You are on page 1of 18

I.

TUJUAN 1. Untuk menentukan besar lendutan di titik yang telah ditentukan dari sebuah balok statis tak tentu yang dibebani oleh beban terpusat. 2. Membandingkan hasil percobaan dengan hasil teori.

II.

TEORI Besar lendutan dan kemiringan/putaran sudut dari sebuah struktur statis tertentu yang diberi beban dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari ketiga metode di bawah ini :

1. Metode Unit Load

Dimana : M m = momen akibat beban W

= momen akibat satu satuan gaya (unit load) yang bekerja pada titik C.

Dimana : M m = momen akibat beban W = momen akibat satu satuan momen (unit moment) yang bekerja pada titik C

2. Metode Moment Area (Luas bidang momen)

A C

Note : Dimana bidang M/EI sebagai beban. B C

= perubahan kemiringan/putaran sudut akibat beban antara A dan C. = A1A (A1 adalah daerah yang diarsir yang dapat dilihat pada gambar A.2)

= besar lendutan di titik C = statis momen dari M/EI di titik A.

3. Metode Conjugated Beam Metode Moment Area dengan Conjugated Beam berhubungan erat sekali. Teori Moment Area cenderung ke arah geometri dan kurva elastic. Sementara konsep Conjugated Beam menggunakan analogi antara putaran sudut dengan gaya lintang dan lendutan dengan momen.

A C

Dimana : C A B = momen lentur di titik C akibat beban M/EI = besar lendutan di titik C (=PL 3/48EI) = RA = RB = gaya lintang di A = gaya lintang di B = putaran sudut di titik A (=PL2/16EI) = putaran sudut di titik B (=PL2/16EI)

4. Metode Integrasi Salah satu metode penyelesaian dalam mencari nilai lendutan dan putaran sudut adalah dengan metode integrasi yang dikenal juga dengan teori elastis. Berikut ini adalah rumus dalam mencari niali lendutan dan putaran sudut. ( ) III. ( ) ( ) Rumus Umum = tan = besar putaran sudut = besar lendutan

PERALATAN Alat-alat : 2-HST.1301 Penyangga Ujung 1-HST.1302 Penyangga perletakan rol 1-HST.1303 Pengatur Rol 1-HST.1304 Pelat Jepit 3-HST.1305 Jepit Penggantung 3-HST.1306 Penyambung Gantungan 3-HST.1307 Penggantung Besar (tempat beban) 3-HST.1309 Penggantung Ujung 1-HST.1310 Penyangga Perletakan Ganda 1-HST.1311 Pengatur Perletakan 1-HST.1312 Penggantung Kecil 2-HST.1313 Ujung Sisi Tajam (knife edge)

Gambar A.4 menunjukkan pengaturan yang biasanya digunakan untuk lentur plastis ( plastic bending) pada balok dengan ujung-ujung yang sudah disusun (built-in-ends). Untuk maksud di atas, pada salah satu ujungnya didesain perletakan yang memperbolehkan adanya pergeseran lateral. Balok ini dapat diuji dengan perletakan rol di tengah bentang seperti yang telah ditunjukkan atau alternatifnya digunakan di salah satu ujung balok. Struktur seperti ini

juga dapat digunakan untuk menguji balok tertentu pada perletakan balok sederhana yang menggunakan ujung tajam (knife ends) dan rol.

Gambar A.5 menunjukkan alat peraga struktur statis tak tentu dengan balok elastis yang ujung-ujungnya bisa diatur. Untuk maksud diatas, pada salah satu ujungnya didesain perletakan yang memperbolehkan adanya pergeseran lateral. Untuk menghasilkan struktur statis tak tentu, perletakan dapat diatur sedemikian rupa untukmenghasilkan perletakan jepit dan rol. Variasi dapat dilakukan untuk menghasilkan struktur statis tak tentu dengan memberikan perletakan jepit-jepit dan jepit-rol dengan besar dan tipe beban yang dapat divariasikan.

Gambar A.6 menunjukkan kantilever dengan beban terbagi merata. Variasi yang dapat dilakukan seperti menimbulkan putaran sudut dan lendutan akibat beban terpusat, teori timbale balik, dan lain-lain.

