You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau

irreversible, berdasarkan pada cara bahan cetak tersebut mengeras. Istilah ireversible menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi.Jadi bahan sudah tidak dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi. Misalnya hidrokoloid alginat , pasta cetak oksida eugenol, dan plaster of paris mengeras dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik mengeras dengan polimerisasi. Sebaliknya, reversible berarti bahan tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi perubahan kimia.Hidrokoloid reversible dan komponen cetak termasuk dalam kategori ini. Kompound cetak adalah campuran resin dan malam serta diklasifikasikan sebagai substansi termoplastik (Anusavice, 2003). Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia Di alam, gips merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain. Secara kimia, gips yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihitrat (CaSO4.2H2O) murni. Jika gips tersebut dicampur dengan air, maka strukturnya berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat dan menimbulkan panas(Anusavice, 2003). Malam atau wax atau lilin dipergunakan sejak pertama kali di dunia Kedokteran Gigi sekitar abad 18, untuk tujuan pencatatan cetakan rahang yang tidak bergigi. Meskipun telah ditemukan bahan baru yang lainnya, malam masih digunakan dalam jumlah yang besar untuk keperluan klinik dan pekerjaan laboratorium.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut malam gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintetis (E.C. Combe, 1992). 1

1.2 Rumusan Masalah 1. Menjelaskan macam-macam bahan cetak dan malam yang dipakai di kedokteran gigi? 2. Menjelaskan macam-macam gips yang dipakai di kedokteran gigi? 3. Menjelaskan struktur, sifat mekanis, fisis, biologis bahan cetak, gips dan malam yang dipakai di kedokteran gigi? 4. Menjelaskan pemakaian dan pengaplikasian bahan cetak, malam, dan gips yang dipakai di kedokteran gigi? 1.3 Hipotesa Material cetak, gypsum, dan malam berperan penting dalam bidang kedokteran gigi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Bahan Cetak 2.1.1 Pengertian Bahan Cetak Bahan cetak atau impression material merupakan material yang digunakan untuk mengambil cetakan dari rahang atau jaringan mulut beserta gigi-giginya (Dyah, 2009). 2.1.2 Fungsi Bahan Cetak Bahan cetak berfungsi untuk membuat replika akurat dari jaringan keras dan lunak rongga mulut (Dyah, 2009).

2.1.3 Syarat Bahan Cetak Menurut Anusavice (2003) kriteria suatu bahan cetak, yaitu: 1. Bahan cetak tersebut harus cukup air untuk beradaptasi dengan jaringan mulut, serta cukup kental untuk tetap berada di dalam sendok cetak yang menghantarkan bahan cetak ke dalam mulut. 2. Selama di mulut bahan cetak harus berubah (mengeras) menjadi benda padat menyerupai karet dalam waktu tertentu, idealnya waktu pengerasan harus kurang dari 7 menit. 3. Cetakan yang sudah mengeras harus tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan dari mulut, dan dimensi bahan harus tetap stabil sehingga bahan cor dapat dituangkan. Menurut Anusavice (2003) syarat bahan cetak adalah sebagai berikut: 1. Bahan tersebut tidak boleh membahayakan pulpa dan jaringan lunak. 2. Bahan tersebut tidak boleh mengandung substansi toksik yang larut dalam air, yang dapat dilepaskan dan diserap kedalam sistem sirkulasi sehingga menyebabkan respons toksik sistemik. 3. Bahan tersebut harus bebas dari bahan berpotensi menimbulkan sensitivitas yang dapat menyebabkan suatu respons alergi. 4. Bahan tersebut harus tidak memiliki potensi karsinogenik. 3

