu menjadi banyak arah (jaringan) dan semua elemen masyarakat turut berpartisipasi sebagai penyedia dan pengguna informasi. 6) Konten yang bebas tanpa campur tangan pemerintah menjadi yang aman dan bertanggung jawab melalui pemberdayaan masyarakat dalam pengawasannya. 7) Pasar yang bergeser dari bebas menjadi terlindungi untuk memberi kesempatan pada pemain domestik. 8) Hak warganegara atas informasi yang telah dijamin dalam UUD 1945 serta hak atas informasi publik yang telah dijamin dalam UU Keterbukaan Informasi Publik. 9) Pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat belum optimal, karena media massa lebih dominan menyajikan konten hiburan, sementara jalur birokrasi untuk penyampaian informasi belum terkoordinasi dengan baik, baik antar lembaga pemerintah pusat maupun antar pemerintah daerah (hubungan pusat dan daerah) dalam informasi. 10) Kecenderungan positif terjadi yaitu berkembangnya citizen journalism, dimana anggota masyarakat berperan melaporkan peristiwa yang terjadi disekitarnya. 11) Dominasi kepentingan bisnis mempengaruhi media massa dan aktifitas komunikasi lainnya, sehingga menjadikan informasi sebagai komoditas material yang akan mendangkalkan
Hal 149 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

rasionalitas, kepekaan, harmonisasi, keserasian yang akhirnya tidak mendukung masyarakat yang aman, damai, sejahtera dan bersatu.

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang diemban, serta dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2010-2014, maka Visi Kementerian Komunikasi dan Informatika yaitu sebagai berikut : Terwujudnya Indonesia Informatif menuju masyarakat sejahtera melalui pemban gunan kominfo berkelanjutan, yang merakyat dan ramah lingkungan, dalam kerangka NKRI

Makna yang terkandung dalam rumusan Visi Kementerian Komunikasi dan Informatika tersebut di atas yaitu: (1) Terwujudnya Indonesia Informatif, adalah suatu karakteristik bangsa yang bercirikan antara lain sudah menyadari, memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan serta menyebarkan informasi, dan menjadikan informasi sebagai nilai tambah dalam peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. (2) Masyarakat sejahtera, adalah keadaan sentosa dan makmur, selamat, mampu menghadapi segala macam gangguan. Sentosa mengandung arti berada dalam keadaan aman dan tenteram, sedangkan makmur dapat diartikan sebagai keadaan serba berkecukupan atau tidak berkekurangan. Jadi sejahtera tidak hanya memiliki dimensi fisik atau materi tetapi juga dimensi rohani. (3) Pembangunan kominfo berkelanjutan, adalah pembangunan komunikasi dan informatika yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan untuk menciptakan keseimbangan kebutuhan masyarakat pengguna. (4) Pembangunan kominfo yang merakyat adalah ketepatan sasaran pembangunan kominfo kepada masyarakat pengguna dan keterjangkauan masyarakat untuk mendapatkan, memanfaatkan, mengolah dan mengakses informasi sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi sekaligus mewujudkan daya saing bangsa. (5) Pembangunan kominfo yang ramah lingkungan adalah penyelenggaraan pembangunan bidang komunikasi dan informatika secara terintegrasi yang didukung oleh konvergensi teknologi informasi dan komunikasi yang ramah lingkungan (6) NKRI, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuk negara yang menjadi citacita bersama dan harus diupayakan dengan sungguh-sungguh.

Hal 150 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Terkait visi di atas, maka misi Kementerian Komunikasi dan Informatika meliputi: (1) Meningkatkan kecukupan informasi masyarakat dengan karakteristik komunikasi lancar dan informasi benar menuju terbentuknya Indonesia informatif dalam kerangka NKRI; (2) Mewujudkan birokrasi layanan komunikasi dan informatika yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi; (3) Mendorong peningkatan tayangan dan informasi edukatif untuk mendukung pembangunan karakter bangsa; (4) Mengembangkan sistem kominfo yang berbasis kemampuan lokal yang berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan; (5) Memperjuangkan kepentingan nasional kominfo dalam sistem pasar global.

Dalam rangka pencapaian visi dan misi pembaunanbidakomunikasi dan informatika, maka tujuan yang akan di capai dalam kurun waktu 2010-2014, sebagai berikut: A. Bidang Infrastruktur Informasi dan Komunikasi (1) Tersedianya akses komunikasi dan informatika yang merata di seluruh Indonesia (mengecilnya kesenjangan digital) dengan indikator dampak dan target pencapaian pada tahun 2014: jumlah provinsi yang memiliki indeks kesiapan kompetisi ( competition readiness index) baik, yaitu sekurang-kurangnya 49 persen dari total jumlah provinsi di seluruh Indonesia mempunyai indeks tinggi dan sekurang-kurangnya 51 persen dengan indeks menengah. (2) Tersedianya sarana, prasarana, dan layanan komunikasi dan informatika di seluruh desa, daerah perbatasan negara, pulau terluar, daerah terpencil, dan wilayah non komersial lain untuk mengurangi daerah blank spot dengan indikator dampak dan target pencapaian pada tahun 2014: (a) jangkauan layanan pos universal mencapai 100 persen di wilayah PSO; (b) jangkauan layanan akses telekomunikasi universal dan internet mencapai 100 persen di Wilayah Pelayanan Umum Telekomunikasi (USO); serta (c) jangkauan siaran TVRI dan RRI terhadap populasi masing-masing mencapai 88 persen dan 90 persen. (3) Tersedianya akses dan layanan komunikasi dan informatika yang modern dengan indikator dampak dan target pencapaian pada tahun 2014: (a) tingkat penetrasi pengguna internet sekurang-kurangnya 50 persen; (b) tingkat penetrasi pengguna layanan broadband sekurang-kurangnya 30 persen; (c) tingkat penetrasi siaran TV digital terhadap populasi 35 persen; (d) jaringan backbone telekomunikasi yang

Hal 151 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

menghubungkan antarpulau besar mencapai 100 persen; serta (e) jumlah ibukota kabupaten/kota yang terhubung/terintegrasi ke dalam jaringan backbone serat optik nasional Palapa Ring mencapai sekurang-kurangnya 60 persen dari total ibukota kabupaten/kota, termasuk ibukota kab/kota di wilayah timur Indonesia yang harus selesai sebelum tahun 2013. (4) Tersedianya layanan akses informasi dan komunikasi di wilayah non komersial dengan indikator dan dampat target capaian tahun 2014 : (a) desa yang dilayani akses internet mencapai 80 %; (b) Ibukota kabupaten/kota yang terhubung secara broadband mencapai 75%; (c) Ibukota provinsi yang memiliki national internet exchange mencapai 100% dengan catatan pelaksanaannya memenuhi kelayakan operasional ;(d) Ibu kota provinsi yang memiliki international internet exchange mencapai mencapai 100% yang terdiri dari 4 Ibukota provinsi, untuk ibukota propvinsi yang lain, akan dibangun sesuai dengan kelayakan operasional; (5) Kebijakan, regulasi, rencana pemanfaatan dan rekayasa sumber daya spektrum frekuensi radio, dengn indikator dan target capaian tahun 2014 : (a) penetapan pita frekuensi radio dan pemanfaatan slot orbit satelit mencapai 95%; (b) ketersediaan spektrum frekuensi radio untuk mendukung siaran TV Digital mencapai 50% wilayah jangkauan yang meliputi populasi. Terkait dengan ini akan digunakan band frekuensi yang layak secara teknis dan ekonomis (bukan di frekuensi 108 MHz yang diperuntukkan untuk penerbangan), sedangkan target disesuaikan dengan program digitalisasi; (6) Kebijakan, regulasi, rencana optimalisasi sumber daya spektrum dan non spektrum, dengan indikator dan target capaian tahun 2014 : (a) tingkat utilitas pemanfaatan spektrum frekuaensi radio mencapai 70% (target capaian 100% sangat terpengaruh oleh pemanfaatan Spektrum Radio yang sangat tergantung pada nilai ekonomis dari suatu wilayah dan ketertarikan investor); (b) pengelolaan sumber daya pos, penomoran telekomunikasi dan alamat IP mencapai 100%; (c) pengembangan sarana dan prasarana perizinan mencapai 100%; (d) pelayanan spektrum frekuensi yang diproses tepat waktu mencapai 95 % (target 100% dapat tercapai apabila tidak terkendala oleh tingkat kehandalan perangkat/mesin). (7) Kebijakan, regulasi, perijinan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan pos, dengan indikator dan target capaian tahun 2014 antara lain : (a) verifikasi terhadap pelaksanaan PSO Pos mencapai 100%; (b) pencapaian terhadap kuantitas dan kualitas