Gambar A.7 menunjukkan aplikasi dari beban terpusat dan beban ke atas ( upward load) pad struktur statis tak tentu. Banyak variasi yang dapat dilakukan seperti menunjukkan putaran sudut dan lendutan pada perletakan, beban menggantung atau beban terbagi merata, teori timbal balik, dan lain-lain. Pengaturan-pangaturan seperti di atas dapat divariasikan menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Pengaturan-pengaturan ini dilakukan untuk menunjukkan penggunaan berbagai jenis alat untuk berbagai aplikasi. Untuk percobaan-percobaan seperti ini dimana dibutuhkan pengamatan lendutan yang besar, dianjurkan penggunaan dari alat untuk bentang panjang (long travel gauge) HAC 6 series. IV. CARA KERJA PERCOBAAN I. Mencari lendutan di titik A dan B pada balok dengan perletakan jepit-jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah bentang.

Cara Kerja : 1. 2. 3. Mengatur perletakan untuk memenuhi kondisi jepit-jepit. Mengukur dimensi pelat (b dan h) dan bentang balok (L) dari as ke as. Meletakkan dial gauge pada jarak L dan L dari perletakan jepit C untuk membaca besarnya lendutan di titik A dan B. 4. Meletakkan beban P dengan variasi beban 5, 10, 15, 20, dan 25 N disertai dengan pembacaan dial pada titik A dan B (variasi pembebanan ditentukan oleh asisten).

PERCOBAAN II. Mencari lendutan di titik A dan B pada balok dengan perletakan jepit-jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah bentang.

Cara Kerja : 1. 2. 3. Mengatur perletakn untuk memenuhi kondisi jepit-jepit. Mengukur dimensi pelat (b dan h) dan bentang balok (L) dari as ke as dan jarak a dan b. Meletakkan dial gauge sejauh a dari perletakan jepit C dan D untuk membaca besarnya lendutan di titik A dan B. 4. Meletakkan beban P dengan variasi beban 5, 10, 15, 20, dan 25 N disertai dengan pembacaan dial pada titik A dan B (variasi pembebanan ditentukan oleh asisten). PERCOBAAN III. Mencari lendutan di titik A dan B pada balok dengan perletakan rol-jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah bentang.

Cara Kerja : 1. 2. Mengatur perletakn untuk memenuhi kondisi rol-jepit. Mengukur dimensi pelat (b dan h) dan bentang balok (L) dari as ke as

3.

Meletakkan dial gauge pada jarak 1/4L dan 3/4Ldari perletakan rol C untuk membaca besarnya lendutan di titik A dan B.

4.

Meletakkan beban P dengan variasi beban 5, 10, 15, 20, dan 25 N disertai dengan pembacaan dial pada titik A dan B (variasi pembebanan ditentukan oleh asisten).

TEORI LENTURAN BALOK MODUL B

I.

TUJUAN Untuk memeriksa keakuratan dari teori lenturan untuk balok sederhana dengan membandingkan modulus elastis (E) hasil praktikum dengan teori pada balok sederhana perletakan jepit jepit.

I.

DASAR TEORI Besar lendutan dan kemiringan/putaran sudut dari sebuah struktur statis tertentu yang diberi beban dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari ketiga metode di bawah ini:

1.

Metode Unit Load

dimana: M m = momen akibat beban W = momen akibat satu satuan gaya (unit load) yang bekerja pada titik C

dimana: M m = momen akibat beban W = momen akibat satu satuan momen (unit moment) yang bekerja pada titik C

2.

Metode Moment Area (Luas bidang momen)

= perubahan kemiringan/putaran sudut akibat beban antara A dan C A1A= (A1 adalah daerah yang diarsir yang dapat dilihat pada Gambar A.2) = Besar lendutan di titik C

3.

Metode Conjugated Beam Metode Moment Area dengan Conjugated Beam berhubungan erat sekali. Teori Moment Area cenderung kea rah geometrid an kurva elastic. Sementara konsep Conjugated Beam menggunakan analogi antara putaran sudut dengan gaya lintang dan lendutan dengan momen.

dimana: = momen lentur di titik C akibat beban M/EI = besar lendutan di titik C = RA= gaya lintang di A = putaran sudut di titik A (=PL2/16EI) = RB= gaya lintang di B = putaran sudut di titik B (=PL2/16EI) 4. Metode Integrasi (=PL3/48EI0

Salah satu metode penyelesaian dalam mencari nilai lendutan dan putaran sudut adalah dengan metode integrasi yang dikenal juga dengan teori elastis. Berikut ini adalah rumus dalam mencari nilai lendutan dan putaran sudut.

