Professional Documents
Culture Documents
.
Hadis yang tidak memenuhi syarat mutawatir.
Ajjaj al-Khathib, yang membagi hadis berdasarkan jumlah perawinya kepada
tiga, bahwa ia mengatakan defenisi Hadis Ahad sebagai berikut:
.
Hadis Ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang perawi, dua atau
lebih, selama tidak memenuhi syarat-syarat Hadis Masyhur atau Hadis Mutawatir.
Dari definisi Ajjaj al-Khathib di atas dapat dipahami bahwa Hadis Ahad adalah
hadis yang jumlah perawinya tidak mencapai jumlah yang terdapat pada Hadis
Mutawatir ataupun Hadis Masyhur. Di dalam pembahasan berikut, yang menjadi
pedoman penulis adalh definisi yang dikemukakan oleh Jumhur Ulama Hadis, yang
mengelompokkan Hadis Masyhur ke dalam kelompok Hadis Ahad.
Adapun jenis-jenis Hadis Ahad terbagi kepada tiga macam, yaitu: Masyhur,
Aziz dan Gharib.
1. Hadis Masyhur.
Secara bahasa, kata masyhur adalah isim maful dari Syahara, yang berarti al-
zhuhur, yaitu nyata. Sedangkan pengertian Hadis Masyhur menurur istilah Ilmu Hadis
adalah:
.
10
Mahmud al-Thahhan, Taisir Musthalah al- Hadits ,Beirut: Dr al-Quran al-Karim, 1399 H/1979
M, h. 18.
6
Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih, pada setiap tingkatan
sanad, selama tidak sampai kepada tingkat Mutawatir.
Menurut Ibnu Hajar, Hadis Masyhur adalah:
.
Masyhur adalah Hadis yang memiliki jalan yang terbatas, yaitu lebih dari dua
namun tidak sampai ke derajat Mutawatir.
Di samping itu juga ada istilah lain yang sering disamakan dengan Masyhur,
yaitu al- Mustafidh. Dimana al-Mustafidh secara bahasa adalah isim fail dari istifadha,
berasal dari kata fadha, yang berarti melimpah. Para Ulama Hadis berbeda pendapat
dalam memberikan definisi al-Mustafidh kepada tiga, antara lain:
1. Sama pengertiannya (muradif) dengan Masyhur.
2. Lebih khusus pengertiannya dari masyhur, karena pada Mustafidh disyaratkan
kedua sisi sanadnya harus sama, sedangkan pada Masyhur tidak disyaratkan
demikian.
3. Lebih luas dari Masyhur
Hukum Hadis Masyhur tidak ada hubungannnya dengan shahih atau tidaknya
suatu hadis, karena di antara Hadis Masyhur terdapat hadis yang mempunyai status
Shahih, Hasan atau Dhaif dan bahkan ada yang Maudhu. Akan tetapi, apabila suatu
hadis masyhur tersebut berstatus shahih, maka hadis masyhur tersebut hukumnya lebih
kuat daripada Hadis Aziz dan Gharib.
11
Selain Hadis Masyhur yang dikenal secara khusus di kalangan Ulama Hadis,
sebagaimana yang telah dikemukakan definisinya di atas dan disebut dengan al-Masyhur
al-Ishthilahi, juga terdapat Hadis Masyhur yang dikenal di kalangan ulama lain selain
ulama Hadis dan di kalangan umat secara umum. Hadis Masyhur dalam bentuk yang
terakhir ini disebut dengan al-Masyhur Ghair Ishthilahi yang mencakup hadis-hadis
yang sanad-nya terdiri dari satu orang perawi atau lebih pada setiap tingkatannya, atau
bahkan yang tidak mempunyai sanad sama sekali.
Dengan demikian, Hadis Masyhur dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu:
11
Nawir Yuslem, Ulumul Hadist, h. 207-208
7
(1). Hadis Masyhur di kalangan ahli hadis, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tiga
orang perawi atau lebih. Contohnya hadis yang berasal dari Anas r.a., dia berkata:
.
) (
Bahwasanya Rasulullah SAW berkunut selama satu buan setelah ruku
mendoakan hukuman atas (tindakan kejahatan) penduduk Rilin dan Dzakwan. (HR
Bukhari dan Muslim).
