You are on page 1of 26

SKENARIO F BLOK 23 2014 Mrs. Lina, 29 years old, attends the primary health centre with her husband.

They have been trying to get pregnant for 3 years but failed. She has regular menstrual cycles, every 28 days. There was no history of intermenstrual or postcoital bleeding. There was no pain during her period, no contraception used, no history of drug consumption (including alcohol and tobacco). She didnt have previous abdominal surgery, no history of allergies, no pelvic infection, and no chronic disease. Her husband (32 years old) is bank employee. He had no history of mumps and medication for any disease. He was not smoking and no alcohol consumption. He also didnt have any allergies. This couple enjoyed regular intercourse. You act as the doctor in the clinic and be pleased to analyse this case. In the examination findings: Wife Height = 160 cm; Weight 55 kg; BMI = 21 kg/m; Blood pressure = 1110/70 mmHg; Pulse = 80x/m; RR= 18x/m. Palpebral conjuctiva looked normal, no exophthalmus, no sign of hirsutism,no thyroid enlargement, no galactorhoea, secondary sexual characteristics are normal. External examination: abdomen flat and souffl, symmetric, uterine fundal not palpable, there are no mass, pain tenderness and free fluid sign.

Internal examination : Speculum ecamination: portio not livide, external os closed, no fluor, no fluxus, there are no cervical erotion, laceration or polyp. Bimanual examination: cervix is firm, ther external os closed, uterine size normal, both adnexa and parametrium within normal limit. Laboratory examination: Hb 12 g/dL; WBC 8.000/mm3 ; RBC 4,3x106/MM3; Ht 36 vol%; platelets 250.000/mm3; ESR 15 mm/hour; blood type A Rh (+); blood film: Normal. Urine: Normal *ultrasound: normal internal genitalia; sonohysterography: normal uterine and both tubal patency. Postcoital test: normal

Husband Height = 176 cm; weight 72 kg; BMI = 23 kg/m2; Blood pressure= 120/80 mmHg; Pulse = 76 x/m; RR = 20x/m. Palpebral conjunctiva looked normal, no exopthalmus, no thyroid enlargement, no gynecomastia, secondary sexual characteristic are normal.

External ecamination: abdomen flat and tender, symmetric no sign hepatomegaly and inguinal hernia Genitalia ecamination: Penis: normal; testes: normal size and volume; scrotum: no varicocele. Laboratyory examination: Hb 14 g/dL; WBC 8.000/uL; RBC 4,3x106/uL; Ht 42 vol%; platelets 350.000/uL; ESRR 6 mmm/hour; blood tupe O Rh (+); blood film; normal. Blood chemistru: normal. Hormonal: FSH, LH and testoterone level: normal Urine: normal Semen analysis: volume 4,5 ml; sperm cocentration 0,1x106/ml; motility 22% forward progression, 15% rapid forward progression; morphology 5% with normal forms. Outer Examination : Fundal height 32 cm, normal presentation. FHR : 150X/m Lab : Hb 11,2 g/dL; She had 2+ protein on urine, cylinder (-) KLARIFIKASI ISTILAH 1. Menstruation cycle: Proses kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin dimana terjadi perdarahan periodic pada uterus yang di mulai sekitar 14 hari setelah ovulasi akibat lepasnya dinding endometrium. 2. Intermesntual bleeding: perdarahan disaat masa tidak menstruasi. 3. Post coital bleeding: perdarahan pasca senggama. 4. Contraception: pencegah kehamilan 5. Mumps: penyakit akut dan menular yang disebabkan untuk paramikso virus terutama menyerang anak anak mengenai kelenjar ludah (parotis) 6. Regular intercourse: segganma yang teratur. 7. Hirsustism: pola distribusi rambut yang abnormal pada wanita 8. Galagtorrhea: aliran air susu ang berlebihan/spontan yang tidak berhubungan dengan menyusui 9. Secondary sexual characteristic 10. Free fluid sigh: tanda cairan bebas pada abdomen 11. Fluor: keluar cairan (selain darah) dari jalan lahir 12. Fluxus: aliran/pengeluaran berlebihan 13. Sonohysterography: pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan pada rongga rahim dan saluran telur 14. Post coital test: uji dimana sekresi serviks diperoleh setelah hubungan seksual dan dianalisa dibawah mikroskop untuk melihat masalah interaksi dengan sprema dari lendir serviks 15. Gynecomastia: perkemangan kelenjar susu laki laki yang berlebihan bahkan sampai pada tingkat fungsional 16. Varicocele: varikositas atau pelebaran plexus pampiriformis pada funikulus spermatikus yang membentuk benjolan skrotum seperti kantong cacing.

IDENTIFIKASI MASALAH 1. Mrs. Lina, 29 years old, attends the primary health centre with her husband. They have been trying to get pregnant for 3 years but failed. (VVV) 2. She has regular menstrual cycles, every 28 days. There was no history of intermenstrual or postcoital bleeding. There was no pain during her period, no contraception used, no history of drug consumption (including alcohol and tobacco). She didnt have previous abdominal surgery, no history of allergies, no pelvic infection, and no chronic disease. 3. Her husband (32 years old) is bank employee. He had no history of mumps and medication for any disease. He was not smoking and no alcohol consumption. He also didnt have any allergies. This couple enjoyed regular intercourse. 4. In the examination findings: Wife Height = 160 cm; Weight 55 kg; BMI = 21 kg/m; Blood pressure = 1110/70 mmHg; Pulse = 80x/m; RR= 18x/m. Palpebral conjuctiva looked normal, no exophthalmus, no sign of hirsutism,no thyroid enlargement, no galactorhoea, secondary sexual characteristics are normal. External examination: abdomen flat and souffl, symmetric, uterine fundal not palpable, there are no mass, pain tenderness and free fluid sign. Internal examination : Speculum ecamination: portio not livide, external os closed, no fluor, no fluxus, there are no cervical erotion, laceration or polyp. Bimanual examination: cervix is firm, ther external os closed, uterine size normal, both adnexa and parametrium within normal limit. Laboratory examination: Hb 12 g/dL; WBC 8.000/mm3 ; RBC 4,3x106/MM3; Ht 36 vol%; platelets 250.000/mm3; ESR 15 mm/hour; blood type A Rh (+); blood film: Normal. Urine: Normal *ultrasound: normal internal genitalia; sonohysterography: normal uterine and both tubal patency. Postcoital test: normal Husband Height = 176 cm; weight 72 kg; BMI = 23 kg/m2; Blood pressure= 120/80 mmHg; Pulse = 76 x/m; RR = 20x/m. Palpebral conjunctiva looked normal, no exopthalmus, no thyroid enlargement, no gynecomastia, secondary sexual characteristic are normal. External ecamination: abdomen flat and tender, symmetric no sign hepatomegaly and inguinal hernia Genitalia ecamination: Penis: normal; testes: normal size and volume; scrotum: no varicocele. Laboratyory examination: Hb 14 g/dL; WBC 8.000/uL; RBC 4,3x106/uL; Ht 42 vol%; platelets 350.000/uL; ESRR 6 mmm/hour; blood tupe O Rh (+); blood film; normal. Blood chemistru: normal. Hormonal: FSH, LH and testoterone level: normal Urine: normal Semen analysis: volume 4,5 ml; sperm cocentration 0,1x106/ml; motility 22% forward progression, 15% rapid forward progression; morphology 5% with normal forms.

