You are on page 1of 19

Pada umumnya kehamilan normal berakhir dengan lahirnya bayi yang cukup bulan dan sempurna secara fisik.

Tetapi kenyataannya tidak selalu demikian, sebagian kehamilan mengalami kegagalan, tergantung pada tahap dan jenis gangguan yang terjadi. Kehamilan tersebut dapat berakhir dengan abortus, kehamilan ektopik, prematuritas, kematian janin dalam rahim atau bayi lahir dengan cacat bawaan. Salah satu bentuk kegagalan kehamilan yang berkembang tidak normal yaitu mola hidatidosa, kehamilan ini tidak disertai janin namun hanya berupa gelembung-gelembung seperti buah anggur berasal dari vili korialis dengan sel-sel trofoblasnya.
,!

"ima belas sampai dua puluh persen penderita mola hidatidosa dapat berubah menjadi ganas dan dikenal dengan tumor trofoblas gestasional. #adi yang dimaksud dengan penyakit trofoblas gestasional adalah mola hidatidosa yang jinak dan tumor trofoblas gestasional yang ganas. Penyakit trofoblas adalah suatu istilah umum yang digunakan bagi sekumpulan penyakit yang ditandai dengan adanya proliferasi berlebihan dari sel-sel trofoblas. Penyakit ini dibagi menjadi ! kelompok berdasarkan asalnya, yaitu$ . Penyakit trofoblas gestasional yang berasal dari jaringan trofoblas kehamilan !. Penyakit trofoblas non gestasional yang berasal dari jaringan embrional Penyakit trofoblas gestasional adalah sekumpulan penyakit yang berkaitan dengan vili korialis, terutama sel trofoblasnya dan berasal dari suatu kehamilan, terdiri dari mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial yang bersifat jinak dan mola invasif, koriokarsinoma, placental site trophoblastic tumor yang bersifat ganas.
.!.%

&ingga saat ini penyakit trofoblas gestasional masih merupakan masalah obstetri yang cukup serius, karena menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. 'orbiditas yang dapat timbul dari penyakit ini umumnya karena penyulit yang menyertainya, seperti perdarahan, preeklamsi berat dan tiroktosikosis dan bila terlambat ditangani dapat menyebabkan kematian. Selain itu bila koriokarsinoma atau mola invasif terjadi pada pasien usia muda yang masih memerlukan fungsi reproduksi, upaya pengobatannya dapat menyebabkan pasien tersebut kehilangan fungsi reproduksinya karena tindakan histerektomi. &al ini berarti PT( selain merupakan masalah karena memberikan kontribusi yang cukup besar bagi angka mortalitas dan morbiditas ibu, juga menjadi masalah bagi kesehatan reproduksi. )engan demikian diperlukan upaya yang

! menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan untuk menurunkan insidensi penyakit ini, mulai dari upaya prevensi, deteksi dini dan pengobatan yang rasional, termasuk registrasi dan pemantauan kasus yang cermat. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada golongan sosio ekonomi rendah. )i *merika Serikat berdasarkan penelitian pada terminasi kehamilan elektif, mola kurang lebih dari !+ kehamilan. )i ,ndonesia dilaporkan kasus mola dari !++ kehamilan, dari -++ kehamilan di Paraguay.. dari ++ kehamilan, 'eksiko

Definisi dan Klasifikasi 'ola hidatidosa suatu istilah umum untuk dua bentuk yang berbeda yaitu mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial. 'erupakan suatu kegagalan reproduksi yang secara histopatologis merupakan hiperplasia jaringan trofoblas yang sebagian atau seluruh jaringan ikat vilinya menunjukan degenerasi hidropik. Persamaan keduanya adalah gambaran hidropik pada sebagian atau seluruh vili korialis dan adanya hyperplasia trofoblas. Perbedaannya, pada mola hidatidosa komplit tidak didapatkan janin, sedangkan pada mola hidatidosa parsial terdapat janin yang cenderung mati secara dini. 'ola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar, tidak ditemukan embrio dan hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidropik. Keadaan ini disebut sebagai mola hidatidosa komplit /complete mole/true mole/complete mole0. 1ila diantara gelembung mola ditemukan embrio disebut mola hidatidosa parsialis /transtitional mole/incomplete mole0. ,!,%,. Kelainan yang sudah dikenal sejak abad keenam ini telah mengalami berbagai perkembangan, baik dalam pengertian teori, istilah, klasifikasi, maupun cara penanggulangannya. 2amun, masih banyak aspek yang belum terungkap secara jelas ataupun kontroversial, seperti perbedaan insidensi secara geografis, etiologi, patogenesis dan faktor resiko. 3alaupun sebagian besar penderita mola hidatidosa dapat sembuh spontan, namun bila diagnosis dan pengelolaannya terlambat, penderita dapat meninggal karena perdarahan, infeksi maupun akibat tumor trofoblas gestasional pasca mola hidatidosa. *da kalanya pada sediaan abortus atau plasenta aterm, ditemukan beberapa bagian yang mengalami degenerasi hidropik. Keadaan semacam ini tidak dimasukan ke dalam

