You are on page 1of 8

Amin.... Allah lebih tahu yang terbaik.dan Allah tidak pernah salah.

Dalam kebaikan yang Allah berikan


ada makna yang harus kita urai, ada hikmah yang harus kita laksanakan. jadi tetap semangat...semua itu
bukanlah apa apa bagi tiket menuju syurga. Janganlah itu membuatmu sedih. sudah cukup...sangat
cukup...sekian saja dan terimakasih.....sekarang adalah kegembiraan dan kebahagiaan dengan banyak
hal yang patut kita syukuri....
Gerakan Sayang Ibu
A. Pengertian
Gerakan Sayang Ibu adalah Suatu Gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat,
bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan
melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka
kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta penurunan angka kematian bayi.

B. Landasan filosofis asuhan sayang ibu
Menurut Coalition for Improving Maternity Services (CIMS) menyatakan bahwa
landasan asuhan sayang ibu adalah sebagai berikut :
1. Kelahiran adalah suatu proses alamiah
Kelahiran adalah suatu proses yang normal, alamiah dan sehat. Sebagai idan kita
harus mendukung dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebagai bidan kita
percaya bahwa model asuhan kebidanan yang mendukung dan melindungi proses
normal dari kelahiran, adalah yang paling sesuai bagi sebagian wanita selama masa
kehamilan dan kelahiran.
2. Pemberdayaan
Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih memahami apa yang mereka
perlukan untuk bisa melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang wanita untuk
melahirkan dan mengasuh bayinya akan diperkuat atau diperlemah oleh setiap orang
turut memberi asuhan serta oleh lingkungan diamana ia melahirkan.
3. Otonomi
Ibu beserta keluara memerluakan informasi agar mereka bisa membuat keputusan
yang sesuai dengan keinginan mereka. Kita harus memberi informasi secara benar
tentang resiko dan keuntunga dari semua prosedur, obat dan tes. Kita juga harus
mendukung ibu untuk membuat keputusan sesuai pilihannya sendiri mengenai apa
yang terbaik baginya brtdsarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut.
4. Jangan menimbulkan penderitaan
Intervensi sebaiknya tidak dilakukan sebagai sesuatu yang rutin, kecuali ada indkasi
kearah itu. Pengobatan dalam kehamilan, melahhirkan dan post partum denga pegujian
dan dan obat dapat menimblkan resiko
5. Tanggung jawab
Setiap pemberi asuhan bertanggung jaab atas kualitas asuhan yang diberikanya.
Asuhan berkualitas tinggi yanng terfokus pada kllien dan bersifat sayang ibu yang
berdasarkan penelituan ilmiah merupakan tanggung jawab dari semua bidan.

C. Tujuan Gerakan Sayang Ibu

Tujuan umum Gerakan Sayang Ibu adalah meningkatkan pengetahuan, kepedulian,
komitmen dan peran serta masyarakat dalam upaya integratif dan sinergis pada
program percepatan penurunan kematian ibu guna mewujudkan manusia yang
berkualitas
Tujuan khusus Gerakan Sayang Ibu yaitu
1. Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian pejabat pemerintah daerah dan sektor
terkait tentang berbagai faktor yang menyebabkan kematian ibu dan peningkatan upaya
penanggulangan secara integratif
2. Mekanisme rjukan sehingga keterlambatan pertolongan dapat dihindari
3. Meningkatkan upaya masyarakat dalam pendataan ibu hamil dan mengubah
kebiasaan yang merugikan kesehatan ibu hamil
4. Meningkatkan peran dan institusi dan petugas kesehan dalam upaya pendataan ibu
hamil dan pelayanan kesehatan
5. Meningkatkan pengembangan dana ibu hamil di setiap wilayah kelurahan atau desa
oleh PKK dan Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa (LKMD).

