You are on page 1of 17

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada neonates dibagi dalam pemeriksaan segera setelah lahir, dan
pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan segera setelah lahir bertujuan untuk: 1. Menilai adaptasi
neonates dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin; 2. Mencari kelainan
kongenital; 3. Menentukan prognosis neonates; 4. Menentukan perawatan neonates
selanjutnya.
Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan bayi baru lahir adalah:
1. Mengetahui riwayat kehamilan dan persalinannya,
2. Pemeriksaan bayi dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang yang
juga berfungsi sebagai pemanas untuk mencegahkehilangan panas,
3. Menjaga kebersihan tangan serta alat-alat yang dipergunakan pada pemeriksaan,
untuk mencegah infeksi,
4. Bila ditemukan satu kelainan bawaan, carulah kelainan bawaan lainnya, karena
biasanya kelainan itu tidak berdiri sendiri. Barangkali kelainan-kelainan itu
merupakan suatu sindrom.
Pemeriksaan pertama yang dilakukan pada neonates ialah untuk menilai apakah ada
depresi pada sistem pernapasan dan sirkulasi. Untuk menilai hal tersebut digunakan skor
penilaian Apgar. Kegunaan utama sistem skor ini adalah untuk memaksa pemeriksa
memeriksa ana secara sistematis dan untuk mengevaluasi berbagai faktor yang mungkin
berkaitan dengan masalah kardiopulmonal. penilaian Apgar dilakukan pada menit pertama
dan menit kelima kehidupan neonates.
Skor 0 1 2
Appearance
Warna kulit
Biru, pucat Tubuh merah muda,
ekstremitas biru
(akrosianosis)
Seluruh tubuh merah
muda.
Pulse
Frekuensi denyut
jantung
Tidak ada Kurang dari 100
kali/menit.
Lebih dari 100
kali/menit.
Grimace
Kepekaan reflex
(respons terhadap
Tidak ada Menyeringai Menyeringai & batuk
atau bersin
kateter dalam
hidung)
Activity
Tonus otot
Lemas Ekstremitas sedikit
fleksi
Gerakan aktif
Respiration
Upaya bernapas
Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis

