You are on page 1of 13

4.4 Kegiatan Pembenihan 4.4.

1 Induk Induk ikan nila gift yang ada di BBI Batee Iliek Kecamatan Samalangga sudah tergolong baik dikarenakan kondisinya sehat, gerakannya lincah, memilki respon terhadap pakan yang diberikan dan jika distriping mengeluarkan telur yang bewarna kuning. Pada ikan nila gift betina umurnya sudah mencapai 6 bulan dengan beratnya 200 gram. Sedangkan pada induk jantan umurnya sudah mencapai 6 bulan dengan berat 350 gram, badan tebal dan mengkilap (tidak kusam), kondisinya sehat, gerakan lincah, dan jika di striping mengeluarkan cairan sperma. Menurut Suyanto (1993), induk ikan merupakan sarana produksi yang penting dalam usaha pembenihan. Induk merupakan pangkal yang menentukan mutu benih yang akan dihasilkan. Induk ikan nila gift harus dari galur ( varietas) yang murni dan unggul. Sebagai stok awal tidak boleh keturunan FI dari suatu galur. Menurut hukum Mendel bila keturunan FI dikawinkan akan di hasilkan keturunan yang sangat bervariasi sifatnya. Calon induk yang akan digunakan sebagai bakalan penghasil bibit ikan nila gift harus diperhatikan kualitasnya. Banyak induk ikan nila gift yang ada di masyarakat kualitas genetisnya sudah menurun. Induk yang kualitas genetisnya kurang baik, jika dipijahkan akan menghasilkan keturunan yang jelek dan kuantitas benih yang rendah. Karena itu, sebaiknya mengunakan induk yang berasal dari institusi yang ditunjuk sebagai penyedia induk, misalnya di balai-balai penelitian perikanan (Djarijah 1995). Pemeliharaan induk ikan nila gift di kolam yang ada di BBI Batee Iliek kecamatan Samalangga tergolong baik karena pada pintu pemasukan air terdapat saringannya sehingga ikan liar tidak bisa masuk kedalam kolam tersebut. Selain itu pemberian pakan pada induk dilakukan dengan baik sehingga dapat menyebabkan kematangan gonad (telur dan sperma) yang optimal. Kemudian adanya pemisahan antara induk jantan dan induk betina sehingga tidakmenyebabkan terjadinya pemijahan liar di kolam tersebut. Menurut Djarijah (1995), sebelum dipijahkan induk jantan dan betina dipelihara di kolam yang terpisah. Posisi kolam induk dibuat sedemikian rupa sehingga air buangan dari kolam induk betina tidak mengalir ke kolam induk jantan ataupun sebaliknya. Jika tidak, bau tubuh induk betina yang terbawa arus air ke kolam induk jantan akan merangsang induk jantan untuk memijah sehingga terjadi pemijahan liar. Keuntungan lain dari pemisahan induk jantan dan betina adalah sebagai berikut : Kualitas telur yang dihasilkan lebih baik.

Memudahkan melakukan seleksi induk. Bisa dengan mudah membedakan induk yang sudah dan belum dipijahkan. Induk ikan nila jantan dan ikan nila betina di tujukan pada gambar 6 dan 7 di bawah ini. 4.4.2 Persiapan kolam Pada kolam pendederan dilakukan beberapa perlakuan seperti pengeringan kolam, pengolahan tanah dasar kolam, penyemprotan hama, pemberian saringan pada pintu pemasukan air agar sampah-sampah dan ikan liar dari luar tidak masuk ke dalam kolam. Adapun beberapa perlakuan yang di lakukan di BBI Batee Iliek Kecamatan Samalangga adalah sebagai berikut : 1. Pengeringan kolam yaitu dengan cara pintu pemasukan ditutup kemudian pintu pengeluaran dibuka, dan selanjutnya biarkan kolam sampai kering total. Pengeringan kolam di BBI Batee Iliek Kecamatan Samalangga tergolong mudah karena mengunakan sistem paralel. 2. Pengolahan tanah dasar kolam, setelah kolam kering maka langkah selanjutnya adalah tanah dasar kolam yang sudah kering dibalik dengan mengunakan cangkul hingga sampai merata. 3. Penyemprotan hama; penyemprotan hama dilakukan dengan mengunakan obat pembasmi hama keseluruh bagian kolam. 4. Pembersihan hama yang ada di kolam seperti keong mas, ikan liar, dan udang hingga bersih agar benih aman dan terjaga dari serangan hama sehingga tingkat keberhasilan pendederan lebih besar. 5. Proses pemupukan di BBI Batee Iliek Kecamatan Samalangga dilakukan dalam setahun dua kali tetapi tidak rutin karena terkendala dengan dana sehingga proses pembelian pupuk jadi terhambat ataupun tidak sesuai dengan yang di harapkan. 6. Pengapuran dilakukan untuk membunuh hama penyakit yang ada di kolam. 7. Penjemuran kolam, dilakukan supaya seluruh hama yang ada di kolam mati penjemuran kolam di lakukan selama 2- 3 hari. 8. Tahap terakhir yaitu pengisian air pada kolam pendederan. Pengisian air ke dalam kolam hanya setinggi 20 cm tujuannya agar larva ikan mampu menjangkau dasar kolam.

