You are on page 1of 16

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN

PERANAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN REMAJA DI DESA NIBUNG LAMPUNG TIMUR

Penulis Tri Susilawati Holilulloh Yunisca Nurmalisa

Penyunting Berchah Pitoewas

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012

ABSTRAK

PERANAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN REMAJA DI DESA NIBUNG LAMPUNG TIMUR Oleh (Tri Susilawati, Holilulloh, Yunisca Nurmalisa) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana peranan pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kemandirian remaja di dusun II desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur Tahun 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, subjek yang di teliti adalah anak remaja di desa Nibung, terdiri dari sepuluh dusun yang berjumlah 1507 Kepala Keluarga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang ada di dusun II desa Nibung yang berjumlah 38 orang. Hasil penelitian berdasarkan indikator pola asuh authoritative sebanyak 19 responden dari 38 responden atau 50% berpendapat bahwa peranan pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kemandirian masuk dalam kategori kurang berperan, sebanyak 25 responden atau 65,79% dari indikator peranan pola asuh authoritarian masuk dalam kategori kurang berperan, sebanyak 18 responden atau 47,37% dari indikator pola asuh permissive indulgent masuk dalam kategori kurang berperan, sebanyak 26 responden atau 68,42% dari indikator permissive indifferent masuk dalam kategori kurang berperan. Hasil penelitian berdasarkan indikator kemandirian emosional sebanyak 30 responden dari 38 responden atau 78,95% berpendapat peranan pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kemandirian masuk dalam kategori kurang mandiri, sebanyak 21 responden atau 55,26% dari indikator kemandirian perilaku masuk dalam kategori kurang mandiri, sebanyak 19 responden atau 50% dari indikator kemandirian nilai masuk dalam kategori mandiri Kesimpulannya adalah bahwa pola asuh orang tua di desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur kurang berperan dalam menumbuhkan kemandirian remaja. Kata Kunci: Peranan, Pola Asuh, Orang Tua, dan Kemandirian

ABSTRACT

THE ROLE OF PARENTS REARING PATTERN IN GROWING ADULT INDEPENDENCE IN NIBUNG VILLAGE AT LAMPUNG TIMUR

By (Tri Susilawati, Holilulloh, Yunisca Nurmalisa)

The aimed of this research was to know and analyze how the role of parents rearing pattern in growing adult independence in Nibung village at Lampung Timur on 2012. Method used descriptive method. The subject in this research was adult in Nibung village that consist of 10 villages or 1507 head family. Population was adult in village II of Nibung village was 38 peoples. Research result showed that pattern part authoritative as many as 19 respondents or 50% argued that parents part in growing adult independent was less categoty, as many as 25 respondents or 65,79% from authoritarian indicator was less category, as many as 18 respondents or 47,37% from permissive indulgent indicator was less category, as many as 26 respondents or 68,42% from permissive indifferent was less independent. Research result of independent emotional indicator as many as 30 respondents from 38 respondents or 78,95% in less independent, as many as 21 respondents or 55,26 from independent indicator of attitude was in less independent, as many as 19 respondents or 50% from independent indicator of value was in independent category. The conclusion: brings parents ups pattern part in growing adult independence in Nibung village at Lampung Timur was less impersonate in growing adult independent.