D. Kebijakan Gerakan Sayang Ibu

Kebijakan dalam gerakan sayang ibu meliputi:
1. Meningkatkan komitmen dan tanggung jawab pejabat pemerintah daerah, instansi
terkait, masyaraka, dan keluarga terhadap upaya penurunan kematian ibu.
2. Meningkatkan peran instansi pemerintah, swasta, masyarakat dan keluarga dalam
memahami masalah kesehatan wanita sebelum hamil, selama hamil, persalinan, dan
masa nifas.
3. Membantu meningkatkan kesadaran keluarga dan anggota keluarga lainnya dalam
pengambilan keputusan untuk mengatasi keterlambatan rujukan.
4. Meningkatkan kepedulian pejabat pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat dalam
mencukupi dana yang dibutuhkan untuk rujukan ibu hamil resiko tinggi, terutama dari
keluarga pra-sejahtera.
5. Peningkatan kesadaran dan kepedulian aparat pemerintah dan masyarakat terhadap
pentingnya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak melalui advokasi
dan penyuluhan atau pelatihan berwawasan gender atau kemitraan wanita dan pria.

E. Strategi Pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu
Strategi pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu adalah dengan:
1. Menyusun rencana, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi yang
berdasarkan percepatan penurunan AKI.
2. Pemberdayaan ibu hamil dan keluarganya sehingga ibu hamil dapat menggunakan
haknya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai dan keluarganya
bekerja sama dalam mengumpulkan dana.
3. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) bagi bidan, dukun bayi, Petugas Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB), PKK, LKMD, dan tokoh masyarakat sehingga para
pemuka masyarakat memahami tentang kesehatan ibu hamil, wanita, dan keluarganya.
4. Pengembangan mekanisme pendataan ibu hamil secara terpadu oleh PKK, kader,
dasawisma, petugas kesehatan, PLKB, dan lain-lain.
Data yang dikumpulkan meliputi ibu hamil, ibu bersalin, kelahiran, kematian ibu, dan
kematian bayi. Data secara berkala di laporkan ke Puskesmas dengan tembusan ke
camat dan selanjutnya dilaporkan ke pemerintah daerah.
5. Pengembangan mekanisme rujukan oleh masyarakat sehingga masyarakat
diharapkan mampu mendeteksi adanya risiko tinggi kehamilan kemudian merujuk ke
fasilitas kesehatan terdekat dengan didukung dana dan sarana transportasi
masyarakat.
6. Pengembangan kualitas pelayanan kesehatan, baik di Puskesmas maupun rumah
sakit dengan senantiasa meningkatkan keterampilan petugas dan sarana untuk
perbaikan mutu pelayanan.

F. Sasaran GSI
Sasaran langsung Gerakan Sayang Ibu adalah ibu sebelum hamil/WUS, ibu hamil, ibu
nifas, dan keluarga ibu hamil (suami, orang tua, mertua). Sasaran tidak langsung
Gerakan Sayang Ibu, yaitu sebagai berikut.
1. Pejabat pemerintah di setiap jenjang administrasi, khususnya pejabat pemerintah
daerah dan instansi terkait hendaknya membina dan mengoordinasi kegiatan GSI.
2. Ulama dan tokoh masyarakat di setiap jenjang terutama dalam menanggulangi 4
terlambat.
3. Instansi masyarakat di setiap jenjang (LKMD, PKK, LSM, dan organisasi massa yang
lain).
4. Sektor terkait yang ada di kelurahan (Puskesmas, PLKB, rumah sakit swasta,
poliklinik swasta, rumah bersalin, bidan praktik swasta, dokter praktik swasta)
diharapkan ikut berperan langsung dalam setiap kegiatan GSI.