Outer Examination : Fundal height 32 cm, normal presentation. FHR : 150X/m Lab : Hb 11,2 g/dL; She had 2+ protein on urine, cylinder (-)

ANALISIS MASALAH 1. Mrs. Lina, 29 years old, attends the primary health centre with her husband. They have been trying to get pregnant for 3 years but failed. a. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari system reproduksi (spermatogenesis dan oogenesis)? ANATOMI SISTEM REPRODUKSI PRIA Primer Eksternal; scrotum dan penis (supporting structure) Internal; Testis Duct System; duct of testis (straigh tubule, rete testis, efferent duct, epididymis duct), epididymis, ductus deferens, permatic cord, ejaculatory duct, urethra. Accessory sex glands; seminal vesicle, prostate, bulbourethral gland. Sekunder; muscular, pertumbuhan skeletal, narrow hips, pubic, axillary, facial, chest hair, penebalan kulit, peningkatan sekresi kelenjar sebaceous, larynx, suara. 1. SCROTUM Scrotum merupakan pendukung struktur untuk testis, dan merupakan kantong longgar yang tersusun dari kulit, superficial fasia yang menggantung dari akar penis dan menopang testis di luar tubuh. Secara eksternal, scrotum terlihat seperti kantung tunggal yang dipisahkan menjadi 2 bagian lateral oleh median ridge, yang disebut raphe. Secara internal, scrotal septum membagi scrotum menjadi 2 lobus, masing-masing berisi single testis. Septum tersebut tersusun dari superficial facia dan jaringan otot polos yang disebut dartos muscle. Bersama dengan testis didalam scrotum terdapat jaringan otot rangka yang dinamakan cremaster muscle. Lokasi scrotum dan kontraksi otot fiber mengatur temperatur testis. Suhu normal: 2-3C di bawah suhu tubuh.

2. PENIS Penis berfungsi untuk ejakulasi dan tempat keluarnya urin. Penis terdiri dari tiga bagian yaitu root, body, dan glans penis yang membesar dan banyak mengandung ujung-ujung saraf sensoris. Root dari penis terdiri dari bulb of penis dan crura of penis. Body penis dibentuk dari 3 masa silindris jaringan erektil, masing-masing dikelilingi jaringan fibrosa yang dinamakan tunica albuginea, yaitu; 1. 2 dorsolateral mass yang dinamakan corpora cavernosa. 2. smaller midventral mass yang dinamakan corpus spongiosum, berisi spongy urethra dan tetap terbuka selama ejakulasi. Jaringan erektil merupakan sejumlah bood sinus (vascular space) dilapisi endothelial cell dan dikelilingi smooth muscle dan jaringan ikat elastic. Corpus spongiosum uretra melebar pada ujungnya membentuk glans penis. Corona merupakan ujung proksimal glans penis. Bagian distal urethra membesar di dalam glans penis dan membentuk external urethral orifice. Lapisan kulit penutup glans penis adalah prepuce/foreskin yang merupakan bagian yang diambil pada saat circumcision. Sebagian besar uretra penis dilapisi oleh epitel bertingkat silindris, tetapi dalam glans penis menjadi epitel berlapis gepeng.

3. TESTES Terdapat sepasang, bentuknya ovale dan berada di dalam scrotum. Panjangnya sekitar 5 cm, diameternya sekitar 2,5 cm, massanya 10-15 gram. Perkembangannya dimulai dekat ginjal di posterior abdomen. Terdiri dari; Tunica vaginalis, merupakan serous membran yang berasal dari peritoneum dan menutupi sebagian testis. Terdapat cairan yang dinamakan hydrocele. Tunica albuginea, letaknya lebih interna dari tunica vaginalis. Memanjang ke dalam, membentuk septa yang membagi testes menjadi ruang-ruang yang dinamakan lobules. Lobul-lobul tersebut terdapat 1-3 coiled tubule yang dinamakan tubulus seminiferous. Tubulus seminiferous ini memproduksi sperma spermatogenesis. Terdiri dari 2 sel; 1. sel spermatogenic: sel yang membentuk sperma. 2. sel sertoli, supporting spermatogenesis, membentuk blood-testis barrier, memberi nutrisi untuk spermatocyte, Spermatids dan sperm, memfagositosis kelebihan sitoplasma seiring

dengan perkembangan sel spermatogenic, mengontrol pergerakan spermatogenic sel, mengontrol pelepasan sperma ke lumen tubulus seminiferous, produksi cairan untuk transport sperma, sekresi hormone inhibin, memediasi efek hormon testosteron dan FSH Space antara perbatasan tubulus seminiferous dinamakan sel leydig, yang berfungsi mensecret testosteron.