Terdapat hubungan terbalik antara skor Apgar dengan derajat asidosis serta hipoksia.
Skor 4 atau kurang pada usia 1 menit berhubungan dengan peningkatan insidensi asidosis,
sedangkan skor 8-10 biasanya berhubungan dengan ketahanan hidup yang normal. Skor 4
atau kurang pada usia 5 menit berhubungan dengan peningkatan insidensi asidosis, distress
pernapasan, serta kematian. Meskipun demikian, banyak neonates yang lahir dengan skor
Apgar rendah ternyata tidak menjadi asidosis. Pada beberapa kasus, asfiksia terjadi
sedemikian akutnya sampai tidak dicerminkan dalam pH darah. Selain itu, proses lain selain
asfiksia (prematuritas ekstrim sendiri, anestesi atau sedasi ibu, dan patologi sistem saraf
pusat) dapat menghasilkan skor yang rendah. Terlepas dari faktor penyebabnya, skor Apgar
yang tetap rendah membutuhkan resusitasi. Penentuan skor Apgar harus diteruskan setiap 5
menit, sampai skor mencapai nilai 7.
Terdapat nilai normal dalam setiap komponen penilaian Apgar. Neonatus yang
beradaptasi dengan baik mempunyai skor Apgar 7-10. Skor 4 -6 menunjukkan keadaan
asfiksia ringan sampai sedang, sedangkan nilai 0-3 menunjukkan asfiksia berat. Pada
appearance, hampir semua bayi berwarna biru saat lahir. Mereka berubah menjadi merah
muda setelah tercapai ventilasi yang efektif. Hampir semua bayi memiliki tubuh serta bibir
yang berwarna merah muda, tetapi sianotik pada tangan serta kakinya (akrosianosis) pada 90
detik pertama kehidupan. Sianosis menyeluruh setelah 90 detik terjadi pada curah jantung
yang rendah, methemoglobinemia, polisitemia, penyakit jantung kongenital tipe sianotik,
perdarahan intracranial, penyakit membran hialin, aspirasi darah atau meconium, obstruksi
jalan napas, dan hipertensi pulmonal persisten. Kebanyakan bayi yang pucat saat lahit
mengalami vasokonstriksi perifer. Vasokonstriksi biasanya disebabkan oleh asfiksia,
hypovolemia, atau asidosis berat. Alkalosis respiratorik, penghangatan berlebihan,
hipermagnesemia, atau konsumsi alkohol akut pada ibu dapat menyebabkan vasodilatasi
nyata serta plethora perifer yang mencolok. Plethora juga terjadi bila bayi menerima transfuse
darah per plasenta dalam jumlah besar dan hipovolemik.
Pada pulse, frekuensi denyut jantung normal saat lahir antara 120-160 kali/menit.
Pada grimace, respons normal pada pemasukan kateter ke dalam faring posterior melalui
lubang hidung adalah menyeringai, batuk, atau bersin. Pada activity, semua bayi normal
menggerakkan semua anggota tubuhnya secara aktif segera setelah lahir. Bayi yang tidak
dapat melakukan hal tersebut atau bayi dengan tonus otot yang lemah biasanya asfiksia,
mengalami depresi akibat obat, atau menderita kerusakan sistem saraf pusat. Pada respiratory,
bayi normal akan megap-megap saat lahir, menciptakan upaya bernapas dalam 30 detik, dan
mencapai pernapasan yang menetap pada frekuensi 30-60 kali per menit pada usia 2 sampai 3
menit. Apnea dan pernapasan yang lambat atau tidak teratur terjadi oleh berbagai sebab,
termasuk asidosis berat, asfiksia, infeksi janin, kerusakan sistem saraf pusat, atau pemberian
obat pada ibu.
Perlu pula diperiksa plasenta untuk mengetahui beratnya serta mencari adanya
kelainan seperti perkapuran, nekrosis, dan lain-lain. Pada bayi kembar diteliti apakah terdapat
anastomosis vascular terhadap kedua amnion. Bila ada, perlu dipikirkan kemungkinan
terjadinya transfuse feto-fetal. Jumlah cairan amnion perlu diukur. Hidramnion (cairan
amnion lebih dari 2000 ml) mungkin ditemukan pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus
atau eklampsia, atau pada bayi dengan anesnsefalus, atau obstruksi saluran pencernaan, atau
kelainan pembuluh darah besar. Bila ada oligohidramnion (cairan amnion kurang dari 500
ml) diperhatikan adanya kelainan posisi ekstremitas.
Pemeriksaan lanjutan terdiri dari pemeriksaan keadaan umum dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan organ secara terinci. Bila neonates dalam keadaan tenang, didahulukan
pemeriksaan yang mempergunakan stetoskop.
Warna kulit neonates normal adalah kemereahan; kadang terlihat sianosis pada ujung-
ujung jari pada hari-haripertama. Bila terdapat sianosis di seluruh tubuh dipikirkan
kemungkinan kelainan jantung bawaan sianotik atau methemoglobinemia. Warna kulit yang
pucat terdapat pada anemia atau asfiksia berat. Plethora tampak pada polistemia. Warna kulit
yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi di dalam darah atau pewarnaan oleh
meconium. Warna kuning ke arah jingga menunjukkan keadaan kadar bilirubin indirek,
sedangkan kenaikan kadar bilirubin direk memberikan warna kuning kehijauan. Pada
neonates yang berkulit gelap, icterus lebih baik diperiksa pada mukosa. Pada orang kulit
berwarna, dalam keadaan normal dapat terlihat warna kebiruan pada punggung dan bokong
yang disebut Mongolian spot.
Keaktifan neonates dinilai dengan melihat posisi dan pergerakan tungkai serta
lengannya. Pada neonates cukup bulan yang sehat posisi ekstremitas adalah dalam keadaan
fleksi, dan gerakan tungkai serta lengannya aktif simetris. Bila ada asimetri pikirkan
terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang. Bila neonates diam saja, mungkin terdapat depresi
susunan saraf pusat atau akibat obat-obat, atau mungkin neonates dalam keadaan tidur
nyenyak.
Tangisan bayi dapat memberi keterangan pada bayi, misalnya tangisan yang
melengking menunjukkan bayi dengan kelainan neurologic, sedangkan tangisan yang lemah
atau merintih terdapat pada bayi dengan kesukaran pernapasan.
Wajah neonates dapat menunjukkan kelainan yang spesifik seperti wajah pada
sindorm Down, sindrom Pierre Robin, kretinisme dan sebagainya. Keadaan gizi neonates
dinilai dari berat badan, panjang badan, tebal lapisan subkutan, serta kerutan pada kulit.
Usia kehamilan neonates dapat dinilai dengan beberapa cara, termasuk
menghitungnya dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, atau dengan cara
ultrasonografi. Mengetaui usai kehamilan dan keadaan gizi neonates adalah penting sekali
