OLEH : 1. ABDUL HAKIM 2. ISMULYANINGSIH 3. MAYA KOMALA SARI 4. M ADE INDRA SUTOMO 5. YULI PRASTIO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL AZHAR MATARAM 2011 PENENTUAN SEBAB KEMATIAN SEBELUM TRAUMA Kematian mendadak yang tidak diharapkan dan tidak dapat dijelaskan ditemukan pada sebagian besar kasus pada praktek kedokteran forensik.Kematian mendadak yang tidak dijelaskan sering tercatat sebagai kematian karena sebab yang alami. Para ahli percaya bahwa kebanyakan dari kematian ini dikarenakan Sudden Death Syndrome (sindroma kematian mendadak) atau Sudden Cardiac Death (kematian jantung mendadak). Penyebab kematian mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh yaitu sistem Susunan Saraf Pusat sistem kardio!askuler sistem pernafasan sistem gastrointestinaldan sistem urogenital. Pada tahun"tahun terakhir ini penyebab kematian tersering pada kasus kematian mendadak adalah penyakit kardio!askular. Penyebab penyakit jantung itu sendiri bermacam"macam mulai dari penyakit jantung koroner kardiomiopati penyakit katup jantung hingga akibat kelainan genetik seperti pada sindrom marfan. Sebuah studi post mortem pada salah satu #umah Sakit di Dublin Connoly $ospital antara %anuari &'() hingga Desember *++& menyebutkan bahwa penyebab terbanyak kematian mendadak adalah penyakit %antung ()',).Di -ndonesia sendiri sukar didapat insiden kematian mendadak yang sebenarnya. .ngka yang ada hanyalah jumlah kematian mendadak yang diperiksa di bagian kedokteran forensik /K0-. Dalam tahun &''+ dari seluruh *12& kasus ditemukan **) laki"laki ('*,) dan 3+ perempuan (*,) kasus kematian mendadak sedangkan pada tahun &''& dari *33) kasus diperiksa **( laki"laki ((',) dan 31 perempuan (*&,). 4leh karena penyebabnya yang wajar maka apabila kematian tersebut didahului oleh keluhan gejala dan terdapat saksi (apalagi bila saksinya adalah dokter misalnya di klinik puskesmas atau rumah sakit) biasanya tidak akan menjadi masalah kedokteran forensik. 5amun apabila kematian tersebut terjadi tanpa riwayat penyakit dan tanpa saksi maka dapat menimbulkan kecurigaan bagi penyidik apakah terkait unsur pidana di dalamnya. Disinilah peran pemeriksaan forensik berupa autopsi dan pemeriksaan histologi akan sangat penting guna menjawab permasalahan di atas. /orensic patologi tidak hanya berkaitan dengan kematian karena tindak kriminal kecurigaan kecelakaan dan bunuh diri tapi juga dengan berbagai kematian karena penyebab alami. Kebanyakan dari mereka terjadi tiba"tida (sudden) dan tak terduga (une6pected) tidak dapat dijelaskan secara klinik atau disisi lain tidak dikenal meskipun terdapat elemen penyabab yang tidak alami. P758849458.5 K7:.;-.5 :75D.D.K Secara praktis kematian mendadak dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu instantaneous death yaitu kematian yang terjadi dalam beberapa detik setelah awitan gejala sedangkan noninstantaneous death merupakan kematian yang terjadi dalam beberapa menit setelah awitan gejala. Kematian mendadak yang alami dapat dibagi menjadi dua kategori besar < (&) Kematian yang terjadi dimana ada saksi mata dan keadaan dimana faktor fisik dan emosi mungkin memainkan peran juga dapat terjadi saat akti!itas fisik saat merencanakan sebuah perjalanan atau selama melakukan hubungan seksual. (*) Keadaan dimana mayat ditemukan dalam keadaan yang lebih mencurigakan terdapat kemungkinan hadirnya saksi"saksi yang mungkin ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya kematian. PENYEBAB MATI MENDADAK 9esi yang dapat menyebabkan kematian alamiah yang mendadak secara garis besar terdiri dari = golongan yaitu< 8rup terbesar adalah lesi yang diakibatkan oleh proses penyakit yang berjalan perlahan atau insidental berulang yang merusak organ !ital tanpa menimbulkan suatu gejala renjatan akut sampai terjadi suatu penghentian fungsi organ !ital yang tiba"tiba. Salah satu contoh yang paling baik untuk golongan ini adalah kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner. ;erjadinya ruptur pembuluh darah yang mendadak dan tak terduga yang diikuti dengan perdarahan yang berakibat fatal. Contoh golongan ini adalah pecahnya aneurisma aorta dengan perdarahan ke dalam pericardial sac atau pecahnya aneurisma pada sirkulus >illisi yang menyebabkan perdarahan subdural. 