You are on page 1of 32

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB III GRAVITY CONCENTRATION

3.1. Dulang 3.1.1. Tujuan Praktikum Praktikum mengetahui, mendulang dilaksanakan bertujuan untuk

mengenal, dan memahami bagaimana cara kerja alat

dulang untuk memisahkan konsentrat dengan pengotornya serta dapat menentukan nilai perolehan konsentrat (recovery). 3.1.2. Dasar Teori Dulang, Lenggang, Batea, Horn. Alat untuk prospeksi

tradisional yang digunakan untuk melimbang mineral berat (berat jenis > 3,00) hasil rombakan batuan secara alamiah seperti emas, intan, kasiterit (SnO2), ilmenit (FeTiO3), zircon (ZrSiO4) dan lain-lain. Dulang berbentuk menyerupai wajan X dengan diameter bagian atas antara 40 - 50 cm, kedalaman antara 8 - 15 cm dan sisinya membentuk sudut antara 350 - 450 terhadap bidang datar. Batea adalah jenis lain dari dulang yang bagian bawahnya datar atau kadang-kadang bercekungan kecil-kecil dengan diameter bagian atasnya 40 - 75 cm, sedangkan ukuran lainnya sama dengan dulang. Dulang dan batea dapat terbuat dari kayu, logam, plastik tebal (pvc) atau gelas fiber (fiberglass). Dulang merupakan alat pengolahan bahan galian tradisonal dengan mamanfaatkan berat jenis suatu material. Berat jenis mineral yang dapat dilakukan proses ekstraksi menggunakan alat dulang harus lebih besar dari 3,00 gram. Dalam proses pendulangan mineral berharga yang biasanya didulang adalah emas dan intan.

Pendulangan adalah salah satu metode gravity concentration yang paling sederhana dan juga paling murah serta sering dipakai oleh para masyarakat karena hanya memerlukan alat dulang. (Tisnajaya, 2011)
Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

8-15 cm

40-75 cm

350-450

*sumber: Ensiklopedia Pertambangan Edisi 4, 2012 Gambar 3.1.1. Sketsa Dulang Panning atau mendulang merupakan salah satu cara dalam pengambilan sampel dalam eksplorasi. Panning memiliki keterbatasan dalam jumlah konsentrat yang dapat terambil sehingga metode panning tidak digunakan dalam skala besar atau skala perusahaan. Panning digunakan untuk mengetahui jumlah penyebaran mineral berharga yang tertransportasi oleh aliran sungai dari batuan induknya. Peta aliran sungai sangatlah penting dalam menentukan tempat penyebaran mineral berharga. Setiap lokasi aliran sungai akan diambil sampel dengan menggunakan panning. Apabila hasil yang ditemukan terdapat adanya mineral berharga maka akan terus dilakukan penyelidikan menuju ke arah hulu sungai untuk menemukan mineral induknya. Apabila hasil dari pengambilan sampel

menggunakan panning mulai berkurang mineral berharganya maka akan dihentikan proses pencariannya.
Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Secara prinsip, kegiatan dulang merupakan pemisahan

konsentrat dari tailing-nya, dimana material konsentrat yang mempunyai berat jenis lebih besar akan tertahan di bagian dasar alat dulang, sedangkan yang lebih ringan berat jenisnya dan dianggap sebagai tailing ikut larut bersama aliran air. Macam-macam dulang yang diketahui adalah sebagai berikut. a. Dulang Emas

*sumber: http://d1l8737wcwfl1q.cloudfront.net/wp-content/
uploads/2010/05/Gold Panning.jpg, 2012

Gambar 3.1.2. Gold Pan Dulang emas adalah salah satu peralatan pertama yang digunakan dalam mendapatkan emas dan adalah salah satu dari yang terakhir, bahkan dipekerjaan tambang komersil untuk

memeriksa nilai bijih yang sedang diproses. Dulang Emas digunakan di mana saja emas terjadi kira-kira 75% dari semua negara-negara di dunia.

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*sumber: www. http://localexpert.files.wordpress.com/2011/06/img _ 8743.jpg?w=640, 2012

Gambar 3.1.3. Ekstraksi pada Pendulangan Emas Mendulang emas pada pendulangan tradisional biasa

dilakukan secara sendiri dan sering dilakukan dipinggiran sungai.

*sumber: http://4.bp.blogspot.com/_CiTkkxJ_2dY/emaswajan.jpg, 2012 Gambar 3.1.4. Pendulangan Emas Tradisional

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT b. Dulang Batea Dulang Batea adalah jenis lain dari dulang yang bagian bawahnya datar atau kadang-kadang bercekungan kecil-kecil dengan dimeter bagian atasnya 40-75 cm, sedangkan ukuran lainnya sama dengan dulang. Dulang dan batea dapat terbuat dari kayu, logam plastik tebal atau gelas fiber (fiberglass).

