You are on page 1of 30

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Sampai saat ini Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia dan tidak ada satu negara pun di dunia yang bebas tuberkulosis.1 World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit TB merupakan masalah utama kesehatan di dunia, dimana setiap tahunnya ditemukan 9 juta pasien TB baru dan hampir 2 juta orang meninggal akibat penyakit ini1,3. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar pasien TB adalah usia produktif (15-55 tahun). Cara penularan TB adalah Airborne sehingga seseorang dengan kuman TB yang aktif, dapat menulari 10-15 orang per tahun 1,2 Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia berada pada peringkat 5 dunia pasien TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-3 kasus TB terbanyak setelah India dan China.3,4 Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia. Diperkirakan, setiap tahun ada 429.730 kasus baru dan 62.246 kasus kematian. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif.5 Menurut laporan WHO 2011, terdapat 8,8 juta insiden tuberkulosis (TB), 1,1 juta kematian akibat TB pada pasien dengan HIV negatif dan 0,35 juta pasien TB disertai HIV positif pada tahun 2010. Terdapat sebanyak 5,7 juta laporan kasus baru dan kasus berulang, bersamaan dengan anggaran bilangan insiden kasus pada tahun 2010 yaitu sebanyak 65%. India dan China menyumbang 40% dan Afrika dilaporkan menyumbang sebanyak 24% kasus TB dari keseluruhan kasus TB di dunia pada tahun 2010.6 Dalam usaha menumpas penyakit TB ini WHO sebenarnya telah memperkenalkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Strategi ini terdiri atas lima komponen utama yakni adanya komitmen politik, tersedianya pelayanan pemeriksaan mikroskopik, terjaminnya penyediaan obat yang merata dan tepat waktu, adanya sistem monitoring yang baik, dan adanya program pengawasan keteraturan minum obat disertai jaminan agar setiap pasien pasti minum obat sampai tuntas. Penanganan TB secara langsung, terawasi, cepat, dan tuntas ini sebenarnya ampuh dan efektif untuk menumpas TB.3 Permasalahan yang saat ini dihadapi ialah munculnya pasien yang mengalami resisten terhadap pengobatan TB (Multi Drugs Resistance Tuberculosis atau MDR-TB). Menurut WHO, terdapat lebih dari 500.000 kasus TB di Indonesia yang resisten terhadap berbagai jenis obat anti
1

tuberkulosis (Multi Drugs Resistance Tuberculosis atau MDR-TB), dan hanya 1% dari populasi kasus TB-MDR sedunia yang menerima pengobatan yang sesuai.1,7 Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap di masa lalu, diduga menjadi penyebab terjadinya kekebalan ganda kuman TB terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau Multi Drugs Resistance (MDR). Mulai tahun 1995 hingga 2010, 55 juta pasien TB telah diobati dengan pelaksanaan strategi DOTS / Stop TB Strategy, dan 46 juta telah berhasil sembuh sempurna. Di peringkat global, pada tahun 2009, tingkat keberhasilan pengobatan untuk kasus basil tahan asam (BTA) positif dan kasus-kasus baru TB menurut WHO adalah sebanyak 87%. Melalui pelaksanaan program ini telah menyelamatkan hampir 7 juta nyawa.6 Angka penjaringan suspek TB di Indonesia tahun 2010 adalah 167 per 100.000 penduduk, sedangkan untuk provinsi Jawa Barat adalah 177 per 100.000 penduduk. 5 Manakala perkiraan jumlah suspek di Indonesia menurut Global TB Control (WHO Report, 2000) adalah 13/1000. Besarnya jumlah penduduk khususnya di Jawa Barat menyebabkan program ini belum optimal dilaksanakan.8 Kontribusi Jawa Barat dalam jumlah pasien TB nasional menjadi yang tertinggi (18%). Insidens TB BTA positif sebesar 102 per 100.000 penduduk, sedangkan di kabupaten Karawang, diperkirakan angka pasien baru setiap tahun bertambah sebesar 2.295 kasus dengan prevalensi 110 per 100.000 penduduk (Program P2PM, P2TB Paru Dinkes Kabupaten Karawang 2009).9 Materi yang dievaluasi dalam program ini diperoleh dari laporan bulanan Program Penanggulangan Tuberkulosis paru (P2TB) di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 yang meliputi penemuan tersangka pasien TB paru (Tuberkulosis Case Finding), penentuan diagnosis TB paru, pengobatan pasien Tuberkulosis dengan menggunakan strategi DOTS, pengendalian pengobatan dibawah pengawasan PMO, Follow Up pasien TB, penyuluhan TB paru serta pencatatan dan pelaporan. Metode evaluasi ini dilaksanakan dengan cara membandingkan cakupan program P2TB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012, terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sistem.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan permasalahan sebagai berikut : 1. Pasien baru penyakit TB setiap tahunnya ditemukan 9 juta, dimana sebagian besar pasien TB adalah usia produktif (15-55 tahun). 2. Indonesia berada pada peringkat 5 dunia pasien TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria.
2

