You are on page 1of 29

LABORATORIUM KIMIA ANALISA

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
LABORATORIUM KIMIA ANALISA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA / NIM : Dedy Anwar
KELOMPOK : II (dua)
MODUL : Penentuan Kadar Asam Asetat dengan Titrasi Asidi - Alkalimetri
TGL. PERCOBAAN : 21 Agustus 2009

Medan, 2009 Asisten,

(Wulan Pratiwi)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL . vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Percobaan 1
1.4 Manfaat Percobaan 1
1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Prinsip Dasar Titrasi 3


2.2 Asidi-Alkalimetri 5
2.3 Asam Cuka 8
2.4 Aplikasi ..9
BAB III BAHAN DAN PERALATAN 11
3.1. Alat Bahan dan Fungsi 11
3.1.1. Sampel (Cika) 11
3.1.2. Natrium Hidroksida 11
3.1.3. Indikator Phenolphtalein (PP) 12
3.1.4. Aquades (Air) 12
3.2. Alat dan Fungsi 13
3.3. Rangkaian Peralatan 14
BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN 16
4.1. Prosedur 16
4.1.1. Penyiapan Larutan NaOH (0,6 N) 16
4.1.2. Menentukan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 16
4.2. Flowchart 17
4.2.1. Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 17
4.2.2. Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 19
5.1. Hasil Percobaan 19
5.2. Pembahasan 20
BAB VI KESIMPULAN 23
6.1. Kesimpulan 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN A LA-1
LAMPIRAN B LB-1

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

2.1.
3.1.
3.2.
3.3.
4.1.
4.2.
5.1.
5.2.
5.3.

Flowsheet Pembuatan Asam Nitrat 10


Beaker Glass + Batang Pengaduk 14
Pipet Tetes + Corong + Erlemmeyer 14
Statif dan Klem + Buret + Erlenmeyer 15
Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 17
Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 18
Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Asam Asetat 20
Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Sampel I 21
Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Sampel II 21

DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

5.1. Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 19


5.2. Perhitungan Kadar Asam Asetat 19
5.3. Perhitungan Kadar Sampel I 19
5.4. Perhitungan Kadar Sampel II 20
LA.1. Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N LA-1
LA.2. Perhitungan Kadar Asam Asetat LA-2
LA.3. Perhitungan Kadar Sampel I LA-3
LA.4. Perhitungan Kadar Sampel II LA-4

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi
Asidi-Alkalimetri dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum
Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di
Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah
sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk
melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.
Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta
literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.
3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan
dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu
ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saransaran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari
laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Medan, 6 September 2009
Penulis,

Dedy Anwar
ABSTRAK
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang didasarkan pada
prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar asam-basa dalam
suatu larutan secara analisa volumetri. Titik akhir dari titrasi ini mudah dilihat dengan
penambahan indikator yang sesuai. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka
(CH3COOH) dengan titrasi Asidi-Alkalimetri. Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan
basa, untuk ditentukan kadarnya. Hasil percobaan Asidi Alkalimetri yang diperoleh adalah kadar
CH3COOH praktek yang diperoleh masing-masing sebesar 7,2 %, 6,08% dan 7,7%. Dan pH
sesudah titrasi adalah masing-masing sebesar 9.17, 9.16 dan 9.18