2.1.4 Klasifikasi Bahan cetak dapat dikelompokan sebagai reversible dan

irreversible, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah irreversible menunjukan bahwa reaksi kimia telah terjadi, bahan tidak dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi. Misalnya hidrokoloid alginat, pasta cetak oksida seng eugenol (OSE), dan plaster of paris mengeras dengan reaksi kimia, sedangkan bahan cetak elastomerik mengeras dengan sebaliknya, reversibel berarti bahan tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi ikatan kimia. Hidrokoloid reversibel dan kompound cetak termasuk ke dalam kategori ini (Anusavice, 2003). Cara lain mengelompokan bahan cetak gigi adalah menurut penggunaannya. Beberapa bahan cetak menjadi keras dan tidak dapat dikeluarkan melalui undercut tanpa mematahkan atau mengubah bentuk cetakan. Bahan cetak tidak elastis ini digunakan untuk semua cetakan sebelum ditemukannya agar. Meskipun bahan tersebut sudah tidak dipakai lagi untuk pasien bergigi bahan cetak ini memiliki keunggulan dalam pembuatan cetakan untuk pasien tak bergigi (Anusavice, 2003). Bahan cetak elastik termasuk ke dalam penggunaan kedua. Bahan ini dapat secara akurat mereproduksi baik struktur keras maupun lunak dari rongga mulut, termasuk undercut dan celah interproksimal. Meskipun bahan ini dapat dipakai untuk mencetak pasien tanpa gigi, kebanyakan digunakan untuk membuat model cor untuk gigi tiruan sebagian cekat atau lepasan serta untuk unit restorasi (Anusavice, 2003).

Klasifikasi bahan cetak menurut Anusavice (2003) sebagai berikut:

Berdasarkan cara pengerasannya Ireversible

Non Elastic

Elastic

Plaster of Paris; Oksida Hidrokoloid; seng eugenol (Polisulfid,

Elastomer Polieter, 4

Silikon

kondensasi,

silikon tambahan) Reversible Kompoun; Malam Agar Hidrokoloid

2.1.5 Aplikasi Bahan Cetak Menurut Anusavice (2003) macam-macam aplikasi dari bahan cetak adalah sebgai berikut:

No 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Bahan Cetak Plaster Of Paris Oksida Seng Eugenol Kompoun/Wax Alginat Agar Elastomer

Fungsi Edentulous Ridge Interoclusal Record Preliminary Impression Gigi dan Jaringan Lunak Gigi dan Jaringan Lunak Gigi dan Jaringan Lunak

2.1.6 Sifat-Sifat Bahan Cetak Bahan cetak siloxane memiliki beberapa sifat fisis, mekanis dan biologis. Sifat fisis terdiri atas kekerasan, creep, viskositas, dan resilience. Sifat mekanis terdiri atas tear strength, elastisitas, flow, dan fleksibilitas. Sifat biologis terdiri atas reaksi hipersensitivitas dan toksisitivitas (Rinaldy, 2009).

A. Sifat fisis 1. Creep Creep adalah perubahan dimensi yang berangsur-angsur tetapi permanen yang terdapat pada bahan cetak dibawah muatan statis atau tekanan konstan. Bahan cetak dapat mengalami deformasi permanen jika load diberikan dalam waktu yang lama walaupun load yang diberikan dibawah elastik limit (Rinaldy, 2009). 2. Viskositas 5

Viskositas adalah ukuran konsistensi suatu bahan beserta ketidakmampuannya untuk mengalir. Bahan dengan viskositas rendah memiliki kemampuan untuk mengalir lebih baik dari pada bahan dengan viskositas yang tinggi. Viskositas suatu bahan juga dipengaruhi oleh shear force yang diberikan kepada bahan ketika pengadukan. Viskositas bahan dapat berkurang dengan meningkatnya tekanan dari luar atau shear

stress. Sehingga, bahan dengan viskositas rendah hanya membutuhkan sedikit stress untuk menghasilkan flow tinggi (Rinaldy, 2009). yang

B. Sifat Mekanis 1. Flow Flow adalah sifat bahan yang memungkinkan untuk berubah bentuknya bila diberikan suatu load walaupun load tersebut tidak diperbesar lagi (konstan). Bahan cetak yang memiliki flow yang tinggi mengalir dengan baik dan dapat mencetak detail yang baik (Rinaldy, 2009). 2. Elastisitas Elastisitas adalah sifat suatu benda yang dimungkinkan untuk diubah bentuknya dengan beban yang bila beban tersebut dihilangkan akan kembali kebentuk semula. Sifat elastisitas

yang baik pada suatu bahan dapat ditunjukkan dengan melihat besarnya elastic recovery dan perubahan dimensi bahan tersebut (Rinaldy, 2009). 3. Tear strength Tear strength adalah ketahanan suatu bahan cetak terhadap sobekan. Nilai tear strength dapat dilihat dengan adanya tear resistance. Tear resistance pada bahan cetak merupakan pertimbangan yang penting selama bahan cetak dipindahkan dari mulut (Rinaldy, 2009). 4. Fleksibilitas 6

