You are on page 1of 18

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS Nama Jenis Kelamin Umur Tempat, Tanggal Lahir Agama Warga Negara Status Pernikahan Pendidikan Terakhir Pekerjaan Alamat Tanggal Masuk RS.MM : Ny.E : Perempuan : 32 tahun : Bogor, April 1981 : Islam : Indonesia : Menikah : SLA : IRT : Bukit City Blok 58/17 Rt 04/14 Cibadak, Bogor : IGD 29 Juni 2013 Ruang Kresna 29 Juni 2013 II. RIWAYAT PSIKIATRI 1. Autoanamnesis pada tanggal 3 Juli 2013 di ruang Kresna Wanita 2. Alloanamnesis dengan suami pasien pada tanggal 3 Juli di ruang Kresna Wanita A. Keluhan Utama Pasien marah-marah sejak siang hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan Tambahan Sulit tidur, mudah tersinggung, menghancurkan barang di rumah, bicara dan tertawa sendiri, nafsu makan berkurang, lebih bannyak tiduran, curiga terhadap suaminya, tidak mampu merawat diri dan mengurus rumah tangga, sering berasa melihat sosok perempuan dan laki-laki.

B. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien dibawa ke RSMM Bogor oleh suami dengan keluhan marah-marah Sejak 2 bulan SMRS, pasien mulai bermalasan, tidur-tiduran, tidak mengurus rumah tangga, sulit untuk tidur. Pasien juga mudah tersinggung dengan suaminya dan sering marah-marah. Pasien mengatakan dia mempunyai kuasa indigo sejak kecil tetapi selama kebolehannya itu disembunyikan olehnya. Pasien sering mengatakan jika dia dapat melihat sosok laki-laki berada dekat samping suaminya namun lama-kelamaan sosok laki tersebut seorang wanita. Sejak dari itu, pasien sering menuduh suaminya melakukan hubungan seksual dengan wanita tersebut karena celana dalam suaminya sering basah. Menurut suami pasien, dia pernah dipukul di kemaluan saat sedang tidur karena istrinya memberitahu jika dia melihat ada wanita sedang melakukan seks oral dengan suaminya. Oleh karena itu, pasien sering marah-marah dan beramtam dengan suaminya. Selain itu, pasien juga mulai tidak keluar rumah dan bersosial dengan tetangga karena dia di terror 3 tetangganya dalam bentuk pencabulan. Menurut suaminya, pasien sering menyendiri dan mengelamun, bicara dan tertawa sendiri. Pasien juga pernah mengeluh kepada suaminya bahwa dia merasakan dirinya diikuti oleh seseorang. Suami pasien juga pernah melihat istrinya berperilaku aneh seolah sedang berhubungan intim dengan seseorang dan setelah itu pasien akan ke kamar mandi untuk membersihkan diri berkali-kali. Pasien mengirim kedua anaknya ke orangtua karena takut moral anaknya buruk gara-gara melihat pencabulan oleh tetangganya. Siang sebelum masuk rumah sakit, pasien dengan suaminya karena suaminya tidak mengerti jika dia tidak mahu melakukan hubungan intim dengan suaminya. Saat itu, pasien merasa sangat marah dan bertindak memecahkan asbak. Kemudian pasien di bawa ke rumah sakit oleh keluarga. C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. 2.

Riwayat Psikiatri Sebelumnya Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Riwayat Medis Lainnya Pasien di diagnosis menghidap penyakit HIV sejak tahun 2011. Pernah dirawat di RSMM. Sering kontrol ke poli NAPZA. Riwayat trauma kepala disangkal.

3.