% mola hidatidosa, tetapi disebut sub molaire. 1aru setelah diadakan penelitian sitogenik pada tahun 45+-an oleh antara lain Kajii, 6assilokos, S7ulman dan lain-lain, dicapai kesepakatan bahwa mola hidatidosa itu terdiri dari dua jenis . 'ola hidatidosa komplit /'&K0 !. 'ola hidatidosa parsialis /'&P0 Faktor Resiko '& dapat terjadi pada semua wanita dalam masa reproduksi, pasien termuda yang pernah dilaporkan berusia ! tahun /1obrow0 dan tertua -5 tahun /* Pearson0. )i 8S&S yang termuda - tahun dan yang tertua -% tahun.9 )i samping umur, faktor gi7i juga dianggap berpengaruh terhadap kejadian '&. *costa Sison, menganggap bahwa '& adalah suatu kehamilan patologis, sedangkan faktor yang menyebabkan ovum patologis ini adalah defisiensi protein kualitas tinggi /highclass protein0. *costa Sison mengaitkan dengan kenyataan bahwa di *sia banyak sekali ditemukan '&, yang penduduknya sebagian termasuk golongan sosioekonomi rendah yang kurang mengkonsumsi protein. 8eynold mengatakan bahwa, bila wanita hamil, terutama antara hari ke- % dan ke! , mengalami asam folat dan histidine akan mengalami gangguan pembentukan thymidine, yang merupakan bagian penting dari )2*. *kibat kekurangan gi7i ini akan menyebabkan kematioan embrio dan gangguan angiogenesis, yang pada gilirannya akan mengalami perubahan hidropik. 3&: Scientific (roup, 4;% berkesimpulan bahwa selain usia dan gi7i, riwayat obstetri juga mempunyai pengaruh terhadap kejadian '& dan kehamilan kembar tetapi multiparitas tidak merupakan faktor resiko. "aporan dari *merika Serikat / 45+ < 4550 mengatakan bahwa insidensi '& pada kulit hitam hanya setengahnya dari wanita kulit lainnya. 'enurut Teoh, di Singapura, insidensi '& pada wanita =uroasian, dua kali lebih tinggi dari >hina, 'elayu dan ,ndia. )i ,ndonesia yang terdiri dari berpuluh-puluh etnis, sampai sekarang belum ada yang melaporkan adanya perbedaan insidensi antar suku bangsa. ?ang ada hanya laporan dari pusat pendidikan.

. @aktor resiko lain yang mendapat perhatian adalah genetik. &asil penelitian Kajii et al dan "awler et al, menunjuakn bahwa pada kasus '& lebih banyak ditemukan kelainan 1alance translocation dibandingkan dengan populasi normal /.,9A dan +,9A0. *da kemungkinan pada wanita dengan kelainan sitogenetik seperti ini, lebih banyak mengalami gangguan proses meosis berupa nondysjunction, sehingga lebih banyak terjadi ovum yang kosong atau yang intinya tidak aktif. Mola hidatidosa komplit (MHK) 'erupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai anggur hingga sama sekali tidak ditemukan unsur janin. Secara mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa vaskularisasi disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas.
,,!,9,5

