You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Tujuan Praktikum Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara penentuan kelarutan suatu zat padat dalam zat pelarut pada berbagai kondisi.

BAB II DASAR TEORI

Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat pelarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent), kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil di sebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya : adalah etanol di dalam air, sifat ini lebih dalam bahasa inggrisnya di sebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah tak larut (insoluble) sering di terapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit khusus yang benar-benar tidaka ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi titik kesetimbangan kelarutan dapat di lampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang di sebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil. Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan pelarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan pelarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu larutan tertentu, larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padatdalam cairan (Martin, 1990). Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua/ lebih zat untuk membentuk disperse molekuler homogen. Larutan di nyatakan dalam milliliter pelarut yang dapat melarutkan suatu zat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat: 1.Suhu

Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu, maka kelarutan gas berkurang bila suhu dinaikkan, karena gas menguap dan meningkatkan pelarut. 2. pH 3. Jenis pelarut 4. Bentuk dan ukuran partikel 5. konstanta dielektrik pelarut 6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis dan lain-lain (Moechtar, 1989). Untuk zat yang kelarutannya tidak diketahui pasti, harga kelarutannya digambarkan dalam compendia farmasi dengan menggunakan istilah umum tertentu, seperti yang terdapat pada table berikut : Istilah Sangat mudah larut Mudah larut Larut Agak sukar larut Sukar larut Sangat sukar larut Praktis tidak larut (Anonim, 1979) Kelarutan suatu zat pada umumnya dapat diperkirakan hanya dalam cara kualitatif, setelah mempertimbangkan hal-hal seperti polaritas, tetapan dielektrik, asosiasi, solvasi, tekanan dalam, reaksi asam-basa, dan faktor-faktor lainnya. Singkatnya, kelarutan bergantung pada pengaruh kimia, listrik, struktur yang menyebabkan interaksi timbale balik antara zat terlarut dan pelarut. Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh dipole momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dengan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain. Bagian Pelarut yang Dibutuhkan untuk 1 bagian Zat Terlarut Kurang dari 1 bagian 1 sampai 10 bagian 10 sampai 30 bagian 30 sampai 100 bagian 100 sampai 1.000 bagian 1.000 sampai 10.000 bagian Lebih dari 10.000 bagian

Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat polar. Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut nonpolar termasuk dalam golongan pelarut aprotik, dan tidak dapat membentuk jembatan hydrogen dengan nonelektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar. Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol, contohnya benzene yang mudah dapat dipolarisasikan. Kenyataannya, senyawa semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polardan nonpolar. Sesuai dengan itu, aseton menaikan kelarutan eter dalam air (Martin, 1990). Jika suatu larutan sudah mencapai molaritas maksimum, maka dalam larutan akan terjadi endapan. Kelarutan dilambangkan dengan huruf S, berasal dari kata solubility. Rumus kelarutan sama dengan rumus molaritas s = n/v . (s = kelarutan, n = mol, v = volume). Kelarutan dari setiap zat berbeda, kelarutan bergantung pada jenis zat terlarut, jenis pelarut dan suhu. Umumnya semakin tinggi suhu, maka kelarutan semakin besar. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur , tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada terbaginya zat terlarut. Kelarutan di definisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuhpada temperature tertentu, sedangkan kualitatif didefinisikan sebagai interaksi sepontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse molekuler homogen. Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dalam fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau larutan hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature tertentu, larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi dibawah

konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari yang seharusnya ada pada temperatur tertentu. Kelarutan dapat digambarkan secara benar dengan menggunakan aturan fase gibbs dinyatakan sebagai berikut : F = C P + 2F adalah jumlah derajat kebebasan, yaitu jumlah variable bebas (biasanya temperatur, tekanan dan konsentrasi) yang harus di tetapkan untuk menentukan sistem secara sempurna. C adlah jumlah komposisi terkecil yang cukup untuk menggambarkan komponen kimia dari setiap fase. P adalah jumlah fase , kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut U.S pharmacope I dan National Formulary, definisi kelarutan obat adalah jumlah mL pelarut dimana akan larut 1 gram zat terlarut (Martin, 1990). Kelarutan secara kuantitatif juga di nyatakan dalam molaritas, dan persentase. Untuk zat yang kelarutannya tidak di ketahui secara pasti. Harga kelarutannya digambarkan dengan menggunakan istilahumu tertentu. Kelarutan obat sebagian besar di sebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh moment dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar lain. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hydrogen merupakan factor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas yang di refleksikan dalam dipole momen yang tinggi. Dapat di simpulkan bahwa pelarut polar bertindak sebagai pelarut menurut mekanisme berikut : - Karena tingginya tetapan dielektrik, pelarut polar mengurangi gaya tarikmenarik antara ion dalam Kristal yang bermuatan berlawanan. - Pelarut polar memecahkan ikatan kovalen dari elektrolit kuat dengan reaksi asam basa karena pelarut ini amfiprotik pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah karena tetapan dielektrik yang rendah. Pelarut non polar juga tidak dapat memecah ikatan kovalen dan elektrik yang berionisasi lemah karena pelarut nonpolar termasuk dalam golongan pelarut aprotik dan tidak dapat

