You are on page 1of 20

DAFTAR HALAMAN PENDAHULUAN ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK PENUNJANG DIAGNOSIS DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PATOGENESIS

MANIFESTASI KLINIK PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PROGNOSIS DAFTAR PUSTAKA ..................................................... ..................................................... 7 8 15 16 16 17 18 19 19 19 20 ............................................................................. ............................................................................. 4 7 ............................................................................................ ........................................................................................... 2 3

......................................................................................... ............................................................................. ............................................................................. ............................................................................. ............................................................................. ............................................................................. . ............................................................................. .............................................................................

PENDAHULUAN Konjungtivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia . Konjungtivitis, terdiri dari: 1. Konjungtivitis alergi (keratokonjungtivits atopik, simple alergik konjungtivitis, konjungtivitis seasonal, konjungtivitis vernal, giant papillary conjungtivitis). 2. Konjungtivitis bakterial (hiperakut, akut, kronik). 3. Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetik). 4. Konjungtivitis klamidia/inklusi 5. Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma, toksik, neonatal, Parinauds okuloglandular syndrome, phlyctenular, sekunder) (Alamsyah, 2007).

Boleh dikatakan masyarakat sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan.

ANAMNESA

Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien.(1) Anamnesis bisa dilakukan pada pasien itu sendiri maupun dari keluarga terdekat. Pada kasus ini menyangkut neonatus maka ibunya yang diwawancara. Dengan dilakukanya anamnesis maka 70% diagnosis dapat ditegakkan. Sedangkan 30%nya lagi didapatkan dari pemeriksaan fisik, lab, dan radiologi (kalau diperlukan). Hal yang perlu ditanyakan dokter pada saat anamnesis antara lain(1,2): Keluhan utama yakni gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut. Riwayat pribadi merupakn segala hal yang menyangkut pribadi pasien seperti data diri pasien seperti nama, tanggal lahir, umur, alamat, suku, agama, dan pendidikan. Riwayat sosial mencakup keterangan mengenai pekerjaan, aktivitas, perkawinan, lingkungan tempat tinggal, dan lain-lain. Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit yang pernah di derita pasien pada masa lampau yang mungkin berhubungan dengan penyakit yang dialami sekarang. Riwayat keluarga meliputi segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter dan kontak antara anggota keluarga mengenai penyakit yang dialami Riwayat atau adanya faktor resiko: Prematuritas/BBLR/BBLSR. Skor APGAR 5 menit rendah (<6). Jenis kelamin laki-laki (laki-laki 4 kali lebih sering terkena sepsis). Pada riwayat penyakit sekarang dokter dapat menanyakan mengenai: sejak kapan muncul gangguan atau gejala-gejala tersebut bagaimana perubahan nyeri atau gejala lain yang timbul sejak pertama kali terdeteksi riwayat pengobatan sebelumnya Riwayat (Faktor Resiko Spesifik) Infeksi ibu selama kehamilan atau saat kehamilan (jenis dan lama terapi antimikroba) Infeksi saluran kencing Kolonisasi ibu oleh Streptokokus grup B, herpes simpleks Umur kehamilan/ berat badan lahir Kelahiran banyak

Lama robekan membran Persalinan dengan penyulit Takikardi janin (distress) Umur saat timbul (dalam uterus, kelahiran, pasca-natal awal, akhir) Lokasi saat mulai (rumah sakit, komuniti) Intervensi medis Akses vaskuler Intubasi endotrakheal Nutrisi parenteral Pembedahan

Adanya Penyakit Lain Malformasi kongenital (penyakit jantung, cacat tabung neural) Penyakit saluran pernafasan (Hyaline Membrane Disease (HMD), aspirasi) Enterokolitis nekrotikans Penyakit metabolik, misalnya galaktosemia

PEMERIKSAAN PEMBESARAN FISIK Urutan teknik pemeriksaan pada bayi ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat.(1,2,3)

Umum Malas minum Gelisah atau tampak letargis Edema Sklerema Purpura atau perdarahan Ikterus Hepatosplenomegali
4

Kejang Suhu tubuh dapat tinggi demam, normal atau dapat pula kurang dari normal tetapi pada bayi berat badan lahir rendar (BBLR) seringkali hipotermia Kepala: ubun-ubun membonjol Muka: pucat, sianosis Mata: gerakan mata abnormal

Pemeriksaan lokal di: Mata


o

Konjungtivitis purulen (biasanya bilateral di neonatorum ophthalmia tetapi biasanya secara sepihak yang disebabkan oleh inokulasi sekunder diri)

Ulserasi kornea (dalam penyakit mata yang tidak diobati)