Kadang < kadang pembuahan terjadi oleh dua buah sperma !% B dan !% ? /dispermi0 sehingga terjadi .9 B atau .9 ?. )isini '&K bersifat hetero7igot, tetapi tetap androgenetik dan bisa terjadi, walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar di7igotik yang terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi '&K. Secara makroskopis '&K mempunyai gambaran yang khas, yaitu berbentuk kista atau gelembung-gelembung dengan ukuran antara beberapa mm sampai !-%cm, berdinding tipis, kenyal, berwarna putih jernih, berisi cairan seperti cairan asites atau edema. Kalau ukurannya kecil, tampak seperti kumpulan telur katak, tetapi kalau besar tampak seperti serangkaian buah anggur yang bertangkai. :leh karena itu '&K disebut juga kehamilan anggur. Tangkai tersebut melekat pada endometerium. Cmumnya seluruh endometerium dikenai, bila tangkainya putus terjadilah perdarahan. Kadang-kadang gelembung-gelembung tersebut diliputi oleh darah merah atau coklat tua yang sudah mengering. Sebelum ditemukan CS(, '&K dapat mencapai ukuran besar sekali dengan jumlah gelembung melebihi !.+++ cc.

Patogenesis 1anyak teori yang telah dilontarkan tentang patogenesis '&K ini, antara lain teori hertig dan teori park.

&ertig et al menganggap bahwa pada '& terjadi insufisiensi peredaran darah akibat matinya embrio pada minggu ke % < - /missed abortion0, sehinggga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkhim vili dan terbentukah kista < kista yang makin lama makin besar, sampai akhirnya terbentuklah gelembung mola, sedangkan proliferasi trofoblas merupakan akibat dari tekanan vili yang oedemateus tadi. Sebaliknya, Park mengatakan bahwa yang primer adalah adanya jaringan trofoblas yang abnormal, baik berupa hiperplasi, displasi, maupun neoplasi. 1entuk yang abnormal ini disertai pula dengan fungsi yang abnormal. Keadaan ini menekan pembuluh darah, yang akhirnya menyebabkan kematian embrio. Teori yang sekarang dianut adalah teori sitogenetik. Secara sitogenetik umumnya kehamilan '&K terjadi karena sebuah ovum yang tidak berinti /kosong0 atau yang intinya tidak berfungsi, dibuahi oleh sperma yang mengandung haploid !% B, terjadilah hasil konsepsi dengan kromosom !% B, yang kemudian mengadakan duplikasi menjadi .9 BB. #adi umumnya '&K bersifat homo7igot, wanita dan berasal dari bapak /androgenetik0 ;+A dari semua kasus mola komplit. #adi tidak ada unsur ibu sehingga disebut Diploid Androgenetik Teori Diploid Androgenetik (modifikasi dari buku No ak!s "#ne$olog#) endoreduplikasi !% B .9 BB &omo7igot

:vum Kosong

!% B :vum Kosong !% B .9 BB &etero7igot

!% B :vum Kosong !% ? .9 B?

.9 ?? 2onviable Seperti diketahui, kehamilan yang sempurna harus terdiri dari unsur ibu yang akan membentuk bagian embrional /anak0 dan unsur ayah yang diperlukan untuk membentuk bagian ekstraembrional /plasenta, air ketuban, dll0 secara seimbang. Karena tidak ada unsur ibu, pada '&K tidak ada bagian embrional /janin0. ?ang ada hanya bagian ekstraembrional yang patologis berupa vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik seperti anggur. 'engapa ada ovum kosongD &al ini bisa terjadi karena gangguan pada proses miosis, yang seharusnya diploid .9 BB pecah menjadi ! haploid !% B, terjadi peristiwa yang disebut nondysjunction, dimana hasil pemecahannya adalah + dan .9 BB. Pada '&K ovum inilah yang dibuahi. (angguan proses miosis ini, antara lain terjadi pada kelainan struktural kromosom, berupa balance translocation. '&K dapat terjadi pula akibat pembuahan ovum kosong oleh ! sperma sekaligus /dispermi0. 1isa oleh dua haploid !%B, atau satu haploid !% B dan atau haploid !%?. *kibatnya bisa terjadi .9 BB atau .9 B?, karena pada pembuahan dengan dispermi tidak terjadi endoreduplikasi. Kromosom .9 BB hasil reduplikasi dan .9 BB hasil pembuahan dispermi, walaupun tampak sama, namun sesungguhnya berbeda, karena yang pertama berasal dari satu sperma /homo7igot0 sedangkan yang kedua berasal dari dua sperma /hetero7igot0. *da yang menganggap bahwa .9BB hetero7igot mempunyai potensi keganasan lebih besar. Pembuahan dispermi dengan dua haploid !% ? /.9 ??0 dianggap tidak pernah bisa terjadi /nonviable0 "ambaran Klinis '&K adalah suatu kehamilan, walaupun bentuknya patologis. :leh karena itu, pada bulan-bulan pertama, tanda-tandanya tidak berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu dimulai dengan amenorea, mual dan muntah. *da beberapa laporan yang mengatakan