8olongan ketiga mencakup infeksi latent atau infeksi hebat yang perjalanan penyakitnya berkembang tanpa menunjukkan gejala yang nyata atau bermakna sampai terjadi kematian. Contohnya adalah endokarditis bakterial atau obstruksi mendadak usus karena !ol!ulus. Pengenalan sebab kematian pada kasus kematian mendadak secara mendasar adalah proses interpretasi yang mencakup deteksi perubahan patologis yang ditemukan secara anatomis patologi anatomi bakteriologis dan kimiawi serta seleksi lesi yang ditemukan yang dianggap mematikan bagi korban. PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyebab terbanyak kematian mendadak di .merika Serikat menyebabkan antara =++.+++ sampai 1++.+++ kematian dalam setahun. ;erdapat !ariasai sirkardia pada insiden kematian mendadak dengan insiden puncak di pagi hari. Penjelasan yang mungkin adalah pada waktu tersebutakti!itas ner!us simpatik meningkat yang mungkin merupakan faktor predisposisi terjadinya Cardiac .ritmia. ?eberapa penyakit jantung dan pembuluh darah yang dapat mengakibatkan mati mendadak antara lain< o Penyakit %antung Koroner (Coronary atherosclerosis) o Penyakit %antung $ipertensi o Penyakit katup aorta (.orta Stenosis) o Sirkulasi koroner anomali o Penyakit arteri koroner lainnya seperti poliartritis o Pembesaran Kardiomiopati o Penyakit %antung Kongenital P!"#$%& J#!&'!( K)*)!* +,)*)!#*" #&-*)./0*).%.1 Dengan perhitungan kasar sekitar 2*, dari semua kematian mendadak karena penyakit jantung disebabkan oleh arteriosklerosis pada arteri koroner. ;erbentuknya sumbatan pada lumen cabang pembuluh darah yang partial atau total yang luas ataupun hanya setempat dapat menyebabkan arteri tidak dapat mengirim darah yang adekuat ke miokardium. Sebagai akibatnya akan terjadi coronary artery insufficiency dan jantung secara tiba"tiba berhenti. 4bstruksi yang signifikan pada lumen arteri koronaria adalah jika membatasi )3, lumen ( atau setidaknya (+, dari lumen yang normal harus hilang sebelum timbul infark myocard Stenosis dari koroner oleh ateroma sangat sering terjadi konsekuensinya terjadi pengurangan aliran darah ke otot jantung yang dapat menyebabkan kematian dengan berbagai cara. &. -nsufisiensi koroner akibat penyempitan lumen utama akan mengakibatkan iskemia kronik dan hipoksia dari otot"otot jantung di bawah stenosis. 4tot jantung yang mengalami hipoksia mudah menyebabkan aritmia dan fibrilasi !entrikel terutama pada adanya beban stress seperti olahraga atau emosi. *. Komplikasi dari ateroma dapat memperburuk stenosis koroner dan kematian otot jantung yang mengikutinya. Plak ateroma ulseratif dapat pecah atau hancur mengisi sebagian atau seluruh pembuluh darah dengan kolesterol lemak dan debris fibrosa. Pecahan ini akan terbawa ke arah distal pembuluh darah dan pada percabangan pembuluh darah menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan multipel mini"infark. ?agian endotel dari plak yang hancur dapat bertindak seperti katup dan menutup total pembuluh darah. Komplikasi lain adalah perdarahan sub"intima yang terjadi pada plak membesarkannya secara tiba"tiba dan menutup lumen pembuluh darah. =. ;rombosis koroner 1. :iokard infark terjadi ketika stenosis berat terjadi atau terjadi oklusi total dari pembuluh darah bila pembuluh darah kolateral di tempat bersangkutan tidak cukup memberi darah pada daerah yang bersangkutan. -nfark umumnya baru terjadi bila lumen tertutup lebih dari atau sama dengan )+,. @ 3. 9esi pada sistem konduksi jantung. 7fek dari infark yang besar adalah mengurangi fungsi jantung karena kegagalan pompa dan otot yang mati tidak dapat berkontraksi atau menyebabkan aritmia dan fibrilasi !entrikel. -nfark yang dapat dilihat dengan mata secara makroskopik tidak terjadi saat kematian mendadak karena perlu beberapa jam agar oklusi jantung menjadi jelas. ;api efek fatal dari infark dapat terjadi pada setiap saat setelah otot menjadi iskemik. 2. -nfark miokard yang ruptur dapat menyebabkan kematian mendadak karena hemoperkardium dan tamponade jantung. Keadaan ini umumnya terjadi pada wanita tua yang mempunyai miokardium yang rapuh namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada semua orang. Keadaan ini cenderung terjadi dua atau tiga hari setelah onset infark dan bagian otot yang infark menjadi lunak. #uptur terkadang terjadi pada septum inter!entrikuler menyebabkan Aleft"right shuntA pada jantung. ). /ibrosis miokard terjadi ketika infark miokard menyembuh karena miokardium tidak dapat berprofilerasi. Sebuah daerah fibrosis yang besar di !entrikel kiri dapat kemudian membengkak karena tekanan yang tinggi selama sistole membentuk aneurisma jantung yang mengurangi fungsi jantung. (. #uptur otot papilaris dapat terjadi karena infark dan nekrosis. Keadaan ini memungkinkan katup mitral mengalami prolaps dengan gejala insufisiensi mitral dan bahkan kematian. .teroma