Professional Documents
Culture Documents
(RUSNAS)
DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
Oleh:
Ir. Iding Chaidir, MSc
PUSAT PENGKAJIAN DAN PENERAPAN
TEKNOLOGI BUDIDAYA PERTANIAN
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Disampaikan Pada:
Rapat Kerja Teknis (RAKERNIS)
Pusat Riset Perikanan Budidaya, BRKP – DKP
Surabaya, 29-30 November 2005
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL 4
I. PENDAHULUAN 5
1.1 1.1 Latar Belakang 5
1.2 Permasalahan 6
1.3 Tujuan 6
V. MANAJEMEN KEGIATAN 26
LAMPIRAN
2
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
3
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas)
dilaksanakan oleh suatu konsorsium antar lembaga
penelitian, perguruan tinggi, dan industri dan dikoordinasikan
oleh “lembaga pengelola” yang ditunjuk oleh KMNRT. Untuk
Rusnas Pengembangan Teknologi Kelautan (Rusnas Kerapu),
lembaga pengelola yang ditunjuk sesuai dengan Keputusan
Menneg Ristek Nomor: 34A/M/Kp/III/2001, tanggal 12 Maret
2001, adalah Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Budidaya Pertanian (PPP-TBP) , Kedeputian Bidang
Agroindustri dan Bioteknologi, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi.
Dalam pelaksanaannya, lembaga pengelola berkewajiban
untuk menyusun Rencana Induk yang dijadikan sebagai acuan
bagi berbagai pelaku yang terlibat dalam program Rusnas
Kerapu. Selanjutnya, berdasarkan Rencana Induk ini, masing-
masing stakeholder (instansi litbang pemerintah, universitas,
swasta) yang terlibat dapat melaksanakan peranannya
secara terkoordinasi dan sinergi sehingga mencapai
keunggulan inovasi di bidang agribisnis kerapu.
Rencana Induk ini disusun sebagai acuan bagi pelaksanaan
Rusnas Kerapu sehingga mampu mendorong pembangunan
sektor perikanan, khususnya komoditi Kerapu di Indonesia.
Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran tentang
perencanaan dan pelaksanaan program Rusnas yang mungkin
dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan
kegiatan diset di bidang perikanan dan kelautan.
Kerapu merupakan ikan-ikan yang hidup di terumbu karang,
yang dalam dunia internasional dikenal dengan nama
groupers atau coral reef fishes. Ikan-ikan ini memiliki nilai
ekonomis tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan di
Indonesia. Kerapu bebek atau kerapu tikus (Cromileptes
altivelis), kerapu sunu (Plectopomus leopardus), kerapu
macan (Ephinephelus fuscogutatus), kerapu lumpur
4
(Ephinephelus tauvina), kerapu batu dan ikan napoleon
(Chelinius undulatus) adalah jenis-jenis kerapu yang banyak
terdapat di perairan Indonesia. Gambaran Visual tentang
jenis-jenis kerapu ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Dengan
karakteristik sebagai negara kepulauan, maka Indonesia
memiliki keunggulan komparatif yang tinggi untuk komoditi
ikan kerapu tersebut.
Ikan kerapu diperdagangkan dalam keadaan hidup, dengan
harga jual yang relatif tinggi. Harga ikan kerapu tikus di
tingkat nelayan dapat mencapai US$ 20 (Rp 200.000,-) untuk
setiap kilogramnya. Ikan tersebut diekspor terutama ke
Hongkong dengan harga jual yang berlipat kali. Pada tahun
2000, Hongkong mengimpor 9.827 ton ikan kerapu hidup,
dengan pemasok utama China, Thailand, Philipina, Indonesia,
Australia dan Malaysia. Pangsa Indonesia hanya sekitar
9,39% dari semua pemasok ikan kerapu ke Hongkong. Impor
kerapu di Hongkong setiap tahunnya dapat mencapai 21.000
ton. Adapun jenis serta jumlah setiap jenisnya dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tingginya harga jual telah mendorong penangkapan ikan
kerapu secara besar-besaran di perairan terumbu karang dan
dijual dalam keadaan hidup. Penangkapan ikan kerapu
tersebut pada umumnya dilakukan secara tidak terkendali.