3. Menurut WHO, terdapat lebih dari 500.000 kasus TB di Indonesia yang resisten terhadap berbagai jenis OAT (MDR-TB). 4. Di Kabupaten Karawang, diperkirakan angka pasien baru setiap tahun bertambah sebesar 2.295 kasus dengan prevalensi 110 per 100.000 penduduk (Program P2PM, P2 TB Paru Dinkes Kabupaten Karawang 2009). 5. Belum diketahuinya tingkat keberhasilan Program Penanggulangan Tuberkulosis paru (P2TB) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.3 Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Diketahuinya tingkat keberhasilan dan masalah yang ada pada pelaksanaan Program Penanggulangan Tuberkulosis (P2TB) yang ada di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.3.2

Tujuan Khusus 1. Diketahuinya proporsi suspek yang diperiksa dahak SPS di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. 2. Diketahuinya proporsi pasien TB BTA positif di antara suspek yang diperiksa dahak SPS di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. 3. Diketahuinya proporsi pasien TB BTA positif di antara semua pasien TB paru yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. 4. Diketahuinya angka penemuan pasien / Case Detection Rate ( CDR ) di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. 5. Diketahuinya cakupan pasien TB yang mendapat pengobatan di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. 6. Diketahuinya jumlah seluruh pasien Tuberkulosis paru yang pengobatannya di bawah pengawasan Pengawas Menelan Obat (PMO) di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. 7. Diketahuinya angka kesembuhan / Cure Rate di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

8. Diketahuinya persentase drop out dari pasien TB paru yang mendapatkan pengobatan di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. 9. Diketahuinya persentase pemberian penyuluhan mengenai TB paru di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

1.4

Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Evaluator 1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di kuliah. 2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program P2TB. 3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan program P2TB untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

1.4.2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi 1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi. 2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan.

1.4.3. Manfaat Bagi Puskesmas yang Dievaluasi 1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program penanggulangan TB di wilayah kerjanya (Puskesmas Kecamatan Tirtajaya). 2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan balik yang positif, agar program P2TB dapat dijalankan dengan lebih baik lagi.

1.4.4. Manfaat Bagi Masyarakat 1. Pencapaian program P2TB diharapkan dapat memutuskan rantai penularan TB, sehingga menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penyakit TB serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya. 2. Terciptanya pelayanan kesehatan yang baik, khususnya bagi pasien TB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. 3. Tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tirtajaya
4

1.5

Sasaran Seluruh penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode

Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

Bab II Materi dan Metode


2.1. Materi Materi yang dievaluasi dalam program ini diperoleh dari laporan bulanan Program Penanggulangan Tuberkulosis paru (P2TB) di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012, dengan rincian kegiatan sebagai berikut: 1. Penemuan tersangka pasien Tuberkulosis paru (Tuberkulosis Case Finding). 2. Penentuan diagnosis Tuberkulosis paru. 3. Pengobatan pasien Tuberkulosis dengan menggunakan strategi DOTS. 4. Pengendalian pengobatan dibawah pengawasan PMO. 5. Follow Up pasien Tuberkulosis. 6. Penyuluhan Tuberkulosis paru. 7. Pencatatan dan pelaporan.

2.2.

Metode Evaluasi program ini dilaksanakan dengan cara mengidentifikasi masukan, proses,

keluaran, umpan balik, dan lingkungan kemudian dianalisis untuk menemukan masalah, serta menginterpretasikan masalah di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 melalui pendekatan sistem. Hasil evaluasi program ini disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

Bab III Kerangka Teoritis


3.1. Bagan Sistem

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Elemen elemen dalam sistem yaitu: 1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metode (method). 2. Proses (process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling). 3. Keluaran (output), adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Lingkungan (environment), adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, yang terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. 5. Umpan balik (feedback), adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut, dapat berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring, serta rapat bulanan. 6. Dampak (impact), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
7

3.2.

Tolok Ukur Keberhasilan Tolok ukur keberhasilan terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan,

umpan balik, dan dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program Penanggulangan Tuberkulosis paru (P2TB). (lampiran I).

Bab IV Penyajian Data


4.1. Sumber Data Sumber data dalam evaluasi ini berupa data sekunder yang berasal dari laporan bulanan Puskesmas Kecamatan Tirtajaya dan laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

4.2.

Jenis Data

4.2.1. Data umum 4.2.1.1 Data geografi 1. Lokasi Puskesmas: Jl. Raya Pisangsambo Pangakaran, Tirtajaya. Terletak di sebelah utara-barat Kabupaten Karawang. 2. Batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tirtajaya: Sebelah Utara: Laut Jawa Sebelah Selatan: berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jayakerta. Sebelah Barat: berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya. Sebelah Timur : berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cibuaya.