Hal 152 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

layanan pos diharapkan akan mencapai 90% (target 100% dapat tercapai jika tidak terkendala oleh faktor eksternal : iklim/cuaca dan tranportasi); (8) Kebijakan, regulasi, perijinan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan telekomunikasi, dengan indikator dan target capaian tahun 2014 antara lain : (a) penetapan regulasi teknis infrastruktur menuju era konvegensi mecapai 100 %, dengan jumlah paket disesuaikan dengan kebutuhan; (b) kualitas penyelenggaraan

telekomunikasi dan pemanfaatan aplikasi teknologi telekomunikasi, informasi dan komunikasi mencapai 90% (pada praktek untuk mencapai target 100% sulit, namun demikian telah disiapkan instrumen denda bagi penyelenggara yang tidak patuh); (c) kepastian hukum berdasarkan prinsip keadilan dan transparansi bagi pelaku industri telekomunikasi diharapkan akan mencapai 100%; (d) penyusunan dan pembahasan ICT Fund dan optimalisasi pemanfaatan PNBP, akan selesai 100%; (9) Kebijakan, regulasi, perijinan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas

penyelenggaraan penyiaran, dengan indikator dan target capaian tahun 2014 antara lain: (a) pembaharuan kebijakan regulasi dan kelembagaan akibat adanya digitalisasi dan perkembangan industri mencapai 100%; (b) ketepatan penyelesaian layanan perijinan mencapai 90% (target 100% dapat tercapai apabila didukung oleh mekanisme perijinan yang melibatkan beberapa instansi, dapat berjalan dengan baik); (c) penyusunan Grand Strategy dan Road Map Penyelenggaraan Penyiaran, mencapai 100%; (10) Kebijakan, regulasi, bimbingan teknis, dan evaluasi sertifikasi sistem elektronik, jasa aplikasi dan konten, dengan indikator dan capaian target tahun 2014 antara lain : (a) penyelenggara layanan sistem elektronik telah dapat disertifikasi 80% (target 100% terkendala oleh pesatnya perkembangan teknologi dan layanan elektronik); (b) sistem informasi pekerja migran akan mencapai 24 paket beserta operasional dan pemeliharaan; (11) Kebijakan, regulasi, standar, sertifikasi, interoperabilitas perangkat pos, telekomunikasi dan penyiaran, dengan indikator dan capaian tahun 2014 antara lain: peningkatan interoperabilitas pada layanan perangkat, aplikasi dan konten mencapai 90% (tingkat kesulitan untuk mencapai target 100% cukup tinggi, karena berkembangnya keberagaman perangkat yang digunakan); (12) Tercapainya tingkat e-literasi masyarakat Indonesia menjadi 50 persen pada tahun 2014. (13) Tersedianya informasi dan layanan publik yang dapat diakses secara online dengan indikator dampak dan target pencapaian pada tahun 2014: (a) nilai rata-rata eHal 153 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

government instansi pemerintah sekurang-kurangnya menjadi baik (3,4 dari keseluruhan dimensi yang dinilai, yaitu kebijakan, kelembagaan, sarana dan prasarana, aplikasi dan perencanaan berdasarkan penilaian yang dilakukan secara berkala); (b) jumlah aparatur pemerintah yang paham TIK sekurang-kurangnya menjadi 80 persen dari total aparatur pemerintah; (c) prosentase jumlah e-provinsi yang merupakan muara sistem elektronik kabupaten/kota di masing-masing provinsi mencapai 100 persen; serta (d) tersedianya layanan publik yang dapat diakses secara online sekurang-kurangnya untuk layanan kependudukan (e-citizen), perizinan (e-licensing), dan pengadaan (e-procurement). (14) Berkembangnya industri (manufaktur) penunjang TIK dengan indikator dampak dan target pencapaian pada tahun 2014: (a) prosentase alat dan perangkat telekomunikasi yang memenuhi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) mencapai 30 persen; (b) prosentase jumlah penyelenggara telekomunikasi yang memenuhi ketentuan TKDN untuk belanja modal dan belanja operasional mencapai 40 persen; dan (c) prosentase TKDN set top box TV digital sekurang-kurangnya mencapai 30 persen.

B. Bidang Komunikasi dan Informasi (1) Pengelolaan, penyebaran dan pemerataan informasi publik yang beragam dan berkualitas yang bersifat mendidik, mencerahkan masyarakat dalam kerangka NKRI, dengan indikator dan capaian target tahun 2014 antara lain : (a) penguatan media center di provinsi/kabupaten kota untuk 15 media center; (b) aktivitas penyebaran informasi publik langsung kepada masyarakat mencapai 80 %; (2) Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kemitraan dalam penyebaran informasi publik, dengan indikator dan capaian targettahun 2014 antara lain : (a) peningkatan peran organisasi kemasyarakatan sebagai penyebar informasi (Kelompok Informasi MasyarakatKIM, media tradisional, dan media komunitas) di wilayah perbatasan yang dilaksanakan tepat waktu mencapai 80%; (b) fasilitasi penyebaran informasi publik melalui media kemasyarakatan yang tepat waktu dan akuntabel mencapai 90%; (3) Penyediaan dan peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi sebagai agen penyedia, pengelola dan penyebar infomasi publik, dengan indikator dan capaian target tahun 2014 antara lain : (a) pelaksanaan bimbingan teknik CIO untuk 2500 orang peserta; (b) pelaksanaan bimbingan teknis Budaya Dokumentasi dalam rangka mendukung pelaksanaan UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, mencapai 2500 orang; (c) pelaksanaan program pemberian bea siswa bidang komunikasi dan
Hal 154 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

informasi untuk 1398 mahasiswa; (d) peningkatan standar kompetensi kerja bidang komunikasi dan informasi sejumlah 40 paket; dan (e) sertifikasi SDM komunikasi dan informasi mencapai 4980 orang

Hal 155 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

4.2.6

Metodologi Pelaksanaan Kerja

3.1.6.1 Metode Pendekatan Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan langkahlangkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatar belakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Dalam penyusunan RPI2JM ini, perlu disusun langkah-langkah yang tersistematis agar mendapatkan hasil sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, Metodologi yang digunakan dalam proses Penyusunan RPI2JM Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba disesuaikan dengan ruang lingkup dan Output yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan Kerja. Adapun diagram alir langkah-langkah dalam penyelesaian pekerjaan penyempurnaan dan penyepakatan Rencana Pembanguna Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Hal 114 dari 154

Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Gambar 15 Metodologi Pekerjaan Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Kawasan Danau Toba

1
1.2

2
2012. Draf Arahan Spasial (Tahap 1) 855 Program BBK ___Progam DT

1.4
___ Program BBK

2.2

2012. Draf Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Tahap 2) 390 Program BBK ___ Program DT

2.4
___ Program BBK ___ Program DT

Kegiatan FGD/Konsultasi Publik

Kegiatan Koordinasi/Forum Diskusi

Kegiatan Konsensus/Penyepakatan RPIIJM BBK & DT

Kegiatan Sosialisasi di Daerah

___ Progam DT

Materi Draf Sempurna RPIIJM BBK & DT

Materi

Materi

1.3

2013. Sespa RPIIJM Verifikasi substansi Process


Kawasan yang didorong Kawasan yg dikendalikan


Process
Sintesis Prioritas Program Infrastruktur

Provinsi KEPRI

5.5

2.3
Infrastruktur Pendukung

2013. Sespa RPIIJM Verifikasi substansi

Draf Sempurna RPIIJM BBK & DT

5.6
RPIIJM BBK &DT

5.7
Provinsi SUMUT

3
3.2
Draf Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Tahap 3)

4
4.2
Draf Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Tahap 4)

Peserta/Pemateri KEMEN PU KEMEN HUB E S E L O N 1

Peserta forum Kemen PU KemenHub Kominfo KemESDM Provinsi SUMUT Provinsi KEPRI E S E L O N 1

Peserta konsensus Kemen PU KemenHub Kominfo KemESDM Provinsi SUMUT Provinsi KEPRI E S E L O N 1

Kegiatan Pendampingan/ implementasi

Persiapan
Pemahaman terhadap KAK Penyiapan metodologi/pendekatan Mobilisasi tenaga ahli Penyusunan rencana kerja

3.4
1510 Program BBK ____ Program BBK BBK. Matrik Sinkronisasi Fungsi 652 x 652 (total) BBK. Matrik Sinkronisasi Lokasi 878 x 803 (total) BBK. Matrik Sinkronisasi Waktu 591 x 247 (total)

4.4
BBK. Matrik Sinkronisasi Fungsi ___ x ___ (total) BBK. Matrik Sinkronisasi Lokasi ___ x ___ (total) BBK. Matrik Sinkronisasi Waktu ___ x ___ (total)

KEMEN KOMINFO KEMEN ESDM Provinsi SUMUT Provinsi KEPRI

___

Program DT

____ Program DT

3.3
2013. Sespa RPIIJM Verifikasi substansi

Process
Integrasi arahan spasial dan program prioritas infrastruktur

DT. Matrik Sinkronisasi Fungsi ___ x ___ (total) DT. Matrik Sinkronisasi Lokasi ___ x ___ (total) DT. Matrik Sinkronisasi Waktu ___ x ___ (total)

5
5.2
Draf Pembiayaan Penganggaranan Pembangunan (Tahap 5) BBK. 560 Program (total)

4.3
2013. Sespa RPIIJM Verifikasi substansi

DT. Matrik Sinkronisasi Fungsi ___ x ___ (total) DT. Matrik Sinkronisasi Lokasi ___ x ___ (total) DT. Matrik Sinkronisasi Waktu ___ x ___ (total)

Keluaran

Keluaran

Keluaran

5.6
Masukan/ Perbaikan Draf Sempurna RPIIJM BBK & DT Merging/Integrasi program K/L dalam KSN BBK & DT RPIIJM BBK & DT

5.7

Process
Sinkronisasi Fungsi Sinkronisasi Lokasi Sinkronisasi Waktu

5.8 KONSENSUS/ PENANDATANGANAN DOKUMEN RPIIJM BBK & DT


LEAFLET RPIIJM BBK & DT 5.9 PROCEEDING KEGIATAN (CD) 5.10

5.4
BBK. ___ Program (total)

5.5
Draf Sempurna RPIIJM BBK & DT

DT. _____ Program (total)

DT. _____ Program (total)

Keterangan :

5.3
2013. Sespa RPIIJM Verifikasi substansi Process
Volume program Sumber pembiayaan Alternative budget sources Penanggungjawab

Telah dilakukan, 2012 Belum dilakukan, 2013 Perubahan verifikasi Checklist telah dilakukan oleh konsultan, 2013

Alur pembacaan proses verfikasi:

(5.5) adalah draf RPIIJM BBK & DT hasil verfikasi konsultan pelaksana; (5.6) adalah draf RPIIJM BBK & DT hasil konsultasi publik peranan K/L pada KSN BBK & DT hingga 2019 (5.7) adalah draf RPIIJM BBK & DT hasil koordinasi/forum diskusi integrasi program K/L pada KSN BBK & DT hingga 2019 (5.8), (5.9), (5.10) adalah hasil keluaran yang diharapkan oleh pemberi kerja.