Kata Kunci : As.Asetat, Titrasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kesetimbangan asam-basa merupakan topik yang luar biasa pentingnya dalam seluruh ilmu
kimia dan bidang lain, yang mamanfaatkan kimia. Contohnya Titrasi asam basa sangat berguna
dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu
asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari. Metode analisis dengan volumetri ataupun
titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah asidi alkalimetri. Proses ini digunakan dalam
perhitungan untuk menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan
standar yang telah diketahui kadarnya dengan tepat. Dalam percobaan ini yang dilakukan adalah
titrasi asam yaitu menentukan konsentrasi asam cuka dengan menggunakan larutan natrium
hidroksida (NaOH).
1.2Perumusan Masalah
Bagaimana cara menstandarisasi suatu larutan, dan menentukan kadar asam asetat Bagaimana
tahapan tahapan yang terjadi pada proses titrasi.
1.3 Tujuan Percobaan
Mempelajari dan Menentukan kadar asam cuka (CH3COOH) dengan cara titrasi asidi-alkalimetri.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari percobaan Asidi Alkalimetri ini antara lain :
1.Dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi Asidi Alkalimetri.
2.Dapat melaksanakan percobaan Asidi Alkalimetri dengan tepat dan benar.
3.Dapat menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi Asidi
Alkalimetri.
4.Serta nantinya dapat diaplikasikan kebidang lain, dalam kehidupan sehari - hari
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Praktikum Kimia Analisa Kuantitatif (Kelompok II) dengan modul percobaan Penentuan Asam
Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas
Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. Dengan kondisi ruangan :
1.Temperatur : 30oC.
2.Tekanan udara : 760 mmHg
Dilakukan dalam ruangan dengan menggunakan bahanbahan antara lain sampel asam cuka,
natrium hidroksida (NaOH) dan indikator phenolphtalein. Sedangkan untuk peralatan digunakan
alat-alat seperti statif dan klem, buret, erlenmeyer, beaker glass, pipet tetes, corong dan batang
pengaduk.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Prinsip Dasar Titrasi
Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. Reaksi ini
menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode titrimetri didasarkan pada
reaksi kimia sebagai berikut
aA + tT produk
dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk menghasilkan produk
yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi
dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula
mol equivalennya juga berlaku sama.
ntitran = nanalit
neq titran = neq analit
dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan ke dua. (anonim,
2009)
Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi
tersebut dapat dipergunakan, diantaranya:
1. reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak adanya reaksi
sampingan
2. reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi. Dengan kata
lain konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar besar. Maka dari itu
dapat terjadi perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi.

3. diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai. Dan
diharapkan pula beberapa indikator atau metode instrumental agar analis dapat menghentikan
penambahan titran
4. diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan hanya beberapa
menit. (anonim, 2009)
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya (Day, dkk, 1986).
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran ditambahkan sedikit
demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan
warna indikator baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan. Saat terjadi perubahan warna
indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri
disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen.
Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan
oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat
titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral).
Syarat zat yang bisa dijadikan standar primer:
1.Zat harus 100% murni.
2.Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan,
standar primer biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang.
3.Mudah diperoleh.
4.Biasanya zat standar primer memiliki massa molar (Mr) yang besar hal ini untuk memperkecil
kesalahan pada waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki
kesalahan relatif yang lebih kecil dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil.
5.Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik titrasi (Anonim, 2009).
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik dimana
reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Pada saat titik
ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan
untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan
konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran. Lengkapnya titrasi, harus terdeteksi
oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan
standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh
penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Anonim, 2009).
2.2Asidi alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam)
dengan penerima proton (basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar
senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam
bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan
dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu
atau pada pH tertentu.

Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama
titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal
ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.
Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam
dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat
berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral
yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi
netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah
basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana
jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen
pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator
merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan
atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa
yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi
adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka
disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri.
Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang
berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam
yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu
basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air
merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut.
Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya.
Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen ( artinya secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekivalen.
Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer
yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran,
volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran.
Cara Mengetahui Titik Ekivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa, yaitu:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian
membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari
kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi
dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi
kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat
tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya
dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah
dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan
titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan
titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut sebagai
titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya

ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator yang digunakan
pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini
umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi
perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan
yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan
dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal
mungkin. Umumnya dua atau tiga tetes larutan indikator 0,1% ( b/v ) diperlukan untuk
keperluan titrasi. Dua tetes ( 0,1 ml ) indikator ( 0,1% dengan berat formula 100 ) adalah sama
dengan 0,01 ml larutan titran dengan konsentrasi 0,1 M.
Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi dengan
keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolphthalein ( pp ) seperti di atas dalam
keadaan tidak terionisasi ( dalam larutan asam ) tidak akan berwarna ( colorless ) dan akan
berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi ( dalam larutan basa ).
Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indikator dalam
keadaan transisinya. Untuk indikator phenolphthalein karena indikator ini bertransisi dari tidak
berwarna menjadi merah keungguan maka yang teramati untuk titik akhir titrasi adalah warna
merah muda. Contoh lain adalah metil merah. Oleh karena metil merah bertransisi dari merah ke
kuning, maka bila indikator metil merah dipakai dalam titrasi maka pada titik akhir titrasi warna
yang teramati adalah campuran merah dengan kuning yaitu menghasilkan warna orange
(Anonim, 2009).
2.3Asam Cuka
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Asam cuka merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format.
Larutan asam cuka dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam cuka merupakan pereaksi kimia dan bahan baku
industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena
tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam
industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam
asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan
asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1,5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur
ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.(anonim, 2009)
2.4Aplikasi
Pembuatan Asam Nitrat (HNO3) dalam Industri
Pembuatan asam nitrat skala industri memakai proses yang dinamakan proses tekanan
tunggal. Dalam proses ini sebuah kompresor putar bertahap banyak, yang mempunyai pendingin
di antara tahap-tahapnya, digerakkan oleh turbin uap dan turbin pemulih tenaga yang disebutkan
alat ekspansi gas sisa (tail gas expander). Pendingin antara tahap diatur sedemikian rupa agar
suhu keluar adalah sekitar 230oC pada 1MPa.
Udara keluar dibelah, 85% masuk ke dalam konverter dan 15% ke dalam penukar kalor dan
kolom putih. Udara tekan yang panas itu dicampur dengan amonia lewat panas dan dikirim ke
konverter yang beroperasi pada tekanan 800 sampai 950 kPa. Campuran udara dan amonia yang
mengandung kira-kira 10% amonia, dilewatkan melalui 30 lapisan kaca 80 mesh yang terbuat
dari platina kurang lebih 10% rhodium. Pembakaran berlangsung cepat dengan suhu keluar
mencapai 940oC. Konversi menjadi NO adalah 94-95% dan diperlukan 62 gram paduan platina
per ton metrik kapasitas harian asam. Suhu gas dan konsentrasi amonia yang masuk reaktor
merupakan dua parameter yang sangat menentukan.
Pada konsentrasi amonia 11,5% sampai 12% bisa terjadi ledakan. Gas masuk harus mempunyai
suhu sedikitnya 205oC dan sebaiknya 230oC agar lapisan pertama kaca itu tetap berada pada

suhu reaksi. Pada konsentrasi amonia 10% kenaikan suhu adiabatik adalah 710oC, sehingga
konsentrasi amonia dibatasi pada 10%. Umur katalis biasanya 6-10 minggu; hal ini terutama
adalah akibat erosi. Dengan demikian, biaya katalis mencapai $5 per ton metrik HNO3 100%
yang dihasilkan. Pelet yang mengandung Kobalt Trioksida juga digunakan sebagai katalis, tetapi
konversinya agak rendah.
Gas keluar dari konverter dilewatkan melalui pemanas, lanjut uap, ketel uap kalor limbah dan
pemanas gas sisa dan keluar pada suhu 2000C. Gas itu kemudian dilewatkan melalui pendingin
kondensor yang menghasilkan HNO3 40% sampai 45% sebagai produk yang mengandung 40%
nitrogen terikat. Baik gas keluar yang sudah diinginkan maupun asam nitrat encer, keduanya
dilewatkan melalui absorber, masih pada tekanan penuh sebesar 980 kPa. Absorber-absorber itu
adalah suatu kolom piring tudung-gelembung atau piring tapis dengan gelungan pendingin diatas
setiap 20-50 piring. Gas masuk dari bawah asam nitrat encer agak ke atas pada kolom dan air
dingin masuk dari atas. Suhu gas yang keluar bersuhu sekitar 10oC. Pada kolom ini terdapat dua
titik cekik (pinch point) yang diakibatkan oleh masalah kinetiknya. Di dekat dasar, laju reoksidasi
NO cukup lambat karena asam pekat yang terdapat disitu menghalangi absorbsi NO2 sehingga
tidak dapat berlangsung lambat. Di dekat puncak kolom, konsentrasi NOx dan oksigen menjadi
sangat rendah, sehingga gaya dorong untuk absorbsi itu kecil saja.
Asam yang keluar dari dasar kolom mengandung sedikit NOx terutama N2O4 (tak berwarna)
tetapi ada juga NO2 yang berwarna merah. Gas ini diputihkan (bleach) dengan melewatkannya
melalui kolom, berlawanan arah dengan udara primer sebanyak 15% (yang diperlukan untuk
oksidasi NO menjadi NO2) yang dibocorkan dari kompresor udara. Beberapa pabrik ada yang
mempunyai bagian pemutih dibawah kolom absorber utama.