3. Luas wilayah kerja: Puskesmas Kecamatan Tirtajaya memiliki luas wilayah kerja sebesar 11.362 Ha, dimana sebagian besar merupakan area tambak (6.066 Ha). 4. Wilayah kerja: Area kerja Puskesmas Kecamatan Tirtajaya terdiri dari 11 desa, yaitu desa Tambaksari, desa Sabajaya, desa Srikanmulyan, desa Srijaya, desa Tambaksumur, desa Kutamakmur, desa Bolong, desa Medankarya, desa Sumurlaban, desa Gempolkarya, dan desa Pisangsambo.

4.2.1.2 Data demografi 1. Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tirtajaya terdapat 11 desa yang meliputi 48 dusun dengan 131 RT dan jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak 90.220 jiwa. Jumlah penduduk tersebut terdiri dari 45.055 orang laki laki dan 45.165 orang perempuan, dengan jumlah KK adalah 26.535 orang. (Lampiran II, tabel 1) 2. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar penduduk di kecamatan Tirtajaya adalah tamatan SD/SLTP yaitu sebanyak 16.853 orang. (Lampiran II, tabel 2)

3. Berdasarkan mata pencaharian, sebagian besar mata pencaharian penduduk di kecamatan Tirtajaya adalah petani yaitu sebanyak 9.379. (Lampiran II, tabel 3)

4.2.1.3 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tirtajaya antara lain Puskesmas Induk 1 buah dengan Layanan Puskesmas dengan PONED, Pustu 4 buah, PUSLING 11 desa, Praktek Dokter Swasta 3 buah, Praktek Bidan Swasta 32 buah, Klinik 24 jam 2 buah, Posyandu 46 Pos, Posbindu 2 Pos. (Lampiran II, tabel 4)

4.2.2. Data khusus 4.2.2.1 Masukan 1. Tenaga Dokter umum Perawat Petugas P2TB Petugas P2M Petugas PMO Puskesmas Petugas laboratorium / fiksasi Petugas pencatatan dan pelaporan : 3 orang : 8 orang : 1 orang : 1 orang (merangkap) : 1 orang (merangkap) : 1 orang : 1 orang (merangkap)

2. Dana APBD tingkat II : Cukup

3. Sarana a. Sarana Medis Stetoskop Termometer Tensimeter Timbangan berat badan Alat laboratorium Rak sputum Pot sputum Object glass Bambu / lidi : Ada : Ada : Ada : Ada
10

: 5 buah : 2 buah : 3 buah : 3 buah

Alkohol Lampu spiritus Pewarnaan Ziehl Nielseen Mikroskop Persediaan obat TB paru per kategori Kategori 1 Kategori 2 OAT sisipan Spuit

: Ada : Ada : Ada : Ada

: 2RHZE / 4H3R3 : 2RHZES/RHZE/5H3R3E3 : HRZE : Tidak dipakai

b. Sarana Non Medis Ruang tunggu pasien yang terbuka Ruang pemeriksaan pasien Ruang laboratorium Ruang suntik Ruang obat Tempat tidur untuk memeriksa pasien Lemari penyimpanan obat Bangku untuk ruang tunggu Rak obat Alat administrasi Buku registrasi kunjungan pasien Alat tulis Komputer Alat alat penyuluhan Papan tulis Spidol Brosur TB Poster TB Buku Pedoman Nasional P2TB Persediaan formulir pencatatan Formulir pendaftaran Kartu pengobatan TB (TB 01) Kartu identitas pasien TB (TB 02) Register laboratorium TBC (TB 04) : Ada : Ada : Ada : Ada
11

: 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 buah : 1 buah : Ada : Ada

: Ada : Ada : Ada

: 1 buah : Ada : Ada : Ada : Ada

Formulir permohonan laboratorium pemeriksaan dahak (TB 06) Register daftar pasien suspek (TB 05) Formulir permohonan OAT Formulir rujukan / pindah pasien (TB 09) : Ada : Ada : Ada

: Ada

Formulir hasil akhir pengamatan pasien TB pindahan (TB 10) Persediaan formulir pelaporan Daftar suspek yang diperiksa dahak SPS Register pengobatan pasien TB (TB 03) : Ada : Ada

