You are on page 1of 16

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN MESIR

Indonesia selalu mencatat surplus perdagangan dengan Mesir dalam beberapa tahun terakhir. Sekalipun keadaan perekonomian Mesir belum pulih sepenuhnya dari krisis ekonomi global tahun 2008, ekspor Indonesia ke Mesir hingga 2010 terus berlangsung dengan surplus yang cukup signifikan bagi Indonesia dan meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, total perdagangan non-migas Indonesia dengan Mesir pada tahun 2010 tercatat USD 1,07 miliar dan mengalami kenaikan sebesar 33,3% dibanding dengan periode tahun 2009, yang nilainya mencapai USD 802,56 juta. Meski terjadi revolusi di Mesir, volume perdagangan Indonesia-Mesir pada periode Januari-Juni 2011 tetap mengalami kenaikan sebanyak 49,51% dan mencapai USD 725,59 juta berbanding periode Januari-Juni 2010 yang mencapai USD 489,30 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa Mesir merupakan pasar potensial dalam mengembangkan perdagangan non-migas Indonesia.

Tabel. 1.1. Neraca Perdagangan Indonesia-Mesir Periode 2006-2010 (000 USD)


Trend% URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010 20062010

Ekspor (X)

464.243,4

589.556,3

790.745,5

708.813,9

879.350,4

15,74

1. Migas

0,0

0,0

0,0

0,0

23.583,4

0,00

1. Non migas

464.243,4

589.556,3

790.745,5

708.813,9

855.767,0

15,11

Impor (M)

50.177,5

49.337,3

210.013,9

93.750,4

190.698,8

39,27

1. Migas

6,6

0,0

16,2

399,1

41.419,0

0,00

1. Non migas

50.170,9

49.337,3

209.997,6

93.351,3

149.279,8

32,56

Neraca perdagangan 414.065,9 540.219,1 580.731,6 615.063,5 688.651,6 12,16

(X-M)

1. Migas

-6,6

0,0

-16,2

-399,1

-17.835,6

0,00

1. Non migas

414.072,5

540.219,1

580.747,8

615.462,6

706.487,3

12,74

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Untuk mengetahui peluang dan tantangan kerja sama Indonesia-Mesir dalam bidang perdagangan, khususnya ekspor, dapat dilakukan analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan dengan terlebih dahulu memetakan komponenkomponen Strengths(Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (Hambatan).

STRENGTH

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Berbagai sumber daya alam yang ada di Indonesia dapat dikembangkan menjadi berbagai jenis produk ekspor unggulan apabila diolah dengan baik. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Jumlah penduduk yang tinggi berarti tingginya supply tenaga kerja di Indonesia. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong sektor industri padat karya yang dapat mendorong pengembangan ekspor di sektor ini. Selama ini, produk-produk Indonesia mendapat sambutan positif dari para importir Mesir karena dinilai memiliki keunggulan dalam hal kualitas dan detail pengerjaan. Beberapa produk unggulan Indonesia di Mesir antara lain: produk pertanian dan olahan (kelapa, teh, kopi, tembakau, kayu manis, gula, CPO, gandum), produk buah-buahan dan buah-buahan olahan (nanas, jeruk), kertas dan alat tulis, plastik dan bahan baku plastik, yarn, katun dan pakaian jadi, ban, alat rumah tangga, furniture dari kayu dan rotan.

Gambar 1.1. Lima Produk Ekspor Utama Indonesia ke Mesir

WEAKNESSES

Banyak produk ekspor Indonesia ke Mesir yang memiliki nilai tambah yang kecil. Sebagaimana diketahui, bahwa sejak awal periode pembangunan hingga saat ini, produk ekspor Indonesia masih berbasis pada sumber daya alam dan produk manufaktur yang berteknologi rendah serta padat karya. Karakteristik dan spesialisasi produk ekspor Indonesia untuk sektor industri didominasi produk tekstil, kayu, dan minyak kelapa sawit merupakan produk yang minim sentuhan teknologi. Konsentrasi pada produk tersebut disebabkan karena faktor sumber daya alam yang tersedia, serta banyaknya tenaga kerja yang ada. Masih kentalnya birokrasi di Indonesia, termasuk yang berkaitan dengan prosedur ekspor. Contohnya adalah pengguliran RUU tentang Kepabeanan yang isinya tidak sedikit dan semakin penuh dengan muatan regulasi, dan bukan fasilitasi untuk dunia