*sumber: https://lh4.googleusercontent.com/-V6TxFm-q
okA/TXb4rYq/batea_001.jpg, 2012

Gambar 3.1.5. Batea c. Dulang Plastic Dulang yang paling efisien untuk pemula adalah yang dibentuk dari plastik. Itu lebih baik dengan dulang baja dengan beberapa pertimbangan. pertama adalah karat yang bersifat menghancurkan. yang kedua, didapat tekstur permukaan yang bagus untuk menahan emas agar lebih baik. Ketiga, ini tentang adalah

berat/ beban suatu dulang baja, dan keempat warna dapat dibuat dengan hitam permanen sedemikian sehingga lapisan emas yang paling kecil dapat dengan mudah dilihat.

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*sumber: http://hasanzainuddin.files.wordpress.com/2012/08/
dulang.jpg , 2012

Gambar 3.1.6. Dulang Plastic

*sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.7. Kegiatan Pendulangan

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT d. Dulang Cowhorns Cowhorns juga digunakan untuk mendulang emas. Yang mempunyai celah panjang, dan kemudian steamed sampai itu adalah cukup lembut untuk dikerjakan, horn berbentuk terbuka dengan pinggan dangkal yang sesuai untuk mendulang. Di zaman dulu pinggan emas adalah satu-satunya alat yang tersedia untuk penyelidik dan penambang kecil untuk memisahkan emas. Yang mana pertimbangan diatas adalah cukup untuk menguasai dulang plastik. Tetapi masih ada keuntungan lain. Yang dibuat dengan suatu proses injection mold, riffles dapat dengan mudah dibentuk ke dalam suatu dulang plastik. Riffles ini dapat menjerat banyak emas dalam suatu sluice box, dengan begitu akan mempercepat proses pendulangan. Pekerja yang sudah

berpengalaman sering mengacu pada ini sebab mereka mengijinkan pemula untuk mendulang yang sama. (Tisnajaya, 2011) dengan hampir derajat tingkat efisiensi

*sumber: http://nevada-outback gems.com/designpan/bowl _pan_lortok_05.jpg, 2012

Gambar 3.1.8. Dulang Cowhorns

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Berdasarkan keadaan contohnya, terdapat dua jenis preparasi pemisahan mineral butir: a. Contoh Ruah (Bulk Samples) Preparasinya (pengukuran volume), meliputi pencucian, pengeringan, pendulangan, penimbangan pengeringan,

pengayakan, pemagnetan, dan penimbangan masing-masing fraksi. b. Konsentrat Dulang Prinsip preparasinya adalah pemisahan mineral berdasarkan sifat kemagnetan (magnetic separation).

Proses Pendulangan Pasir Besi (Puya)

*sumber: http://ester11zone.files.wordpress.com/2012/08/pendulangan-21.jpg, 2012

Gambar 3.1.9. Proses Pendulangan Pasir Besi Pengolahan bahan galian adalah kegiatan yang bertujuan untuk menaikkan kadar atau mempertinggi mutu bahan galian yang dihasilkan dari tambang sampai memenuhi persyaratan untuk diperdagangkan atau dipakai sebagai bahan baku untuk bahan industri lain. Bahan galian yang dihasilkan dari tambang biasanya selain mengandung mineral berharga yang diingikan juga mengandung mineral pengotor (gangue mineral) sehingga hasil tambang tidak bisa langsung dimanfaatkan atau diperdagangkan. Untuk menghilangkan
Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT mineral pengotor tersebut sehingga hasil tambang dapat dimanfaatkan atau diperdagangkan, maka dilakukan dengan pengolahan bahan galian. Proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineralmineral pengotor didasarkan kepada perbedaan, baik fisik maupun sifat kimia antara mineral berharga dengan mineral pengotornya. Parameter pengolahan bahan galian secara mendasar adalah: a. Recovery adalah perbandingan jumlah metal yang terambil dalam pengolahan dengan berat atau metal secara keseluruhan. b. Ratio Of Concentration adalah perbandingan besar feed dengan besar konsentrat. c. Kadar. (Cahya, 2011) Pengenalan jenis mineral dapat dilakukan dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisik, diantaranya sifat optik, fluoresen, berat jenis dan sifat kemagnetan. Dari pengamatan secara mikroskopis akan diketahui jenis mineral, ukuran butir, bentuk butir dan kelimpahannya. Hasil analisis ini selanjutnya digunakan untuk memprediksi sumber mineral (genesa dan tempat) dan menentukan kegiatan tindak lanjut dalam eksplorasi. Selain itu, di dalam suatu kegiatan eksplorasi endapan aluvial, preparasi dan analisis diperlukan sebagai data pendukung dalam penghitungan sumber daya dan cadangan.. Selama ini, acuan yang digunakan dalam preparasi dan analisis mineral butir berasal dari berbagai sumber seperti literatur, pelatihan, dan pengalaman yang belum dibakukan. Untuk memperoleh