: Ada

4. Metode a. Penemuan tersangka pasien TB paru Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif, yaitu penemuan tersangka didapat dari pasien TB yang datang ke Puskesmas Kecamatan Tirtajaya yang menunjukkan gejala yang mendukung diagnosis TBC, yaitu: Gejala utama: batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Gejala tambahan: dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat di malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan. Setiap orang dengan gejala-gejala di atas harus dianggap suspek TB paru dan perlu dilakukan pemeriksaan sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) secara mikroskopis. Juga semua orang yang kontak serumah dengan pasien TB yang menunjukkan gejala yang sama harus diperiksa dahaknya. b. Penentuan diagnosis pasien TB paru 1. Pemeriksaan dahak SPS secara mikroskopis langsung. Penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS). 2. Pemeriksaan rontgen thorax sebagai pemeriksaan penunjang suspek TB. Kriteria penentuan diagnosis yang dipakai di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya adalah: I. Pasien TB paru BTA positif Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks menunjukkan gambaran TB.
12

Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

II. Pasien TB paru BTA negatif Tidak ada spesimen dahak SPS yang hasilnya BTA positif . Tidak ada perbaikan setelah peberian antibiotik non OAT. Foto thoraks menunjukkan gambaran TB.

c. Pengobatan pasien TB paru Tujuan pengobatan adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan, dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Prinsip pengobatan dilakukan sebagai berikut: 1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. 2. Menggunakan prinsip DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, yang diawasi langsung oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). 3. Pengobatan TB dilakukan dalam 2 tahap, yaitu: I. Tahap awal / intensif Pada tahap intensif, pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. II. Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

13

Penggunaan strategi DOTS dari WHO sesuai kategori pengobatan TB paru: 1. Kategori 1: 2RHZE / 4H3R3 a. Paduan OAT ini diberikan untuk : Pasien baru TB paru BTA positif. Pasien TB paru BTA negatif, rontgen toraks positif. Pasien TB ekstra paru.

b. Tahap intensif terdiri dari Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2RHZE), diminum pagi sebelum makan. c. Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4R3H3) diminum pada pagi hari sebelum makan. 2. Kategori 2: 2RHZES / RHZE / 5H3R3E3 a. Paduan OAT ini diberikan untuk : Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default).

b. Tahap intensif diberikan setiap hari selama 2 bulan. Terdiri dari pemberian Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan Streptomisin (S) yang diberikan setiap hari selama 2 bulan, lalu dilanjutkan dengan pemberian Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) setiap hari selama 1 bulan. c. Tahap lanjutan selama 5 bulan dengan Rifampisin (R), Isoniazid (H), dan Etambutol (E) yang diberikan tiga kali dalam seminggu. 3. Obat sisipan: RHZE Sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari). Obat ini diberikan jika pada akhir tahap intensif pengobatan kategori 1 pada pasien baru BTA positif atau pada pasien BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahaknya masih BTA positif. d. Pengawasan Menelan Obat Dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan desa, perawat, juru imunisasi,dll) atau kader kesehatan, guru, maupun anggota keluarga yang disegani dan dihormati pasien serta tinggal berdekatan dengan pasien.
14

Tugas PMO adalah: Mengawasi pasien TB minum obat secara teratur sampai selesai pengobatan. Memberi dorongan pada pasien agar berobat teratur. Mengingatkan pasien untuk memeriksa ulang dahak sesuai jadwal yang ditentukan. Memberi penyuluhan kepada anggota keluarga pasien TB untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan bila ada gejala mencurigakan TB. e. Pemeriksaan ulang (follow up) dahak SPS pasien TB paru Pemeriksaan secara mikroskopis langsung, dilakukan sesuai jadwal per kategori pengobatan, yaitu: Kategori 1: diperiksa pada akhir fase intensif, bulan ke-5 pengobatan, dan akhir pengobatan. Kategori 2: diperiksa pada akhir fase intensif, bulan ke-5 pengobatan, dan akhir pengobatan. f. Penyuluhan Perorangan Menggunakan metode penyuluhan langsung dengan cara tanya jawab di Puskesmas. Materi penyuluhan adalah semua informasi tentang TB paru dan dijelaskan bahwa penyakit TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur dan cara mencegah penularannya. Penyuluhan diberikan pada awal pengobatan dan setiap pasien datang kembali untuk mengambil obat ke Puskesmas. Kelompok Menggunakan metode penyuluhan langsung dengan cara ceramah mengenai TB paru kepada masyarakat Tirtajaya. Materi penyuluhan adalah semua informasi tentang TB paru. g. Pencatatan dan pelaporan Menggunakan formulir program penanggulangan TB paru. 1. Pencatatan Formulir pendaftaran Kartu pengobatan TB (TB 01) Kartu identitas pasien TB (TB 02) Register laboratorium TBC (TB 04) Formulir permohonan laboratorium pemeriksaan dahak (TB 06)
15

Register daftar pasien suspek (TB 05) Formulir permohonan OAT Formulir rujukan / pindah pasien (TB 09) Formulir hasil akhir pengamatan pasien TB pindahan (TB 10) 2. Pelaporan Daftar suspek yang diperiksa dahak SPS (TB 06) Register pengobatan pasien TB