DUCT OF TESTES Straight tubules Rete testis Efferent duct Ductus epididymis Fungsi: membawa sperma matur dari testis ke bagian eksterior tubuh. DUCTUS EFFERENT Dari testis berhubungan dengan ductus epididimis, dan bagian superior epididimis yang dinamakan head epididimis. DUCTUS EPIDIDIMIS Panjangnya sekitar 6 cm,dengan garis berepitel columnar berlapis dan dikelilingi smooth muscle. EPIDIDYMIS Merupakan tuba terlilit yang panjangnya 4 - 6 meter yang terletak sepanjang posterior testis. Epididimis berfungsi menyimpan sperma dan mampu mempertahankannya sampai enam minggu. Selama enam minggu tersebut sperma akan menjadi matur sempurna dan mampu melakukan fertilisasi. Selama eksitasi seksual, lapisan otot polos dalam dinding epididimis berkontraksi untuk mendorong sperma ke dalam duktus deferens. Pada bagian permukaan terdapat epitel columnar yang bersterocilia, yang berfungsi reabsorpsi degenerasi sperma. DUCTUS DEFERENS Adalah kelanjutan epididimis, duktus ini adalah tuba lurus yang terletak dalam spermatic cord, mengandung pembuluh darah, pembuluh limfa, saraf, otot dan jaringan ikat. Ductus deferens memanjang dari posterior epididymis melewati inguinal canal masuk ke pelvic cavity, bagian terminal ductus deferens dilatasi, dinamakan ampulla.

1.

Mucosa dari ductus deferens berisi epitel columnar berlapis dan lamina propia (areolar connective tissue). 2. Muscularis, 3 lapis smooth muscle; inner (longitudinal) middle (circular) outer (longitudinal) Fungsi: menghantarkan sperma selama sexual arousal dari epididymis ke urethra oleh kontralsi peristaltic dan penyimpana sperma. Ductus ini bergabung dengan ductus ejaculator. DUCTUS EJACULATORY Panjangnya 25 cm, menyatukan seminal vesicle dan ampulla ductus deferens posterior yang kemudian membentuk bagian superior prostat yang berakhir di prostatic urethra. Fungsinya sebagai tempat ejeksi sperma sebelum pengeluaran semen dari urethra ke exterior. URETHRA Merupakan terminal duct dari reproduksi dan urinary system pada pria, tempat keluar urine dan semen. Panjangnya 20 cm melewati prostat, muscle perineum dan penis. Merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari 3 bagian; 1. prostatic urethra, panjangnya 2-3 cm melewati prostat. 2. membranous urethra, panjangnya lewat corpus spongiosum penis 3. external urethral orifice.

Prostate Ampulla Seminal vesicle Ejaculatory duct Urethra Penis Corpus cavernosum Corpus spongiosum Prepuce Glans penis Epididymis Testicular lobules Ductus deferens Ductus Epididymis Ductuli Efferentes

Tubuli recti

Rete testis

3. ACCESSORY SEX GLANDS Fungsinya menghasilkan sebagian besar komposisi cairan semen. SEMINAL VESICLE Panjangnya sekitar 5 cm, berada di posterior urinary bladder dan anterior rectum. Bentuknya berbelit seperti kantung. Secretnya:

Alkaline, untuk netralisasi lingkungan asam pada urethra pria dan wanita. Fructose, untuk produksi ATP untuk sperma. Prostaglandin, berperan pada sperma motility dan kelangsungan hidup sperma, stimulasi kontraksi smooth muscle dalam reproductive tract pada wanita. Protein clotting, untuk koagulasi semen. Secara normal, menghasilkan 60% dari cairan semen. PROSTATE Letaknya di inferior urinary bladder, mengelilingi prostate urethra., bentuknya seperti donat. Ukuran prostate akan bertambah dari lahir sampai masa puberty, dan akan membesar sampai dengan 30 tahun. Secretnya: milky, cairan sdkt asam (pH 6,5). Citric acid, sperma untuk produksi ATP lewat siklus krebs. Enzim proteolitik Asam phosphat Seminal plasmin, antibiotik untuk menghancurkan bakteri, sperma motility dan viability. Menghasilkan 25% dari cairan semen. BULBOURETHRAL GLANDS Bentuknya seperti kacan. Selama timbul seksual, kelenjar bulbourethral secret cairan alkaline ke dalam urethra yang melindungi berlalunya sperma san netralisasi asam dari urine dalam urethra. Juga mensecret mucus untuk lubrikasi di ujung penis dan jalur urethra, mengurangi kerusakan sperm pada saat ejaculasi. SEMEN Merupakan campuran sperma dan seminal fluid. Sekresinya di tubulus seminiferous, seminal vesicle, prostate, dan bulbourethral gland. Volumenya sekitar 2,5 - 5L, terdiri dari 50-150 juta sperma/mL. Jika jumlah sperma di bawah 20 juta/mL menandakan infertility. Semen bersifat basa pH nya sekitar 7,2-7,7. Sekali ejakulasi, cairan semen berkoagulasi dalam waktu 5 menit karena mengandung clotting protein dari seminal vesicle. Kemuadian dalam 20-30 menit kembali mencair karena adanya prostate-specific antigen (PSA) + enzim proteolitik.

FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA EREKSI

EJAKULASI

HPT axis Penjelasan gambar : Hypotalamus mensekresi GnRH dan merangsang anterior pituitary untuk menghasilkan dua Gonadotropin yakni LH dan FSH.. Setelah itu LH yang dihasilkan akan menjadi stimulus sekresi testosterone yang selanjutnya pada sel leydig mensekresikan testosterone. Lalu terbentuklah testosterone, akam tetapi testosterone ini bias juga menyebabkan feedback tergantung dari jumlah testosterone yang tersedia ke anterior pituitary dan hypothalamus. Pada beberapa sel target, testosterone dikonversi menjadi DHT (karena lebih aktif pada jaringan target) oleh 5-alpha reduktase

Setelah itu testosterone akan mendukung FSH yang merangsang sel sertoli sekresi ABP (androgen binding protein), setelah itu ABP dilepaskan ke lumen tubulus seminiferus dan ke intertisial fluid di sekitar sel spermatogenic, ABP berikatan dengan testosterone untuk menjaga konsentrasi testosterone tetap tinggi, setelah itu menstimulasi tahap akhir spermatogenesis di tubulus seminiferus. testosterone

Akan tetapi pada sel sertoli jika spermatogenesis sudah tercapai sel sertoli melepaskan inhibin dan akan melakukan feedback negative yang hanya ke anterior pituitary untuk menginhibisi dari FSH. Dan apabila spermatogenesis prosesnya menjadi lambat, inhibin akan dikeluarkan sedikit , sehingga FSH meningkat dan meningkatkan tingkat spermatogenesis.