(2). Hadis Masyhur di kalangan Fugaha, seperti hadis:
. ) (
Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak. (HR Abu Daud dan Ibn
Majjah.
(3). Hadis Masyhur di kalangan Ulama Figh, contohnya:
. ) (
Diangkatkan (dosa/hukuman) dari umatku karena tersalah(tidak disengaja),
lupa, dan perbuatan yang dilakukan kerena terpaksa.(HR Ibn Majjah).
(4). Hadis Masyhur di kalangan Ulama Hadis, Fugaha, Ulama Ushul Figh dan
kalangan awam, seperti:
, .
( )
Muslim yang sebenarnya itu adalah orang yang selamat menyelamatkan
muslim-muslim lainnya dari akibat lidah dan tangannya, dan orang yang
berjihad itu adalah orang yang pindah(meninggalkan segala perbuatan
yang diharamkan Allah. (HR Bukhari dan Muslim).
(5). Hadis Masyhur di kalangan ahli Nahwu, seperti:
8
.
Sebaik-baik hamba adalah Shuhaib
(6). Hadis Masyhur di kalangan awam, seperti:
. ) (
Tergesa-gesa itu adalah dari (perbuatan) setan. (HR Tirmidzi).
2. Hadis Aziz
Aziz menurut bahasa adalah shifah musyabbahat dari kata azza ya izzu yang
berarti qalla dan nadara, yaitu sedikit dan jarang; atau berasal dari kata azza ya
azzu yang berarti qawiya dan isytadda, yaitu kuat dan sangat.
12
Menurut istilah Ilmu Hadis, Aziz berarti:
.
Bahwa tidak kurang perawinya dari dua orang pada seluruh tingkatan sanad.
Definisi di atas menjelaskan bahwa Hadis Aziz adalah Hadis yang perawinya
tidak boleh kurang dari dua orang pada setiap tingkatan sanad-nya, namun boleh lebih
dari dua orang, seperti tiga, empat atau lebih, dengan syarat bahwa salah satu tingkatan
sanad harus ada yang perawinya terdiri atas dua orang. Hal ini adalah untuk
membedakan dari Hadis Msyhur.
Contoh Hadis Aziz adalah:
:
.
Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Hadis Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, Tidak beriman salah seorang kamu sehingga aku
lebih dicintainya dari orang tuanya dan anaknya.
12
Al- Thahhan, Taisir Musthalah al- Hadits..., h. 25
9
Hadis tersebut di atas diriwayatkan dari Abu Hurairah dan juga Anas, dan dari
Anas oleh Qatadah dan Abd al-Aziz ibn Shuhaib, dan diriwayatkan dari Qatadah oleh
Syubah dan Said, dan diriwayatkan dari Abd al- Aziz oleh Ismail ibn Aliyah dan
Abu al- Waris. Dan diriwayatkan dari masing-masingnya oleh sekelompok (banyak)
perawi.
3. Hadis Gharib
Menurut bahasa, kata gharib adalah shifah musyabbahat yang berarti al- munfarid
atau al- baid an aqaribihi,
13
yaitu yang menyendiri atau jauh dari kerabatnya.
Gharib menurut istilah Ilmu Hadis:
.
Yaitu: Hadis yang menyendiri seorang perawi dalam periwayatannya
Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa setiap hadis yang diriwayatkan oleh
seorang perawi, baik pada setiap tingkatan sanad atau pada sebagian tingkatan sanad
dan bahkan mungin hanya pada satu tingkatan sanad, maka hadis tersebut dinamakan
Hadis Gharib.
Menurut Ulama Hadis, Hadis Gharib terbagi dua, yaitu: Gharib Muthlaq dan
Gharib Nisbi.
a. Gharib Muthlaq, yaitu:
.
Hadis yang menyendiri seorang perawi dalam periwayatannya pada ashal sanad.
14
Contoh Hadis Gharib Muthlaq, mengenai niat:
) (
Sesungguhnya seluruh amal itu bergantung pada niat.
Hadis niat tersebut hanya diriwayatkan oleh Umar ibn al- Khattab sendiri di tingkat
sahabat.
13
Al- Thahhan, Taisir Musthalah al- Hadits..., h. 26
14
Asal sanad adalah bagian (tingkatan) sanad yang padanya adalah sahabat. Apabila menyendiri
seorang sahabat dalam meriwayatkan suatu hadis, maka hadis tersebut dinamai Gharib Muthlaq. Lihat
Thahhan, Taisir, h. 28
10
b. Gharib Nisbi, adalah:
.
