You are on page 1of 20

MAKALAH DIARE

A. Pengertian
Diare adalah berak-berak yang lebih sering dari biasanya (3 x atau lebih dalam sehari) dan
berbentuk encer, bahkan dapat berupa seperti air saja, kadang-kadang juga disertai dengan
muntah, panas dan lain-lain (Widoyono, 2008).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan, peningkatan volume, keenceran dan
frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih
dari 4 kali/hari (Hidayat, Aziz Alimul, 2008).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi dan Rita
Yulianni, 2006).

B. Faktor Penyebab Diare
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan
sebagainya.
2) Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis).
3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides).
b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut (OMA),
tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorsi
Malabsorsi karbohidrat disakarida, lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

C. Tanda-tanda Penyakit Diare
1. Balita biasanya rewel karena diare menyebabkan kekurangan cairan, sehingga perlu diberi
minum yang banyak.
2. Pada keadaan dehidrasi ringan-sedang, balita akan terlihat gelisah.
3. Diare ditandai disentriform yaitu tinja berlendir, cair dan kadang-kadang berdarah.
4. Diare disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat.
5. Nafsu makan menurun akibat diare harus diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh
membaik.
6. Balita biasanya akan muntah sebelum atau sesudah makan karena merupakan gejala dari
beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks, gula darah yang sangat
rendah, dan lain-lain yang merupakan factor penyebab diare.
7. Dehidrasi (kekurangan cairan)
Tingkatan dehidrasi ada tiga, yaitu :
a. Dehidrasi Ringan
Muka memerah, rasa haus yang sangat, kulit hangat dan kering, tidak buang air atau
volume urine berkurang atau berwarna lebih gelap, pusing dan lemah, kram pada otot kaki dan
tangan, menangis dengan sedikit atau tidak ada air mata, mengantuk, mulut dan lidah disertai
berkurangnya air liur.
b. Dehidrasi Sedang
Tekanan darah menurun, pingsan, kontraksi yang kuat pada otot lengan, kaki, perut dan
punggung, kejang, perut kembung, gagal jantung, dan ubun-ubun cekung, denyut nadi cepat dan
lemah.
c. Dehidrasi Berat
Gejala-gejala dehidrasi ringan terlihat semakin jelas dan mengarah pada keadaan yang
lebih berat dengan tanda dan gejala sebagai berikut : Berkurangnya kesadaran, tidak buang air
kecil, tangan teraba dingin dan lembab, denyut nadi yang semakin cepat dan lemah hingga tidak
teraba, tekanan darah yang menurun hingga tidak terukur, kebiruan pada ujung kuku, mulut, dan
lidah. Jika tidak diatasi keadaan ini dapat mengancam jiwa atau kematian.

D. Akibat dari Diare
Akibat dari diare yaitu tubuh kekurangan cairan dan garam-garaman yang sangat berguna
bagi kelangsungan hidup manusia. Makin lama seseorang terkena penyakit diare makin banyak
dan cepat pula tubuh kehilangan cairan. Akibat kekurangan cairan, kemungkinan besar akan
menyebabkan kematian. Dalam istilah kedokteran disebut dehidrasi.

E. Cara Penularan Diare
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang
menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama
perjalanan sampai ke rumah-rumah atau tercemar pada saat disimpan di rumah.pencemaran di
rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar
menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
2. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus/bakteri dalam jumlah
besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di
makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.

F. Pencegahan Penyakit Diare
1. Buang air besar di jamban atau kakus yang sehat
2. Gunakan sumber air minum yang bersih
3. Makanan dan minuman yang dimasak
4. Kebersihan perorangan
Membiasakan cara hidup sehari-hari, seperti : mencuci tangan dengan sabun.
5. Menjaga kebersihan alat-alat rumah tangga
a. Biasakan mencuci alat-alat makan dan minum dengan sabun.
b. Jangan mencuci pakaian penderita ke sungai dan sumber air lainnya.
6. Makanan yang bergizi
Makanan yang bergizi bukan berarti makanan yang mahal. Supaya tidak membosankan,
penyajian makanan dapat berganti-ganti.
7. Lingkungan yang bersih dan sehat