3
2
LAPORAN PENDAHULUAN Bulan 1 Bulan 3

4
LAPORAN ANTARA Bulan 5

5
Bulan 7

6
LAPORAN AKHIR Bulan 8

PERSIAPAN

PENYEMPURNAAN DRAF RPIIJM BATAM BINTAN KARIMUN & DANAU TOBA 2012

PENYEPAKATAN RPIIJM BATAM BINTAN KARIMUN & DANAU TOBA 2012

Hal 115 dari 154

Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Gambar 16 Metodologi Verifikasi Substansi Draf RPIIJM


1.1
INPUT PROCESS OUTPUT RTR Kawasan Danau Toba. RTR Kawasan Batam-BintanKarimun. RTRW Nasional. RTR Pulau Sumatera. RTRW Provinsi Sumatera Utara. RTRW Provinsi Kepulauan Riau. RTRW Kabupaten di KSN Danau Toba (Karo, Simalungun, Dairi, Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Phakpak Barat). RTRW Kota Batam, RTRW Kota Tanjungpinang, RTRW Karimun, RTRW Bintan. Arahan spasial pengembangan wilayah kawasan danau toba, terdiri atas kawasan yang di dorong dan kawasan yang dikendalikan serta infrastruktur pendukung 2 kawasan. Arahan spasial pengembangan kawasan batam bintan karimun, terdiri atas kawasan yang di dorong dan kawasan yang dikendalikan serta infrastruktur pendukung 2 kawasan.

Penyusunan Matrik Arahan Spasial. Proses tumpang tindih (superimpose) peta.

Keterangan : 1 s/d 6 Tahap n.1 Tahap n.2 Tahap n.3 Tahap n.4 Tanda Checklist Tanda silang = Tahap penyusunan RPIIJM = Tahap proses analisis = Hasil analisis = Verifikasi konsultan = Hasil verifikasi konsultan = Sudah dilakukan pada tahun 2012 = belum dilakukan

1
Arahan Spasial Rencana Terpadu 2012. Draf Arahan Spasial (Tahap 1) 855 Program BBK ___Progam DT ___Program BBK

3
Sinkronisasi Program

4
4.2 5.2
Draf Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Tahap 4)

Identifikasi Sumber Pembiayaan Pembangunan

5
6.2 5.4

Pelaksanaan Pembangunan

6
6.4
Inisiasi/Konsensus/ Penyepakatan RPIIJM BBK

1.2

1.4

3.2
Draf Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Tahap 3)


Process

___Progam DT

Draf Pembiayaan Penganggaranan Pembangunan (Tahap 5)

Draf Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan (Tahap 6)

3.4
1510 Program BBK Hasil Verifikasi ___Program DT ____ Program DT ____ Program BBK BBK. Matrik Sinkronisasi Fungsi 652 x 652 (total) BBK. Matrik Sinkronisasi Lokasi 878 x 803 (total) BBK. Matrik Sinkronisasi Waktu 591 x 247 (total)

4.4
BBK. Matrik Sinkronisasi Fungsi ___ x ___ (total) BBK. Matrik Sinkronisasi Lokasi ___ x ___ (total) BBK. Matrik Sinkronisasi Waktu ___ x ___ (total) BBK. 560 Program (total) BBK. ___ Program (total)

1.3

2013. Sespa RPIIJM Verifikasi substansi

Inisiasi RPIIJM BBK. Belum dilakukan

Prioritas Program Infrastruktur Nasional|Kabupaten|Kota

2
2.4

3.3
2013. Sespa RPIIJM Verifikasi substansi

DT. ___Program (total)

DT. ___Program (total)

Inisiasi RPIIJM DT. Belum dilakukan

Process

Hasil Verifikasi

2.2

2012. Draf Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Tahap 2) 390 Program BBK ___ Program DT ___Program BBK ___ Program DT

DT. Matrik Sinkronisasi Fungsi ___ x ___ (total) DT. Matrik Sinkronisasi Lokasi ___ x ___ (total) DT. Matrik Sinkronisasi Waktu ___ x ___ (total)

4.3
2013. Sespa RPIIJM Verifikasi substansi


Process

DT. Matrik Sinkronisasi Fungsi ___ x ___ (total) DT. Matrik Sinkronisasi Lokasi ___ x ___ (total) DT. Matrik Sinkronisasi Waktu ___ x ___ (total)

5.3
2013. Sespa RPIIJM Verifikasi substansi Process Hasil Verifikasi

Inisiasi/Konsensus/ Penyepakatan RPIIJM DT

6.3
2013. Sespa RPIIJM Verifikasi substansi Process Hasil Verifikasi


Process Hasil Verifikasi

Hasil Verifikasi

2.3 2.1

2013. Sespa RPIIJM Verifikasi substansi

3.1
PROCESS OUTPUT INPUT PROCESS OUTPUT

4.1
INPUT PROCESS OUTPUT

5.1
INPUT PROCESS OUTPUT

6.1
INPUT PROCESS OUTPUT

INPUT

RPJP/RPJM Nasional RENSTRA DEPHUB RENSTRA KOMINFO RENSTRA KEMENPU RENSTRA ESDM Master Plan E3EI RPJPD/RPJMD Provinsi SUMUT RPJPD/RPJMD Provinsi KEPRI RPJPD/RPJMD 8 Kabupaten SUMUT yang masuk dalam KSN Danau Toba RPJPD/RPJMD 2 Kota, 3 Kabupaten di Provinsi KEPRI, yang masuk dalam KSN BBK RENSTRA SKPD (Infrastruktur) 8 Kabupaten yang masuk dalam KSN Danau Toba RENSTRA SKPD (Infrastruktur) Kab/ Kota yang masuk dalam KSN BBK

Arahan Spasial Pengembang an Wilayah Kawasan Danau Toba (Output Tahap I), dan Arahan Spasial Pengembang an Wilayah Kawasan Kawasan BBK (Output Tahap I). Prioritas Program Pembanguna n Infrastruktur Kaw. Danau Toba (Output Tahap II), dan Prioritas Program Pembanguna n Infrastruktur Kaw. BBK (Output Tahap II).


Rencana Terpadu dan Program/ Kegiatan Terpadu Pembanguna n Infrastruktur Kawasan Danau Toba, dan

Matrik program investasi pembangunan infrastruktur yang sInkron dan alternatif sumber dan pola pembiayaan (APBN, APBD, Badan Usaha, Masyarakat dan Sharing/ Kerjasama Pendanaan) Kawasan Danau Toba Matrik program investasi pembangunan infrastruktur yang sInkron dan alternatif sumber dan pola pembiayaan (APBN, APBD, Badan Usaha, Masyarakat dan Sharing/ Kerjasama Pendanaan) Kawasan

Program investasi pembanguna n infrastruktur yang sinkron baik dari aspek fungsi, lokasi dan waktu kawasan Danau Toba, dan

Program Investasi Pembangunan Infrastruktur yang Sinkron (Output dari Tahap IV) Kawasan Danau Toba, dan Program Investasi Pembangunan Infrastruktur yang Sinkron (Output dari Tahap IV) Kawasan Batam Bintan Karimun. Perpres No. 13/2010, tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera UU No. 17/ 2003 Tentang Keuangan Negara

Penyusunan matriks program prioritas pembangunan infrastruktur dengan metode invetarisasi dan integrasi/penggabungan fokus prioritas program pembangunan infrastruktur

Sintesis prioritas program pembangunan infrastruktur kawasan Danau Toba, dan Sintesis prioritas program pembangunan infrastruktur kawasan BatamBintan-Karimun

Pendampinga n dalam sistem penganggaran . Monitoring dan evaluasi. Pemberian tanda Non RPI2-JM terhadap program/ kegiatan yg tidak tercantum dalam RPI2JM.

Rencana terpadu program investasi pembangunan infrastruktur di Kawasan Danau Toba (Output tahap III), dan Rencana terpadu program investasi pembangunan infrastruktur di Kawasan Batam Bintan Karimun (Output tahap III)

Identifikasi Kemampuan Anggaran Pemerintah/ Pemda Analisis Demand and Supply Penyusunan Matriks (Tabel) Pembiayaan Penganggaran Pembangunan

Penyusunan matriks integrasi arahan spasial dengan prioritas program pembangunan infrastruktur menjadi Rencana Terpadu

Rencana Terpadu dan Program/ Kegiatan Terpadu Pembanguna n Infrastruktur Kawasan BBK

Penyerasian program investasi pembangunan infrastruktur dengan metode penyusunan matriks sinkronisasi fungsi, sinkronisasi lokasi dan sinkronisasi waktu

Alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program investasi pembangunan infrastruktur yg bersumber dari:

Program investasi pembanguna n infrastruktur yang sinkron baik dari aspek fungsi, lokasi dan waktu kawasan Batam BIntan Karimun

APBN APBD Badan Usaha Masyarakat dan Sharing

Prioritas pembangunan infrastruktur yg masuk dalam sistem penganggaran nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota (Renja Pemerintah/DIPA. Renja Pemda/DASK TA n+1, dan Rencana Kerja Bersama (swasta) dalam Dokumen Formal dan Mengikat).