Hadis yang terjadi Gharib di pertengahan sanad-nya.
Hadis Gharib Nisbi ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari seorang
perawi pada asal sanad (perawi pada tingkat sahabat), namun dipertengahan sanadnya
terdapat tingkat yang perawinya hanya sendiri (satu orang ).
Asal sanad adalah bagian (tingkatan) sanad yang padanya adalah sahabat. Apabila
menyendiri seorang sahabat dalam meriwayatkan suatu hadis, maka hadis tersebut
dinamai Gharib Muthlaq.
Contoh Hadis Gharib Nisbi, yaitu:
. ) (
Hadis yang diriwayatkan oleh Malik dari al- Zuhri dari anas r.a., bahwasanya
Nabi SAW memasuki kota Mekkah dan di atas kepalanya terdapat al-mighfar
(alat penutup kepala). (HR Bukhari dan Muslim).
B. Konsekuensi Pengingkaran Hadis Mutawatir, Ahad dan Masyhur
Umat islam sepakat tentang keshahihan hadist yang termuat dalam shahih
Bukhari dan Shahih Muslim dan mereka menerimanya dengan baik. Para ulama juga
telah menegaskan kedudukan kedua kitab ini sebagai kitab yang paling shahih setelah
Al-Quran. Tidak ada orang yang mengingkarinya kecuali Harun dan yang sehaluan
dengannya berdasarkan prinsip bahwa kekuatan hadist sebagai sumber ajaran islam dan
tidak sama kekuatannya dengan Al-Quran.
15
Menolak atau mengingkari hadis nabi yang terdiri dari hadist mutawatir, hadis
ahad dan hadis masyhur adalah sebagai berikut:
a. Menolak atau mengingkari hadis mutawatir adalah kekufuran yang nyata,
karena hadist mutawatir pasti shahih dan membuahkan keyakinan (Yufiidul
yaqiin). Hadis mutawatir semuanya maqbul, maka dihukumkan kafir bagi
15
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, h. 28-30
11
orang yang menolaknya.
16
Penolakan hadis dimulai abad kedua Hijriyah
yang berbeda pendapat dari ijma (kesepakatan). Al- Baghdadi menjelaskan
dalam bukunya Al-Fard Baina al-Firaq bahwa mereka itu kaum mutazilah.
Ia berkata sesungguhnya An-Nazzam (230 H) berkata bahwa hadist
mutawatir bisa saja terdapat kedustaan didalamnya.
17
b. Menolak dan mengingkari hadis ahad dan termasuk pula hadist masyhur
adalah berdosa menurut Para sahabat , tabiin dan salafi ,baik yang
menyatakan hadist ahad itu menunjukkan zhann ataupun yang menyatakan
yakin , sepakat atas wajibnya mengamalkan hadis ahad.
18
Hadis ahad yang
diriwayatkan oleh perawi yang berintegritas baik adalah hujjah yang harus
diamalkan dalam agama.
19
Hasil penelitian dari Abu Hamzah A.Hasan Basri
pada tahun 1413 di Universitas LIPIA terkait bahasan ini sebagai berikut:
pertama; makna qathI dan ilmu dharury, kedua; hadis ahad adalah qatI
kesahihannya.
Menolak Hadist nabi secara mutlak, baik mutawatir, ahad akan
membahayakan diri seseorang, karena tentang kekuatan hadist nabi tersirat
dari banyak firman Allah yaitu:
Surat an-Najm ayat 3-4 :
Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut
kemauan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan (kepadanya).
Surat al-Hasyr ayat 7:
16
Nawir Yuslem, Ulumul Hadist, h. 207
17
Abdul Qadir Bin Thaher al-Baghdadi, Al-Farqu Baina al-Firaq, Tahqiq Muhammad Mahyuddin,
Dar al-Marifah, 429 H, h. 132, 143-144
18
Al-Amidi, Al-Ahkam , h.64
19
Ibnu Hazm Al-Andalusi, Al-ihkam fi Ushulul Ahkam, Tahqiq Ahmad Syakir, Beirut: Dar al
afaq al-jadidah, cet.pertama, tahun 1400 H, Juz 1.h.119
12
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.