G. Penanganan
Cara pengobatan diare di rumah :
1. Tingkatkan pemberian cairan
a. Pemberian ASI (Air Susu Ibu).
b. Pemberian susu buatan (campuran sama banyaknya dengan air masak).
c. Pemberian cairan lain, seperti : air teh, sop, air tajin dari pemasakan nasi, LGG (Larutan Gula
Garam), air kelapa, larutan oralit).
2. Teruskan makanan
a. Berikan makanan yang mudah dicerna, yang mengandung kalium (sari buah, sayur).
b. Jangan berikan makanan yang pedas.
3. Berikan makanan yang sering.
4. Bila diare tidak dapat diatasi dengan pemberian oralit atau LGG, bahkan tambah berat, segera
bawa penderita ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat.

H. Cara membuat oralit :
1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum membuat larutan oralit.
2. Menuangkan air matang ke dalam gelas bersih sebanyak 200 cc
3. Menuangkan gula pasir sebanyak 1 sendok teh, kemudian menambahkan garam halus sendok
teh
4. Aduk sampai larut, minumkan LGG sampai habis setiap anak buang air besar.

I. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam usaha pertolongan pertama pada balita yang terkena
diare
Pada balita yang mengalami diare biasanya disertai dengan nafsu makan menurun dan
keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan demikian sangat membahayakan balita. Maka dari
itu ibu harus melakukan penanganan segera pada diare yang sering dianggap ringgan padahal
sangat membahayakan.

I. DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: Salemba Medika.

Hikari, Rental. 2009. SAP dan Leaflet Diare. http://rentalhikari.wordpress.com/2009/11/06/sap-dan-
leaflet-diare/. Diunduh tanggal 5 Desember 2010.

Hiswani. 2003. Diare merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat yang Kejadiannya Sangat
Erat dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3693/1/fkm-hiswani7.pdf. diunduh tanggal 10
Desember 2010.

Satriawan, Eric. 2008. Satuan Acara Pembelajaran Mata Kuliah.
http://www.ericsatriawan.co.id/2008/09/satuan-acara-pembelajaran-mata-kuliah.html. Diunduh
tanggal 5 Desember 2010.

Suriadi dan Rita Yulianni. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta: Penebar Swadaya.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya.
Jakarta : Erlangga.