Hal 116 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

A. Metode Analisis 1) Tumpang Tindih (Superimpose) Peta Sebelum melakukan tumpang tindih peta maka perlu penyeragaman skala peta yaitu 1:50.000 (satu berbanding lima puluh ribu). Metode Superimpose (Tumpang Tindih Peta) dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Pembuatan Peta Dasar. Pembuatan Peta Dasar skala 1:50.000 sesuai dengan tingkat kedalaman dari Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 2) Pembuatan Peta Tematik untuk RTR Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. Layer-layer yang ada pada Peta SHP RTR Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK selanjutnya dibuat menjadi 4 (empat) peta tematik yaitu: (1) Peta Kawasan LindungBudidaya; (2) Peta Sistem Jaringan Infrastruktur (Transportasi, Telekomunikasi, Energi Kelistrikan); (3) Peta Sistem Jaringan Sumber Daya Air; serta (4) Peta Sistem Jaringan Infrastruktur Perkotaan dan Perdesaan. Pada dasarnya jumlah peta tematik yang disajikan disesuaikan agar masing-masing komponen ruang terlihat dengan jelas. 3) Peta Rencana Struktur Ruang dan Peta Rencana Pola Ruang dalam RTRWN. Peta Rencana Struktur Ruang dan Peta Rencana Pola Ruang yang ada dalam RTRWN selanjutnya dilakukan tumpang tindih dengan peta RTR Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK (hal ini tentunya setelah dilakukan penyesuaian skala peta). Hal ini terkait dengan RTRWN sebagai arahan pokok (cantolan/acuan) penyusunan RTR KSN. 4) Peta Rencana Struktur Ruang dan Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Sumatera Utara dan RTRW Provinsi Kepualauan Riau. Peta Rencana Struktur Ruang dan Peta Rencana Pola Ruang yang ada pada RTRW Provinsi selanjutnya dilakukan tumpang tindih dengan Peta Rencana Struktur Ruang dan Peta Rencana Pola Ruang yang ada pada RTR Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. Hal ini untuk melihat kesesuaiannya dengan RTR Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 5) Peta Rencana Struktur Ruang dan Peta Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten/Kota dalam lingkup Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. Dengan cara yang sama dengan Peta Rencana Struktur Ruang dan Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi, Peta Rencana Struktur Ruang dan Peta Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten/Kota dilakukan tumpang tindih dengan Peta Rencana Struktur Ruang dan Peta Rencana Pola Ruang RTR Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. Hal ini juga untuk

Hal 117 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

melihat kesesuaiannya dengan Peta Rencana Struktur Ruang dan Peta Rencana Pola Ruang yang ada pada RTR Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. Dengan skala yang sama, maka dapat dilakukan tumpang tindih peta sehingga dapat dihasilkan arahan spasial pengembangan wlayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. Untuk jelasnya lihat gambar berikut. Gambar 17 Diagram Metode Superimpose Untuk Menghasilkan Peta Arahan Spasial Pengembangan Wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK

2) Analisis Keputusan dengan Kriteria Majemuk Proses analisis kebijakan membutuhkan adanya kriteria sebelum memutuskan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Kriteria menunjukan definisi masalah dalam bentuk yang konkret dan kadang-kadang dianggap sebagai sasaran yang akan dicapai (Sawiki, 1992). Analisis atas kriteria penilaian dilakukan untuk memperoleh seperangkat standar pengukuran, untuk kemudian dijadikan sebagai alat dalam membandingkan berbagai alternatif. Pada saat pembuatan kriteria, pengambilan keputusan harus mencoba untuk menggambarkan dalam bentuk kuantifikasi jika hal ini memungkinkan . hal itu karena akan selalu ada beberapa faktor yang tidak dapat dikuantifikasikan yang juga tidak dapat diabaikan, sehingga mengakibatkan semakin sulitnya membuat perbandingan. Kenyataan bahwa kriteria yang tidak biasa dikuantifikasikan itu sukar untuk diperkirakan dan diperbandingkan hendaknya tidak menyebabkan pengambil keputusan untuk tidak menggunakan kriteria tersebut, karena kriteria ini dapat saja relevan dengan masalah utama di dalam setiap analisis. Beberapa kriteria yang
Hal 118 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

kemungkinan sangat penting, tetapi sulit dikuantifikasi, adalah seperti faktor-faktor sosial (seperti gangguan lingkungan), estetika, keadilan, faktor-faktor politis, serta kelayakan pelaksanaan. Akan tetapi, jika suatu kriteria dapat dikuantifikasi tanpa merubah pengertiannya, maka hal ini harus dilakukan. Salah satu sifat dari kriteria yang disusun dengan baik adalah relevansinya dengan masalahmasalah kunci yang ada. Setiap kriteria harus menjawab satu pertanyaan penting mengenai seberapa baik suatu alternatif akan dapat memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi. Keputusan akhir mengharuskan pengambil keputusan untuk memperkirakan bagaimana perbandingan suatu alternatif dengan alternatif lainnya dalam kondisi-kondisi yang akan dihadapi dimasa yang akan datang. Kriteria digunakan untuk membandingkan dampak yang diperkirakan akan muncul dari setiap alternatif yang ada, dan bukan dampak yang terjadi sekarang, dan mengurutkannya sesuai yang dikehendaki. Sebagian alternatif terurut dengan baik dalam beberapa kriteria, tetapi tidak terlalu baik dalam kriteria lainnya. Harus diingat bahwa kriteria dan arti pentingnya akan menentukan hasil evaluasi terutama jika diproses pembandingan benar-benar dikuantifikasi dan terstruktur. Sementara, aturan main ini ditetapkan lebih lanjut untuk memperkecil kecerobohan. Mengulang kembali proses pemilihan kriteria guna mendeteksi kalau-kalau ada beberapa faktor penting yang telah terlewatkan atau beberapa kriteria saling tumpang tindih adalah sangat bermanfaat. Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap persoalan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Lengkap, sehingga dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan tersebut. Suatu set kriteria disebut lengkap apabila set ini menunjukan seberapa jauh seluruh tujuan dapat dicapai. 2. Operasional, sehingga dapat dipergunakan dalam analisis. Sifat operasional ini mencakup beberapa pengertian, antara lain adalah bahwa kumpulan kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga ia dapat benar-benar menghayati implikasinya terhadap alternatif yang ada. Selain itu, jika tujuan pengambilan keputusan ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk meyakinkan pihak lain, maka kumpulan kriteria ini haru dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi. Operasional ini juga mencakup sifat yang dapat diukur. Pada dasarnya sifat dapat diukur ini adalah untuk: a. Memperoleh distribusi kemungkinan dari tingkat pencapaian kriteria yang mugkin diperoleh (untuk keputusan ketidakpastian). b. Mengungkapkan preferensi pengambil keputusan atas pencapaian kriteria.

Hal 119 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

3. Tidak berlebihan, sehingga menghindarkan perhitungan berulang. Dalam menentukan set kriteria, jangan sampai terdapat kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. 4. Minimum, agar lebih mengkomprehensifkan persoalan. Dalam menentukan sejumlah kriteria perlu sedapat mungkin mengusahakan agar jumlah kriterianya sedikit mungkin. Karena semakin banyak kriteria maka semakin sukar pula untuk dapat menghayati persoalan dengan baik, dan jumlah perhitungan yang diperlukan dalam analisis akan meningkat dengan cepat.

Melalui analisis pengambilan keputusan kriteria majemuk, setiap hubungan preferensi antar alternatif dibandingkan hasilnya antara, lebih disukainya suatu alternatif (P-prefer) dan tidak berbeda (I- indifferent), dan tidak dapat dibandingkan (R Incomparability). Untuk menghadapi pengambilan keputusan kriteria majemuk maka konsep dasar pemilihan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Dominasi. Bila kriteria penilaian dituliskan sebagai ( X 1, X2, X3, , Xn), maka alternatif a disebut mendominasi alternatif b jika dan hanya jika : X i (a) Xi (b) untuk setiap i = 1, 2, 3, , n Sedangkan paling sedikit satu Xi (a) > Xi (b) Jika terdapat suatu alternatif yang mendominasi alternatif lain, maka dengan mudah dipilih alternatif terbaik. Akan tetapi, keadaan ini jarang ditemui dalam dunia nyata. Yang paling sering terjadi adalah bahwa satu alternatif memiliki nilai yang lebih baik untuk beberapa kriteria, tetapi lebih buruk pada beberapa kriteria lainnya.

2. Leksiografi. Cara pemilihan dengan cara ini adalah sebagai berikut : Alternatif a akan lebih disukai dari pada alternatif b, jika a. Xi (a) > Xi (b), atau b. Xi (a) = Xi (b), i = 1 ,2, 3, ,k; Xk+1 (a) > Xk+1 (b) untuk beberapa k = 1, 2, 3, , n-1. Dengan kata lain , alternatif a lebih disukai dari b, semata mata karena untuk kriteria pertama ( Xi ), alternatif a mempunyai nilai yang lebih baik dari alternatif b, tanpa memperhatikan bagaimana baik buruknya nilai pada kriteria lain. Baru apabila alternatif a dan b sama baiknya, maka X2 digunakan sebagai pembanding; dan seterusnya.