pada arteri koroner bisa fokal dengan plak yang irreguler dengan berbagai ukuran atau dalam jumlah sedikit dan terlokalisir dengan sisa lumen lain pada sistem kardio!askuler hampir normal. $al ini berarti setiap bagian pembuluh darah utama harus diperiksa saat otopsi pemotongan trans!ersal dilakukan dengan jarak tidak lebih dari = mm. ?eberapa bentuk infark miokard yang dapat dikenali saat otopsi yaitu< o -nfark laminar lebih banyak ditemukan pada daerah subendokardial atau pada !entrikel kiri kadang infark luas sampai setengah atau lebih dari tebalnya dinding. o -nfark lokal atau regional lebih sering pada penyakin arteri koroner murni dan disebabkan oklusi lokal atau sumbatan yang berat pada arteri koronaria. ?esar dan posisi infark tergantung dimana oklusi terjadi. $ampir semua infark jenis ini ditemukan pada !entrikel kiri. 8ambaran makroskopis infark miokard awal digambarkan dengan berbeda pada banyak buku patologi sebagian karena berbagai macam umur infark yang digambarkan oleh penulis. ?eberapa gambaran yang khas dari tingkatan infark miokard adalah< o &*"&( atau bahkan *1 jam pertama tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. ;anda pertama yang dapat ditemukan adalah oedem pada otot yang terlihat pucat karena tekanan serabut otot pada pembuluh darah o Sekitar akhir hari pertama sampai hari kedua dan ketiga daerah tersebut menjadi berwarna kuning disertai pecahnya miosit yang menyebabkan lapisan tampak merah. $al ini akan memberikan gambaran BtrigoidA seperti belang pada macan. o Setelah beberapa hari infark menjadi lebih lembut dan rapuh disebut Bmyomalacia cordisA. Pada fase ini * atau = hari kedepan akan terjadi ruptur dan masuk ke kandung perikardial. o ;iga minggu dan setelahnya bagian tengah infark menjadi seperti gelatin warnanya memudar menjadi adu"adu transparan. o Satu atau dua bulan selanjutnya fibrosis akan mengganti otot yang mati dan menjadi jaringan parut. 8ambaran infark miokard yang berbeda pada tiap fase dapat terlihat secara mikroskopis. 8ambaran infark tersebut antara lain< o Perubahan awal gambaran mikroskopis infark miokard tidak spesifik. Perubahan tersebut diantaranya oedema intersisial kongesti dan perdarahan kecil. o Periode &("*1 jam terjadi degenerasi yang progresif pada serabut otot dan jumlah eosinofilia bertambah. 4edema seluler mereda dan digantikan oleh oedema interfibre memisahkan serabut otot. o $ari kedua sampai keempat nukleus menjadi cekung dan membayang. ;erjadi infiltasi netrofil pada sebagian infark kemudian digantikan oleh mononuklear makrofag akan membersihkan debris dan fibroblas akan menjadi kolagen selama perbaikan. o Pada akhir minggu pertama terjadi disitegrasi serabut otot dan kapiler baru dan fibroblas mulai terlihat. o Pada minggu keempat terjadi fibrosis awal yang lambat dan tidak merata. ?eberapa komplikasi infark mikard yang mungkin timbul antara lain< &. #uptur jantung merupakan penyebab umum timbulnya haemoperikardium dan cardiac tamponade. #uptur selalu terjadi selama infark. #uptur palign sering terjadi pada bagian distal dinding !entrikel kiri. *. ;rombosis mural tidak dapat disepelekan jika infark terjadi pada endokardium !entrikel kiri. =. Perikarditis terjadi bersama dengan infark transmural. 1. Perikardium !iseral menjadi berwarna merah keunguan dengan !askular blush pada permukaannya. /ibrosis miokard pada orang tua dapat menyebabkan hipertrofi !entrikel pada hipertensi dan meyebabkan iskemik relatif. 3. .neurisma jantung terjadi dimana daerah fibrosis yang luas menggantikan infark transmural sebelumnya. P!"#$%& J#!&'!( H%2*&!.% $ipertensi dapat menyebabkan kematian mendadak diawali dengan hipertrofi !entrikel kiri. Pada hipertensi otot jantung harus bekerja ektra untuk melawan tekanan eksternal dan membesar untuk dapat menghasilkan dorongan yang lebih kuat. .teroma sering diasosiasikan dengan hipertensi. Ketika !entrikel kiri harus bekerja melawan tekanan arteri sistemik yang tinggi serabut otot jantung menjadi hipertrofi. %ika =2+"=(+ gram adalah batas berat rata"rata jantung manusia maka pada penyakit jantung hipertensi adalah 3++")++ gram. Pembuluh darah di bagian tengah harus memberikan suplai pada otot dengan !olume yang lebih dari lapisan lain. $al ini menjelaskan bahwa daerah tengah lebih rentan terhadap perubahan hipoksia yang didindikasikan dengan penurunan akti!itas enCim dan terjadinya nekrosis laminar. 4tot"otot ini menjadi tidak stabil dan dengan dengan mudah membuat rangkaian aritmia dan fibrilasi. S&!).