MAKALAH DIARE
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari
tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya. (3
kali atau lebih dalam 1 hari). Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan kematian diare
yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan mengalami penurunan namun
penyakit diare ini masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan menimbulkan
kematian. Di Indonesia, hasil survei yang dilakukan oleh program, diperoleh angka kesakitan
Diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk, angka ini meningkat bila dibandingkan
dengan hasil survei yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per 1.000 penduduk. Sedangkan
berdasarkan laporan kabupaten/ kota pada tahun 2008 diperoleh angka kesakitan diare sebesar
27,97 per 1000 penduduk. Sedangkan angka kesakitan diare pada tahun 2009 sebesar 27,25%.
Jauh menurun jika dibandingkan 12 tahun sebelumnya. Klik judul untuk membaca selanjutnya
Kabupaten/kota dengan angka kesakitan diare tertinggi (36,87-55,13 per 1000 penduduk) yaitu
Kab. Takalar, Enrekang, Tanatoraja, Palopo, Luwu Utara, dan Luwu Timur (merah). Sedangkan
terendah (1,16-19,40 per 1000 penduduk) yaitu Kab. Selayar, Bulukumba, Jeneponto, Sinjai,
Maros, Bone, Sidrap, dan Parepare (hijau).
Pada tahun 2002 jumlah penderita pada KLB diare tersebar pada 2 kabupaten/kota dengan 4
kecamatan dan 4 desa dengan jumlah penderita sebanyak 54 penderita tanpa kematian.
Sedangkan tahun 2003, jumlah penderita pada KLB diare tersebar pada 13 kabupaten/kota
dengan 21 kecamatan dan 27 desa dengan jumlah penderita sebanyak 1.156 penderita dengan 45
kematian. Dan untuk jumlah kejadian, penderita dan kematian akibat diare cenderung menurun
pada tahun 2004. Adapun jumlah kejadian luar biasa diare periode JanuariDesember 2004
sebanyak 21 kejadian, dengan jumlah penderita sebanyak 1.145 orang dan jumlah kematian
sebanyak 25 penderita (CFR=2,18%), tersebar pada 10 kabupaten, 15 kecamatan dan 24 desa.
Untuk tahun 2005, jumlah kejadian luar biasa diare periode Januari Desember sebanyak 8
kejadian, 8 kab./kota dengan jumlah penderita sebanyak 443 orang, dengan kematian sebanyak 9
orang (CFR=2,03%). Sementara di tahun 2006 tercatat jumlah KLB diare sebanyak 14 kejadian,
dengan jumlah penderita 465 orang dan CFR sebesar 2,15%. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi atau berhubungan dengan terjadinya penyakit diare adalah belum meningkatnya
kualitas kebiasaan hidup bersih dan sehat masyarakat pada umumnya dan khususnya hygiene
perorangan, dan penggunaan sarana SAMIJAGA yang memenuhi syarat kesehatan belum
membudaya pada masyarakat di pedesaan. Sementara itu, jumlah kasus/penderita diare yang
dapat dihimpun melalui laporan dari 23 kabupaten/kota selama tahun 2003 adalah sebesar
172.742 penderita (IR=2,070/00), meninggal 73 orang (CFR=0,04%). Kabupaten/Kota yang
terlihat menunjukkan cakupan penemuan penderita tertinggi dalam tahun 2003 ini adalah Kota
Palopo 146,74%, Kota Makassar 115,04%, Kab. Soppeng 112,63% dan Kab. Enrekang 111,67%.
Untuk tahun 2004, kasus diare yang dilaporkan sebanyak 177.409 kasus (cakupan 68,70%)
dengan kematian sebanyak 66 orang (CFR=0,04%). Jumlah kasus tertinggi pada kelompok umur
> 5 tahun (91.379 kasus) kematian 29 orang dan kelompok umur 1 4 tahun (57.087 kasus)
kematian 17 orang sedang jumlah kasus terendah pada kelompok umur < 1 tahun (28.946 kasus)
kematian 20 orang. Kab./kota yang terlihat menunjukkan cakupan penemuan penderita tertinggi
pada tahun 2004 masih tetap Kota Palopo (152,42%) dan Kota Makassar (128,62%). Sedangkan
untuk kasus diare selama tahun 2005 tercatat sebanyak 188.168 kasus (72,87%) dengan kematian
sebanyak 57 orang (CFR=0,03%). Jumlah kasus tertinggi pada kelompok umur > 5 tahun
(100.347 kasus) dengan kematian 19 orang dan kelompok umur 1-4 tahun (60.794 kasus)
kematian 13 orang sedang jumlah kasus terendah pada kelompok umur < 1 tahun (27.029 kasus)
dengan kematian 25 orang. Situasi pemberantasan penyakit diare pada tahun 2006 tercatat
sebanyak 173.359 kasus dengan cakupan tertinggi di Kab. Enrekang (179,46%), Kota Palopo
(154,50%), Kota Makassar (142,86%) dan Kab. Soppeng (109,10%). Bila dikelompokkan ke
dalam kelompok umur maka jumlah kasus yang tertinggi berada pada kelompok umur > 5 tahun
(92.241 orang) dengan kematian terbanyak pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 17 orang,
pada tahun 2007 penyakit diare tercatat mengalami penurunan yaitu sebanyak 209.435 kasus
dengan jumlah kasus tertinggi di Kab. Gowa (12.089 kasus). Bila di kelompokkan ke dalam
kelompok umur maka jumlah kasus yang tertinggi berada pada kelompok umur < 5 tahun
sebanyak 93.560 kasus. Berdasarkan profil kesehatan kabupaten/ kota pada tahun 2008, kasus
diare kembali mengalami penurunan yaitu 209.153 kasus, tertinggi masih di Kota Makassar
(45.929 kasus) dan terendah di Kab.Enrekang (400 kasus).Sedangkan pada tahun 2009 sebanyak
226,961 kasus, tertinngi di Kota Makassar (45.014 kasus) dan terendah di Kab. Selayar.
