5 bahwa '&K, lebih sering terjadi hiperemesis, dan keluhannya lebih hebat dari kehamilan biasa. Kemudian perkembangannya mulai berbeda. Pada kehamilan biasa pembesaran uterus terdai melalui dua fase, yaitu fase aktif, sebagia akibat pengaruh hormonal, dan fase pasif, akibat hasil pembesaran kehamilan. Pada '&K tidak demikian, vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik, berkembang dengan cepat mengisi kavum uteri. *kibatnya uterus ikut membesar pula, sehingga ukuran uterus lebih besar dari tuanya kehamilan atau lamanya amenorea.
,!,%,.,-

Pada kehamilan biasa, segmen bawah rahim /S18 baru terbentuk pada kehamilan yang sudah besar /semester tiga0. Pada '&K, karena pengisian kavum uteri oleh gelembung mola berlangsung cepat, maka pembentukan S18, sudah terjadi pada kehamilan yang lebih muda /!. minggu0. Kemudian karena kehamilan ini abnormal badan akan berusaha untuk mengeluarkannya, terjadilah perdarahan pervaginam. 1edanya dengan abortus biasa adalah pada abortus biasa besarnya uterus sama dengan lamanya amenorea. Perdarahan pada '&K dapat berupa bercak < bercak sedikit intermiten atau sekaligus banyak, sehingga dapat menyebabkan syok hipovolemik. *dakalanya perdarahan disertai dengan gelembung mola sehingga mempermudah diagnosis. ,!,%,.,-,9,5 )i samping uterus yang lebih besar, pada '&K ditemukan peningkatan kadar h>( /human choriogonadotrophin0. Pada kehamilan biasa kadarnya naik terus sampai usia kehamilan 9+-;+ hari, kemudian turun lagi setelah mencapai umur ;- hari. Pada '&K seluruh kavum uteri diisi oleh jaringan trofoblas. :leh karena itu, berbeda dengan kehamilan biasa, pada '&K tidak ada penurunan kadar h>(. Selama ada pertumbuhan trofoblas atau sebelum gelembung mola keluar atau dikeluarkan, h>( akan terus meningkat, sampai bisa mencapai di atas -.+++.+++ m,CEml. ,!,5 Sudah lama diketahui bahwa '&K kadang-kadang ditemukan perubahan pada kelenjar tiroid, baik anatomis maupun fungsional. 3alaupun ada peningkatan kadar plasma tiroksin, tetapi gejala klinik yang ditimbulkan tidak selalu disertai dengan tiroktosikosis. Pada kehamilan normal, plasenta membentuk Thyroid Stimulating Peptide yang disebut Human Chorionic Thyrotropin /h>T0. Pada trimester pertama, T. meningkat

; antara 5 < ! ngE ++ ml, sedangkan T% peningkatannya tidak terlalu banyak. Karena pengaruh estrogen, terjadi peningkatan kadar T1( sehingga tidak terjadi tirotoksikosis.
.;

Pada mola hidatidosa terjadi perubahan kadar hormon tiroid. Kadar T. dalam serum biasanya melebihi ! ngE ++ ml, tetapi T1( sendiri rendah, akibatnya T. dan T% bebas lebih tinggi. Karena itu pada mola terjadi tirotoksikosis. Pada mola, kadar h>( /human chorionic gonadotropin0 dalam darah sangat tinggi yang dan ini mempunyai efek stimulasi terhadap tiroid. Pada kehamilan biasa puncak h>( biasanya tidak melebihi ++.+++ mC,Eml yang tercapai antara minggu ;- ! dan kemudian menurun kembali dan bertahan sekitar +.+++-!+.+++ m,CEml sampai waktu melahirkan. Pada mola hidatidosa kadar h>(, sebagian besar diatas %++.+++m,CEml bahkan dapat mencapai kadar diatas !.+++.+++ m,CEml. 1erbagai penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antar kadar h>( dan tingginya fungsi tiroid. )alam suatu penelitian dikatakan bahwa terjadinya hiperfungsi tiroid terjadi akibat adanya stimulator yang dibentuk dalam jaringan trofoblas. &ershman menyebutnya sebagai molar thyrotropin. ?ang masih kontroversial adalah substansi 7at tersebut. ?ang jelas ada korelasi positif antara tingginya kadar h>( dengan meningkatnya kadar T% dan T.. Setelah jaringan mola dievakuasi, kadar h>( akan menurun secara drastis. &ali ini diikuti dengan turunnya T. dan T% sampai kembali ke kadar normal.
,;

