You are on page 1of 25

TUGAS ILMU PENGETAHUAN

LINGKUNGAN (IPL)
EKOSISTEM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Satuan dalam Ekosistem
Antara makhluk hidup satu dengan yang lain akan selalu terjadi interaksi. Ekosistem
tersusun atas
komponen-komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Komponenitu membentuk
satuan-satuan organisme kehidupan. Antara individu yang satu dengan lainnya dalam
satu daerah
akan membentuk populasi. Selanjutnya, antara populasi yang satu dengan yang
lainnya dalam satu
daerah akan terjadi interaksi membentuk komunitas. Selanjutnya, komunitas ini juga
akan selalu
beriteraksi dengan tempat hidupnya. Misalnya, rumput hidup di tanah, belalang hidup
di
rerumputan, dan ikanikan hidup di air. Hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya
akan membentuk ekosistem. Kumpulan ekosistem di dunia akan membentuk biosfer.
Urutan
satuansatuan makhluk hidup dalam ekosistem dari yang kecil sampai yang besar
adalah
sebagai berikut:
Individu populasi komunitas ekosistem biosfer
1. Individu
Istilah individu berasal dari bahasa Latin individum yang berarti tidak dapat dibagi.
Di dalam
ekologi, individu dapat diartikan sebagai sebutan untuk makhluk tunggal. Beberapa
pengertian
individu antara lain:
a. Suatu individu selalu menggambarkan sifat tunggal
b. Dalam diri yang tunggal terjadi proses hidup sendiri
c. Proses hidup yang satu dengan lainnya berbeda
2. Populasi
Populasi adalah semua individu sejenis yang menempati suatu daerah tertentu. Suatu
organisme
disebut sejenis bila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Menempati daerah atau habitat yang sama
b. Mempunyai persamaan bentuk, susunan tubuh, dan aktifitas
c. Mampu menghasilkan keturunan yang subur, yaitu yang mampu berkembang biak.
Sebagai contoh, pada suatu lahan seluas 200 m² terdapat 500 batang tanaman jagung,
100 ekor
belalang, 50 ekor jangkrik, 10 ekor burung, dan 3 batang tanaman turi. Berdasarkan
data tersebut
maka di dalam lahan atau daerah tersebut terdapat beberapa populasi, yaitu populasi
jagung,
populasi belalang, populasi jangkrik, populasi burung dan populasi turi.
3. Komunitas
Komunitas dapat diartikan sebagai seluruh populasi yang menempati daerah yang
sama. Di daerah
tersebut, antarjenis makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya akan terjadi
interaksi. Kemudian
interaksi itu membentuk suatu kumpulan, di mana di dalamnya setiap individu
menemukan
lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Di dalam kumpulan tersebut
terdapat suatu
kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan, dan hubungan timbal balik
yang
menguntungkan dan ada pula yang merugikan.
4. Ekosistem
Ekosistem merupakan tatanan secara utuh dari seluruh unsur lingkungan hidup yang
saling
mempengaruhi. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang
kompleks
antara organisme dengan lingkungannya. Berdasarkan sejarah terbentuknya,
ekosistem dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara alami, tanpa adanya
pengaruh atau
campur tangan manusia. Misalnya, ekosistem gurun pasir, ekosistem hutan tropis, dan
ekosistem hutan gugur. Setiap ekosistem mempunyai ciri khas. Ciri itu sangat
ditentukan oleh
faktor suhu, curah hujan, iklim, dan lain-lain.
b. Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia. Misalnya,
kolam, waduk,
sawah, ladang, dan tanam. Pada umumnya, ekosistem buatan mempunyai komponen
biotik
sesuai dengan yang diinginkan pembuatnya. Pada ekosistem sawah, komponen biotik
yang
banyak, yaitu padi dan kacang.
c. Ekosistem Suksesi, yaitu ekosistem yang merupakan hasil suksesi lingkungan yang
sebelumnya
didahului oleh kerusakan. Pada lingkungan demikian, jenis tumbuhan yang
berkembang
ditentukan oleh jenis organisme yang hidup di sekitarnya.
5. Biosfer
Biosfer adalah kumpulan dari semua ekosistem yang terdapat di permukaan bumi ini.
Ada pula ahli
yang menyatakan bahwa biosfer adalah tempat beroperasinya ekosistem. Bagian bumi
yang dihuni
organisme hanya beberapa meter di bawah permukaan tanah hingga 9.000 meter di
atas permukaan
bumi, serta beberapa meter di bawah permukaan laut. Jadi, tidak di seluruh bagian
bumi ini terdapat
ekosistem sebab hanya daerah yang terdapat kehidupanlah yang dapat disebut
ekosistem.
Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang
beragam. Di
bumi ada bermacam-macam ekosistem.
1. Susunan Ekosistem
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai
berikut.
a. Komponen autotrof
(Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan).
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri
yang berupa
bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan
kimia. Komponen
autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b. Komponen heterotrof
(Heteros = berbeda, trophikos = makanan).
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai
makanannya
dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah
manusia,
hewan, jamur, dan mikroba.
c. Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara,
sinar matahari.
Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan,
atau
lingkungan tempat hidup.
d. Pengurai (dekomposer)
Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal
dari organisme
mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil
penguraian tersebut
dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen.
Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
2. Macam-macam Ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem
perairan. Ekosistem
perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.
a. Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.
Berdasarkan letak
geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma,
yaitu sebagai
berikut.
1. Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang
berbatasan dengan
padang rumput.
Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu
slang hari tinggi
(bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu
sangat rendah
(bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan
semusim
yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan
menahun
berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang
serta
mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain
rodentia, ular,
kadal, katak, dan kalajengking.
2. Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-
cirinya adalah
curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas
(peresapan air)
tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna
(herbs) dan
rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison,
zebra, singa,
anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
3. Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik. Ciri-cirinya adalah,
curah hujan 200-
225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu
dengan yang
lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-
cabang pohon
tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah
terjadi perubahan
iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung
cukup mendapat
sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar
25°C. Dalam
hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan
anggrek sebagai
epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung
hantu.
4. Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,
Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang
mengalami empat
musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak
terlalu rapat.
Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon
(sebangsa luwak).
5. Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik.
Ciri-cirinya
adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun
atas satu
spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit
sekali. Hewannya
antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan
pada musim
gugur.
6. Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara
dan terdapat di
puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
Contoh tumbuhan
yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang
pendek, dan
rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang
dingin.
Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim
panas,
semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang
tebal, contohnya
muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
b. Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan
terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis
ganggang,
sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air
tawar. Organisme
yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat
seperti beberapa
alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti
sendiri.
Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar
jangkar (akar
sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya
sama dengan
tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak
aktif dengan
menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar,
misalnya
ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk
memelihara
keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan
organisme
dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan
fagotrof
(makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme
yang hidup pada
substrat sisa-sisa organisme.
2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
a. Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang
(bergerak pasif)
mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada
permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada
tumbuhan atau
benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos
dapat sessil
(melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk
ekosistem air
tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
1.Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa
meter persegi
hingga ratusan meter persegi.
Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah
yang dapat
ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah
yang tidak
tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah
perubahan
temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di
atas dengan
daerah dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan
jaraknya dari tepi.
Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.
a. Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal.
Air yang
hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar
dan
daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
b. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat
(khususnya
diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan
semi air
seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari
makan di
danau.
c. Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus
sinar
matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan
sianobakteri.
Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim
panas dan
musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan
kecil
memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil
dimangsa oleh
ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung
pemakan
ikan.
d. Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan
organisme
lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus
yang jatuh
dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
e. Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa
organisme
mati.
Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu
sebagai berikut :
a. Danau Oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b. Danau Eutropik
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-
materi organik
yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia,
misalnya dari
sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau
dengan
buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang
atau
blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya
menghabiskan suplai
oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak
dapat digunakan
lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
2. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan
jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan
oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir
deras tidak
mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa
arus. Sebagai
gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar,
sehingga dapat
mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di
anak sungai
sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame.
Beberapa sungai
besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni
oleh buaya
dan lumba-lumba.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi
evolusioner.
Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.
Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang
bebas dari pusaran
air.
c. Ekosistem air laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
1. Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI-
mencapai
55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di
daerah tropik,
suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara
lapisan air yang
panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah
termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah
permukaan laut
tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah
menyebabkan air
bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya
rantai makanan
yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan
wilayah
permukaannya secara horizontal.
1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya
matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari
pantai (1.500-10.000 m).
2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari
tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman
air sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam
an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman
200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai
4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan
ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang
hampir sama
dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara
banyak minum air,
pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang.
Garam yang
berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
2. Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang
surut.
Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang
hidup di pantai
memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni
oleh beberapa
jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung
pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini
dihuni oleh
ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora,
kepiting, landak
laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni
oleh beragam
invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan
sebagai
berikut.
1. Formasi pes caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan
Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan
ini menjalar
dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna,
Euphorbia
atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum
(bakung),
Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
2. Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,
Thespesia,
Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.
Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau
yang memiliki
akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang
kurang oksigen.
Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai
penahan dari
pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa,
Acathus,
Rhizophora, dan Cerbera.
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah:
Heriticra,
Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
3. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering
dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini
juga
dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai
memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang,
dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan
ikan. Bahkan
ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat
kawin atau
bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari
makan bagi
vertebrata semi air, yaitu unggas air.
4. Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri
dari karang
batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang.
Daerah komunitas
ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria
yang
mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam
bentuknya
dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa
organik lain.
Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan
ganggang. Herbivora
seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan
karnivora.
Interaksi Antar Komponen (Ekologi)
Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi
antarorganisme,antarpopulasi, dan
antarkomunitas.
A. Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap
individu akan
selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu
dalam satu
populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita
lihat di sekitar
kita.
Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang
erat. Interaksi
antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
a. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang
bersifat tidak
menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya :
antara capung
dan sapi.
b. Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini
sangat erat sebab
tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai
pengontrol
populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung
hantu dengan
tikus.
c. Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu
organisme hidup
pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat
merugikan
inangnya.
contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu
dengan pohon
inang. Perhatikan Gambar 6.15
d. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies
dalam bentuk
kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan
dan spesies
lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
e. Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling
menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil
akar kacangkacangan.
f. Amensalisme (Antagonisme)
Satu bentuk asosiasi antar spesies yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan,
pihak lain
diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara untuk
melindungi diri
terhadap populasi lain. Misalnya dengan menghasilkan senyawa asam, toksin, atau
antibiotika.
Contohnya adalah bakteri Acetobacter yang mengubah etanol menjadi asam asetat.
Thiobacillus
thiooxidans menghasilkan asam sulfat. Asam-asam tersebut dapat menghambat
pertumbuhan
bakteri lain. Bakteri amonifikasi menghasilkan ammonium yang dapat menghambat
populasi
Nitrobacter.
g. Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat
melakukan
perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2 populasi
atau lebih dalam
keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme. Sintropisme sangat penting
dalam peruraian
bahan organik tanah, atau proses pembersihan air secara alami.
B. Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara
langsung atau tidak
langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut.
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan
zat yang dapat
menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans)
jarang
ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik.
Pada
mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium
sp. dapat
menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan
yang sama
sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh,
persaingan antara
populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
C. Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan
saling
berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas
sawah disusun
oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma.
Komunitas
sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara
komunitas
sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke
sawah dan
peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme,
tapi juga aliran
energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur
karbon. Daur
karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.
D. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem.
Hubunganantara organisme
dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain
aliran energi,
di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik,
serta siklus
materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan
keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini
merupakan ciri khas
suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong
terjadinya
dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
Diposkan oleh Muhammad '97 di 10:37 AM
Oktober 2008 Agustus 2008
Ekosistem
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk
hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal dari dua kata
dalam bahasa
Yunani, yaiyu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, dan logos
artinya ilmu.
Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada
tahun 70-an. Akan
tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi
mempelajari
bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan
hubungan
atarmakhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau
lingkungannya.
Para ahli ekologi mempelajari hal berikut:
1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup
yang lain ke
dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang
menyebabkannya
3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan
hubungan antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:
Komponen hidup (biotik)
Komponen tak hidup (abiotik)
Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk
suatu kesatuan
yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan,
tumbuhan
air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk
komponen
abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem"
Pentingnya Melestarikan Hutan
Hutan memberikan pengaruh pada sumber daya alam lain melalui tiga faktor yang
berhubungan,
yakni iklim, tanah dan pengadaan air di berbagai wilayah. Apapun bentuk yang
dimiliki hutan, pada
hakekatnya hutan selalu merupakan perpaduan lima unsur pokok pembentuknya, yaitu
bumi
(tanah), air, alam hayati, udara dan sinar matahari. Tanpa adanya salah satu dari unsur-
unsur
tersebut, secara mutlak mengakibatkan tidak adanya hutan.
Sebaliknya, apabila hutan ditebang, pengaruh hutan dan belukar terhadap iklim mikro
amat terasa.
Hutan juga berpengaruh terhadap struktur tanah, erosi dan pengadaan air di lereng-
lereng. Oleh
karena berbagai hubungan timbal balik antara hutan dan kehidupan di bumi, maka
kelestarian hutan
harus dipertahankan sedemikian rupa sehingga bukan hanya hutan yang lestari, tetapi
juga
kehidupan bumi.[1]
Hutan mempunyai fungsi ekologi yang penting. Fungsi Hidrologi hutan bersifat lokal
dan regional
dan Fungsi Pengaturan Iklim, khususnya pemanasan global dan sebagai sumberdaya
hayati, bersifat
global.[2]
Kerusakan hutan tidak saja merugikan secara fisik dan ekonomis, tetapi yang paling
penting adalah
terhadap keseimbangan ekonomi dan ekologi. Lingkungan hutan merupakan suatu
ekosistem
tertentu dengan fungsi tertentu pula, dimana di dalam ekosistem tersebut memiliki
peran masingmasing.
Apabila terjadi kerusakan, maka akan menggangu keseimbangan ekosistem di dalam
hutan
tersebut. Terganggunya keseimbangan ekosistem tersebut akan menyebabkan dampak
ikutan
terhadap seluruh sistem yang ada di dalam hutan tersebut. Kerusakan hutan dalam
hubungannya
dengan ekologi dapat dijelaskan misalnya terjadinya pemanasan global, efek rumah
kaca serta
pergeseran musim, khususnya di daerah tropik. Pemanasan global terjadi akibat dari
menurunnya
jumlah hutan.
Kerusakan hutan pada umumnya disebabkan semakin renggangnya hubungan antara
manusia
terhadap hutan. Dengan perkataan lain kelestarian hutan hanya dapat diwujudkan jika
masih
terdapat hubungan harmonis antara manusia dengan hutan dengan segala
problematikanya.