Key Word: Part, Pattern Bring Up, Parent, and Independence

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan zaman suatu bangsa perlu mempersiapkan generasi muda penerus bangsanya sejak dini, baik dari segi mental maupun spiritual. Hal ini senada dengan tujuan pendidikan Indonesia dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan isi undang-undang tersebut dapat kita ketahui bahwa setiap bangsa tentu menginginkan generasi mudanya dapat memiliki kualitas yang terbaik, baik itu dari segi mental maupun spiritualnya. Hal ini dikarenakan generasi muda memiliki tanggung jawab sebagai penyelenggara pembangunan dimana harapan bangsa sebagai penerus serta pelaku pembangunan ada ditangan remaja. Dewasa ini kajian terhadap isu perkembangan kemandirian pada remaja akan sangat menarik karena fenomena perkembangan kemandirian pada masyarakat, terutama kultur masyarakat timur seperti di Indonesia, sering disalahtafsirkan. Misalnya perilaku kemandirian terkadang ditafsirkan sebagai pemberontakan (rebellion) karena pada kenyataannya remaja yang memulai mengembangkan kemandirian seringkali diawali dengan memunculkan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan keluarga. Akibatnya orangtua kurang toleran terhadap proses perolehan kemandirian yang dilakukan remaja. Tetapi dalam situasi lain orangtua ternyata menginginkan remaja memiliki kemandirian, bahkan mereka berharap saat dewasa nanti tidak lagi bergantung kepada orangtua. Salah satu fenomena perkembangan kemandirian ini adalah bahwa tidak sedikit orangtua yang belum memahami kemandirian. Tidak mudah bagi remaja dalam pencarian kemandirian, sebab usaha untuk memutuskan ikatan yang telah berkembang dan dinikmati dengan penuh rasa nyaman selama masa kanak-kanak seringkali menimbulkan reaksi yang sulit dipahami bagi kedua belah pihak, yaitu remaja dan orangtua. Remaja sering tidak mampu memutuskan simpul-simpul ikatan emosional kanakkanaknya dengan orangtua secara logis dan objektif. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa sikap anak yang cenderung masih sangat bergantung dengan orang tua padahal itu hanya untuk hal-hal yang sifatnya sepele. Contohnya saja dalam hal mengurus keperluannya sendiri seperti menyiapkan pakaian sekolah, kebiasaan bangun tidur yang terlambat dan sampai-sampai untuk hal belajar pun remaja masih bergantung pada kontrol orang tua.

Pada awalnya hal ini memang hal yang wajar akan tetapi lamban laun anak akan terbiasa untuk tidak melakukannya dan menjadi selalu bergantung pada orang lain. Untuk saat ini dampak dari sikap manja dan ketergantungan ini memang belum terlihat, akan tetapi ketika suatu saat sang anak mulai dewasa dan bahkan mungkin dia akan menikah maka ia akan benar-benar merasakan dampaknya. Ketidakmandirian remaja seperti yang dinyatakan di atas tentu merupakan suatu masalah bagi orang tuanya. Apalagi tidak semua orang tua memiliki kondisi yang mendukung hal tersebut. Terutama jika dilihat dari segi kondisi ekonomi atau pekerjaan orang tuanya. Bagi mereka yang orang tuanya memiliki banyak waktu mungkin bukan hal yang sulit untuk dapat memberikan banyak waktu bagi mereka. Akan tetapi bagi kondisi yang orang tuanya tidak memiliki banyak waktu seperti misalnya jika orang tuanya adalah seorang buruh yang pagi-pagi harus sudah bersiap-siap pergi bekerja, menyiapkan sarapan dan sebagainya, sedangkan anaknya yang seharusnya sudah dapat menyiapkan keperluanya sendiri justru masih bergantung padanya bukankah hal ini menambah beban bagi orang tua tersebut? Melihat kenyataan ini masalah kemandirian remaja merupakan permasalahan yang penting untuk dipecahkan dan dicari solusinya. Usia remaja memang merupakan usia yang masih begitu rentan dengan segala pengaruh yang ada disekitarnya. Apalagi remaja secara psikologis, tengah berada pada masa pencarian jati diri. Seperti pendapat Erickson dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (16: 2006) yang menyebut hal ini dengan identitas ego (ego identity). Hal ini terjadi karena masa remaja adalah masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Bagi kebanyakan remaja, mengembangkan kemandirian merupakan hal yang sama pentingnya seperti orang dewasa mengembangkan identitas. Menjadi orang yang mandiri, orang yang mampu menentukan dan mengelola diri sendiri, merupakan salah satu tugas perkembangan fundamental masa remaja. Pada fase ini peran orang tua sangat besar dibutuhkan di dalamnya. Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya dapat terbentuk menjadi pribadi yang tidak hanya baik tapi juga berkualitas baik dari segi fisik maupun spiritualnya. Untuk itu orang tua di harapkan dapat menjalankan peran dan tugasnya sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga dengan baik. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur, keadaan remaja di desa ini juga tak jauh berbeda dengan keadaan remaja pada umumnya yakni masih terdapat berbagai masalah dalam kehidupan remaja khususnya masalah mengenai kemandirian. Hal ini terlihat pada data yang diperoleh dari hasil wawancara pada remaja dan ketua RT di daerah tersebut. Permasalahan yang ada yaitu banyak remaja yang bangun tidak tepat waktu, tidak dapat menyiapkan keperluan sekolah sendiri dan masalah mengenai kurangnya kesadaran remaja untuk membantu orang tua sesuai dengan kemampuannya.