Sehubungan dengan fenomena ini banyak pakar yang menganggap bahwa stimulator itu adalah h>( sendiri. 'olar thyrotropin secara imunologis berbeda dari TS&, h>T dan *TS *danya *ktivitas Stimulasi Tiroid /*ST0 dari h>( serta ciri-ciri stimulatornya telah dibuktikan melalui penelitian invitro maupun in vivo. )ikatakan bahwa struktur dan reseptor h>( dan TS& adalah homolog, sedangkan derajat *ST-nya dipengaruhi metabolisme h>( sendiri. ?ang lebih poten adalah h>( varian yang kehilangan gugusan beta >TP-nya yang merupakan hasil proses deglikosiasi atau desialisasi. &asil penelitian di atas dapat menerangkan mengapa pada kehamilan biasa tidak terjadi tirotoksikosis. Pada kehamilan biasa kadar h>( yang rendah akan meningkatkan sedikit T. dan menekan TS&, tetapi tidak cukup untuk menyebabkan tirotoksikosis.

4 )iagnosis tiroktosikosis pada '&K dipersulit karena sering disertai adanya penyulipenyulit, seperti preeklamsi, payah jantung, emboli paru dan anemia yang masing-masing dapat memberikan gejala seperti tiroktosikosis Cntuk membantu masalah ini %ri Hartini Kariadi / 44!0 mengajukan rumus fungsi diskriminan diagnosa tirotoksikosis pada mola hidatidosa sebagai berikut$ &' D ( ) *+,-.&/* 0 1+2/212*-1 F3 4 1+1&5/.*5- Nadi @C F fundus uteri dalam minggu 2adi F dalam kaliEmenit 1ila )G + atau kalau ) hasilnya negatif, berapapun nilai angkanya menunjukkan tirotoksikosis. )erajat ketepatannya ;5,-A /' D ( 0,22/5/* 4 1+6-65.-2 F3 0 1+11,&&22./ Nadi 0 1+1&.,*1-, Khol Khol F Kholesterol darah dalam mgA 1ila )G + atau kalau hasilnya negatif, berapapun nilai angkanya, menunjukkan tirotoksikosis. )erajat ketepatan 4+,9%A )apat pula digunakan indeks 3ayne.

Dasar Diagnosis Kita harus memikirkan adanya '&K bila ditemukan hal-hal seperti di bawah ini$ . *namnesis 3anita mengeluh $ a. terlambat haid /amenorea0 b. adanya perdarahan pervaginam c. perut merasa lebih besar dari lamanya amenorea d. walaupun perut besar, tidak merasa adanya pergerakan anak e. hipertensi pada usia muda kehamilan f. hiperemesis !. Klinis (inekologi Pada pemeriksaaan ditemukan a. uterus lebih besar dari tuanya kehamilan b. tidak ditemukan tanda pasti kehamilan, seperti detak jantung anak, balotemen atau gerakan anak. %. "aboratorium Kadar 1-h>( lebih tinggi dari normal .. CS( Tampak gambaran snowstorm intrauterin,

)iagnosis pasti ditentukan oleh hasil pemeriksaan patologi anatomi.

"ambar , 7 (ambaran vesikuler dari jaringan 'ola &idatidosa

Pada pemeriksaan &istopatologis kedua jenis mola juga gambarannya berbeda

"ambar 6 7 'ola hidatidosa komplit Pada gambar diatas tampak proliferasi pada kedua lapisan sel-sel trofoblas Terapi Terdiri dari . tahap, yaitu $ . Perbaikan keadaan umum !. =vakuasi jaringan %. Profilaksis .. @ollow up Perbaikan Keadaan 3mum Sebelum dilakukan tindakan evakuasi jaringan mola, keadaan umum penderita harus distabilkan dahulu. Tergantung pada bentuk penyulitnya, kepada penderita harus diberikan $ . Tranfusi darah, untuk mengatasi syok hipovolemik !. antihipertensiEkonvulsi, seperti pada terapi ThEpreeklamsiEeklamsia %. :bat anti tiroid, bekerja sama dengan penyakit dalam 8 akuasi 9aringan Karena '&K itu adalah suatu bentuk kehamilan yang patologis yang disertai dengan penyulit, pada prinsipnya gelembung harus dievakuasi secepat mungkin *da ! cara yaitu $ a. Kuret vakum