Banyak nelayan yang menggunakan bahan peledak atau
racun sianida untuk menangkap kerapu, sehingga
menghancurkan terumbu karang dan memusnahkan populasi
ikan kerapu secara permanen. WWF melaporkan bahwa
kondisi terumbu karang Indonesia hanya 6% yang masih
dalam kondisi baik, 24% dalam kondisi normal, 28% dalam
kondisi rusak dan 42% rusak parah.
Tabel 1. Impor Ikan Kerapu Hongkong Tahun 1998.
No Spesies kerapu Volume (Kg) Nilai (000
US$)
1 C. Altivelis (Kerapu Tikus) 13.714 424
2 E. lanceolatus 280 4
3 Plectopormus spp (Sunuk) 640.156 12.096
4 Epinephelus spp (Macan) 4.860.318 32.245
5 C. undulatus (Napoleon) 1.796 33
6 Scaridae 9.984 113
7 Centropomidae 1.346.073 3.550
8 Other Coral Fishes 13.994.042 83.875
Total 21.066.363 132.324
Sumber: Ditjen Perikanan Budidaya – DKP, 2002.
5
1.2 Permasalahan
Pola produksi ikan kerapu melalui penangkapan di perairan
terumbu karang dengan cara-cara yang merusak lingkungan
seperti yang ada sekarang ini, tidak akan bertahan lama. Hal
ini disebabkan karena kerapu merupakan jenis ikan yang
bersifat “domestik” yaitu tinggal dan hidup di areal tertentu
dan tidak mengembara, dan mempunyai siklus hidup yang
lama (5-10 tahun), sehingga sangat mudah menjadi punah
dan sulit untuk memulihkan kembali populasinya. Kondisi ini
akan lebih parah apabila terumbu karang sebagai habitat
mereka rusak akibat penggunaan bahan peledak dan sianida.
Perkembangan produksi ikan kerapu melalui proses
domestikasi, yaitu melalui pembenihan (hatchery) dan
pembudidayaan di karamba jaring apung belum berkembang
akibat belum dikuasainya teknologi. Produksi ikan kerapu
masih didominasi oleh kegiatan penangkapan. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 2, dimana pada tahun 2001 sekitar 87,3%
produksi ikan kerapu masih dihasilkan dari kegiatan
penangkapan. Meskipun upaya pengembangan budidaya
terus dilakukan, namun upaya tersebut belum mencapai hasil
yang memuaskan.
Tabel 2. Produksi Ikan Kerapu Indonesia Tahun 1999-2001
(ton).
No Uraian 1999 2000 2001 Kenaikan
(%)
1 Budidaya 1.759 6.879 7.500 150,05
2 Penangkapan 43.472 48.422 51.405 8,77
Jumlah 45.231 55.301 58.905 14,39
Sumber: Ditjen Perikanan Budidaya, DKP, 2002.
Riset di bidang budidaya kerapu masih dilakukan secara
parsial dan cenderung tumpang tindih oleh lembaga riset
maupun perguruan tingi. Rendahnya penguasaan tenologi
budidaya mengakibatkan kegiatan penangkapan di laut masih
terus berlangsung dan apabila pengembangan budidaya tidak
dipercepat maka tidak mustahil kepunahan ikan kerapu akan
terjadi dan potensi devisa melalui ekspor ikan kerapu hidup
tidak akan tercapai.
1.3 Tujuan :
Program Rusnas Kerapu ditujukan untuk:
6
(1). Mengakselerasi penguasaan teknologi budidaya kerapu
melalui integrasi kegiatan riset oleh berbagai lembaga
riset dan perguruan tinggi;
(2). Menggalang kerjasama (“linkage”) antara penyedia
teknologi (lembaga riset/PT) dengan pengguna teknologi
(industri/masyarakat) di bidang kerapu;
(3). Mendorong pengembangan budidaya kerapu serta
industri terkaitnya, (“technoindustrial cluster”) termasuk
peran serta UKM.