usaha terutama bagi pengembangan ekspor dan impor. Regulasi yang semakin ketat ini beralasan untuk menangkal penyelundupan dan berbagai ekspor fiktif yang tentu merugikan negara. Padahal kita tahu penyelundupan dan ekspor fiktif itu seringkali justru terjadi karena difasilitasi oleh aparat. Seluruh birokrasi di dunia, apalagi di negara berkembang yang gaji pegawainya rendah gemar sekali menciptakan aturan-aturan dengan pengawasan dan pengendalian alias memperbesar kekuasaan birokrasi yang akan semakin menyulitkan masyarakat dan menjadi hambatan dalam pengembangan perdagangan internasional. Infrastruktur fisik di Indonesia masih belum memadai untuk menunjang kegiatan ekspor, seperti moda transportasi udara, serta fasilitas pelabuhan untuk pengiriman dan penerimaan barang. Beberapa eksportir masih menggunakan pelabuhan negara lain seperti Singapura untuk melakukan transaksi. Kurangnya tenaga ahli, teknisi, maupun pengrajin yang mampu mengolah produk ekspor agar memiliki high value-added Sektor pendukung industri dan pertanian yang tidak memadai, seperti kesiapan energi, kualitas tenaga kerja, sistem perbankan

OPPORTUNITIES

Posisi strategis Mesir yang menghubungkan benua Asia, Afrika dan Eropa dengan adanya terusan Suez. Mesir dapat menjadi gerbang perdagangan ke wilayah sekitarnya. Hal ini semakin didorong dengan adanya keikutsertaan Mesir di berbagai Free Trade Agreement (FTA) seperti: COMESA (Common Market for Eastern and Southern Africa Agreement); Agadir Agreement; Greater Arab Free Trade Area; Pan Arab Free Trade Area; FTA with Turkey;

EFTA (FTA with Iceland, Lichtenstein, Norway and Switzerland); Egypt EU Partnership; Qualifying Industrial Zone with the USA (Produk-produk Mesir memiliki akses ke

pasar USA tanpa bea cukai selama produk tersebut mengandunga 11.7% bahan-bahan dari Israel).

Jumlah penduduk Mesir mencapai hampir 83 juta (tertinggi di Timur Tengah dan terbesar kedua di Afrika). Jumlah penduduk yang tinggi dengan pendapatan per kapita sekitar USD 6200 mengindikasikan bahwa Mesir merupakan pasar yang sangat potensial untuk kegiatan ekspor. Perubahan situasi politik, sosial dan ekonomi yang dialami Mesir pasca revolusi adalah peluang yang cukup potensial bagi para pengusaha Indonesia yang berminat menjalin hubungan dagang dengan para pengusaha Mesir. Bagi para pelaku usaha, meski dalam jangka pendek revolusi telah menimbulkan kerugian materil yang besar, namun dalam jangka panjang akan membuka pintu bagi persaingan yang sehat antar pelaku ekonomi. Seperti banyak disinyalir oleh media massa, di bawah kepemimpinan rezim Hosni Mubarak, telah terjadi kolusi dan nepotisme dalam bentuk pemberian keistimewaan (privilege) bagi keluarga dan/atau kalangan yang dekat dengan keluarga penguasa sehingga menutup peluang pelaku bisnis lain yang berminat untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Kebijakan Pemerintah Mesir untuk mengamankan kebutuhan pokok rakyatnya selama krisis dapat menjadi peluang bagi eksportir komoditas primer seperti bahan pangan. Sampai saat ini, KBRI Cairo terus menerima inquiries dari para pengusaha Mesir yang berminat mencari penyedia produk dan komoditas dari Indonesia. Saat ini Pemerintah Mesir telah menerapkan mewajibkan adanya Certificate of Inspection Quality (CIQ) terhadap semua produk yang diimpor dari Cina. Kebijakan tersebut dinilai memberatkan dan akhirnya membuat para pengusaha Mesir mencari resource dari negara Asia selain Cina, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Hal tersebut membuka peluang produk Indonesia untuk bersaing di Mesir.