% Setelah sebagian besar jaringan dikeluarkan dengan vakum, sisanya dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret hanya dilakukan satu kali. Kuretase berikutnya harus ada indikasi. b. &isterektomi *pa bila usia dan paritas sudah mencukupi sehingga wanita tidak lagi memerlukan kehamilan, mungkin histerektomi lebih menjadi pilihan. Csia .o tahun keatas mejadi pilihan karena pada usia iru frekwensi penyakit trofoblastik ganas meningkat. %5A dari wanita berusia .+ tahun keatas mengalami tumor protoblastik gestasional. Profilaksis *da dua cara $ . histerektomi totalis !. kemoterapi diberikan bila tidak menolak dan tidak bisa dilakukan pada wanita dengan &T, atau wanita muda dengan hasil P* yang mencurigakan. >aranya $ . 'TB !+ mgEhari, ,', *sam folat + mg %dd dan cursil %-mg !dd , selama hari berturut-turut. Profiklaksis dengan tablet 'TB, dianggap tidak bemanfaat. *sam folat adalah antidote dari 'TB, cursil sebagai hepatoprotektor !. *ctinomycin ) flacon sehari, selama - hari berturut-turut. Tidak perlu antidote ataupun hepatoprotektor

Follo: 3p Seperti diketahui, --!+A dari penderita pasca '&K bisa mengalami transformasi keganasan menjadi TT(. 'enurut hertig, keganasan bisa dalam waktu satu minggu sampai tiga tahun pasca evakuasi. Tujuan dari follow up ada dua $

. . untuk melihat apakah proses involusi berjalan secara normal. 1aik anatomis, laboratoris maupun fungsional, seperti involusi uterus, turunnya kadar H-h>( dan kembalinya fungsi haid. !. Cntuk menentukan adanya transformasi keganasan terutama pada tingkat yang sangat dini. )alam tiga bulan pertama pasca evakuasi, penderita diminta datang untuk kontrol setiap ! minggu. Kemudian, dalam tiga bulan berikutnya, setiap satu bulan, selanjutnya enam bulan terakhir, kontrol tiap dua bulan. Prognosis Setelah dilakukan evakuasi jaringan mola secara lengkap, sebagian besar penderita '&K akan sehat kembali, kecuali - < !+A yang mungkin akan mengalami keganasan /TT(0. Cmumnya yang menjadi ganas adalah mereka yang termasuk golongan resiko tinggi, seperti $ . umur diatas %- tahun !. besar uterus di atas !+ minggu %. kadar H-h>( di atas +- m,CEml .. gambaran P* yang mencurigakan Mola Hidatidosa Parsialis '&P harus dipisahkan dari '&K, karena keduanya terdapat perbedaan yang mendasar, baik dilihat dari segi patogenesisnya /sitogenetik0, klinis, prognosis, maupun gambaran P*-nya. sebagian dari vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik sehingga unsur Pada '&P hanya janin selalu ada. Perkembangan janin akan tergantung kepada luasnya plasenta yang mengalami degenerasi, tetapi janin biasanya tidak dapat bertahan lama dan akan mati dalam rahim, walaupun dalam kepustakaan ada yang melaporkan tentang kasus '&P yang janinnya hidup sampai aterm.

Secara epidemiologi klinis, '&P tidak sejelas '&K, kita tidak mengetahui dengan tepat berapa insidensinya, apa yang menjadi faktor resikonya dan bagaimana penyebaran penyakitnya. Patogenesis Secara sitogenetik '&P terjadi karena ovum normal dari ibu /!% B0 dibuahi secara dispermi. 1isa oleh dua haploid !% B, satu haploid !% B san satu haploid !%? atau dua haploid ! ?. &asil konsepsi bisa berupa 94 BBB, 94 BB?, 94 B??. Kromosom 94 ??? tidak pernah ditemukan. #adi '&P mempunyai satu haploid ibu dan dua haploid ayah sehingga disebut )iandro Triploid. Karena disini ada unsur ibu, ditemukan bayi. Tetapi komposisi unsur ibu dan unsur ayah tidak seimbang, satu berbanding dua. Cnsur ayah yang tidak normal itu menyebabkan pembentukan plasenta yang tidak wajar, yang merupakan gabungan dari vili korialis yang normal dan yang mengalami degenerasi hidropik. :leh karena itu fungsinya pun tidak bisa penuh sehingga janin tidak bisa bertahan sampai besar. 1iasanya kematian terjadi sangat dini.
,!,%

Teori Diandro Triploid !% B :vum normal !% B 94 BBB &omo7igot

!% B :vum Kosong !% ? 94 BB? &etero7igot

!% ? 94 B?? :vum Kosong !% ? 94 ??