%. A)*&# Stenosis aorta menyebabkan hipertrofi !entrikel kiri bahkan lebih nyata dibanding pada hipertensi. %antung dapat mencapai berat (++ D &+++ gram. Penyebabnya biasanya adalah kalsifikasi pada katup jantung menyebabkan katup menjadi tebal dan kaku. Pada tingkat lanjut seluruh katup mungkin hampir tidak dapat dikenali massa seperti kapur dengan lumen hampir tidak cukuplebar untuk memuat sebuah pensil. Katup aorta yang sempit menghalangi aliran darah dari !entrikel kiri dan menyebabkan hipertrofi otot dalam rangka memompa stroke !olume yang sama melewati lubang yang lebih sempit. 7fek yang lain adalah penurunan tekanan perfusi koroner dan akan lebih buruk jika terjadi regurgitasi. Kematian mendadak umumnya terjadi pada usia di atas 2+ tahun namun terjadi pula pada orang yang lebih muda dengan kelainan kongenital berupa katup aorta yang bikuspid. K#*3%)4%)2#&% Kardiomiopati adalah suatu kelainan pada miocardium yang dihubungkan dengan disfungsi jantung dimana belum diketahui penyebab yang pasti. Kardiomiopati bukan merupakan hasil dari arteriosklerosis hipertensi kongenital atau penyakit katup jantung. Kardiomiopati dapat digolongakan menjadi = yaitu< dilatedEkongesti hipertrofi dan restriktif"obliteratif. Pada dilatedEkongesti jantung dengan nyata membesar dengan miokardium yang lembek dan perbesaran pada semua ruang. Secara mikroskopis terdapat degenerasi dan atau hipertrofi serat otot fibrosis miokardium yang fokal atau difus infiltasi sel mononuklear dan kadang infiltrasi lemak. PENYAKIT SISTEM RESPIRASI ?eberapa penyebab kematian mendadak yang disebabkan oleh sistem respirasi adalah< o .sthma o 0pper airway obstruction o ?ronchopulmonary dysplasia o Cystic fibrosis o :assi!e pulmonary hemorrhage o -diopathic pulmonary hemosiderosis o ;ension pneumothora6 o 7mboli pulmonal A.&-4# .sma merupakan bentuk serangan sesak nafas karena rangsangan terkecil material alergi tertentu pada saluran nafas. Diantaranya serbuk sari debu uap kimia kotoran hewan aspirin dan agen infeksius berupa !irus dan aspergillus sp. :ekanisme sudden death pada serangan asma akut kurang begitu dimengerti. Diantaranya termasuk aritmia jantung hipokalemia dan asfiksia. Sulit memperoleh data yang adeFuat karena cepatnya episode terminal dan kejadian diluar #S. Proses serangan asma dari gejala sampe gagal nafas hanya berselang &"*jam sajaAsudden asphi6ic asmaA.?ronkodilator menjadi impliikasi penyebab dari sudden death. Kemungkinan !aso!agal karena hipotensi dengan bradikardi atau aritmia jantung. Kemungkinan lain bronkodilator hanya meringankan gejala sementara yang membuat pasien menunda ke #S sehingga terlambat dalam pengobatan. Studi klinik dari &+ orang pengidap asma yang gagal nafas sebelum atau sesaat setelah masuk #S tidak menunjukkan gangguan ritme jantung secara signifikan disimpulkan bahwa asfiksia sebagai faktor pencetus daripada aritmia penyempitan saluran nafas yng massi!e merupakan petunjuk pasti dari collapsnya paru berdasar dari obser!asi pasien asma di #S yang memburuk dan menghendaki menghentikan bantuan nafas. Pneumotorak juga berhubungan dengan fatal emboli udara pada atatus asmatikus. Kemungkinan terganggunya keseimbangan elektrolit jadi pertimbingan. Pada kasus tertentu hipokalemi karena aksi G* agonis berpotensial menyebabkan hipoksia asidosis dan pengruh G* agonis sendiri di otot jantung menjadi lemah. ;iga komponen penting yang berperan penting dalam serangan asma adlah bronkospasme penyumbatan saluran dafas oleh lendir lengket dan edema mukosa semua itu memberi kontribusi dalam memperburuk hipoksia yang mengakibatkan berhentinya pernafasan. Saat otopsi nampak mediator radang (histamin prostaglandin platelet acti!ating faktor leukositosit eosinofil). H"ray atau di rongga dada nampak under a water seal. Pada paru terdapat tanda mengmbang berlebihan. 5ampak penyumbatan sekret lengket yang tebal di bronkus.(kadang jg muncul pd bronkiektasis dan enfisema). 