untuk dapat mengkategorikan neonates yang kecil, sesuai, atau besar untuk masa kehamilan,
yang menentukan cara penatalaksanaanya.
Suuh tubuh neonates dikur dari rectum. Suhu 35 C dapat terdapat pada neonates, dan
akan naik bila dipanaskan atau dibungkus. Suhu yang meninggi dapat terjadi pada dehidrasi,
gangguan serebral, infeksi, atau kenaikan suhu lingkungan. bila kenaikan suhu tubuh bersifat
merata, biasanya disebabkan oleh kenaikan suhu lingkungan. bila ekstremitas dingin dan
tubuh panas, kemungkinan besar disebabkan oleh sepsis. Perlu diingat bahwa infeksi pada
neonates dapat tidak disertai dengan kenaikan suhu tubuh, bahkan dapat terjadi hipotermia.
Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan pada organ-organ neonates secara lebih
lanjut. Pemeriksaan ini meliputi kepala, wajah, mata, telinga, mulut, dagu, ekstremitas, dada,
perut, dan genital.
Untuk pemeriksaan kepala, raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran
dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang
kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulage .Keadaan ini normal kembali setelah
beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya.
Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau
hidrosefalus ,sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel
menonjol,hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat
tejadi akibat dehidrasi.
Pemeriksaan pada wajah perlu diperhatikan apakah wajah tampak simetris. Terkadang
wajah bayi tampak asimetrishal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan
wajah yang khas seperti sindrom Down atau sindrom Pierre-Robin. Perhatikan juga kelainan
wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
Pemeriksaan mata bayi baru lahir seringkali sulit karena matanya biasanya tertutup.
Dengan menggoyangkan kepalanya secara perlahan-lahan biasanya mata bayi akan terbuka
sehingga dapat diperiksa. Mikroftalmia kongenital dapat ditemukan dengan inspeksi dan
palpasi. Glaukoma kongenital mulanya terlihat sebagai pembesaran dan kemudian sebagai
kekeruhan kornea. Katarak kongenital juga mudah terlihat. Trauma pada mata terlihat sebagai
edema palpebral, perdarahan subkonjungtiva atau retina. Oleh karena sering ditemukan hal
ini dianggap normal. Diperhatikan adanya secret mata. Konjungtivitis oleh kuman gonokok
bisa cepat menjadi panoftalmia dan menjadikan buta.
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan
pendengaran.Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut,
apabila tidak terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.perlu
diperhatikan hal-hal seperti: simetris dan sejajar, bentuk, dan pendengaran. Pada pemeriksaan
pendengaran, bayi menengok kearah bisikan; terlihat terkejut sebagai respons terhadap suara
keras. Khususnya pada kasus kelainan kepala dan leher, riwayat tuli pada keluarga, berat lahir
sangat rendah, asfiksia berat, infeksi janin, dan sindrom lain yang terkait dengan tuli.
Pada pemeriksaan mulut diperhatikan ukuran dan bentuknya. Mulut seperti burung
terlihat pada sindrom alkohol; mulut kecil, mikrostomia, terlihat pada sindrom Down; dan
mulut yang lebar, makrostomia, terlihat pada gangguan metabolik. Perhatikan pula pada saat
menyeringai. Periksa kelengkapan palatum, ukuran dan fungsi uvula. Refleks mengisap
terlihat sejak usia kehamilan 32 minggu hingga 3-4 bulan. Refleks rooting terlihat sejak usia
kehamilan 34 minggu hingga 3-4 bulan.
Pada pemeriksaan dagu diperhatikan proporsinya. Proporsinya harus tepat. Mikrognatia
mengesankan sindrom Pierre-Robin. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat
adanya kista yang ada pada mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan
kemampuan reflex mengisap. Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat
adanya kemumgkinan kecacatan kongenital. Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum,
dan pipi biasanya disebut sebagai monilia albicans.
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal,
asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan),
serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.
Pada pemeriksaan dada perhatikan bentuk dan kesimetrisan, lingkar dada pada putting
susu, keberadaan jaringan payudara, pernapasan (biasaya pernapasan abdomen pada bayi
baru lahir ; frekuensi normalnya adalah 30-60 x/menit, dihitung selama 1 menit penuh.
Frekuensi napas > 60 x/menit mengindikasikan adanya penyakit.), bunyi jantung (nada
terdengar lebih tinggi daripada yang terdengar pada orang dewasa. Sinus aritmia (varian
teratur yang menyertai pernapasan) adalah temuan normal.), denyut jantung rata-rata (110-
160 x/menit pada bayi cukup bulan yang sehat; premature, denyut jantung rata-rata 140-150
x/menit pada saat istirahat.)
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk
melihatbentuk dari abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit, dapat
didugakemungkinan disebabkan karena hepatosplenomegali atau cairan dalam rongga perut.
Pada perabaan, hati biasanya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan, limfa teraba 1cm
dibawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi
telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas
bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut. Bagian-
bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan
oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau thrombosis vena renalis.
Pemeriksaan genitalia berfungsi untuk mengetahui keadaan labium minor yang
tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun
apabila ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada sekret
pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon.
Usia gestasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Riwayat ibu akan memberi satu
taksiran, tetapi mungkin salah jika ibu memiliki pola menstruasi yang tidak teratur sebelum
konsepsi. Gestasi juga dapat dinilai dari gambaran fisik bayi, yaitu kulit, genitalia eksterna,
telinga, payudara, serta dari perilaku neuromuscular. Dapat pula dilihat dari sistem penilaian
Ballard (Ballard score).