Sejalan dengan fakta tersebut, ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan kurangnya kemandirian remaja tersebut. Diantaranya yaitu kondisi fisik. Anak yang kurang cerdas atau memiliki penyakit bawaan bisa saja diperlakukan istimewa daripada saudara-saudaranya sehingga membuat anak cenderung tidak mandiri. Kemudian urutuan kelahiran, anak bungsu cenderung dimanja apalagi bila selisih usianya cukupjauh dari kakak-kakaknya. Selanjutnya yaitu pola asuh orang tua. Sikap orang tua yang cenderung selalu melayani dan membantu anak dapat membuat anak yang tadinya memiliki pembawaan mandiri menjadi tidak mandiri. Berdasarkan permasalahan yang disampaikan di atas, maka dapat kita lihat bahwa masih terdapat berbagai masalah remaja khususnya mengenai kemandirian yang terjadi di desa Nibung. Atas dasar inilah maka penulis menganggap perlu untuk mengetahui bagaimanakah peranan pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kemandirian remaja di Desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur tahun 2012. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Peranan Secara umum, peranan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang terkait oleh kedudukannya dalam struktur social atau kelompok social di masyarakat. Artinya setiap orang memiliki peranan masing-masing sesuai dengan kedudukan yang ia miliki. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 751) Peran berarti perangkat tingkah atau karakter yang diharapkan atau dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Pendapat selanjutnya menurut Livinson yang di kutip oleh Soerjono Soekanto (2007:221) a. Peranan meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu masyarakat sebagai individu. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur social masyarakat.

b. c.

Sementara itu menurut Mayor Polak dalam Ary Gunawan (2000:40) berpendapat bahwa : 1. Peranan menunjuk pada aspek dinamis dari status 2. Peranan memiliki dua arti, yaitu :

a. b.

Dari sudut individu berarti sejumlah peranan yang timbul dari berbagai pola yang di dalamnya individu tersebut ikut aktif. Peranan secara umum menunjuk pada keseluruhan peranan itu dan menentukan apa yang dikerjakan seseorang untuk masyarakatnya, serta apa yang dapat diharapkan dari masyarakat itu.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa peranan merupakan perilaku seseorang yang dapat mempengaruhi atau membimbing orang lain dengan konsep tata nilai didasarkan atas posisi atau statusnya dalam lingkungan masyarakat. 2. Pengertian Orang Tua Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Menurut Miami dalam Zaldy Munir (2010:2) dikemukakan bahwa Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Sedangkan menurut Widnaningsih dalam Indah Pertiwi (2010:15) menyatakan bahwa orang tua merupakan seorang atau dua orang ayah - ibu yang bertanggung jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh maupun sifatsifat moral dan spiritual. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka dapat didefinisikan bahwa orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang bertanggung jawab atas keturunannya dalam pertumbuhan dan perkembangannya. 3. Pengertian Pola Asuh orang Tua Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berati menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Kemudian menurut Elaine Donelson (1990 : 5) menyatakan kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat. Selain itu Menurut Dr. Ahmad Tafsir dalam Danny I. Yatim-Irwanto (1991 : 94) bahwa Pola asuh berarti pendidikan, sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat didefinisikan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah

tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Terdapat bermacam-macam cara dalam menggolongkan perilaku orang tua terhadap anaknya. Salah satu pendekatan yang paling sering digunakan adalah pendekatan yang berasal dari kerja seorang ahli psikologi Diana Baumrind. Diana Baumrind dalam John W. Santrock (2003 : 185) mengklasifikasikan pola asuh orang tua ke dalam empat jenis pola asuh yaitu pola asuh authoritative, pola asuh autoritarian, pola asuh permissiveindulgent, dan pola asuh permissive-indifferent. Pola asuh authoritative merupakan pola asuh orang tua dengan responsifitas yang tinggi serta tuntutan yang tinggi pula terhadap anak. Pola asuh authoritarian ini merupakan pola asuh orang tua dengan membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. Pola asuh orang tua permissive-indulgent adalah suatu pola dimana orang tua sangat terlibat dengan remaja tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan meraka. Pola asuh yang berikutnya yaitu pola asuh permissive-indifferent yang berarti suatu pola asuh yang di mana si orang tua sangat tidak ikut campur dalam kehidupan remaja 4. Pengertian Remaja Menurut pendapat Zakiah Derajat (1994 : 101) beliau mendefinisikan remaja yaitu : Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa, dimana anak-anak mengalami perubahan cepat disegala bidang. Masa ini dimulai kira-kira umur 13 tahun dan berakhir umur 21 tahun (akan tetapi anak tersebut belum terikat perkawinan). Selanjutnya Menurut Mappiare dalam Muhammad Ali dan Muhammad Asrori (2006 : 9) menyatakan bahwa : Masa remaja yang berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Kemudian 1974, WHO yang dikemukakan oleh Muangman dalam Sarlito Wirawan (2008 : 9) yang menyatakan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual, dimana remaja adalah suatu masa ketika : 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosio-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat diketahui kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan remaja adalah individu yang kondisi psikologis dan biologisnya masih berada pada tahap perkembangan menuju kearah yang lebih matang serta cenderung masih memiliki sifat dan sikap yang labil. 4. Pengertian Kemandirian Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kata kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Bramer dan Shostrom dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2008 : 109), diri merupakan inti dari kemandirian. Kemudian selanjutnya pendapat dari Steinberg (2002 :288) menyatakan, kemandirian sebagai kemampuan untuk mengatur diri sendiri (selfgoverning person). Selain itu ada juga pendapat mengenai kemandirian yang diungkapkan oleh Durkheim dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2006 : 110 ) berpendapat bahwa kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua faktor yang menjadi prasyarat bagi kemandirian yaitu disiplin adanya aturan bertindak dan otoritas dan komitmen terhadap kelompok. Setelah kita telaah dari beberapa pendapat yang membahas mengenai pengertian dan konsep kemandirian maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa kemandirian merupakan sikap yang ditandai oleh adanya inisiatif dan berbuat sendiri secara aktif dalam berusaha mengatasi rintangan yang ada dalam lingkungannya dengan rasa penuh tangggung jawab. 5. Aspek-aspek Kemandirian Remaja Aspek aspek kemandirin remaja terdiri dari : a. Kemandirian emosional Kemandirian emosional adalah aspek kemandirian yang berkaitan dengan perubahan dalam hal hubungan kedekatan (emosional) individual, terutama dengan orang tua. Kemandirian Perilaku Perubahan kemandirian perilaku selama masa remaja dapat dilihat dalam tiga domain. Ketiga domain tersebut yaitu perubahan dalam kemampuan pengambilan keputusan, perubahan dalam ketahanan terhadap pengaruh luar, dan perubahan dalam perasaan. Kemandirian Nilai Kemandirian nilai adalah aspek kemandirian yang menunjuk kepada kemampuan untuk memiliki seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting.

b.

c.

6.

Faktor;Factor yang Mempengaruhi Kemandirian Menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2008 : 118) faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian yaitu : a. Gen atau keturunan orang tua. b. Pola asuh orang tua. c. Sistem pendidikan di sekolah d. Sistem kehidupan di masyarakat.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Bagaimana peranan pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kemandirian remaja di dusun II desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur Tahun 2012 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan sampel 38 responden. Teknik pokok pengumpulan data menggunakan angket. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pokok angket, sedangkan teknik penunjang dokumentasi dan wawancara. Sebelum Angket digunakan terlebih dahulu dilakukan uji reliabilitas. Teknik analisa data menggunakan rumus presentase dengan kriteria sebagai berikut:. 76% - 100% = baik 56% - 75% = sedang 40% - 55% = tidak baik HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kemandirian remaja di desa nibung Lampung Timur tahun 2012, setelah daftar angket terkumpul dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini : Tabel 1 : Distribusi frekuensi tentang peranan pola asuh orang tua authoritative di desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur tahun 2012 No. 1 2 3 Interval 78 9 10 11 12 Jumlah Frekuensi 3 19 16 38 Persentase 8% 50 % 42 % 100 % Kategori Tidak berperan Kurang Berperan Berperan

