You are on page 1of 21

IDENTIFIKASI MINERAL

1.2 TUJUAN Tujuan yang ingin di capai pada praktikum ini adalah : 1. 2. Untuk mengidentifikasi suatu mineral. Untuk mengetahui dan untuk mendeskripsikan jenis-jenis mineral.

1.3 LANDASAN TEORI Identifikasi mineral merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi suatu mineral tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama mineral tersebut. Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki komposisi kimia yang tetap dan struktur Kristal beraturan. Di alam ini terdapat lebih dari 2000 jenis mineral yang telah diketahui. Tetapi, hanya beberapa mineral saja yang dijumpai sebagai mineral pembentuk batuan. Mineral-mineral tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisisnya secara khusus, antara lain : 1.3.1 Kilap Kilap sering juga disebut kilapan merupakan kenampakan suatu mineral yang ditunjukan dari pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap secara garis besar biasanya dibagi menjadi 2 jenis : a. 1.3.2 Kilap Logam (metallic luster) : bila mineral tersebut memiliki kilap seperti logam.

b. Kilap Non-Logam (non-metallic luster), dibagi atas : Kilap intan (adamantin luster) ; cemerlang seperti intan. Kilap kaca (vitreous luster) ; contohnya kuarsa dan kalsit. Kliat sutera (silky luster) ; umumnya terdapat pada mineral yang memiliki serat, seperti asbes dan gips. Kilap damar/resin (resinous luster) ; kilap seperti getah damar/resin, misalnya mineral sphalerit Kilap mutiara (pearly luster) ; kilap seperti lemak atau sabun, misalnya serpentin, opal dan nepelin. Kilap tanah, kilap seperti tanah lempung, misal kaolin, bauxit, dan limonit. Warna

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam identifikasi mineral karena suatu mineral dapat memiliki lebih dari satu warna. 1.3.3 Kekerasan Kekerasan merupakan ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat ditetapkan dengan membandingkan suatu mineral dengan dengan mineral tertentu. Skala kekerasan yang biasa digunakan ialah skala mohs yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jerman atau yang lebih dikenal dengan skala mohs. 1.3.4 Cerat Cerat merupakan warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian yang kasar suatu keping porselen atau dapat dilakukan dengan membubuk mineral kemudian dilihat warna bubuk tersebut. Cerat dapat berupa warna asli mineral, dapat pula berbeda. 1.3.5 Belahan Belahan merupakan kecenderungan mineral tertentu untuk membelah diri pada satu atau lebih pada arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang disebabkan oleh tekanan dari luar atau pemukulan dengan palu. Yang dimaksud belah adalah bila mineral kita pukul tidak akan hancur, tetapi terbelah melalui bidang belahan yang licin. Sehingga dapat digunakan juga istilah ada bidang belah atau tanpa bidang belah. Macam-macam belahan yang perlu kita ketahui yaitu : a. Belahan Sempurna ( Perfect ) Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya. b. Belahan Baik ( Good ) Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya . c. Belahan Jelas ( Distinct ) Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. d. Belahan Tidak Jelas ( Indistinct )

Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar. e. Belahan Tidak sempurna ( Imperfect ) Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.

1.3.6

Pecahan Bila dalam belahan mineral akan pecah dalam arah yang teratur, sedangkan pada pecahan mineral akan pecah secara tidak teratur. Perbedaannya bidang belah pada belah akan nampak memantulkan sinar seperti pada cermin datar, sedangkan pada pecahan akan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur. Beberapa jenis pecahan mineral adalah sebagai berikut :

Concoidal : bila memperlihatkan gelombang yang melengkung, seperti pada pecahan botol. Fibrous : bila menunjukkan gejala pecahan seperti serat, contohnya asbes. Even : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang pecahan yang halus, contohnya mineral lempung. Uneven : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang pecahan yang kasar, contohnya mineral magnetit atau mineral besi. Hackly : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang pecahan yang kasar tidak teratur dan runcing, contohnya mineral perak atau emas

1.3.7

Bentuk (Form) Mineral ada yang memiliki bentuk struktur kristal, ada pula yang tidak memiliki bentuk atau struktur kristal. Mineral yang memiliki bentuk Kristal disebut mineral kristalin, sedangkan yang tidak memiliki bentuk kristal disebut amorf. ( penunutun praktikum geologi dasar, 2013 ). Geologi merupakan bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Proses deformasi adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan akibat dari gaya yang terjadi dalam bumi. Didalam pengertian umum, Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses terbentuknya.

