You are on page 1of 11

HUKUM PERDATA DALAM JUAL BELI

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini indonesia sedang memasuki era pembangunan nasional, dimana dalam masa tersebut Indonesia harus melakukan suatu proses yang berkelanjutan yang harus senantiasa tanggap terhadap berbagai dinamika yang terjadi di masyarakatnya. Kemudian globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga memungkinkan perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi yang demikian pesat yang menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah memengaruhi lahirnya sistem jual beli baru. Indonesia menggunakan sistem baru dalam perdagangannya, yaitu jual beli online, sehingga pembangunan Teknologi Informasi dapat dilakukan secara optimal, merata, dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun disadari bahwa penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi harus terus dikembangkan untuk menjaga, memelihara, dan memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional berdasarkan Peraturan Perundangundangan demi kepentingan nasional, sebab pemanfaatan Teknologi Informasi berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional tersebut untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Akibat dari sistem baru yaitu jual beli online, terhadap hukum positif yang berlaku di indonesia, yaitu hukum perdata barat, maka terdapat beberapa hal yang perlu dikaji dan dibandingkan apakah pemanfaatan teknologi online dalam proses jual beli telah sesuai dengan hukum yang berlaku di indonesia kini. Maka atas dasar itulah makalah ini dibentuk, guna mengkaji apakah ketentuan-ketentuan dalam jual beli online sesuai dengan ketentuan hukum Indonesia. I.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian serta hukum jual beli dalam hukum perdata? 2. Apakah UU ITE No.11 tahun 2008 beserta pengaturannya terjkait dengan jual beli secara online ? 3. Bagaimana jual beli secara online ? 4. Bagaimana analisis hukum jual beli secara online ?

Bab II Jual Beli II.1 Pengertian Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPer adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Jual beli menurut pasal 1457 KUHPer adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan. Barang yang menjadi objek perjanjian jual beli harus cukup tertentu, setidak-tidaknya dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan diserahkan hak miliknya kepada si pembeli[1] Jual beli menurut Prof. R. Subekti adalah jual beli sebagai perjanjian timbal balik dimana pihak yang satu (penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang sedangkan pihak lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri dari atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak tersebut Unsur-unsur pokok (esensialia) jual beli berdasarkan pasal 1458 KUHPer adalah setelah orangorang tersebut sepakat tentang benda dan harganya, meskipun kebendaan tersebut belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar. Berdasarkan asas konsendualisme tersebut, ditegaskan bahwa perjanjian lahir dan mengikat cukup dengan kata sepakat saja dan sudah dilahirkan pada saat detik tercapainya konsensus sebagaimana dimaksudkan dalam pasal tersebut, sehingga bukan pada detik sebelumnya maupun sesudahnya. II.2 Kewajiban Para Pihak II.2.1 Penjual Kewajiban utama pihak penjual adalah : 1. Menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual belikan Kewajiban ini meliputi segala perbuatan yang menurut hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang yang diperjual belikan itu dari si penjual kepada si pembeli. Tiga macam penyerahan hak milik, adalah : a. Barang bergerak Berdasarkan pasal 612 KUHPer, untuk barang bergerak penyerahan cukup dengan penyerahan kekuasaan atas barang itu. Dari ketentuan ini, dapat dimungkinkan menyerahkan kunci saja (simbolik) kalau yang dijual adalah barang-barang yang disimpan dalam gudang, dan apabila barangnya sudah berada dalam kekuasaan si pembeli, penyerahan cukupdilakukan dengan suatu pernyataan saja b. Barang tetap (tidak bergerak) Berdasarkan pasal 616 KUHPer, penyerahan atau penunjukkan akan kebendaan tak bergerak dilakukan dengan pengumuman akan akta yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam pasal 620. Kemudian pasal 620 KUHPer menyatakan bahwa dengan memindahkan ketentuan-ketentuan termuat dalam tiga pasal yang lalu, pengumuman termaksud diatas dilakukan dengan memudahkan sebuah salinan otentik yang lengkap dari akta otentik atau keputusan yang bersangkutan ke kantor penyimpanan hipotik, yang mana dalam lingkungannya barang-barang tak bergerak yang harus diserahkan berada, dan dengan membukukannya dalam register.