Penyesuaian antara umur kehamilan dengan berat badan bayi baru lahir disebutkan
dalam batas normal apabila berada dalam percentile 10 sampai persentil 90 dalam kurva
Battaglia dan Lubchenco.
Berdasarkan kurva tersebut, maka berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan
sebagai berikut:
a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentilke-10.
b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentilke-10
dan ke-90.
c. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil ke-90
pada kurva pertumbuhan janin
Dismaturitas yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya utnuk
masa gestasi itu. Disebut juga kecil untuk masa kehamilan (KMK). Dapat terjadi pada masa
pre-, term, dan post-term. Setiap bayi baru lahir (prematur, matur, postmatur) mungkin saja
mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Istilah lain yang dipergunakan
untuk menunjukkan KMK adalah IUGR (intrauterine growth retardation = retardasi
pertumbuhan intrauterin).




Pemeriksaan Reflex
RELEKS MORO
Timbul akibat dari rangsangan yang mendadak. Caranya : Bayi dibaringkan
terlentang, kemudian diposisikan setengah duduk dan disanggah olehkedua telapak
tangan pemeriksa, secara tiba-tiba tapi hati-hati kepala bayi dijatuhkan 30-45
0
(merubah posisi badan anak secara mendadak). Refleks moro juga dapat ditimbulkan
denganmenimbulkan suara keras secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat
tidur bayi secaramendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secara
mendadak.
Refleks moro dikatakan positif bila terjadi abduksi-ekstensi keempat ekstremitas
dan pengembangan jari-jari, kecuali pada falangs distal jari telunjuk dan ibu jari yang
dalam keadaan fleksi. Gerakan itu segera diikuti oleh adduksi-fleksi keempat
ekstremitas. Refleks moro asimetri menunjukkan adanya gangguan system
neuromuscular antara lain pleksus brakhialis. Apabila asimetri terjadi pada tangan dan
kaki kita harus mencurigai adanya hemiparesis. Nyeri yanghebat akibat fraktur
klavikula atau humerus juga dapat memberikan hasil refleks MORO asimetri.
Sedangkan refleks MORO menurun dapat ditemukan pada bayi dengan fungsi
SSP yang tertekan misalnya pada bayi yang mengalami hipoksia, perdarahan
intracranial dan laserasi jaringan otak akibat trauma persalinan, juga pada bayi
hipotoni, hipertoni dan premature. Refleks moro menghilang setelah bayi berusia > 6
bulan.,
3