Gambar 2.1 Flowsheet Pembuatan Asam Nitrat


Anonim, 2009
BAB III
BAHAN DAN PERALATAN
3.1Alat Bahan dan fungsi
3.1.1 Sampel ( Cuka )
Fungsi : Sebagai zat yang akan diidentifikasi kadar asam asetatnya.
Sifat fisika :
1.Rumus molekul : CH3COOH
2.Massa molar : 60.05 g/mol
3.Densitas dan fase : 1.049 g cm3, cairan
1.266 g cm3, padatan
4.Titik lebur : 16.5 C (289.6 0.5 K) (61.6 F)[1]
5.Titik didih : 118.1 C (391.2 0.6 K) (244.5 F)[1]
6.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.
Sifat kimia :
1.Melarut dengan mudah dalam air
2.Bersifat higroskopik dan korosif
3.Asam asetat merupakan asam lemah.
4.Asam asetat merupakan monobasic.
5.Asam asetat merubah latmus biru menjadi merah.
6.Asam asetat membebaskan CO2 dari karbonat.
7.Asam asetat menyerang logam yang melibatkan hidrogen.
(anonim, 2009)
3.1.2Natrium Hidroksida
Fungsi : Sebagai larutan standar untuk mentritrasi asam cuka. (titran)

Sifat Fisika :
1.Rumus molekul : NaOH
2.Densitas dan fase : 2.100 g cm3, cairan
3.Titik lebur : 318 C
4.Titik didih : 1390 C
5.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.
Sifat kimia :
1.NaOH sangat mudah menyerap gas CO2
2.Senyawa ini sangat mudah larut dalam air
3.Merupakan larutan basa kuat
4.Sangat korosif terhadap jaringan Organik
5.Tidak Berbau
(mulyono, 2008)
3.1.3 Indikator Phenolphtalein (PP)
Fungsi : Sebagai indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi (titik ekivalen)
Sifat Fisika :
1.Rumus molekul : C20H14O4
2.Penampilan : Padatan Kristal tak berwarna
3.Massa jenis : 1,227
4.Berbentuk larutan
5.Merupakan asam lemah
6.Larut dalam air
Sifat kimia :
1.Trayek pH 8,2 10
2.Merupakan indikator dalam analisa kimia
3.Tidak dapat bereaksi dengan larutan yang direaksikan, hanya sebagai indikator
4.Larut dalam 95% etil alkohol
5.Asam dwiprotik
6.Tidak berwarna saat asam
7.Berwarna merah rosa saat basa
(mulyono, 2009)
3.1.4 Aquades (air)
Fungsi Aquades : Sebagai pelarut kristal NaOH
Sifat fisika Air :
1.Rumus molekul : H2O
2.Massa molar : 18.0153 g/mol
3.Densitas dan fase : 0.998 g/cm, cairan
a.0.92 g/cm, padatan
4.Titik lebur : 0 C (273.15 K) (32 F)
5.Titik didih : 100 C (373.15 K) (212 F)
6.Penampilan : Cairan tak Berwarna, Tidak berbau
(mulyono, 2009)
Sifat Kimia Air :
1.Pelarut yang baik
2.Memiliki pH 7 (netral)
3.Bukan merupakan zat pengoksidasi kuat.
4.Lebih bersifat reduktor daripada oksidator.
5.Reaksi oksidasi dari air sendiri dapat terjadi jika direaksikan dengan logam alkali atau alkali
tanah.
Ca + 2 H2O Ca2+ + 2 OH- + H2
(anonim, 2009)

3.2Alat dan fungsi


1. Pipet tetes
Fungsi : Untuk mengambil indikator dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer
2. Erlenmeyer
Fungsi : Sebagai wadah zat yang akan dititrasi.
3. Statif dan klem
Fungsi : Sebagai penyanggah berdirinya buret.
4. Buret
Fungsi : Sebagai wadah pentiter.
5. Beaker Glass
Fungsi : Sebagai tempat / wadah campuran zat diaduk.
6. Corong
Fungsi : Untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret. Maupun kedalam Erlenmeyer
7.Batang Pengaduk
Fungsi : Untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terjadi larutan yang homogen.
3.3Rangkaian Peralatan

Gambar 3.1 Beaker Glass + Batang pengaduk untuk tempat melarutkan pentiter yaitu NaOH

Gambar 3.2 Pipet tetes + corong + Erlenmeyer sebagai tempat sampel dan pencampurn
indikator

Gambar 3.3 Statif dan klem + Buret + Erlen meyer yaitu peralatan untuk melakukan titirasi

BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN
4.1Prosedur
4.1.1 Penyiapan Larutan NaOH 0.6 N
Cuci dan bilas botol 500 ml
Bila larutan ini akan disimpan dalam waktu yang lama, sediakan botol plastik, sebab larutan
NaOH pasti akan bereaksi dengan wadah kaca, walaupun perlahan.
Timbang 2,0 gram NaOH, larutkan kedalam beaker glass 500 ml yang berisi aquades, kocok
sampai larut.
4.1.2 Menentukan Kadar Asam Asetat dalam Cuka
Sampel dimasukkan sebanyak 25 ml kedalam Erlenmeyer
Tambahkan 4 tetes Phenolpthalein kedalam sampel tersebut
Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH, sampai terjadi perubahan warna indikator menjadi
Merah Rosa yang stabil.
Catat volume NaOH yang terpakai.
Lakukan prosedur diatas secara duplo, hitung kadar asam asetat yang diperoleh.
Lakukan prosedur diatas terhadap sampel I dan sampel II

4.2Flowchart
4.2.1 Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N

Gambar 4.1 Flowchart Persiapan Larutan NaOH 0,6 N

4.2.2 Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka

Tidak
Ya

Gambar 4.2 Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 4.1 Penyiapan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,6 N
Berat kristal NaOH
9,6 gr
Volume pelarut
400 ml
Konsentrasi As. Oksalat
0.6 N

Tabel 4.2 Perhitungan Kadar Asam Asetat


No
V CH3COOH
V NaOH
Konsentrasi CH3COOH
Kadar CH3COOH
pH
1
25 ml
53,5 ml
1,27 M
7,2 %
9,17
2
25 ml
52,5 ml
Rata-rata
25 ml
53 ml
1,27 M
7,2 %
9,17

Tabel 4.3 Perhitungan Kadar Sampel I


No
V sampel I
V NaOH
Konsentrasi Sampel I
Kadar Sampel I
pH
1
25 ml

43 ml
1,074 M
6,08 %
9,16
2
25 ml
46,5 ml
Rata-rata
25 ml
44,75 ml
1,074 M
6,08 %
9,16

Tabel 4.4 Perhitungan Kadar Asam Asetat


No
V sampel II
V NaOH
Konsentrasi sampel II
Kadar sampel II
pH
1
25 ml
56,3 ml
1,36M
7,7%
9,18
2
25 ml
57,2 ml
Rata-rata
25 ml
53 ml
1,36M
7,7%
9,18

4.2 Pembahasan
Prinsip titrasi asidi alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap suatu senyawa
dengan cara mereaksikannya dengan suatu larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya
dengan tepat. Dalam percobaan ini, sampel yang dianalisis adalah asam cuka CH3COOH yang
kadarnya dapat ditentukan melalui metode titrasi dengan larutan baku NaOH. Cuka dapur yang
digunakan sebagai sampel dengan merek: Cap bintang
Kurva perubahan pH asam Asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOh

Volume NaOH
Gambar 4.1 Grafik perubahan pH asam Asetat
Kurva perubahan pH asam asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOH

Volume NaOH
Gambar 4.2 Kurva Titrasi NaOH 0,6N terhadap sampel I
Kurva perubahan pH asam asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOH

Volume NaOH
Gambar 4.3 Kurva Titrasi NaOH 0,6N terhadap sampel II
Pada percobaan, dari hasil titrasi didapat kadar cuka yang terdapat dalam sampel adalah sebesar
7,2 %, 6,8 % dan 7,7 % sedangkan dalam label cuka sampel tertulis kadar cuka tersebut
sebesar 5 %. Hal ini terjadi disebabkan beberapa faktor diantaranya:
1.Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.
2.Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan NaOH, seperti pada saat penimbangan.
3.Terjadi perubahan skala buret yang tidak konstan.
4.Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator

BAB V
KESIMPULAN
5.1Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri maka
praktikan dapat menarik kesimpulan yaitu :
1. Dari percobaan didapat kadar asam cuka sebesar 7,2 %, 6,8 % dan 7,7 %. Sedangkan dalam
teori kadar asam cuka sebesar 5 %.
2. Reaksi yang ada pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi antara asam dengan basa
untuk mencapai titik ekivalen.
3. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah phenolphthalein.
4. Metode titrasi asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zat yang bersifat
asam ataupun basa dalam sampel.
5. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam kuat ataupun basa
kuat yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat.
6. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya volume larutan dari basa kuat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009 a. Asam Asetat. http://id.wikipedia.org
26 agustus 2009
Anonim.2009 b. Air. http://id.wikipedia.org
26 agustus 2009
Anonim.2009 c. Titrasi Asam Basa. http://belajarkimia.com
26 agustus 2009
Anonim.2009d. Analisis Volumetri atau Titrimetri. http://belajarkimia.com
26 agustus 2009
Anonim.2009 e. Kumpulan laporan praktikum. http://sulae.blogspot.com
26 agustus 2009
Day, RA dan Underwood. 1986. Analisis Kimia kuantitatif. Edisi Kelima: Erlangga. Jakarta