Beberapa ahli menganggap bahwa geologi lebih ditekankan pada studi mengenai struktur geologi misalnya perlipatan, rekahan, sesar dan sebagainya. Batuan merupakan agregasi (kumpulan) dari beberapa macam mineral ataupun mineral sejenisnya. Andesit sering juga disebut batu candi tersusun atas mineral-mineral plagioklas, piroksin, hornblende dan sedikit kuarsa. Sedangkan marmer termaksud batuan metamorf oleh mineral kalsit yang mengalami perubahan (Asikin, Sukendar. 1978). Kekerasan suatu benda diukur berdasarkan skala tertentu. Saat ini, skala yang paling umum digunakan ialah Skala Kekerasan Mohs (Mohs Hardness Scale). Prinsip dasarnya ialah dengan menggoreskan benda yang akan diukur kekerasannya dengan benda lain yang lebih keras. Skala pengukurannya mulai dari 1 hingga 10 dengan intan sebagai benda terkeras dan talk sebagai yang terlunak. (Badgley, P.C. 1959). Tekstur batuan mempunyai arti penting dalam mengedintifikasi mineral karena mencerminkan proses yang telah dialamin batuan tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan batuan. (Doddy, 1987). Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal. Dengan demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifatsifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi. (Noor, D. 2008) Browse Home Tugas Kuliah Analisis Kadar Abu dan Mineral

Analisis Kadar Abu dan Mineral


01.40 Tugas Kuliah 1 comment

Abu adalah residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu total adalah bagian dari analisis proksimat yang bertujuan untuk mengevalusi nilai gizi suatu produk/bahan pangan terutama total mineral. Kadar abu dari suatu bahan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut. Mineral itu sendiri terbagi menjadi 4, yaitu: 1. Garam organik: garam-garam asam malat, oksalat, asetat, pektat 2. Garam anorganik: garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat 3. Senyawa komplek: klorofil-Mg, pektin-Ca, mioglobin-Fe, dll 4. Kandungan abu dan komposisinya tergantung macam bahan dan cara pengabuannya. Berikut tabel kadar abu beberapa bahan. Bahan Susu Susu kering tidak berlemak Gula, madu Buah-buahan segar Buah-buahan yang dikeringkan Sayur-sayuran Kacang-kacanan Daging segar Daging yang dikeringkan Daging ikan segar Kadar Abu (%) 0,5-1,0 1,5 0,5 0,2-0,8 3,5 1 1,5-2,5 1 12 1-2

Penentuan kandungan mineral dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penentuan abu total dan penentuan individu komponen mineral (makro & trace mineral) menggunakan titrimetrik, spektrofotometer, AAS (atomic absorption spectrofotometer). Pengabuan merupakan tahapan persiapan contoh yang harus dilakukan dalam anailisis elemen-elemen mineral (individu). Metode pengabuan terdiri dari dua cara yaitu: a. Pengabuan cara kering Pengabuan ini menggunakan panas tinggi dan adanya oksigen. Biasanya digunakan dalam analisis kadar abu (analisis proksimat). Metode pengabuan cara kering banyak dilakuakan untuk analisis kadar abu. Caranya adalah dengan mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu

tinggi di dalam suatu tanur (furnace) pengabuan, tanpa terjadi nyala api sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat tetap (konstan) tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam udara bertindak sebagai oksidator. Oksidasi komponen organik dilakukan pada suhu tinggi 500-6000C. Residu yang tertinggal ditimbang dan merupakan total abu dari suatu contoh. Beberapa hal yang oerlu diperhatikan dalam pengabuan cara kering ini adalah sebagai berikut. 1) Cawan Pengabuan Cawan biasanya terbuat dari porselin, silika, kuarsa, nikel, platina (kapasitas 25-100ml). Pemilihan cawan disesuaikan sifat bahan yang akan dianalisis. Cawan porselin (bagian dalam dilapisi silika) merupakan bahan bersifat asam. Cawan nikel digunakan untuk analisa abu untuk contoh dalam jumlah besar. Cawan kuarsa dapat dipanaskan sampai 9000C, tahan asam, tidak tahan basa. Cawan platina biasanya untuk bahan bersifat basa. Cawan porselen sering digunakan untuk pengabuan karena cepat mencapai berat konstan, harga relatif murah, namun mudah retak dan pecah jika dipanaskan pada suhu tinggi dengan tibatiba. 2) Contoh/bahan Untuk contoh basah (kadar air tinggi) dan cairan dikeringkan dahulu dalam oven pengering atau dapat juga dengan hotplate atau penangas air. Tahap pengeringan ini dapat pula dilakukan untuk menentukan kadar air contoh. Contoh yang mudah berbuih dilakukan pra-pengabuan di atas api terbuka sampai mengering dan tidak mengeluarkan asap lagi atau dapat ditambahkan anti buih (parafin, olive). Bahan berlemak banyak dan mudah menguap memiliki suhu mulamula rendah, kemudian dinaikkan ke suhu pengabuan. Berikut adalah tabel untuk berat bahan untuk pengabuan. Macam bahan Ikan & hasil olahan, biji-bijian, makanan ternak Padi-padian, susu, keju Gula, daging, sayuran Jelly, sirup, jam, buah kalengan Jus, buah segar Anggur 3-5 5-10 10 25 50 Berat (g) 2

3) Suhu pengabuan Suhu pengabuan ini sangat penting karena elemen abu (K, Na, S, Ca, ) dapat menguap pada suhu tinggi serta dekomposisi senyawa K2CO3, CaCO3, MgCO3. Suhu pengabuan berbeda-beda tergantung komponen mineral dalam contoh. Berikut adalah persen kehilangan garam selama penguapan. Macam garam 4500C (1-3 jam) Pottasium klorida Pottasium sulfat Pottasium karbonat Kalsium klorida Kalsium sulfat Kalsium karbonat Kalsium oksida Magnesium sulfat Magnesium klorida Suhu pengabuan berbagai bahan Macam bahan Ikan & hasil olahan rempah, keju, anggur Buah-buahan, daging, gula, sayuran, & hasil olahan Serealia, susu & hasil olahan Biji-bijian, makanan ternak 550 600 525 Suhu pengabuan (0C) 500 1,92 1,37 0,22 3,03 32,61 78,28 0,93 0,40 42,82 0,5 0,33 0,30 14,31 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,99 1,11 1,53 6500C (8 jam) 0,37 0,33 0,07 7000C (8 jam) 1,36 0,00 1,01 7500C (8 jam) 8,92 0,00 2,45

4) Pengabuan Dalam pengabuan menggunakan tanur (furnace) sehingga suhu dapat diatur. Jika menggunakan pemanas bunsen suhu tidak dapat diatur. Secara visual warna api merah membara

menandakan suhu sekitar 5500C (cawan porselin). Lama pengabuan sekitar 2-8 jam. Residu pengabuan berwarna putih keabuan & berat konstan pada selang waktu 30 menit. Setelah itu dilakukan penimbangan pada kondisi dingin. Bahan dimasukkan oven 1050C supaya suhu turun, lalu dimasukkan dalam desikator sampai dingin. Untuk mempercepat waktu pengabuan dapat dilakukan dengan cara: i. Mencampur dengan pasir kuarsa murni sehingga luas dan porositas tinggi. Misalnya dengan