4.2.2.2 Proses 1. Perencanaan a. Penemuan tersangka pasien TB paru Setiap hari kerja pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya dengan metode passive case finding dan pemeriksaan dahak SPS terhadap semua tersangka pasien TB paru yang datang ke Puskesmas dengan gejala yang mendukung diagnosis. b. Penentuan diagnosis pasien TB paru Setiap hari kerja pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya. Dilakukan oleh dokter berdasarkan gejala yang ada pada pasien, pemeriksaan fisik, kemudian diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dahak SPS mikroskopis langsung dengan pewarnaan Ziehl-Nielseen yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya serta pemeriksaan rontgen thorax yang dilakukan di RSUD Karawang. Setelah pemeriksaan rontgen thorax dilakukan, saat kunjungan selanjutnya ke Puskesmas Kecamatan Tirtajaya dibawa dan kemudian diberikan kepada dokter. c. Pengobatan pasien TB paru Setiap hari kerja pukul 08.00-14.00 WIB, setiap hari kerja pukul 08.00 14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya. Dilakukan oleh dokter dengan menggunakan strategi DOTS sesuai dengan kategori pengobatan TB paru. d. Pengawasan Menelan Obat Setiap hari, oleh PMO yang sudah ditentukan. e. Pemeriksaan ulang dahak (follow up) pasien TB paru Setiap hari kerja pukul 08.00 14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya yang dilakukan oleh petugas laboratorium.

16

f. Penyuluhan TB paru Perorangan Setiap hari kerja pukul 08.00 14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya, oleh dokter dan perawat. Kelompok Tidak ada perencanaan penyuluhan kelompok g. Pencatatan dan pelaporan 1. Pencatatan Setiap hari kerja pukul 08.00 14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya, dengan formulir TB 03 yang ada di puskesmas, dilakukan oleh petugas P2M. 2. Pelaporan Dilaporkan sebulan sekali ke Dinas Kesehatan Karawang yang dilakukan setiap awal bulan sebelum tanggal 5, dilakukan petugas P2M.

2. Pengorganisasian Struktur organisasi Program Penanggulangan TB paru (P2TB) Puskesmas Kecamatan Tirtajaya adalah, penanggung jawab program P2TB adalah kepala Puskesmas Kecamatan Tirtajaya, yaitu Pak Eko. Susanto. Petugas program penangulangan tuberkulosis adalah Pak Aa Dadang, yang bekerja di ruangan khusus bagi pasien suspek TB dan sekaligus bekerja sebagai petugas pencatatan dan pelaporan program dan analis PMO. Koordinator P2M adalah Ibu Karpinah. Petugas laboratorium adalah Ibu Melati, yang bekerja di ruangan laboratorium untuk melakukan pemeriksaan dahak.

3. Pelaksanaan a. Penemuan tersangka pasien TB paru Setiap hari kerja pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya. Penemuan dilakukan oleh petugas P2M yang telah mengetahui gejala TB. b. Penentuan diagnosis pasien TB paru Setiap pasien yang dicurigai sebagai suspek TB diminta untuk melakukan pemeriksaan sputum SPS yaitu minimal dua kali positif atau dengan foto thorax yang positif (sesuai dengan protab P2TB), dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya dengan membawa formulir permintaan pemeriksaan laboratorium. Kedua hasil pemeriksaan tersebut dibawa kembali ke dokter untuk menentukan
17

diagnosis dan kriteria pengobatan. Penentuan diagnosis dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis pukul 08.00 14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya. c. Pengobatan pasien TB paru Setiap hari kerja pukul 08.00 14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya oleh dokter atau perawat. d. Pengawasan Menelan Obat Setiap hari, oleh PMO yang sudah ditentukan. e. Pemeriksaan ulang dahak (follow up) pasien TB paru Dilakukan setiap hari kerja pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya. Kategori 1: diperiksa pada akhir fase intensif, bulan ke-5 pengobatan, dan akhir pengobatan. Kategori 2: diperiksa pada akhir fase intensif, bulan ke-5 pengobatan, dan akhir pengobatan. f. Penyuluhan TB paru Perorangan Setiap hari kerja pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya, dilakukan oleh dokter dan perawat. Kelompok Tidak dilakukan penyuluhan kelompok. g. Pencatatan dan pelaporan 1. Pencatatan Ssetiap hari kerja pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya oleh petugas pencatatan dan pelaporan, Pak Aa Dadang. 2. Pelaporan Dilakukan sebulan sekali dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Karawang yang dilakukan setiap awal bulan sebelum tanggal 5 oleh petugas P2TB, Pak Aa Dadang.

4. Pengawasan Internal Ada pengawasan dari Kepala Puskesmas sebanyak sebulan sekali ke lapangan.

18

Eksternal Pengawasan dari Dinkes Kabupaten Karawang sebanyak 4 kali per tahun oleh bagian P2M, dan pengawasan dari Dinkes Propinsi Jawa Barat sebanyak 2 kali per tahun oleh bagian P2M.