THREATS

Kebijakan tarif Mesir terhadap produk impor dari Indonesia sangat tinggi yaitu mencapai rata-rata 18% 40%, sementara produk dari negara-negara Arab (COMESA) telah dibebaskan bea masuknya. Perlakuan ijin khusus (special clearance treatment) yang diberikan kepada eksportir tertentu dalam hal bea masuk, restribusi dll. Prosedur kepabeanan di Mesir masih sangat rumit, banyak pungutan-pungutan yang tidak resmi. Ketentuan pemerintah No. 619/1998 tertanggal 21 Nopember 1998, barang yang akan di ekspor ke Mesir, dokumen pengapalannya harus dilegalisir oleh Kedutaan Besar Mesir yang ada di negara asal barang dan apabila tidak terdapat Perwakilan Mesir, maka salah satu Kedutaan/Konsulat negara Arab dimungkinkan untuk melegalisir dokumen dimaksud. Eksportir Indonesia, legalisasi dokumen pada Kedubes Mesir di Jakarta, dikenakan biaya sebesar Rp. 1.000.000/lembar dan harus dilegalisir terlebih dahulu di KADIN Timur Tengah. Prosedur yang berbelit ini menambah waktu dan biaya penyelesaian dokumen di Indonesia. Menurut beberapa eksportir di Indonesia, biaya legalisasi dokemen tersebut bisa mencapai 2% - 3% dari nilai barang yang di ekspor. Selama ini, banyak sekali kasus keterlambatan pengeluaran barang Indonesia dari pelabuhan Mesir karena dokumen pengapalannya (SKA dan Invoice) belum dan atau terlambat dilegalisir pada Kedubes Mesir di Jakarta.

Berdasarkan pemetaan terhadap Strengths (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (Hambatan) kerja sama perdagangan IndonesiaMesir di atas, dapat disusun beberapa strategi sebagai berikut:

STRATEGI STRENGTHS OPPORTUNITIES


Pengembangan aktivitas kewirausahaan agar potensi tenaga kerja Indonesia yang melimpah dapat dimanfaatkan secara optimum. Pengembangan produk ekspor Indonesia, melalui:

Pemetaan permasalahan yang dihadapi oleh sektor dan produk unggulan Pemetaan produk potensial untuk dikembangkan

Ada tiga sektor unggulan dalam hal ekspor Indonesia ke Mesir. Pertama, minyak kelapa sawit (CPO). Pada pasar dunia, produk minyak kelapa sawit Indonesia menghadapi saingan utama dari Malaysia. Kinerja ekspor Malaysia juga lebih baik dibandingkan Indonesia disebabkan karena pemerintah Malaysia mendukung ekspor CPO dengan membebaskan secara penuh pajak terhadap komoditi CPO. Hal ini berbeda dengan Indonesia yang hanya memberikan subsidi pupuk. Dari sisi kebijakan Indonesia juga tidak memiliki kebijakan nasional perkelapasawitan, misalnya pada bidang promosi. Malaysia, dalam hal ini memiliki konsep integrasi pemasaran yang melancarkan promosi di tujuh negara yang didanai oleh pemerintah. Kedua, tekstil dan produk tekstil (TPT). Ekspor TPT Indonesia menjadi industri strategis dan andalan penghasil devisa negara untuk sektor non-migas. Yang menjadi sisi sensitif pada sektor ini adalah ekonomi biaya tinggi, yakni biaya bongkar muat Indonesia yang jauh lebih mahal dibandingkan biaya di Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam (Kompas, 18 Desember 2003). Ketiga, karet. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, luas areal karet Indonesia sebagai yang terbesar di dunia dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti Thailand seluas 2,6 juta hektar. Meski memiliki lahan terluas, produksi karet Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton atau di bawah produksi Thailand yang mencapai 3,1 juta ton. Rendahnya produktivitas karet rakyatantara lain karena sebagian besar tanaman masih menggunakan bahan tanam asal biji (seedling) tanpa pemeliharaan yang baik, dan tingginya proporsi areal tanaman karet yang telah tua, rusak atau tidak produktif. Persoalan mendasar untuk meningkatkan produktivitas karet rakyat melalui peremajaan tanaman tua/rusak adalah masalah dana khusus untuk peremajaan dengan suku bunga yang wajar sesuai dengan tingkat resiko yang dihadapi. Hal ini sangat berbeda dengan negara-negara produsen utama karet lainnya seperti Thailand, Malaysia dan India. Permasalahan utama lainnya diantaranya; (1) Masih adanya praktek penyelundupan bahan olah karet (bokar) yang akan diekspor, misalnya adanya penyelundupan bahan olahan karet dari Kalimantan ke serawak Malaysia; (2) Masih kurang layaknya

infrastruktur pendukung, angkutan darat dari kebun hingga pabrik dan dari pabrik hingga pelabuhan masih buruk; (3) Adanya peraturan perundang-undangan mengenai pajak dan retribusi yang tidak kondusif; (4) Masih mahalnya biaya pengolahan hasil karet seperti biaya listrik dan biaya angkut.