Kegiatan pengolahan tanah dasar kolam di BBI Babah Krueng dengan menggunakan mesin handtracktorditunjukkan pada gambar 8.

4.4.3 Pemijahan Pada BBI Batee Iliek Kecamatan Samalangga tidak ada perlakukan khusus karena pemijahan yang dilakukan disana adalah pemijahan secara alami, jadi induk betina dan induk jantan digabungkan dalam satu kolam kemudian setiap pagi dan sore hanya diberikan pakan tanpa ada perlakuan lain. Proses terjadi pemijahan induk ikan nila gift di BBI Batee Iliek Kecamatan Samalangga lebih cenderung dengan cara pasif yaitu membuat sarang di dalam kolam, sarang yang telah di buat di gunakan untuk memberikan respon kepada betina. Pemijahan terjadi di lubang-lubang di dasar kolam yang merupakan sarang pemijahan, telur yang di keluarkan oleh induk betina dibuahi sperma induk jantan. Selanjutnya, telur yang sudah dibuahi akan dierami oleh induk betina di dalam mulutnya. Pada proses pemijahan ini induk betina yang lebih berperan dalam menentukan pasangannya. 4.4.4 Penanganan benih dan pendederan Dalam persiapan kolam pendederan dilakukan pemberian pupuk baik pupuk organik maupun pupuk anorganik.Pupuk adalah suatu bahan yang di gunakan untuk meningkatkan produktivitas dan kesuburan kolam. Contoh dari pupuk organik seperti kompos dan kotoran hewan. Sedangkan pupuk anorganik ( pupuk buatan) berupa Urea, dan TSP (Susanto 2005). Proses pemberian pupuk organik (pupuk kandang) yang di lakukan oleh teknisi di BBI Batee Iliek Kecamatan Samalangga dengan kolam yang berukuran panjang 30 m, lebar 20 m dan tinggi 80 cm (kolam pendederan) di berikan sebanyak 1 goni atau seberat 30 kg, jadi pupuk yang digunakan untuk kolam tersebut adalah 800,14 gr/m2. Pupuk yang di berikan untuk menyuburkan tanah pada kolam pendederan bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami pada kolam tersebut sebagai sumber makanan pada larva ikan nila gift. Menurut Susanto (2005), pupuk yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang dimaksud. Bila pupuk yang digunakan harus ada kandungan unsur fosfor dan nitrogen maka dianjurkan pupuk DS (Double Superphosphat) atau TS (Tripple Superphosphat ), dan urea. Bila mempunyai kolam pemeliharaan ikan nila seluas 200 m2, pupuk yang digunakan 4 Kg, yang terdiri dari pupuk DS atau TS sebanyak 2 Kg dan 2 Kg pupuk urea. Berbeda dengan pupuk kandang, pupuk buatan diberikan selama berlangsung masa pemeliharaan atau setelah kolam terisi air.