II. PERALATAN 1 HST 601 1 HST 602 1 HST 603 2 HST 604 2 HST 605 3 HST 606 2 HST 607 2 HST 608 7 HST 608 1 HST 610 1 HST 611 1 HST 6m 1 HST 6c 1 HST 6d Penyangga ujung dengan penjepit tetap Penyangga ujung dengan penjepit rol Penggunaan momen lengkap Katrol ganda Kumpulan kawat Penjepit gantungan Penghubung penggantung Gantungan gantungan besar Gantungan gantungan kecil Pengimbang gantungan Kumpulan penyangga yang dapat ditentukan Arloji Pengukur Logam Balok uji perspektif

III. PERCOBAAN III.1. PERCOBAAN I Tujuan Untuk memeriksa keakuratan dari teori lenturan untuk balok sederhana dengan membandingkan modulus elastis (E) hasil praktikum dengan teori pada balok sederhana perletakan jepit jepit.

Prosedur 1. Menyiapkan dua penyangga pada ujung balok perletakan jepit jepit. 2. Meletakkan gantungan dan menjepit pada tengah bentang, dan menyiapkan arloji pengukur untuk mengukur lendutan pada beban terpusat. Memeriksa bahwa pada penyangga beban, bebas untuk berputar ke arah lendutan balok. 3. Menambahkan bebann sebesar 2 N. Mencatat pembacaan arloji pengukur pada tengah bentang.

4. Mengulangi prosedur diatas untuk variasi beban 4 N, 6 N, 8 N, dan 10 N.

Pengamatan Membandingkan hasil percobaan dengnan hasil teoritis yang diturunkan dari menghasilkan : Lendutan beban terpusat di tengah bentang = Putaran sudut akibat beban terpusast di tengah bentang = Lendutan beban terpusat pada penyangga sebelah kiri = Putaran sudut pada penyangga sebelah kiri = Putaran sudut sebelah kanan =
( ) ( )

= M yang

III.2.

PERCOBAAN II Tujuan Untuk memeriksa keakuratan dari teori lenturan untuk balok sederhana dengan membandingkan modulus elastis (E) hasil praktikum dengan teori pada balok sederhana perletakan jepit sendi.

Prosedur 1. Menyiapkan dua penyangga pada ujung balok perletakan jepit sendi. 2. Meletakkan gantungan beban dan menjepit ditengah bentang balok. 3. Meletakkan arloji pengukur di tengah bentang balok dan pada perletakan sendi balok. 4. Memasang beban sebesar 2 N, membaca arloji pengukur pada tengah bentang dan perletakan. 5. Mengulangi prosedur diatas untuk beban 4 N, 6 N, 8 N, dan 10 N.

Pengamatan Membandingkan hasil percobaan dengan harga lendutan teoritis yang diberikan dari : Putaran sudut pada ujung kantilever = Lendutan pada ujung kantilever =

III.3.

PERCOBAAN III Tujuan Untuk memeriksa keakuratan dalam pengguanan terorema momen dengan mencari nilai konstanta k pada balok perletakan jepit jepit.

Prosedur 1. Menyiapkan dua penyangga pada ujung balok perletakan jepit jepit. 2. Meletakkan dua gantungan beban ditengah bentang dengan jarak momen 75 mm dan menggunakan dua arloji pengukur untuk mengukur lendutan. 3. Memasang beban 2 N pada masing masing gantungan beban. Mencatat pembacaan pada tiap arloji pengukur. 4. Mengulangi prosedur diatas untuk beban 4 N, 6 N, 8 N, dan 10 N pada masing masing penggantung beban. Pengamatan Membandingkan garadiennya dengan harga teori yang berasal dari lendutan beban di ujung y= Menunjukkan bagaimana modulus elastisitas (E) mempengaruhi lendutan.

III.4.

PERCOBAAN IV Tujuan Untuk memeriksa keakuratan dalam penggunaan teorema momen dengan mencari nilai konstanta k pada balok perletakan jepit sendi.