STRATEGI STRENGTHS THREATS

Meningkatkan kualitas produk ekspor dari Indonesia agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Pendekatan lintas sektoral untuk meningkatkan daya saing. Menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini Soewandi (2004), agar mampu bersaing dalam pasar perdagangan internasional, pemerintah harus memprioritaskan pengembangan industri yang berbasis pada bahan baku lokal. Karena itu, pemerintah dan dunia usaha perlu menyatukan visi (Soewandi 2004, 10). Pembentukan Joint Study Group (JSG) yang terdiri dari praktisi bisnis, pemerintah, serta akademisi untuk bertugas mempelajari dan mengkaji hambatan perdagangan, serta mengkaji kelayakan pembukaan perdagangan bebas antara Indonesia-Mesir.

STRATEGI WEAKNESSES OPPORTUNITIES

Dengan keunggulan di sektor berbasis sumber daya alam dan produk manufaktur padat karya, perlu diperhitungkan agar celah yang sensitif ini tidak sampai tergilas oleh laju industrialisasi yang modern hingga meminggirkan sektor yang masih menjadi tumpuan hidup rakyat. Antisipasi dan persiapan perlu diadakan secara koheren dan terkait antara produk dan faktor yang mendukung seperti pendidikan, pelatihan, dan dukungan teknologi, agar sektor unggulan ini menjadi lebih siap bersaing. Pembenahan sektor pendukung industri dan pertanian seperti kesiapan energi, kualitas tenaga kerja, sistem perbankan baik dari segi suku bunga pinjaman, pembiayaan dan lain-lain, agar dapat mendorong pertumbuhan industri. Hal ini

termasuk juga perbaikan sistem logistik nasional yang memungkinkan pergerakan barang, modal, dan tenaga kerja agar semakin efisien di berbagai sektor. Perbaikan infrastruktur, seperti jalan raya, pelabuhan dan energy Mengurangi praktek ekonomi biaya tinggi, seperti pemangkasan jalur birokrasi dan pengurangan pungutan liar Penerapan tata kelola pemerintah dan korporasi (good governance), seperti perbaikan tata kerja dan transparansi kebijakan.

STRATEGI WEAKNESSES THREATS

Pengoptimalan negoisasi perundingan kerja sama perdagangan internasional, melalui perbaikan koodinasi antar institusi dan kemitraan Indonesia dengan pelaku bisnis dan pihak terkait lainnya serta peningkatan kualitas negoisasi dan kualitas negosiator.

1.2.

Kerjasama Indonesia-Mesir di Bidang Investasi

Indonesia mendominasi bidang investasi dalam hubungan bilateral Indonesia-Mesir yaitu dengan menciptakan nilai investasi yang cukup besar di Mesir seperti investasi yang dibuat oleh Indorama di sektor tekstil senilai USD 30.72 juta pada tahun 2007, KedaungIndustrial Group yang berinvestiasi USD 100 juta pada tahun 2008 dengan industri barang-barang pecah belahnya dengan sebutan Pyramid Glass, dan investasi di bidang produk makanan dengan didirikannya pabrik Indomie di Badr City pada tahun 2009. Sementara itu investasi Mesir di Indonesia, menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI saat ini tercatat hanya ada 3 investasi dari Mesir di Indonesia, dengan nilai total US$ 450.000. Investor tersebut bergerak di bidang wholesale/distributor ekspor-impor dan biro perjalanan.