Refleks PALMAR GRASP
Caranya : Bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi, kepala menghadap ke
depan dan tangan dalam keadaan setengah fleksi. Dengan memakai jari telunjuk
pemeriksa menyentuh sisiluar tangan menuju bagian tengah telapak tangan secara
cepat dan hati-hati sambil menekan permukaan telapak tangan. Refleks palmar Grasp
dikatakan positif apabila didapatkan fleksi seluruh jari (memegangtangan pemeriksa).
Refleks palmar grasp asimetris menunjukkan adanya kelemahan otot-otot fleksor jari
tangan yang dapat disebabkan akibat adanya palsi pleksus brakhialis inferior atau
yang disebut klumkes paralyse. Refleks Palmar Grasp ini dijumpai sejak lahir dan
menghilang setelah usia 6 bulan. Refleks palmar grasp yang menetap setelah usia 6
bulan khas dijumpai pada penderita cerebral palsy.

Refleks PLANTAR GRASP
Caranya : bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi kemudian ibu jari
tangan pemeriksamenekan pangkal ibu jari bayi atau anak di daerah plantar. Refleks
plantar grasp dikatakanpositif apabila didapatkan fleksi plantar seluruh jari kaki.
Refleks refleks plantar grasp negativedijumpai pada bayi atau anak dengan kelainan
pada medulla spinalis bagian bawah. Refleks iniijumpai sejak lahir, mulai menghilang
usia 9 bulan dan pada usia 10 bulan sudah menghilangsama sekali.

Refleks SNOUT
Caranya : dilakukan perkusi pada daerah bibir atas. Refleks SNOUT dikatakan
positif apabila didapatkan respon berupa bibir atas dan bawah menyengir atau
kontraksi otot-otot di sekitar bibir dan di bawah hidung. Refleks SNOUT ini dijumpai
sejak lahir dan menghilang setelah usia 3bulan. Refleks SNOUT yang menetap pada
anak besar menunjukkan adanya regresi SSP.

Refleks TONIC NECK
Caranya : bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi, kemudian kepalanya
diarahkanmenoleh ke salah satu sis. Refleks ini dikatakan positif apabila lengan dan
tungkai yangdihadapi/ sesisi menjadi hipertoni dan ekstensi, sedangkan lengan dan
tungkai sisilainnya/dibelakangi menjadi hipertoni dan fleksi. Refleks ini menghilang
setelah usia 5-6 bulan.Refleks tonic neck yang masih mantap pada bayi berusia 4
bulan harus dicurigai abnormal. Danapabila masih bisa dibangkitkan setelah berusia 6
bulan atau lebih harus sudah dianggap patologik. Gangguan yang terjadi biasanya
pada ganglion basalis.

Refleks Berjalan (STEPPING)
Caranya ; bayi dipegang pada daerah torax dengan kedua tangan pemeriksa.
Kemudianpemeriksa mendaratkan bayi dalam posisi berdiri di atas tempat periksa.
Pada bayi berusia < 3bulan, salah satu kaki yang menyentuh alas tempat periksa akan
berjingkat sedangkan padayang berusia >3 bulan akan menapakkan kakinya.
Kemudian diikuti oleh kaki lainnya dan kakiyang sudah menyentuh alas periksa akan
berekstensi seolah-olah melangkah untuk melakukangerakan
berjalan otomatis. Refleks berjalan tidak dijumpai atau negative pada penderita
cerebral palsy, mental retardasi, hipotoni, hipertoni, dan keadaan dimana fungsi SSP
tertekan.

Reaksi Penempatan Taktil (PLACING RESPONSE)
Caranya : seperti pada refleks berjalan, kemudian bagian dorsal kaki bayi
disentuhkan pada tepimeja periksa. Respon dikatakan positif bila bayi meletakkan
kakinya pada meja periksa. Responnegative dijumpai pada bayi dengan paralise
ekstremitas bawah.