Fleksibilitas adalah kemampuan suatu bahan untuk berubah bentuk setelah diberikan sedikit stress. Maksimum fleksibilitas pada bahan cetak elastis dibutuhkan untuk berdeformasi tanpa menyebabkan perubahan bentuk yang permanen. Makin rendah nilai fleksibilitas suatu bahan cetak makin sulit bahan cetak tersebut diangkat dari mulut (Rinaldy, 2009).

C. Sifat biologis Hipersensitivitas dan toksisitivitas. Contohnya: Bahan cetak

alginat tidak mengiritasi, tidak beracun, dan dapat ditolerir oleh jaringan mulut. Bau dan rasanya biasanya bisa ditolerir (Rinaldy, 2009).

2.2 Malam (Wax) 2.2.1 Pengertian Wax Malam adalah suatu campuran dari beberapa macam bahan organik dengan berat molekul dan kekuatan rendah serta mempunyai sifat thermoplastic (Dyah, 2009). 2.2.2 Fungsi Wax Malam berfungsi sebagai pola, material pembantu dalam proses, atau material untuk pencetakan gigi (Dyah, 2009). 2.2.3 Syarat Wax Menurut juliarti (2011) syarat malam (wax) adalah sebagai berikut: 1. Stabil pada suhu mulut 2. Dapat mengisi rongga cetak 3. Non iritan dan Non toxic 4. Tidak meninggalkan residu 5. Tidak berubah sifat fisis jika dipanaskan

2.2.4 Komposisi Malam Menurut Juliarti (2011) malam berdasarkan komposisi dibagi menjadi : 1. Mineral, seperti malam parafin, dan mikrokristalin, 1). Parafinwax a. Tipe : mineral b. Sumber : diperoleh sewaktu penyulingan minyak mentah (petroleum dan shale oil). c. Struktur : rantai lurus hidrokarbon dengan kristal berbentuk plat jarum. d. Sifat :lunak pada suhu 37-55derajat celcius, cair pada suhu 48-70 derajat celcius. e. Tidak memperlihatkan permukaan yang licin dan

mengkilap. 2). Microcrystalline a. WaxTipe : mineral. b. Sumber : sama dengan parafin wax. c. Struktur: rantai polykristal hydrocarbon yang bercabang dengan kristal yang lebih halus. d. Sifat : cair pada suhu 65-90 derajat celcius, lebih keras dari parafin wax, BM lebih tinggi. 2. Hewan 1. Bees wax a. Tipe : Serangga b. Sumber : Derivat dari indung madu atau sarang madu lebah c. Struktur :Terdiri dari sebagian kristalin natural polyester. d. Sifat :Sering dicampur dengan parafin wax untuk

memodifikasi sifat dari parafin wax sehingga menjadi tidak begitu rapuh/getas pada suhu kamar serta mengurangi flow di bawah stress pada suhu lebih tinggi (misal suhu mulut). 8

3. Tumbuhan 1. Carnauba wax a. Tipe : tumbuhan b. Sumber : sejenis pohon palm di Amerika selatan c. Sifat : lunak pada suhu 80C, cair pada suhu 84C d. Berwarna hijau atau kuning, keras dan kuat. Dicampur dengan parafinwax untuk mengontrol suhu pelunakan dan modifikasi sifat-sifatnya. e. Mempunyai bau enak dan permukaan mengkilap 2). Candellila wax a. Tipe : tumbuhan b. Sumber : tumbuhan c. Sifat : lunak pada suhu 63-68 derajat celcius, lebih keras dari carnauba wax, berwarna coklat muda. 2.2.5 Klasifikasi Wax Menurut juliarti (2011) malam (Wax) di klasifikasikan menjadi tiga, sebagai berikut: 1. Pattern wax (malam pola) a). Inlay wax (malam inlay) a. Disebut juga sebagai inlay casting wax/inlaypattern wax. b. Dipergunakan untuk pembuatan pola inlay. c. Juga digunakan untuk pembuatan pola dari crown (mahkota tiruan) &bridge (GTJ).