SPERMATOGENESIS dan SPERMIOGENESIS

Pada proses spermatogenesis terjadi proses-proses dalam istilah sebagai berikut : Spermatositogenesis (spermatocytogenesis) adalah tahap awal dari spermatogenesis yaitu peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi spermatosit primer (mitosis), selanjutnya spermatosit melanjutkan pembelahan secara meiosis menjadi spermatosit sekunder dan spermatid. Istilah ini biasa disingkat proses pembelahan sel dari spermatogonium menjadi spermatid. Spermiogenesis (spermiogensis) adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi sperma yang dewasa. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari. Terbagi menjadi tahap 1) Pembentukan golgi, axonema dan kondensasi DNA, 2) Pembentukan cap akrosom, 3) pembentukan bagian ekor, 4) Maturasi, reduksi sitoplasma difagosit oleh sel Sertoli. Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli ke lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum memiliki kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Sperma non motil ini ditranspor dalam cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju epididimis karena kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu bergerak dalam saluran epidimis namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan karena motilitas sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot saluran.

Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya: a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon/FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon/LH). b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis. d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

OOGENESIS Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer. Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.

Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Oogenesis Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya: Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya aksis hipothalamus-hipofisisovarium. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone). FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormon progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa pubertas, progesteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu. Mekanisme umpan balik positif dan negatif aksis hipothalamus hipofisis ovarium. Tingginya kadar FSH dan LH akan menghambat sekresi hormon GnRH oleh hipothalamus. Sedangkan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dapat menstimulasi (positif feedback, pada fase folikuler) maupun menghambat (inhibitory/negatif feedback, pada saat fase luteal) sekresi FSH dan LH di hipofisis atau GnRH di hipothalamus. b. Apa makna dari gagal hamil selama 3 tahun? Infertilitas : Sepasang suami istri yang belum memiliki keturunan selama lebih dari satu tahun tanpa disengaja atau memakai alat kontrasepsi. c. Apa saja kemungkinan penyebab atau factor infertilitas? A. Faktor pria 1. Pretesticular - Endokrin (Hypogonadothropic dan Hypogonadism) - Coital disorder (Disfungsi erektil dan ejaculatory failure) 2. Post tersticular - Obstruktif a. Epididimis( congenital dan infeksi ) b. Vasal ( genetic dan penyakit yang didapat ex. Vasectomy) - Epididimiis hostility ( asthenozoospermia) - Accessory gland infection - Immunologic 3. Testicular - Genetik ( Klinefelter, Y kromosom deletion, Immotile cilia syndrome) - Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. - Congenital - Infection - Antispermatogenic agent - Vascular ( Varicocele dan Torsio) - Immunologi - Idiopathic 4. Infertilitas Sebagai Komplikasi Penyakit Lain B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Faktor wanita : Menurunnya sel primordial apada ovarium Kelainan ovulasi Terjadinya injury pada oviduct(tersumbat,paratubal adhesion,ataupun endometrium) Faktor kelinan pada uterus Kondisi sistemik(infeksi atau penyakit kronik) Faktor immunologi atu cervical Faktor unexplained

Terminologi sperma dan keabnormalannya : Istilah Normozoospermia Oligospermia Mild to moderate Severe Asthenozoospermia Tetatozoospermia Oligoasthenoteratozoospermia Azoospemia Aspermia Leukocytospermia Necrozoospermia

Pengertian Sperma yang normal Jumlah semen yang menurun 5-20 juta per ml semen <5 juta per ml semen Penurunan motilitas sperma Peningkatan bentuk abnormal sperma Perpaduan no.2,3,4 Tidak ada sperma dalam semen Anejakulation Peningkatan sel darah putih pada semen Tidak ada sperma yang hidup dan motile pada semen

d. apa saja klasifikasi dari infertilitas? 1. Infertility primer : Infertility yang tidak pernah terjadi kehamilan sebelumnya.

2. Secondary infertility : Infertility yang sebelumnya pernah terjadi kehamilan,walaupun janin tidak lahir. 3. Fecundability siklus mensteruasi 4. Fecundity dalam satu siklus : Mempunyai kemungkinan untuk terjadi kehamilan dalam satu : Kemampuan menghasilkan keturunan secara cepat dan banyak

2. She has regular menstrual cycles, every 28 days. There was no history of intermenstrual or postcoital bleeding. There was no pain during her period, no contraception used, no history of drug consumption (including alcohol and tobacco). She didnt have previous abdominal surgery, no history of allergies, no pelvic infection, and no chronic disease. a. Bagaimana siklus menstruasi yang teratur? Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut : Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus. Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi

menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu: 1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah 2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi) 3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

Daur Menstruasi

Masa Subur Masa subur adalah masa dimana akan terjadi kehamilan pada saat fertilisasi. Pada masa itulah, sel telur yang dihasilkan berada dalam keadaan siap untuk dibuahi.

b. Apa makna dari tidak ada perdarahan intermenstrual dan post coital ? Perdarahan intermenstrual, biasanya akibat dari :