membentuk jembatan hydrogen dengan non elektron. Kelarutan obat sebagian besar di sebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh momen dipolnya, pelarut polar melarutkan zat pelarut ionic dan zat polar lain. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hydrogen yang merupakan factor yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas yang direfleksikan dalam di pole moment yang tinggi. Dapat di simpulkan bahwa pelarut polar bertindak sebagai pelarut menurut mekanisme berikut : - Karena tingginya tetapan dielektrik, pelarut polar mengurangi gaya tarikmenarik antara ion dalam Kristal yang bermuatan berlawanan. - Pelarut polar memecahkan ikatan kovalen dari elektrolit kuat dengan reaksi asam basa karena pelarut ini amfoprotik. Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah karena tetapan dielektrik yang rendah. Pelerut nonpolar juga tidak dapat memecah ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk dalam golonga pelarut aprotik, dan tidak dapat membentuk jembatan hydrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu, zat terlarut ionic dan polar tidak larut atau hanya sedikit larut dalam pelarut non polar. Suatu sediaan obat yang diberikan secara oral di dalam saluran cerna harus mengalami proses pelepasan dari sediaannya dan kemudian zat aktif akan melarut untuk selanjutnya diabsorbsi. Proses pelepasan zat aktif dari sediaannya dan proses pelarutnya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat terlarut serta formulasi sediaannya. Salah satu sifat zat aktif yang penting untuk di perhatikan adalah kelarutan karena pada umumnya zat baru diabsorbsi setelah terlarut dalam cairan saluran cerna. Oleh karena itu, zat terlarut ionic dan polar tidak larut atau hanya sedikit larut dalam pelarut non polar (Anonim, 2011).

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Gelas ukur 100 ml dan 50 ml - Batang pengaduk - Oven - Cawan porselin - Sendok tanduk - Termometer - Erlenmeyer - Timbangan analitik - Gelas kimia - Corong kaca 3.1.2 Bahan - Asam benzoate - Aquadest - Kertas saring - Kertas timbang - Lap kasar - Tissue

3.1.3 Skema Kerja Disiapkan Alat dan Bahan

Ditimbang 6 lembar kertas saring di timbangan analitik.

Ditimbang asam benzoate 0,5 g x 6

Dimasukkan dalam gelas kimia 250 ml + air suling 150 ml

45

60

Dipanaskan diatas penangas.

Suhu diturunkan, dimasukkan asam benzoate diaduk 60 detik

Disaring dengan kertas saring

Diletakkan pada cawan porselen

Dikeringkan dalam oven 100C, 30 menit

Ditimbang

Dihitung Kelarutannya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan


No. 1 2 3 4 5 6 Suhu 0C 0C 45C 45C 60C 60C Berat Sampel 0,5 gram 0,5 gram 0,5 gram 0,5 gram 0,5 gram 0,5 gram Kertas Saring 1,11 gram 1,13 gram 1,16 gram 1,09 gram 1,18 gram 1,25 gram Residu + Kertas 1,48 gram 1,45 gram 1,39 gram 1,31 gram 1,20 gram 1,31 gram Residu 0,37 gram 0,32 gram 0,23 gram 0,22 gram 0,02 gram 0,06 gram Gram Zat Terlarut 0,13 gram 0,18 gram 0,27 gram 0,28 gram 0,48 gram 0,44 gram

4.2 Pembahasan Pada praktikum Farmasi Fisika kali ini membahas tentang Kelarutan. Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara penentuan kelarutan suatu zat padat dalam zat pelarut pada berbagai kondisi. Suatu larutan adalah dispersi yang serba sama (homogen) dari suatu zat terlarut (solut) di dalam pelarutnya (solven), untuk dispersi tersebut diperlukan informasi tentang kelarutan (solut) di dalam pelarutnya. Kelarutan dapat diartikan sebagai jumlah (bagian) terbesar dari suatu komponen (solut) yang dapat didistribusikan kepada komponen lainnya (solven), pada satu suhu dan tekanan tertentu sehingga menghasilkan suatu dispersi molekuler homogen yang terdiri dari suatu fase tunggal (larutan), laju tercapainya kelarutan maksimum (jenuh) disebut laju disolusi. Larutan juga dikatakan sebagai sistem dispersi molekuler, jadi suatu zat dapat dikatakan melarut jika dia terlepas dari padatannya dan terdispersi dalam cairan. Kelarutan suatu senyawa tergantung pada sifat fisika dan sifat kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.