Sebelum melakukan pemanenan benih/larva didalam kolam, maka alat yang harus disiapkan adalah serok benih dan wadah atau ember yang diisi air. Pada saat melakukan panen benih serta penebaran benih ke kolam pendederan dilakukan pada pagi hari karena suhunya masih rendah sehingga mengurangi kemungkinan stress pada benih. Penangkapan larva dilakukan di dekat pintu pengeluaran air karena larva ikan nila gift biasanya dibawa oleh induknya ke bagian dekat pintu pengeluaran dan tidak selalu diasuh/dimasukkan di dalam mulut induk ikan nila gift. Setelah benih/larva di tangkap dengan serok kemudian diisi ke dalam wadah yang sudah diisi dengan air. Selanjutnya larva tersebut dibawa dengan hati-hati agar tidak stress sampai ke kolam pendederan yang sudah di siapkan. Larva yang sudah ditangkap di dalam kolam pemijahan langsung dibawa ke dalam kolam pendederan, selanjutnya dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara timba yang berisi benih dimasukkan ke kolam secara perlahan-lahan sehingga air kolam masuk kedalam timba. Kemudian dibiarkan beberapa menit sampai benih itu keluar dengan sendirinya dari timba tersebut, setelah larva/benih itu keluar semuanya barulah timba tersebut diangkat. Ukuran kolam pendederan yang digunakan pada saat melakukan pendederan benih ikan nila memiliki panjang 30 m, lebar 5,40 m dan tinggi 80 cm. Untuk jumlah padat tebar yang dilakukan didalam kolam pendederan adalah 70000 benih yang ditebarkan untuk luas satu kolam pendederan. Menurut (Asmawi, 1983), penebaran benih dilakukan setelah 5-7 hari dari pemupukan, ketika pakan alami sudah tersedia di dalam kolam. Benih ditebar jika suhu sedang rendah, yakni pada pagi atau sore hari agar benih yang ditebarkan tidak mengalami stres. Jumlah benih yang ditebar sebanyak 75-100 ekor/m2. Kegiatan penangkapan larva ikan nila yang sudah siap untuk didederkan ke kolam pendederan di tujukan pada gambar 9.

4.4.5 Pakan benih Setelah larva/benih diisi di kolam pendederan maka pakan benih harus diberikan, pakan benih yang di berikan ada 2 macam yaitu pakan buatan dan pakan alami 1. Pakan alami

Pemberian pakan alami tidak dilakukan secara khusus kecuali pakan alami yang bersumber dari kolam tersebut melalui proses pemupukan. Benih/larva memakan pakan alami pada umur 3-11 hari, dimana pakan alami yang dimakan bersumber dari kolam itu sendiri.

1.

Pakan buatan

Benih-benih ikan nila yang ada dikolam pendederan diberikan pakan buatan setelah berumur 12 hari dimana alat pencernaannya sudah tahan terhadap pakan buatan. Pakan yang diberikan kepada benih ikan nila tersebut berupa pellet yang telah dihaluskan dengan air seperti dedak karena bukaan mulut benih tersebut masih kecil. Pada BBI Babah Krueng kecamatan Beutong tidak dilakukan penentuan jumlah pakan yang harus di berikan ke benih, sehingga kebutuhan pakan dan jumlah pakan yang di berikan ke benih tidak sesuai dengan yang seharusnya. Jenis pakan yang di berikan ke benih ditunjukkan pada gambar 10. 4.4.6 Analisa kualitas air Menurut Amri dan Khairuman (2002), kualitas air untuk budidaya ikan nila harus memenuhi beberapa persyaratan, karena air yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Ada beberapa variabel penting yang berhubungan dengan kualitas air. Variabel-variabel tersebut berhubungan dengan sifat kimia air (kandungan oksigen, karbondioksida, pH, dan zat-zat beracun). Selain sifat kimia tersebut air juga memiliki sifat fisika, antara lain yang berhubungan dengan suhu, kekeruhan dan warna air. 1. DO