Sistem Gastrointestinal Perut kembung Muntah Diare Hepatomegali

Sistem Respirasi Apnea, dispnea Takipnea, retraksi Flaring, grunting Sianosis

Sistem Renal Oliguria

Sistem Kardiovaskuler Pucat, mottling, dingin, kulit lembab Takikardi Hipotensi Bradikardi

Sistem Neurologis Iritabilitas, lesu Tremor, kejang-kejang Hiporefleksia, hipotonia Refleks Moro abnormal Pernafasan tidak teratur Fontanela menonjol Tangisan nada tinggi

Sistem Hematologis Ikterus Splenomegali Pucat Petekie, purpura Perdarahan

Sistem Penglihatan Inspeksi mata, pupil, iris dan sclera Pergerakan mata sempurna atau tidak, simmetrikal atau asimetrikal Nistagmus disebabkan oleh ocular atau cerebellar Pupil membulat atau tidak,equal, central dan keraktifan pada cahaya, pada infant red reflek dapat dilihat dari jarak 20-30cm.Reflek merah absen pada corneal clouding, Strabismus

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan. Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama 1 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalan menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk membedakannya dilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedang meningokok test maltose (+). Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.

DIAGNOSIS

WORKING DIAGNOSIS:

Konjungtivitis gonorrhea

Gambar 1

DIAGNOSIS BANDING 1. Konjungtivitis inklusi 6 Definisi Inklusi konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva , atau putih mata. Pada neonatus kondisi ini adalah bagian dari kelompok yang lebih besar dari penyakit mata yang disebut neonatal konjungtivitis. Inklusi konjungtivitis juga disebut klamidia konjungtivitis. Etiologi Inklusi konjungtivitis disebabkan oleh intraselular organisme yang disebut Chlamydia trachomatis. Manifestasi klinis Konjungtivitis okulogenital pada bayi timbul 3-5hari setelah lahir.Pada bayi dapat memberikan gambaran konjungtivitis purulen sedang pada orang dewasa dapat dalam beberapa bentuk, konjungtivitis hiperemik, kemotik, pseudomembran, folikel yang nyata terutama pada kelopak bawah dan tidak jarang memberikan gambaran seperti hipertrofi papil disertai pembesaran kelenjar preurikel. Diagnosa Diagnosis konjungtivitis inklusi tidak dapat dibuat secara definitif tanpa tes laboratorium, tetapi tanda-tanda konjungtivitis inklusi dapat dilihat oleh penyedia perawatan mata, bahkan jika pasien tidak bergejala . Folikel dapat dilihat pada kelopak mata inferior dalam dan kadang-kadang di bawah atasan kelopak mata pasien dengan konjungtivitis inklusi dewasa, dan jika pengobatan telah tertunda, parut pada bagian dalam kelopak mata mungkin ada juga kerititis, suatu peradangan kornea , dan neovaskularisasi , atau pembentukan pembuluh darah baru dari kornea. Setelah mempertanyakan individu dapat melaporkan riwayat infeksi genitourinari. Pengujian laboratorium untuk konjungtivitis inklusi dimulai dengan swabbing sampel dari bagian dalam kelopak mata untuk menguji kehadiran badan inklusi karakteristik dibuat hanya
8

oleh klamidia. The Giemsa noda sering digunakan untuk mendiagnosa konjungtivitis inklusi neonatal. Teknik ini memiliki tingkat tinggi positif palsu untuk dewasa dengan konjungtivitis inklusi. Immunofluorescence monoklonal antibodi pengujian sangat teknik sensitif yang memberikan diagnosis cepat konjungtivitis inklusi. Teknik lain yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi klamidia adalah immunoassays enzim, serum tes antibodi, dan probe DNA. Sejak konjungtivitis inklusi bisa meniru penyakit lain, penting untuk menyingkirkan jenis konjungtivitis, seperti orang-orang dari virus etiologi atau alergi atau yang disebabkan oleh gonore. Pengobatan Konjungtivitis inklusi neonatal dapat diatasi secara spontan dalam waktu sembilan bulan tanpa pengobatan. Namun perawatan standar untuk bayi yang lebih muda dari empat bulan usia adalah eritromisin lisan, empat kali sehari selama dua minggu. Mata mungkin irigasi dengan garam untuk membantu menghilangkan lendir debit. Orang tua bayi diperlakukan juga. Doksisiklin, tetrasiklin, ocufloxacin, dan eritromisin kadang-kadang diresepkan. Tetrasiklin tidak diberikan kepada anak di bawah usia delapan tahun, dan ocufloxacin tidak diberikan kepada mereka yang di bawah 18 tahun. Baik obat diberikan kepada wanita hamil atau menyusui karena efek samping. topikal antibiotik tidak diperlukan jika obat sistemik atau oral yang diresepkan, tetapi jika ada peradangan co-ada di mata, maka steroid topikal dapat diberikan. Akhirnya, para mitra seksual individu dengan konjungtivitis inklusi juga harus menerima antibiotik pengobatan. Prognosa Sepuluh sampai 20 persen dari bayi yang terinfeksi dengan klamidia mengembangkan pneumonia selama enam bulan pertama kehidupan. Pada bayi, konjungtivitis inklusi dapat bertahan selama beberapa tahun.