Prosedur 1. Menyiapkan dua penyangga pada ujung balok perletakan jepit sendi. 2. Meletakkan dua gantungan beban ditengah bentang dengan jarak momen 75 mm. Memasang arloji pengukur untuk mengukur lendutan pada ujung perletakan sendi dan dua arloji pengukur pada tengah bentang. 3. Memasang beban sebesar 2 N pada masing masing gantungan beban. Mencatat pembacaan pada tiap arloji pengukur. 4. Mengulangi prosedur diatas untuk beban 4 N, 6 N, 8 N, dan 10 N pada masing masing penggantung beban.

Pengamatan Lendutan tengah pada bagian I dapat diperiksa dengan harga teori y = M = beban x 200 mm , dimana

Membandingkan seluruh hasil percobaan dengan harga teoritis dimana cocok dengan percobaan.

I.

TUJUAN Percobaan 1 Percobaan ini bertujuan untuk menentukan ketepatan analisa matematika dari jembatan menerus tiga bentang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Selain itu juga untuk membandingkan garis pengaruh yang didapat dari percobaan sebagai hasil dari reaksi perletakan dengan garis pengaruh secara teoritis. Percobaan 2 Tujuan dari lanjutan percobaan ini adalah untuk memperlihatkan analisa model dengan menggunakan metode displacement kecil dan untuk membandingkan hasilnya dengan pengukuran langsung dari reaksi.

II.

TEORI Jembatan adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk melewatkan suatu massa atau traffic dari suatu penghalang (sungai, jalan raya, waduk, jalan kereta api dan lain lain). A B C D

LAB LBC LCD Gambar C.1 Jembatan Menerus Tiga Bentang Pengertian dari jembatan menerus tiga bentang adalah suatu struktur yang memiliki 3 (tiga) bentang dan 4 (empat) buah perletakan (dapat dilihat pada Gambar C.1). Dalam analisa jembatan menerus tiga bentang pada modul ini, akan dipergunakan Metode Clapeyron (persamaan putaran sudut). III. PERALATAN a. b. Percobaan 1 HST .1901 Model Jembatan Transparan dengan bentuk Spandrels. HST .1902 Kolom kolom jembatan dengan penyangga berjalan, Alat Pengukur Reaksi dan Kompensator Perata. c. HST .1903 Kolom kolom jembatan dengan penyangga yang dijepit, Alat Pengukur Reaksi dan Kompensator Perata. d. e. HST .1904 Peralatan Dial Pengukur. HST .1905 Beban berjalan ( 50 N dan 25 N).

f. g.

HST .1906 Penyangga ujung kiri. HST .1907 Penyangga ujung kanan.

Gambar C.2 Alat Peraga Modul C

Model jembatan (Gambar C.2) dari bagian transparan memberikan penggambaran tentang bagian dinding samping dan lajur dari jalan. Diarphams telah dipasang pada keempat perletakan dan di tengah bentang. Jembatan tersebut menerus di atas dua bentang tepi yang masing-masing panjangnya 250 mm dan bentang tengah sepanjang 625 mm. Jembatan tersebut disambungkan keempat alat pengukur dengan pin pengikat pada satu ujung, tiga sisi penahan berjalan, yang memperbolehkan lendutan horizontal dan menahan lendutan vertikal pada perletakan yang lain. Perbedaan ketinggian dari bagian dalam dan penahan ujung adalah 90 mm. Perletakan jembatan ditopang pada kantilever pendek yang defleksinya karena reaksi dari jembatan memberikan pembacaan pada alat ukur. Alat pengukur reaksi dikalibrasi sehingga adapat membaca 0,1 N setiap bagian dari alat ukur. Pada bagian dasar setiap kolom terdapat kompensator perata yang dibuat untuk mengangkat kolom sebesar 0,1 mm setiap putaran alat ukur. Jadi jika dial pada kompensator selalu dipasang pada pembacaan alat ukur, maka penahan jembatan akan berada pada ketinggian yang konstan. Karena jembatan merupakan struktur statis tak tentu, maka adalah merupakan persyaratan yang penting untuk mengukur reaksi sebenarnya. Pada bagian atas dari kolom jembatan terdapat penjepit atau pengunci ujung bebas dari kantilever. Penjepit tersebut harus dalam keadaan tak terkunci untuk mengukur reaksi (Percobaan 1) . Penjepit harus dikunci jika jembatan digunakan untuk analisa model dengan metode displacement kecil. Mempersiapkan alat Untuk memasang jembatan pada kerangka HST. 1, pertama tama kuncilah bagian dalam dari kolom sehingga pusatnya berada apada 297,5 mm dari permukaaan dalam sisi vertikal lalu secara perlahan lahan jembatan dipasang pada bagian atas dari penjepit perletakan penahan berjalan. Sambungkan ujung kiri kolom pada rangka dan geser keatas sampai penjepit perletakan menyentuh bagian bawah penyangga jembatan. Lepaskan sekrup penjepit pengangga dari bagian kanan jembatan. Sambungkan bagian ujung