Tabel 1.2. Nilai Investasi RI-Mesir Tahun 2006-2010* (Nilai USD.000)

Uraian

2006

2007

2008

2009

2010

Investasi Mesir di Indonesia

450

450

450

450

450

Investasi Indonesia di Mesir

103.310

140.030

240.030

270.030

270.030

*Diolah oleh KBRI Cairo

Investasi Mesir ke Indonesia tergolong rendah karena hanya mencakup tiga perusahaan yang bergerak di bidang distribusi ekspor-impor dan biro perjalanan. Nilai total investari tersebut adalah US$ 450.000. Sebaliknya investasi perusahaan asal Indonesia di Mesir bersifat padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja, yang dilakukan oleh perusahaan Salim Wazaran Abu Alata Co. Ltd yang memproduksi Indomie, Pyramid Glass yang merupakan usaha patungan Kedaung Group dengan Baraka Contracting, serta Indorama Shebin yang merupakan akuisisi PT. Indorama terhadap BUMN Mesir bernama Misr-Shibeen El-Kom Spinning.

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Untuk mengetahui peluang dan tantangan kerja sama Indonesia-Mesir dalam bidang investasi, akan dilakukan analisis SWOT dengan penjabaran sebagai berikut:

STRENGTHS Komoditas unggulan Indonesia yang potensial untuk menjadi tujuan investasi antara lain minyak sawit, coklat, besi, nikel, emas, dan batu bara. Tercatat komoditaskomoditas tersebut menduduki peringkat utama di dunia, bahkan minyak sawit menduduki peringkat pertama dunia, di atas Malaysia dan negara-negara lain. Jumlah penduduk Mesir yang mencapai hampir 78 juta jiwa (terbesar di kawasan Timur Tengah dan kedua terbesar di kawasan Afrika, setelah Nigeria) merupakan indikasi cukup potensialnya pasar domestik Mesir. Hal ini juga berarti terjaminnya ketersediaan tenaga kerja yang relatif murah dan kompetitif. Relatif stabilnya situasi perekonomian Mesir turut menunjang terciptanya iklim investasi dan ekonomi Mesir. Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi Mesir mencapai 7,1 % dan diproyeksikan meningkat sekitar 7,5 % (pada tahun 2008). Pemerintah Mesir dalam hal ini, juga telah melakukan berbagai reformasi sistem perekonomian negara yang mengarah pada ekonomi pasar dan meningkatkan keterbukaan, baik untuk investasi, perdagangan, pajak, keuangan dan perbankan. Reformasi tersebut telah menghasilkan tingginya foreign direct investment (FDI) di Mesir yang mencapai lebih dari US$ 6,1 trilyun pada tahun 2006 dan market capitalization perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada bursa saham sebesar 80,3% dari GDP pada tahun yang sama. Pemerintah Mesir juga memberikan perhatian yang besar bagi ketersediaan infrastruktur pendukung yang memadai, antara lain: sumber energi (listrik, gas, minyak), akses jalan, berbagai sarana transportasi (darat, laut, udara), dan teknologi telekomunikasi dan informasi. Mesir dapat dijadikan pintu masuk ke negara-negara Timur Tengah, Afrika, dan kawasan lainnya. Hal ini terkait dengan keterlibatan Mesir pada berbagai kesepakatan perdagangan bebas bilateral dan regional antara lain: Egypt EU Partnership, COMESA (negara-negara Afrika Timur dan Selatan), AGHADIR (negara-negara Arab di kawasan Mediterania), Arab Common Market (GAFTA), FTA dengan Turki, serta FTA dengan EFTA (Islandia, Lichtenstein, Norwegia dan Swiss), serta skema Qualifying Industrial Zone (QIZ).

Berbagai kesepakatan perdagangan bebas tersebut dapat dimanfaatkan Indonesia melalui keberadaan investor Indonesia di Mesir. Misal melalui skema QIZ memungkinkan untuk mengekspor ke AS tanpa bea masuk jika produk (terutama tekstil dan pakaian jadi) memiliki komponen dari Israel sebesar 10,5% dan 35% dari nilai produk tersebut harus diproduksi di Mesir.

WEAKNESSES Di bidang investasi, meski Pemerintah Mesir telah mengupayakan langkah-langkah pengamanan bagi investasi asing, namun untuk pembukaan investasi baru tampaknya investor perlu melakukan wait-and-see hingga terbentuknya pemerintahan hasil Pemilu yang diharapkan mampu menciptakan stabilitas bagi keberlangsungan investasi.