I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data hasil penulisan yang diungkapkan diatas yang mengambarkan sebagian besar
dibeberapa daerah angka penyakit diare meningkat setiap tahun nya,maka penulis ingin
mengobservasi lebih lanjut tantang faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit diare terhadap
masyarakat desa x diwilayah kerja puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan
Raya.

I.3 Tujuan Penulisan
I.3.I. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit Diare terhadap Masyarakat Desa x
diwilayah kerja Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.

I.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan ini antara lain:
1 Untuk mengetahui factor kebiasaan prilaku yang mempengaruhi penyakit diare
terhadap masyarakat desa di wilayah kerja Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan Raya tahun 2010.
2 Untuk mengetahui factor sanitasi lingkungan yang mempengaruhi penyakit diare
terhadap masyarakat desa x diwilayah kerja Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan Raya tahun 2010.
3 Untuk mengetahui factor status social ekonomi yang mempengaruhi penyakit diare
terhadap masyarakat desa x diwilayah kerja Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabuptaten
Nagan Raya tahun 2010.
4 Untuk mengetahui factor status gizi yang mempengaruhi penyakit diare terhadap
masyarakat desa x diwilayah kerja Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupataen Nagan
Raya tahun 2010.
I.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi pemerintah , pengambil kebijakan dan dinas kesehatan nagan raya yaitu dapat menjadi
bahan masukan materi dalam membuat kebijakan atau dalam hal menentukan kebijakan yang
berhubungan dengan penaggulangan penyakit diare.
2. Bagi Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya dapat digunakan sebagai
bahan masukan untuk mengoptimalisasikan penanggulangan penyakit diare .
3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar (FKM UTU),dapat dijadikan
sebagai masukan dan bahan bacaan serta menambah koleksi bahan perpustakaan yang telah
ada.
4. Bagi penulis, memberi pengalaman dan kesempatan untuk melaksanakan penulisan dengan
metode yang benar, penulis mampu berfikir lebih baik dalam memahami masalah serta
melakukan analisis secara ilmiah dan sistematis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.I Pengertian Diare
Diare adalah Buang Air Besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam.
Definisi lain memakai criteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang
air besar encer tersebut dapat disertai lender dan darah.

Menurut WHO (1990) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih darui tiga kali sehari.
Diare akut adalah diare yang yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa
jam atau hari.

Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi
tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa,
khus
usnya pada anak dan orang tua.

Tanda-tanda orang dehidrasi antara lain:
1. Penderita sangat kehausan
2. Mulut dan lidah kering,mata cekung
3. Waktu kulit dipijit, lipatan kulit perlahan lahan akan kembali seperti semula.
4. Denyut nadi sangat cepat pada seorang anak yang kurang dari 18 bulan , terlihat adanya noktah
lembut pada puncak kepala yang cekung ke bawah(yakni bagian ubun-ubun )

2.2 Jenis Jenis Diare
1.Diare Akut
Adalah diare yang disebabkan oleh virus rota virus yang ditandai buang air besar lembek/cair
bahkan berupa air saja frekuensi 3x atau lebih dalam sehari berlangsung dari 14 hari.
Patogenesis diare akut yaitu masuk nya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah
melewati rintangan asam lambung.jasad renik itu berkembang biak didalam usus halus
.kemudian jasad renik mengeluarkan toksik. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.