Sumber :Analisis data Primer Tahun 2012

Tabel 2 : Distribusi frekuensi tentang peranan pola asuh orang tua authoritarian di desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur tahun 2012 No. 1 2 3 Interval 45 67 89 Jumlah Frekuensi 10 25 3 38 Persentase 26,32 % 65,79 % 7,89 % 100 % Kategori Tidak berperan Kurang Berperan Berperan

Sumber :Analisis data Primer Tahun 2012

Tabel 3 : Distribusi frekuensi tentang peranan pola asuh orang tua Permissif Indulgent di desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur tahun 2012 No. 1 2 3 Interval 34 56 78 Jumlah Frekuensi 5 18 15 38 Persentase 13,16 % 47,37 % 39,47 % 100 % Kategori Tidak berperan Kurang berperan Berperan

Sumber :Analisis data hasil sebaran angket Tahun 2012 Tabel 4 : Distribusi frekuensi tentang peranan pola asuh orang tua Permissif Indifferent di desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur tahun 2012 No. 1 2 3 Interval 23 45 6 Jumlah Frekuensi 10 26 2 38 Persentase 26,32 % 68,42 % 5,26 % 100 % Kategori Tidak berperan Kurang Berperan Berperan

Sumber :Analisis data Primer Tahun 2012

Tabel 5 : Distribusi frekuensi tentang kemandirian emosional remaja di desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur tahun 2012 No. 1 2 3 Interval 23 45 6 Jumlah Frekuensi 1 30 7 38 Persentase 2,63 % 78,95 % 18,42 % 100 % Kategori Tidak mandiri Kurang mandiri Mandiri

Sumber :Analisis data Primer Tahun 2012 Tabel 6 : Distribusi frekuensi tentang kemandirian perilaku remaja di desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur tahun 2012 No. 1 2 3 Interval 23 45 6 Jumlah Frekuensi 13 21 4 38 Persentase 34,21 % 55,26 % 10,53 % 100 % Kategori Tidak mandiri Kurang mandiri Mandiri

Sumber :Analisis data Primer Tahun 2012

Tabel 7 : Distribusi frekuensi tentang kemandirian nilai di desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur tahun 2012 No. 1 2 3 Interval 78 9 10 11 12 Jumlah Frekuensi 3 16 19 38 Persentase 7,89 % 42,11 % 50 % 100 % Kategori Tidak mandiri Kurang mandiri Mandiri