Hal 120 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Kekurangan metode ini adalah bahwa bila satu alternatif telah mempunyai nilai terbaik pada X1, maka alternatif tersebutlah yang dipilih, tanpa memperhatikan bagaimana nilai alternatif tersebut pada kriteria lainnya, padahal mungkin amat jelek.

3. Tingkat Aspirasi Untuk melakukan pemilihan diantara beberapa alternatif, dapat pula ditentukan tingkat aspirasi yang harus dicapai oleh alternatif tersebut. Akan tetapi, pada situasi lain, mungkin akan diperoleh bahwa tidak ada satu alternatif yang dapat memenuhi seluruh tingkat aspirasi yang ditentukan. Atau sebaliknya, setelah seleksi masih terdapat beberapa alternatif yang memenuhi, sehingga cara ini tidak menjamin diperolehnya suatu alternatif terbaik.

Bila terdapat beberapa kriteria penilaian, proses pemilihan bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan, meskipun dalam pemilihan tersebut tidak terdapat unsur ketidakpastian. Kesulitan ini disebabkan karena pada umumnya antara satu kriteria dengan kriteria lainnya bersifat saling bertentangan. Yang jadi persoalan adalah seberapa jauh kita bersedia melakukan pertukaran antara kriteria yang saling bertentangan tersebut. Bila kriteria penilaiannya lebih dari dua, prosedur pertukaran harus dilakukan secara bertahap sepasang demi sepasang. Dan bila prosesnya terlampau panjang maka akan timbul kebosanan, ketidaksabaran, dan yang paling merugikan adalah timbulnya ketidakkonsistenan didalam prosesnya. Hal-hal inilah yang menyebabkan prosedur pertukaran hanya dapat diterapkan untuk persoalan dengan jumlah kriteria dan alternatif yang sedikit.

3) Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Untuk mengukur kemampuan kemampuan keuangan daerah kabupaten Sumbawa dalam meningkatkan keuangan daerah digunakan dua pengukuran yaitu : Berdasarkan Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) (Depdagri dan Fisip UGM, 1991) :. PPAD = PAD / TPD x 100 % Keterangan : PPAD = Peranan Pendapatan Asli Daerah PAD = Pendapatan Asli Daerah TPD = Total Penerimaan Daerah

Berdasarkan Indeks Kemampuan Rutin (IKR) (Tumilar,1997:15) :


Hal 121 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

IKR = PAD / Pengeluaran Rutin x 100 % Keterangan : IKR = Indeks Kemampuan Rutin PAD = Pendapatan Asli Daerah

Hal 122 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

KOVER BAB 5, SENGAJA DIKOSONGKAN

Hal 123 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

BAB V RENCANA KERJA DAN MOBILISASI


5.1 Program Kerja Sesuai metodologi yang diusulkan, pekerjaan ini dimulai dengan penyempurnaan dan diakhiri dengan penyempurnaan. tahap persiapan,

a. Tahap Persiapan Pekerjaan pada tahap persiapan mencakup beberapa kegiatan yang harus diselesaikan dalam waktu 1 (satu) bulan. Pekerjaan ini dilaksanakan sebelum tim menyempurnakan draf RPI2JM dan penyepakatan di tingkat kementerian dan di daerah, Tahap persiapan ini meliputi pendalaman metodologi dengan pemahaman terhadap pekerjaan, membuat rencana dan strategi dalam pelaksanaan kerja, Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung serta membuat job desk yang sesuai dengan bidangnya. Dalam kurun waktu tersebut, konsultan juga harus menyiapkan Laporan Pendahuluan yang diserahkan pada akhir minggu ke-4 yang dilanjutkan dengan pembahasan sesuai dengan jadwal yang disepakati dengan Pemberi Kerja.

b. Tahap Penyempurnaan Draf RPI2JM Tahap ini berisikan tahapan dalam penyempurnaan draf RPI2JM yang termasuk didalamnya adalah evaluasi terhadap substansi /muatan RPI2JM Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba yang telah disusun sebelumnya, konsultasi publik dengan melakukan FGD di tingkat kementerian pusat dan di daerah guna menghasilkan masukandan saran dalam penyempurnaan RPI2JM ini. Tahap evaluasi terhadap substansi RPI2JM Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba meliputi: 1. Tahap 1 Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut.

Hal 124 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

a. Mengidentifikasitujuan,

kebijakan,

strategi/strategi

operasional

dan

sasaran

spasial/kewilayahan (Materi Pokok) Pengembangan Kawasan Danau Toba dan BBK jangka menengah. b. Mengidentifikasitujuan, kebijakan, strategi dan sasaran kewilayahan dalam RTRWN sebagai arahan pokok/cantolan dalam pengembangan Kawasan Danau Toba dan BBK jangka menengah di Kawasan Danau Toba dan BBK. c. Mengidentifikasitujuan, kebijakan, strategi dan sasaran kewilayahan RTRW Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kepulauan Riau di Kawasan Danau Toba atau BBK. d. Mengidentifikasitujuan, kebijakan, strategi dan sasaran kewilayahan RTRW

Kabupaten/Kota terkait jangka menengah di Kawasan Danau Toba atau BBK. e. Penyusunan Matriks Integrasi Arahan Spasial Pengembangan Wilayah Kawasan Danau Toba dan BBK jangka menengah. f. Melakukan superimpose (tumpang tindih) peta di Kawasan Danau Toba dan BBK.

2.

Tahap 2 Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut. a. Inventarisasi dan integrasi/penggabungan fokus program prioritas pembangunan infrastruktur dan target pelayanannya. b. Sintesis program prioritas pembangunan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. c. Penyusunan matriks Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur.

3.

Tahap 3 Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut. a. Integrasi antara arahan spasial dengan program prioritas pembangunan infrastruktur antarsektor di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. b. c. Penyusunan matriks rencana terpadu. Pembahasan/forum/rapat koordinasi antarsektor tentang Rencana Terpadu Kawasan Danau Toba dan BBK, untuk menyepakati Rencana Terpadu

pembangunan infrastruktur. d. Pembuatan Peta Rencana Terpadu Kawasan Danau Toba dan BBK skala 1:50.000.

Hal 125 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

4.

Tahap 4 Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut. a. Penyerasian (sinkronisasi) program investasi pembangunan infrastruktur ditinjau dari aspek: (1) fungsi; (2) lokasi; (3) waktu pelaksanaan; dan (4) anggaran, sesuai tahapan/skala prioritas pengembangan wilayah. b. Penyusunan matriks sinkronisasi fungsi, lokasi dan waktu antarkegiatan/program infrastruktur prioritas. c. Sinkronisasi antarsektor Pemerintah, antarsektor Pusat dengan Daerah, antara Pemerintah, Pemda, dan masyarakat/dunia usaha, melalui berbagai forum dan rapat kordinasi untuk menyepakati rencana program investasi pembangunan infrastruktur. d. Pembuatan/Digitasi Peta Sinkronisasi.

5.

Tahap 5 penyusunan Sumber Pembiayaan Penganggaran Pembangunan Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut. a. Identifikasi ketersediaan/kemampuan anggaran Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. b. analisis demand dan supply pembiayaan pembangunan infrastruktur dengan melihat kemungkinan kemitraan dengan badan usaha dan masyarakat termasuk pendayagunaan sumber daya luar negeri. c. Penyusunan matriks pembiayaan program pembangunan infrastruktur.

6.

Tahap 6 Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut. a. Arahan pendampingan dalam sistem penganggaran pemerintah dan pembiayaan dengan swasta; b. Arahan monitoring dan evaluasi terhadap konsistensi pelaksanaan program prioritas pembangunan infrastruktur berupa alokasi terhadap program/kegiatan (K/L) dengan komitmen terhadap RPI2-JM; Arahan untuk mengetahui program/kegiatan yang tidak sesuai antara dokumen RPI2-JM yang disusun dengan yang di dalam dokumen usulan anggaran (pemberian tanda non-RPI2-

Hal 126 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

JM), yang menunjukkan bahwa program tersebut belum direkomendasikan bersama (forum MUSRENBANG).

c. Tahap Penyepakatan RPI2JM Tahap penyepakatan RPI2JM ini merupakan tahapan setelah Draf RPI2JM sudah sempurna dan siap untuk dikoordinasikan dan diseminarkan di kemeterian pusat dan SKPD di daerah yang terdiri dari SKPD setingkat kabupaten/kota sampai dengan provinsi di Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Sumatera Barat Adapun dalam tahap penyepakatan RPI2JM ini meliputi: 1. Koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga, Cipta Karya dan Sumberdaya Air) 2. 3. 4. 5. Koordinasi dengan Kementerian Perhubungan Koordinasi dengan Kementerian komunikasi dan Informasi Koordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Seminar di daerah dengan SKPD tingkat kabupaten/kota sampai dengan SKPD Provinsi di Medan (Provinsi Sumatera Utara) dan Tanjung pinang (Provinsi Kepulauan Riau) Kesepakatan rpi2-jm untuk pembangunan infrastruktur kawasan batam, bintan, karimun dan kawasan danau toba yang ditandatangan oleh Gubernur Kepulauan Riau (BBK) dan Gubernur Sumatera Utara (Danau Toba) serta tanda tangan Menteri Pekerjaan Umum/Kepala Bappenas.