PENAM-
PENAN EKSPOR
PUNGAN DEVIS
GKAPA KERAPU
IKAN A
N HIDUP
HIDUP
IKAN
INDU UNDE
K BENI
H R SIZE
TRANSPORT PASAR
IKAN HIDUP DOMEST
IK
8
Jalur produksi kerapu yang kedua adalah jalur budidaya
sebagaimana digambarkan pada alur bagian bawah Gambar
1. Di dalam sistem produksi melalui budidaya paling tidak
meliputi komponen tata ruang, penyediaan induk,
pembenihan (hatchery), pemeliharaan larva, pembesaran,
penanganan pasca panen / transportasi, dan pemasaran.
Khusus untuk subsistem produksi, diperlukan dukungan
penelitian dan pengembangan (litbang) yang merupakan
perhatian utama Program Rusnas Kerapu.
10
Gambar 3. Identifikasi Masalah dan Pembentukan Kelompok Kerja
PENAM-
PENAN IKAN PUNGAN
GKAPA UKURAN
IKAN EKSPOR
N HIDUP KERAPU
HIDUP
BENI IKAN TRANSPOR
SISTEM INDU H UNDER
T IKAN
K
PRODU SIZE
HIDUP
PASAR
DOMEST
TATA PEMEL PEMB PEMELI BUDIDAY IK
RUAN I E HARAAN A (PEMBE
G HARAA NIHA LARVA SARAN)
11
Rumusan permasalahan yang dihadapi dan perlu dipecahkan
oleh setiap kelompok kerja adalah sebagai berikut:
Lingkungan dan Tata Ruang
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan tata ruang
adalah belum tersedianya peraturan daerah yang tegas yang
mengatur tata ruang kawasan budidaya laut. Hal ini
menyebabkan keengganan bagi investor untuk melaksanakan
investasi. Selain itu belum ada pemetaan secara rinci
tentang lokasi budidaya kerapu yang sesuai di setiap daerah
dan belum diketahui daya dukungnya terhadap
pengembangan budidaya kerapu.
Penyakit Ikan
Dalam bidang pembenihan dan budidaya masih dihadapi
masalah penyakit yang sering menjangkiti ikan kerapu
sehingga mengakibatkan kematian massal. Untuk itu perlu
dilakukan pengkajian cara-cara pencegahan dan penanganan
penyakit baik melalui pengembangan imunostimulan maupun
vaksin.
12
Budidaya
13
pengangkutan ikan kerapu relatif mahal. Untuk itu diperlukan
teknologi untuk mempertahankan ikan dalam keadaan hidup
selama pengangkutan dengan biaya yang murah. Selain itu
dapat dikembangkan disain kapal pengangkut ikan hidup
yang efisien.
15
Tabel 3. Tujuan dan Agenda Riset Setiap Kelompok Kerja Rusnas Kerapu
LINGKUNGAN BENIH DAN NUTRISI DAN PENYAKIT BUDIDAYA PASCA PANEN PASAR &
& TATA INDUK PAKAN IKAN PENG. USAHA
RUANG
Tujuan: Tujuan: Tujuan: Tujuan: Tujuan: Tujuan: Tujuan:
Menguasai Menguasai Mengembangka Mengembangka Menguasai Menguasai Mengembangka
informasi lokasi teknologi n formula n formula teknologi teknologi n model usaha
budidaya pembenihan pakan kerapu mengatasi budidaya KJA, transportasi yg menarik
kerapu & daya kerapu tikus, induk, benih penyakit Tambak & Bak ikan hidup yang minat investor
dukung napoleon & dan endemik terkontrol.
terkontrol. efektif & efisien & petani ikan.
kawasan sunuk pembesaran.
pembesaran. kerapu
potensial.
potensial.