Dikatakan sebagai pelarut ketika kondisi fisiknya (padat atau cair atau gas) sama dengan hasil larutannya itu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain: 1. Pengaruh pH Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah zat organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah dalam air akan bertambah dengan naiknya pHkarena terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik lemah pada umumnya sukar larut dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan penambahan asam kuat maka akan terbentuk garam yang mudah larut dalam air. 2. Pengaruh Temperatur (Suhu) Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung kepada temperature, titik leleh zat padat, dan panas peleburan molar zat tersebut. Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adanya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat. 3. Pengaruh Jenis Pelarut Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelaru. Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air. 4. Pengaruh Bentuk dan Ukuran Partikel 5. Pengaruh Konstanta Dielektrik 6. Pengaruh Penambahan Zat-zat Lain

Dalam melakukan praktikum ini yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu menimbang kertas saring kosong sebanyak 6 lembar pada timbangan analitik lalu dicatat masing-masing bobotnya dan ditimbang pula asam benzoat sebanyak 0,5 gram sebanyak 6 kali. Asam benzoat yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml lalu ditambahkan air suling sebanyak 150 ml, kemudian diaduk 60 detik pada suhu kamar. Cara kerja tersebut dilakukan untuk temperatur pada suhu 0C (tidak dipanaskan). Kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Setelah disaring, dilipat dan diletakkan di atas cawan porselin yang telah diberi etiket, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 100C selama 30 menit. Setelah kering asam benzoat tersebut ditimbang, lalu dihitung kelarutan asam benzoat tersebut. Untuk perlakuan atau cara kerja pada suhu 45C dan 60C hampir sama dengan cara kerja pada suhu 0C. namun perbedaannya yaitu pelarutnya yang berupa aquades dipanaskan terlebih dahulu pada suhu masing-masing yaitu 45C dan 60C dan setelah dipanaskan inilah baru asam benzoat dimasukkan kemudian diaduk selama 60 detik. Asam benzoat dimasukkan setelah pelarut (aquades) sudah diturunkan dari kompor. Kemudian selanjutnya hal yang dilakukan sama yaitu disaring dengan menggunakan kertas saring (sesuai dengan suhunya masingmasing). Setelah disaring dilipat dan diletakkan di atas cawan porselin yang telah diberi etiket, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 100C selama 30 menit. Setelah kering asam benzoat ditimbang, kemudian dihitung kelarutan asam benzoate tersebut. Pada prinsipnya dalam praktikum ini residu asam benzoat seharusnya dikeringkan menggunakan oven pada suhu 100C selama 30 menit. Dengan menggunakan oven tersebut kita dapat dengan mudah dan cepat untuk menghitung hasil gram terlarutnya. Namun karena keterbatasan alat yang ada maka proses pengeringan residu asam benzoat dilakukan dengan cara didiamkan selama 1 hari lalu setelah kering itulah dapat dihitung gram zat terlarutnya. Dari tabel hasil pengamatan tersebut dapat diperoleh data gram zat yang telarut adalah sebagai berikut. 1. Gram zat terlarut pada suhu 0C yang pertama adalah 0,13 gram

2. Gram zat terlarut pada suhu 0C yang kedua adalah 0,18 gram 3. Gram zat terlarut pada suhu 45C yang pertama adalah 0,27 gram 4. Gram zat terlarut pada suhu 45C yang kedua adalah 0,28 gram 5. Gram zat terlarut pada suhu 60C yang pertama adalah 0,48 gram 6. Gram zat terlarut pada suhu 60C yang kedua adalah 0,44 gram

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari data hasil pengamatan dan perhitungan gram zat terlarut pada masingmasing suhu 0C, 45C, dan 60C dapat disimpulkan bahwa temperatur atau suhu mempengaruhi suatu kelarutan sampel zat padat yaitu asam benzoat. Semakin tinggi suhunya maka semakin besar pula jumlah gram zat yang terlarut dalam pelarut air tersebut.

5.2 Saran Praktikan diharapkan dapat berhati-hati dalam menimbang dan mengambil bahan-bahan kimia yang akan digunakan dan berhati-hati pula dalam menggunakan alat-alat laboratorium. Kebersihan harus tetap terjaga dalam pelaksanaan praktikum agar tercipta suasana kerja yang nyaman.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI : Jakarta. Martin, Alfred dkk. 1990. Farmasi Fisik. Universitas Indonesia Press : Jakarta. Moechtar. 1989. Farmasi Fisika. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. http://yoggazta.blogspot.com//2011/05/laporan.praktikum.farmasi.fisik.html. diakses pada tanggal 22 Oktober 2012 pukul 1930 WITA.

You might also like