Wanita-wanita yang berovulasi secara normal dapat mengalami perdarahan ringan (adakalanya dirujuk sebagai "spotting") diantara periode-peiode menstruasi. Metodemetode pengontrolan kelahiran secara hormon begitu juga penggunaan IUD untuk

kontrasepsi mungkin adakalanya menjurus pada perdarahan yang ringan diantara periode-periode. Stres kejiwaan, obat-obat tertentu seperti obat-obat anticoagulant, dan fluktuasi-fluktuasi pada tingkat-tingkat hormon mungkin semuanya adalah penyebabpenyebab perdarahan rigan diantara periode-periode. Kondisi-kondoisi lain yang menyebabkan perdarahan menstruasi abnormal, atau perdarahan pada wanita-wanita yang tidak berovulasi secara teratur dapat juga adalah penyebab dari intermenstrual bleeding. Perdarahan post coital :Perdarahan vagina mungkin terjadi selama atau setelah hubungan seksual untuk sejumlah sebab-sebab termasuk:

Luka-luka pada dindng vagina atau introitus (mulut vagina) selama hubungan seksual Infeksi-infeksi (contohnya, gonorrhea, chlamydia, infeksi-infeksi ragi) dapat menjadi penyebab dari perdarahan vagina setelah hubungan seksual. Tingkat-tingkat estrogen yang menurun pada wanita-wanita peri-menopause atau postmenopause mungkin menyebabkan lapisan dari kandungan untuk menjadi menipis dan meradang atau terinfeksi secara mudah, dan perubahan-perubahan ini dapat dihubungkan dengan perdarahan vagina setelah hubungan seksual. Luka-lika anatomi, seperti tumor-tumoratau polip-polip pada leher rahim (cervix) atau dinding vagina mungkin menjurus pada perdarahan vagina selama atau setelah hubungan seksual.

Wanita-wanita yang mengalami perdarahan vagina selama atau setelah hubungan seksual harus selalu mengunjungi dokter mereka untuk menentukan penyabab dari perdarahan. Makna pada kasus : Tidak adanya perdarahan intermenstrual dan post coital serta siklus menstruasi yang teratur menandakan tidak adanya gangguan ovulasi istri, ketidakseimbangan hormone, keganasan, infeksi, maupun kelainan anatomis yang berkontribusi terhadap infertilitas pasangan. c. Apa makna tidak menggunakan kontrasepsi, tidak ada nyeri haid, dan tidak ada riwayat konsumsi obat? Kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Biasanya wanita menggunakan kontrasepsi untuk menunda kehamilan pertamanya dahulu atau menjarangkan kelahiran dengan anak berikutnya. Nyeri haid bisa saja fisiologis tapi jika tidak bisa di atasi biasanya diakibatkan oleh kista. Pada umumnya kista bersifat jinak, berukuran kecil, dan tidak berpengaruh terhadap kesuburan. Kista akan membahayakan manakala ukurannya sudah besar. Seseorang bisa saja hamil, meski ada kista dalam indung telurnya. Lagipula ovarium seorang perempuan ada sepasang. Jika salah satunya terganggu dan tidak berfungsi, masih ada satu lagi sehingga kehamilan masih dapat terjadi. Kista endometriosis mengganggu kesuburan karena secara mekanik dapat mengakibatkan perlengketan-perlengketan. Adanya perlengketan menyebabkan proses ovum pick-up (lepasnya sel telur yang telah matang), sehingga sulit ditangkap fimbriea (ujung tuba falopi). Akibatnya, pembuahan sulit terjadi. Selain itu, adanya kista endometriosis secara imunologis kesuburan juga terhambat karena timbulnya reaksi-reaksi kekebalan mengganggu fungsi sel telur, sperma, dan embrio secara alami. Makna pada kasus : Tidak adanya penggunaan kontrasepsi, nyeri saat haid, serta konsumsi obat menandakan tidak adanya hambatan proses fertilisasi factor ibu maupun efek infertilitas akibat obat.

d. Apa makna riwayat tidak pernah operasi abdomen, tidak ada alergi, tidak ada infeksi pelvis, dan tidak ada penyakit kronik? Adanya operasi biasanya menyisakan jaringan parut. Menderita jaringan parut pada saluran tuba atau dalam uterus. Jaringan parut tersebut dapat mengganggu perjalanan sperma dan mengganggu sel telur yang telah dibuahi menempel pada uterus. Tidak ada factor istri dalam kontribusi infertilitas pasangan. 3. Her husband (32 years old) is bank employee. He had no history of mumps and medication for any disease. He was not smoking and no alcohol consumption. He also didnt have any allergies. This couple enjoyed regular intercourse. a. Apa hubungan mumps, obat-obatan, rokok dan alcohol terhadap infertilitas? Mumps adalah infeksi virus yang mengenai kelenjar parotid (salah satu kelenjar ludah), yang lokasinya dibawah dan didepan telinga, sehinggga menimbulkan pembengkakan pada satu atau kedua2 kelenjar tersebut. Komplikasinya jarang terjadi tetapi serius. Komplikasi mumps berpotensi serius, tetapi jarang salah satunya Orchitis yaitu perdangan pada testis (buah zakar), bisa satu atau keduanya. Testis membengkat dan nyeri. Testis yang meradang menurunkan produksi sperma dan kadang-kadang menimbulkan jaringan parut yang menghalangi jalannya sperma. Bisa menyebabkan kerusakan testis dan menjadi steril (tidak mampu menghasilkan sel sperma). Obat-obatan Seperti obat steroid androgenik, meniru testosteron dalam tubuh untuk meningkatkan kinerja dengan
membuat sel-sel otot yang lebih besar dan dengan memungkinkan tubuh untuk pulih lebih cepat dari stres latihan, akan menurunkan sekresi gonadotrophin. Tubuh akan mendeteksi kadar androgen

