You are on page 1of 7

ANAK JALANAN

A. PENDAHULUAN
Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan phsykis) yang
menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan
untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan
fisik atau mental dari lingkunganya. Umumnya mereka berasal dari keluarga yang
ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan
dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga
memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.
Ketika mereka dewasa, besar kemungkinan mereka akan menjadi salah satu pelaku
kekerasan. Tanpa adanya upaya apapun, maka kita telah berperan serta menjadikan anak-
anak sebagai korban tak berkesudahan. Menghapus stigmatisasi di atas menjadi sangat
penting. Sebenarnya anak-anak jalanan hanyalah korban dari konflik keluarga, komunitas
jalanan, dan korban kebijakan ekonomi permerintah yang memberatkan rakyat. Untuk itu
kampanye perlindungan terhadap anak jalanan perlu dilakukan secara terus menerus
setidaknya untuk mendorong pihak-pihak di luar anak jalanan agar menghentikan aksi-aksi
kekerasan terhadap anak jalanan. Sesuai konvensi hak anak-anak yang dicetuskan oleh PBB
(Convention on the Rights of the Child), sebagaimana telah diratifikasi dengan Keppres
nomor 36 tahun 1990, menyatakan bahwa karena belum matangnya fisik dan mental anak-
anak, maka mereka memerlukan perhatian dan perlindungan. Fenomena merebaknya anak
jalanan di Indonesia merupakan persoalansosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan
memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam
kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi
masalah bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap
nasibanak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalahsaudara
kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga
tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan
cerah.
Begitu pula kiranya anak jalanan yang memerlukan perhatian dan perlindungan terhadap
hak-haknya sebagai anak bangsa untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan pasal 31 ayat
1 UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
Melihat isi dari pasal 31 ayat 1 tersebut sangat bertolak belakang dengan yang dialami anak
jalanan. Mereka hampir tidak mendapatkan haknya untuk mendapatkan pengajaran.
Ironisnya di tengah pendidikan bagi anak jalanan yang terabaikan, DPR justru berencana
mendirikan gedung baru yang megah dengan alasan kinerja. Sepertinya akan lebih bijak
apabila dana tersebut digunakan untuk mendirikan sekolah untuk anak jalanan, memberikan
honor bagi pengajar, dan penyediaan sarana belajar mengajar untuk mereka. Akan tetapi di
balik hal tersebut kita patut bangga karena kepedulian masyarakat Indonesia terhadap
pendidikan justru semakin tinggi. Hal ini dibuktikan dari banyaknya masyarakat yang
mengabdikan diri sebagai pengajar di sanggar yang telah didirikan.

B. PEMBAHASAN
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya terencana dan berkesinambungan yang dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan manusia agar menjadi manusia yang berkualitas.
Pendidikan dalam Bab.I ketentuan umum pasal 1 undang-undang sisitem pendidikan
nasional no.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Secara umum pendidikan berkenaan dengan peningkatan kualitas manusia,
pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda kearah yang
diharapkan masyarakat. Meskipun pendidikan difokuskan kepada generasi muda, tetapi
pada hakekatnya pendidikan juga diberikan kepada anak, remaja, orang dewassa bahwa
usia lanjut dan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah perguruan tinggi,
lembaga diklat, dalam masyarakat, serta berbagai satuan lingkungan.
Pendidikan berfungsi untuk membantu peserrta didik dalam mengembangkan dirinya,
yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadi kearah yang
positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Sedangkan peserta didik adalah orang
orang yang sedikit atau banyak, telah berkembang atau sama sekali masih kuncup.
Disinilah peran pendidikan diperlukan untuk mengembangkan peserta didik untuk lebih
mengembangkan potensinya. Karena pada dasarnya peran pendidikan adalah
mangaktualkan kemampuan-kemampuan yang masih kuncup, dan mengembangkan lebih
lanjut apa yang baru sedikit atau baru sebagian teraktualisasi, pengembangan
semaksimum mungkin sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Anak jalanan
Menurut lisa (1996) anak jalanan adalah anak-anak yang bekerja di jalanan.
Studi yang dilakukan oleh Soedijar (1989/1990) menunjukkan bahwa anak jalanan
adalah anak yang berusia antara 7-15 tahun yang bekerja di jalanan dan dapat
mengganggu ketentraman dan keselarnatan orang lain serta mebahayakan dirinya
sendiri. Sementara itu, Direktorat Bina Sosial DKI menyebutkan bahwa anak
jalanan adalah anak yang berkeliaran di jalan raya sambil bekerja mengemis atau
menganggur saja. Panti Asuhan klender mengatakana bahwa anak jalanan adalah anak
yang sudah biasa hidup sangat tidak teratur di jalan raya, bisa diambil bekerja tetapi dapat
juga hanya menggelandang sepanjang hari (Kirik Ertanto dalam
www.humana.20m.com/babl/htm).