c. Barang tak bertubuh (cessie) Berdasarkan pasal 613 KUHPer, yaitu penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya dilakukan dengan membuat sebuah akta otentik atau dibawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain 2. Menanggung kenikmatan tenteram atas barang tersebut dan menanggung terhadap cacat-cacat yang tersembunyi Merupakan konsekuensi dari jaminan yang oleh penjual diberikan kepada pembeli bahwa barang yang dijual dan deliver itu adalah sungguh-sungguh miliknya sendiri yang bebas dari suatu beban atau tuntutan dari suatu pihak. a. Gangguan yg ditunjukan kepada penguasaan secara tentang dan tentram yaitu dari pihak III atau ekstern (pasal 1429 s.d 1503 KUHPerdata ) 1. Gangguan karena adanya putusan pengadilan yg berisi hukuman untuk menyerahkan barang baik seluruhnya maupun sebagian. 2. Gangguan yang timbul karena adanya beban-beban berupa hak-hak pihak ke-3 atas barang b. Gangguan yang ditimbulkan karena adanya cacat tersembunyi. (Ps.1504 KUHPerdata) yang dipertanggungjawabkan kepada si penjual. Penjual diwajibkan menanggung cacat-cacat tersembunyi (meskipun ia sendiri tidakk tahu adanya cacad-cacad itu, kecuali diperjanjikan lain) pada barang yang dijualnya yang membuat barang tersebut tidak bisa dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan atau yang mengurangi pemakaian itu, sehingga, seandainya pembeli mengetahui cacat tersebut, ia sama sekali tidak akan membeli atau akan membeli dengan harga kurang. Penjual tidak diwajibkan menanggung terhadap cacad-cacad yang kelihatan. Penjual dan pembeli diperbolehkan dengan janji-janji khusus memperluas/mengurangi kewajiban-kewajiban yang ditetapkan oleh undang-undang seperti yang disebutkan diatas, bahkan mereka diperbolehkan mengadakan perjanjian bahwa si penjual tidak akan diwajibkan menanggung suatu apapun. Namun ini ada pembatasannya, yaitu sebgaai berikut[2] : 1. Meskipun telah diperjanjikan bahwa si penjual tidak akan menanggung sesuatu apapun, namun ia tetap bertanggung jawab tentang apa yang berupa akibat dari suatu perbuatan yang telah dilakukan olehnya; semua persetujuan yang bertentangan dengan ini adalah batal (pasal 1494 KUHPer) 2. Si penjual, dalam hal adanya janji yang sama, jika terjadi suatu penghukuman terhadap si pembeli untuk menyerahkan barangnya kepada orang lain, diwajibkan mengembalikan harga pembelian, kecuali apabila si pembeli ini pada waktu pengembalian dilakukan, mengetahui tentang adanya putusan hakim untuk menyerahkan barang yang dibelinya itu atau jika ia telah membeli barang itu dengan persyaratan tegas akan memikul sendiri untung ruginya (Pasal 1495 KUHPer) II.2.2 Pembeli Kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan ditempat yang telah ditetapkan dalam perjanjian dimana harga tersebut harus berupa sejumlah uang. II.3 Beralihnya Hak Milik Pasal 1459 KUHPer menyebutkan bahwa hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada si pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut pasal 612, 613, dan 616 KUHPer (telah dijelaskan diatas) II.4 Beralihnya Resiko II.4.1 Pengertian:

Kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang yang menjadi obyek perjanjian. II.4.2 Pengaturan 1. Pasal 1460 KUH Perdata mengenai barang tertentu, bahwa barang itu sejak saat pembelian adalah tanggungan si pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan dan si penjual berhak menuntut harganya 2. Pasal 1461 KUHPerdata mengenai barang yang dijual menurut berat, jumlah, atau ukuran 3. Pasal 1462 KUHPerdata mengenai barang-barang yang dijual menurut tumpukan II.5 Jual Beli dengan Hak Membeli Kembali Pasal 1519 jo Pasal 1532, bahwa kekuasaan utuk membeli kembali barang yang telah dijual diterbitkan dari suatu janji dimana si penjual diberikan hak untuk mengambil kembali barangnya yang telah dijual, dengan mengembalikan harga pembelian yang telah diterimanya, disertakan semua biaya yang telah dikeluarkan (oleh pembeli) untuk menyelenggarakan pembelian serta penyerahannya, begitu pula biaya-biaya yang perlu untuk pembetulan-pembetulan dan pengeluaran-pengeluaran yang menyebabkan barang yang dijual bertambah harganya[3]. Hak membeli kembali tidak boleh lebih dari 5 tahun, (Pasal 1520, 1521 KUHPer) II.6 Hak Reklame o Reklame berarti menuntut kembali (reclaim=inggris) o Apabila jual beli diadakan tanpa suatu janji bahwa harga barang boleh dianggsur atau dicicil dan pembeli tidak membayar harga tersebut maka selama barang tersebut masih berada di tangan pembeli, penjual dapat menuntut kembali barang tersebut, asala penuntutan tersebut dilakukan dalam jangka waktu 30 hari. o Pasal 1145 KUHPerdata (Buku II KUHPerdata) , hak reklame ini mngenai barang bergerak