kemudahan dan kesamaan pemahaman dalam melakukan preparasi dan analisis mineral butir, perlu dibuat suatu pedoman yang bersifat teknis sebagai acuan dalam melakukan preparasi dan analisis mineral butir. Analisa mineral analisis kimia dilakukan, karena material tailing merupakan hasil proses penggilingan batuan, dimana diperkirakan material tailing yang tidak terhancurkan secara baik masih

mengandung mineral. Analisis butir dilakukan untuk mengetahui kandungan emas atau mineral lainnya yang telah terlepas dari batuan asal dan berbentuk butiran.

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Metode sederhana yang dapat digunakan untuk mengolah bahan galian adalah dengan gravity concentration atau pengolahan berkaitan dengan konsentrasi berat jenis, salah satu alat yang dapat digunakan adalah dulang. Dalam proses pendulangan pada prinsipnya memisahkan antara konsentrat dengan material pengotornya (tailing) melalui aliran air horizontal, dimana material konsentrat memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada material pengotornya, sehingga konsentratnya akan tertahan di dasar alat dulang, dan material yang lebih ringan akan terbawa atau terlarutkan bersama aliran air.

*sumber: Fathi Habashi, 2012

Gambar 3.1.10. Pengambilan Material Dulang Di lahan Aluvial Konsentrat merupakan material berharga yang diperoleh dari proses ekstraksi kumpulan material-material dengan kata lain

konsentrat adalah material yang dicari dalam proses pengolahan bahan galian. Mineral konsentrat pada umumnya memiliki berat jenis yang lebih besar dari pengotornya. Sedangkan middling merupakan kumpulan mineral-mineral berharga dari hasil pengolahan yang

memiliki kadar tidak terlalu tinggi atau ditengah-tengah antara konsentrat dengan pengotornya (tailing). Konsentrat dulang adalah fraksi bernilai/berharga berupa bijih (mineral berat) yang tertinggal pada alat dulang dalam suatu proses pendulangan. (Tisnajaya, 2011)
Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*sumber: http://www.faqs.org/sec-filings/110118/ SILVERADO-GOLD-MINES, 2012

Gambar. 3.1.11. Konsentrat Emas Dan Pengotornya Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang, dan kehadirannya dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari. Sebagai limbah sisa pengolahan batuan-batuan yang mengandung mineral, tailing umumnya masih mengandung mineralmineral berharga. Kandungan mineral pada tailing tersebut tidak bisa dihindari, karena pengolahan bijih untuk memperoleh mineral yang dapat dimanfaatkan pada industri pertambangan tidak akan mencapai perolehan (recovery) 100%. Kehadiran tailing dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari, dari pengolahan yang dilakukan hanya < 3% bijih menjadi produk dan sisanya menjadi tailing. Secara fisik komposisi tailing umumnya terdiri dari 50% fraksi pasir halus dengan diameter 0,075 0,4 mm, dan sisanya berupa fraksi lempung dengan diameter 0,075 mm. Hal ini dapat disebabkan oleh kekerasan batuan bijih yang menyebabkan hasil giling cenderung lebih kasar dan mengakibatkan perolehan (recovery) menurun disertai semakin rendahnya kandungan mineral didalam konsentrat. Kehalusan ukuran butiran mineral juga dapat menyebabkan sulitnya tercapai liberasi (liberation). Proses preparasi pemisahan mineral butir merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan contoh untuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan dengan keadaan contoh dan kepentingan. (Tisnajaya, 2011)

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*sumber: www.bi.go.id/.../Profil/Kalsel/Wisata.html, 2012