4.2.2.3 Keluaran 1. Besar persentase penjaringan tersangka / case finding TB yang diperiksa dahaknya di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

336 110/100.000 x 90.220

x 100%

= 338,6% (Tolok ukur: 100%)

2. Besar persentase pasien TB paru BTA positif diantara suspek di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

= 22 336

x 100%

= 6,55% (Tolok ukur: 5 15%)

3. Besar persentase pasien TB paru BTA positif diantara semua pasien TB paru yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

22 22 + 83

x 100%

= 20,95% (Tolok ukur 65%)

19

4. Besar angka penemuan pasien (Case Detection Rate / CDR) di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. (Insiden kasus baru BTA positif sebesar 110 per 100.000 penduduk).

22 110 / 100.000 x 90.220

x 100%

= 22,17% (Tolok ukur: 70%)

5. Besar angka kesembuhan (Cure Rate) di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

= 61 x 100% 61 = 100% (Tolok ukur: 85%)

6. Besar persentase pasien TB paru yang mendapat pengobatan di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

= 105 x 100% 105 = 100% (Tolok ukur: 100%)

7. Besar persentase pasien TB paru yang konsumsi obatnya diawasi oleh PMO yang dipilih dari anggota keluarga pasien di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

= 105 x 100% 105 = 100% (Tolok ukur: 100%)

20

8. Besar persentase penemuan pasien TB paru yang Drop Out di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

= 1 x 100% 22 = 4,55% (Tolok ukur: 10%)

9. Besar angka konversi (Conversion Rate) setelah masa pengobatan intensif di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

= 22 x 100% 22 = 100% (Tolok ukur: 80%)

10.Penyuluhan Penyuluhan perorangan = 100% (Tolok ukur: 100%) Penyuluhan kelompok = 0% (Tolok ukur: 100%)

11.Pencatatan dan pelaporan Pencatatan kegiatan Program Penanggulangan Tuberkulosis paru (P2TB) = 100% (Tolok ukur: 100%) Pelaporan kegiatan Program Penanggulangan Tuberkulosis paru (P2TB) = 100% (Tolok ukur: 100%)

4.3.

Lingkungan

4.3.1. Fisik 1. Lokasi Puskesmas tergolong mudah dijangkau oleh masyarakat di wilayah kerja maupun diluar wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tirtajaya. 2. Transportasi yang tersedia mencakup transportasi umum yang dapat digunakan untuk mencapai Puskesmas, seperti angkot dan ojek. 3. Tersedia fasilitas kesehatan lain seperti klinik 24 jam yang dapat bekerja sama dengan baik.
21

4. Dilihat dari kepadatan penduduk, Kecamatan Tirtajaya termasuk wilayah yang tidak padat dengan kepadatan penduduk 1 orang/125 m2. Tetapi tampak dari lingkungan rumah penduduk ventilasi dan pencahayaan kurang baik. Sanitasi lingkungan juga tergolong kurang baik. Hal ini dapat mempermudah penyebaran penyakit tuberkulosis diantara warga.

4.3.2. Non fisik 1. Pendidikan Sebagian besar pendidikan penduduk masyarakat Tirtajaya masih termasuk rendah yaitu tamatan SD/SLTP. 2. Sosial ekonomi Sebagian besar masyarakat di Tirtajaya bekerja sebagai petani.

4.4.

Umpan Balik 1. Pencatatan dan pelaporan kegiatan program sudah dijalankan dengan baik. 2. Rapat kerja kegiatan program bulanan: Ada, setiap bulan

4.5.

Dampak

4.5.1. Langsung 1. Menurunnya insiden kasus TB paru: Belum dapat dinilai

4.5.2. Tidak langsung 1. Penyakit TB paru tidak menjadi masalah kesehatan di Indonesia: Belum dapat dinilai 2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal: Belum dapat dinilai

22

Bab V Pembahasan
Tabel 5.1. Hasil pengamatan cakupan program di UPTD Puskesmas Kecamatan Tirtajaya dibanding dengan tolok ukur yang telah ditetapkan.
Variabel Keluaran Penemuan penderita TB BTA positif di antara semua 70% 28,21% (+) 65% 20,95% (+) Tolok Ukur Pencapaian (Cakupan) Masalah

penderita TB yang tercatat Angka penemuan pasien

(Case Detection Rate / CDR) Angka penyuluhan kelompok 100% 0% (+)

Masukan Petugas P2M 1 orang 1 orang (merangkap) (+)

Petugas PMO Puskesmas

1 orang

1 orang (merangkap)

(+)

Petugas pencatatan dan pelaporan

1 orang

1 orang (merangkap)

(+)

Proses Perencanaan Penyuluhan kelompok Sebulan sekali Tidak ada perencanaan (+)