kanan kolom ke rangka dan geser keatas sampai lubang lubang atas pada perletakan yang dijepit menjadi datar dengan bagian bawah penyangga jembatan. Jembatan sekarang dapat digeser ke kiri, dan diturunkan 6,5 mm, lalu digerakkan kebagian kanan dengan mengaitkan penjepit penjepit perletakan ke penyangga jembatan. Pada saat yang sama dapat kita ketahui bahwa perletakan untuk ujung bagian kanan akan bergeser sepanjang perletakan jembatan sehingga penjepit penyangga dapat dipasang kembali. Dial kompensator pada bagian dari keempat kolom diset pada angka 600 dan alat pengukur vertikal pada setiap dial gauge harus digunakan untuk menghasilkan angka 600 pada pembacaan dial. (Kemungkinan perlu untuk menggerakkan cincin pada pengukur dial untuk mendapatkan pembacaan 600). Mengencangkan bagian bawah horizontal dari rangka HST. 1 mungkin diperlukan dengan salah satu tangannya mempermudah pengakuan pada pengukur dial. Percobaan 2 a. b. HST. 1901 model jembatan transparan dengan bentuk sprandels HST. 1902 kolom kolom jembatan dengan penyangga berjalan, alat pengukur reaksi dan kompensator perata c. HST.1903 kolom - kolom jembatan dengan penyangga dijepit, alat pengukur reaksi dan kompensator perata d. e. f. g. HST. 1904 peralatan dial pengukur HST. 1905 beban berjalan ( 25 N dan 50 N) HST. 1906 penyangga ujung kiri HST. 1907 penyangga ujung kanan

IV.

CARA KERJA: Percobaan 1 Bagian 1 Jembatan dianggap sudah dikoreksi sesuai dengan keterangan diatas. Periksa apakah pengunci kantilever sudah dilepaskan dan bagian bagian dasar penjepit bebas dari pengukuran reaksi kantilever dan dial kompensator memberikan bacaan yang sama dengan pengukur dial. Letakkan beban silindris 25 N di atas jembatan pada abutmen kiri dan atur kompensator agar pembacaannya sama dengan pengukur dial. Ketiga kolom lainnya harus disesuaikan jika perlu, namun secara teoritis harus menghasilkan reaksi nol. Gerakkan beban dengan interval 12 cm, 25 cm dan 56 cm dari sisi kiri jembatan dan pada setiap posisi sejajarkan kembali kolom yang dapat dilihat dari pembacaan yang sama antar dial kompensator dengan pengukur dial. Dalam melakukan hal ini yang disesuaikan lebih dahulu adalah kolom yang letaknya paling dekat dengan beban dan kerjalakan dari kiri ke kanan, kembali ke kolom terdekat dengan beban. Kita akan mendapatkan bahwa pensejajaran satu kolom akan mempengaruhi yang lainnya, namun dengan pekerjaan yang berulang ulang sesuai petunjuk, maka

penyesuaian akan cepat diperoleh. Pada saat keempat kolom telah datar maka pembacaan reaksi telah selesai.

Bagian 2 Plot garis pengaruh dari keempat reaksi selama percobaan berlangsung. Keakuratan dari alat dan percobaan dapat dilihat dengan memperhatikan hal sebagai berikut: 1. Ketika beban berada di atas kolom, reaksi seharusnya adalah 25 N dan reaksi perletakan kolom yang lain adalah nol. Garis pengaruh harus memperlihatkan keadaan simetris.