pasir bebas abu dan zat organik. Berat abu contoh harus sama dengan residu pembakaran (abu) dikurangi berat pasir. ii. Menambahkan gliserol-alkohol. Oksidasi bahan dipercaya pada suhu tinggi dan terbentuk kerak yang porus. Gliserol-alkohol tidak mempengaruhi kadar abu contoh. iii. Menambahkan hidrogen peroksida. Peroksida disini membantu proses oksidasi. Apabila pengabuan yang berkepanjangan tidak dapat menghasilkan abu bebas karbon (carbon free ash) residu dibasahi lagi dengan air lalu dikeringkan selanjutnya diabukan sampai didapatkan abu berwarna putih keabuan. Jika penambahan air tidak berhasil maka residu diperlakukan dengan hidrogen peroksida, asam nitrat, dan/atau asam sulfat. Hasil pengabuan kering dapat juga digunakan sebagai contoh untuk analisis mineral. Sebelum dianalisis, contoh abu dilarutkan dalam larutan asam. Analisis kadar abu metode pengabuan kering (SNI 01-2891-1992) dengan tahap sebagai berikut. 1) Keringkan cawan porselin ksosong (dan tutupnya) dalam oven bersuhu 1050C selama 15 menit dan dinginkan dalam desikator 2) Timbang cawan porselin kering tersebut dan catat beratnya 3) Timbang 2-3 gram contoh ke dalam cawan porselin tersebut 4) Bila contoh berbentuk cairan, uapkan dahulu air dalam contoh di atas penangas air sampai kering. Bila contoh kering, arangkan dahulu di atas nyala pembakar 5) Masukkan contoh ke dalam tanur listrik. Panaskan pada suhu maksimum 5500C sampai pengabuan sempurna 6) Setelah pengabuan selesai, dinginkan cawan contoh di dalam desikator, kemudian timbang. Ulangi penimbangan hingga diperoleh berat tetap Perhitungan pada analisis kadar abu pengabuan kering adalah sebagai berikut. a. Kadar abu dalam basis basah (bb)

Kadar abu (g/100 g bahan basah) = dimana: W W1 W2

((W1-W2)

/W)x100

= berat contoh sebelum diabukan (g)

= berat contoh + cawan sesudah diabukan (g)

= berat cawan kosong (g)

b. Kadar air dalam basis kering (bk) Kadar abu (g/100 g bahan kering) =
((kadar abu (bb)/(100-kadar air (bb))x100

Selanjutnya dilakukan penghitungan nilai rata-rata ulangan dan standar deviasi data analisis.

b. Pengabuan cara basah Pengabuan ini menggunakan oksidator-oksidator kuat (asam kuat). Biasanya digunakan untuk penentuan individu komponen mineral. Pengabuan merupakan tahapan persiapan contoh. Pengabuan cara basah ini dilakukan dengan mendestruksi komponen-komponen organik (C, H, dan O) bahan dengan oksidator seperti asam kuat. Pengabuan cara ini dilakukan untuk menentukan elemen-elemen mineral. Cara ini lebih baik dari cara kering karena pengabuan cara kering lama dan terjadi kehilangan mineral karena suhu tinggi. Prinsip pengabuan cara basah adalah memberi reagen kimia (asam kuat) pada bahan sebelum pengabuan. Bahan tersebut dapat berupa: a. Asam sulfat Bahan pengoksidasi kuat yang dapat mempercepat reaksi oksidasi. b. Campuran asam sulfat & potasium sulfat K2SO4 menaikkan titik didih H2SO4 menyebabkan suhu pengabuan tinggi sehingga pengabuan berlangsung cepat. c. Campuran asam sulfat & asam nitrat Campuran ini banyak digunakan selain itu capuran ini merupakan oksidator kuat. Memiliki suhu difesti dibawah 3500C. d. Campuran asam perklorat & asam nitrat Untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi campuran ini baik untuk digunakan karena pengabuan sangat cepat 10 menit. Perklorat bersifat mudah meledak.

Residu anorganik dari proses pengabuan (cara kering dan basah) terdiri dari bermacammacam mineral yang komposisi dan jumlahnya tergantung pada jenis bahan pangan dan metode analisis yang digunakan. Analisis atau penentuan kadar mineral dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan berbagai jenis metode: metode titrimetrii, spektrofotometer, dan atomic absorption spectrofotometer (AAS). Hasil pengabuan kering atau basah dapat digunakan sebagai contoh untuk analisis kadar mineral. Sebelum dianalisis, contoh abu dilarutkan dalam larutan asam atau larutan abu. Pembuatan larutan abu dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Siapkan abu dalam cawan 2. Tambahkan 40-50 ml HCl encer (1:1) perlahan-lahan 3. Pindahkan ke gelas piala 100 ml 4. Bilas cawan dengan HCl encer (1:1) dan masukkan dalam gela spiala 5. Tutp gelas piala dengan gelas arloji untuk mencegah muncrat 6. Panaskan di penangas air selama 30 menit 7. Tambahkan 10 ml HCl dan air 8. Sering menggunakan corong yang dilapisi kertas saring, tampung dalam labu takar 100 ml 9. Bila residu yang tertinggal di kertas saring dengan HCl encer (1:1) 10. Tepatkan larutan abu dalam labu takar hingga 100 ml dengan air destilata. Total volume akhir 100 ml 11. Simpan larutan abu dalam refrigerator dengan ditutup alumunium foil sampai digunakan dalam analisis mineral (Fe dan P).