Pelaksanaan Penyuluhan kelompok Sebulan sekali Tidak dilakukan (+)

Lingkungan Fisik Kondisi lingkungan perumahan Baik Kurang baik (+)

Non fisik Pengetahuan Tidak menghambat program Menghambat program (+)

Keterangan: Data lengkap terlampir pada lampiran IV. 23

Bab VI Perumusan Masalah


Berikut adalah masalah masalah yang ditemukan dalam Evaluasi Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

Masalah Menurut Keluaran 1. Besar proporsi penderita TB BTA positif di antara semua penderita TB yang tercatat adalah 20,95%, dimana tolok ukurnya 65%. 2. Besar angka penemuan pasien (Case Detection Rate / CDR) adalah 28.21%, dimana tolok ukurnya 70%. 3. Besar cakupan penyuluhan kelompok yang dilakukan adalah 0% dari target 100%.

Masalah Menurut Sistem Lainnya 1. Masukan a. Kurangnya tenaga di Puskesmas dalam melaksanakan program ini, yang terlihat dari tugas yang rangkap dari seseorang sebagai petugas P2M sekaligus petugas pencatatan dan pelaporan program, dan petugas PMO Puskesmas. 2. Proses a. Perencanaan: tidak adanya perencanaan penyuluhan kelompok. b. Pelaksanaan: tidak adanya pelaksanaan penyuluhan kelompok.

3. Lingkungan a. Fisik Kondisi lingkungan perumahan yang kurang baik dari penduduk Tirtajaya karena ventilasi, pencahayaan, dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. b. Non fisik Sebagian besar penduduk Tirtajaya memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga menjadi salah satu faktor yang menghambat program.

24

Bab VII Prioritas Masalah


A. Proporsi penderita TB BTA positif di antara semua penderita TB yang tercatat baru mencapai 20,95% dari target 65%. Besarnya masalah adalah 67,77%. B. Angka penemuan penderita (CDR) baru mencapai 22,17% dari target 70%. Besarnya masalah adalah 68,32%. C. Tidak adanya penyuluhan kelompok. Besarnya masalah adalah 100%.

No. 1. 2. 3 4. 5. Besarnya masalah

PARAMETER

A 4 4 3 3 4 18

B 4 4 4 4 3 19

C 5 4 4 3 4 20

Akibat yang ditimbulkan Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah Teknologi yang tersedia Keuntungan sosial karena selesainya masalah Jumlah

Keterangan derajat masalah : 5 : Sangat penting 4 : Penting 3 : Cukup penting 2 : Kurang penting 1 : Sangat kurang penting

Yang menjadi prioritas masalah adalah : 1. Tidak adanya penyuluhan kelompok (0%). Besarnya masalah adalah 100%. 2. Angka penemuan penderita (CDR) baru mencapai 22,17% dari target 70%. Besarnya masalah adalah 68,32%

25

Bab VIII Penyelesaian Masalah


Masalah 1. Besar angka penemuan pasien (Case Detection Rate / CDR) adalah 22.17%, dimana tolok ukurnya 70%. Penyebab masalah: Kurangnya tenaga di Puskesmas dalam melaksanakan program ini, yang terlihat dari tugas yang rangkap dari seseorang sebagai petugas P2M sekaligus petugas pencatatan dan pelaporan program, dan petugas PMO Puskesmas. Tidak adanya penyuluhan kelompok, dari segi pelaksanaan.

Penyelesaian masalah : Meningkatkan kinerja pencatatan dan pelaporan mengenai pasien TB yang ada di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya, karena dengan pencatatan dan pelaporan pasien TB yang lengkap dan baik, diharapkan angka deteksi kasus TB akan meningkat. Mengadakan penyuluhan kelompok yang dilaksanakan di desa atau puskesmas, untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis dan deteksi dininya, mengadakan penyuluhan mengenai PHBS, dengan juga menghimbau perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan rajin mencuci tangan dengan sabun, memperhatikan lingkungan hunian yang lembab, menambah ventilasi sehingga ada cahaya matahari yang masuk dalam rumah dan sirkulasi udara lebih baik, menutup mulut saat batuk, melakukan aktivitas fisik (olahraga) dan tidak merokok di dalam rumah.

2.

Besar cakupan penyuluhan kelompok yang 0% (tidak adanya penyuluhan kelompok) dari target 100% Penyebab masalah:

Tidak adanya perencanaan tertulis terkait jadwal waktu, tempat, dan pembagian tugas tentang kegiatan penyuluhan kelompok. Kurangnya tenaga Puskesmas dalam pelaksanaan program.