5.2 Organisasi Kerja Untuk menangani Pekerjaan Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba diperlukan organisasi yang didukung oleh personil yang handal. Dalam organisasi dapat dilihat dengan jelas garis instruksi diantara personil dalam melaksanakan pekerjaan ini. Dengan demikian ada kejelasan mengenai tugas dan tanggungjawab serta komunikasi melaksanakan pekerjaan ini. Dengan pengorganisasian yang baik, maka pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Hal 127 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Untuk melaksanakan pekerjaan ini perlu disiapkan satu tim yang berpengalaman dan sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Dengan demikian masing-masing personil mempunyai tugas dan tanggungjawab serta jalur komunikasi yang jelas dalam pelaksanaan pekerjaan. Disamping itu akan memudahkan koordinasi dengan instansi yang berkaitan dalam pekerjaan ini sesuai dengan tugas dan bidangnya.

Gambar 18 Struktur Organisasi Pekerjaan

Hal 128 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

5.3 Komposisi dan Penugasan Adapun tim kerja yang dibentuk oleh konsultan, merupakan pengerahan beberapa tenaga ahli, yang dapat dilihat dalam Tabel vii.1. Keterlibatan tenaga ahli dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan sesuai tahapan pelaksanaan pekerjaan, dengan tidak mengabaikan kesinambungan antara tahapan pelaksanaan pekerjaan tersebut. secara fungsional dapat langsung berhubungan dengan pemberi tugas dalam rangka penyelesaian pekerjaan tersebut. Tim kerja/tenaga ahli terdiri dari 10 (sepuluh) orang tenaga ahli yang berpengalaman dan 2 tenaga penunjang. Tabel 1 Posisi dan Kualifikasi Tenaga Ahli Kualifikasi (berisi pendidikan, pengalaman, keahlian/tugas dalam pekerjaan) Minimal S2 Perencanaan Wilayah dan Kota. Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman kerja profesional dibidangnya sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun. Minimal S-1 teknik lingkungan Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaan wilayah prasarana perkotaan minimal 3 (tiga) tahun. Jumlah Orang Bulan

Posisi Tenaga Ahli Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (Ketua Tim)

Ahli Prasarana Permukiman

Ahli Perencanaan Transportasi

Minimal S-1 Teknik Sipil Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaan jalan dan jembatan minilam 3 (tiga) tahun. Minimal S-1 Teknik Sipil Pengairan Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang pengelolaan sumberdaya air minimal 3 (tiga) tahun. Minimal S-1 Teknik Elektro Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaaan ketenagalistrikan minimal 3 (tiga) tahun.

Ahli Pengelolaan Sumberdaya Air

Ahli Perencana Ketenagalistrikan

Hal 129 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Posisi

Kualifikasi (berisi pendidikan, pengalaman, keahlian/tugas dalam pekerjaan) Minimal S-1 Teknik Elektro Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaan telekomunikasi minimal 3 (tiga) tahun. Minimal S-1 geografi/geodesi Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang perpetaan GIS minimal 3 (tiga) tahun. Minimal S-1 bidang ekonomi pembangunan Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di bidang pembiayaan pembangunan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun. Minimal S-1 bidang perencanaan wilayah dan kota. Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman kerja profesional dibidangnya sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun Minimal S-1 bidang geografi/geodesi. Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman kerja profesional dibidangnya sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun

Jumlah Orang Bulan

Ahli Perencanaan Telekomunikasi

Ahli GIS

Ahli Ekonomi Pembangunan/ Wilayah

Asisten Ahli Perencana

21

Asisten Ahli GIS

16

Tenaga Penunjang Sekretaris sarjana muda (D-3)/ SMA sederajat. mampu mengoperasikan komputer menunjang kegiatan. sarjana muda (D-3)/ SMA sederajat. mampu mengoperasikan komputer menunjang kegiatan. untuk dapat 8

Operator Komputer

untuk

dapat

Hal 130 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Tabel 2 Komposisi Tim dan Penugasan Tenaga Ahli

Lingkup Keahlian Ir. Ni Made Esti Nurmani, MT

Lingkup Keahlian Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Posisi Diusulkan Team Leader

Uraian Pekerjaan Menyusun Organisasi Kerja Tim secara keseluruhan; Mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan terhadap semua hal yang berhubungan dengan kelancaran pekerjaan; Mengkoordinasikan hubungan kerja antar organisasi kerja sesuai tugas masing-masing dengan semua unsur proyek dan instansi terkait; Membuat laporan mengenai data-data yang didapat serta menganalisa untuk mendapatkan Output, guna penyusunan buku laporan pada setiap tahap kegiatan. Bertanggung jawab terhadap kelancaran dan pelaksanaan pekerjaan; Bertanggung jawab terhadap semua produk yang dihasilkan dari segi kualitas dan lain-lain sesuai target waktu yang tersedia. Membantu Ketua Tim Pelaksanaan Pekerjaan yang dimobilisasi oleh Perusahaan dalam layanan jasa konsultasi Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba Berkoordinasi dengan seluruh anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai. Membantu TL dalam upaya mengkaji terkait dengan infrastruktur prasarana permukiman Membantu Ketua Tim Pelaksanaan Pekerjaan yang
Hal 131 dari 154

Jumlah OB 8

Isyulianto, ST

Teknik Lingkungan

Ahli Prasarana Permukiman

Saka Madyagu Teknik Sipil Budisga, ST, MT

Tenaga Ahli Perencanaan

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Lingkup Keahlian

Lingkup Keahlian

Posisi Diusulkan Transportasi

Uraian Pekerjaan dimobilisasi oleh Perusahaan dalam layanan jasa konsultasi Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba Berkoordinasi dengan seluruh anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai. Membantu TL dalam upaya mengkaji yang terkait dengan infrastruktur transportasi Membantu Ketua Tim Pelaksanaan Pekerjaan yang dimobilisasi oleh Perusahaan dalam layanan jasa konsultasi Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba Berkoordinasi dengan seluruh anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai. Membantu TL dalam upaya mengkaji yang terkait dengan infrastruktur Sumberdaya Air Membantu Ketua Tim Pelaksanaan Pekerjaan yang dimobilisasi oleh Perusahaan dalam layanan jasa konsultasi Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba Berkoordinasi dengan seluruh anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai. Membantu TL dalam upaya mengkaji yang terkait dengan infrastruktur transportasi Membantu Ketua Tim Pelaksanaan Pekerjaan yang dimobilisasi oleh Perusahaan
Hal 132 dari 154

Jumlah OB

Ir. Hotma Sitohang, MT

Teknik Sipil Pengairan

Tenaga Ahli Pengelolaan Sumberdaya Air

Tri Ongko Priyono, ST

Teknik Elektro

Tenaga Ahli Perencana Ketenagalistrikan

Hedi Budiman, ST

Teknik Elektro

Tenaga Ahli Perencanaan Telekomunikasi

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Lingkup Keahlian

Lingkup Keahlian

Posisi Diusulkan

Uraian Pekerjaan dalam layanan jasa konsultasi Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba Berkoordinasi dengan seluruh anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai. Membantu TL dalam upaya mengkaji terkait dengan infrastruktur prasarana telekomunikasi Membantu Ketua Tim Pelaksanaan Pekerjaan yang dimobilisasi oleh Perusahaan dalam layanan jasa konsultasi Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba Berkoordinasi dengan seluruh anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai. Membantu TL dalam membuat peta indikasi program RPI2JM dari mulai tahap 1 sampai dengan tahap 5 dan dalam tahap inisiasi program pembangunan infrastruktur Membantu Ketua Tim Pelaksanaan Pekerjaan yang dimobilisasi oleh Perusahaan dalam layanan jasa konsultasi Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba Berkoordinasi dengan seluruh anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai. Membantu TL dalam upaya mengkaji alternatif sumbersumber pembiayaan
Hal 133 dari 154

Jumlah OB

Drs. Bambang Marhendra Djaja

Geografi/Geodesi

Tenaga Ahli GIS

Ardin Saifuddin Haryono, SE

Ekonomi Pembangunan

Tenaga Ahli Ekonomi Pembangunan/Wilayah

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

Lingkup Keahlian Harris Maulana Aonadin, ST; Tiar Pandapotan Poerba, ST; Rusli M. Tang, ST

Lingkup Keahlian Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Posisi Diusulkan Asisten Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota

Uraian Pekerjaan Membantu Ketua Tim Pelaksanaan Pekerjaan yang dimobilisasi oleh Perusahaan dalam layanan jasa konsultasi Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba Berkoordinasi dengan seluruh anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai. Membantu TL dalam upaya terkati dengan arahan spasial dan perencanaan wilayah dan kota Membantu Ketua Tim Pelaksanaan Pekerjaan yang dimobilisasi oleh Perusahaan dalam layanan jasa konsultasi Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba Berkoordinasi dengan seluruh anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai. Membantu TL dalam membuat peta indikasi program RPI2JM dari mulai tahap 1 sampai dengan tahap 5 dan dalam tahap inisiasi program pembangunan infrastruktur