Sumber :Analisis data Primer Tahun 2012

Pembahasan Peranan Pola Asuh Orang Tua Dalam Menumbuhkan Kemandirian Remaja Di Desa Nibung Sebanyak 19 responden atau 50% berpendapat bahwa Peranan Pola Asuh Orang Tua dalam Menumbuhkan Kemandirian Remaja di Dusun II Desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur dari indikator pola asuh authoritative masuk dalam kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa pola asuh authoritative memiliki peran dalam kategori kurang berperan dalam menumbuhkan kemandirian remaja. Sebanyak 25 responden atau 65,79% berpendapat bahwa Peranan Pola Asuh Orang Tua dalam Menumbuhkan Kemandirian Remaja di Dusun II Desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur dari indikator pola asuh authoritarian masuk dalam kategori kurang berperan. Sebanyak 18 responden atau 47,37% berpendapat bahwa Peranan Pola Asuh Orang Tua dalam Menumbuhkan Kemandirian Remaja di Dusun II Desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur dari indikator pola asuh permissive Indulgent masuk dalam kategori kurang berperan. Sebanyak 26 responden atau 68,42% berpendapat bahwa Peranan Pola Asuh Orang Tua dalam Menumbuhkan Kemandirian Remaja di Dusun II Desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur dari indikator pola asuh permissive indifferent masuk dalam kategori kurang berperan. Sebanyak 30 responden atau 78,95% berpendapat bahwa Peranan Pola Asuh Orang Tua dalam Menumbuhkan Kemandirian Remaja di Dusun II Desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur dari indikator kemandirian emosional masuk dalam kategori kurang mandiri. Sebanyak 21 responden atau 55,26% berpendapat bahwa Peranan Pola Asuh Orang Tua dalam Menumbuhkan Kemandirian Remaja di Dusun II Desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur dari indikator kemandirian perilaku masuk dalam kategori kurang mandiri. Sebanyak 19 responden atau 50% berpendapat bahwa Peranan Pola Asuh Orang Tua dalam Menumbuhkan Kemandirian Remaja di Dusun II Desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur dari indikator kemandirian nilai masuk dalam kategori mandiri. Hal ini berarti responden telah memiliki kemandirian nilai. Hal tersebut daoat dilihat dari sukap remaja yang telah mampu untu menentukan mana sikap yang pantas dan tidak untuk dilakukan. Contohnya saja yaitu ketika akan pergi mereka selalu berpamitan kepada orang tua, kemudian ketika mendapat masalah sebisa mungkin mereka berusaha mencari solusinya sendiri.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pola asuh orang tua berperan dalam menumbuhkan kemandirian remaja di dusun II desa Nibung Kecamatan Gunung Pelindung Kabupaten Lampung Timur tahun 2012. Peranan pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kemandirian remaja secara umum berada pada kategori kurang berperan,. Peranan pola asuh yang menonjol adalah pola asuh permissive indifferent, sedangkan pola asuh authoritative, authoritarian, dan permissive indulgent kurang dominan. Sementara itu kemandirian yang dimiliki remaja berada pada kategori kurang mandiri. Kemandirian yang diharapkan dari remaja terdiri dari tiga kategori yaitu kemandirin emosional, kemandirian perilaku dan kemandirian nilai. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan kemandirian nilai merupakan kemandirian yang telah dimiliki oleh remaja. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh 19 orang responden atau 50 % dari jumlah populasi penelitian masuk dalam kategori mandiri.

Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: a. Bagi orang tua sebaiknya dapat menjalankan peranannya dengan baik yaitu dengan cara menerapkan pola asuh yang tepat dan sesuai dengan karakter dan kebutuhan anak yang dapat dilakukan dengan mengajarkan anak akan tanggung jawab dan kewajibannya bukan hanya memenuhi apa yang menjadi tuntutan anak. Hal ini dilakukan agar kelak anak dapat menjadi pribadi yang mandiri dan bukan hanya mengandalkan orang lain Bagi remaja, sebagai generasi muda dan juga sebagai anak diharapkan dapat menuruti dan mentaati apa yang diajarkan oleh orang tua. Karena pada dasarnya tidak ada orang tua yang ingin menyulitkan atau pun menyesatkan anaknya. Semua dilakukan semata-mata karena orang tua sangat menyayangi anaknya dan menginginkan anaknya kelak dapat menjadi individu yang cerdas, terampil, dan mandiri.

b.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Bumi Aksara. _______________. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Irwanto, Danny. 1991. Kepribadian Keluarga Narkotika. Jakarta. Arcan Daradjat, Zakiah. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta. Gunung Agung. Depniknas. 2003. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung; Citra Umbara Donelson, Elaine. 1990. Asih Asah Asuh Keutamaan Wanita.. Yogyakarta. Kanisius Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta Mapierre, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya. Usaha Nasional Muhammad Ali dan Asrori. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta. Bumi Aksara. Munir. Zaldy. Peran Dan Fungsi Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak 2010. http://zaldym.wordpress.com. Diakses 21/04/2012. 10:45 Pertiwi, Indah. 2010. Persepsi Peran Orang Tua Mendampingi Anak Menonton Televisi di Kelurahan Kedung Mundu. Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus besar bahasa indonesia: edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Santrock, John. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga Singgih D. Gunarsa. 1984. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta . PT BPK Gunung Mulia Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga. Jakarta. Rineka Cipta ________________. 2007.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. CV Rajawali. Wirawan Sarlito. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Identitas Jurnal Pendidikan:

Nama NPM Prodi Jurusan Pembimbing I Pembimbing II Pembahas Seminar Hasil

: Tri Susilawati : 0813032050 : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) :Drs. Holilulloh, M.Si. : Yunisca Nurmalisa, S.Pd, M.Pd : Drs. Berchah Pitoewas, M.H.

You might also like