Pengukuran DO tidak bisa dilakukan di BBI Babah Krueng karena alat pengukuran yang digunakan mengalami kerusakan. Ikan nila bernafas memerlukan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kandungan oksigen sangat bertentangan dengan kandungan karbondioksida di dalam air. Kandungan oksigen yang baik untuk ikan nila minimal 4 mg/liter air sedangkan karbondioksidanya seharusnya kurang dari 5mg/liter air (Lesmana, 2004). 1. pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus. Pengukuran dilakukan disemua kolam yang dipakai untuk kegiatan pembenihan ikan nila. Nilai rata-rata yang di dapatkan dalam pengukuran selama 2 hari adalah 7 ppm. Semua kolam yang dilakukan pengukuran pH memiliki nilai yang sama. Umumnya, pada siang hari pH suatu perairan meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya fotosintesis pada siang hari. Saat itulah tanaman air atau fitoplankton mengkonsumsi karbondioksida. Derajat keasaman yang baik untuk budidaya ikan nila gift 5-9 (Arie, 2000). 1. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer hasil pengukuran suhu yang dilakukan pada kolam yang digunakan saat melakukan pembenihan ikan nila didapatkan nilai yang berbeda-beda. Untuk kolam pemijahan dan penetasan ikan nila didapatkan suhu rata-rata 27,5 oC, Nilai suhu pada pagi hari mencapai 27 oC sedangkan pada siang hari nilai suhu nya adalah 28 oC. Sedangkan untuk kolam pendederan ikan nila didapatkan nilai rata-rata 28,5 oC, nilai suhu pada pagi hari mencapai 28 oC sedangkan pada siang hari nilai suhu nya adalah 29 oC. Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14 oC - 38 oC dan dapat memijah secara alami pada suhu 22 oC - 37 oC. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimum bagi ikan nila adalah 25 oC - 30 oC. Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14 oC atau pada suhu tinggi 38 0C. Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu 6 oC atau 42 oC (Arie, 2000). 1. Amoniak

Salah satu senyawa beracun di dalam air yang bebahaya bagi kehidupan ikan nila adalah amoniak. Gas yang berbau sangat menusuk ini dapat berasal dari proses metabolisme ikan dan proses pembusukan bahan organik yang dilakukan oleh bakteri. Amoniak merupakan racun bagi ikan, biasanya terjadi jika banyak fito plankton yang mati kemudian diikuti oleh penurunan pH karena kandungan karbondioksida meningkat. Batas konsentrasi kandungan amoniak yang bisa mematikan ikan nila adalah 0,1 0,3 mg/liter air (Cahyono 2000). 1. Kekeruhan

Kekeruhan suatu perairan merupakan kebalikan dari kecerahan air. Penyebab kekeruhan antara lain beberapa partikel seperti lumpur, bahan organik, sampah atau plankton. Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan suatu perairan adalah secchidisk (Arie, 2000). Kualitas air pengukuran di BBI Babah Krueng ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Parameter Kualitas Air yang Diukur Pada BBI Batee Iliek. No 1 2 3 4 Kualitas Air Nilai DO pH 7 ppm

Suhu 27,5 C Kecerahan 28,5 cm

4.5 Hama dan Penyakit Jenis penyakit yang biasanya menyerang ikan nila adalah penyakit bercak merah dan jamur Saprolegniasis. Kedua penyakit ini menyerang kulit, kepala, sirip, dan bagian tubuh lainnya pada induk atau ikan nila ukuran dewasa. Di BBI Batee Iliek kecamatan Samalangga belum pernah larva atau benih yang terserang oleh suatu penyakit. Penanganan ikan ukuran besar yang terserang penyakit di Di BBI Batee Iliek kecamatan Samalangga itu ada dua yaitu : 1) Penanganan secara alami yaitu dengan cara memindahkan ikan nila giftyang terserang penyakit bintik-bintik merah itu ke kolam yang pematangnya tidak bersemen dan terbuat dari tanah, kemudian dimasukkan ke dalam kolam tersebut selama beberapa hari, setelah ikan tersebut sembuh barulah dimasukkan kembali ke kolam pemeliharaannya. 2) Penanganan secara obab-obatan yaitu dengan cara menggunakan obat kalium permanganat (PK) dengan dosis yang secukupnya dan dilarutkan ke dalam air. Larutan PK tersebut kemudian dicampur ke dalam bak pengobatan, setelah itu ikan yang terserang penyakit dimasukkan ke dalam bak pengobatan tersebut selama 15 menit. Menurut Lesmana (2004), penyakit bercak merah disebabkan oleh bakteri Aeromonas. Jika ikan nila terserang bakteri ini, tindakan pengobatan yang bisa dilakukan sebagai berikut : Perendaman dilakukan dengan menggunakan antibiotik Tetracylin atau Kemicitine yang berbentuk kapsul. Larutan dibuat dengan melarutkan satu kapsul kedalam 500 liter air bersih, lalu ikan direndam dalam larutan tersebut selama dua jam. Pengobatan dilakukan berturut-turut 3-5 kali dalam waktu 3-5 hari. Pengobatan bisa dilakukan dengan obat oles, bisa pula dengan penyuntikan. Umumnya, obat oles yang digunakan adalah obat merah yang telah diencerkan sebanyak 10 kali. Penyuntikan biasanya dilakukan untuk ikan nila yang berukuran besar. Obat yang digunakan adalah Teramicine dengan dosis 25-30 mg untuk setiap 1 Kg berat ikan.Penyuntikan diulangi setiap tiga hari sebanyak 3 kali. Jenis-jenis hama yang menyerang adalah sebagai berikut: 1) Ikan gabus yang suka memakan larva ikan nila gift, penanganannya dengan memberikan saringan pada pintu pemasukan air. 2) Siput yang suka memakan larva ikan nila dan memakan pakan buatan yang diberikan kebenih ikan nila gift. Penanganan nya adalah dengan cara air dikeringkan