2onviable

"e;ala)"e;ala 1erbeda dengan '&K, pada '&P sama sekali tidak ditemukan gejala maupun tanda-tanda yang khas. Keluhannya pada permulaan sama seperti kehamilan biasa. Kalau ada perdarahan sering dianggap seperti abortus biasa. #arang sekali ditemukan '&P dengan besar uterus yang melebihi tuanya kehamilan. 1iasanya sama atau lebih kecil. )alam hal terakhir disebut Dying Mole. (ambaran CS( tidak selalu khas, tapi menurut @ine >. =t al., '&P dapat didiagnosis bila ditemukan hal-hal sebagai berikut. Pada jaringan plasenta tampak gambaran yang menyerupai kista-kista kecil disertaipeningkatan diameter transversa dari kantong janin. Kadar H-h>( juga meninggi, tetapi biasanya tidak setinggi '&K. &al ini mungkin disebabkan pada '&P masih ditemukan vili korialis normal. Kadar yang tidak terlalu tinggi ini tidak menyebabkan rangsangan pada ovarium. Pada '&P jarang sekali ditemukan kista lutein. )i samping itu, '&P jarang sekali disertai penyulit seperti P=1, tiroktosikosis atau emboli paru. Diagnosis

5 )engan tidak ditemukannya tanda-tanda yang khas, maka sulit untuk membuat diagnosis kerja, kecuali pada kehamilan yang cukup besar, yang diagnosisnya dapat ditentukan oleh hasil CS(, dimana kita akan melihat gambaran vesikuler yang khas di samping kantong janin, dengan atau tanpa janin. 1iasanya diagnosis dibuat secara tidak sengaja, setelah dilakukan tindakan dan diperkuat dengan hasil pemeriksaan P*, dimana ditemukan gambaran khas sebagai berikut. . vili korialis dari berbagai ukuran dengan degenerasi hidropk, kavitasi, dan hiperplasia trofoblas !. scalloping yang berlebihan dari vili %. inklusi stroma trofoblas yang menonjol .. ditemukan jaringan embrionik atau janin

"ambar 2 Mola parsialis Pada mola parsialis tampak selapis sel -sel trofoblas Prognosis )ibandingkan dengan '&K, prognosis '&P jauh lebih baik. &al itu disebabkan oleh tidak adanya penyulit dan derajat keganasannya rendah /.A0. 3alupun demikian,

; dalam kepustakaan ditemukan laporan tentang kasus '&P yang disertai metastase ke tempat lain. Penderita pasca-'&P harus difollow up sama ketatnya seperti '&K.

DAFTAR P3%TAKA

. >unningham @(, (ant 2@ et al. 3illiams :bstetrics, ! th ed. Philadelphia $ *ppleton and "ange, !++9 $ 4% -4%5. !. 'ochtar 8ustam, Sinopsis :bsetri =disi.!.#akarta, =(>, 44;$ &lm$!%;-!.+. %. >hrisdiono ', Prosedur tetap :bsetri dan (inekologi, #akarta, =(>, !++., hal 4+-4%. .. &ydatidiform 'oleI http$EEemedicine.medscape.comEarticleE!-.9-5 -. 8oss S. 1erkowit7, 'olar Pregnancy. 2 =ngl # 'ed %9+I 9 nejm.org, !++4. 9. Kariadi S&. Identifi asi Penduga Potensial untu Diagnosis Tiro tosi osis Pada Penderita Mola Hidatidosa. )isertasi C2P*) 44! 5. 'artaadisoebrata ). !u u Pedoman Pengelolaan Penya it Trofoblas "estasional. #akarta $ =(>, !++- I 5 < .! ;. Katherine &ughes, ThyrotoJicosis complicating a molar pregnancy, http$EEwww.endocrine-abstracts.orgEeaE++ %Eea++ %p%!5.htm

You might also like