Gambar 3.1.12. Proses Pemisahan Konsentrat Dan Tailing Pada Pendulangan Intan Metode panning atau mendulang merupakan metode untuk menemukan letak sumber serpihan mineral (mineral cuts = float) yang umumnya berupa urat bijih (vein) endapan primer di tempat-tempat yang elevasinya tinggi. Caranya adalah dengan mencari serpihan atau potongan mineral-mineral berharga (emas, intan, kasiterit, dan lainlain) yang keras, tidak mudah larut dalam asam maupun basa lemah dan memiliki berat jenis yang tinggi dimulai dari kelokan di hilir sungai. Pada kelokan sungai sebelah dalam (lihat gambar 3.13.) diambil beberapa genggam endapan pasir lalu dicuci dengan dulang atau lenggang (pan/batea/horn). Bila dari dalam dulang itu ditemukan serpihan mineral berharga, maka pendulangan di kelokan sungai diteruskan ke hulu sungai (lihat titik-titik A1, A2 dan A3 pada gambar di bawah sampai serpihan mineral berharga itu tak ditemukan lagi. Selanjutnya pencarian serpihan itu dilakukan ke kiri-kanan tepian sungai dengan cara mendulang tumpukan pasir yang ada di tepian sungai tersebut. (Alamsyah, 2010)

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: http://real-miners.blogspot.com/2010/12/rincian-kegiatan-penyelidikan-umum.html, 2012

Gambar 3.1.13. Bentuk Dulang dan Serpihan Mineral pada Kelokan Sungai Cara tracing dengan panning sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral yang dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan lanjutan yaitu trencing atau test pitting. Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan cara trenching atau test pitting. a. Trenching (Pembuatan Parit) Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus dengan arah arus sungai. Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan perlapisan, struktur tanah dan lainlain.

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT b. Test Pitting (Pembuatan Sumur Uji) Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya dilakukan test pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat bahwa pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan maka hal ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air dapat menyulitkan kita pada waktu melakukan penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji yang kita buat. Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor keamanan, kita harus dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah runtuh. Hal ini juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian. Kedalaman sumur uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya gas beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain. (Aphiin, 2012) Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan (tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran kasar (besar),

sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk materialmaterial yang berukuran halus (pasir sampai dengan kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float. Pada gambar dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau tracing with panning tersebut, dimana pengecekan dilakukan untuk semua cabang (anak) sungai. Oleh sebab itu, informasi (peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk metode ini.

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: http://id.scribd.com/doc/102135538/Tracing-Float-ParitanDan-Sumur-Uji, 2012

Gambar 3.1.14. Sketsa Konseptual Pengerjaan Metode Tracing Float dan Tracing With Panning Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah: 1. Peta jaringan sungai. 2. Titik-titik (lokasi) pengambilan float. 3. Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak 4. Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float. 5. Lokasi dimana float mulai hilang. Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat

diinterpretasikan bahwa zona sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting). Namun metode panning tetap digunakan dalam eksplorasi mineral. Dengan metode panning kita dapat mengetahui jumlah penyebaran mineral berharga yang tertransportasi oleh aliran sungai dari batuan induknya. Peta aliran sungai sangatlah penting dalam menentukan tempat penyebaran mineral berharga. Setiap lokasi aliran sungai akan diambil sampel dengan menggunakan panning. Apabila hasil yang ditemukan terdapat adanya mineral berharga maka akan terus dilakukan penyelidikan menuju ke arah hulu sungai untuk menemukan mineral induknya. Apabila hasil dari
Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT pengambilan sampel menggunakan panning mulai berkurang mineral berharganya maka akan dihentikan proses pencariannya. Secara prinsip, kegiatan dulang merupakan pemisahan konsentrat dari tailing-nya, dimana material konsentrat yang mempunyai berat jenis lebih besar akan tertahan di bagian dasar alat dulang, sedangkan yang lebih ringan berat jenisnya dan dianggap sebagai tailing ikut larut bersama aliran air. (Tisnajaya, 2011) Penambangan cebakan emas placer pada umumnya tergantung pada kondisi keberadaan cebakan emas yang meliputi jenis cebakan, ketebalan cebakan yang mengandung emas dan kedalaman atau ketebalan tanah penutup. Kondisi cebakan emas pada umumnya berupa endapan sungai atau jenis cebakan emas placer, dengan ketebalan endapan yang diduga mengandung emas kurang lebih 1 meter, dengan ketebalan tanah penutup bervariasi dari 1 - 8 meter dari permukaan tanah. Dengan demikian, sistem penambangan yang paling cocok untuk diterapkan adalah sistem tambang terbuka (surface mining), walaupun pada kasus tertentu tidak tertutup kemungkinan untuk dikombinasikan dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining). Sedangkan metoda pemisahan (pengolahan) mineral yang umum diterapkan untuk jenis endapan emas placer adalah dengan cara konsentrasi graviti, yakni pemisahan mineral berharga (emas) atau disebut consentrate terhadap mineral pengotornya (tailing) berdasarkan perbedaan berat jenis (specific gravity) dan media aliran air. Mekanisme dasar pemisahan emas dari material