G. Pengorganisasian GSI
Pengorganisasian Gerakan Sayang Ibu dilakukan:
1. Di pemerintah daerah, dibentuk kelompok kerja GSI yang mengacu pada kelompok
kerja GSI provinsi.
2. Di tingkat kecamatan, dibentuk satgas atau satuan tugas GSI dengan susunan:
Ketua : Camat
Sekretaris : Kepala seksi kesejahteraan sosial
Anggota : Kepala Puskesmas
Tim penggerak PKK
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)
PLKB
Petugas penyuluh pertanian
Kementerian Pendidikan Nasional kecamatan
3. Di tingkat kelurahan, dibentuk satuan tugas GSI dengan susunan:
Ketua : Lurah
Sekretaris : Sekretaris kelurahan
Anggota : Ketua LKMD
Ketua tim penggerak PKK kelurahan
Seksi LKMD
Kaur kesra
Petugas Puskesmas pembina kelurahan
PLKB pembina kelurahan

H. Mekanisme Operasional GSI
Mekanisme operasional GSI dilaksanakan melalui pendekatan fungsional, yaitu
memperhatikan tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab masing-masing
instansi pemerintah dan lembaga yang terkait dalam semangat kebersamaan dan
keterpaduan dan perlu ditumbuhkan hubungan kerja sama antara instansi pemerintah
dan masyarakat melalui:
1. Pemerintah mengambil prakarsa dan tanggung jawab dalam menumbuhkan
partisipasi masyarakat dan membina kemampuan masyarakat untuk merencanakan,
mengorganisasi, dan melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan GSI.
2. Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam memantau hasil kegiatan GSI.
3. Pemerintah menyediakan bantuan sumber daya bagi masyarakat dalam hal tenaga
terampil, teknologi, dan informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
kegiatan GSI.

I. Kegiatan GSI
Kegiatan GSI meliputi:
1. Kegiatan operasional.
a. Pembentukan kelompok kerja GSI dengan pembentukan satuan tugas kecamatan
sayang ibu dan satuan tugas kelurahan sayang ibu.
b. Penyusunan rencana kerja terpadu, terutama:
Meningkatkan cakupan ibu hamil (ANC)
Deteksi risiko tinggi ibu hamil
Mengembangkan tabungan ibu bersalin (tabulin) melalui berbagai cara, yakni:
- Setiap calon pengantin wanita (CPW) diwajibkan memiliki tabulin sebesar Rp5.000 di
Tabanas atau tabungan lainnya.
- Setiap ibu hamil menabung secara berkala melalui koordinasi dasawisma atau PKK.
- Setiap ibu hamil menabung secara berkala dan dikoordinasi oleh bidan yang
direncanakan akan menolong persalinannya dengan sepengetahuan satuan tugas
kecamatan.
- Mengembangkan mekanisme kemitraan dengan pengusaha atau tokoh masyarakat
untuk menggalang dana tabulin bagi ibu hamil yang tidak mampu.
c. Pemantauan dan bimbingan terpadu pelaksanaan GSI secara berjenjang.
d. Laporan umpan balik secara berkala tentang hasil pelaksanaan GSI kepada semua
instansi terkait.