Bab III UU ITE NO.11 TAHUN 2008 III.1 Pengertian Berdasarkan UU ITE No.11 th.2008 Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lain Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet III.2 Penggunaan Istilah dalam UU ITE No.11 th.2008 Info elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau alat cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah karena merupakan perluasan dari alat bukti hukum yang sah yang sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia dan sesuai dengan UU ITE Tidak berlaku pada surat beserta dokumennya yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta notaris atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta. Kecuali diperjanjikan lain, waktu pengiriman suatu Informasi elektronik dan/atau Dokumen elektronik ditentukan pada saat Informasi Elektronik dan/atau dokumen elektronik telah dikirim dengan alamat yang benar oleh pengirim ke suatu sistem elektronik yang ditunjuk atau dipergunakan penerima dan telah memasuki sistem elektronik yang berada di luar kendali pengirim. Disamping itu, kecuali diperjanjikan lain, waktu penerimaan suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik ditentukan pada saat informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik memasuki sistem elektronik dibawah kendali penerima yang berhak. Dalam hal penerima telah menunjuk suatu sistem elektronik tertentu untuk menerima informasi elektronik, penerimaan terjadi pada saat informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik memasuki sistem elektronik yang ditunjuk. Namun dalam hal terdapat dua atau lebih sistem informasi yang digunakan dalam pengiriman atau penerimaan Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik, maka :

1. Waktu pengiriman adalah ketika informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik memasuki sistem informasi pertama yang berada di luar kendali pengirim 2. Waktu penerimaan adalah ketika informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik memasuki sitem informasi terakhir yang berada dibawah kendali penerima. Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Data pembuatan tanda tangan elektronik terkait hanya pada penandatanganan 2. Data pembuatan tanda tangan elektronik pada saat proses penandatanganan elektronik hanya berada dalam penandatanganan 3. Segala perubahan terhadap tanda tangan elektronik yang terjadi setelah waktu penandatanganan dapat diketahui 4. Segala perubahan terhadap informasi elektronik yang terkait dengan tanda tangan elektronik tersebut setelah suatu penandatanganan dapat diketahui. 5. Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa penandatanganannya 6. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa penandatangan telah memberikan persetujuan terhadap informasi elektronik yang terkait. III.3 Larangan

1. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang : 1. Memilikimuatan yang melanggar kesusilaan 2. Memiliki muatn perjudian 3. Memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik 4. Memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman 5. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak : 1. Menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik 2. Menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat teretentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) 3. Mengirimkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi II.4 Transaksi Elektronik Penyelenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik maupun privat. Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalamkontrak elektronik mengikat para pihak, sehingga memiliki kewenangan: 1. Memilih hukum yang berlaku bagi Transaksi elektronik internasional yang dibuatnya, jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam transaksi elektronik internasional, hukum yang didasarkan pada asas hukum perdata internasional.[4]

2. Untuk menetapkan forum pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari transaksi elektronik internasional yang dibuatnya, jika para pihak tidak melakukan pilihan forum kewenangan pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari transaksi tersebut, didasarkan pada asas hukum perdata internasional Kecuali ditentukan lain oleh para pihak, transaksi elektronik terjadi pada saat penawarantransaksi yang dikirim pengirim telah diterima dan disetujui penerima. Persetujuan atau penawaran Transaksi elektronik ini harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik. Pengirim atau penerima dapat melakukan transaksi elektronik sendiri, melalui pihak yang dikuasakan olehnya, atau melalui agen elektronik. III.5 Penanggung Jawab 1. Jika dilakukan sendiri, segalaakibat hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi 2. Jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab pemberi kuasa,atau 3. Jika dilakukan melalui agen elektronik, segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara agen elektronik. Ketentuan ini tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksam kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna sistem elektronik.