lalu siput tersebut dipilih dan dimusnahkan setelah itu dipasang saringan pada pintu pemasukkan air. 3) Kerang sebagai hama yang mengganggu larva ikan nila gift, dimana hama jenis ini memakan pakan buatan yang untuk larva ikan nila gift. Penanganan nya adalah dengan cara air dikeringkan lalu kerang ini dipilih dan dimusnahkan. 4) Udang-udang renik yang memakan larva ikan nila gift. Penanganan nya adalah dengan cara air kolam dikeringkan dan dilakukan penyemprotan hama. 4.6 Pemanenan dan Pemasaran 4.6.1 Pemanenan Jumlah produksi persiklus di BBI Batee Iliek kecamatan Samalangga dibuat per lima bulan (Januari - Mei) yaitu ukuran 3-5 cm sebanyak 150.000 ekor. Sedangkan ukuran 5-8 cm sebanyak 100.000 ekor jadi jumlah benih yang dipanen persiklus sebanyak 250.000 ekor. Pemanenan dilaksanakan setelah 1,5 bulan dari pendederan, dan dilakukan pada pagi hari sampai jam 09.00 WIB dan paling lambat jam 10.00 WIB Benih yang dipanen biasanya yang sudah berukuran 3-5 cm dan 5-8 cm. Proses pemanenan yang dilakukan pada BBI Batee Iliek adalah dengan mengeringkan kolam yang dilakukan dengan cara penutupan pintu pemasukan dan pintu pengeluaran dibuka dengan lebar agar proses pengeringan berjalan dengan lancar dan cepat. Selangjutnya dipersiapkan alat-alat pemanenan seperti alat pengangkut benih, timba, dan serok. Kemudian dilakukan Pembuatan current seperti parit dari pintu pemasukan air sampai dengan pintu pengeluaran air yang bertujuan supaya benih tidak mati. Setelah itu di buat tempat penampungan benih di kolam lain dengan mengunakan jaring yang diletakkan didalam kolam dan diisi batu di tiap sudutnya agar jaring tersebut dapat terbentang dengan baik. Alat-alat yang dibutuhkan untuk pemanenan ikan ditunjukkan pada gambar 13. Setelah air didalam kolam sebagian besar sudah kering dan hanya terdapat di sekitar pintu pemasukan, caren, dan pintu pengeluaran yang masih tersisa, maka kemudian di buat parit yang lebih besar di dekat pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air yang bertujuan supaya benih tidak mati. Selanjutnya barulah benih di tangkap dari pintu pemasukan, carent, dan disekitar pintu pengeluaran air. Setelah benih ditangkap kemudian diisi ke dalam ember dan selanjutnya diisi ke dalam kolam tempat penampungan benih sementara.