d. Tersedia dalam bentuk batangan yang bulat atau agak lonjong dengan diameter 5-6mm panjang 7-8cm, cones kecil atau dalam bentuk padat plastis. e. Berwarna biru tua atau hijau tua, kuning gading (ivory) khusus untuk tipe soft. b). Casting wax/sheet casting wax (lembaran malam tuang) a. Tersedia dalam bentuk lembaran tipis ukuran 10x10cm, berwarna merah muda, atau dalam bentuk siap pakai (ready made shape) dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan bentuk-bentuk komponen gigitiruan kerangka logam, berwarna biru, merah atau hijau. b. Digunakan pada pembentukan model dari suatu gigitiruan kerangka logam (frame denture/steel denture)Base plate wax/denture modelling wax (model malam gigitiruan). c. Lebih populer disebut malam merah. d. Berbentuk lembaran dengan ukuran (umumnya) panjang 12-15cm, lebar 7,5-9 cm dan tebal 1-1,3 cm, berwarna merah atau merah muda. c).Base plate wax/denture modelling wax (model malam gigitiruan). Klasifikasi base plate wax, tiga tipe base plate wax menurut ADAS No.24 : a. Tipe I : malam lunak (soft wax) untuk membangun/membentuk bagian luar pola gigi tiruan malam. b. Tipe II :medium wax untuk membuat pola malam yang dapat dicobakan dalam mulut. c. Tipe III :hard waxpaling sering digunakan untuk membuat dan mengukir pola malam dari GT akrilik (GTS dan GTP), dapat juga 10

digunakan untuk pembuatan pola dari plat ortodontik yang nantinya akan terbuat dari bahan akrilik heat curing. 2. Processing wax 1. Boxing wax a. Memiliki aliran tinggi pada suhu kamar dan sangat mudah dibentuk tanpa membutuhkan pemanasan. b. Digunakan dalam laboratorium untuk membuat dinding batas /box dari cetakan sebelum dilakukan pengisian dengan dental stone. c. Lunak pada temperatur 21 derajat celcius dan bertahan bentuknya sampai suhu 35 derajat celcius. d. Bentuk : berupa pilahan atau lembaran dengan panjang 30cm, lebar 4cm, dan tebal 1mm, berwarna hitam atau hijau. 2. Utility wax a. Digunakan untuk menambah sayap atau panjang sendok cetak. b. Membuat box pada cetakan. c. Oleh pabrik digunakan untuk melekatkan gigi artifisial pada tempatnya untuk dipasarkan. d. Lunak dan dapat dibentuk tanpa melakukan pemanasan. e. Terbuat dari bees wax, petrolatum, dan malam-malam lainnya dengan berbagai perbandingan. f. Sedikit melekat pada suhu 20-24 temperatur Celcius. g. Warna merah tua atau orange. h. Di bidang ortodontik disebut perphery wax. i. Dalam bentuk stick berwarna putih/kuning muda.

11

3. Sticky wax a. Dikenal juga dengan sebutan malam perekat b. Mengandung bees wax dan beberapa resin alami c. Berbentuk batangan bulat, panjang 7-10cm, diameter 7-8mm,