Penyelesaian masalah: Pembuatan perencaaan tertulis terkait jadwal waktu, tempat, dan pembagian tugas tentang kegiatan penyuluhan kelompok.
26

Meningkatkan kesadaran dan pengertian tenaga kesehatan setempat dengan seminar atau penyuluhan tentang pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis. Membina peran serta masyarakat dalam membantu pelaksanaan penyuluhan kelompok (misal: melatih kader atau PMO untuk dapat melakukan penyuluhan). Mulai melakukan penyuluhan kelompok dengan lingkup yang kecil secara teratur dan berkala (misal sebulan sekali), yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan masyarakat setempat.

27

Bab IX Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan Dari hasil evaluasi program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB) yang

dilakukan dengan pendekatan sistem di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 didapatkan bahwa program penanggulangan penyakit Tuberkulosis kurang berhasil karena masih ditemukan beberapa masalah yang mempengaruhi keberhasilan program. Adapun dari hasil evaluasi ini didapatkan: 1. Besar proporsi tersangka (suspek) TB yang dilakukan pemeriksaan dahak SPS di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 adalah 338.6%. 2. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 sebesar 6.55%. 3. Besar penemuan pasien TB paru BTA positif diantara semua pasien TB paru yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 adalah 20.95%. 4. Persentase cakupan angka penemuan pasien (Case Detection Rate) di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 adalah 22.17%. 5. Cakupan angka kesembuhan (Cure Rate) di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 sebesar 100%. 6. Besar proporsi pasien TB paru yang mendapat pengobatan di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 adalah 100%. 7. Persentase pasien TB paru yang konsumsi obatnya diawasi oleh PMO di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 adalah 100%. 8. Persentase pasien TB paru yang Drop Out di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 adalah 4,55%. 9. Besar persentase angka konversi (Conversion Rate) di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 adalah 0%. 10. Persentase pemberian penyuluhan mengenai TB paru di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 adalah untuk penyuluhan perorangan sebesar 100%, dan penyuluhan kelompok 0%. 11. Persentase kegiatan pencatatan dan pelaporan Program Penganggulangan Tuberkulosis paru (P2TB) di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 adalah 100% baik untuk pencatatan dan pelaporan.
28

Didapatkan bahwa Program Penanggulangan Tuberkulosis paru (P2TB) kurang berhasil karena masih ditemukan beberapa masalah yang mempengaruhi keberhasilan program ini. Kedua permasalahan yang didapatkan berdasarkan prioritas adalah: Besar cakupan penyuluhan kelompok yang 0% (tidak adanya penyuluhan kelompok) dari target 100%, dengan besar masalah 100% dan besar angka penemuan pasien (Case Detection Rate / CDR) adalah 22.17%, dimana tolok ukurnya 70%.

Saran Kepada Puskesmas setempat dapat: Membuat perencanaan tertulis terkait jadwal waktu, tempat, dan pembagian tugas tentang kegiatan penyuluhan kelompok. Melatih kembali (ulangan) petugas Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis paru (P2TB) dan petugas laboratorium. Meningkatkan kesadaran dan pengertian tenaga kesehatan setempat dengan seminar atau penyuluhan tentang pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis. Melatih kader atau PMO setempat untuk membantu melakukan penyuluhan kelompok.

29

Daftar Pustaka

1. Aditama, Tjandra Yoga. 2005. Tuberkulosis : Diagnosis, Terapi dan Masalahnya. Jakarta : IDI. 2. Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. 2002. Hasil Pengkajian Pengembangan Produk TBC di Propinsi DKI Jakarta. 3. Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis, Cetakan ke 2. 4. Departemen Kesehatan RI. 2005. Modul I Program Penanggulangan Tuberkulosis, Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (Gerdunas-TBC), hal: 1-2. 5. Pengendalian TB di Indonesia Mendekati Target MDGs (2011). Dari www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 22 November 2011. 6. Global report (2011). Tuberkulosis. Dari http://www.who.int/tb/publications/

global_report/2011/gtbr11_full.pdf , diakses pada tanggal 22 November 2011. 7. Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia. TB di Indonesia Peringkat 5 Dunia. Diunduh dari : http://www.ppti.info/index.php/component/content/article/. Pada tanggal 12 September 2012. 8. Obat anti tuberkulosis, P2TB (2009). Dari http://www.tbindonesia.or.id/tbnew/obat/ article/61/0003/4 , diakses pada tanggal 7 desember 2011. 9. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pengendalian TB di Indonesia Mendekati Target MDG. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/857pengendalian-tb-di-indonesia-mendekati-target-mdg.html. 10. USAID From The American People. Indonesia. Diunduh dari:http://www.usaid.gov/our_ work/global_health/id/tuberkulosis/countries/asia/indonesia_profile.html. 2009. 11. Departemen Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta : DEPKES; 2010. 12. World Health Organization. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. Diunduh dari: http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf. Pada tanggal 15 September 2012 13. Daman U. Profil Tuberkulosis Regional Jawa Barat. Diunduh

dari:http://www.tbindonesia.or.id/tbnew. Pada tanggal 15 September 2012

30

You might also like