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol Pasien mengatakan sudah berhenti merokok sejak 2 bulan yang lalu dan pernah minum alkohol tetapi sudah berhenti sejak tahun 2007. Penggunaan obat-obat terlarang disangkal oleh pasien.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat prenatal dan perinatal Belum dapat digali secara alloanamnesis karena suami pasien tidak tahu secara pasti. Pasien juga tidak tahu tentang kelahirannya.Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. 2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun) Belum dapat digali secara alloanamnesis karena suami pasien tidak tahu secara pasti. Pasien juga mengatakan kalau dia tidak ingat tentang masa kanak-kanaknya. 3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun) Belum dapat digali secara alloanamnesis karena suami pasien tidak tahu secara pasti. 4. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja a. Hubungan sosial Pasien mempunyai banyak teman dan hubungan dengan teman, saudara atau lingkungan semuanya baik. b. Riwayat pendidikan Pasien seorang yang aktif berolahraga dan mempunyai prestasi akademik yang cemerlang di sekolah. c. Perkembangan kognitif dan motorik

Tidak ada disfungsi otak atau gangguan perkembangan yang spesifik. d. Problem emosi atau fisik khusus remaja Tidak di dapatkan problem emosi atau fisik yang khusus saat remaja pada pasien. e. Riwayat psikoseksual Pasien menikah pertama kali pada usia 18 tahun dan mempunyai anak 2 orang dari hasil pernikahan tersebut. f. Latar belakang agama Pada awalnya pasien beragama Kristen, setelah menikah dengan suami pertama, pasien menukar agamanya ke Islam. Setelah menikah dengan suami kedua, pasien mulai mempelajari perihal agama. 5. Riwayat masa dewasa a. Riwayat pekerjaan Pasien saat ini tidak bekerja. Sebelumnya pasien tidak ada kerja yang tetap dan tempoh pekerjaan di setiap tempat singkat. b. Aktivitas sosial Pasien rajin mengikuti aktivitas sosial dengan tetangga. c. Kehidupan seksual masa dewasa Pasien menikah sebanyak 2 kali, yang pertama saat usia 18 tahun dan mempunyai 2 orang anak. Pasien menikah sekali lagi pada 26 tahun dan tidak mempunyai anak. E. Riwayat Keluarga Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Menurut pasien, hubungan dengan orang tua dan adiknya tidak akrab sejak pasien jadi mualaf. Menurut suaminya, tante pasien juga mempunyai masalah kejiwaan. Pasien tinggal bersama dengan suami dan kedua anaknya namun sejak sakit, anaknya tinggal bersama orang tuanya.

Genogram

Keterangan : : Pria : Meninggal dunia : Bercerai : Wanita : Pasien : 1 rumah

F. Riwayat Sosial Ekonomi. Suami pasien berdagang. Pendapatan sehari-hari cukup buat keluarga. G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya 1. 2. 3. Impian Pasien mengatakan ingin sekali pulang dan menguruskan rumah tangga. Sistem nilai Pasien kurang mampu mengurus diri sendiri sejak sakit. Dorongan kehendak Pasien tidak mempunyai dorongan kehendak pada saat ini.

4.

Hal yang menjadi sumber kejengkelan atau frustasi dan yang membuat bahagia atau senang Pasien merasa cemburu dan curiga terhadap suaminya.

II. STATUS MENTAL Dilakukan pada tanggal 3 Juli 2013 pukul 11.00 WIB di Ruang Kresna Wanita RS. Dr. Marzoeki Mahdi Bogor. A. Deskripsi Umum 1. Penampilan Umum Pasien seorang perempuan berumur 32 tahun, berpenampilan fisik tampak sesuai dengan usianya. Penampilan cukup rapi, memakai baju piyama berwarna krem, kulit sawo matang dan tidak berdandan atau berhias. 2. Kesadaran Neurologis/biologis Psikologis Sosial : compos mentis : terganggu : terganggu

3. Perilaku dan aktivitas motorik Sebelum wawancara : pasien sedang duduk bersama suami. Selama wawancara : pasien duduk dengan ekspresi yang tenang, hanya berbicara jika ditanya, kontak mata dengan pemeriksa kurang. Setelah wawancara : pasien tetap duduk di kursi. 4. Pembicaraan Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan volume suara yang cukup, spontan, dan lambat. 5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif B. Alam Perasaan 1. Afek 2. Mood : datar, echt, dangkal, skala differensiasi sempit : dysthym