8ambaran mikroskopisnya< edema padd dinding bronkus karena penumpukan sel radang. Penebalan subepitel membran basalis dan hipertropi pada otot polos. Penyebab utama kematian mendadak karena organ respirasi sebenarnya juga terletak pada faktor !askular juga. 7mboli pulmonar amat sering terjadi dan bahkan kadang tidak terdiagnosa sebagai sebab kematian. Pada hampir setiap kasus sumber emboli berasal dari !ena tungkai. Pada saat terjadi trauma terutama yang memerlukan imobilisasi trombosis !ena terbentuk. Sebagian besar terjadi tanpa gejala dan tidak menimbulkan masalah tapi sebagian lagi emboli ini terlepas dan menutup pembuluh darah pulmoner dengan ukurannya yang beranek ragam. Sekitar (+, dari kematian akibat emboli pulmoner memiliki predisposisi penyebab seperti patah tulang trauma jaringan operasi imobilisasi dan lain"lain. -ni membuat hubungan antara kematian dan kejadian yang terkait dengan trauma menjadi lebih sulit. Dalam penerapan hukum sukar untuk dibuktikan hingga meyakinkan hakim bahwa trauma yang dibuat tersangka yang menyebabkan kematian. Penyebab kematian mendadak yang sering pula terjadi di -ndonesia adalah haemoptysis masif dari ca!erna tuberculosis atau dari yang lebih jarang terjadi haemoptysis masif dari keganasan pada sistem respirasi. Kematian yang cepat namun tidak mendadak dapat juga terjadi pada infeksi dada yang hebat terutama oleh strain !irus influensa yang ganas. U22* #%*5#" )6.&*'/&%)! ;umor 5asofaring Pembesaran adeniod dan tonsil bisa menyebabkan penyumbatan saluran nafas atasdistres pernafasan dan apneu. ;umor lain yang bisa nyumbat saluran nafas adalah tumor kelenjar ludah. U22* #%*5#" %!7/&%)!. Pemeriksaan epiglottis merupakan pemeriksaan wajib saat otopsi. Pada kasus epiglotitis akut akut epiglottis nampak merah dan mengkilap dan mungkin menutup lubang laring. Pemeriksaan mikroskop 5ampak infiltrasi neutrofil kadang dengan koloni bakteri. ;enggorokan dan kultur darah sering mengarah pada hemopilus influenCa type b. -nfeksi lain yang juga dapat menyebabkan kematian kerena penutupan jalan nafas yaitu tonsillitis peritonsillar abses abses retrofaringeal tonsillitis lidah. Septik atau radang dipteri tenggorokan juga dapat menyebabkan penghambatan aliran udara yang masuk dan asfiksia yang parah. 7dema laring karena tumor faring laring dan esofagus juga bisa menyebabkan asfiksia. .sfiksia mempunyai ciri nafas dispneu dengan ekspirasi yang memanjang menyebabkan kematian tak terduga pada asma bronkial dengan obstruksi nafas merupakan hasil dari generalisasi spasme otot bronkus terkecil dan adanya sekresi mukus lengket di bronkus besar. B*)!/-)2'04)!#*" 3".20#.%# ?ronchopulmonary dysplasia mengacu pada penyakit paru kronik. .da = fase berbeda perkembangan pada displasia bronkopulmonary akut reparati!e dan kronik. Pemeriksaan makroskopisnya akan ditemukan< permukaan paru"paru halus tebal dan bertambah berat ciri"ciri pada tahap terminal ditandai paru"paru yang pecah. Pada pemeriksaan makroskopisnya kerusakan terjadi dari trakea sampe ke el!eoli dengan penampakan awal nekrosis pada lapisan epitelial sel disertai ulserasi. Pada kasus yang parah nekrosis bisa sampe kartilago trakea menyebabkan trakeomalasia epitel displasia submukosal fibrosis dan hipertropi otot saluran nafas terkecil. ,".&%/ 7%6*).%. ?erlangsung kronik pada paru kasus lanjut ditemukan jaringan parut yang luas dengan sumbatan mukus jalan nafas bronkiektasis. E46)0% P'04)!#0 Sepersepuluh persen otopsi pada sudden death karena penyakit pada organ ini. Kematian tak terduga bisa karena asfi6ia hasil dari emboli paru yang masi! yang disebabkan oleh trombus yang besar dari iliaka atau !ena femoralis akibat trauma atau operasi yang kemuadian menuju ke paru karena stasis aliran darah. Pada saat terjadi trauma terutama yang memerlukan imobilisasi trombosis !ena terbentuk. Sebagian besar terjadi tanpa gejala dan tidak menimbulkan masalah tapi sebagian lagi emboli ini terlepas dan menutup pembuluh darah pulmonal dengan ukurannya yang beraneka ragam. Sekitar (+, dari kematian akibat emboli pulmoner memiliki predisposisi penyebab seperti patah tulang trauma jaringan operasi imobilisasi dan lain"lain. -ni membuat hubungan antara kematian dan kejadian yang terkait dengan trauma menjadi lebih sulit. Dalam penerapan hukum sukar untuk dibuktikan hingga meyakinkan hakim bahwa trauma yang dibuat tersangka yang menyebabkan kematian. Secara forensik merupakan hal yang amat penting bagi dokter untuk dapat membuktikan adanya trombosis setelah tejadinya kekerasan. %ika korban mengalami embolisme yang fatal seminggu setelah kekerasan namun secara histologi trombosis tampak berumur beberapa minggu maka jelas kekerasan bukan merupakan penyebabnya. LESI PADA OTAK DAN LESI INTRAKRANIAL Pada penelitian disebutkan lesi intrakranial sebagai penyebab kematianmendadak pada orang dewasa secara urut paling banyak disebabkan oleh< o 7pilepsi o Perdarahan intraserebral o Perdarahan subarakhnoid spontan o $ematom subdural o $ematom ekstradural o :eningitis bakteri o ;umor otak E2%02.