pengotornya adalah perbedaan berat jenis (specifig gravity) dan aliran atau putaran air ketika dulang digoyang-goyangkan dengan arah memutar. Material pengotor dengan berat jenis lebih ringan dibandingkan butiran emas (berat jenis 14 - 19) akan terlempar keluar, sedangkan butiran emas tetap tertinggal pada dasar dulang (pan). Kelemahan cara ini adalah tingkat perolehan yang masih rendah, walaupun proses ini sangat ditentukan oleh keterampilan pendulang. Namun demikian, pada umumnya masih banyak butiran emas yang halus dan berbentuk pipih ikut terbuang dengan material
Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT pengotornya. Cara penambangan ini dapat dilakukan baik secara individu maupun secara berkelompok, yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat setempat. Analisis kualitatif terhadap tipologi penambangan dalam rangka perolehan emas menunjukkan bahwa penambangan dengan cara pendulangan (panning) pada umumnya mempunyai kapasitas rendah dan kurang efisien dalam menangkap emas berbutir halus. Hanya dalam pengoperasiannya sangat sederhana (simple), tidak mahal (murah) biayanya dan praktis konstruksinya. Pendulangan (panning) secara luas digunakan sebagai metoda perolehan utama dalam awal penambangan. Namun dalam pengoperasiannya sangat terbatas, karena hanya emas berbutir kasar saja yang dapat diperoleh, sedangkan partikel emas yang sangat halus pada umumnya lolos bersama gravel. Hanya sejumlah gravel yang mengandung emas dapat diproses, ini juga tergantung pengalaman pendulang (panners). Pans (dulang) sesungguhnya hanya cocok untuk digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan: prospecting (pencarian emas awal dalam penyelidikan umum), proses cleaning terhadap konsentrat hasil roughing, atau untuk mengerjakan cebakan aluvial yang kaya akan emas berbutir kasar atau cebakan yang lokasinya memang terisolasi. Pendulangan masih relevan untuk diterapkan bagi para penambang secara perseorangan, walaupun secara konseptual masih jauh untuk memenuhi syarat konsep pengelolaan pertambangan yang baik dan benar. Seperti telah dijelaskan bahwa konsep pengelolaan

pertambangan tersebut hanya cocok bagi level perusahaan yang bermodal besar. Namun demikian, secara organisatoris (level perusahaan) dibandingkan dengan konsep konsentrasi graviti menjadi tidak relevan lagi, karena tanpa perencanaan dan koordinasi yang baik dan benar, masalahnya muncul ketika ribuan orang mendulang pada area yang relatif terbatas, sehingga tingkat perolehan (recovery) menjadi semakin rendah atau perolehan yang tidak merata, diantaranya disebabkan oleh: 1. Peralatan yang digunakan oleh para penambang berupa dulang (pans) yang terbuat dari kayu dan bahkan menggunakan wajan
Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT (kuali) tentunya belum atau tidak memenuhi standar. Walaupun bentuk dan ukuran bisa bervariasi, namun sebagai pembanding bahwa standar gold pans di Amerika misalnya, mempunyai ukuran standar sebagai berikut: diameter bagian atas 15 - 18 inci, kedalaman lekukan (depth) 2 - 2,5 inci serta sudut kemiringan sisi-sisinya 30 - 45o dan bahan pans bisa terbuat dari logam atau plastik. 2. Para penambang yang pada umumnya tidak memiliki

ketrampilan dan pengalaman mendulang, meskipun dasar pengoperasian dulang (pans) relatif sederhana. Perolehan pendulangan akan menjadi optimal jika material yang akan didulang berbutir relatif seragam disamping dibutuhkan

pengalaman dan ketrampilan pendulang (penambang), walaupun sesungguhnya dalam pengoperasiannya ketrampilan mendulang bisa dipelajari dari para pendulang yang telah berpengalaman. (Raimuna, 2010) Proses mendulang emas dimulai dengan mengisi alat dulang dengan material yang hendak didulang, kemudian goyangkan dulang ke kiri dan ke kanan di bawah aliran air. Proses ini akan menyebabkan material yang berat akan terendapkan di dasar dulang, sedangkan material yang lebih ringan akan berada di permukaan sehingga akan terpisah dengan material yang lebih berat. Hasil akhir yang didapat dari pendulangan ini adalah emas, dan pasir sebagai tailing. Instruksi yang lebih jelas adalah sebagai berikut. 1. Menentukan campuran material yang hendak didulang, lalu memasukkan material tersebut ke dalam dulang. Mengisi dulang tersebut sampai dulang terisi. Membuang batu-batu besar

