You are on page 1of 10

Pengaruh Ph Terhadap Aktivitas Enzim Hari Tanggal Waktu praktikum : 8.15-09.

45 Tempat Praktikum ke : TUJUAN Memahami pengaruh pH aktivitas enzim III. ALAT DAN BAHAN ALAT : Stop watch Tabung reaks Pipet tetes Cawan porselin Plastic Karet Lidi Korek Pembakar spirtus Indikator universal

BAHAN : Hati ayam Air NaOH HCL

H2O2

TEORI DASAR Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme makhluk hidup. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Oleh sebab itu enzim disebut sebagai salah satu katalisator alami. Enzim terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang tersusun atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas protein. Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun dari bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik). Enzim tak hanya ditemukan dalam sel-sel manusia dan hewan, namun sel-sel tumbuhan juga memiliki enzim sebagai salah satu komponen metabolismenya. Enzim katalase merupakan salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan. Enzim diproduksi oleh peroksisom dan aktif dalam melakukan reaksi oksidatif bahan-bahan yang dianggap toksik oleh tanaman, seperti hidrogen peroksida (H2O2). Enzim katalase termasuk ke dalam golongan desmolase, yaitu enzim yang dapat memecahkan ikatan C-C atau C-N pada substrat yang diikatnya. Cara kerja enzim dapat dijelaskan dalam dua teori, yaitu: Teori kunci dan gembok (enzim bekerja sangat spesifik. Enzim dan substrat memiliki bentuk geometri komplemen yang sama persis sehingga bisa saling melekat) dan teori ketepatan induksi (enzim tidak merupakan struktur yang spesifik melainkan struktur yang fleksibel. Bentuk sisi aktif enzim hanya menyerupai substrat. Ketika substrat melekat pada sisi aktif enzim, sisi aktif enzim berubah bentuk untuk menyerupai substrat). Namun dalam implementasinya, teori pertama yang dianggap paling sesuai dalam menjelaskan cara kerja enzim Aktivitas enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pH, tempratur, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, kosentrasi produk reaksi, konsentrasi garam anorganik, aktivitor dan inhibitor. Masing-masing faktor tersebut harus dikendalikan dengan sebaik-baiknya untuk menghasilkan hasilyang optimal.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN NO. PROSEDUR PENGAMATAN 4.1 Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim

8 7,4 6,8 6 5,2

Ditambahkan 5 ml larutan amilum 1 %, 2 ml larutan natrium klorida 0.1 M dan 2 ml larutan saliva (1:9) pada tiap tabung reaksi.

Setelah ditambahkan

Setelah ( + ) Iodine

catat perubahan yang terjadi. iodine) ! sedikit sebelum ditambahkan iodine. 7,4 8

AMATI pH 5,2 warna biru tua pH 6 warna biru agak muda pH 6 setelah ditambahkan asetat + pH 8 warna biru palin tua pH 7,4 warna biru tua 4.2 Pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim Larutkan 2 ml saliva dengan 8 ml aquadest, campurkan dengan baik.

Larutan Saliva

tabung reaksi yang berbeda sejumlah 6 tabung.

1 ml saliva

tetes larutan merkuri klorida 1%, 5 tetes larutan phenol 2%, 0,5 gram natrium florida dan 5 tetes aquadest.

Toluen kloroform HgCl phenol NaF aquadest

( ditaruh tabung tersebut pada rak tabung selama 10 menit sambil sesekali digojok perlahan-lahan ) Tambahkan 5 ml larutan amilum 1% pada tiap tabung reaksi. (+) Amilum 1 %

Toluen kloroform HgCl phenol NaF aquadest

-tiap tabung tersebut dalam water bath 380 C selama 15 menit. -masing tabung menjadi dua bagian untuk dilakukan uji iodine dan Benedict. uji Benedict uji Iodine

tabung 2 (+) kloroform warna tetap bening tabung 3 (+) HgCl warna tetap bening tabung 4 (+) phenol warna tetap bening tabung 5 (+) natrium florida warna bening dan dibawahnya terdapat endapan tabung 6 (+) aquadest warna tetap bening semua tabung setelah ditambahkan amylum larutan menjadi keruh tabung 1 (+) 3 tetes iodine pertama warna bening terdapat endapan dibawhnya tabung 2 (+) 3 tetes iodine pertama warna bening tabung 3 (+) 3 tetes iodine pertama warna menjadi orange tabung 4 (+) 3 tetes iodine pertama warna bening tabung 5 (+) 3 tetes iodine pertama warna bening

tabung 6 (+) 3 tetes iodine pertama warna menjadi kuning 3 tetes iodine teakhir tabung 1 warna bening terdapat endapan berwarna pink tabung 2 warna bening kekuning kuningan tabung 3 warna mejadi biru tabung 4 warna tetap bening tabung 5 warna tetap bening tabung 6 warna menjadi kuning (+) benedict warna larutan semua tabung biru Setelah dipanaskan Tabung 1 warna hijau kebiruan Tabung 2 warna hijau Tabung 3 tetap berwarna biru Tabung 4 berwarna hijau kebiruan Tabung 5 berwarna hijau terdapat ada endapan Tabung 6 warna hijaun kebiruan 4.3 Uji kuantitatif enzim ptyalin Dicampurkan 2 ml NaCl 0,1 M dengan 10 ml larutan amilum 1 %