Masing-masing mineral dianalisis. Beberapa mineral tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Analisis NaCl (metode Titrimetri) Penetapan kandungan NaCl dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan metode modifikasi Mahr. Contoh terlebih dahulu dibuat menjadi abu dengan proses pengabuan menggunakan tanur. Residu abu dapat langsung dititrasi dengan perak nitrat. Ion-ion perak mengendap sebagai perak klorida sampai ion klorida habis. Dan kelebihan perak diukur dengan potasium kromat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a.

Cuci abu dalam cawan sebanyak 3 kali dengan 1-2 ml air destilata. Total air destilata yang digunakan untuk membilas adalah 10-15 ml

b. Pindahan larutan abu ke dalam erlenmeyer 100 ml c. Tambahkan 1 ml larutan k2CrO4 5%, lalu titrasi dengan larutan AgNO3 0,1 m

d. Titik akhir titrasi tercapai sampai terbentuk warna orange yang pertama Perhitungan: Kadar NaCl %NaCl =[(TxMx5,84)/100] Kadar Cl %Cl = [(TxMx3,55)/100]

dimana: T M W = ml AgNO3 = molaritas AgNO3 = berat contoh dalam gram (pada saat pengabuan)

2. Analisis fosfor (Metode spektrofotometer) Dilakukan secara kolorimetrik dengan spektrofotometer menggunakan metode vanadatmolibdat. Fosfor pada larutan abu contoh diubah menjadi ortofosfat dengan menggunakan asam nitrat. Ortofosfat yang terbentuk direaksikan dengan asam molibdat dan asam vanadat membentuk kompleks asam vanadimolibdifosfat yang berwarna kuning oranye. Intensitas warna dari senyawa kompleks diukur absorbansnya pada 400 nm. Hasil pengukuran contoh dibandingkan dengan stnadar fosfor yang telah diketahui konsentrasinya. Sebelum melakukan analisis perlu adanya penetapan contoh dengan langkah sebagai berikut. Ambil 5 ml larutan abu, masukkan dalam labu takar 50 ml 2) Tambahkan 20 ml air destilata dan 12,5 ml pereaksi vanadat-molibdat 3) Encerkan dengan air destilata sampai tanda tera 4) Diamkan larutan selama 10 menit 5) Ukur absorban pada panjang gelombang 400 nm Selanjutnya dilakukan pembuatan kurva standar dengan langkah sebagai berikut. 1) Menggunakan stanrdar potasium dihidrogen fosfat yang dibuat dalam beberapa konsentrasi 2) Melakukan analisis seperti pada contoh

3) Membuat kurva standar Perhitungan. o Kadar fosfor: Kadar P% = dimana: P = konsentrasi fosfor dari kurva standar (mg/50 ml) W= berat contoh pada saat pengabuan (gram)
(P x 2)/W

3. Analisis besi (Metode spektrofotometer) Mineral besi dalam bahan pangan dianalisis dnegan mengkonversi besi dari bentuk fero menjadi feri dengan menggunakan oksidator (potasium tiosianat) sehingga membentuk warna merah. Warna yang terbentuk diukur absorbans dengan spektofotometer pada 480 nm. Perhitungan kadar besi: Mg besi/100g =
(OD Contoh x 1 x Vol total larutan abu)/(OD standar x 5 x berat sampel awal

1.4 ALAT DAN BAHAN Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum identifikasi mineral dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Alat dan bahan Alat dan Bahan Kuku Jari Tangan Kegunaan Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral dengan kisaran 2,5 Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral dengan kisaran 3,0 Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan

Uang Logam Pecahan Kaca

suatu mineral dengan kisaran 4,5 Pisau/Paku Baja Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral dengan kisaran 5,5 Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral dengan kisaran 6,5 Sebagai tempat menggosokkan mineral guna

Kikir Baja

Pecahan Porselin Batuan& Mineral

mengetahui ceratnya Sebagai referensi penentuan mineral

1.5 PROSEDUR PERCOBAAN Prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah : 1. Menyiapkan alat dan bahan yang di perlukan. 2. Melakukan identifikasi mineral secara megaskopis/kasat mata berdasarkan sifat-sifat fisisnya, yaitu : Warna Bentuk Kekerasan Tenacity Derajat transparan Belahan Pecahan Cerat Kilap 3. Menentukan nama mineralnya. 4. Mengisi data pada lembar jawaban.

1.6 HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan Identifikasi mineral adalah sebagai berikut : 1. No. Urut peraga

:1 : Kilap tanah

Kilap

Warna segar Warna lapuk Kekerasan Cerat Belahan Pecahan Tenacity Nama mineral

: Kelabu : Abu-abu : > 2,5 : Abu-abu : Tidak sempurna : Britle : : Monthomorillonite

Sketsa mineral

Gambar 1.1. Mineral 1

2. No. Urut peraga


:2 : Kilap sutra : Hijau : Cokelat :>3 : Putih : Tidak sempurna : Uneven : Brittle : Malachite

Kilap Warna segar Warna lapuk Kekerasan Cerat Belahan Pecahan Tenacity Nama mineral

Sketsa Mineral

Gambar 1.2. Mineral 2

3. No. Urut peraga


:3 : kilap tanah : Kwarsa : Putih : > 2,5 : Putih : Tidak ada : Uneven : Brittle : Calcite

Kilap Warna segar Warna lapuk Kekerasan Cerat Belahan Pecahan Tenacity Nama mineral

Sketsa Mineral

Gambar 1.3. Mineral 3

4. No. Urut peraga

:4

Kilap Warna segar Warna lapuk Kekerasan Cerat Belahan Pecahan Tenacity Nama mineral

: Kilap kaca : Putih : Putih kecoklatan : < 6,5 : Putih : Tidak ada bidang belah : Concoidal : Ductile : Quartz

Sketsa Mineral

Gambar 1.4. Mineral 4

1.7 PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami akan membahas mengenai identifikasi mineral. Dengan tujuan untuk mengidentifikasi suatu mineral, untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis-jenis mineral. Identifikasi mineral merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi suatu mineral tertentu. Mengidentifikasi mineral dapat dilakukan dengan memperhatikan sejumlah sifat kimia dan sifat fisisnya. Untuk menentukan beberapa sifat unik mineral diperlukan alat-alat khusus dengan teknik-teknik tertentu. Akan tetapi kebanyakan mineral penyusun batuan dapat dibedakan satu sama lain hanya dengan pengamatan sederhana terhadap sifat-sifat fisiknya. Sifat-sifat fisik yang biasanya diperhatikan adalah kilap, warna, kekerasan, tenacity, cerat, belahan, pecahan, bentuk,