16
Agenda Riset: Agenda Riset: Agenda Agenda Riset: Agenda Riset: Agenda Riset: Agenda Riset:
Riset::
•Pengembanga •Pemetaan •Pengembanga •Perumusan •Pengembanga •Studi Lingkup
n model daya genetik •Pengembanga n vaksin dan SOP Budidaya n teknik dan Skala
dukung (karekterisasi) n formula metoda kerapu di KJA; imotilasi karapu Usaha
lingkungan ikan kerapu; pakan induk; vaksinasi untuk •Pengkajian hidup; •Kajian model
budidaya; •Pemuliaan •Pengembanga patogen budidaya •Pengembanga kemitraan;
•Survel lokasi induk melalui n formula tertentu; kerapu di n kontainer •Studi
budidaya penyilangan pakan benih; •Pengembanga tambak; pengangkut kebijakan
potensial (cross •Pengembanga n •Pengkajian ikan hidup; tataniaga;
•Survey breeding) n formula imunostimulan budidaya •Pengembanga •Studi dinamika
distribusi • Penguasaan pakan dan metoda kerapu di bak n biofiltrasi pasar;
spatial kerapu; teknik pembesaran; imunisasi; terkontrol; untuk
•Survel pembenihan •Pengembanga •Pengembanga •Pengembanga penampungan
kawasan napoleon. n pakan alami n metoda n Konstruksi kerapu bhidup;
spawning •Penguasaan untuk benih penanganan KJA Tahan
ground; teknik napoleon dan kualitas air Lama;
pembenihan sunuk; untuk •Rancangbangu
kerapu sunuk; •Pengembanga mengindarkan n automatic
•Penguasaan n formula penyakit; feeder;
teknik pakan ramah •Pengembanga •Pengembanga
pembenihan lingkungan n induk bebas n sistem kontrol
kerapu tikus (environment patogen (SPF) otomatis bak
dan macan; friendly) dan tahan pemeliharaan;
•Penembangan
sistem sirkulasi
air tertutup
budidaya;
17
III. TECHNOLOGY ROADMAP
18
diarahkan pada produk pakan larva, pakan induk dan pakan
pembesaran.
Gambar 6 menggambarkan Roadmap untuk teknologi
produksi vaksin Vibrio, dan 6a menggambarkan Roadmap
penanganan penyakit yang ditujukan untuk menguasai
teknologi produksi vaksin, immunostimulant, manajemen
kualitas air, produksi induk bebas penyakit dan metoda
treatment penyakit.
Gambar 7 menjelaskan tentang Roadmap teknologi budidaya
kerapu yang secara umum diarahkan untuk menguasai
teknologi produksi ikan kerapu yang memiliki pertumbuhan
cepat, mortalitas rendah, dan tekstur daging baik. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan riset yang
berhubungan dengan budidaya kerapu di KJA, budidaya di
tambak dan budidaya di bak terkontrol. Riset yang dilakukan
meliputi disain konstruksi KJA, padat penebaran (density),
jenis dan frekuensi pemberian pakan, penggunaan shelter,
seleksi benih dan riset sistem biofilter untuk sistem sirkulasi
tertutup.
Kelompok kerja pemasaran dan pengembangan usaha
mengembangkan roadmap riset dalam rangka
pengembangan paket usaha yang menguntungkan pelaku
usaha, jaringan tata niaga dan strategi pengembangan pasar
ikan kerapu. Riset yang dilakukan oleh kelompok kerja ini
lebih berupa penelitian ekonomi dan pemasaran yang
sifatnya memberikan masukan bagi kebijakan pengembangan
agribisnis kerapu.