Penelantaran dan kesewenangan terhadap anak, selain berhubungan dengan
kemiskinan keluarganya juga berhubungan dengan sikap penolakan orang tua, ini terjadi
pada kelompok anak-anak yang hidup di jalanan (children of street). (Saripudin,
2010:157)
Menurut Hakiki (2000 dalam Saripudin 2010:157), anak-anak yang ditolak orang
tuanya enggan untuk tingal di rumah, mereka mencari kehidupan di luar rumah. Jalanan
merupakan pilihan mereka untuk melarikan diri dari penolakan tersebut. Anak-anak yang
melarikan diri dari rumah kemudian melakukan aktivitas di jalanan, pada umumnya
berada pada masa usia tersebut perhatian mereka tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok. Oleh karena itu mereka ingin
menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan,
berbicara, dan berperilaku sekalipun bertentangan dengan peraturan dirinya, keluarganya,
dan peraturan sekolah. Oleh sebab itu pula mereka betah tinggal di jalan, karena mereka
hidup berkelompok dengan teman lain yang usianya relatif sama.
3. Pendidikan pada anak jalanan
Sebenarnya anak jalanan tidak berbeda dengan anak yang lainnya, mereka juga
mempunyai potensi dan bakat. Pada masa anak-anak seperti itu otak yang memuat 100-
200 milyar sel otak siap dikembangkan serta diaktualisasikan untuk mencapai tingkat
perkembangan potensi tertinggi. Pada perkembangan otak manusia mencapai kapasitas
50 % pada masa anak usia dini. Kita telah benar-benar melupakan hak anak-anak untuk
bermain, bersekolah, dan hidup sebagaimana lazimnya anak-anak lainnya. Mereka
dipaksa orang tua untuk merasakan getirnya kehidupan. Mereka tumbuh dan berkembang
dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan
hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif
.
Mengkaitkan kandungan hak-hak anak sebagaimana yang tercantum dalam KHA
dengan realitas yang ada, maka akan terlihat suatu kesenjangan yang cukup tinggi.
Penghormatan negara atas hak-hak anak jalanan dinilai masih sangat minim, bahkan pada
kebijakan-kebijakan tertentu seperti razia-razia yang sarat dengan nuansa kekerasan,
negara kerapkali dinilai melakukan pelanggaran terhadap hak-hak anak (jalanan).
Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam rangka memenuhi hak-hak anak jalanan harus
senantiasa ditingkatkan. Hal ini mengingat anak sebagai aset dan generasi penerus
bangsa. Salahsatunya adalah dengan meningkatkan pelayanan pendidikan bagi anak-anak
jalanan. Pendidikan yang dimaksudkan disini adalah pendidikan formal sebagaimana
yang dicanangkan pemerintah dalam Gerakan Wajib Belajar 9 tahun dan tentu saja
dengan biaya pendidikan gratis atau murah bagi anak-anak jalanan yang memiliki
keluarga miskin.
Pendidikan Pada anak jalanan mungkin ini tidak terlihat sebagai suatu yang penting.
Para anak jalanan lebih memilih untuk mencari uang dibandingkan dengan bersekolah.
Karena dorongan kebutuhan hidup mereka yang mewajibkan mereka untuk mencari uang
untuk dapa bertahan hidup. Maka dari itulah pendidikan yang didapat oleh anak jalanan
sangatlah rendah dan dapat dikatakan anak jalanan ini tidak mendapatkan pendidikan
secara baik sesuai konvensi hak anak-anak yang dicetuskan oleh PBB (Convention on the
Rights of the Child), sebagaimana telah diratifikasi dengan Keppres nomor 36 tahun
1990, menyatakan bahwa karena belum matangnya fisik dan mental anak-anak, maka
mereka memerlukan perhatian dan perlindungan. Begitu pula kiranya anak jalanan yang
memerlukan perhatian dan perlindungan terhadap hak-haknya sebagai anak bangsa untuk
memperoleh pendidikan dengan baik sesuai dengan pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang
mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
Melihat isi dari pasal 31 ayat 1 tersebut sangat bertolak belakang dengan yang
dialami anak jalanan. Mereka hampir tidak mendapatkan haknya untuk mendapatkan
pengajaran. Dan akibatnya, perilaku negatif dan kriminal yang timbul di kalangan anak
jalanan tersebut. Anak jalanan hidup dan berada dalam situasi sosial yang terdiri dari
berbagai setting. Setting pertama adalah lingkungan sosial yang terdiri dari keluarga ,
sekolah dan masyarakat.