Hubungan harmonis ini mulai retak, ketika pemanfaatan hutan hanya menjadi
monopoli segelintir
orang yang mendapat pengusahaan hutan. Di lain pihak, rakyat yang berabad-abad
hidup dalam
hubungan harmonis dengan hutan disekitarnya tidak dapat memanfaatkan sumber
saya ini, baik
langsung maupun tidak langsung. Ironi ini menyebabkan masyarakat melakukan
berbagai usaha
ilegal terhadap hutan, seperti perambahan dan pencurian kayu, karena mereka tidak
lagi difungsikan
dalam hubungan dengan hutan sekitarnya.[3]
Perambahan hutan dengan segala kompleksitas dan implikasinya merupakan masalah
yang bukan
saja dihadapi oleh suatu daerah tertentu, tetapi menjadi masalah di berbagai kawasan
hitan di tanah
air, sehingga perambahan hutan merupakan masalah yang berskala nasional dan perlu
mendapat
perhatian serius terutama dalam hal penanganannya.
Faktor Penyebab Terjadinya Perambahan Hutan
Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian terpenting dari sumber
daya alam
yang terdiri dari berbagai unsur dan jenis serta mempunyai fungsi dan manfaat
sebagai unsur
pembentuk lingkungan hidup yang keberadaannya tidfak dapat diganti. Berhasilnya
konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berkitan erat dengan tercapainya tiga
sasaran
konservasi, yaitu :
a. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga
kehidupan bagi
kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia.
b. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman hayati dan sumber genetik serta tipe-tipe
ekosistem
sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya
alam hayati
bagi kesejahteraan.
c. Mengendalikan cara-cara pemanfaata sumber daya alam hayati sehingga terjamin
kelestariannya.
Kedekatan serta ketergantungan masyarakat yang hidup di sekitar kawasan hutan
dengan hutan
tersebut, menyebabkan adanya interaksi masyarakat dengan hutan di sekitarnya. Pada
awalnya
interaksi interaksi tersebut terjadi dengan tetap memperhatikan aspek pelestarian
alam, tetapi
dengan semakin berkembangnya peradaban dan kebutuhan, maka interaksi yang
terjadi antara
masyarakat dengan hutan sudah mulai bergeser. Bahkan bukan hanya masyarakat
yang dekat
dengan hutan lagi yang melakukan interaksi dengan hutan. Interaksi dalam arti negatif
saat ini
banyak terjadi hutan di seluruh Indonesia, yaitu perambahan.
Hutan memegang peranan yang sangat besar dalam proses pembersihan udara serta
mengurangi
pemanasan global bumi. Apabila pengelolaan hutan dilakukan secara bijaksana
dengan tetap
menjaga kelestariannya, maka kita telah ikut serta memperbaiki keseimbangan
lingkungan hidup
dan iklim di bumi.[4]
Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat sekitar hutan melakukan
perambahan.
Beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan perambahan hutan, yaitu :
faktor
ekonomi, faktor pendidikan, faktor alam, adanya sponsor, keterbatasan petugas
pengawas hutan,
dan pelaksanaan sanksi hukum.
a. Faktor Ekonomi
Masyarakat desa pada umumnya hanya mengandalkan sumber mata pencahariaannya
dari sektor
pertanian. Keterbatasan lahan yang dimiliki oleh setiap keluarga serta peningkatan
kebutuhan,
menyebabkan sebagian masyarakat yang kurang mampu melakukan perambahan
hutan untuk
perluasan areal pertaniannya.
b. Faktor Pendidikan dan Pengetahuan
Para perambah hutan pada umumnya berpendidikan rendah, sehingga menyebabkan
rendahnya
penyerapan anggota masyarakat terhadap informasi yang didengar atau dilihatnya.
Tingkat
pendidikan yang rendah ini menyebabkan teknologi budidaya pertanian yang mereka
lakukan
masih klasik, diturunkan dari orang tua mereka.
c. Faktor Kesuburan Tanah
Dengan tingkat kesuburan tanah yang cukup tinggi, dan juga karena keterbatasan
lahan yang
ada, menyebabkan masyarakat petani yang merasa kekurangan lahan tergiur untuk
membuka
atau merambah hutan, khususnya yang berdekatan dengan lahannnya.
d. Adanya Sponsor Perambah
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa terjadinya perambahan hutan khususnya
pencurian kayu
tidak dilakukan sepihak oleh perambah, tetapi karena adanya pihak lain yang terkait
dengan hal
tersebut, khususnya kepentingan akan kayu. Dalam hal ini, kegiatan perambahan
hutan lebih
ditujukan pada penebangan liar dan pencurian kayu. Penebangan dan pencurian kayu
dilakukan
oleh masyarakat karena ada pihak-pihak yang menampungnya, bahkan menjadi
sponsor karena
tidak jarang masyarakat menerima uang muka terlebih dahulu sebelum melakukan
pencurian
kayu.
e. Keterbatasan Petugas Pengawas Hutan
Maraknya pencurian kayu dan perambahan hutan yang terjadi juga disebabkan
keterbatasan
petugas pengawas hutan (polisi hutan) serta sarana dan prasarana yang dimiliki untuk
tujuan
pengawasan tersebut. Keterbatasan jumlah petugas pengawas hutan di daerah ini
ternyata juga
tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, seperti sarana
telekomunikasi dan
transportasi.
f. Pelaksanaan Sanksi Hukum
Pelaksanaan sanksi hukum yang kurang tegas terhadap perambah hutan dan pencuri
kayu,
menyebabkan perambahan hutan dan pencurian kayu terus berlangsung. Masyarakat
mengetahui
hal tersebut, sehingga mereka beranggapan bahwa tidak ada salahnya melakukan
perambahan
hutan atau pencurian kayu karena tidak ada hukuman yang dilakukan kepada mereka.