2. Kegiatan sosialisasi, yang dilakukan melalui:
a. Penyuluhan melalui semua jalur komunikasi yang tersedia dan diharapkan
masyarakat berperan aktif dalam:
Mendata ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya
Mendeteksi adanya risiko ibu hamil
Merencanakan persalinan yang aman
Mendorong keluarga ibu untuk melaksanakan tabulin
Membantu proses pengambilan keputusan di tingkat keluarga saat ibu bersalin akan
dirujuk
Melaksanakan pendataan kelahiran, kematian ibu bersalin, dan kematian bayi
b. Materi penyuluhan ditekankan pada:
Perencanaan kehamilan
Pentingnya pemeriksaan kehamilan
Deteksi dini risiko ibu hamil
Rencana persalinan yang aman
Rujukan dini terencana
Pendataan dan pelaporan kehamilan, kematian ibu dan bayi
c. Penyuluhan dapat dilaksanakan oleh:
Pejabat pemerintah
Petugas kesehatan
Tokoh agama/ masyarakat
Organisasi masyarakat (PKK,LKMD, LSM)
3. Kegiatan pada tingkat administrasi.
a. Tingkat kelurahan
Membentuk satuan tugas GSI
Menyusun rencana kerja GSI dalam menggalakan tabulin,
Mengumpulkan data ibu hamil ibu bersalin, ibu nifas, kematian ibu/bayi, dan
melaporkan hasilnya kepada satgas GSI kecamatan
Penyuluhan kepada tokoh masyarakat dan keluarga sasaran
Melaporkan hasil kegiatan GSI kelurahan kepada satgas GSI kecamatan setiap bulan
selmbat-lambatnnya pada tanggal 20.
Meningkatkan pendapatan keluarga, khususnnya keluarga yang memiliki ibu hamil,
melalui berbagai program usaha peningkatan pendapatan keluarga (UPPK/UPPK
Sejahtera)
Petugas puskesmas pembina kelurahan dan PLKB memberdayakan keluarga dan ibu
hamil melalui peningkatan pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak agar setiap
ibu hamil memiliki tabulin

b. Tingkat kecamatan
Membentuk satuan tugas GSI
Menyusun rencana kerja kecamatan sayang ibu dan menggalakan tabulin serta
menyampaikan rencana kerja ke kelompok kerja (pokja) GSI kota/ kabupaten
Menyelenggarakan koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan
dalam instansi terkait GSI kecamatan
Memberi bimbingan dalam pemecahan masalah kepada satuan tugas GSI kelurahan
Menghimpun hasil kegiatan satuan tugas kelurahan dan melaporkan hasilnya kepada
keompok kerja GSI kota/ Kabupaten setiap bulan selambat-lambatnya pada tanggal 25
Penyuluhan kepada tokoh masyarakat dan keluarga sasaran
Kegitan pembinaan, pemantauan, dan penilaian terhadap GSI dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat kota/ kabupaten sampai tigkat kelurahan.
1. Pembinaan
Aspek yang harus dibina, adalah sebagai berikut
a. Kelembagaan GSI meliputi kelengkapan, kesiapan organisasi, pelaksanaan, metode
yang akan dipakai, sarana, tenaga yang dipersiapkan, dan informasi yang diperlukan
b. Progaram meliputi peningkatan kualitas penyelenggaraan program mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai pengendalian.
c. Pembentukan kesepakatan denagn semua sektor dan masyarakat bahwa ibu hamil
merupakan aset daerah dan tanggung jawab bersama.
2. Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan dengan:
a. Kunjungan langsung ke lapangan dengan menggunakan formulir pemantauan
b. Pencatatan dan pelaporan kemajuan program yang dibuat oleh pelaksana program
c. Rapat koordinasi kelurahan dan kecamatan dilaksanakan secara berkala guna
menilai kemajuan dan kendala yang ditemukan dan menyusun rencana kerja
3. Penilaian
a. Penilaian mengenai input, proses, output, dan dampak pelaksanaan GSI
b. Penilaian meliputi dukungan pemerintah dan sektor terkait tokoh masyarakat, tokoh
agam, LSM, organisasi profesi dalam pelaksanaan GSI.
c. Menilai kemajuan pencatatan, pelaporan dan pengembangan dana tabulin
d. Tolak ukur keberhasilan, yaitu sebagai berikut:
Semua pasangan usia subur telah memperoleh penyuluhan dan pelayanan kesehatan
serta KB
Ibu hamil memiliki akses terhadap ANC (K1) = 90%
Kunjungan K4 sesuai rumus (1,1,2) = 100%
Deteksi risiko tinggi ibu hamil = 80%
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan = 90%
Semua ibu bersalin dengan risiko tinggi memperoleh pertolongan memadai
Bayi baru lahir diperiksa 3 kali (KN2) = 90%
Ibu hamil yang memiliki tabulin = 90%