2.Diare Bermasalah
Adalah diare yang disebabkan oleh infeksi virus , bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi
protein, susu sapi,penularan secara fecal-oral kontak dari orang ke orang atau kontak orang
dengan alat rumah tangga. Diare ini diawali dengan cair kemudian pada hari berikutnya muncul
darah eengan maupun tampa lendi,sakit perut yang di ikuti muncul tenasmus panas disertai
hilang nafsu makan dan badan terasa lemah.

3.Diare Persisten
Adalah diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare tersebut adalah kerusakan
mukosa usus.diare persisten ini merupakan istilah yang dipakai di lur negri yang menyatakan
diare yang berlangsung 15-30 hari dan berlangsung terus menerus.
Penyebab diare ini sama dengan diare akut. Sebagai akibat diare akut maupun diare bermasalah
akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa(asidosis,metabolic,hipokalemi,dan sebagainya),gangguan gizi akibat
kelaparan
(masukan makanan kurang,pengeluaranbertambah),hipoglikemia,gangguan sirkulasi darah.

2.3 Etiologi diare
1.infeksi bakteri
Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan
menyebabkan diare seperti campylobacter, salmonella shigella dan Escherichia coli.



2. Infeksi Virus
Virus yang menyebabkan diare yaitu rota virus,Norwalk,cytomegalovirus, virus herpes simplex
dan virus hepatitis.

3. Intoleransi Makanan
factor makanan misalnya makanan basi, beracun,atau alergi terhadap makanan.penularan melalui
kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,seperti:
makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi,baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau terkontaminasi oleh tangan yang kotor.
Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.

4. Parasit
Masuk dalam tubuh melalui makanan minuman yang kotor dan menetap dalam system
pencernaan seperti giardia lamblia, entamoeba histolytica dan cryptosporidium.
5. Reaksi Obat
Seperti antibiotic, obat-obatan, tekanan darah dan antasida mengandung magnesium.


6. Penyakit Inflamasi
Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominalis gangguan fungsi usus seperti sindroma iritasi
usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal.

2.4 Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:`
a) Gangguan Osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b) Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinnding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus

c) Gangguan Motalitas Usus
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurang nya kesempatan usus untuk menyerap makanan
\,sehingga timbul diare,sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

2.5 Gejala Klinik Diare
Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng ,gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare.tinja makin cair,mungkin mengandung
darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau hijauan karena tercampur empedu.
Karena seringnya defekasi, anus dan sekitar nya lecet karena tinja makin lama menjadi asam
akibat banyaknya asam laktat,yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi
oleh usus.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan
air dan elektrolit terjadialh gejala dehidras.berat badan turun,pada bayi ubun-ubun cekung, tonus
dan turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.

2.6 Faktor Terjadinya Diare
Setelah melakukan observasi didesa x,adapun factor-faktor yang mempengaruhi penyakit diare
antara lain:
1. kebiasaan prilaku
2. sanitasi lingkungan
3. status social ekonomi
4. status gizi



2.7 Cara Terjadinya Diare
o Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman penyebab diare
o Tinja tersebut dikeluarkan oleh orang sakit atau pembawa kuman yang buang air besar
disembarang tempat.
o Tinja tadi mencemari lingkungan misalnya tanah,sungai, air sumur.
o Orang sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah tercemari
kemudian menderita diare.

2.8 Penularan
Kontak langsung dengan penderita
Makanan yang tercemar
Air minum yang tercemar

2.9 Pencegahan Diare
Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting :1)sebelum makan,
2)setelah buang air besar, 3)sebelum memegang makanan, 4)setelah menceboki anak dan
5)sebelum menyiapkan makanan.
Meminum air minum sehat,atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus,
pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi.
Pengolahan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas
dan lain-lain)
Membuang air besar dan air kecil pada tempat nya, sebaik nya menggunakan jamban dengan
tangki septic.
Bayi yang minum susu botol lebih mudah diserang diare dari pada bayi yang disusui ibunya,
tetaplah anak disusui walaupun anak menderita diare.
Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang.
Imunisasi campak.