Refleks Terjun (PARACHUTE)
Caranya : Bayi dipegang pada daerah thorax dengan kedua tangan pemeriksa dan
kemudian diposisikan seolah-olah akan terjun menuju meja periksa dengan posisi
kepala lebih rendah dari kaki. Refleks terjun dikatakan positif apabila kedua lengan
bayi diluruskan dan jari-jari kedua tangan dikembangkan seolah-olah hendak
mendarat di atas meja periksa.
Diagnosis
Berbagai kriteria pembeda telah digunakan untuk mendefinisikan bayi kecil masa kehamilan
(KMK). Banyak ahli neonatologi menganggap semua bayi yang berada di bawah persentil ke
-10 pada kurva pertumbuhan gestasi versus berat lahir sebagai KMK. Ahli neonatologi lain
mendefinisikan KMK sebagai berat lahir melebihi 2 SD di bawah mean populasi.
Penggunaan kriteria yang lebih luas mengakibatkan banyak bayi sehat digolongkan sebagai
KMK jika mereka secara kebetulan berada pada rentang yang lebih rendah pada populasi
yang terdistribusi normal. Kesulitan selanjutnya adalah bahwa definisi yang sekarang ada
untuk KMK, yang hanya didasarkan pada berat lahir, meliputi kelompok bayi yang
heterogen. Beberapa bayi dengan berat badan rendah untuk usia gestasi tampak pendek dan
memiliki lingkar kepala yang kecil; secara proporsional tampak lebih. Namun, kebanyakan
bayi yang menderita retardasi pertumbuhan mengalami retardasi yang asimetris desertai
beragam pengurangan ukuran kepala, tetapi dengan pertumbuhan kepala yang relative tidak
terpengaruh dibandingkan pertumbuhan badannya. Panjang badan bayi-bayi ini dapat sangat
kurang atau hampir normal, bergantung pada derajat gangguan pertumbuhan mereka. Indeks
berat mereka kurang dan terlihat sangat susut. Bayi lain memiliki pola pertumbuhan yang
merupakan kombinasi kedua bentuk sebelumnya. Oleh karena pola pertumbuhan in utero dan
prognosis jangka panjang bagi kelompok yang berbeda bervariasi, peneliti yang menaruh
perhatian pada pertumbuhan janin menganjurkan klarifikasi lebih lanjut terhadap fenotipe
KMK berdasarkan pada rasio berat-terhadap-panjang badan; indeks berat [berat (g) x
100/panjang (cm)] atau perbandingan panjang dan lingkar kepala. Namun sampai sekarang
belum ada skema klasifikasi yang dapat diterima secara umum.
Menurut WHO bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup sebelum usia kehamilan 37
minggu (dihitung dari hari pertama haid terakhir) tanpa memperhatikan berat badan. Berat
badan lahir rendah dikelompokan sebagai berikut: 1) bayi berat badan lahir amat sangat
rendah (BBLASR), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan < 1000 gram, 2) bayi berat
badan lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan < 1500 gram,
dan 3) bayi berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan 1500-
2500 gram.
Etiologi
Banyak faktor yang telah dihubungkan dengan pertumbuhan in utero yang tidak adekuat.
Faktor-faktor paling lazim dicantumkan pada table. Meskipun patologi janin yang diwariskan
(seperti abnormalitas kromosom dan infeksi kongenital) dapat mempengaruhi pertumbuhan,
kebanyakan retardasi pertumbuhan intrauterine disebabkan oleh faktor yang ekstrinsik
terhadap janin yang terjadi pada ibu, plasenta, atau lingkungan. Gambaran yang sama-sama
dimiliki oleh kebanyakan kausa ekstrinsik ini adalah menurunnya penghantaran substrat
nutrisi, atau oksigen, atau keduanya, ke janin yang sedang tumbuh.
Bayi KMK memiliki berbagai indicator terhadap defisiensi nutrisi. Kadar glukosa
darah vena umbilikalis pada neonates KMK lebih rendah daripada bayi baru lahir dengan
pertumbuhan baik, dan penurunan kadar gula darah pascalahir bersifat lebih tajam.
Konsentrasi precursor glukoneogenik di darah mengalami peningkatan, menunjukkan adanya
gangguan glukoneoggensis di hati. Selain itu, konsentrasi berbagai asam amino esensial serta
nonesensial dalam darah tali pusat bayi KMK lebih rendah.
Pada autopsi, bayi yang mengalami retardasi pertumbuhan tampak sama dengan bayi
ynag meninggal karena malnutrisi pasaca lahir. Terdapat pengecilan ukuran organ
generalisata, dengan pengecilan terbesar pada hati, limpa, timus, serta kelenjar adrenal.
Penurunan kandungan glikogen terjadi di jantung, dan dimpanan glikogen serta lemak
berkurang dalam hati. Ukuran otak relative mungkin tidak berubah, namun, berkurangnya
berat serta selularitas serebelum, rata-rata 35%, telah dilaporkan pada bayi KMK. Berat dan
jumlah sel serebrum seerta batang otak juga berkurang kira-kira sebesar 20%; lipid myelin
otak berkurang. Ukuran plasenta bayi KMK lebih kecil dibandingkan ukuran plasenta bayi
yang tumbuh normal dengan usia gestasi sama. Hipoksia intrauterine kronis ditunjukkan oleh
peningkatan hematocrit serta volume sel darah merah yang dijumpai pada beberapa bayi yang
mengalami retardasi pertumbuhan.