HAM, Mulyono. 2006. Kamus Kimia . Edisi Pertama. Bumi Aksara : Jakarta

http://dedyanwarkimiaanalisa.blogspot.com/2009/11/asidi-alkalimetri.html

LAMPIRAN
A

LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
LA. 1 Penyiapan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,6 N
Berat kristal NaOH
9,6 gr
Volume pelarut
400 ml
Konsentrasi As. Oksalat
0.6 N

LA.2 Perhitungan Kadar Asam Asetat


No
V CH3COOH

V NaOH
Konsentrasi CH3COOH
Kadar CH3COOH
pH
1
25 ml
53,5 ml
1,27 M
7,2 %
9,17
2
25 ml
52,5 ml
Rata-rata
25 ml
53 ml
1,27 M
7,2 %
9,17

LA.3 Perhitungan Kadar Sampel I


No
V sampel I
V NaOH
Konsentrasi Sampel I
Kadar Sampel I
pH
1
25 ml
43 ml
1,074 M
6,08 %
9,16
2
25 ml
46,5 ml
Rata-rata
25 ml
44,75 ml
1,074 M
6,08 %
9,16

LA. 4 Perhitungan Kadar Asam Asetat


No
V sampel II
V NaOH

Konsentrasi sampel II
Kadar sampel II
pH
1
25 ml
56,3 ml
1,36M
7,7%
9,18
2
25 ml
57,2 ml
Rata-rata
25 ml
53 ml
1,36M
7,7%
9,18

LAMPIRAN
B

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
LB. 1 . Perhitungan Pembuatan Larutan NaOH 0,6 N
M=
M=
9600= 1000. massa
Massa = 9,6 gram

LB. 2. Perhitungan kadar Asam Asetat


Volume astetat : 25 ml
Volume NaOH rataan : 53 ml
M NaOH : 0,6 N
M asetat x V asetat = M NaOH x V NaOH
M asetat x 25 ml = 0.6 N x 53 ml
M asetat =
M asetat = 1.27 M
Kadar Asam Asetat =
=
= 7,2 %
LB. 3. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH
a.Pada penambahan 0 ml NaOH
[H+] =
[H+] =
= 4,78 x 10-3
pH = -log [H+]
= -log [4,78 x 10-3]
= 3 log 4,78
= 2,32
b.Pada penambahan 10 ml NaOH

mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol


mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 6 31.8 r:666
s : 0 25.8 6
[H+] =
=
= 7,74 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [7,74 x 10-5]
= 5 log 7,74
= 4,11
c.Pada penambahan 20 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol
mol NaOH = 20 ml x 0,6 = 12 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 12 31.8 r : 12 12 12
s : 0 19,8 12
[H+] =
=
= 2,97 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [2,97 x 10-5]
= 5 log 2,97
= 4,53
d.Pada penambahan 30 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol
mol NaOH = 30 ml x 0,6 = 18 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 18 31.8 r : 18 18 18
s : 0 13,8 18
[H+] =
=
= 1,386 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [1,386 x 10-5]
= 5 log 1,386
= 4,86
e.Pada penambahan 40 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol
mol NaOH = 40 ml x 0,6 = 24 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 24 31.8 r : 24 24 24
s : 0 7,8 24

[H+] =
=
= 0,58 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,58 x 10-3]
= 3 log 0,58
= 5,24
f.Pada penambahan 50 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol
mol NaOH = 50 ml x 0,6 = 30 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 30 31.8 r : 30 30 30
s : 0 1,8 30
[H+] =
=
= 0,108 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,108 x 10-3]
= 3 log 0,108
= 5,97
g.Pada penambahan 53 ml NaOH
mol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH
31,8 mol = M CH3COOH x 78 ml
M CH3COOH = 0,4 M
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 31,8 31.8 r : 31,8 31,8 31,8
s : 0 0 31,8
[OH-] =
=
= 1,48 x 10-5
pOH = -log [OH+]
= -log [1,48 x 10-3]
= 5 log 1,48
= 4,83
pH = 14 pOH
= 14 4,83
= 9,17