19
20
Gambar 4. ROADMAP BENIH – INDUK UNGGUL
PASAR INDUK
BENIH BENIH KERAPU
(Marke UNGGUL UNGGUL PENGHASIL
t) F2 F3 BENIH
PRODU
BENIH F3
K INDUK BENIH F2 INDUK HASIL INDUK
HASIL SELEKSI
(Produ F1 F2 SELEKSI F3
HASIL HASIL HASIL
ct)
PERSILANGAN PERSILANGAN
ANTAR COHORT ANTAR COHORT
21
Gambar 5. ROADMAP TEKNOLOGI PAKAN IKAN
Trend
KERAPU Environmentally
Artificial Diet
Friendly Diet
Pasar
Diet for
Diet for Less Pollutant Diet
Brood
Produk & Growing
stock
Proses Diet for
Produksi
Moist Compres Extrusi
Micro on
- sed
Diet
1st 2nd
Pellet
Alur Mixing Mixing Mixing
Teknologi 1 2 3 Mixing
4
st
1 Diet Formula of
Grouper
2nd Diet Formula of
Formula Pakan Grouper
Jenis Ikan Lain
Analisis Kebutuhan
Low phosphorus or Ash
Nutrisi ikan Kerapu
Riset dan Ingredients;
Pengembanga Pengembangan
n Ingredients
Riset Manajemen
Pemberian Pakan
Tahun 2003 2004 2005
2006 2007
22
Gambar 6. ROADMAP PRODUKSI VAKSIN
VIBRIO
PASAR VAKSIN
(Market) VIBRIO UTK
Vaksin
PRODUK Polivalen VAKSIN
(Product) Antigen H Calon VIBRIO
dan O Vaksin
23
Gambar 6 a. ROADMAP TEKNOLOGI PENANGANAN PENYAKIT IKAN KERAPU
24
Gambar 7. ROADMAP TEKNOLOGI BUDIDAYA KERAPU
UJI COBA BUDIDAYA KERAPU DI KJA, TAMBAK AIR PAYAU DAN BAK
TERKONTROL
DISAIN
KONSTRUKSI KJA
TAHUN 0 1 2 3 4 5
25
Gambar 8. ROADMAP POKJA PEMASARAN, DAN PENGEMBANGAN USAHA
Jaringan dan
Alternatif Peta potensi
Regulasi tataniaga
O Paket usaha yang yang Permintaan dan
U Efektif dan Efektif dan efisien penawaran
T efisien
P
U Model
Sistem Stategi
T Pengembanga
Informasi Ekspansi
n
kerapu pasar
27
Data base hasil penelitian, kajian , kebijakan dan potensi
pasar ikan kerapu
Kebijakan pemerintah dalam pengaturan perdagangan
langsung dari para nelayan, eksportir kepada pembeli
dari luar negeri. (misal: peraturan kapal-kapal asing yang
membeli langsung kepada para nelayan/penampung di
laut/lokasi)
Jangka Menengah
Terbentuk kawasan pusat pengembangan perikanan
kerapu (percontohan)
Terbentuk jaringan kemitraan antara industri, lembaga
penelitian dan perguruan tinggi yang terkait dengan
kegiatan produksi dan pemasaran
Data kawasan potensial untuk pengembangan budidaya
kerapu sebagai bahan untuk pembuatan RUTR
pemerintah daerah
FORKERI menjadi organisasi yang mandiri sebagai
wahana para stake holder mengembangkan industri
perikanan kerapu
Model untuk penentuan daya dukung kawasan KJA dalam
budidaya ikan kerapu
Benih dengan keragaman genetik tinggi
SOP pembentukan Induk ikan Kerapu
Calon induk ikan kerapu (F1)
Tersedia beberapa formula pakan buatan ikan kerapu
Jangka Panjang
Pemantapan kawasan pusat pengembangan perikanan
kerapu
Pemantapan jaringan kemitraan antara industri, lembaga
penelitian dan perguruan tinggi yang terkait dengan
kegiatan produksi dan pemasaran
Induk ikan kerapu unggul dengan karakter spesifik
28
29
V. MANAJEMEN KEGIATAN
30
hal administrasi keuangan, disamping mengkoordinir kegiatan
Lokakarya, Rapat Pokja, Forum Kerapu dan pengelolaan
website. Sedangkan Koordinator Program Riset berhubungan
dengan Pokja dalam hal perumusan dan pelaksanaan
kegiatan riset, selain melaksanakan kegiatan yang berkaitan
dengan komersialisasi produk, pilot proyek, teaching industry
dan pengembangan Technoindustrial Cluster. Anggota pokja
terdiri dari Mitra Lembaga Litbang maupun Mitra Agribisnis.
Program Rusnas Kerapu dilaksanakan oleh suatu konsorsium
antar lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan industri dan
dikoordinasikan oleh “lembaga pengelola” yaitu Pusat
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian
(PPP-TBP) , Kedeputian Bidang Agroindustri dan Bioteknologi,
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Dalam pelaksanaannya, lembaga pengelola menghimpun
berbagai pelaku yang terlibat dalam agribisnis kerapu untuk
secara bersama-sama merumuskan “technological road map”
dan membentuk “techno industrial cluster” di bidang
agribisnis kerapu. Selanjutnya, berdasarkan technological
roadmap yang telah tersusun, masing-masing stakeholder
(instansi litbang pemerintah, universitas, swasta) yang
terlibat dapat melaksanakan peranannya secara terkoordinasi
dan sinergi sehingga mencapai keunggulan inovasi di bidang
agribisnis kerapu.