berwarna kuning atau merah coklat d. Keras dan rapuh serta bersifat adesif e. Lebih keras dan lebih getas dibanding malam inlay f. Digunakan dalam lab untuk berbagai hal di mana dibutuhkan penyambungan sementara, misalnya untuk menyatukan bagianbagian logam sewaktu penyolderan atau pada waktu reparasi GT yang patah g. Mencair pada temp 60-65C, flow pada temperatur 20-25 derajat Celcius. 3. Impression wax a). Corrective impression wax a. Digunakan sebagai malam pelapis pada pinggiran sendok cetak untuk mendapatkan hasil yang lebih cermat b. Mengandung paraffin wax, ceresin, dan partikel-partikel metal c. Flow pada temp 37 derajat celcius adalah 100% b). Bite registration wax a. Digunakan untuk pencatatan oklusi/keadaan gigitan dari gigi rahang atas dan bawah (seluruh gigi atau hanya pada regio tertentu). b. Mengandung bees wax, paraffin atau ceresin, serta partikel aluminium atau copper. 12

c. Flow pada temperatur 37 derajat celcius berkisar 2,5-22%. d. Berbentuk lembaran atau berbentuk huruf U atau sesuai dengan bentuk rahang. 2.2.7 Sifat-Sifat Malam a). Sifat fisis 1. Temperatur transisi solid-solid Ketika temperatur wax meningkat, transisi solid-solid terjadi ketika bentuk lattice kristal stabil (orthombic di kebanyakan dental wax) dimulai untuk merubah bentuk heksagonal yang berada di bawah titik cair wax. selama perubahan progresif dari satu tipe lattice ke tipe lattice lainnya, wax dapat dimanipulasi tanpa putus, pecah, atau tertekan. keberadaan titik trnasisi solidsolid dan temperatur yang terjadi tidak hanya membuat wax dapat dimanipulasi dengan baik, tetapi juga menjelaskan sifat fisis dan kesesuaian untuk beberapa prosedur klinis dan laboratorium.Wax yang sesuai dengan transisi solid-solid dalam mulut diatas 370C. 2.Thermal ekpansi dan kontraksi Wax akan mengalami ekspansi ketika dipanaskan dan berontraksi jika temperatur diturunkan. Wax mempunyai koefisien thermal ekspansi lebih besar dibandingkan bahan kedokteran gigi lainnya. Suhu wax dapat menurun dari 37 200 C dan penyusutan linear lebih kurang 0,6% dapat terjadi dengan koefisien thermal ekspansi 350.10 -6 /celcius. 3. Flow Merupakan sifat yang sangat penting terutama pada pembuatan inlay. flow akan meningkat dengan temperatur yang tinggi diatas temperatur transisi solid-solid. 4. Tekanan internal Wax mempunyai thermal conductility rendah, sehingga sulit untuk mencapai hasil yang seragam. jikawax dibentuk atau diadaptasikan ke bentuk tanpa pemanasan yang adekuat di atas 13

temperatur transisi solid-solid, kemungkinan terjadi stress pada pembentukan bahan ini. bentuk dari stess akan menyebabkan distorsi. b). Sifat mekanis Modulus elastis, proporsional limit, dan tekanan compressive wax paling rendah dibandingkan bahan kedokteran gigi yang lain. Kekuatan wax tergantung temperatur, jika temperatur rendah maka wax akan lebih keras karena pada thermal ekspansi yang tinggi wax menjadi lunak dan cair. sifat mekanis terdiri dari tekanan residual serta ductility yang tergantung pada temperatur. 2.3 Gipsum 2.3.2 Pengertian Gipsum Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia Di alam, gips merupakan massa yang padat dan berwarna abuabu, merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain. Secara kimia, gips yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihitrat (CaSO4.2H2O) murni. Jika gips tersebut dicampur dengan air, maka strukturnya berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat dan menimbulkan panas (Anusavice, 2003). 2.3.3 Fungsi Gipsum Dalam bidang ilmu material kedokteran gigi kita banyak menemui aplikasi penggunaan gips, baik untuk keperluan klinik maupun pekerjaan laboratorium. Material gips ini banyak dipergunakan antara lain dalam pembuatan model studi dari rongga mulut, die, articulating cast, mould, refractory investment dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi (Anusavice, 2003). 2.3.4 Syarat Gipsum 1. Sifat mekanis baik. 2. Dapat mereproduksi detail yang halus dengan batas yang tajam. 14

3. Memiliki stabilitas dimensional yang baik. 4. Bahan cetak tidak terjadi interaksi antara permukaan cetakan dengan permukaan model, die. 5. Murah dan mudah dipergunakan.