yang tinggi sehingga memberikan feedback negative dan release GnRH untuk memproduksi androgen berkurang. Efek lainnya tubuh terbiasa mendapat injeksi dari luar (tidak memproduksi sendiri), maka tubuh akan mengalami penurunan menghasilkan GnRH, yang juga berpengaruh terhadap turunya androgen. Penurunan androgen seperti testosterone dapat mengganggu proses spermatogenesis. Obat tertentu memiliki dampak negatif terhadap organ reproduksi pria dan wanita. Sebagai contoh : steroid, antihipertensi, dan antidepressan. ESO yang paling sering adalah menurunnya libido. Namun, obat-obat tersebut juga dapat menyebabkan : Penurunan jumlah sperma Disfungsi erektil Iregularitas menstruasi Obat-obatan seperti sulfasalazine, cimetidine, dan nitrofurantoin bisa menjadi gonadotoxin yang tentunya akan mempengaruhi kerja gonad. -Sulfasalazine dan nitrofurantoin -> berdampak pada motilitas sperma -Steroid anabolic, simetidin, dan spironolactone -> berdampak pada siklus reproduksi pria -Fenitoin -> menurunkan kada FSH Merokok Wanita: Rokok mengandung ratusan bahan toksik, seperti nikotin, CO, bahan-bahan karsinogenik dan mutagenik dapat menyebabkan uterotuba lebih bergelombang dan tonusnya meningkat, hal inilah yang juga menyebabkan kehamilan ektopik bisa terjadi karena ovumnya susah mencapai cavum uteri secara kan jalannya menjadi terlalu bergelombang. Nikotin juga diketahui merusak reaksi desidua (vaskularisasi sebagai respon adanya penempelan blastokist pada endometrium), menghambat pembelahan konseptus(hasil konsepsi) dari 2 menjadi 4 sel, menghambat masuknya konseptus ke uterus, shedding zona

pelusida, dan implantasi. Hal-hal tersebut diketahui diperparah dengan adanya fakta kalo nikotin itu ternyata konsentrasinya di cairan uterus 10x lebih banyak daripada di plasma darah. Pria : Komponen rokok seperti nikotin dan senyawa aromatik polisiklik dapat menyebabkan atrofi testiskular, bloking spermatogenesis, dan kelainan morfologi sperma. Perokok yang menderita varicocele mengalami oligospermia lebih besar daripada perokok tanpa varicocele. Alkohol -Alkohol, ketika dikonsumsi berlebihan, membuat morfologi sperma menjadi buruk yang berarti mengurangi densitas, serta ukuran dan bentuk yang abnormal. -Alkohol merusak fungsi testis sehingga membuat sperma tidak cukup matang. -Kelebihan alkohol juga mengganggu produksi hormon di hipotalamus sehingga memicu banyak masalah kesuburan. -Penyalahgunaan alkohol menyebabkan terganggunya produksi testosteron dan menyebabkan menyusutnya atrofi testis yang berpotensi menyebabkan infertilitas dan impotensi. -Konsekuensi lain, alkohol mengurangi tingkat glutathione. Glutathione merupakan senyawa yang melindungi membran dari peroksidasi lipid yang memicu proses kerusakan testis. Alkohol dikonversi menjadi asetaldehida oleh enzim dehidrogenase dalam hati sehingga mengurangi tingkat glutathione yang berkontribusi pada penurunan fungsi testis. - Alkohol menyebabkan penurunan libido atau gairah seksual pada pria dan menghancurkan fungsi seksual tubuh.Penurunan hasrat seksual akibat alkohol tidak hanya terjadi pada pria melainkan bisa pula dialami wanita a. Apa hubungan alergi terhadap infertilitas? Allergies create congestion in the fallopian tubes, and can increase risk of miscarriage. They also impair absorption through the intestinal tract leading to nutritional deficiencies. Allergy medications dry up mucus, decrease sperm motility, cause congestion in the fallopian tubes and are toxic to the fetus. b. Apa saja criteria regular intercourse? Senggama yang baik 2-3 kali tiap minggu 2. Examination findings a. Interpretasi: Istri:
TB= 165 cm BB= 55 kg BMI= 21 KG/M2 BP= 110/70 mmHg Pulse= 80 x/menit RR= 18x/menit Konjunctiva palpebra No exopthalamus No sign of hirsutism No thyroid enlargement No galactorrhoea Normal Obesitas mempengaruhi kesuburan. Terlalu gemuk dan terlalu kurus merupakan faktor risiko infertilitas Normal Normal Normal Normal, tidak anemis Normal, tidak menderita hipertiroid Pada hipertiroid (kelainan endokrin) dapat mempengaruhi kesuburan Normal Hirsutism merupakan manifestasi androgen yang berlebih, sindrom virilisasi Normal, tidak menderita hipertiroid Pada hipertiroid (kelainan endokrin) dapat mempengaruhi kesuburan Normal Galaktore dapat ditemukan pada:

Lesi hipotalamus yang mengganggu pelepasan dopamine Obat-obat yang mempengaruhi sistem susunan saraf (fenotiazin, antidepresan, haloperidol, alfa metildopa) Kontrasepsi oral dan estrogen Gangguan endokrin seperti hipotiroid & hipertiroid Faktor-faktor neurogenik lokal Perangsangan payudara Cedera pada dinding dada Lesi pada medulla spinalis

Secondary sexual characteristic are norml EXTERNAL EXAMINATION Abdomen flat and souffl Symmetric Uterine palpable There are no mass, pain tenderness, and free fluid sign INTERNAL EXAMINATION Speculum Examination: Portio not livide External os closed No fluor No fluxus No cervical erotion, laseration, or polip Bimanual Examination: Cervic is firm External os closed Uterine size normal Both adnexa & fundal not

Pada galaktore terjadi prolaktin. Prolaktin menghambat sekresi hormone gonadotropin dengan mengganggu sekresi GnRH dari hipotalamus. Selain itu, prolaktin dapat menghambat pengaruh gonadotropin terhadap gonad. Menyingkirkan diagnosis seperti Sindrom Turner

Normal Normal Tidak hamil Normal, tidak ada KET

Tidak hamil Normal Normal, tidak ada infeksi Normal, tidak ada perdarahan abnormal Normal, tidak ada kelainan serviks

Normal, tidak ada kelainan serviks Normal Normal, tidak ada kelainan pada uterus (misal: malformasi uterus, mioma uteri dan adhesi uterus) Normal, tidak ada kelainan pada adnexa dan parametrium (misal: PID)

parametrium normal limit LABORATORY EXAMINATION Hb 12g/dl

within

NORMAL

WBC 8000/mm3 RBC 4,3x106

HT 36 vol% Plt 250.000/mm3 Blood type A Rh (+) Blood film: normal Urine: normal

Ultrasound: normal internal NORMAL genitalia Sonohysterography: normal NORMAL uterineand both tubal patency Postcoital test: normal Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital)