C. Perbedaan Pendapat Ulama Tentang Kehujjahan Hadist ahad
Permasalahan kehujjahan hadist ahad menghasilkan khilaf dan polemik yang
bermacam-macam dikalangan ulama, antara lain:
1. Imam Syafii
Imam SyafiI berkata: Seandainya diperbolehkan bagi seorang awam untuk
mengatakan sesuatu dalam pembahasan ilmu khusus:Kaum muslimin telah bersepakat
dulu dan sekarang atas tetapnya khabar wahid (hadis ahad) dan berhenti diatasnya (yaitu
menjadikannya sebagai hujjah).
20
Secara keseluruhan Imam syafi,I berpendapat bahwa
hadis ahad bisa dijadikan hujjah baik pada aqidah atau hukum. Berpondasikan firman
Allah taala:
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-
Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata (QS. Al-Ahzab:
36).
2. Abul-Mudhaffar As-Samany Asy-SyafiI
20
Asy-SyafiI, Ar-Risalah, Maktabah Sahab, h. 154
13
Abul-Mudhaffar berkata: Sesungguhnya hadis , jika benar dari Rasulullah saw dan
diriwayatkan oleh para imam yang tsiqah dan orang belakangan mereka menyandarkan
kepada orang yang terdahulu mereka hingga keapada rasulullah dan diterima ummat,
hadist itu mewajibkan ilmu dalam apa yang berkaitan dengan ilmu. Ini adalah perkataan
orang yang menekuni As-sunnah. Sedangkan pendapat yang menyatakan hadis ahad
tidak membuahkan ilmu dengan sendirinya adalah pendapat Qadariyah dan
Mutazzilah.
21
Masih banyak nukilan para ulama ahlus sunnah yang senada ( untuk
menerima dan mengamalkan hadis ahad dalam perkara aqidah dan keimanan. Baik
secara manthuq ataupun secara mafhum seperti Abu Hanifah, Malik bin Anas,
Ahmad bin hambal .
3. Kelompok Mutazilah
Kelompok penolak Kehujjahan hadist ahad ialah: mutazilah tidak mau
menjadikan hadis ahad sebagai hujjah dalam masalah aqidah. Diantara dalil mutazilah
adalah:
a. Nabi menolak berita Dzul yadain ketika mengingatkan beliau dalam shalat
b. Abu Bakar tidak menerima kabar Muqhirah dalam warisan untuk nenek
sebelum ada saksi lain yaitu muhammad bin salamah
c. Umar tidak terima hadist Abu Musa tentang izin sebelum ada saksi lain
d. Aisyah menolsk hadis hukuman siksa bagi orang yang ditangisi
keluarganya
22
Bantahan dari jumhur Ulama secara rinci ialah:
a. Sebab Rasulullah tidak menerima kabar Dzul Yadain bukan tidak menerima
kabar ahad, diperkirakan tidak mungkin hanya Dzul yadain yang mengetahui
kesalahan nabi , sedangkan sangat banyak sahabat lain disana
b. Hanya untuk mengetahui adakah orang yang mengatakan tersebut
c. Umar hanya melakukan ricek agar para penyampai hadis tidak sembarangan
d. Aisyah tidak menolak hadis , tetapi menakwilkan maknanya saja bahwa yang
dimaksud orang Yahudi bukan orang Islam.
23
21
Risalah Al-Intishaar li- ahlil hadist, yang diringkas oleh as-Suyuthi dalam Shaunul Mantiq wal
kalam, h.160-161
22
Http/tajnash.blogspot.com/2013/09/kehujjahan- hadis- ahad-dalam masalah.html?m=1
14
D. Kehujjahan Hadist Ahad Dalam Persoalan Aqidah
Kehujjahan Hadis Ahad dalam permasalahan aqidah, yaitu:
1. Kelompok Penolak Kehujjahan Hadist Ahad
Pendapat ini bersumber dari mayoritas mutazilah, diantara dalil yang
mereka gunakan adalah:
a. Firman Allah QS. An-Najm;29:
24
Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari
peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi
Mereka menjelaskan ayat ini , Allah melarang kita menjadikan
prasangka ( dhann) sebagai hujjah.
b. Aqidah adalah sebuah keyakinan , maka untuk menetapkan keyakinan
harus dengan dalil yang qatI (yakin)sedangkan hadis ahad hanya
berfungsi dhan, tidak yakin.