OPPORTUNITIES Dari berbagai potensi yang ada, sebenarnya terdapat peluang di Mesir yang dapat dimanfaatkan berbagai pihak di Indonesia. Dalam bidang telekomunikasi, terbuka peluang untuk ikut memperebutkan pengembangan teknologi nirkabel (GSM, 3G, VoIP, Wi-fi, Wi-Max, ataupun CDMA), khususnya semenjak Pemerintah Mesir membuka berbagai lisensi baru operator GSM 3G. Demand juga akan semakin meningkat tidak hanya bagi jasa telekomunikasi, tetapi juga komponen pendukung dari mulai keypad ponsel hinggafiber optics. Dalam bidang minyak bumi dan gas, terdapat peluang cukup besar bagi penyediaan jasa dan produk peralatan migas yang diperkirakan mencapai lebih dari US$ 1,5 milyar, seiring dengan meningkatnya jumlah operasi perusahaan asing. Selama kurun 20012007, lebih dari 150 penemuan migas di Mesir telah menarik perusahaan-perusahaan besar untuk berinvestasi di Mesir. Peningkatan konsumsi minyak domestik Mesir juga merupakan peluang investasi yang patut diperhatikan. Selain itu, berbagai peluang juga terdapat dalam bidang petrokimia, terkait dengan semakin tingginya produksi gas Mesir, dan ambisi Pemerintah Mesir untuk mengekspor produk petrokimia dan memenuhidemand pasar domestik Mesir.

Dalam bidang pengembangan Teknologi Informasi (TI) di Mesir yang setiap tahunnya mengalami pertumbuhan lebih dari 10%, sebagai salah satu penandatangan Perjanjian TI dalam kerangka WTO, Mesir telah menghapuskan bea masuk untuk produk-produk TI. Mesir juga mempunyai proyek Smart Village yang dirancang untuk menjadi Silicon Valley Mesir yang telah dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan besar, seperti Microsoft dan IBM. Semua hal tersebut memberikan peluang bagi pemasaran dan produksi produk-produk TI, baik perangkat keras maupun lunak, juga e-business. Industri pengemasan di Mesir yang selama ini masih didominasi impor dari Eropa sebesar 90%, terutama untuk mesin pengemas, juga memberikan peluang tersendiri. Dengan semakin meningkatnya ekspor Mesir, demand baik untuk mesin maupun bahan kemasan akan semakin meningkat pula, terutama bagi sektor makanan olahan, produk medis, tekstil, kulit dan produk kimia. Berbagai pihak di Indonesia juga dapat mencoba peluang bidang otomotif. Untuk mengganti kendaraan bermotor di Mesir yang sudah cukup tua dan kurang layak, Pemerintah Mesir telah mengeluarkan kebijakan untuk menurunkan bea masuk onderdil dan aksesoris otomotif hingga 10%. Peluang dalam bidang ini adalah dalam pasar kendaraan, komponen kendaraan dan jasa perawatan. Patut dicatat pula bahwa beberapa mobil yang diproduksi di Indonesia (Avanza dan MPV) telah mulai memasuki pasar Mesir. Bidang pariwisata juga memberikan peluang lain. Tingginya tingkat kunjungan wisman di Mesir (mencapai 10 juta wisman pada 2007), telah menimbulkan demand yang cukup tinggi bagi pengadaan peralatan dan jasa hotel dan restoran (termasuk furniture). Hal ini terkait dengan adanya insentif Pemerintah Mesir bagi pembangunan berbagai resort di wilayah-wilayah baru seperti Pantai Utara, Sinai dan kawasan Laut Merah. Dalam bidang penyediaan produk rumah tangga, pasar domestik Mesir dengan pertumbuhan ekonominya yang cukup stabil, telah meningkatkan demand pertumbuhan pasar produk-produk rumah tangga mencapai 4,2% per tahun. Dalam hal ini, terdapat peluang untuk meraih pasar produk rumah tangga ber-image khusus, seperti perawatan tubuh wanita tradisional, ataupun peralatan rumah tangga bercorak etnik, seiring dengan mulai berkembangnya jumlah kalangan menengah dan atas di Mesir. Namun demikian, masih cukup banyak masyarakat Mesir yang hidup di bawah garis

kemiskinan, sehingga kebanyakan masyarakat Mesir meskipun mengalami peningkatan daya beli, cenderung mengkonsumsi produk massal murah meriah seperti dari China. Last but not least, peluang bagi pengiriman skilled labour ke Mesir juga terbuka lebar. Meningkatnya perekonomian Mesir yang diiringi tingginya FDI pada sektor manufaktur dan jasa membuka peluang TKI profesional untuk bekerja di Mesir. Sektor yang terbuka bagi Indonesia antara lain perhotelan, perawat dan tenaga ahli di sektor industri seperti tekstil dan perminyakan.