2.10 Penatalaksanaan Diare
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi seseorang
diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS)
Seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai
timbul dan kita dapat melakukan nya sendiri dirumah . kesalahan yang sering terjadi adalah
pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena
merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh , atau dengan kata lain perlu diinfus.
Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan
penderita, dengan berbagai alas an, mulai dari biaya, kesulitan dalam menjaga, takut bertambah
parah setelah masuk rumah sakit dan lain-lain.pertimbangan yang banyak ini menyebabkan
respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama ,dan semakin cepat penurunan kondisi
pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS . apabila kondisi
stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat di atasi sendiri ole
tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti salmonella sp,giardia lamblia., entamoeba coli
perlu mendapat terapi antibiotic yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi
kuman.oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotic,
maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk menentukan
penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah pengobatan suportif didahulukan dan terkadang
tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

Metode pembuatan Larutan Gula Garam (LGG) :
Cucilah tangan dengan menggunakan air dan sabun,masukan kedalam botol yang bersih:
1. Seujung sendok garam dapur
2. Empat sendok the gula
3. Setengah liter air mendidih yang sudah didinginkan dan bersih.
Kocoklah botol dengan baik untuk melarutkan garam dan gula.

Metode pembuatan larutan rehidrasi
1. Cucilah tangan dengan baik
2. ambilah satu liter air minum bersih dan masukkan kedalam botol. Yang baik adalah mendidihkan
air kemudian mendinginkanya,tetapi bila ini tidak memungkinkannya,gunakan air paling bersih
yang tersedia. Gunakan botol apapun yang dapat diperoleh asalkan bersih.
3. Tuangkan serbuk oralit dan campur kan dengan air lalu larutkan secara baik hingga serbuk itu
bercampur.
4. Minumkan larutan rehidrasi ini pada penderita secara teru menerus sesering mungkin
(setidaknya 1 liter selama 24 jam hingga diare berhenti).larutan rehidrasi segar setiap hari harus
dicampur dalam sebuah botol.larutan yang bersal (sisa) dari hari kemarin harus dibuang.






















BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Sifat Penulisan
Penulisan ini adalah penulisan analitik dengan desain cross-sectional dimana variable
independent Dan dependen diamati secara bersamaan ketika observasi dilakukan .

3.2 Metode Perumusan Masalah
Metode perumusan masalah menggunakan 2 (dua) variable yaitu variable independent yang
terdiri dari kebiasaan prilaku, sanitasi lingkungan, status social ekonomi, status gizi dengan
variable dependen yaitu penyakit diare.











3.3 Kerangka Berfikir Konseptual
Variable independent Variabel Dependent

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer
untuk data primer yang meliputi factor kebiasaan prilaku, sanitasi lingkungan, status social
ekonomi, status gizi yang mempengaruhi penyakit diare,pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara dan observasi.

3.5 Metode Analisa dan Pemecahan Masalah
Metode ini bersifat deskriptif




BAB IV
PEMBAHASAN


Menurut hasil observasi kami terhadap masyarakat desa x diWilayah Kerja Puskesmas
Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya factor yang mempengaruhi penyakit diare
antara lain kebiasaan prilaku , sanitasi lingkungan, status social ekonomi dan status gizi.
Dari hasil observasi diperoleh hubungan antara factor kebiasaan prilaku, sanitasi lingkungan,
status social ekonomi, dan status gizi terhadap penyakit diare pada masyarakat desa x diWilayah
Kerja Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.

4.1 Hubungan antara factor kebiasaan prilaku dengan penyakit diare
Dari hasil observasi pada masyarakat desa x diWilayah Kerja Puskesmas Jeuram Kecamatan
Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2010 dapat diketahui bahwa adanya hubungan antara
factor kebiasaan prilaku dengan penyakit diare.
Hal ini dapat kita lihat dari sebagian besar masyarakat desa x masih mempergunakan sungai
sebagai MCK, setelah kami mewawancarai ibu-ibu pada saat sedang mencuci pakaian di sungai
ini mereka mengatakan bahwa selain sungai ini di gunakan sebagai tempat mencuci
pakaian,anak-anak mereka juga sering mandi disungai,bahkan sebagian masyarakat yang belum
ada jamban septic dirumahnya mereka menggunakan sungai inisebagai tempat buang air besar.
Selain itu masih ada sebagian dari mayarakat desa x ini yang mengkonsumsi air mentah tampa
diolah terlebih dahulu,mereka mengatakan membeli air di depot mengeluarkan biaya sedangkan
air sumur mereka jernih,padahal kita tahu bahwa air jernih belum tentu sehat.