Setiap melakukan pemanenan pada skala besar benih ikan nila yang mati bisa mencapai 20%. Kematian benih ini disebabkan karena proses pemanenan dan penanganan benih yang kurang sesuai dengan prosedur pemanenan yang baik. 4.6.2 Pemasaran Benih-benih ikan tersebut di packing dalam plastik yang berisi air. Kemudian plastik yang berisi benih dan air di berikan oksigen secukupnya. Bagi petani yang membeli dalam jumlah sedikit biasanya datang ke BBI langsung dan membawa pulang sendiri benih yang telah di beli tersebut. Sedangkan bagi pembeli dari luar daerah, dan membeli dalam jumlah besar maka benih yang dibeli tersebut akan di antar sampai tujuan dengan mengunakan mobil. Dalam satu plastik diisi benih ikan sebanyak 500 ekor. Ukuran plastik yang digunakan memiliki panjang 75 cm dan lebar 45 cm, kalau diangkut menggunakan mobil bisa mengangkut sampai 50 buah plastik (25.000 ekor benih).Wilayah pemasaran benih ikan di BBI Batee Iliek kecamatan Samalangga meliputi beberapa daerah seperti wilayah Kabupaten Bireun, Kabupaten Lokmawee, Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Pidie. Benih ikan nila gift yang telah dipanen memiliki harga jual sesuai ukuran benih. Beberapa ukuran benih yang dijual di BBI Batee Iliek antara lain, ukuran 2-3 cm dijual seharga Rp 200,00./ekor, ukuran 3-5 cm dijual seharga Rp300,00./ekor dan ukuran 5-8 cm dijual seharga Rp 500,00./ekor. 4.7 Hambatan dan Kemungkinan Pengembangan Usaha Beberapa hambatan yang terdapat di BBI Batee Iliek Kecamatan Samalangga antara lain kurangnya tenaga ahli (teknisi) perikanan yang terdapat di tempat tersebut, lambatnya proses penanganan alat yang mengalami kerusakan, dan hama yang sulit diberantas di kolam-kolam pemeliharaan ikan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi hambatan tersebut :

Batee Iliek Kecamatan Samalangga memberikan pengarahan, saran, dan cara melakukan budidaya yang baik.

kepala koordinator mengambil inisiatif dengan cara memakai uang hasil penjualan benih untuk biaya pembelian/perbaikan alat tersebut.

tanah dasar kolam, membuang sampah atau hama yang ada di kolam, penyemprotan

hama, pemberian kapur pada dinding kolam agar hama yang di sekitar kolam tidak masuk lagi. Pengembangan usaha yang dilakukan pada BBI Batee Iliek belum pernah dilakukan dalam skala besar. Usaha yang dijalankan oleh daerah ini hanya mencakup untuk wilayah Kabupaten Nagan Raya dan sekitarnya seperti Kabupaten Bireun, Kabupaten Lokmawee, Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Pidie. Usaha yang dijalankan pada saat ini banyak mengalami kendala serta sulit untuk menjadi usaha yang besar milik pemerintah. Pada prinsipnya pengembangan usaha harus memenuhi standar dan kualitas produksi yang bagus serta memiliki pasar yang mampu memberikan input pada usaha yang dijalankan. 4.8 Analisa Usaha Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai selama usaha perikanan tersebut berlangsung. Dengan analisis usaha, pengusaha dapat membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki, serta meningkatkan keuntungan dalam usahanya (Tim penuli PS, 2007). Menurut Swasta dan Sutojo(1988), secara umum nilai rentabilitas ini dapat diartikan sebagai kemampuan menghasilkan laba dari sejumlah dana yang dipakai untuk menghasilkan laba tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai rentabilitas yang didapatkan untuk usaha pembenihan ikan nila ini adalah sebesar 36,329%. Break even point merupakan perbandingan antara nilai hasil penjualan produksi dengan biaya produksi. Nilai yang di peroleh merupakan titik impas sebuah usaha dan menggambarkan kondisi usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Tim penuli PS, 2007).

Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash invertment) dengan mengunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash invertmen dengan carh inflownya yang hasilnya merupakan satuan waktu selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maxsimum payback period yang di terima (Umar, 2005). Metode Break Even Point (BEP) baik linear maupun non linear dapat digunakan untuk menentukan kapasitas produksi optimum. BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana total pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR = TC) dapat pula diartikan laba sama dengan nol, atau marginal income atau contribution margin sama dengan biaya

tetap (MI =FC) atau biaya tetap dibagi dengan marginal income ratio (FC/MIR) atau biaya tetap di bagi dengan min variabel (Hardjanto, 2005). Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai keuntungan dari hasil penjualan selama satu tahun (12 kali penjualan) di BBI Batee Iliek Kecamatan Samalangga adalah sebesar Rp.144,000,000.00,-. Payback period yang didapatkan dari usaha ini adalah selama 2.75 tahun. Ini berarti bahwa pengeluaran investasi dari usaha ini akan dapat dikembalikan secara keseluruhan selama 2.75 tahun periode operasional usaha. Nilai gift Break Even Poin yang didapatkan sebanyak Rp.63,701,400.00,-. Sedangkan BEP volumenya adalah sebanyak 369,793.89 ekor, dan BEP harga adalah Rp 2,773.45,-. Ini berarti bahwa usaha pembenihan ikan nila giftini tidak akan mendapatkan keuntungan atau kerugian ketika penjualan benih ikan nila gift tersebut mendapatkan hasil Rp.63,701,400.00,-. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1.Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk dalam menu makanan sehari-hari adalah dengan memelihara ikan di kolam ataupun di tambak, karena ikan selain rasanya enak tetapi juga sebagai sumber protein bagi tubuh kita. Oleh karena itu budidaya ikan perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pasar. 2.Ikan nila gift yang merupakan ikan introduksi didatangkan dari dari Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal, dan Kenya ke indonesia pertama kali tahun 1994. Satu hal yang menguntungkan sekalipun merupakan ikan pendatang usaha budidaya ikan nila gift ternyata tidaklah sesulit dan serumit yang di bayangkan. Ikan ini selain di pelihara di kolam biasa seperti yang umum dilakukan, juga dapat dipelihara diberbagai media lain, seperti kolam air deras, kantung jaring apung, keramba, sawah, bahkan tambak air payau. 3.Pemijahan ikan nila gift biasanya permukaan airnya mencapai ketinggian 50-70 cm, Induk terpilih mulai dimasukkan satu persatu ke dalam kolam pemijahan ini. Pemasukan induk ikan ini biasanya dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Ini untuk menjaga agar induk tidak stres karena suhu air yang tinggi. Perbandingan induk jantan dan induk betina yang dikawinkan biasanya 1 : 2. Bila induk jantan yang dimasukkan ke dalam kolam sebanyak 15 ekor. Maka harus disediakan induk betina sebanyak 30 ekor. Hal ini untuk menghindari persaingan induk jantan dalam memperebutkan pasangan. 5.2 Saran

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapang di BBI Batee Iliek Kecamatan Samalangga, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan : 1. Pembenihan Outdoor tidak memerlukan pemberian pakan alami secara khusus, cukup hanya dengan menumbuhkan pakan alami dengan menggunakan pupuk. 2. Kekurangan teknisi yang mengerti masalah budidaya ikan nila gift secara intensif. 3. Kurangnya penanggulangan terhadap penyakit pada ikan yang sakit, dikarenakan teknisi belum tahu cara menggunakan obat untuk ikan-ikan yang sakit secara optimal. Pemberian obat hanya menurut perkiraansaja. 4. Kurangnya penanggulangan terhadap hama yang menyerang ikan dalam kolam. 5. Proses pemanenan benih yang kurang memenuhi standar BBI, pemanenan dilakukan dengan cara biasa saja tanpa memperdulikan resiko pada benih ikan nila gift. 6. Dosis pakan yang diberikan untuk ikan belum secara optimal, tanpa memperkirakan kebutuhan jumlah pakan dari ikan itu sendiri. Padahal dosis pakan yang di berikan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. DAFTAR PUSTAKA Amri, K. dan Khairuman. 2002. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 145 hal. Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. 260 hal. Djarijah, A.S. 1994. Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Nila Merah Secara Intensif. Kanasius. Yogyakarta. 87 Hal. Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. 260 hal. Ikatan Akuntan Indonesia. 1994. Prinsip Akutansi Indonesia 1984. Edisi II. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Susanto, H. 2005. Budi Daya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 196 hal. Suyanto, R. 1993. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 hal. Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung. 189 hal.

Surachmad, W. 1978. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Penerbit Tarsito. Bandung. 337 hal.

You might also like