You are on page 1of 4

Obat sering disebut obat modern ialah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,

mencegah, mencegah, megurangkan,

menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia (Anief, 2010). Dalam merancang sebuah sediaan obat tentunya ada pertimbanganpertimbangan yang matang. Salah satu pertimbangan yang dimaksud yakni pertimbangan sifat fisiko-kimia dalam rancangan obat. Pertimbangan perancangan obat secara fisko-kimia dipengaruhi oleh 7 faktor, salah satu faktornya yakni polimorfisme. Polimoefisme adalah perubahan fisika namun tidak disertai oleh perubahan kimia, yang disebabkan oleh pemanasan diatas suhu leburnya dan juga penggerusan (sabrina, 2011). Dalam perancangan obat, bahan obat yang sering mengalami polimorfisme adalah Oleum cacao yang berasal dari biji Theobroma cacao L. Menurut Farmakope Indonesia III Oleum cacao adalah lemak coklat padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji Theobroma cacao L.yang telah dikupas dan dipanggang. Dalam polimorfnya lemak coklat memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah : 1. Bentuk (alfa) : terjadi jika lelehan oleum cacao tadi didinginkan dengan segera pada 0C dan bentuk ini memiliki titik lebur 24C (menurut literature lain 22C). 2. Bentuk (beta) : terjadi jika lelehan oleum cacao tadi diaduk-aduk pada suhu 1823C dan bentuk ini memiliki titik lebur 28-31C 3. Bentuk stabil (beta stabil) : terjadi akibat perubahan bentuk secara perlahan-lahan disertai kontraksi volume dan bentuk ini mempunyai titik lebur 34-35C (menurut literature 34,5C) 4. Bentuk g (gamma) : terjadi dari pendinginan lelehan oleum cacao yang sudah dingin (20C) dan bentuk ini memiliki titik lebur 18C. Lemak cokelat sangat mudah mengalami polimorfisme dikarenakan oleh titik leburnya yang sangat rendah yakni sekitar 310C-340C. Peristiwa ini sering terjadi pada pembuatan suppositoria yang menggunakan lemak cokelat sebagai basis.

Untuk mengatasi peristiwa ini, lemak cokelat diberikan perlakuan kusus diantaranya: 1. Oleum cacao tidak meleleh seluruhnya, cukup dua pertiganya saja yang dilelehkan 2. Penambahan sejumlah kecil bentuk Kristal stabil ke dalam lelehan oleum cacao untuk mempercepat perubahan bentuk tidak stabil menjadi bentuk stabil. 3. Pembekuan lelehan selama beberapa jam atau beberapa hari. 5. Untuk menaikkan titik lebur lemak coklat digunakan penambahan cera atau cetaceum (spermaseti). Penambahan cera flava tidak boleh lebih dari 6% sebab akan menghasilkan campuran yang mempunyai titik lebur di atas 37C dan tidak boleh kurang dari 4% karena akan diperoleh titik lebur di bawah titik leburnya (<33C). 6. Untuk menurunkan titik lebur lemak coklat dapat digunakan tambahan sedikit kloralhidrat atau fenol, atau minyak atsiri.

DAFTAR PUSTAKA Putri, Sabrina. 2011. Oleum cacao. http://id.scribd.com/doc/56234011/Oleum-CacaoMakalah. (17/11/2013) Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen kesehatan RI : Jakarta Anief, Moh.. 2010. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

TUGAS KULIAH BIOFARMASETIKA

SIFAT FISIKO-KIMIA UNTUK PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN OBAT POLIMORFISME

OLEH : I NYOMAN ARYA PURNATA MEGANTARA 1208505017

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2013

You might also like