Kebiasaan prilaku yang tidak baik tersebut juga dipengaruhi oleh pengetahuan mereka yang
masih kurang tentang kesehatan,seperti contoh lain nya mencuci tangan dalam lima waktu
penting yaitu 1)sebelum makan, 2)setelah BAB, 3)sebelum memegang bayi, 4)setelah
menceboki anak, 5)sebelum menyiapkan makanan.

4.2 Hubungan antara faktor sanitasi linkungan dengan penyakit diare

Dari hasil observasi pada masyarakat desa x diwilayah Kerja Puskesmas Jeuram Kecamatan
Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2010 dapat diketahui bahwa adanya hubungan antara
sanitasi lingkungan dengan penyakit diare.
Didaerah yang kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek
penyakit mudah menular,didesa x ini masih banyak sampah-sampah yang terletak dibelakang
rumah mereka.pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu Penyebab diare merupakan
penyakit endemic
Infeksi berlangsung sepanjang tahun,terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6
bulan-3 tahun.

4.3 Hubungan antara factor status social ekonomi dengan penyakit diare.
Dari hasil observasi pada masyarakat desa x diWilayah Kerja Puskesmas Jeuram Kecamatan
Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2010dapat diketahui bahwa adanya hubungan antara
status social ekonomi dengan penyakit diare.
Status social ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini
nampak dari ketidakmampuan ekonomi sebagian keluarga masyarakat desa x untuk memenuhi
kebutuhan gizi keluarga khusus nya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status
gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita terkena diare.

4.4 Hubungan Antara Factor Status Gizi Dengan Penyakit Diare
Dari hasil observasi pada masyarakat desa x di Wilayah Kerja Puskesmas Jeuram Kecamatan
Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2010 dapat diketahui bahwa adanya hubungan antara
status gizi dengan penyakit diare.
Status gizi mempengaruhi sekali pada penyakit diare, di desa x ini banyak anak yang kurang gizi,
karena pemberian makanan yang kurang episode diare akut lebih berat, barakhir lebih lama dan
lebih sering. Kemungkinan terjadi nya diare persisten juga lebih sering dan disentry lebih berat,
resiko meninggal akibat diare persisten / disentry sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Menurut data Badan kesehatan Dunia (WHO) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari dan diare adalah penyebab nomor satu kematian diseluruh dunia.sementara
UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak )memperkirakan bahwa, setiap
30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare.
2. Menurut data diPuskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya dari bulan
januari-desember 2010 diare adalah penyakit tertinggi.
3. Hasil observasi pada masyarakat didesa x diwilayah Kerja Puskesmas Jeuram Kecamatan
Seunagan Kabupaten Nagan Raya menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kebiasaan
prilaku, sanitasi lingkungan, status social ekonomi, status gizi dengan penyakit diare.

5.2 Saran-saran

1. Untuk menanggulangi penyakit diare terhadap masyarakat desa x dan seluruh masyarakat desa
di wilayah Kerja puskesmas jeuram kepada kepala puskesmas di harapkan dapat membina dan
mempererat kerja sama dengan dinas kesehatan setempat dan masyarakat desa x khusus nya
serta seluruh masyarakat diwilayah kerja puskesmas jeuram.
2. Diharapkan kepada seluruh masyarakat desa x agar lebih memperhatikan kesehatan nya serta
didukung oleh pelayanan dan penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan di puskesmas
jeuram sehingga mampu merubah kebiasaan prilaku yang tidak baik, dan lebih memperhatikan
sanitasi lingkungan mereka.

You might also like