J. Peran Kader/PKK dalam GSI
1. Peran kader/PKK dalam GSI sangat berpengaruh karena kader/PKK melakukan
kegiatan ibu-ibu dengan pengaderan 5T:
Tanggap (harus mengetahui tugasnya)
Tangguh (dengan segala lingkungan harus pantang menyerah)
Trengginas (harus terampil dalam menentukan sikap)
Tanggung jawab (merasa ikut bertanggung jawab terhadap deteksi risiko tinggi ibu
hamil)
Tanpa imbalan (tidak mengharapkan imbalan, tetapi melaksanakan tugasnya demi
tugas sosial)
2. Pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan
a. Melakukan pendataan dan deteksi dini risiko tinggi pada semua ibu hamil
b. Meningkatkan penyuluhan kepada ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan
kesehatan
c. Memberi penyuluhan kepada ibu hamil supaya pertolongan persalinannya ditolong
oleh tenaga kesehatan
d. Pemberdayaan ibu hamil dengan meningkatkan kesadaran dan mengambil keputusan
dengan melihat latar belakang
e. Peningkatan kepedulian dari suami, keluarga, dan masyarakat perlu diperhatikan
karena mempunyai peranan yang penting untuk mendorong ibu hamil dalam
menentukan sikap
f. Merujuk ibu hamil dengan faktor risiko kepada petugas kesehatan
g. Memberikan penyuluhan tentang pengadaan dana ibu hamil dengan cara menabung
(tabulin).

K. Prinsip Gerakan Sayang Ibu
Badan coalition for improving maternity services (CIMS) melahirkan safe mother hood
initiative pada tahun 1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu dan organisasi
nasional yang misinya untuk mempromosikan kesempurnaan model asuhan persalinan
yang dapat meningkatkan hasil kelahiran serta meghemat biaya. Misi ini berdasarkan
penelitian, sayang ibu, bayi dan keluarganya dan memfokuska pada pencegahan dan
kesempurnaan sebagai alternatif penapisan, diagnosa dan program perawatan yang
berbiaya tinggi.
Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini ialah bahwa model asuahan kebidanan
ini, yang mendukung dan melindungi proses kelahiran normal, merupakan langkah
yang paling sesuai untuk mayoritas ibu selama masa kehamilan dan melahirkan. Badan
ini merumuskan 10 langkah bagi rumah sakit/pusat pelayanan persalinan yang harus
diikuti agar mendapat predikat sayang ibu:
1. Menawarkan suatu akses pada semua ibu yang sedang melahirkan untuk
mendapatkan seseorang yang akan menemani menurut pilihannya dan mendapatkan
dukungan emosional serta fisik secara berkesinambungan
2. Memberi informasi kepada publik mengenai praktek tersebut termasuk intervensi dan
hasil asuhannya
3. Memberikan asuhan yang sifatnya peka dan responsive bertalian dengan
kepercayaan, nilai, dan adat istiadat
4. Memberi kebebasan pada ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan dan memilih
posisi persalinan
5. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang
berkesinambungan
6. Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ini
tentang manfaatnya
7. Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri tanpa
obat
8. Mendorong semua ibu dan keluarga, termasuk mereka yang bayinya sakit dan kurang
bulan, agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh bayinya sendiri sedapat
mungkin
9. Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban
agama
10. Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengenai 10 langkah sayang bayi
prakarsa rumah sakit untuk mempromosikan pemberian ASI yang baik

L. Hambatan Pelaksanaan GSI
1. Hambatan secara struktural
Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga orientasi yang terbentuk
semata-mata dilaksanakan karena ia adalah program wajib yang harus dilaksanakan
berdasarkan Surat Keputusan (SK).
2. Hambatan secara kultural
Masih kuatnya anggapan atau pandangan masyarakat bahwa kehamilan dan
persalinan hanyalah persoalan wanita.

You might also like