Disimpan dalam penangas (+) larutan saliva ( 1:9 ) 8 tabung berisi 3 ml aquadest dan 3 tetes Iodine 0,01 M tabung 1 (+) 2 tetes larutan A

tabung 2 (+) 1 tetes aquadest dan 2 tetes larutan A

tabung 3 (+) 2 tetes aquadest dan 2 Tetes larutan A Pengenceran dilakukan bertahap pada tabung 4 samapi 8 Tetntukan amilase yang terkandung Setelah 22 menit larutan pada tabung warna tidak berubah atau tetap kecuali pada tabung ke 3 lebih bening

V. PEMBAHASAN Enzim katalase adalah salah satu jenis enzim yang umum ditemui di dalam sel-sel makhluk hidup, salah satunya adalah sel tumbuhan. Enzim katalase adalah enzim perombak hidrogen peroksida yang bersifat racun dan merupakan sisa/hasil sampingan dari metabolism. Apabila H2O2 tidak diuraikan oleh enzim ini, maka akan menyebabkan kematian pada sel-sel tumbuhan. Oleh sebab itu, enzim ini bekerja dengan merombak H2O2 menjadi substansi yang tidak berbahaya,yaitu berupa air dan oksigen. Selain bekerja secara spesifik pada substrat tertentu, enzim juga bersifat termolabil (rentan terhadap perubahan suhu) serta merupakan suatu senyawa golongan protein. Pengaruh temperatur terlihat sangat jelas, karena dapat merusak enzim dan membuatnya terdenaturasi seperti protein kebanyakan. Praktikum ini membahas mengenai pengaruh pH terhadap aktivitas enzim katalase. Aktivitas tersebut dapat diukur berdasarkan volume oksigen yang dihasilkan dari pencampuran suspensi tanaman kacang hijau yang ditambahkan dengan H2O2. Oksigen yang dihasilkan ini kemudian ditampung didalam sebuah gelas ukur berisi air sehingga dapat ditentukan volumenya. Melalui tabel hasil pengamatan, terlihat bahwa volume oksigen tertinggi adalah pada Ph 7,8 yakni sebesar 4,4 ml. Hasil tersebut menunjukkan bahwa enzim katalase mampu bekerja secara optimum pada pH yang cenderung basa (basa lemah). Menurut literatur, enzim katalase akan bekerja maksimum pada pH netral, yakni pH 7. Maka pada pH yang asam maupun basa, kapasitas enzim katalase untuk menguraikan H2O2 akan berkurang secara signifikan. Bahkan pada pH tertentu enzim akan berhenti bekerja samasekali. Oleh sebab itu, hasil percobaan kali ini dikatakan kurang sesuai dengan literatur yang ada. Ketidak sesuaian hasil yang praktikan dapatkan dapat dipacu oleh beberapa hal, antara lain: suspensi kacang hijau yang tidak hancur sempurna (enzim katalase belum seluruhnya terekstrak dari sel karena penghancuran sel yang tidak optimum), pengocokan tabung reaksi besar yang kurang kuat, kebocoran sumbat karet tabung reaksi besar dan selang plastik, serta udara yang terperangkap di bagian atas gelas ukur sewaktu dibalikkan. Enzim katalase pada tumbuhan terdapat paling banyak di bagian batang dan daun, khususnya pada selsel yang telah dewasa dan memiliki peroksisom sebagai penghasil utama enzim tersebut. Selain pH, faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kerja enzim adalah : suhu, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, adanya aktivator serta inhibitor. Semakin tinggi konsentrasi substarat dan konsentrasi enzim, maka kinerja enzim akan meningkat. Namun pada kondisi tertentu (maksimum) kinerja ini tidak dapat dipercepat kembali. Aktivator merupakan zat yang memicu kerja enzim, sedangakan inhibitor justru akan menghambat kerja enzim.