THREATS Selain peluang dan potensi yang telah disampaikan di atas, perlu pula diperhatikan berbagai tantangan yang ada. Jarak yang cukup jauh dari Indonesia dan pasar yang masih banyak belum dikenal oleh pengusaha Indonesia dan Mesir merupakan salah satu hambatan peningkatan kerjasama ekonomi, investasi dan perdagangan IndonesiaMesir. Dalam hal ini, perdagangan masih menghadapi dilema. Di satu sisi, terdapat indikasi ketidakmampuan atau kurangnya kapasitas produksi Indonesia terhadap permintaan Mesir (misal kurangnya bahan baku kayu telah menghambat ekspor kertas dan furniture). Di sisi lain, banyak kontainer kosong setelah pengiriman produk ekspor Indonesia ke Mesir karena sedikitnya produk yang diimpor Indonesia sebagaimana terlihat dalam neraca perdagangan bilateral. Untuk itu, perlu kiranya terus didorong minat bisnis pengusaha Mesir untuk memanfaatkan peluang pasar Indonesia guna diversifikasi pasar selain Eropa dan Amerika Serikat. Preferensi investor Mesir yang memilih negara-negara kawasan sekitar sebagai tujuan investasi menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah RI untuk menarik minat mereka. Untuk itu diperlukan upaya lebih guna meyakinkan para investor tersebut baik dari segi keamanan berinvestasi, kejelasan aturan-aturan terkait investasi serta prospek keuntungan yang diraih. Pada tataran yang lebih luas, kedua negara dapat pula meningkatkan upaya untuk meningkatkan kesempatan perdagangan dan investasi melalui pembentukkan joint studymenjajagi free trade agreement ataupun economic partnership agreement. Sementara itu, perlu segera dimanfaatkan skema Preferential Trade

Agreement D-8 yang dapat digunakan untuk meningkatkan perdagangan bilateral Indonesia-Mesir. Yang tidak kalah penting adalah perlunya kesamaan semangat dan komitmen, serta penguatan kerjasama berbagai pihak Indonesia, termasuk KBRI Cairo, untuk meminimalisir hambatan yang ada, menjawab berbagai tantangan, serta memaksimalkan keuntungan yang dapat diraih dari berbagai potensi dan peluang yang ada.

Berdasarkan pemetaan terhadap Strengths (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (Hambatan) kerja sama perdagangan IndonesiaMesir di atas, dapat disusun beberapa strategi sebagai berikut:

STRATEGI STRENGTHS OPPORTUNITIES

Meningkatkan keterampilan tenaga kerja di Mesir agar investor Indonesia makin tertarik menanamkan modalnya di Mesir Membenahi infrastruktur untuk mendorong investasi Indonesia dapat mambangun beberapa perusahaan telekomunikasi yang kompetitif dan qualified di Mesir Di bidang otomotif, Indonesia dapat lebih menginvestasikan produk mobil untuk dijual di Mesir Dalam bidang pariwisata, Indonesia dapat mengembangkan investasi di bidang hotel, restoran, dan agen perjalanan.

STRATEGI STRENGTHS THREATS

Menambah dan meningkatkan fasilitas transportasi untuk mengatasi masalah jarak antara Indonesia-Mesir

Membuat Joint Study Group untuk menemukan berbagai persetujuan investasi atau kerjasama ekonomi Indonesia-Mesir

STRATEGI WEAKNESSES OPPORTUNITIES

Mengatur situasi sosial dan politik domestik agar lebih stabil untuk mendorong iklim investasi Pertemuan antar agen ekonomi untuk berbagi informasi mengenai peluang bagi investor

STRATEGI WEAKNESSES THREATS

Pemerintah kedua negara hendaknya membuat reformasi dalam hal administrasi untuk investasi, misalnya mengatur hukum sebagai dasar peraturan investasi yang memberikan perlakuan yang sama untuk investor domestik maupun asing, memberikan jaminan mengenai kepastian hukum, jaminan dalam keamanan berbisnis bagi investor dan menerapkan pemecahan masalah melalui arbitrase. Meningkatkan autoritas GAFI dalam fasilitasi dan kontrol investasi dan juga memberikan arahan dan bantuan bagi investor mengenai bagaimana cara berinvestasi di Mesir.

You might also like