Bab IV Analisis Jual beli secara online IV.1 Jual Beli Secara Online Dalam praktek jual beli secara online, terdapat beberapa tindakan yang berbeda dengan jual beli yang dilakukan secara tidak online. Tindakan-tindakan tersebut antara lain : 1. Antara penjual dan pembeli tidak melakukan tatap muka (secara langsung) 2. Kesepakatan dicapai secara tertulis dalam media elektronik\ 3. Dalam transaksi online, tanggung jawab (kewajiban) atau perjanjian dibagi kepada para pihak yang terlibat dalam jual beli tersebut 4. Sedikitnya ada empat pihak yang terlibat di dalam transaksi online. Pihak tersebut antara lain perusahaan penyedia barang (penjual), pembeli, perusahaan penyedia jasa pengiriman, dan jasa pembayaran 5. Dalam transaksi online terdapat bagian-bagian tanggung jawab pekerjaan yaitu untuk penawaran, pembayaran, pengiriman. Pada proses penawaran dan proses persetujuan jenis barang yang dibeli, maka transaksi antara penjual dan pembeli selesai. Penjual menerima persetujuan jenis barang yang dipilih dan pembeli menerima konfirmasi bahwa pesanan atau pilihan barang telah diketahui oleh penjual 6. Terdapat perjanjian-perjanjian khusus yang disepakati keduanya, diantara nya: 1. Barang dikirim setelah pembayaran dilunasi seluruhnya di muka

2. Barang yang telah diterima pembeli sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembeli dan lepas dari tanggung jawab penjual 3. Apabila terdapat cacad-cacad pada barang yang telah diterima, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembeli 4. Apabila setelah jangka waktu tertentu pembayaran tidak dilakukan, kesepakatan batal dan barang dialihkan pada pembeli lain Dalam transaksi jual beli dikenal proses pembayaran dan penyerahan barang. Konsep dari jual beli tersebut tetap ada dimana dengan adanya internet atau ecommerce hanya membuat transaksi jual beli atau hubungan hukum yang terjadi menjadi lebih singkat, mudah dan sederhana. Kapankan suatu perjanjian dalam transaksi e-commerce tersebut berlangsung, akan berhubungan dengan para pihak yang melakukan transaksi tersebut. Dalam transaksi jual beli biasa, perjanjian berakhir pada saat masing-masing pihak melakukan kewajibannya masingmasing, pembeli menyerahkan uang dan penjual menyerahkan barang. Dapat dikatakan bahwa transaksi antara penjual dan pembeli dalam tahapan persetujuan barang telah selesai sebagian sambil menunggu barang yang telah dipesan tadi tiba atau diantar ke alamat pembeli. Dalam transaksi yang melibatkan pihak bank, maka bank baru akan mengabulkan permohonan dari pembeli setelah penjual menerima konfirmasi dari Bank yang ditunjuk penjual dalam transaksi ecommerce tersebut. Setelah penjual menerima konfirmasi bahwa pembeli telah membayar harga barang yang dipesan, selanjutnya penjual akan melanjutkan atau mengirimkan konfirmasi kepada perusahaan jasa pengiriman untuk mengirimkan barang yang dipesan ke alamat pembeli. Setelah semua proses tersebut dilakukan, di mana ada proses penawaran, pembayaran, dan penyerahan barang maka perjanjian tersebut dikatakan selesai seluruhnya atau perjanjian tersebut telah berakhir. Pihak yang terkait langsung dalam transaksi paling tidak ada empat pihak yang terlibat, diatas telah disebutkan antara lain; penjual, pembeli, penyedia jasa pembayaran, penyedia jasa pengiriman. Sama seperti sahnya perjanjian/kontrak pada umumnya, keabsahan suatu transaksi elektronis sebenarnya tidak perlu diragukan lagi sepanjang terpenuhinya syaratsyarat kontrak[5].Dalam sistem hukum Indonesia, sepanjang terdapat kesepakatan diantara para pihak; cakap mereka yang membuatnya; atas suatu hal tertentu; dan berdasarkan suatu sebab yang halal, maka transaksi tersebut seharusnya sah, meskipun melalui proses elektronis. IV.2 Prinsip Jual Beli Secara Online Saat terjadinya transaksi dalam perjanjian secara online ini, terdapat beberapa teori diantaranya[6] : a. Teori Kehendak Dikaitkan dengan teori ini maka terjadinya kontrak adalah ketika pihak penerima menyatakan penerimaannya dengan menulis e-mail. b. Teori Pengiriman, Menurut teori ini terjadinya kontrak adalah pada saat penerima mengirim email. c. Teori Pengetahuan Menurut teori ini terjadinya kontrak adalah sejak diketahuinya e-mail dari penerima oleh penawar. d. Teori Kepercayaan Menurut teori ini kontrak terjadi pada saat pernyataan penerimaan tersebut