Pendidikan di kalangan anak jalanan ironisnya sangat sedikit atau dapat dikatakan
tidak layak. Msesikpun telah diatur dalam Pasal 9 ayat (1) UU no 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak menyebutkan; Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya. Pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek
perkembangan fisik dan mental mereka. Sebab, anak bukanlah orang dewasa yang
berukuran kecil. Anak mempunyai dunianya sendiri dan berbeda dengan orang dewasa.
Kita tak cukup memberinya makan dan minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah
rumah, karena anak membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang adalah fundamen
pendidikan. Tanpa kasih, pendidikan ideal tak mungkin dijalankan. Pendidikan tanpa
cinta seperti nasi tanpa lauk,menjadi kering hambar, tak menarik.
Inilah yang menjadi faktor berkembangnya anak jalanan di Indonesia dan pada masa
dewasa para anak jalanan ini tidak dapat bersaing dengan anak-anak yang lain.
Persaingan ini berpandangan bahwa setiap orang harus diberi kesempatan yang sama
untuk bersaing. Namun pada kenyataannya pada persaingan in anak-anak jalanan hanya
memiliki sedikit kesempatan karena kurangnya kemampuan dan pendidikan yang
diterima leh anak jalanan ini.
4. Penanggulangan pendidikan pada anak jalanan (Rumah Singgah)
Rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana
anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke
dalam proses pembinaan lebih lanjut .rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak
jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan
proses non formal yang memberikan suasana pusat resosialisasi anak jalanan terhadap
sistem nilai dan norma di masyarakat. Tujuan dibentuknya rumah singgah adalah
resosialisasi yaitu membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan memberikan pendidikan dini untuk
pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi
masyarakat yang produktif.
Dalam resosialisasi kepada anak jalanan, para tutor menggunakan prinsip perkawanan
dan kesejajaran. Meskipun mereka anak-anak, pengalaman dijalanan telah membuat
mereka matang. Resosialisasi menghindari pola instruksi dan memberikan masukan-
masukan terus-menerus dimana anak sebagai objek. Anak jalana ditempatkan sebagai
subjek atas perubahan yang akan terjadi pada dirinya.prinsip yang berlaku adalah para
tutor dengan anak jalanan berdiskusi untuk merumuskan kegiatan, memberikan
pertimbangan, dan menyemangati upaya yang dipilih. Pada akhir rsosialisasi, anak
jalanan diharapkan sudah mampu menolong dirinya sendiri.
Seperti contohnya Andi Suhandi yang beberapa waktu lalu dinobatkan sebagai "The
Young Heroes" oleh sebuah acara televisi ternama. Ia berhasil mendirikan sanggar
pendidikan bagi anak jalanan, yang telah menampung banyak anak jalanan dan sebagian
dari mereka telah bersekolah di sekolah formal dan berprestasi. Meskipun pada awalnya
Andi mengalami kesulitan akan tetapi kesulitan tersebut dapat dilalui berkat kesabaran
dan kerja kerasanya. Hasilnya anak-anaknya berhasil membawa pulang Tropi Walikota
Juara 1 untuk tulis puisi yang bertema anak jalanan dan Juara 2 lomba baca puisi, serta
berhasil meraih Juara 1 lomba teater pada 2009.
Jadi, sebenarnya apabila anak jalanan tersebut dibina dengan baik, mereka memiliki
potensi yang tidak kalah dengan anak pada umumnya. Anak jalanan perlu dirangkul
untuk mendapatkan haknya memperoleh pendidikan dan tidak selalu dipandang sebelah
mata.
Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat
penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :
a. Sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap
menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual
ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.
b. Rehabilitasi, yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak.
c. Sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak
jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial seperti
pendidikan, kesehatan dll. Lokasi rumah singgah harus berada ditengah-
tengah masyarakat agar memudahkan proses pendidikan dini, penanaman
norma dan resosialisasi bagi anak jalanan.
d. Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau k panti
dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan
e. Memberikan alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan
menyiapkan masa depannya sehingga menjadi warga masyarakat yang
produktif dan mandiri.

You might also like