dalam material tersebut, sehingga dapat lebih banyak menaruh material yang lebih kecil, dan butiran emas tentunya, ke dalam dulang. 2. Memilih tempat dimana akan mendulang. Tempat yang paling baik adalah dimana air kira-kira 6 inchi dalamnya. Hal ini penting agar bisa dengan mudah membuang keluar gangue dalam campuran material.
Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3. Membawa dulang ke titik pendulangan yang sudah dipilih dan memasukkan dulang ke dalam air. 4. Menggunakan jari untuk meratakan material dalam dulang agar semua material tergabung ke dalam air. Dalam langkah ini lempung, moss, dirt, roots, dan sebagainya dipisahkan agar dulang tersebut benar-benar dipenuhi air atau seluruh

materialnya benar-benar tergabung dalam air. 5. Setelah material seluruhnya tergabung dalam air,

menggoyangkan dulang ke kiri dan ke kanan dalam keadaan tetap di bawah permukaan air. Hal ini akan menyebabkan material terpisah di dalam dulang dimana material yang lebih berat akan terendapkan di dasar dulang sedangkan yang lebih ringan akan berada di permukaan. 6. Mengeluarkan batu-batu atau material yang terangkat di permukaan tersebut dengan menggunakan jari tangan. Batu yang dikeluarkan hanya batu yang berada di permukaan saja. 7. Melanjutkan dengan mengulang langkah lima dan enam, menggoyangkan dulang dan keluarkan batu-batu serta kerikil, sampai material tersebut keluar dari dulang, sehingga dulang bersih dari kerikil dan batuan. 8. Memiringkan salah satu sisi dulang sehingga sisi tersebut menjadi titik yang paling rendah. Lalu menggoyangkan dulang lagi ke kiri dan ke kanan, tetap keadaan salah salah satu sisi dulang tersebut miring. Hati-hati agar dulang tidak terlalu miring sehingga material tidak keluar semuanya ketika dulang

digoyangkan ke kiri dan kanan. 9. Berhati-hati saat memiringkan dulang ke depan atau ke belakang, lakukan hanya di bawah permukaan air, mengikuti aliran air untuk membuang lapisan atas yang isinya material tak berharga, material yang lebih ringan akan keluar dari dulang. Sementara itu tetap jaga material-material yang lebih berat yang tidak tertutup material yang lebih ringan akan tidak keluar. Material yang lebih berat biasanya berwarna lebih gelap daripada material yang lebih ringan.

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 10. Setelah lapisan atas terbuang dari dulang, menggoyang kembali dulang untuk mengangkat material yang lebih ringan ke atas. Jika dilakukan terus menerus, maka material yang paling berat akan tertinggal, diantaranya emas. Langkah ini mungkin akan memakan waktu 5 sampai 6 detik, atau mungkin lebih sedikit. 11. Setiap selesai menggoyang dulang dan membersihkan material yang lebih ringan, memiringkan kembali dulang ke posisi awal dan menggoyangkan dulang kembali. Hal ini untuk menjaga agar emas tidak tejatuh ke sisi dulang yang dimiringkan. 12. Setelah langkah di atas selesai, melihat material yang tertinggal di dasar dulang. Biasanya terdiri dari batu-batu ungu kecil dan hitam dan konsentrat pasir hitam. Pasir hitam biasanya terdiri dari magnetit, hematit, titanium, zircon, rhodolite, monazite, tungsten, dan kadang-kadang pirit. Dan material-material lainnya yang mempunyai berat jenis yang tinggi, seperti emas dan platina. Setelah pendulangan, ada cara-cara tertentu untuk

memisahkan emas dari tailingnya, seperti pasir hitam, kerikil, dan lain-lain. Cara tersebut yaitu : 1. Menyediakan botol sampel berukuran sedang dan corong. 2. Menuang butiran emas yang sudah didulang tadi ke dalam botol menggunakan corong. 3. Emas akan terpisah dari pengotornya. (Junar, 2011)

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3.1.3 Alat dan Bahan a. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) Dulangan Fungsinya adalah alat yang digunakan untuk

memisahkan konsentrat dengan pengotornya (tailing).