Jumlah OB 21

Yulia Karahmatika, S.Pd, M.Pd; Abdul Rosyid, S.Si

Geografi/Geodesi

Asistens Tenaga Ahli GIS

16

Hal 134 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

5.4 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Jadual pelaksanaan pekerjaan disusun berdasarkan rencana kerja yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Perumusan jadual pelaksanaan pekerjaan ini disesuaikan dengan ketentuan dalam kerangka acuan selama 8 (delapan) bulan serta lingkup dan keluaran studi yang telah ditetapkan. Untuk lebih jelasnya jadual pelaksanaan pekerjaan konsultan dapat dilihat pada Tabel Tabel 3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
NO KEGIATAN BULAN KE1 2 3 4 5 6 7 8 Persiapan Pemahaman terhadap pekerjaan (berkoordinasi antar personil tenaga ahli dan 1 tim teknis) 2 3 Membuat rencana kerja dan strategi pelaksanaan pekerjaan Mobilisasi personil dengan membuat job desk yang jelas dan terarah Verifikasi Substansi Masing-masing tahapan dalam Penyusunan RPI2JM Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba yang telah disusun sebelumnya - Verifikasi substansi tahap arahan spasial pengembangan wilayah (Tahap 1) - Verifikasi substansi dari program prioritas pembangunan infrastruktur (tahap 2) - Verifikasi substansi tahapan Rencana terpadu pembangunan infrastruktur (Tahap 3) - Verifikasi substansi tahapan sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur baik secara fungsi, lokasi, waktu dan pembiayaan (Tahap 4) - Verfikasi substansi tahapan penyusunan alternatif sumber pembiayaan pembangunan (Tahap 5) - Verfikasi substansi tahapan penyusunan inisiasi pelaksanaan pembangunan (tahap 6) Konsultasi Publik (atau FGD) draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan 5 Kawasan Danau Toba bersama Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Provinsi Revisi dan Penyempurnaan Draf RPI2JM Kawasan Batam, Bintan, karimun dan 6 Kawasan Danau Toba setelah Konsultasi publik Penyepakatan RPI2JM Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Kawasan Danau Toba Koordinasi antara Kementerian/Lembaga terkait dan pemerintah daerah dalam 7 bentuk forum diskusi untuk mendapatkan kesepakatan RPI2JM Kawasan BatamBintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba - Koordinasi dan penyepakatan dengan Kementerian Pekerjaan Umum (Tata Ruang, Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber Daya Air) - Koordinasi dan penyepakatan dengan Kementerian Perhubungan - Koordinasi dan penyepakatan dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi - Koordinasi dan penyepakatan dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Melakukan seminar untuk mencapai kesepakatan RPI2-JM Kawasan Batam8 Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba di Daerah Membangun mekanisme (pendampingan) inisiasi implementasi RPI2JM dengan 9 Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Swasta 10 Tahap Pelaporan Laporan Pendahuluan Laporan Bulanan Laporan Antara Laporan Akhir

Pelaksanaan Penyempurnaan Draf RPI2JM 4

Hal 135 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

KOVER BAB 5, SENGAJA DIKOSONGKAN

Hal 136 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

BAB VI PENUTUP
Demikianlah laporan pendahuluan pekerjaan Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Strategis Nasional Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Strategis Nasional Danau Toba ini disampaikan. Masukan dan saran dari lintas stakeholder sangat diharapkan dalam pelaksanaan pekerjaan dan pelaporannya. Untuk memberi masukan dapat juga disampaikan kepada konsultan pelaksana melalui email: prospera_ce@yahoo.com dengan subjek RPIIJM BBK dan DT. Atas kepercayaan dan kerjasama yang diberikan kami ucapkan terima kasih.

Hal 137 dari 154

BUKU LAPORAN PENDAHULUAN Penyempurnaan Dan Penyepakatan Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun Dan Kawasan Danau Toba

LAMPIRAN

Hal 138 dari 154

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG SATUAN KERJA PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL
Paparan Laporan Pendahuluan

PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KAWASAN BATAM BINTAN KARIMUN DAN KAWASAN DANAU TOBA

PT. Prospera Consulting Engineers


Hal 1 Mei, 2013

S I S T E M A T I K A

P E M B A H A S A N

Pokok Pembahasan:
1. 2. 3. 4. Pendahuluan Kebijakan Terkait Metodologi Pekerjaan Rencana Kerja dan Struktur Organisasi 5. Penutup

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 2

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran


C. Keluaran

D. Lingkup Wilayah
E. Lingkup Kegiatan F. Definisi
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 3

P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
1. Pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur di Kawasan BBK dan Danau Toba masih mengalami permasalahan seperti belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya. 2. Belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait (sektoral) dan pemerintah daerah. 3. Belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur. 4. Sinkronisasi Program dilakukan melalui berbagai forum dan rapat koordinasi sesuai dg peraturan perundang-undangan, dan dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pembangunan yg akan dilaksanakan masyarakat dan berdasarkan skala prioritas untuk kepentingan pengembangan wilayah. 5. Telah tersusunnya Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba pada tahun 2012 namun belum menjadi Peraturan Presiden untuk KSN Danau Toba oleh karena itu perlu dilakukan penyempurnaan.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 4

P E N D A H U L U A N
B. Maksud, Tujuan dan Sasaran
MAKSUD Memperoleh konsensus bersama (dokumen kesepakatan formal) semua stakeholder dalam program pembangunan infrastruktur. TUJUAN

Terwujudnya kesepakatan bersama dan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM yang mengikat di Kawasan BatamBintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba.
SASARAN 1. 2. 3. Terintegrasinya berbagai dokumen kebijakan sasial di Kawasan BBK dan Danau Toba. Terinventarisasinya program prioritas pembangunan infrastruktur di tingkat pusat dan di daerah Kawasan BBK dan Danau Toba. Terintegrasinya arahan spasial pengembangan wilayah dengan program prioritas infrastruktur di Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba.

4. Tersinkronisasinya program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek fungsi, lokasi, waktu dan ketersediaan anggaran. 5. Teridentifikasinya alternatif sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur. 6. Terfasilitasinya penyelenggaraan pembahasan kesepakatan rencana terpadu dan program investasi infrastruktur dengan kementerian terkati dan pemerintah daerah di Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 5

P E N D A H U L U A N
C. Keluaran 1. Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba yang telah disempurnakan. (Hasil Penyempurnaan)

2. Lembar kesepakatan pemerintah provinsi dan Kementerian/Lembaga terkait RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. (Hasil Kesepakatan) 3. Leaflet RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba; dan 4. Rekaman prosiding seminar

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 6

P E N D A H U L U A N
D. Lingkup Wilayah

D1. Kawasan Danau Toba meliputi: 1. Kabupaten Karo 2. Kabupaten Simalungun, 3. Kabupaten Dairi, 4. Kabupaten Samosir, 5. Kabupaten Toba Samosir, 6. Kabupaten Tapanuli Utara, 7. Kabupaten Humbang Hasundutan, 8. Kabupaten Phakphak Barat.

D2. Kawasan Batam-Bintan-Karimun meliputi: 1. 12 Kecamatan di Kota Batam 2. 7 Kecamatan di Kabupaten Bintan 3. 4 Kecamatan di Kota Tanjung Pinang 4. 3 Kecamatan di Kabupaten Karimun

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 7

P E N D A H U L U A N
Peta Wilayah KSN Batam-Bintan-Karimun

KAB.KARIMUN

KOTA BATAM

KAB. BINTAN

KOTA TANJUNG PINANG

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 8

P E N D A H U L U A N
Peta Wilayah KSN Danau Toba

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 9

P E N D A H U L U A N
E. Lingkup Kegiatan
TAHAP PENYEMPURNAAN
Penyempurnaan draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tahun 2012, meliputi:
1. Verifikasi substansi dari masing-masing tahapan penyusunan RPI2JM dengan muatan Perpres Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan RaPerpres Kawasan Danau Toba, 2. Sinkronisasi dokumen rencana pembangunan sektoral dan/atau provinsi terkait, 3. Alternatif sumber pembiayaan dan inisiasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba.

TAHAP PENYEPAKATAN
Konsultasi Publik (atau FGD) draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba bersama Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Provinsi. Koordinasi antara Kementerian/Lembaga terkait dan pemerintah daerah dalam bentuk forum diskusi untuk mendapatkan kesepakatan RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. Melakukan seminar RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba.

Materi : 1. Mensinkronisasikan dokumen RPi2-JM yang sudah disempurnakan, terhadap identifikasi sumber pembiayaan (Tahap 5) dengan pogram infrastruktur (Perpres 87/2011 (BBK)), Program Infrastruktur Raperpres 2012 (Danau Toba), Renstra 6 KL, RPJMD, RTRW Provinsi.

2. Nota kesepakatan meliputi: program/kegiatan, volume, pembiayaan dan tahap pelaksanaan

PEMBUATAN LEAFLET
Memuat informasi tentang RPI2JM yang telah disempurnakan dan disepakati

PEMBUATAN REKAMAN KEGIATAN


Mencatat. Mendokumentasikan, dan merekam

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 10

P E N D A H U L U A N
F. Definisi Penyempurnaan dan Penyepakatan

Penyempurnaan /penyempurnaan/ n proses, cara, perbuatan menyempurnakan: contoh : Masjid Istiqlal dilaksanakan secara bertahap; Kesepakatan /kesepakatan/ n perihal sepakat; konsensus.
Sumber :KBBI Online, KEMENDIKNAS
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 11

K E B I J A K A N

T E R K A I T

A. Undang-undang

B. Peraturan pemerintah
C. Peraturan presiden/Keputusan presiden

D. Peraturan menteri/keputusan menteri

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 12

K E B I J A K A N
A. Undang-undang
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun 18. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 19. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

T E R K A I T
UU No 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 tahun 2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang Undang UU No 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 36 tahun 2000 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 13

K E B I J A K A N
B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah 10. Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional PP No. 19 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan Atas Dividen yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Pembangunan dan/atau Pengelolaan Infrastruktur PP No 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam PP No 5 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2007 tentang perdagangan bebas dan pelabuhan bebas batam PP No 47 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan PP No 48 Tahun 2007 tentang Kawasan

T E R K A I T
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun PP No 6 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Keuangan Pada badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam

2. 3.