2. Kelompok Pendukung Kehujjahan Hadist Ahad
Ini adalah pendapat Jumhur ulama. Ada beberaaaaaapa dalil kuat yang
dijadikan pendapat jumhur ulama, antara lain, sebagai berikut:
a. Hadist tentang di utus Muaz ke Yaman. Bahwa Muaz diperintahkan
untuk menyampaikan tauhid dulu kemudian baru perkara shalat, zakat
dan puasa.
Ini sebagai dalil qatI yang me nunjukkan hadis ahad bisa sebagai
hujjah.Bila tidak bisa menjadi hujjah maka nabi Muhammad tidak
mengutus muaz sendiri.
b. Firman Allah QS.al-Maidah: 67:
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara
23
Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Raudhah An-Nadhir ala wa junnah Al-Munadhir,
24
Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Raudhah An-Nadhir ,,
15
kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(QS.AL-Maidah:67)
25
Adapun Bantahan jumhur ulama terhadap penolakan hadis ahad
sebagai hujjah pada aqidah adalah: Banyak ayat lain yang menjelaskan
kewajiban menuntut ilmu, meskipun hanya sebagian orang saja yang
tersebut dalam QS. At-Taubah 122, juga tentang tidak ada larangan pasti
terhadap berita dari orang fasik QS. Al-Hujurat ayat 6, maka dhan pada
surah at taubah ayat122 harus ditafsirkan lain seperti wahm.
KESIMPULAN
Dari isi makalah tentang Klasifikasi hadis secara kuantitas dapat disimpulkan
bahwa:
1. pembagian lain yang diikuti oleh sebagian ulama, yaitu pembagian hadist
secara kuantitas ada 3 macam, yaitu hadist Mutawatir, Hadist Masyhur dan
hadist ahad. Ada juga ulama yang membagi hadist berdasarkan kuantitasnya
menjadi 2 bagian yaitu hadist mutawatir dan hadist ahad.
2. Menolak hadist mutawatir menyebabkan kafir, menolak hadis ahad berdosa
menurut Ulama ahlul sunnah, dan boleh menurut mutazilah
3. Ulama ahlul sunnah mengharuskan kita berhujjah dengan hadis ahad,
sedangkan mutazilah tidak membenarkan mengambil hujjah dari hadis ahad
secara umum
4. Hadis ahad dapat dijadikan hujjah pada masalah aqidah, sedangkan
mutazilah tidak membolehkan dijadikan hujjah untuk aqidah dari hadis
ahad.
25
Http/tajnash.blogspot.com/2013/09/kehujjahan- hadis- ahad-dalam masalah.html?m=1
16
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadist, Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 2005
Ahmad Muhammad Syakir ,Syarah Alfiyatus Suyuthy. Muh.Mahfudh At-Tarmusy
manhaj Dzawin-nadhar
Asy-SyafiI, Ar-Risalah, Maktabah Sahab,
Abdul Qadir Bin Thaher al-Baghdadi, Al-Farqu Baina al-Firaq, Tahqiq
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musththalah Hadist, Bandung; Al-Maarif, 1974
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid 1
Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Raudhah An-Nadhir ala wa junnah Al-Munadhir
Ibnu Hazm Al-Andalusi, Al-ihkam fi Ushulul Ahkam, Tahqiq Ahmad Syakir, Beirut:
Dar al afaq al-jadidah, cet.pertama, tahun 1400 H
Http/tajnash.blogspot.com/2013/09/kehujjahan- hadis- ahad-dalam masalah.html?m=1
Mahmud al-Thahhan, Taisir Musthalah al- Hadits ,Beirut: Dr al-Quran al-Karim, 1399
H/1979 M
Muhammad Mahyuddin, Dar al-Marifah, 429 H,
Muhammad Ajjaj al-Khatiby, Ujal al-adil, Beirut: Dar al- Fikr, 1981
Nawir Yuslem,Ulumul Hadist , Jakarta; Mutiara Sumber Widya, 1998
Risalah Al-Intishaar li- ahlil hadist, yang diringkas oleh as-Suyuthi dalam Shaunul
Mantiq wal kalam
17
Syaikh Manna Al-Qaththan, Mabahisu fi ulumil Hadist, terjemahan oleh Mifdhol
Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadist, Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 2005,