Oleh
karena itu, masyarakat yang melakukan perambahan hutan tidak merasa takut karena
hingga
saat ini tidak ada sanksi hukum bagi yang melakukan.
Penanganan Perambahan Hutan
Berbagai masalah perambahan hutan dan pencurian kayu dapat dilakukan melalui
kebijakankebijakan
seperti melakukan inventarisasi perambah hutan. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data yang akurat tentang jumlah perambah dan luas hutan yang
dirambah. Untuk
melakukan penurunan perambah hutan dapat dilakukan dengan metode persuasif,
yaitu dengan
memberikan pengertian-pengertian sehingga perambah bersedia meninggalkan lokasi
perambahan
dan tidak kembali lagi melakukan perambahan.
Disamping itu, dilakukannya pembinaan terhadap masyarakat, adalah untuk
menghindari
terjadinya perambahan kembali pada kawasan hutan. Pembinaan ini dilakukan dengan
penyuluhan
bina desa, pembangunan hutan kemasyarakatan (sosialisasi hutan), penanaman bambu
batas luar,
dan rehabilitasi dan konservasi.
Dalam upaya menyelamatkan kawasan hutan dari kegiatan perambahan oleh
masyarakat, melalui
koordinasi dengan instansi-instansi serta pihak-pihak terkait telah melakukan upaya-
upaya baik
preventif maupun represif. Upaya-upaya yang dilakukan berupa pengusiran para
perambah keluat
dari kawasan hutan, serta penindakan perambah melalui proses hukum.
Akan tetapi dalam prakteknya di lapangan, upaya tersebut kurang efektif karena
perambahan tetap
saja terjadi di kawasan hutan. Pengusiran yang dilakukan hanya terjadi sesaat, setelah
itu kawasan
tersebut tidak diawasi lagi oleh petugas, akibatnya perambahan dilakukan kembali.
Namun ternyata
upaya-upaya pengendalian perambahan hutan yang dilakukan belum menunjukkan
hasil
sebagaimana diharapkan.
Beberapa faktor yang menjadi kendala ketidakberhasilan usaha tersebut adalah :
a. Kurang tegasnya aparat dalam menerapkan peraturan yang berlaku.
b. Kurang berfungsinya petugas pengamanan hutan/jagawana dalam melaksanakan
tugasnya,
karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan petugas serta kurangnya bimbingan
atasan.
c. Kurangnya koordinasi, terutama dalam pelaksanaan operasi di lapangan sehingga
menyebabkan
operasi tidak efektif.
d. Sistem organisasi pelaksanaan yang terlalu panjang.
e. Laporan hasil pengendalian dan pengawasan di lapangan dibuat dengan hasil apa
adanya.
f. Masih ada petugas atau aparat pemerintah yang menjadi pelindung atau sponsor
masyarakat
untuk melakukan pencurian kayu.
Hal inilah yang dapat dilakukan setidaknya untuk melestarikan kawasan hutan.
Pentingnya
pengusahaan hutan yang dilakukan dengan bear dan tidak serampangan, sangat
berpengaruh
terhadap kondisi hutan. Apalagi kawasan hutan lindung yang rawan akan kerusakan,
oleh karena itu
kawasan tersebut harus terhindar dari adanya gangguan yang bersifat mengeksploitasi
hutan
tersebut.
Hutan dikaruniakan Tuhan untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat,
sehingga dalam
upaya pelestariannya juga harus melibatkan masyarakat (khususnya di sekitar hutan).
Dalam upaya
pelestarian hutan, hal yang sangat penting untuk diingat dan diperhatikan adalah
bahwa “tidak akan
ada pelestarian alam tanpa adanya peran serta masyarakat, dan tidak akan ada
kesejahteraan
masyarakat tanpa adanya pelestarian alam”.
Penulis: Khaerul H. Tanjung
[1] Arifin Arif, Hutan, hakikat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan, Yayasan
Obor Indonesia,
Jakarta, 1994.
[2] Otto Soemarwoto, Peranan Hutan Tropika Dalam Hidro-orologi, Pemanasan
Global dan
Keanekaragaman Hayati. Dalam Melestarikan Hutan Tropika, Permasalahan,
Manfaat Dan
Kebijakannya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992.
[3] Skephi, Komersialisasi Hutan Tropik Indonesia, dalam Melestarikan Hutan
Tropika,
Permasalahan, Manfaat dan Kebijakannya. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992.