% ;eori mekanisme terjadinya kematian mendadak yang tidak diharapkanpada epilepsi difokuskan pada hipo!entilasi dan adanya perubahan jantung yang terjadi ketika atau segera setelah kejang. Patofisiologi yang mendasari terjadinya kematian mendadak pada penderita epilepsi tidak diketahui namun mekanismenya juga bisa dikarenakan aritmia jantung yang diperantarai autonom saja atau kombinasi dengan edema paru neurogenik dan gagal jantung. .ritmia jantung tersebut dikarenakan adanya pelepasan katekolamin secara berlebihan dari medula kelenjar adrenal. Selain itu aritmia jantung baik ketika periode kejang atau di antara kejang menyebabkan gagal jantung akut dan hal ini memberi peranan penting dalam mekanisme kematian mendadak yang tidak diharapkan pada epilepsi. Pada beberapa penelitian disebutkan mekanisme lain dikarenakan adanya akti!itas listrik pada amigdala yang memiliki hubungan eferen melalui nuklei sentral ke pusat pengaturan jantung di medula. ;idak ada pemeriksaan post mortem diagnostik untuk kasus kematian mendadak pada epilepsi. Diagnosis membutuhkan eksklusi penyebab lain yang potensial menyebabkan kematian yang berhubungan dengan kejadian kematian. Sehingga pemeriksaan post mortem termasuk toksikologi dan histologi diperlukan untuk mengidentifikasi adanya penyakit lain intoksikasi atau trauma. Kematian bisa saja salah dikatakan akibat dari epilepsi ternyata ada penyakit lain seperti perdarahan otak atau o!erdosis obat. Penelitian juga menunjukkan pemeriksaan neuropatologi otak dapat memberikan informasi tambahan. >alaupun hasil otopsi gagal menunjukkan penyebab mendasar dari kematian namun beberapa hasil otopsi yang didapatkan pada organ penderita dengan kasus ini pernah dilaporkan. Pada kebanyakan kasus anak"anak dan dewasa ditemukan edema serebral pada pemeriksaan otak. Selain itu didapatkan tanda"tanada hipoksia pada daerah hipokampus. Sklerosis pada amigdala juga pernah didapatkan pada beberapa kasus. Pada pemeriksaan paru ditemukan edema paru dengan cairan yang kaya protein dan hemoragik al!eolar. Pada jantung ditemukan adanya fibrosis dari sistem konduksi. Pada pemeriksaan hepar didapatkan peningkatan dari berat organ tersebut dan adanya kongesti !ena yang mengindikasikan adanya gagal jantung kanan dan keadaan ini tampak pada sebagian besar kasus. Semua temuan ini lebih sering ditemukan pada penderita dengan kematian mendadak yang tidak diharapkan pada epilepsi dibandingkan pada penderita lain dengan epilepsi. P*3#*#-#! S'6 A*#$-!)%3 S2)!&#! +N)! T*#'4#1 Perdarahan sub arakhnoid spontan merupakan keadaan yang sangat berpotensi mengancam jiwa. Penyebab dari perdarahan sub arakhnoid spontan ini sangat perlu diketahui karena akan menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Perdarahan subarakhnoid dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat walaupun mekanismenya masih belum jelas. ?anyak kasus yang menunjukkan ketika orang yang sehat terlihat kolaps dan kemudian meninggal. :enurut :ilenko!ic ?abic dan #aadenko!ic penyebab terbanyak dari perdarahan sub arakhnoid spontan adalah aneurisma ()3,) kemudian malformasi arteri"!ena (3,) dan perdarahan sub arakhnoid yang tidak diketahui sebabnya (1"*),). .neurisma serebral merupakan dilatasi fokal patologis dari pembuluh darah otak yang berpotensi untuk ruptur. .neurisma sakular atau aneurisma berry atau aneurisma kongenital merupakan '+, dari seluruh kasus serebral aneurisma dan terletak pada cabang utama dari arteri besar. .neurisma berry merupakan kombinasi antara hipertensi dan lemahnya dinding pembuluh darah. ?agian yang lemah atau tipis pada pembuluh darah otak sangat rapuh terhadap peningkatan tekanan hidrostatik yang disebabkan hipertensi dan akan melebar. ?eberapa bagian pembuluh darah otak yang lemah terutama daerah sirkulus >illis dimana pembuluh darah kecil menghubungkan pembuluh darah otak yang utama. Daerah ini sangat suseptibel untuk terjadi aneurisma berry. .neurisma berry dapat terbentuk batik pada sirkulasi anterior maupun sirkulasi posterior otak. Pada otopsi diagnosis perdarahan subarakhnoid terbukti sendiri (self e!ident). ?iasanya perdarahan berasal dari sirkulus >illis perdarahan yang paling tebal akan melewati dasar otak terutama sisterna basalis. Darah biasanya akan menyebar secara lateral dan dapat menutupi seluruh permukaan hemisfer serebral otak bagian belakang dan ke bawah menuju canalis spinalis. Perdarahan akan berwarna merah terang pada perdarahan segarI apabila bertahan beberapa minggu akan berwarna kecoklatan karena hemoglobin mengalami perubahan. $emosiderin dapat dideteksi dengan pengecatan Perl setelah sekitar tiga hari. Penentuan sumber perdarahan terkadang sulit. .neurisma tampak pada (3, kasus perdarahan sub arakhnoid