berat jenis, sifat dalam, kemagnetan, kelistrikan, daya lebur, dan derajat transparan. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama mineral tersebut. Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki komposisi kimia yang tetap dan struktur Kristal beraturan. Umumnya mineral berasal dari magma yaitu batuan cair dibawah permukaan bumi. Ketika magma mendingin, kristal mineral terbentuk bagaimana dan dimana magma mendingin menentukan ukuran dari kristal mineral. Kristal juga dapat terberntuk dari senyawa terlarut dalam cairan, seperti air. Bila cairan menguap atau perubahan ke gas, akan meninggalkan mineral seperti kristal. Garam karang atau garam batu merupakan bentuk dengan cara penguapan. Umumnya mineral berasal dari magma yaitu batuan cair dibawah permukaan bumi. Ketika magma mendingin, kristal mineral terbentuk bagaimana dan dimana magma mendingin menentukan ukuran dari kristal mineral. Kristal juga dapat terberntuk dari senyawa terlarut dalam cairan, seperti air. Bila cairan menguap atau perubahan ke gas, akan meninggalkan mineral seperti kristal. Garam karang atau garam batu merupakan bentuk dengan cara penguapan. Dan pada praktikum ini, yang kami amati adalah nama mineral, dan sifat fisis yang yang kami identifikasi pada praktikum ini adalah bentuk, warna, kekerasan, tenacity, belahan, pecahan, cerat, dan kilap. Pada pengamatan pertama, kami melakukan identifikasi pada mineral dengan nomor urut peraga 1 dengan sifat fisik yang dimiliki yaitu : warnanya yaitu warna segarnya berwana kelabu dan warna lapuknya berwarna abu-abu, Kekerasannya diperoleh dengan menggores kuku jari dan diperoleh nilai < 2,5, tenacity mineral ini adalah brittle karena mineralnya mudah hancur, belahannya tidak sempurna karena tidak terlihat bidang belahnya tetapi mineral akan pecah dengan permukaan rata, pecahannya termasuk jenis even karena menunjukan bidang pecahan yang halus, ceratnya berwarna abu-abu karena saat mineral digoreskan pada pecahan porselen warnyanya abu-abu, dan kilapnya termasuk kilap tanah. Dari hasil identifikasi sifat fisik mineral tersebut dapat ditentukan nama dari mineralnya yaitu monthomorillonite. Pada pengamatan kedua, kami melakukan identifikasi pada mineral dengan nomor urut peraga 2 dengan sifat fisik yang dimiliki yaitu : warna segarnya berwarna hijau dan warna lapuknya berwarna coklat, mineral ini memiliki tingkat kekerasan > 3 ini dibuktikan dengan pada mineral tersebut cukup sukar untuk digores dengan menggunakan kuku jari karena mineral ini

memiliki struktur yang cukup keras, tenacitynya adalah brittle karena mineral ini mudah hancur, belahannya tidak sempurna karena tidak terlihat arah belahnya, pecahannya termasuk jenis uneven karena pecahan tersebut menunjukan bidang pecahan yang kasar, ceratnya berwarna putih, dan kilapnya termasuk jenis kilap sutera karena memiliki serat. Untuk keterangan tambahan dari mineral ini adalah yaitu terletak pada lingkungan mineral sekunder di zona teroksidasi deposit tembaga. Asal namanya berasal dari bahasa yunani. Berdasarkan sifat fisik mineral tersebut dapat ditentukan nama mineralmya yaitu malachite. Pada pengamatan ketiga, kami melakukan identifikasi pada mineral dengan nomor urut peraga 3 dengan sifat fisik yang dimiliki yaitu : warna segarnya berwarna kwarsa karena warna dalam mineral tersebut berwarna putih susu, warna lapuknya berwarna putih, mineral ini memiliki kekerasan> 2,5 ini buktikan dengan menggoreskan pada kuku jari, tenacitynya adalah brittle, mineralini tidak memiliki bidang belah, pecahannya termasuk jenis uneven karena pecahan tersebut menunjukan bidang pecahan yang kasar, ceratnya berwarna putih, dan kilapnya jenis kilap tanah. Untuk keterangan tambahannya itu : Klasifikasi kimianya adalah karbonat, komposisi kimianya adalah Kalsium karbonat (CaCO3), berat jenisnya 2,7. Menunjukan karakteristik yang tidak biasa disebut kelarutan surut dimana ia menjadi kurang larut dalam air dengan naiknya suhu. Dari hasil identifikasi sifat fisik mineral tersebut dapat ditentukan nama mineralnya yaitu calchite. Pada pengamatan keempat, identifikasi dilakukan pada mineral dengan nomor urut peraga 4 dengan sifat yang dimiliki oleh mineral ini yaitu warna segarnya berwarna putih sedangkan warna lapuknya berwarna putih kecoklatan, mineral ini memiliki tingkat kekerasan < 6,5 ini dibuktikan dengan pada permukaan mineral tersebut sangat sukar digores dengan menggunakan kuku jari, kuku jari ataupun pecahan kaca karena mineral ini memiliki struktur yang cukup keras, tenacity dari mineral ini adalah ductile, mineral ini tidak memiliki bidang belah, pecahannya termasuk jenis concoidal karena memperlihatkan gelombang yang melengkung, ceratnya berwarna putih, dan kilapnya termasuk jenis kilap kaca karena pada saat diberi cahaya terlihat seperti kaca. Untuk keterangan tambahan dari mineral ini adalah umum ditemukan di permukaan bumi, komponen penting dari batuan beku, metamorf dan sedimen, bentuk alami dari silikon dioksida ditemukan dalam berbagai varietas mengesankan dan warna. Ada banyak nama untuk varietas yang berbeda: cryptocrystalline varietas kuarsa terdaftar secara terpisah di bawah