LB. 4. Perhitungan kadar Asam Asetat (Sampel I)


Volume astetat : 25 ml
Volume NaOH rataan : 44,75 ml
M NaOH : 0,6 N
M asetat x V asetat = M NaOH x V NaOH
M asetat x 25 ml = 0.6 N x 44,75 ml

M asetat =
M asetat = 1.074 M
Kadar Asam Asetat =
=
= 6,08 %

LB. 5. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH


a.Pada penambahan 0 ml NaOH
[H+] =
[H+] =
= 4,39 x 10-3
pH = -log [H+]
= -log [4,39 x 10-3]
= 3 log 4,39
= 2,36
b.Pada penambahan 10 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 6 26,85 r:666
s : 0 20.85 6
[H+] =
=
= 6,25 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [6,25 x 10-5]
= 5 log 6,25
= 4,21
c.Pada penambahan 20 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol
mol NaOH = 20 ml x 0,6 = 12 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 12 26,85 r : 12 12 12
s : 0 14.85 12
[H+] =
=
= 2,23 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [2,23 x 10-5]
= 5 log 2,23
= 4,65
d.Pada penambahan 30 ml NaOH

mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol


mol NaOH = 30 ml x 0,6 = 18 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 18 26,85 r : 18 18 18
s : 0 8.85 18
[H+] =
=
= 0,88 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,88 x 10-5]
= 5 log 0,88
= 5,05
e.Pada penambahan 40 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol
mol NaOH = 40 ml x 0,6 = 24 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 24 26,85 r : 24 24 24
s : 0 2.85 24
[H+] =
=
= 0,216 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,216 x 10-5]
= 5 log 0,216
= 5,66
f.Pada penambahan 44,75 ml NaOH
mol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH
26,85 mol = M CH3COOH x 69,75 ml
M CH3COOH = 0,38 M
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 26,85 26,85 r : 26,85 26,85 26,85
s : 0 0 26,85
[OH-] =
=
= 1,45 x 10-5
pOH = -log [OH+]
= -log [1,45 x 10-3]
= 5 log 1,45
= 4,84
pH = 14 pOH
= 14 4,84
= 9,16
LB. 6. Perhitungan kadar Asam Asetat (sample II)

Volume astetat : 25 ml
Volume NaOH rataan : 56,75 ml
M NaOH : 0,6 N
M asetat x V asetat = M NaOH x V NaOH
M asetat x 25 ml = 0.6 N x 56,75 ml
M asetat =
M asetat = 1.362 M
Kadar Asam Asetat =
=
= 7,7 %
LB. 7. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH
a.Pada penambahan 0 ml NaOH
[H+] =
[H+] =
= 4,74 x 10-3
pH = -log [H+]
= -log [4,74 x 10-3]
= 3 log 4,74
= 2,33
b.Pada penambahan 10 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 6 34,05 r:666
s : 0 28,05 6
[H+] =
=
= 8,4 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [8,4 x 10-5]
= 5 log 8,4
= 4,08
c.Pada penambahan 20 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 12 34.05 r : 12 12 12
s : 0 22,05 12
[H+] =
=
= 3,3 x 10-5

pH = -log [H+]
= -log [3,3 x 10-5]
= 5 log 3,3
= 4,48
d.Pada penambahan 30 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 18 34,05 r : 18 18 18
s : 0 16,05 18
[H+] =
=
= 1,6 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [1,6 x 10-5]
= 5 log 1,6
= 4,8
e.Pada penambahan 40 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 24 34,05 r : 24 24 24
s : 0 10,05 24
[H+] =
=
= 0,756 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,756 x 10-3]
= 3 log 0,756
= 5,12
f.Pada penambahan 50 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 30 34.05 r : 30 30 30
s : 0 4,05 30
[H+] =
=
= 0,243 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,243 x 10-3]
= 3 log 0,243

= 5,61
g.Pada penambahan 53 ml NaOH
mol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH
34,05 mol = M CH3COOH x 81,75 ml
M CH3COOH = 0,42 M
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
m : 34,05 34,05 r : 34,05 34,05 34,05
s : 0 0 34,05
[OH-] =
=
= 1,51 x 10-5
pOH = -log [OH+]
= -log [1,51 x 10-3]
= 5 log 1,51
= 4,82
pH = 14 pOH
= 14 4,82
= 9,18

You might also like