spontan namun sisanya tidak menunjukkan adanya aneurisma. $al ini mungkin karena destruksi aneurisma kecil ketika ruptur. Pencarian akan adanya aneurisma kecil pada otopsi mungkin sulit karena adanya lapisan tebal dari bekuan darah yang terjebak antara selaput otak dan pembuluh darah.Diseksi tumpul sebaiknya dilakukan dengan menggunakan gagang scalpel atau forsep. Darah sebaiknya dicuci menggunakan air yang mengalir.Di-njeksi air pada salah satu ujung arteri !ertebralis yang sudah dipotong setelah mengikat atau menjepit secara hati"hati pembuluh darah lainnya dan ujung arteri karotis dapat dilakukan untuk melihat dari mana air tersebut bocor atau keluar. Kebocoran tersebut mungkin multipel karena adanya robekan tambahan ketika pengeluaran otak pada saat otopsi. .neurisma paling baik dicari pada sediaan otak segar karena adanya fiksasi formalin dapat menyebabkan bekuan darah menjadi lebih keras sehingga dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah atau aneurisma ketika mengeluarkan bekuan darah tersebut. .neurisma biasanya ditemukan pada bifurkasi arteri serebral media dan arteri komunikans posterior di arteri serebral media pada fisura Syl!ian di arteri komunikans anterior atau dimana arteri komunikans posterior bergabung dengan pembuluh darah serebral posterior. .neurisma kadang terdapat pada bagian kortikal arteri dan mungkin merupakan bagian yang terbenam dalam permukaan serebral sehingga sulit untuk dicari. .pabila pembengkakan (dimana dapat terjadi kolaps seluruhnya pada otopsi terutama ketika ruptur) tidak tampak pada pemeriksaan superfisial sirkulus >illis pembuluh darah sebaiknya diangkat perlahan menggunakan ele!ator tumpul sehingga bagian dibawahnya dapat diinspeksi. ;erkadang aneurisma yang terbenam dapat ruptur terutama ke bagian korteks yang menyebabkan kesalahan menginterpretasikan lesi tersebut dengan perdarahan intraserebral. .neurisma berry sering multipel dan ber!ariasi dalam ukurannya mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter walaupun ukuran biasanya berkisar antara ="( milimeter. I!7$.% I!&*#$*#!%#0 >alaupun infeksi intrakranial lebih sering terjadi pada anak"anak ada beberapa contoh yang terjadi pada orang dewasa terutama dimana terjadi kematian mendadak yang tidak dapat dijelaskan baik yang disebabkan oleh meningitis bakterial atau yang berhubungan dengan abses otak yang besar. 4rganisme yang umum ditemukan adalah Streptococcus pneumoniae (1+"2+,) 5eisseria meningitidis (&3"*3,) 9isteria monocytogenes (&+"&3,) dan $aemophillus influinCae (3"&+,). Kebanyakan kasus meningitis akan berkembang menjadi septikemia sekunder. Streptococcus pneumoniae dapat berkembang sekunder menjadi pneumonia pneumokokus. 4rganisme ini juga umum ditemukan pada trauma kepala dimana terjadi kerusakan dura. :eningitis yang disebabkan $aemophillus pneumococcal dan meningococcal berasal dari perluasan langsung infeksi telinga tengah. Pada otopsi otak tampak membengkak. :eningen tampak keruh pada permukaan !entral otak oleh karena eksudat purulen. 7ksudat dapat sedikit sehingga tidak bisa dilihat secara kasar atau dapat sangat banyak. Pada semua kasus meningitis telinga tengah sebaiknya dibuka dan diperiksa untuk memastikan bahwa telinga tengah bukanlah sumber menigitis. -nfeksi yang disebabkan oleh 5eisseria meningitidis dapat berupa meningitis purulenta meningococcemia (septikemia) atau keduanya. :eningococcemia dapat tampak secara klinis sebagai demam ringan penyakit yang fulminan atau penyakit kronis. Penderita dapat menunjukkan keadaan yang meninggal demam tinggi pusing mual nyeri kepala atau lemah pada tubuh. Petekie pada tubuh didapatkan pada )3, kasus. Petekie tersebut dapat bergabung membentuk purpura dan lesi intrakutan. Pada &+, kasus akan tampak progresi!itas yang cepat dengan toksemia syok dan kolaps. Penderita mungkin meninggal kurang dari &+ jam setelah onset gejala. ;erkadang penderita yang sedang jalan"jalan dan tiba"tiba kolaps kemudian meninggal pada otopsi didapatkan dengan meningococcemia. Pada otopsi akan tampak sianosis ruam eritema yang timbul seperti jerawat petekie dan purpura pada kulit nekrosis bilateral akut pada kelenjar adrenal **namun tidak ada meningitis. Kultur pada cairan otak dan darah untuk meningokokus umumnya negatif setelah pendinginan tubuh dikarenakan kerusakan organisme danEatau pemberian antibiotik antemortem. Pada beberapa kasus diagnosis dapat ditegakkan dengan deteksi spesifik polisakarida kapsular meningokokus dari darah.;ehnik yang digunakan dengan imunoelektroforesis aglutinasi lateks atau polymerase chain reaction. 