[4] Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Perlindungan Lingkungan, Konservasi
Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1991.
Rantai makanan
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan
melalui seri
organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora). Pada setiap
tahap
pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu
langkah-langkah
dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin
pendek rantai
makanan semakin besar pula energi yang tersedia.
Ada dua tipe dasar rantai makanan:
a. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivora-
carnivora.
b. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora =
organisme
pemakan sisa) predator.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Rantai_makanan"
D. Organisasi Kehidupan Tingkat Ekosistem dan Bioma
Sebelum masuk ke dalam pengertian ekosistem, masih ingatkah Anda apa artinya
lingkungan biotik
dan lingkungan abiotik? Ya betul, lingkungan biotik adalah bagian lingkungan yang
berupa
makhluk-makhluk hidup (fungi, tumbuhan, hewan, dan monera). Dan lingkungan
abiotik adalah
bagian lingkungan yang berupa benda tak hidup (contohnya air, tanah, udara, cahaya,
pH, suhu dan
iklim). Menurut Anda apakah lingkungan biotik saling berpengaruh dengan
lingkungan abiotik? Ya
betul, memang kedua komponen tersebut saling mempengaruhi. Coba berikan sebuah
contoh
mengenai pengaruh lingkungan abiotik terhadap lingkungan biotik, dan sebuah contoh
pengaruh
lingkungan biotik terhadap lingkungan abiotik. Jika Anda dapat memberikan contoh-
contoh seperti
yang diminta tadi dengan benar, berarti pemikiran Anda sudah masuk ke dalam
pengertian
ekosistem.
Memang ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik atau interaksi
antara organisme
dengan lingkungan abiotiknya. Definisi yang lebih tepat mengenai Ekosistem adalah
tingkatan
organisasi kehidupan yang mencakup organisme dan lingkungan tak hidup, dimana
kedua
komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi.
Pada ekosistem, setiap organisme mempunyai suatu peranan, ada yang berperan
sebagai produsen,
konsumen ataupun dekomposer. Produsen terdiri dari organisme-organisme
berklorofil (autotrof)
yang mampu memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik (melalui
fotosintesis). Zat-zat
organik ini kemudian dimanfaatkan oleh organisme-organisme heterotrof (manusia
dan hewan)
yang berperan sebagai konsumen.
Sebagai konsumen, hewan ada yang memakan produsen secara langsung, tetapi ada
pula yang
mendapat makanan secara tidak langsung dari produsen dengan memakan konsumen
lainnya.
Karenanya konsumen dibedakan menjadi beberapa macam yaitu konsumen I,
konsumen II, dan
seterusnya hingga konsumen puncak. Konsumen II, III, dan seterusnya tidak
memakan produsen
secara langsung tetapi tetap tergantung pada produsen, karena sumber makanan
konsumen I adalah
produsen. Peranan makan dan dimakan di dalam ekosistem akan membentuk rantai
makanan
bahkan jaring-jaring makanan. Perhatikan contoh sebuah rantai makanan ini: daun
berwarna hijau
(Produsen) --> ulat (Konsumen I) --> ayam (Konsumen II) --> musang (Konsumen
III) --> macan
(Konsumen IV/Puncak).
Dalam ekosistem rantai makanan jarang berlangsung dalam urutan linier seperti di
atas, tetapi
membentuk jaring-jaring makanan (food web).
Peran dekomposer ditempati oleh organisme yang bersifat saprofit, yaitu bakteri
pengurai dan jamur
saproba. Keberadaan dekomposer sangat penting dalam ekosistem. Oleh dekomposer,
hewan atau
tumbuhan yang mati akan diuraikan dan dikembalikan ke tanah menjadi unsur hara
(zat anorganik)
yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan. Aktivitas pengurai juga menghasilkan gas
karbondioksida yang penting bagi fotosintesis.
Pada hakikatnya dalam organisasi kehidupan tingkat ekosistem terjadi proses-proses
sirkulasi
materi, transformasi, akumulasi energi, dan akumulasi materi melalui organisme.
Ekosistem juga
merupakan suatu sistem yang terbuka dan dinamis. Keluar masuknya energi dan
materi bertujuan
mempertahankan organisasinya serta mempertahankan fungsinya. Zat-zat anorganik
dalam suatu
ekosistem tetap konstan atau seimbang, mengapa? Ya, karena unsur-unsur kimia
esensial
pembentuk protoplasma beredar dalam biosfer melalui siklus biogeokimiawi. Contoh
siklus
biogeokimiawi adalah siklus carbon, siklus oksigen, siklus nitrogen, siklus fosfor, dan
siklus sulfur.
(Materi ini akan Anda pelajari khusus pada materi Daur Biogeokimia.) Maka dari
itulah
keseimbangan dalam ekosistem sangat penting untuk selalu terjaga.