selayaknya telah diterima oleh penawar IV.3 Analisis Hukum Berdasarkan penjelasan pada bab I, maka : 1. Berdasarkan Jual beli menurut pasal 1457 KUHPer adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan, sehingga tidak ada pembatasan mengenai sarana apakah kesepakatan terjadi secara tatap muka langsung maupun tidak langsung, sehingga kesepakatan online ini sah selama syarat-syarat jual beli dipenuhi yaitu kesepakatan harga dan barang. 2. Berdasarkan pasal 612, 613, dan 616 KUHPer, penjual dapat menyerahkan barang dengan cara-cara tersebut. Untuk menunjang penyerahan barang tersebut, penjual dapat melibatkan pihak-pihak lain, yaitu perusahaan penyedia jasa pengiriman, dan jasa pembayaran, sehingga jual beli secara online ini memenuhi syarat penyerahan hak milih berdasarkan KUHPer. 3. Dalam kewajibannya, penjual memiliki kewajiban menanggung kenikmatan tenteran dan menanggung terhadap cacad-cacad tersembunyi. Namun dijelaskan pula bahwa penjual dan pembeli dapat melakukan perjanjian bahwa si penjual tidak akan diwajibkan menanggung sesuatu apapun. Berdasarkan hal ini, maka penjualan online yang memiliki perjanjian khusus seperti ini diperbolehkan, selama pembatasannya (seperti yang diungkapkan pada bab I) terpenuhi. 4. Dalam kewajibannya, pembeli memiliki kewajiban untuk memabayar,sehinggaapabila dalam kurun waktu tertentu (apabila telah diperjanjikan sebelumnya) pembeli tidak membayar, maka perjanjian dapat dibatalkan akibat pembeli melakukan wanprestasi tersebut dan penjual berhak mengalihkan dagangannya kepada pembeli lain. 5. Mengenai resiko sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 1460, 1461, 1462 KUHPer, maka selama barang belum deliver maka resikoditanggung epnjual, namun setelah barang deliver maka resiko ditanggung pembeli. 6. Hak reklame, sebagaimana diterangkan bahwa penjual dapat menuntut kembali barang itu sebagai miliknya dari tangan pembeli, sehingga hak reklame inipun berlaku dalam jual beli online. 7. Dikarenakan jual beli online menggunakan sarana media elektronik, maka seluruh ketentuan dalam UU ITE No.11 th.2008,berlaku.

Bab V Penutup Dalam dunia yang serba cepat dan modern saat ini perkembangan teknologi merupakan salah satu hal yang tidak bisa kita elakkan, globalisasi merupakan syarat dalam mengikuti perkembangan dunia. Perkembangan teknologi memberikan kemudahan tersendiri dalam melakukan aktifitas-aktifitas termasuk dalam melakukan transaksi jual beli. Jual beli secara konvensional telah didampingi dengan transaksi jual beli yang dilakukan secara elektronik melalui media komputer. Dalam kaitannya dengan jual beli dalam hukum perdata, maka pengaturan didasarkan pada beberapa pasal dalam KUHPerdata, dan unsur-unsur dalam pasal tersebut telah terpenuhi dalam transaksi jual beli secara online dengan penjelasan yang telah dikemukakan. Selain itu, karena jual beli secara online tersebut menggunakan saranan media elektronik, maka UU ITE No.11 th.2008 berlaku, sehingga pengaturan dalam transaksi jual beli trsebut menjadi lebih kompleks, namun pendayagunannya justru lebih mudah dan fleksibel dibandingkan jual beli secara tidak online. Penulis berharap dengan semakin berkembangnya teknologi, tidak menghambat perkembangan sistem jual beli menjadi secara online, namun tetap dibatasi oleh hukum yang berlaku di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Raharjo handri, Buku pintar transaksi jual beli dan sewa menyewa, cet. Kesatu (Jakarta:Penerbit Pustaka Yustisia, 2010) Subekti R, Aneka perjanjian, cet. Kesepuluh (Jakarta:Penerbit PT.Citra Aditya Bakti, 1995) Opcit, Supancana. ://202.183.1.26:2121/pls/PORTAL30/indoreg.irp_analysis, Supancana, B.R. DRI, Kekuatan Akta Elektronis Sebagai Alat Bukti Pada Transaksi E-commerce Dalam Sistem Hukum Indonesia, , 2003

You might also like