kalsedon, dan termasuk batu akik. Dari hasil identifikasi sifat fisik mineral tersebut dapat ditentukan nama mineralnya yaitu quartz.

1.8 PENUTUP 1.8.1 KESIMPULAN Kesimpulan dari praktikum identifikasi mineral ini adalah : 1. Mengidentifikasi mineral merupakan kegiatan membuat suatu deskripsi tentang suatu mineral tertentu. Dalam mengidentifikasi mineral kita harus melihat berdasarkan sifat fisiknya secara khusus antara lain : Bentuk yang menyatakan nama mineral berdasarkan struktur kristal. Warna segar yang menyatakan warna sesungguhnya pada mineral. Warna lapuk yang menyatakan warna pelapukan pada mineral. Kekerasan yang menyatakan ketahanan mineral tehadap suatu goresan. Tenacity yang menyatakan ketahanan suatu mineral terhadap suatu pemecahan dan penghancuran.

Belahan merupakan sifat fisik ineral yang menyatakan pembelahan pada suatu bidang belahan mineral yang licin. Pecahan merupakan sifat fisik mineral yang dapat menyatakan tentang bidang pecahan yang tidak teratur dan pada pecahan akan memantulkan sinar kesegala arah dengan tidak teratur. Cerat menyatakan goresan pada bagian keras mineral.

2. Dari hasil identifikasi sifat fisik mineral pada praktikum identifikasi mineral dapat ditentukan nama mineral yaitu : Pada nomor peraga 1 nama mineralnya yaitu monthomorillonite. Pada nomor peraga 2 nama mineralnya yaitu malachite. Pada nomor peraga 3 nama mineralnya yaitu calchite. Dan pada nomor peraga 4 nama mineralnya quartz.

1.8.2

SARAN Adapun saran yang saya dapat berikan pada praktikum ini adalah agar praktikum yang dilaksanakan tepat waktu sesuai jadwal.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Modul Praktikum Geologi Dasar. Universitas haluoleo.Kendari. Asikin, Sukendar. 1978. Dasar-dasar Geologi Struktur. Departemen Teknik Geologi ITB. Bandung. Badgley, P.C. 1959. Structural Methot For The Exploration Geologist. Oxford Book Company. New Delhi. Noor, D. 2008. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan Graha, Doddy Setya. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung.

Untuk menentukan kandungan mineral bahan harus dihancurkan atau didestruksi dulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu pengabuan kering (dry ashing) dan pengabuan basah (wet digestion). Pemilihan cara tersebut tergantung pada sifat zat organik dalam bahan, mineral yang akan dianalisis serta sensitivitas cara yang digunakan. Cara pengabuan basah memberikan beberapa keuntungan. Suhu yang digunakan tidak dapat melebihi tititk didih larutan dan pada umumnya karbon lebih cepat hancur dari pada menggunakan cara pengabuan kering. Cara pengabuan basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud meghindari kehilangan mineral akibat penguapan.

Teknik destruksi basah adalah dengan memanaskan sampel organik dengan penambahan asam mineral pengoksidasi atau campuran dari asam asam mineral tersebut. Penembahan asam mineral pengoksidasi dan pemanasan yang cukup dalam beberapa menit dapat mengoksidasi sampel secara sempurna, sehingga menghasilkan ion logam dalam larutan asam sebagai sampel anorganik untuk dianalisis selanjutnya. Destruksi basah biasanya menggunakan HNO3, HClO4, H2SO4, atau campuran dari ketiga asam tersebut (Anderson, 1987).

You might also like