Namun keseimbangan ekosistem dapat terganggu jika komponen-komponen
penyusunnya rusak
atau bahkan hilang. Apakah yang menjadi penyebab rusaknya keseimbangan
ekosistem? Ya benar,
selain karena bencana alam, ekosistem dapat rusak akibat perbuatan manusia. Coba
Anda berikan
contoh kerusakan ekosistem akibat bencana alam? Ya betul, contoh kerusakan
ekosistem akibat
bencana alam adalah letusan gunung berapi, dimana lahar panasnya dapat mematikan
organisme
(hewan dan tumbuhan) dan mikroorganisme yang dilaluinya. Dapatkah Anda berikan
contoh
lainnya? Coba Anda berikan pula contoh kerusakan ekosistem akibat perbuatan
manusia! Ya benar,
penggundulan hutan, serta pencemaran air, tanah dan udara. Dapatkah Anda berikan
contoh
lainnya?
Apabila terjadi kerusakan ekosistem, pada dasarnya ekosistem masih dapat
memperbaiki dirinya
(self purification) hingga tercapai keseimbangan kembali dalam jangka waktu
tertentu; Sebentar
atau lama, tergantung dari tingkat kerusakannya. Perkembangan ekosistem menuju
kedewasaan dan
keseimbangan ini dikenal dengan istilah suksesi ekologis.
Anda telah ketahui bahwa antara faktor abiotik dengan faktor biotik dalam ekosistem
dapat saling
mempengaruhi. Namun ada faktor abiotik yang tidak dapat dipengaruhi oleh faktor
biotik. Faktor
abiotik ini berada pada lingkup yang lebih luas, bahkan sangat menentukan jenis
biotik baik
tumbuhan ataupun hewan yang mampu hidup di dalamnya. Faktor abiotik tersebut
adalah iklim
regional atau iklim suatu tempat di permukaan bumi, yang dapat menentukan jenis
Bioma. Tahukah
Anda apakah Bioma itu?
Istilah Bioma berhubungan dengan kumpulan species (terutama tumbuhan) yang
dapat hidup di
tempat tertentu di muka bumi, tergantung pada iklim regionalnya. Jadi Bioma adalah
kumpulan
species (terutama tumbuhan) yang mendiami tempat tertentu di bumi yang dicirikan
oleh vegetasi
tertentu yang dominan dan langsung terlihat jelas di tempat tersebut. Oleh karena itu
biasanya
Bioma diberi nama berdasarkan tumbuhan yang dominan di daerah tersebut. Di
permukaan bumi ini
terdapat 7 macam bioma, yaitu: tundra, taiga (targe), gurun (padang pasir), padang
rumput, savana,
hutan hujan tropis, dan hutan decidous. Marilah kita pelajari bagaimana ciri atau
karakteristik dari
tiap-tiap jenis bioma tersebut.
(1) Tundra, terdapat di daerah kutub, tumbuhan dominannya adalah lumut kerak
(Lichenes), lumut
Sphagnum, rumput dan tumbuhan pendek lainnya yang biasanya hanya berumur 4
bulan. Hewan
yang hidup di bioma ini adalah rusa, serigala dan beruang kutub.
(2) Taiga, terletak di selatan tundra, yaitu di antara daerah beriklim sedang dengan
kutub. Bioma ini
disebut pula bioma dengan hutan berawa atau hutan boreal. Tumbuhan dominannya
adalah konifer
atau tumbuhan berdaun jarum (pinus). Hewan yang hidup di sini adalah ajax, beruang
hitam, dan
serigala.
(3) Padang pasir atau Gurun, banyak terdapat di daerah kering dengan curah hujan
sedikit.
Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh adalah tumbuhan yang teradaptasi dengan keadaan
kering,
misalnya tubuhnya ditutupi oleh kutikula yang tebal dan akar yang panjang. Juga
tumbuhan sukulen
atau kaktus, yang menyimpan banyak air pada batangnya dan daunnya menyempit
menjadi duri.
Hewan yang hidup pada bioma ini adalah unta, tikus,ular, kadal, kalajengking, dan
semut.
(4) Padang rumput; Pada bioma ini terdapat cukup curah hujan, tetapi tidak cukup
untuk
menumbuhkan hutan. Tumbuhan dominannya adalah rumput, sedangkan pohon dan
semak terdapat
di sepanjang sungai di daerah tersebut. Macam padang rumput adalah prairi rumput
pendek, prairi
rumput tinggi dan padang rumput tropis. Prairi adalah padang rumput yang luas tanpa
pohon.
(5) Savana, adalah padang rumput yang diselingi dengan sebaran pohon yang tumbuh
jarang.
Hewan yang hidup pada bioma padang rumput dan savana adalah bison, gajah,
jerapah, zebra,
domba, biri-biri, harimau, cheetah, serigala dan ular.
(6) Hutan hujan tropis (hutan basah), terdapat di daerah tropis yang banyak turun
hujan.
Vegetasinya tumbuh sangat rapat. Jenis tumbuhan pada bioma ini sangat beraneka
ragam/heterogen,
mulai dari tumbuhan pendek yang hidup di dasar hutan hingga tumbuhan yang
berukuran tinggi.