Suami:
Volume Concentration Forward progression Rapid forward progression Normal morphology Kasus 4,5 ml 0,1x 22% 15% 5% Nilai rujukan WHO 2010 > 1,5 ml 15x /ml 50% 32% >4%

/ml

b. Bagaimana criteria WHO mengenai infertilitas? Kriteria WHO untuk sperma yang normal adalah: 1. Volume (banyaknya) > 2 ml 2. Konsentrasi > 20 juta/ ml 3. Pergerakan (motilitas) > 50 % dengan pergerakan maju (dalam 60 menit sesudah ejakulasi) 4. Morfologi > 30 % bentuk normal 5. Sel-sel darah putih < 1 juta/ ml Criteria Volume Liquefaction time pH Sperm concentration Total sperm number Motility Morphology Vitality White blood cells c. Reference value 2.0 ml or more Within 60 minutes 7.2 or more 20 million spermatozoa per milliliter or more 40 million spermatozoa per ejaculate or more 50% or more motile 15% or 30% 75% or more live Fewer than 1 million per milliliter

Apa saja pemeriksaaan tambahan yang diperlukan?

OVUTEST

Alat ini dipergunakan untuk mendeteksi masa subur atau ovulasi pada wanita,dimana alatnya seperti test pack untuk memeriksa kehamilan Namun pada ovutest ini yang dideteksi ialah kadar hormone LH(luteinizing hormone),dimana hormone ini kadarnya yang paling tinggi pada masa ovulasi Pemakain ovutest ini sudah dapat mulai digunakan dari hari ke 12,13 dan 14 pada siklus,dimana kadar 50 mIU menunjukan waktu ovulasi yang dating 2 hari lagi Alat ini disebut dengan rapid test yaitu pemeriksaan instan yang dapat langsung diperiksa pada sample urin pagi,dimana kita dapat mengetahuinya lebih cepat. Namun adapula pemeriksaan dengan memakai ultrasound monitoring,dimana dengan metode ini kita bukan hanya tahu tentang masa ovulasi namun kita dapat mengetahui perkembangan folikel pada ovarium. Pemeriksaan waktu ovulasi ini pula dapat digunakan untuk menentukan KB kalender,dimana kita tidak melakukan intercourse 3 hari sebelum ovulasi dan 3 hari setelah ovulasi.

Spermisida pada lubrikan Pada sebagian pasangan ada yang tidak dapat menyekresi lendir sebagai lubrikasi untuk mempermudah jalannya sperma ke dalam vagina.Namun sekarang banyak lubrikan buatan yang banyak mempergunakan zat kimia di dalamnya yang malah bersifat spermisida(membunuh sperma) Lubrikan yang mengandung spermisida ini biasanya digunakan dalam metode kontrasepsi,namun metode ini kurang efektif untuk mencegah kehamilan dibanding kondom atau metode kontrasepsi lainnya. Lubrikan ini sebagian mengandung zat nonoxynol-9 atau octosynol yang dapat berbentuk crem,jelly,aerosol,tablet,supositoria dll,dimana zat tersebut membat sperma immobilisasi. Pemakaian lubrikan ini malah berefek mempertinggi lesi pada genitalia dibanding wanita yang tidak memakainya,dan dapat menimbulkan HIV dan Sexual Transmitted disease.

Hysterosalpyngogram Merupakan alat yang memakai energi radiografi untuk memeriksa abnormal atau kenormalan uterus dan tuba fallopi. Tes ini memiliki sensitifitas 85-100%,dimana biasanya dapat digunakan pada hari ke 6 sampai hari ke 11 siklus. Namun selama menstruasi HSG perlu dihindari sebab berefek mempertinggi intravasasi vascular yang disebabkan oleh dilatasi vena periuterine.

USG Ultrasound energi radian mekanik dengan frekuensi >20.000 hz Ultrasonografi Gambaran struktur dalam tubuh dan mencatat gema dulsa gelombang ultrasonic yang diarahkan kedalam jaringan dimana terdapat perubahan densitas. USG diagnostic menggunakan gelombang 1-10 Mhz. -Transabdominal -Transvaginal

Ultrasound monitoring -> Perkembangan dari folikel primer hingga ovulasi. Uji Antibodi Sperma Dilakukan ketika tidak ada sperma atau banyak sperma yang tidak motil ditemukan pada waktu PCT dengan hasil mukus servik yang melimpah. Uji imun yang positif ini menandakan ketika hasil penetrasi mukus oleh sperma buruk. Insuflasi Tuba dengan CO2 Tes ini dilakukan ketika fase preovulasi sehingga tidak akan mengganggu ovum yang terfertilisasi. Ada tidaknya ovulasi dan kualitas fungsi korpus luteum merupakan faktor penting dalam infertilitas. Ada 3 cara mengevaluasinya, yaitu : a. Menentukan temperatur basal tubuh b. Biopsi endometrial c. Mengukur kadar progesteron dalam darah Penjelasannya sbb: a. Tabel temperatur basal tubuh merupakan metode mudah dan murah untuk menentukan ada tidaknya ovulasi. Peningkatan suhu paling sedikit 0,4F antara hari ke 12-15 merupakan pertanda adanya ovulasi dan fase luteal yang cukup memadai. b. Biopsi endometrial Pengambilan sampel endometrium untuk memeriksa produksi progesteron oleh korpus luteum memberikan bukti tidak langsung tentang terjadi atau tidaknya ovulasi, karena setelah ovulasi progesteron akan menyebabkan endometrium tumbuh menebal secara progresif. c. Kadar Progesteron Kadar progesteron dalam serum 4ng/ml merupakan bukti terjadinya ovulasi. Hasil ini belum menunjukkan kualitas fase luteal yang normal. Menurut beberapa penyelidikan, 3 sampel dengan total 15ng/ml menunjukkan fase luteal normal, penyelidikan lain juga mengatakan kadar progesteron >10ng/ml 1 minggu setelah ovulasi. 3. DD : Tidak ada 4. HTD (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, pemeriksaan penunjang lainnya) 1. Langkah I anamnesis pasangan suami-istri. Cara yang terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Banyak faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas dapat ditanyakan pada pasien. Anamnesis meliputi hal-hal berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Lama fertilitas. Riwayat haid, ovulasi, dan dismenorea. Riwayat sanggama, frekuensi sanggama, dispareunia. Riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir. Konstrasepsi yang pernah digunakan. Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya. Riwayat penyakit sistematik (tuberkulosis, diabetes melitus, tiroid). Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme. Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi.