Penatalaksanaan
Bila kelahiran seoarang bayi KMK sudah diperkirakan, harus dilakukan pemantauan
intra[partum yang cermat terhadap status janin. Bila perlu, perlengkapan resusitasi bayi harus
disiapkan. Bayi baru lahir harus diperhatikan agar tetap hangat dan terhidar dari dingin. Bayi
harus diperiksa di bawah pengangat radian dan ditempatkan di dalam incubator yang hagat,
setidaknya selama beberapa jam pertama pemeriksaan.
Dalam 1 jam setelah lahir, kadar glukosa darah harus diperiksa menggunakan metode
tusukan tumit yang cepat, dan diulang pada 2, 4, 6, 12, 24 dan 48 jam. Untuk mencoba
menghindari hipoglikemia pada bayi dengan retardasi pertumbuhan sedang, harus diberikan
penyusuan dini pada usia 2 jam, sejauh ditoleransi bayi. Kadar glukosa darah di bawah 40-45
mg/dL (bergantung nilai batas metode uji tapis yang digunakan) harus diperiksa ulang, dan
terapi dekstrosa IV harus dimulai sambil menunggu hasil serum. Biasanya, infusdorong IV
(IV push) awal yang lambat berupa dekstrosa 10% sebanyak 2-5 mL/kgBB yang diikuti
dengan dekstrosa 10% pada kecepatan 80 mL/kg/hari, bersama penyusuan, akan
mempertahankan kadar glukosa normal. Kadang-kadang diperlukan glukosa dalam jumlah
jauh lebih besar. Terapi glukosa harus diikuti secara ketat melalui pengukuran darah kapiler
yang cepat dan sering. Jika tidak ada hipoglikemia sejati (glukosa darah lengkap <30 mg/dL;
glukosa plasma atau serum < 35 mg/dL), dekstrosa IV tersebut biasanya dapat diturunkan
secara bertahap dalam beberapa jam dan dihentikan. Penurunan glukosa secara bertahap pada
bayi dengan hipoglikemia sejati bergantung pada pengukuran-pengukuran glukosa
selanjutnya serta kemampuan menyusu. Pada bayi dengan retardasi pertumbuhan berat, terapi
dekstrosa 10% IV harus dimulai sebagai profilaksis dan dib=ubah berdasarkan hasil
pemeriksaan glukosa darah yang sering. Bayi-bayi tersebut mungkin memerlukan 10
mg/kg/menit glukosa, yang sama dengan dua kali kebutuhan glukosa bayi KMK pada hari
pertama pasca lahir.
Pada dua jam setelah lahir, hematocrit harus diperiksa. Bila nilai hematocrit darah
vena melebihi 65%, mungkin diperluksan transfuse tukar parsial. Bila nilai hematocrit berada
diantara 60-65%, pemeriksaan harus diulanng pada usia 4 jam guna memastikan tidak adanya
hemokonsentrasi lebih lanjut.
Bila ada asfiksia interpartum, pendekatan terapi harus diubah (missal, glukosa IV
sebagai ganti penyusuan oral). Hipoklsemia dapat terjadi, dan kadar kalsium harus diperiksa
pada usia 12 dan 24 jam.
Dalam pemeriksaan fisik, proporsi tubuh bayi harus diukur dan fenotip KMK dicatat.
Temuan yang mengesankan abnormalitas atau infeksi janin (gambaran dismorfik,
hepatosplenomegali, petechiae) harus dicari. Jika ditemukan, harus dilakukan uji ynag sesuai
dengan kondisi tersebut.
Setelah stabilisasi dan evaluasi awal, tujuan utama adalah pemberian nutrisi optimal
sesuai toleransi bayi. Asupan kalori yang optimal biasanya sedikit lebih besar daripada
asupan kalori untuk seorang bayi SMK dengan berat yang sama. Kompartemen air tubuh
pada bayi KMK preterm lebih sempit dibandingkan dengan bayi KMK. Begitu nutrisi
adekuat sudah dicapai, berat badan bayi-bayi KMK akan naik pada laju yang terus
meningkat.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor Ballard
b. Tes kocok (shake test), untuk mengetahui adanya distress pernapasan pada
bauntuk mengetahui adanya distress pernapasan pada bayi. Dianjur untuk bayi
kurang bulan. Specimen yang digunakan adalah cairan amnion.
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat nafas
e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang atau lebih.