2.3.5 Komposisi Gipsum Menurut Annusavice (2004) adapun komposisi gypsum adalah: a) Calcium (Ca) : 23,28 % b) Hidrogen (H) : 2,34 % c) Calcium Oksida (CaO) : 32,57 % d) Air (H2O) : 20,93 % e) Sulfur (S) : 18,62 %

2.3.6 Klasifikasi Gipsum Menurut Anusavice (2004) tersaji 5 jenis gipsum yang terdaftar oleh Spesifikasi ADA No. 25, dan sifat-sifat yang dihasilkan masingmasing, yaitu: a. Plaster Cetak (Tipe I) Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan untuk mengatur waktu pergeseran dan ekspansi pergeseran. Ciri dari plaster tipe I ini Cocok sebagai finishing, bukan bahan materi, dan digunakan untuk mencetak rahang tak bergigi dan memiliki kompresi 580 + 290 psi. warna dari gypsum ini ada biru dan kuning

Gambar 1: Gipsum tipe I 15

b. Plaster Model (Tipe II) Plaster model ini atau plaster laboratium tipe II sekarang digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa bila ekspansi pergeseran tidaklah penting dan kekuatan cukup, sesuai batasan yang disebutkan dalam spesifikasi. Biasanya dipasarkan dalam warna putih alami, jadi terlihat kontras dengan stone yang umumnya berwarna.

Gambar 2: Gipsum Tipe 2 c. Stone Gigi (Tipe III) Bahan ini ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk gigi tiruan penuh yang cocok dengan jaringan lunak.Die stone merupakan reproduksi gigi yang dipreparasi dimana protesa dibuat pada atau di dalam model tersebut. Ciri dari stone gigi ini memiliki kekuatan tekan 3000 psi, dan diperdagangkan dalam warna biru dan kuning.

Gambar 3 : Gipsum Tipe 3 16

d. Stone Gigi, Kekuatan Tinggi (Tipe IV) Diperlukan permukaan keras bagi suatu die yang terbuat dari stone, karena preparasi kavitas diisi dengan malam dan diukir sehimgga selaras dengan tipe-tipe die. Suatu instrumen yang tajam digunakan untuk tujuan ini, karenanya stone harus tahan terhadap abrasi. Rata-rata kekerasan permukaan kering dari stone tipe IV (stone die) kurang lebih 92, stone tipe III adalah 82. Ciri nya permukaan lebih keras dan kekuatan tekan 5000 psi, digunakan untuk pembuatan model restorasi.

Gambar 4 : Gipsum Tipe IV e. Stone Gigi, Kekuatan Tinggi, Ekspansi Tinggi (Tipe V) Ini merupakan produk gipsum yang dibuat akhir-akhir ini, dan memiliki kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibandingkan stone gigi tipe IV. Sebagai tambahan, ekspansi pengerasan ditingkatkan dari maksimal 0,10%-0,30%. Gipsum ini berwarna Orange dan digunakan untuk casting atau pembentukan positif logam.

Gambar 5: Gipsum tipe V 17

2.3.7 Sifat-Sifat Gipsum 1. Sifat kimia, menurut Craig dkk (1987)adalah: a. Solubility (daya larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang dilarutkan dengan 100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan dalam persen berat/volume. b. Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak gips kontak dengan air. Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut : 1. Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran .Gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan. Secara visual ditandai dengan hilangnya kemengkilatan. Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau. 2. Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah. 2. Sifat mekanis, menurut Craig dkk (1987) antara lain : a. Compressive strength (kekuatan tekan hancur) kekuatan gips berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa gips. Partikel dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk mencampur lebih sedikit jika dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk pencampuran plaster of paris. b. Tensile strength (daya rentang) Daya rentang dari gips sangat penting pada saat gips dikeluarkan dari bahan cetak. Karena tidak adanya sifat lentur pada gips, model akan cenderung patah. Daya rentang gips keras dua kali lebih besar dari pada gips lunak baik dalam keadaan basah maupun kering.