10. Riwayat PID, PHS, leukorea.

11. Riwayat keluar ASI. 12. Pengetahuan kesuburan. 2. Langkah II analisis hormonal Dilakukan jika dari hasil anamnesis ditemukan riwayat, atau sedang mengalami gangguan haid, atau dari pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi. Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan sekresi GnRH yang akibatnya terjadi anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 525 ng/ml. Pemeriksaan dilakukan antara pukul 7 sampai 10. Jika ditemukan kadar prolaktin >50 ng/ml disertai gangguan haid, perlu dipikirkan ada tumor di hipofisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat memberi informasi tentang penyebab tidak terjadinya haid. 3. Langkah III uji pasca-sanggama Tes ini dapat memberi informasi tentang interaksi antara sperma dan getah serviks. Untuk pelaksanaan uji pasca-sanggama telah dijelaskan sebelumnya. Jika hasil UPS negatif, perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap sperma. Hasil UPS yang normal dapat menyimpulkan penyebab infertilitas suami. 4. Langkah IV penilaian ovulasi Penilaian ovulasi dapat diukur de-ngan pengukuran suhu basal badan (SBB). SBB dikerjakan setiap hari pada saat bangun pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, atau sebelum makanlminum. Jika wanita memiliki siklus haid berovulasi, grafik akan memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran grafiknya monofasik. Pada gangguan ovulasi idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui, induksi ovulasi dapat dicoba dengan pemberian estrogen (umpan balik positif) atau antiestrogen (umpan balik negatif). Untuk umpan balik negatif, diberikan klomifen sitrat dosis 50-100 mg, mulai hari ke-5 sampai ke-9 siklus haid. Jika dengan pemberian estrogen dan klomifen sitrat tidak juga terjadi sekresi gonadotropin, untuk pematangan folikel terpaksa diberikan gonadotropin dari luar. Cara lain untuk menilai ovulasi adalah dengan USG. Jika diameter folikel mencapai 1825 mm, berarti menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi. 5. Langkah V pemeriksaan bakteriologi Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi akibat Clamydia trachomatis dan gonokokus sering menyebabkan sumbatan tuba. Jika ditemukan riwayat abortus berulang atau kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap TORCH. 6. Langkah VI analisis fase luteal Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi dan keadaan seperti ini sering ditemukan pada unexplained infertility. Pengobatan insufisiensi korpus luteum dengan pemberian sediaan progesteron alamiah. Lebih diutamakan progesteron intravagina dengan dosis 50200 mg daripada pemberian oral.

7.

Langkah VII diagnosis tuba falopii dan sperma. Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, pemeriksaan tuba menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormon, dan anovulasi merupakan penyebab tersering infertilitas. Untuk mengetahui kelainan pada tuba tersedia berbagai cara, yaitu uji insuflasi, histerosalpingografi, gambaran tuba falopii secara sonografi, hidrotubasi, dan laparoskopi. Penanganan pada tiap predisposisi infertilitas bergantung pada penyebabnya, termasuk pemberian antibiotik untuk infertilitas yang disebabkan oleh infeksi. Penanganan pada pria umumnya adalah dengan analisis sperma. Dari hasil analisis sperma dapat terlihat kualitas dan kuantitas dari spermatozoa. Jika ditemukan fruktosa di dalam semen, harus dilakukan tindakan biopsi testis. Jika tidak ditemukan fruktosa di dalam semen, menunjukkan tidak adanya kelainan vesikula dan vasa seminalis yang bersifat kongenital. Penanganan dilakukan secara bertahap dengan mengobati satu atau lebih faktor spesifik. Pengobatan yang dilakukan : Kemaandulan (infertilitas) dapat di obati dengan obat, pembedahan, inseminasi, serta bayi tabung. Pemilihan pengobatan untuk infertilitas umumnya berdasarkan pada berapa lama terjadinya infertilitas, penyebab infertilitas dan faktor usia.

v Untuk pria, bila penyebab infertilitasnya adalah gangguan seksual seperti impotensi atau ejakulasi dini bisa diatasi dengan pemberian obat atau perubahan perilaku. Bila penyebabnya adalah produksi sperma yang kurang, biasanya dilakukan tindakan pembedahan, pemberian obat hormon reproduksi, atau dengan bantuan teknologi reproduksi (assisted reproductive technology/ART). v Untuk wanita, obat penyubur merupakan pilihan utama untuk mengatasi infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi. Obat penyubur bekerja layaknya FSH dan LH untuk merangsang ovulasi. Beberapa obat penyubur antara lain: klomifen sitrat, pergonal (ekstrak FSH dan LH), human chorionic gonadotropin (HCG), hypothalamic releasing factors, bromokriptin, dan sebagainya. Bila penyebabnya adalah kondisi yang terkait dengan tuba falopi seperti penyumbatan, biasanya dilakukan tindakan pembedahan. Bila penyebab infertilitas sudah cukup parah dan tidak bisa diatasi dengan pemberian obat ataupun pembedahan, maka tindakan yang diambil adalah dengan ART seperti in vitro fertilization (IVF), meningkatkan ejakulasi dengan stimulasi elektrik atau vibrator, aspirasi sperma dengan pembedahan, intracytoplasmic sperm injection (ICSI), dan assisted hatching.

5. 6. 7. 8. 9.

WD : Infertility (factor suami) Penatalaksanaan farmakologi dan nonfarmakologi serta edukasi pasien Prognosis Komplikasi SKDI : 3A

HIPOTESIS: Pasangan suami istri mengalami infertilitas primer disebabkan oleh factor suami

You might also like