7nsefalitis !iral jarang ditemukan karena menifestasinya dalam jangka waktu lama sehingga diagnosa klinis dapat ditegakkan. 4tak akan menunjukkan edema berat dengan peri!ascular cellular infiltrates dan infiltrasi ke selaput otak. Sel"sel terutama limfosit dan polimorfonuklear. Plak nekrosis aselular dapat terlihat pada seluruh otak. T'4)* O&#$ Kematian mendadak dan tidak dapat dijelaskan pada beberapa keadaan tertentu dikarenakan oleh tumor otak primer yang tidak terdiagnosis. Pada penelitian dari &+.''3 otopsi medikolegal berturut"turut di Dallas ;e6as Di :aio dkk menemukan &' dari kematian mendadak yang tidak diharapkan disebabkan oleh neoplasma intrakranial primer dengan insiden +&),. Pada penelitian lain dari &).1+1 otopsi yang dilakukan di ?rooklyn 4ffice ditemukan insiden sebanyak +&2, dari kematian mendadak yang tidak diharapkan dikarenakan adanya neoplasma intrakranial primer.Dari &' kematian dikarenakan neoplasma intrakranial yang dilaporkan oleh Di :aio dkk sembilan (1)1,) merupakan kategori astrositoma"glioblastoma. Sisanya termasuk empat kasus dari oligodendroglioma dan masing"masing satu kasus dari meduloblastoma mikroglioma teratoma kista koloid dan pituitary chromophobadenoma. 7nam kasus kematian terjadi sesudah adanya kehilangan kesadaran atau indi!idu tersebut ditemukan meninggal dimana lima di antaranya tidak menunjukkan gejala"gejala sebelumnya. indi!idu memiliki gejala peningkatan tekanan intrakranial epilepsi dan manifestasi psikiatri. Perbandingan durasi dan tipe gejala yang ditunjukkan penderita ini dengan populasi penderita di rumah sakit yang kematiannya disebabkan oleh neoplasma intrakranial primer yang sudah terdiagnosis sebelumnya membuktikan bahwa adanya gejala akut dalam durasi yang lebih singkat pada kasus"kasus kematian mendadak yang tidak diharapkan. 8ejala"gejala juga cenderung tidak terlokalisasi dan tidak ada perubahan atau perkembangan gejala pada penderita yang epilepsi merupakan manifestasi primer dari penyakit dasarnya. Selain itu juga terdapat insiden yang rendah akan defisit neurologis fokal sebagai gejala yang muncul. :enurut penelitian ?lack dan 8raham yang dilakukan pada bagian forensik dari tahun &''3"&''( tumor otak primer merupakan penyebab yang jarang menyebabkan kematian mendadak pada lesi intrakranial. :enurut literatur tumor otak primer yang utama ditemukan adalah glioblastoma multiform dan jenis tumor lainnya yang pernah dilaporkan adalah oligodendrogliona meduloblastoma limfoma teratoma dan adenoma pituitari. ;umor intrakranial metastasis yang umumnya ditemukan adalah karsinoma bronkial koriokarsinoma dan melanoma. Kista koloid pada !entrikel ketiga juga dihubungkan dengan terjadinya deteriorasi neurologis akut dan dapat menjadi penyebab kematian mendadak pada orang dewasa. 9esi yang kecil dapat tidak ditemukan pada otopsi. Kista yang lebih besar dapat menyumbat foramen :onro dengan dinding yang berselaput tipis dan di dalamnya terdapat bahan seperti hialin yang homogen dan tidak tembus cahaya (soft opaFue). Sel"sel otak dapat dirusak oleh sel tumor dengan beberapa cara antara lain < secara langsung menyebabkan kompresi akibat pertumbuhan sel tumor secara tidak langsung akibat pengaruh reaksi inflamasi pada atau daerah sekitar massa tumor adanya edema otak atau peningkatan tekanan intrakranial (akibat edema otak atau hambatan sirkulasi cairan serebrospinal). D./;.# P0S;.K. .nonim. Sudden Death. http<EEningrumwahyuni.wordpress.comE*++'E+(E+1 Esudden"deathE. Diakses tanggal *) :ei *+&+ .nonim. Kematian :endadak 4leh Karena #uptur .neurisma Pada Sindrom :arfan.http<EEwww.scribd.comEdocE*3)(1)'1EKematian":endadak"4leh"Karena" #uptur".neurisma"Pada"Sindrom":arfan. Diakses tanggal *' :ei *+&+ .nonim. Sudden Death Due to -ntracranial 9ession. http<EEwww.scribd.comEdocE*3)(311&ESudden"Death"Due"to"-ntracranial"9esion. Diakses tanggal *' :ei *+&+ ?udiyanto. . >idiatmika.> -lmu Kedokteran /orensik. %akarta. ?agian Kedokteran /orensik 0ni!ersitas -ndonesia. &'') ?yard #oger >. Sudden Death in -nfancy Childhood and .dolescent. *++1. Cambrige 0ni!ersity Press. 5ew Jork. Dahlan Sofwan. -lmu Kedokteran Kehakiman. ?adan Penerbit 0ni!ersitas Diponegoro.Semarang.*++( Dahlan Sofwan. Pembuatan Kisum et #epetum. ?adan Penerbit 0ni!ersitas Diponegoro.Semarang.*++( Di :aio Kincent %.: Dana SuCanna 7. 5atural Disease. Dalam < $andbook of /orensic Pathology. .ustin < 9andes ?ioscienceI &''(. $al < =3"21 Knight ?. /orensic Pathology. Second 7dition. 5ew Jork < 46ford 0ni!ersity Press. &''2 < 1() D 3&2.