18

c. Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan daya tahan abrasi. Kekerasan permukaan gips berhubungan dengan kekuatan tekan hancur. Daya tahan abrsai meningkat dan meningkatnya kekuatan tekan hancur. Daya tahan terhadap abrasi maksimal didapat ada saat gips mencapai daya strength. Gips keras merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi tinggi.

19

BAB III CONCEPTUAL MAPPING

MATERIAL CETAK

ELASTIK (Hidrokoloid & Elastomer)

NON-ELASTIK (Gips & Malam)

STRUKTUR

SIFAT

KOMPOSISI

MANIPULASI

APLIKASI

20

BAB IV PEMBAHASAN

Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau ireversible, berdasarkan pada cara bahan cetak tersebut mengeras. Istilah ireversibel

menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi.Jadi bahan sudah tidak dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi. Misalnya hidrokoloid alginat , pasta cetak oksida eugenol, dan plaster of paris mengeras dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik mengeras dengan polimerisasi. Sebaliknya, reversible berarti bahan tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi perubahan kimia. Hidrokoloid reversible dan komponen cetak termasuk dalam kategori ini. Kompound cetak adalah campuran resin dan malam serta diklasifikasikan sebagai substansi termoplastik (Anusavice, 2003) . Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia Di alam, gips merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain. Secara kimia, gips yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihitrat (CaSO4.2H2O) murni. Jika gips tersebut dicampur dengan air, maka strukturnya berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat dan menimbulkan panas. Pada hakikatnya malam atau wax / liliin merupakan salah satu bahan yang memegang peranan penting di dalam ilmu bidang Kedokteran Gigi.Malam atau wax atau lilin dipergunakan sejak pertama kali di dunia Kedokteran Gigi sekitar abad 18, untuk tujuan pencatatan cetakan rahang yang tidak bergigi.Meskipun telah ditemukan bahan baru yang lainnya, malam masih digunakan dalam jumlah yang besar untuk keperluan klinik dan pekerjaan laboratorium.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut malam gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintetis (E.C. Combe, 1992).

21

Sebuah malam dental juga harus memiliki syarat-syarat tertentu sehingga malam tersebut mampu memenuhi kebutuhan baik itu malam yang digunakan secara direct ataupun indirect. Pada proses laboratorium malam dental digunakan dalam banyak kepentingan, dan penggunaannya disesuaikan dengan jenis malam dan sifat dari masing-masing malam dental (E.C. Combe, 1992).

22

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Bahan cetak, Gypsum dan malam berperan penting dalam kedokteran gigi dan mempunyai peran dan fungsi masing-masing sesuai kebutuhannya. 5.2 Saran 1. Seorang calon dokter gigi harus memahami pengertian, jenis, macammacam, dan persyaratan dari bahan cetak, malam, dan gypsum. 2. Seorang calon dokter gigi harus memahami pengaplikasian dari bahan cetak, malam, dan gypsum. 3. Seorang calon dokter gigi diharapkan mengikuti perkembangan cetak, malam, dan gypsum yang terus berubah penggunaannya seiring dengan perkembangan jaman.

23

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.Jakarta EGC. Hal: 157-158, 162, 167-169. Anonim. 2009. Gypsum Product. Yogyakarta: FKG UGM. Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th edition. United State of America : Mosby. Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka. Hayati, Kumala. 2003. Skripsi: Sifat-sifat wax dalam kedokteran gigi. Universitas Sumatra Utara:Medan. Web: http://repository.usu.ac.id. Date: 3 desember 2012. Time: 19:13:58. Juliatri. 2011. Malam kedokteran gigi / dental wax. PTI, PSKG FK UNSRAT. Irnawati, Dyah. 2009. Material Cetak. Yogyakarta: FKG UGM. Irnawati, Dyah. 2009. Wax. Yogyakarta: FKG UGM. Rinaldy, Riny Zoraya. 2009. Skripsi: Hubungan Elastisitas dengan Stabilitas Dimensional pada Bahan Cetak Siloxane. Universitas Sumatra Utara.web: http://repository.usu.ac.id. Date: 5 desember 2012. Time: 15:23. Hal: 11,17-21.

24

You might also like