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.15. Dulangan 2) Bak air Fungsinya sebagai tempat penampungan air dan tempat proses dulang dilakukan.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.16. Bak Air

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3) Timbangan Fungsinya untuk menimbang berat sampel sebelum dan sesudah dulang (panning) sehingga dapat menentukan

recovery dulang.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.17. Timbangan 4) Cawan Fungsinya sebagai tempat untuk menaruh puya

sebelum dilakukan pengeringan.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.18. Cawan

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 5) Oven Fungsinya untuk mengeringkan puya setelah proses pendulangan.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.19. Oven 6) Alat tulis Fungsinya untuk mencatat hasil pengamatan.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.20. Alat Tulis

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 7) Kuas Berfungsi untuk membersihkan cawan.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.21. Kuas 8) Sendok Berfungsi untuk memindahkan material.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.22. Sendok

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT b. Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: 1) Pasir kuarsa, fungsinya sebagai material tailing.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.23. Pasir Kuarsa 2) Pasir besi, fungsinya sebagai material konsentrat.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.24. Pasir Besi

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3) Air, fungsinya sebagai media untuk proses dulang.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.25 Air

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3.1.4. Prosedur Kerja Langkah kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan praktikum pendulangan, yaitu: a. Mempersiapkan bahan konsentrat dan kemudian menimbangnya. b. Mempersiapkan material pengotor (tailing) yang kemudian

mencampurkannya dengan bahan konsentrat yang telah diketahui beratnya. c. Mempersiapkan bak penampungan air, dan melapisinya dengan bahan kedap air agar dapat menampung air dengan baik, serta mengisinya dengan air hingga kira-kira sudah dapat digunakan untuk proses pendulangan atau + ketinggian air 50 cm. d. Mengecek bak untuk memastikan air tidak keluar dalam jumlah yang cukup besar dari bak penampungan tersebut. e. Menyiapkan alat dulang dan memasukkan campuran konsentrat yang telah disiapkan sebelumnya ke alat dulang tersebut. f. Melakukan penetrasi memutar dengan memberikan campuran air yang telah tersedia di dalam bak penampungan tersebut. g. Menyisihkan material yang telah terpisah dengan konsentrat agar tidak mengganggu proses pemisahan campuran konsentrat yang masih bercampur. h. Setelah konsentrat bersih dari pengotornya, konsentrat diambil dan kemudian keringkan. i. Menganalisa konsentrat dengan menimbang berat hasil dari aliran konsentrat. j. Mencatat hasil analisa dan selanjutnya melakukan perhitungan recovery dengan menggunakan rumus yang ada.

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3.1.5. Data Hasil Pengamatan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka data hasil pengamatan yang diperoleh yaitu suatu konsentrat sebesar 83,23 gram. 3.1.6. Perhitungan Diketahui : F = 4000 + 83,23 = 4083,23 gram f = 0,41 %

c = 15 % C = 83,23 gram Ditanya Jawab : : R = Recovery (R)......................?

Cc x100 % Ff
83,23 gram x 15 % x100 % 4083,23 gram x 0,41 %

= 74,55 % Jadi, nilai recovery pada percobaan ini sebesar 74,55%

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3.1.7. Pembahasan Mendulang adalah kegiatan atau proses pemisahan konsentrat dengan pengotornya berdasarkan berat jenis. Konsentrat memiliki berat jenis lebih besar dibandingkan pengotor, sehingga pada prosesnya berat jenis yang lebih besar akan berada di dasar dulang dan pengotor akan ikut larut bersama air pada saat dilakukan gerakan memutar di bak yang sudah disediakan air setinggi lebih kurang 100 cm dan 50 cm. Konsentrat merupakan material berharga yang diperoleh dari proses ekstraksi kumpulan mineral-mineral, dengan kata lain

konsentrat adalah material yang dicari dalam proses pengolahan bahan galian. Mineral konsentrat pada umumnya memiliki berat jenis lebih besar dari pengotornya. Konsentrat dulang adalah fraksi bernilai atau berharga berupa bijih (mineral berat) yang tertinggal pada alat dulang dalam suatu proses pendulangan. Konsentrat yang digunakan pada percobaan ini adalah puya, sedangkan pengotornya adalah pasir. Pada mendulang ini, sebelum material dilakukan proses konsentrasi sebesar 4000 gram, yang mana diketahui pula kadar konsentrat tersebut yaitu 15 % dan kadar feed nya adalah 0,41 %. Kemudian dilakukan proses pemisahan dengan dulang untuk