3. Keserasian 4. Empati

: tidak serasi antara emosi dan isi pembicaraan. : tidak dapat diraba-rasakan

C. Gangguan Persepsi 1. Halusinasi Halusinasi visual (+) : pasien mengatakan dia melihat sosok wanita sedang berhubungn seksual dengan suaminya 2. Ilusi : Tidak ada 3. Depersonalisasi : Tidak ada 4. Derealisasi : Tidak ada D. Fungsi Intelektual 1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan Taraf Pendidikan Pengetahuan Umum Jakarta saat ditanya) Kecerdasan 2. Daya Konsentrasi 3. Orientasi Daya Orientasi Waktu Daya Orientasi Tempat Daya Orientasi Personal 4. Daya Ingat Daya Ingat Jangka Panjang hidupnya) :Baik (pasien dapat menceritakan perjalanan :Baik (pasien dapat menyebutkan mengidentifikasi hari, tanggal, bulan dan tahun) :Baik (pasien mengetahui dimana ia berada :Baik (pasien mengenali suaminya). sekarang. Pasien dapat menyebutkan ruang rawat, Ruang Kresna) :Baik (pasien bisa membaca dan menulis) :Baik (karena pasien dapat mengeja :SLA :Baik (dapat menyebut nama gubernur DKI

WAHYU dalam urutun terbalik)

Daya Ingat Jangka Pendek Daya Ingat Sesaat pemeriksa) 5. Kemampuan Visuospasial bertumpang tindih) 6. Pikiran Abstrak dan buah jeruk)

:Baik (pasien ingat hari ini jam berapa :Baik (pasien mampu mengulang nama :Baik (pasien dapat menggambar gambar :Baik (pasien dapat membedakan antara bola

sarapan, dan lauk makan apa saja)

7. Kemampuan Menolong Diri :Baik (pasien mau makan dan mandi secara teratur) E. Proses Pikir 1. Arus Pikir Produktivitas Kontinuitas Pikiran Hendaya Berbahasa 2. Isi Pikir Preokupasi Waham : Tidak ada. : Waham cemburu (pasien mengatakan dia melihat sosok wanita yang melakukan hubungan seksual dengan suaminya). Waham kejar (pasien mengatakan bahwa dia diteror oleh 3 tetangga dalam bentuk pencabulan). F. Pengendalian Impuls G. Daya Nilai 1. Daya nilai sosial : Pasien tenang selama wawancara : Cukup. Pasien dapat memberi jawapan sesuai pertanyaan tanpa terputus-putus. : Asosiasi longgar. : Tidak ada.

(pengendalian impuls cukup baik)

Terganggu ( ketika diberi pertanyaan apakah marah- marah baik, pasien menjawab kalau dia tidak marah tetapi dia hanya mengomel) 2. Uji daya nilai Baik 3. Penilaian realita Terganggu (karena ditemukan adanya perilaku kacau, waham dan halusinasi) H. Tilikan I. Taraf Dapat Dipercaya III. STATUS FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 3 Juli 2013 pukul 11:00 WIB di Ruang Kresna Wanita RSMM Bogor A. Status Internus Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Frekuensi napas Frekuensi nadi Suhu Status gizi Kulit Kepala Rambut Mata Telinga Gigi dan mulut Leher Jantung : Baik : Compos mentis : 100/70 mmHg : 20x/menit : 80x/menit : dalam batas normal : Kesan gizi baik : sawo matang : Tidak ada deformitas, normocephali. : Hitam, lebat, tidak mudah tercabut. : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, : Normotia, sekret (-) : Dalam batas normal : Pembesaran KGB (-) : Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-) : Derajat 1 : Tidak dapat dipercaya dipercaya

Paru Abdomen Ekstremitas

: Pergerakan dinding dada simetris, suara napas vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing -/: Datar, supel, bising usus normal, tidak ditemukan pembesaran hepar dan lien. : Akral hangat (+), edema (-)