Juga ada tumbuhan epifit (tumbuhan yang tumbuh pada pohon yang mempunyai
naungan/kanopi,
seperti anggrek) dan liana (tumbuhan yang memanjat pada tumbuhan lain, seperti
rotan). Hewanhewan
yang hidup pada hutan ini antara lain monyet, macan kumbang, harimau, tapir, gajah,
dan
bermacam-macam burung.
(7) Hutan decidous (Hutan Gugur), terdapat di daerah yang memilki 4 musim
(musim semi,
panas, gugur dan dingin). Tumbuhan yang dominan adalah tumbuhan berdaun lebar,
seperti pohon
oak, elm, maple dan beech. Pohon-pohon di hutan ini menghijau pada musim panas,
dan
menggugurkan daunnya pada musim gugur, dan pada musim dingin daunnya ‘habis’.
Memasuki
musim semi pohon-pohon tersebut mulai menumbuhkan daunnya.
Selanjutnya interaksi antar bioma di permukaan bumi membentuk lapisan makhluk
hidup di bumi
yang disebut Biosfer. Seluruh bioma di permukaan bumi ini pada hakikatnya terdiri
atas produsen,
konsumen dan dekomposer, dimana di dalamnya terjadi aliran materi dan energi yang
selalu
dimulai dari tumbuhan hijau.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi derajatnya, dapat mengubah-
ubah
ekosistem sesuai dengan kehendak dan tujuannya, misalnya dengan menciptakan
ekosistem buatan
yang sesuai dengan kebutuhannya. Namun akibat aktivitas manusia ini tak sedikit
yang dapat
mencemari lingkungan atau merusak ekosistem alami. Contoh nyata yang sering
terjadi adalah
‘membuka’ hutan sebagai ekosistem alami menjadi lahan pertanian, menjadi
perumahan, menjadi
perkotaan, bahkan menjadi kawasan industri (pabrik-pabrik). Untuk memperdalam
pemahaman
Anda tentang persoalan Biologi pada tingkat ekosistem, lakukanlah sebuah Studi
Pustaka dengan
tema: “Dampak buruk akibat penggundulan hutan”.
PUSTEKKOM@2005
Interaksi Antara Komponen Ekosistem
Didalam ekosistem, komponen biotik dan abiotik merupakan komponen pokok
ekosistem yang
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Antara komponen biotik dengan abiotik
saling
mempengaruhi. Hubungan antarkomponen dalam ekosistem tersebut disebut
hubungan ekologi.
1. Pengaruh Komponen Abiotik terhadap Komponen Abiotik
Banyak kasus di sekitar kita yang menunjukkan bahwa komponen abiotik sangat
berpengaruh
terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan yang ada di atasnya. Air, kelembapan udara,
cahaya
matahari, gaya gravitasi maupun suhu lingkungann merupakan komponen abiotik
yang besar
pengaruhnya terhadap kehidupan organisme
a. Pengaruh Air terhadap Organisme
Keberadaan air dalam setiap ekosistem sangat menentukan kelangsungan hidup
semua
organisme yang ada di dalamnya. Kandungan airdi berbagai lingkungan berbeda.
Oleh karena itu,
pada kondisi lingkungan yang kandungan airnya berbeda akan ditemukan jenis
tumbuhan
yang berbeda.
b. Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Orgtanisme
Cahaya matahari merupakan sumber energi primer. Energi cahaya matahari oleh
produsen
atau tumbuhan hijau digunakan untuk fotosintesis. Tanpa cahaya matahari, tumbuhan
hijau
tidak mungkin melakukan fotosintesis. Itu berarti tidak mungkin tersedia makanan
bagi tubuhan
maupun organisme lain. Di samping itu, cahaya matahari juga sangat berpengaruh
terhadap
pertumbuhan tumbuhan.
2. Pengaruh Faktor Biotik Terhadap Abiotik
Pengaruh Cacing Tanah Terhadap Kesuburan Tanah
Cacing tanah adalah hewan tidak berangka dan berbentuk bulat panjang amat
menjijikkan. Namun, hewan tersebut mempunyai peranan yang besar dalam
membantu
menjaga kesuburan tanah. Cacing tanah biasa hidup di tanah yang basah atau di
bawah pohon yang
banyak mengandung humus. Jejaknya di dalam tanah menyebabkann terbentuknya
lubang
yang menimbulkan rongga udara dalam tanah. Dari dalam lubang tempat tinggalnya
itulah
akan keluar gundukan tanah. Makan cacing adalah sisa
tumbuhan. Sisa tumbuhan tersebut akan dihancurkan dengan alat pencernaannya yang
telah
berkembang cukup baik. Berkat kerja cacing tanah, sisa tumbuhan dihancurkan.
Dengan
demikian pengaruh cacing tanah terhadap tanah amat jelas,yaitu sebagai berikut:
1. Membantu menghancurkan sampah sehingga mengembalikan hara ke dalam tanah.
2. Menjadikan pengudaraan tanah menjadi lebih baik karena jejak cacing
menyebabkan
terbentuknya rongga udara dalam tanah
3. Menyuburkan dan menggemburkan tanah karena adanya pengudaraan dan
pembongkaran sampah

You might also like