memisahkan konsentrat (puya) dengan tailing nya (pasir). Konsentrat yang didapat sebesar 83,23 gram. Kemudian hitung nilai recovery dari data yang didapat hasil dari pendulangan. Dari hasil praktikum didapat nilai recovery sebesar 74,55 %, artinya masih ada konsentrat atau mineral berharga yang ikut larut bersama pengotornya di dalam aliran air. Hal ini disebabkan karena pada proses pendulangan prosedur yang sudah ada tidak dilakukan dengan benar, seperti letak posisi dulang yang seharusnya di permukaan air menjadi di atas permukaan air. Kemudian pada saat mendulang tidak dilakukan secara cermat karena mungkin praktikan tidak konsentrasi karena kelelahan. Penyebab lainnya adalah

ketidakmampuan praktikan untuk mengoperasikan alat dulang yang telah disediakan, pengaruh jernih atau keruhnya air menyebabkan proses pemisahan tersebut terganggu dan praktikan kesulitan memisahkan pasir dari puya pada saat kondisi atau jumlah pasir yang
Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT masih tercampur sudah sedikit. Kemungkinan pada saat ingin membuang tailing-nya puya ikut terbuang bersama pasir yang larut oleh air. Angka recovery sebesar 74,55% menunjukkan bahwa

konsentrat yang didapat mengalami penambahan akibat faktor-faktor pendulangan yang kurang benar, seperti letak posisi dulang yang seharusnya di permukaan air. Faktor lainnya yaitu pendulang harus bisa mengatur jeda waktu agar pada saat proses pendulangan hasil yang didapat pun bisa maksimal. Pengaruh dari kejernihan atau keruhnya air, bergelombang atai tidak bergelombangnya air

menyebabkan ketidakmampuan praktikan untuk memisahkan puya dari pasir pada saat kondisi atau jumlah pasir yang masih tercampur sudah sedikit dan akhirnya proses pemisahan pun terganggu. Pada percobaan ini dilakukan pula perhitungan waktu lamanya mendulang. Lama waktu disini tidak berpengaruh dalam perhitungan recovery. Hanya saja lama waktu kita mendulang dihitung untuk mengetahui efisiensi kerja kita saat sedang melakukan percobaan mendulang. Jadi pada proses pendulangan yang perlu diperhatikan adalah penguasaan alat dulang, ketelitian pada saat mendulang dan juga kekentalan air (viskositas air) yang digunakan untuk meendulang. Jika faktor tersebut dilakukan dengan baik maka hasil recovery yang diperoleh hampir atau boleh dikatakan sempurna. Tinggi dari bak air yang digunakan dalam proses pendulangan juga harus diperhatikan. Hal ini berpengaruh terhadap posisi praktikan pada saat melakukan percobaan mendulang. Semakin ideal tinggi bak air yang digunakan, maka proses pendulangan pun dapat terlaksanan dengan baik dan lancar. Yang juga perlu diperhatikan yaitu penguasaan alat dulang, ketelitian pada saat mendulang, juga kekentalan air yang digunakan pada saat mendulang. Jika faktor-faktor tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan hasil recovery mendekati hasil yang sempurna.

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3.1.8. Penutup a. Kesimpulan Dari hasil percobaan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1) Dulang (panning) merupakan suatu kegiatan pemisahan antara konsentrat dengan tailing dengan menggunakan alat dulang dan aliran air horizontal. 2) Dulang ada beberapa jenis, antara lain : a) Dulang kayu (lenggang) b) Dulang baja c) Batea d) Cowhorns e) Dulang plastik 3) Material-material yang biasanya menggunakan peralatan

dulang, antara lain : a) Emas b) Intan c) Pasir besi 4) Material konsentrat yang mempunyai berat jenis leboh berat akan tertahan dibagian dasar alat dulang. 5) Material yang lebih kecil atau ringan berat jenisnya akan ikut larut bersama air dan dianggap sebagai tailing. 6) Berdasarkan percobaan didapat hasil a) Feed (F) b) Kadar feed (f) c) Konsentrat (C) d) Kadar konsentrat : 4000 gram : 0,41% : 83,23 gram : 15%

7) Nilai recovery yang diperoleh pada percobaan ini adalah 74,55%. b. Saran Adapun saran yang dapat diberikan adalah : 1) Sebaiknya bak air yang digunakan untuk mendulang diperbesar agar alat dulang tidak saling bersentuhan sehingga

memudahkan dalam proses penetrasi.

Ahmad Ali Syafii H1C110063

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2) Praktikan harus teliti dan berhati-hati dalam proses pemisahan tersebut. Agar konsentrat yang hendak diperoleh tidak hilang karena ikut larut bersama air dan tailing nya. 3) Sebaiknya praktikan memegang alat dulang masing-masing agar lebih terampil dalam pengoperasian alat.

Ahmad Ali Syafii H1C110063

You might also like