2. Konjuntivitis bakterialis 7,8 Definisi Inflamasi konjungtiva diakibatkan Staphylococcus aureus (berhubungan dengan blefaritis), S.Epidermidis, Streptococcus pneumonia, dan Haemophilus influenza (khususnya pada anakanak) Diagnosis Gejala : Mata merah, pedih, nyeri, mengganjal, eksudat, lakrimasi Tanda : Papila konjungtiva Kemosis : pembengkakan konjungtiva Konjungtiva injeksi Tanpa adenopati preaurikuler

Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan tajam penglihatan Pemeriksaan segmen anterior bola mata Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk

mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya. Terapi Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1 minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi hari dan mempercepat penyembuhan. Prognosis Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis).

10

Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan meningitis. Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

Pencegahan Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.

Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.

Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.

3.Konjungtivitis Virus8 Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks

Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan.

11

Laboratorium Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic. Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan. Terapi Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari. Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat.

12

4.Blefaritis11 Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis. Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian diberikan antibiotik yang sesuia. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis. Patofisiologi

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan ,kerusakan sistem imun atau kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.

Etiologi Terdapat 2 jenis blefaritis, yaitu : 1. Blefaritis anterior : mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat melekatnya bulu mata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan seborrheik. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan infeksi dengan Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif, atau Staphylococcus epidermidis atau stafilokok koagulase-negatif. Blefaritis seboroik(non-ulseratif) umumnya bersamaan dengan adanya Pityrosporum ovale. 2. Blefaritis posterior : mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian kelopak mata yang
13

lembab, yang bersentuhan dengan mata). Penyebabnya adalah kelainan pada kelenjar minyak. Dua penyakit kulit yang bisa menyebabkan blefaritis posterior adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala (dermatitis seboreik).

Gambaran klinik 1. Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata. 2. Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah. Bisa terjadi pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok. 3. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang. Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika keropeng dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka. Tanda : Skuama pada tepi kelopak Jumlah bulu mata berkurang Obstruksi dan sumbatan duktus meibom Sekresi Meibom keruh Injeksi pada tepi kelopak Abnormalitas film air mata

Diagnosa Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata.

Penatalaksanaan Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata untuk mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. Bisa digunakan sampo bayi atau pembersih khusus. Untuk membantu membasmi bakteri kadang diberikan salep antibiotik (misalnya erythromycin atau sulfacetamide) atau antibiotik per-oral (misalnya tetracycline). Jika terdapat dermatitis seboroik, harus diobati. Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan mengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu mata.

14

ETIOLOGI

Neisseria gonorrhoeae

Neisseria gonorrhoeae adalah kokus Gram-negatif, 0,6-1,0 pM diameter, biasanya terlihat berpasangan dengan sisi rata berdekatan (Gambar 1 Waktu dan Gambar 2 di bawah). Organisme ini sering ditemukan intra seluler di polymorphonuclear leukosit (neutrofil) dari eksudat gonore berjerawat (Gambar 1 kanan). Fimbriae, yang memainkan peran utama dalam kepatuhan, memperpanjang beberapa mikrometer dari permukaan sel (Gambar 2).7

Gambar 2. Neisseria gonorrhoeae Neisseria gonorrhoeae negatif memiliki membran luar Gram khas terdiri dari protein, fosfolipid, dan lipopolisakarida (LPS). Namun, LPS neisserial dibedakan dari LPS enterik oleh struktur oligosakarida yang sangat-bercabang yang basal dan tidak adanya mengulangi subunit O-antigen. Untuk alasan ini, LPS neisserial disebut sebagai lipooligosaccharide (LOS). Bakteri khas rilis membran luar fragmen yang disebut "blebs" selama pertumbuhan. Blebs ini berisi LOS dan mungkin memiliki peran dalam patogenesis jika mereka disebarluaskan selama infeksi.7 N. gonorrhoeae adalah organisme yang relatif rapuh, rentan terhadap perubahan suhu, pengeringan, cahaya UV, dan kondisi lingkungan lainnya.Strain N. gonorrhoeae adalah variabel dalam persyaratan budaya mereka sehingga media yang mengandung hemoglobin, NAD, ekstrak ragi dan suplemen lainnya diperlukan untuk isolasi dan pertumbuhan organisme. Kultur ditumbuhkan pada 35-36 derajat dalam suasana tambah 3-10% CO 2.