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi bayi kurang bulan kecil masa kehamilan diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian KMK
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada
bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. KMK termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan
dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia
sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain.
H. PENCEGAHAN
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi lahir dengan berat badan
rendah, diantaranya memperbaiki asupan nutrisi pada ibu hamil dan dengan kontrol antenatal
secara teratur.

I. PROGNOSIS
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi, makin tinggi
angka kematian ), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan
interafentrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi, gangguan
metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari
keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan persalinan
dan pos natal (pengaturan suhun lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi
gangguan pernapasan, asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain lain).
Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditanyakan riwayat kehamilan ibu. Di sini perlu ditanyakan
keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan
untuk mengatasi penyakit tersebut. Dirinci pula berapa kali ibu melakukan kunjungan
antenatal dan kepada siapa kunjungan antenatal tersebut (dukun, bidan, dokter umum, dokter
spesialis). Apakah ibu mendapatkan tetanus toksoid (terutama tetanus neonatorum). Obat-
obat yang diminum ibu selama masa hamil perlu ditanyakan, termasuk jamu-jamu dan obat-
obat tradisional, juga apakah ibu pernah mendapat penyinaran. Pada bayi yang lahir kecil
untuk masa kehamilan perlu ditanyakan apakah ibu merokok atau minum minuman keras,
serta anamnesis yang cermat tentang makanan ibu selama hamil.
Differential diagnosis
Transient tachypnea of the newborn
Takipnea transien pada neonates (transient tachypnea of the newborn, TTN) merupakan
penyakit yang sembuh dengan sendirinya yang umum ditemukan pada neonates. Bayi dengan
TTN mengalami takipnea dalam jam-jam pertama kehidupan, mengalami peningkatan
kebutuhan oksigen. Riwayat maternal pada TTN terdiri dari kelahiran dengan section
cesarean. Tanda-tanda distress pernapasan (takipnea, grunting, retraksi, sianosis pada kasus
berat menjadi tanda setelah lahir. Kelainan ini bersidat transien, dengan resolusi biasanya
terjadi dalam 72 jam setelah lahir.
Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan
C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Atas dasar pengalaman klinis, asfiksia neonaiorum dapat dibagi dalam :
a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerkikan istimewa.
b. "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis
akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau
baik, sianosis, refick iritabilitas tidak ada
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan' frekuensi jantung
kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu lahir lengkap.
2. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda
tanda seperti: denyut jantung janin lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak
teratur, mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala, apnea, pucat, sianosis, dan
penurunan terhadap stimulus.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada bayi prematur adalah : berat lahir sama
dengan atau kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm,
lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan
kurang dari 37 minggu, kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus, tangisnya lemah
dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnea, reflek tonik leher lemah dan
refleks morro positif, alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun kedalam skrotum; untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minora belum tertutup labia mayora, tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan
pergerakannnya lemah, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit., fungsi saraf yang belum atau
kurang matang mengakibatkan refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak
efektif, tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga seolah-
olah tidak teraba tulang rawan dan daun telinga, pergerakannya kurang dan masih lemah,
pernapasan belum teratur, otot-otot masih hipotonik, pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per
menit, frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit, pernapasan tidak teratur dapat terjadi
apnea (gagal napas), kepala tidak mampu tegak.
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada neonates kurang bulan kecil masa kehamilan
antara lain hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat
nafas, duktus arteriosus paten, infeksi, perdarahan intraventrikuler, apnea of prematurity,
anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain:
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

You might also like