B. Status Neurologis GCS Kaku kuduk Pupil Kesan parase nervus kranialis Motorik : 15 (E4,V5,M6) : (-) : Bulat, isokor : (-) : Kekuatan (5), tonus baik, rigiditas (-), spasme (-), hipotoni (-), eutrofi, tidak ada gangguan keseimbangan dan koordinasi Sensorik Reflex fisiologis Reflex patologis Gejala ekstrapiramidal Stabilitas postur tubuh Tremor di kedua tangan :Tidak ada gangguan sensibilitas : Normal : (-) : (-) : Normal : (-)

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Pasien seorang wanita berusia 32 tahun, dibawa ke RSMM Bogor oleh suami dengan keluhan marah-marah sejak siang sebelum masuk rumah sakit. Sejak 2 bulan SMRS, pasien mulai bermalasan, tidur-tiduran, tidak mengurus rumah tangga, sulit untuk tidur. Pasien juga mudah tersinggung dengan suaminya dan sering marah-marah. Pasien mengatakan dia mempunyai kuasa indigo sejak kecil tetapi selama kebolehannya itu disembunyikan olehnya. Pasien mengatakan dia dapat melihat sosok laki-laki berada dekat samping suaminya namun lamakelamaan sosok laki tersebut seorang wanita. Sejak dari itu, pasien sering

10

menuduh suaminya melakukan hubungan seksual dengan wanita tersebut karena celana dalam suaminya sering basah. Menurut suami pasien, dia pernah dipukul di kemaluan saat sedang tidur karena istrinya memberitahu jika dia melihat ada wanita sedang melakukan seks oral dengan suaminya. Selain itu, pasien juga mulai tidak keluar rumah dan bersosial dengan tetangga karena dia di terror 3 tetangganya dalam bentuk pencabulan. Menurut suaminya, pasien sering menyendiri dan mengelamun, bicara dan tertawa sendiri. Pasien juga pernah mengeluh kepada suaminya bahwa dia merasakan dirinya diikuti oleh seseorang. Suami pasien juga pernah melihat istrinya berperilaku aneh seolah sedang berhubungan intim dengan seseorang dan setelah itu pasien akan ke kamar mandi untuk membersihkan diri berkali-kali. Siang sebelum masuk rumah sakit, pasien dengan suaminya karena suaminya tidak mengerti jika dia tidak mahu melakukan hubungan intim dengan suaminya. Saat itu, pasien merasa sangat marah dan bertindak memecahkan asbak. Pada status mental ditemukan: Kesadaran Psikologis : terganggu Sosial : terganggu Sebelum wawancara : pasien sedang duduk bersama suami. Perilaku dan aktivitas motorik

Selama wawancara : pasien duduk dengan ekspresi yang tenang, hanya berbicara jika ditanya, kontak mata dengan pemeriksa kurang. Setelah wawancara : pasien tetap duduk di kursi. Pembicaraan : Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan volume suara yang cukup, spontan, dan lambat. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif Afek Mood Keserasian : datar, echt, dangkal, skala differensiasi sempit : dysthym : tidak serasi antara emosi dan isi pembicaraan.

Halusinasi : Halusinasi (+) 11

Kontinuitas Pikiran: Asosiasi longgar Waham : waham cemburu dan kejar Tilikan : Derajat 1 Taraf Dapat Dipercaya : Tidak dapat dipercaya

Perjalanan penyakit

Marah-marah, mudah tersinggung, merusak barang Bicara dan tertawa sendiri, mengelamun Halusinasi visual (+) Waham cemburu dan waham kejar (+) Perilaku kacau Aktivitas berkurang dan tidak dapat merawat diri sendiri dan tidak mengurus rumah tangga

2 bulan yang lalu Mulai timbul gejala

29 juni 2013- sekarang Dibawa ke RSMM dan dirawat di Kresna

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK Pada pasien terdapat pola perilaku atau psikologis yang secara bermakna dan khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan hendaya (disfungsi) dalam berbagai fungsi psikososial. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan jiwa. Diagnosis Aksis I : Berdasarkan anamnesis, pasien tidak memiliki riwayat cedera kepala, riwayat tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat

12

secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Berdasarkan pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan kondisi medis umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Pasien tidak mengalami gangguan yang bermakna yang menimbulkan gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan. Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif, seperti merokok, minum alkohol dan pemakaian narkoba sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan. Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan kedalam: Gangguan Skizofrenia (berdasarkan PPDGJ III) Pedoman diagnostik: Persyaratan yang normal untuk diagnosis skizofrenia ialah harus ada sedikitnya satu gejala tersebut di bawah yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang termasuk salah satu dari kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut di bawah, atau paling sedikit dua gejala dari kelompok (e) sampai (h), yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu 1 bulan atau lebih. (a) thought echo, thought insertion atau withdrawal, dan thought broadcasting (b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity yang jelas merujuk kepada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations) khusus : persepsi delusional (c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

13

(d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan manusia super (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain) (e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus (f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme (g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atu fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor (h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika (i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial Berdasarkan PPDGJ III, maka kasus ini dtitikberatkan pada: Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0)

14

Pedoman diagnostik : Memenuhi kriteria umum skiofrenia. Sebagia tambahan : o Halusinasi dan atau waham harus menonjol; a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing); b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atu lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol; c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi passivity (delusion (delusion of of influence), passivity), atau dan

keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, dalah yang paling khas; o Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, sert gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol. Diagnosis aksis II Untuk saat ini, diagnosis aksis II pada pasien belum dapat ditentukan. Diagnosis aksis III Pasien mederita penyakit HIV. Diagnosis aksis IV Pada anamnesis tidak didapatkan masalah psikososial.

15

Diagnosis aksis V Skala GAF : GAF HLPY : 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll) GAF saat masuk : 60-51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang). GAF saat ini: 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa). VII. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV Aksis V : Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0) (PPDGJ III) : Tidak ditemukan diagnosis : Penyakit HIV : Tidak ditemukan diagnosis : GAF HPYL : 80-71 GAF saat masuk : 61 GAF saat ini : 91 VIII. DAFTAR PROBLEM Organobiologi : Faktor genetik gangguan jiwa pada keluarga pasien disangkal. Psikologis Sosiobudaya : Terdapat halusinasi dan waham. : Hendaya dalam fungsi sosial.

IX. DIAGNOSIS BANDING X. PROGNOSIS Ad vitam : ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam Ad sanasionam : dubia ad malam A. Faktor yang memperingan : Tidak terdapat faktor genetik 16

B. Faktor yang memperberat : Dukungan keluarga yang kurang Pasien memhidap HIV

X. PENATALAKSANAAN Psikofarmaka : Haloperidol 3 x 5 mg Trihexyphenidyl 3 x 2 mg Risperidon 2 x 2 mg Psikoterapi :

Psikoterapi suportif dengan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan masalahnya dan meyakinkan pasien bahwa ia sanggup menghadapi masa-masa sulit dan masalah yang ada.

Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur dan memberikan dukungan kepada pasien bahwa gejala yang dialami akan menghilang dan dapat kembali pulang ke rumah apabila menurut dokter yang merawat keadaannya sudah membaik.

Memberikan edukasi pada pasien bahwa obat yang diminum tidak menimbulkan ketergantungan, justru sebagai pengontrol agar gejala yang dialami pasien dapat terkontrol dan pasien dapat menjalani kegiatan sehari-hari seperti sebelum sakit.

Memberikan dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali melakukan aktivitas seperti sebelum sakit kalau gejala yang dirasakan pasien dapat terkontrol.

Memberikan

pengetahuan

tentang

kehidupan

beragama,

berkeluarga, dan sosial yang baik. 17

Sosioterapi

- Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien agar mengerti keadaan pasien dan selalu memberi dukungan kepada pasien. - Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin kontrol ke poliklinik psikiatri dan mengambil obat secara teratur setelah selesai rawat inap dalam program rawat jalan. - Mengajarkan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan pendidikannya. - Memberikan informasi pentingnya activity daily living dalam kehidupannya sehari-hari dan meyakinkan pasien agar mau melaksanakan kegiatan tersebut.

18

You might also like