15

EPIDEMIOLOGI Penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia.Penderita terutama bayi berusia 1-3 hari. PATOFISIOLOGI Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal kuning kehijauan. 4,5 Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium : 1. Infiltratif 2. Supuratif atau purulenta 3. Konvalesen (penyembuhan), hipertrofi papil. 1. Stadium Infiltratif. Berlangsung 3 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, blefarospasme, disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab, kemotik dan menebal, sekret serous, kadang-kadang berdarah. Kelenjar preauikuler membesar, mungkin disertai demam. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah gambaran spesifik gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya,4,5

2. Stadium Supurativa/Purulenta. Berlangsung 2 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret yang kental campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.

16

3. Stadium Konvalesen (penyembuhan). Berlangsung 2 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang. 4,5 Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri. Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan konjungtiva kemotik. 2

MANIFESTASI KLINIS

Gejala subjektif : (-) Gejala objektif : Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal. 1,2,3,5

Pada orang dewasa Gejala subjektif : - Rasa nyeri pada mata. - Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum. - Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan biasanya mengenai mata kanan. - Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar . Pada orang dewasa infeksi ini dapat berlangsung berminggu-minggu. 3

17

Neonatus
o

Pada neonatus, konjungtivitis bilateral (neonatorum ophthalmia) sering berikut pengiriman vagina dari ibu yang terinfeksi. Namun, penularan baru lahir juga dapat terjadi in utero atau pada periode postpartum.

Gejala konjungtivitis gonore termasuk sakit mata, kemerahan, dan keluarnya cairan bernanah.Neonatus juga dapat memperoleh infeksi faring, pernafasan, atau dubur atau infeksi gonokokal diseminata (DGI).

Organisme ini dapat menyebabkan cedera permanen untuk mata sangat cepat. pengakuan Prompt dan pengobatan sangat penting untuk menghindari kebutaan. Kebutaan akibat infeksi gonokokal neonatal merupakan masalah serius di negara-negara berkembang, tetapi sekarang jarang di Amerika Serikat dan di negaranegara lain di mana profilaksis konjungtiva neonatal dengan terapi antimikroba yang rutin.10

PENATALAKSANAAN

- Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok batang intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore. - Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penicillin, salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari. - Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan garam fisiologik setiap jam, kemudian diberi salep penisillin setiap jam. Penisillin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya : 10.000 20.000 unit/ml) setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit., disusul pemberian salep penisillin setiap 1 jam selama 3 hari. - Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. - Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif. - Pada pasien yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone (Rocephin) atau Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi. 1,2,4

18

Efek samping pengobatan - Tetes nitrat Argenti yang diberi pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi gonore akan menyebabkan iritasi ringan, tapi akan sembuh dengan sendirinya satu sampai dua hari tanpa meninggalkan kerusakan menetap. - Antibiotika topikal dapat menyebabkan reaksi alergi. - Antibiotika oral dapat menyebabkan gangguan perut, ruam dan reaksi alergi.

PENCEGAHAN

1. Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual. 2. Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir (harus diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%). 3. Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi dan pemberian kloramfenikol salep mata. 4. Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat melahirkan. 5. Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi. 1,3

KOMPLIKASI

1. Ulkus Kornea 2. Blefaritis 3.Meibominan gland inflammation 4.Meningitis

PROGNOSIS Baik dengan deteksi dan pengubatan dini. Komplikasi memburuk jika deteksi lambat dan pengobatan tidak adekuat.

19

DAFTAR PUSTAKA 1. Mardi Santoso. Pemeriksaan Fisik Diagnostik. Anamesa. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes Indonesia; 2004. 2. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Dalam: Dwijayanthi L, Novrianti A, Karolina S, editor. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. 3. Nah YK, Santoso M, Rumawas JSP, Winaktu GJMT, Sularyo TS, Adam H. Buku Panduan Keterampilan Medik (Skill Lab). Jakarta: Fakultas Kedokteran Ukrida; 2009. 4. Ilyas, Sidarta. DSM. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2001.127 130. 5. Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000. 103-5. 6. Conjunctivitis inclusion diunduh dari http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/inclusion+conjunctivitis pada 20 Maret 2011. 7. Conjunctivitis bacterial.Martin S diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1191730-followup pada 20 Maret 2011 8. Konjungtivitis diunduh dari http://www.scribd.com/doc/47009181/referat-konjungtivitis pada 20 Maret 2011 9. Neisseria gonorrhea diunduh dari http://www.textbookofbacteriology.net/neisseria.html pada 20 Maret 2011 10. Gonococcal infection diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/218059-overview pada 20 Maret 2011 11. Blefaritis diunduh dari http://medicinestuffs.blogspot.com/2008/01/blefaritis.html pada 20 Maret 2011

20

You might also like