Dalam mensinergikan berbagai kemampuan dan potensi
pengembangan teknologi budidaya kerapu, yang perlu
pertama kali dilakukan adalah identifikasi dan pemetaan
aktivitas berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi
maupun kegiatan bisnis pihak swasta/pengusaha. Beberapa
instansi diketahui telah melakukan kajian teknologi budidaya
kerapu secara terpisah, diantaranya Balai Budidaya Laut
Lampung, Balai Budidaya Air payau Situbondo, Balai Riset
Perikanan Pantai Gondol dan Balai Besar Budidaya Air payau
Jepara. Selain Lembaga-lembaga di atas yang sebagian besar
dibawah lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan,
BPPT mempunyai program unggulan dalam kaitannya dengan
pengembangan teknologi budidaya kerapu. Cakupan
penanganan permasalahannya cukup koprehensif dan sesuai
dengan sumberdaya yang dimiliki, BPPT telah menetapkan
untuk menangani dari budidaya sampai pascapanen dengan
kajian-kajian secara tekno-ekonomi.
31
VI. EXIT STRATEGY
32
termasuk didalamnya electronic news (e-news) via web site
www.kerapu.com maupun demplot berupa pelatihan dsbnya.
Dalam penerapannya akan disesuaikan dengan kondisi yang
ada (bentuk kerjasama atau lainnya), tergantung pada
kesiapan penggunanya (kemampuan finansial, SDM, dsb).
Beberapa produk, proses produksi yang dapat dihasilkan
antara lain:
Ephinephelus. fuscoguttatus
33
Brown marbled grouper
(Kerapu Macan)
Epinephelus tauvina
Green grouoper
(Kerapu Lumpur)
Epinephelus malabaricus
Estuarine grouper
(Kerapu Malabar)
Plectopomus leopardus
Spotted coral grouper
(Kerapu Sunu)
Chelinius undulatus
Napoleon wrasse
(Ikan Napoleon)
Epinephelus lanceolatus
Giant grouper
(Kerapu Ketang)
1999 2000
Negara
Volume % Volume %
34
Fiji 200 0,00
France 4.040 0,04
Iceland 456 0,00
India 10.832 0,10
Indonesia 1.100.964 9,91 922.896 9,39
Japan 743 0,01 43.2330,44
Kenya 200 0,00
Kiribati 15.000 0,14
Korea 3.215 0,03 1.792 0,02
China 3.148.746 28,35 3.164.172 32,20
Malaysia 780.890 7,03 409.979 4,17
Maldives 66.500 0,60 19.500 0,20
Marocco 97 0,00
Mynmar 8.272 0,07 550 0,01
Namibia 955 0,01
Nauru 282 0,00
Papua New Guinea 90 0,00
Philippines 657.834 5,92 1.035.446 10,54
Seychelles 25.000 0,25
Singapore 41.892 0,38 11.761 0,12
South Afrika 245 0.00
Srilanka 726 0,01
Taiwan 1.081.141 9,73 941.410 9,58
Thailand 3.533.974 31,82 2.462.122 25,05
Togo 840 0,01
Vietnam 187.327 1,69 143.279 1,46
35
Lampiran 4. Daftar Harga Ikan Makanan Hidup di Hong Kong,
1970 – 2000 (US$ /Kg)
Red Grouper 14 14 11 43 33 30
(E. akaara)
Green Grouper 10 11 - 28 23 23 19 17 12 14 11
(E. Coides)
Humphead Wrasse - - - - - 63 - 63 - 60 -
(Checlinus Undulatus)
Highfinned Grouper - - - 63 - 63 - - - 60 -
(Cromilepter altivelis)
Tiger Grouper - - - 15 - - - 28 23 26 21
(E.fuscoguttatus)
Sumber : IMA Hong Kong, Februari 2001
36