Enzim tertentu dapat bekerja secara optimal pada kondisi tertentu pula. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah sebagai berikut: Suhu Sebagian besar enzim mempunyai suhu optimum yang sama dengan suhu normal sel organisme tersebut. Suhu optimum enzim pada hewan poikilotermik di daerah dingin biasanya lebih rendah daripada enzim pada hewan homeotermik. Contohnya, suhu optimum enzim pada manusia adalah 37 C, sedangkan pada katak adalah 25 C Kenaikan suhu di atas suhu optimum dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan aktivitas enzim. Secara umum, tiap kenaikan suhu 10 C, kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat dalam batas suhu yang wajar. Hal tersebut juga berlaku pada enzim. Panas yang ditimbulkan akibat kenaikan suhu dapat mempercepat reaksi sehingga kecepatan molekul meningkat. Hasilnya adalah frekuensi dan daya tumbukan molekuler juga meningkat. Akibat kenaikan suhu dalam batas tidak wajar, terjadi perubahan struktur enzim (denaturasi). Enzim yang terdenaturasi akan kehilangan kemampuan katalisnya. Sebagian besar enzim mengalami denaturasi yang tidak dapat balik pada suhu 55-65 C. Enzim yang secara fisik telah rusak biasanya tidak dapat diperbaiki lagi. Hal tersebut merupakan salah satu alasan bahwa enzim lebih aman dimakan pada makanan yang sudah dimasak.Khususnya daging dan telur daripada makanan mentah. Pengontrolan panas terhadap susu dan makanan dengan bahan susu lainya secara dramatis mengurangi penyebaran penyakit seperti TBC. Pada suhu kurang dari suhu optimum, aktivitas enzim mengalami penurunan. Enzim masih beraktivitas pada suhu kurang dari 0C dan aktivitasnya hampir terhenti pada suhu 196 C. pH atau Keasaman Seluruh enzim peka terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Enzim menjadi nonaktif bila diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat. Sebagian besar enzim dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang agak sempit. Diluar pH optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat. Misalnya, enzim pencerna dilambung mempunyai pH optimum 2 sehingga hanya dapat bekerja pada kondisi sangat asam. Sebaliknya, enzim pencerna protein yang dihasilkan pankreas mempunyai pH Optimum 8,5 . Kebanyakan enzim intrasel mempunyai pH optimum sekitar 7,0 (netral). Pengaruh pH terhadap kerja enzim dapat terdeteksi karena enzim terdiri atas protein. Jumlah muatan positif dan negative yang terkandung didalam molekul protein serta bentuk permukaan protein sebagian ditentukan oleh pH. Konsentrasi Enzim, Substrat dan Kofaktor. Jika pH dan suhu suatu sistem enzim dalam keadaan konstan serta jumlah substrat berlebihan, laju reaksi adalah sebanding dengan enzim yang ada. Jika pH, suhu, dan konsentrasi enzim dalam keadaan konstan, reaksi awal hingga batas tertentu sebanding dengan substrat yang ada. Jika sistem enzim memerlukan suatu koenzim atau ion kofaktor , konsentrasi subsrat dapat menentukan laju keseluruhan sistem enzim.

Inhibitor Enzim Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat kimia tertentu. Zat kimia tersebut merupakan senyawa selain substrat yang biasa terikat pada sisi aktif enzim (substrat normal) sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi persaingan untuk mendapatkan sisi aktif . Persaingan tersebut terjadi karena inhibitor biasanya mempunyai kemiripan kimiawi dengan substrat normal. Pada konsentrasi Substrat yang rendah akan terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi, kondisi tersebut berbalik bila konsentrasi substrat naik. VI KESIMPULAN o pH optimum untuk aktivitas enzim melalui percobaan uji pengaruh pH terhadap aktivitas enzim didapat pada pH 6. o Berdasarkan percobaan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim, ditemukan bahwa HgCl merupakan inhibitor yang paling bai, sedang phenol merupaka inhibitor yang paling buruk. o Pada uji asam tabung pada pH tertentu pHnya berubah menjadi netral atau asam. o Pada perc 1 pada pngaruh pH tabung yang berisi bermacam macam pH warna berubah menjadi biru semua tetapi ada yang pekat dan ada yang muda. o pada uji Iodine larutan berubah warna o pada uji benedict warna asl biru setelah dipanaskan warna menjadi hijau

VII. DAFTAR PUSTAKA Pujiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press Fessenden, Ralph J. 1997. Fundamentals of OrganicChemistry. Jakarta : Binarupa Aksara Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Murrey, Robert K. 2002. Biokimia. Jakarta : Harper Ecg

Diposkan oleh sogay di 03.54 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Tidak ada komentar: Poskan Komentar

Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Pengikut

Arsip Blog 2011 (24) Juni (5) pengaruh pH dan inhibitor aktivitas enzim makalah paratiroid laporan disolusi laporan viskositas dan rheology laporan kelarutan Mei (6) April (13) Mengenai Saya

sogay saya orang baik baik hahahaha Lihat profil lengkapku Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like