Percobaan 2 Mengerjakan seperti percobaan pertama untuk mendapatkan garis pengaruh dari reaksi perletakan dengan menggunakan penjepit kantilever untuk mengunci kantilever pada setiap kolom

2.

Menggunakan penopang yang dipasang pada bagian atas rangka HST. 1 dan jarum dial diset untuk keadaan 0.001 mm tiap garis untuk menentukan defleksi pada garis pusat dan perletakan jembatan kemudian memulainya 56.25 cm dari perletakan kiri ujung jembatan Displacement arah atas sebesar 1 mm pada bagian kiri perletakan Keadaan dimana kompensator perletakan telah kembali ke posisi semula dan displacement arah atas sebesar 1mm pada bagian kiri dari dalam kolom

3.

Mengembalikan perletakan kolom ke posisi semula dan menggerakkan pengukur dial 12.5 cm ke kanan dan mengulangi prosedur tersebut serta melanjutkan sampai pengukur dial telah dipindah 25 cm dan 62.5 cm dari perletakan kiri

4.

Garis pengaruh akan didapatkan dengan mengeplot defleksi dial gauge.

MODUL D.1 KOEFISIEN MOMEN DISTRIBUSI

I.

TUJUAN Agar dapat menentukan kekakuan balok untuk perletakan jepit-jepit dan jepit-sendi (balok uniform). Agar dapat menentukan momen carry over.

II.

TEORI A. Faktor kekakuan balok untuk perletakan jepit-jepit dapat dinyatakan dengan rumus :

dan faktor balok untuk perletakan jepit-sendi dapat dinyatakan dengan rumus :

B. Besarnya faktor momen carry over adalah

III. PERALATAN 1. Balok bentang tunggal (L = 600 mm) dengan tumpuan yang bebas berotasi atau dapat dijepit pada posisi mendatar 2. 3. Lengan untuk mengerjakan atau mengukur momen. Pembacaan radian yang dapat diatur dengan skala putaran sudut dengan pembagian 0.1 radian.

IV. CARA KERJA A. Kekakuan Balok a. Jepit-jepit 1. Meletakan penggantung beban pada lengan momen perletakan sebelah kiri dan memasukan pin pengunci pada perletakan sebelah kanan untuk mencegah rotasi (membuat keadaan jepit-jepit). Mengatur pembacaan rotasi yang berada pada perletakan sebelah kiri diposisi nol. 2. Meletakan beban 3 N pada penggantung dan membaca rotasi putaran sudut yang terjadi kemudian mencatatnya. Selanjutnya, mengangkat beban dan mengatur posisi pembacaan rotasi pada posisi nol. 3. Mengulangi langkah 2 dan 3 untuk beban 5, 7, 9, dan 12N. 4. Melepaskan pin pengunci perletakan sebelah kanan dan mengatur posisi pembacaan rotasi pada perletakan sebelah kiri diposisi nol.

b. Jepit-jepit 1. Meletakan penggantung beban pada lengan momen perletakan sebelah kiri dan melepaskan pin pengunci pada perletakan sebelah kanan. 2. Mengatur pembacaan rotasi pada posisi nol. 3. Meletakan beban 3 N pada penggantung dan membaca rotasi putaran sudut yang terjadi kemudian mencatatnya. Selanjutnya, mengangkat beban dan mengatur posisi pembacaan rotasi pada posisi nol. 4. Mengulangi langkah 2 dan 3 untuk beban 5, 7, 9, dan 12 N.

5. Melepaskan pin pengunci perletakan sebelah kanan dan mengatur posisi pembacaan rotasi pada perletakan sebelah kiri diposisi nol.

l
B. Momen Carry Over

1. Meletakan penggantung beban pada kedua lengan momen perletakan serta mengatur pembacaan rotasi yang berada pada perletakan sebelah kanan diposisi nol. 2. Meletakan beban 3 N pada penggantung sebelah kiri. Menambahkan beban pada penggantung sebelah kanan (kurang lebih beban sebelah kiri) hingga posisi pembacaan rotasi kembali ke posisi nol.

Mengangkat beban dan mengatur posisi pembacaan rotasi pada posisi nol. 3. Mengulangi langkah 2 dan 3 untuk beban 5, 7, 9, dan 12N.

You might also like