4. 5. 6. 7.

8. 9.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 14

K E B I J A K A N
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. 2. Perpres No 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, yang telah direvisi dengan Perpres No 65 tahun 2006 tentang Perubahan atas Perpres No 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan. 3. untuk Kepentingan UmumPeraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 20112025. 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 13 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera. 6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

T E R K A I T

C. Peraturan Presiden/Keputusan Presiden Republik Indonesia


Batam, Bintan, Dan Karimun. 7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2008 Tentang Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. 9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan. 10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 15

K E B I J A K A N

T E R K A I T

D. Peraturan Menteri/Keputusan Menteri Republik Indonesia


KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN RI : 5. PERMEN Perdagangan RI No 17/M-DAG/PER/3/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri perdagangan No 45/M1. KEPMEN Perhubungan RI No KP 330 Tahun 2009 Tentang Penetapan DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal Importir (API) Pelabuhan Bebas Pada Kawasan Perdagangan Bebas di Batam, Bintan dan Karimun. 6. PERMEN Perdagangan RI No 20/M-DAG/PER/7/2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri perdagangan No 45/M2. KEPMEN Perhubungan RI No KM 7 Tahun 2010 Tentang Rencana DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal Importir (API). Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2010-2014 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI : KEPUTUSAN MENTERI ESDM RI : 1. PERMEN Perindustrian No 72/M-Ind/PER/7/2009 Tentang Pelimpahan 1. KEPMEN ESDM RI No 4Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Kewenangan Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian Kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2010-2014. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI : Bebas Batam, Bintan dan Karimun. 1. KEPMEN Komunikasi dan Informatika RI No ___Tahun 2010 Tentang 2. PERMEN Perindustrian No 18/M-IND/PER/2/2010 Tentang Pelimpahan Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun Kewenangan Pemberian Pertimbangan Teknis/Rekomendasi Bidang 2010 - 2014. Perindustrian Kepada Badan Pengusahaan. KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM RI : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI : 1. KEPMEN Pekerjaan Umum No 2/PRT/M/2010-03-15 RI Tahun 2010 PMK No 38 /PMK.01 / 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 - 1. Pengendalian dan Pengelolaan Risiko atas Penyediaan Infrasruktur. 2014. 2. PERMEN Keuangan RI No 146/PMK.04/2010 Tentang Tata Cara PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN : Pemasukan dan Pengeluaran Barang Kena Cukai ke dan Dari Kawasan 1. PERMEN Perdagangan RI No 24/M-DAG/PER/6/2006 Tentang Yang Telah ditunjuk sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon. Pelabuhan bebas. 2. PERMEN Perdagangan RI No 38/M-DAG/PER/0/2010 Tentang 3. PERMEN Keuangan RI No 152/PMK.04/2010 Tentang Tata Cara Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24/MPemasukan dan Pengeluaran Kendaraan Bermotor ke dan Dari DAG/PER/6/2006 Tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Kawasan Yang Telah ditunjuk sebagai Kawasan Perdagangan Bebas Ozon. dan Pelabuhan bebas. 3. PERMEN Perdagangan RI No 12/M-DAG/PER/3/2009 Tentang Pelimpahan Kewenangan Perizinan. 4. PERMEN Perdagangan RI No 45/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal Impor (API). Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 16

M E T O D O L O G I

P E K E R J A A N

A.

Kerangka Menyeluruh Pekerjaan

B.

Penyempurnaan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Batam Bintan Karimun dan Danau Toba.
Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Batam Bintan Karimun dan Danau Toba. Leaflet Rekaman Prosiding Seminar
Hal 17

C.

D. E.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

M E T O D O L O G I
A. Kerangka Menyeluruh

P E K E R J A A N

INPUT
Dokumen RPI2-JM Batam Bintan Karimun dan Danau Toba

PROSES
Verifikasi PERPRES/RAPERPRES Kebijakan Sektoral Alternatif Sumber Pembiayaan Koordinasi/ FGD dengan Prov/Kab/Kota Terkait Koordinasi/ FGD dengan Kementrian/Lembaga terkait (1) PPN/BAPPENAS (2) KEM PU (3) KEMINFO (4) KEMENHUB (5) KEM ESDM (6) KEMENDAGRI (7) Kepala Badan Pengusahaan Kawasan BBK. (Pejabat Eselon 1) Penjelasan substansi yang disepakati Penyempurnaan Hasil Koordinasi Pembuatan Leaflet hasil penyempurnaan dan Penyepakatan

OUTPUT
PENYEMPURNAAN DOKUMEN RPI2-JM

PENYEPAKATAN HASIL DOKUMEN RPI2-JM

LEAFLET RPI2-JM

Rekaman hasil setiap diskusi dan seminar

REKAMAN PROSIDING SEMINAR

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 18

M E T O D O L O G I
KAWASAN DANAU TOBA

P E K E R J A A N

B. Penyempurnaan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Batam Bintan Karimun dan Danau Toba
KAWASAN BBK

ISSUE

ISSUE

Lingkungan Hidup Pertanian Pariwisata

ALAT UKUR

FOKUS Rehabilitasi Revitalisasi Kawasan

1. Verifikasi, 2. Kebijakan Sektoral 3. Alternatif Biaya 5W (What, When, Why, Where, Who)

Peningkatan Kualitas Kawasan Peningkatan Ekonomi Nasional FOKUS

Perdagangan Bebas Industri Pariwisata HASIL KAJIAN


SINKRON/PERLU REVISI

HASIL KAJIAN

SINKRON/PERLU REVISI

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 19

M E T O D O L O G I
INPUT

P E K E R J A A N
OUTPUT

C. Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Batam Bintan Karimun dan Danau Toba.

PROSES
MATERI

RPI2-JM YANG SUDAH DISEMPURNAKAN

ALAT UKUR

Memberikan penjelasan tentang RPI2-JM Melibatkan K/L terkait (4 K/L + Bappenas selaku koordinator + Kemendagri + Kepala BP KPBPB BBK) Jenis Investasi Infrastruktur Model Pembiayaan

NOTA KESEPAKATAN

Kebijakan Sektoral 2. Alternatif Biaya 5W (What, When, Why, Where, Who)

1.

FORUM Eselon I K/L


FGD WORKSHOP SINKRON REVISI

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 20

M E T O D O L O G I

P E K E R J A A N
Darimana kita mulai ?

C. Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Batam Bintan Karimun dan Danau Toba..(2)

Gambar : Skema Proses Penyusunan RPI2JM

Definisi penyempurnaan RPIIJM di dalam KAK (Konfirmasi) : 1. Dilakukannya verifikasi substansi setiap tahapan terhadap PERPRES 87/2011 , RPERPRES Danau Toba, RENSTRA K/L, Dokumen Rencana Pembangunan Provinsi terkait. 2. Adanya kesepakatan mengenai sumber penganggaranan publik tahunan terhadap program pembangunan infrastruktur di KSN BBK dan KSN DT. Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 21

M E T O D O L O G I

P E K E R J A A N

C. Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Batam Bintan Karimun dan Danau Toba..(2)

Gambar : Proses Screening Terhadap Program Infrastruktur


Program Infrastruktur Berdasarkan Perpres 87/2011 (BBK) Program Infrastruktur Berdasarkan Raperpres 2012 (Danau Toba)

Draft RPI2-JM BBK DT (Tahap 5)

Renstra 4 KL

Dok. Rencana Pembangunan Provinsi (RPJMD, RTRW)

Hasil Penyempurnaan

Program Infras BBK

Program Infras BBK

Program Infras K/L BBK

Program Infras Prov BBK

RPIIJM BBK (sempurna)

Program Infras DT

Program Infras DT

Program Infras K/L DT

Program Infras Prov DT

RPIIJM (sempurna)

Definisi proses screening adalah (Konfirmasi) : 1. Dilakukannya verifikasi substansi setiap tahapan terhadap PERPRES 87/2011 , RPERPRES Danau Toba, RENSTRA K/L, Dokumen Rencana Pembangunan Provinsi terkait. 2. Adanya kesepakatan mengenai sumber penganggaranan publik tahunan terhadap program pembangunan infrastruktur di KSN BBK dan KSN DT. Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 22

M E T O D O L O G I

P E K E R J A A N

D. Pembuatan Leaflet Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Batam Bintan Karimun dan Danau Toba.

INPUT

PROSES

OUTPUT

RPI2-JM YANG SUDAH DISEPAKATI

Membuat ringkasan RPI2-JM yang sudah disempurnakan dan disepakati

LEAFLET FINAL

BENTUK LEAFLET

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 23

M E T O D O L O G I

P E K E R J A A N

D. Rekaman Prosiding Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Batam Bintan Karimun dan Danau Toba.

INPUT

PROSES

OUTPUT

SETIAP TAHAPAN KEGIATAN PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RPI2-JM

Mencatat, Mendokumentasi Merekam

CD BUKU LAPORAN

BENTUK

Konsultasi/Asistensi Pembahasan laporan FGD/Workshop Kunjungan lapangan

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 24

RENCANA KERJA & STRUKTUR ORGANISASI

A.
B.

Rencana Kerja
Struktur Organisasi

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 25

RENCANA KERJA & STRUKTUR ORGANISASI


A. Rencana Kerja.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 26

RENCANA KERJA & STRUKTUR ORGANISASI


B. Struktur Organisasi.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013

Hal 27

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG SATUAN KERJA PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL

TERIMA KASIH

PT. Prospera Consulting Engineers

You might also like